• Tidak ada hasil yang ditemukan

Content Buku. No. TAP Tentang Hlm. 1. TAP SU No. 014 Mandat BP TAP SU No. 020 Panduan Umum Verifikasi BSO 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Content Buku. No. TAP Tentang Hlm. 1. TAP SU No. 014 Mandat BP TAP SU No. 020 Panduan Umum Verifikasi BSO 4"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Kumpulan Ketetapan MPM KM IPB

Periode 2009/2010

(2)

Content

Buku

No.

TAP

Tentang

Hlm

1. TAP SU No. 014

Mandat BP

2

2. TAP SU No. 020 Panduan Umum Verifikasi BSO

4

3. TAP SU No. 022 GBHK BEM KM IPB 2010

7

4. TAP SU No. 027 Kode Etik LK KM IPB

11

5. TAP SU No. 029 Pemira KM IPB 2010

16

6. TAP SU No. 036

HIMATESIL

27

7. TAP SU No. 037

Mekanisme Pembuatan UU KM IPB

28

8. TAP SI No. 01

GBHO KM IPB

32

(3)

SURAT KETETAPAN

No. 014/TAP SU I/MPM KM IPB/2009 Tentang

Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Periode 2009/2010 Mengingat:

1. Anggaran Dasar Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

2. Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

Menimbang:

1. Perlu diadakannya kegiatan-kegiatan untuk mendinamiskan kehidupan kemahasiswaan di lingkungan Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

2. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor merupakan lembaga tertinggi dalam lingkup KM IPB.

3. Perlu adanya arahan dalam pembentukan struktur dan deskripsi kerja Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor periode 2009/2010.

Memperhatikan:

Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Rapat Koordinasi Anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Periode 2009/2010.

Memutuskan:

MENETAPKAN

Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Periode 2009/2010 sebagaimana terlampir

Ditetapkan pada acara Sidang Umum I Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Periode 2009/2010 Darmaga, 23 Desember 2009 Pukul 19.24 WIB Pimpinan Sidang Rahmat Firdaus NIM. C14060213

(4)

Lampiran

BADAN PEKERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERIODE 2009/2010 BAB I

MANDAT BADAN PEKERJA MPM KM IPB 2009/2010 Pasal 1

Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Periode 2009/2010 terdiri atas Badan Pekerja:

(1) Konstitusi (BP 1) dengan mandat mengawal pengimplementasian konstitusi KM IPB (terutama amandemen AD ART KM IPB tahun 2009), kajian dan drafting GBHO untuk tahun ke 13 s.d. 15 (2011-2013) KM IPB, kajian perapian AD ART KM IPB.

(2) Majelis Wali Amanat (BP 2) dengan mandat penyusunan aturan tentang Tim MWA UM IPB, penyusunan aturan Controlling terhadap anggota MWA UM IPB, Controlling terhadap anggota

MWA UM IPB.

(3) Pemilihan Raya (BP 3) dengan mandat mengevaluasi dan melakukan kajian tentang sistem Pemilihan Raya KM IPB, drafting mengenai aturan Pemilihan Raya KM IPB tahun 2010, eksekusi Pemilihan Raya KM IPB tahun 2010.

(4) Hubungan Kelembagaan (BP 4) dengan mandat menjalin hubungan yang baik dan intensif antara MPM KM IPB dengan LK KM IPB, Institusi dan mahasiswa, optimalisasi media untuk melakuakan sosialisasi, transparansi serta memperkenalkan MPM KM IPB kepada mahasiswa IPB.

(5) Unit Kegiatan Mahasiswa (BP 5) dengan mandat melakukan pendampingan terhadap UKM terutama dalam bidang administrasi dan keuangan, meningkatkan bergaining position UKM dalam di KM IPB.

BAB II PENUTUP

Pasal 2

(1) Hal-hal lain yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur dalam ketetapan MPM KM IPB lainnya.

(5)

SURAT KETETAPAN

No. 020/TAP SU/MPM KM IPB/2009 TENTANG

PANDUAN UMUM VERIFIKASI BADAN SEMI OTONOM KELUARGA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Mengingat:

1. Anggaran Dasar Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

2. Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

3. Pasal 6 ayat 8 tentang tugas dan wewenang Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dan Pasal 75 ayat 3 tentang Badan Semi Otonom.

Menimbang:

1. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor merupakan perangkat Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang mempunyai kedudukan tertinggi. 2. Perlu ditetapkannya Panduan Umum Verifikasi BSO sebagai Landasan dan Acuan Dewan

Perwakilan Mahasiswa Fakultas/ TPB/ Diploma dalam melaksanakan Verifikasi BSO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat 3 tentang Badan Semi Otonom.

Memperhatikan:

1. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Rapat Badan Pekerja Konstitusi MPM KM IPB

2. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Rapat Koordinasi Badan Pekerja Konstitusi MPM KM IPB dengan DPM Fakultas/ TPB/ Diploma IPB

3. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Rapat Koordinasi Anggota MPM KM IPB

4. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Sidang Umum MPM KM IPB

Memutuskan:

MENETAPKAN

Panduan Umum Verifikasi Badan Semi Otonom Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor sebagaimana terlampir

Ditetapkan pada acara Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Darmaga, 30 Desember 2009 Pukul 17.09 WIB Pimpinan Sidang

Rahmat Firdaus NIM. C14060213

(6)

Lampiran

PANDUAN UMUM VERIFIKASI BADAN SEMI OTONOM KELUARGA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Pasal 1 Ketentuan Umum

(1) BSO merupakan salah satu organisasi eksekutif yang berada di Fakultas/ TPB/ Diploma sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat 1 ART KM IPB.

(2) BSO adalah wadah pengembangan diri, minat, dan bakat bagi mahasiswa yang ada di Fakultas/ TPB/ Diploma sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat 2 ART KM IPB.

(3) Verifikasi BSO merupakan mekanisme pembentukan dan pembubaran BSO yang diatur dalam ketetapan DPM Fakultas/ TPB/ Diploma sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 75 ayat 3 ART KM IPB.

Pasal 2

Persyaratan Verifikasi BSO

(1) Calon BSO yang mendaftar telah menjalankan kepengurusan sekurang-kurangnya dua tahun

(2) BSO memiliki minimal 1 (satu) orang Pembina (dosen dari Fakultas/TPB/Diploma yang bersangkutan)

(3) Keanggotaan BSO terbuka dilingkup Fakultas/ TPB/ Diploma yang bersangkutan

(4) Memiliki keanggotaan minimal yang diatur dalam ketetapan DPM Fakultas/ TPB/ Diploma (5) Memiliki AD ART BSO

(6) Melampirkan usulan kegiatan satu tahun ke depan (7) Memiliki contact person (CP) yang dapat dihubungi (8) Melampirkan profil BSO yang meliputi:

a. Latar belakang pembentukan BSO b. Sejarah singkat BSO

c. Spesifikasi dan ciri khusus kegiatan BSO Pasal 3 Penutup

(1) Hal-hal belum diatur dalam panduan ini akan diatur kemudian dalam mekanisme pembentukan dan pembubaran BSO melalui ketetapan DPM Fakutas/ TPB/ Diploma

(2) DPM Fakultas/ TPB/ Diploma berwenang menetapkan hasil Verifikasi BSO di Fakultas/ TPB/ Diploma dan penetapan BSO sebagai lembaga kemahasiswaan di KM IPB ditetapkan melalui ketetapan MPM KM IPB

(3) Panduan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

PENJELASAN

PANDUAN UMUM VERIFIKASI BADAN SEMI OTONOM KELUARGA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Penjelasan Umum

Dengan ditetapkannya Panduan Umum Verifikasi Badan Semi Otonom (BSO), maka MPM KM IPB mengamanatkan kepada DPM Fakultas/ TPB/ Diploma untuk melakukan verifikasi terhadap keberadaan BSO di Fakultas/ TPB/ Diploma. Hal ini sesuai dengan amanat ART KM IPB Pasal 75 ayat 3 tentang Badan Semi Otonom. Pengimplemantasian aturan ini mengamanatkan DPM Fakultas/ TPB/ Diploma untuk membuat mekanisme verifikasi dengan tetap mengacu pada AD ART KM IPB, AD ART Fakultas/ TPB/ Diploma, serta Panduan Umum Verifikasi BSO KM IPB.

Proses verifikasi BSO membutuhkan perangkat verifikasi beserta hak dan kewajibannya, persyaratan verifikasi, indikator penilaian beserta mekanisme penilaiannya, dan jangka waktu verifikasi yang akan dibuat oleh DPM Fakultas/ TPB/ Diploma dengan tetap dikoordinasikan kepada MPM KM IPB. Keberadaan BSO dalam KM IPB akan ditinjau setiap dua periode kepengurusan oleh DPM Fakultas/ TPB/ Diploma

(7)

sebagaimana dimaksud dalam pasal 79 ayat 1 ART KM IPB. Setiap permasalahan penting dalam verifikasi BSO dikoordinasikan oleh DPM Fakultas/ TPB/ Diploma kepada MPM KM IPB.

Pasal Demi Pasal

Pasal 1: Ayat (1)

BSO memiliki jalur koordinatif-instruktif dengan DPM Fakultas/ TPB/ Diploma dan memiliki jalur koordinatif dengan BEM dan HIMPRO sebagimana yang dijelaskan dalam ART pasal 78 ayat 1 dan 2 tentang mekanisme hubungan Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 2:

Persyaratan Verifikasi BSO Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Setiap BSO harus memiliki minimal satu orang Pembina dari fakultas yang bersangkutan, diluar Pembina lainnya

Ayat (3)

Setiap mahasiswa fakultas yang bersangkutan berhak menjadi anggota BSO di fakultas sesuai dengan aturan yang ada di fakultas tersebut

Ayat (4)

Jumlah anggota minimal BSO yang diatur dalam ketetapan DPM Fakultas/ TPB/ Diploma Ayat (5)

Cukup jelas Ayat (6)

Lampiran program unggulan BSO yang berbeda dengan program BEM dan HIMPRO sesuai aturan yang ditetapkan dalam ketetapan DPM Fakultas/ TPB/ Diploma

Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8)

Huruf a : cukup jelas Huruf b : cukup jelas Huruf c : cukup jelas Pasal 3:

Ayat (1)

Aturan yang belum diatur dalam panduan ini akan disempurnakan dalam ketetapan DPM Fakultas/ TPB/ Diploma

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

(8)

SURAT KETETAPAN

No. 022/TAP SU/MPM KM IPB/2009 TENTANG

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERIODE 2009/2010 Menimbang :

1. Perlunya Garis-Garis Besar Haluan Kerja sebagai pedoman bagi program kerja Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

2. Perlu diadakannya kegiatan-kegiatan untuk mendinamisasikan kehidupan kemahasiswaan di lingkungan Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

3. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor periode 2009/2010 adalah mandataris MPM KM IPB dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di lingkungan Institut Pertanian Bogor.

Mengingat :

1. Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (ART KM IPB) pasal 6 ayat 3 tentang Tugas dan Wewenang MPM KM IPB untuk membuat dan menetapkan GBHK BEM KM IPB.

2. Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (ART KM IPB) pasal 37 ayat 2 dan 5 tentang Hak dan Kewajiban BEM KM IPB.

Memperhatikan :

1. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Rapat Badan Pekerja Konstitusi MPM KM IPB

2. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Rapat Koordinasi Badan Pekerja Konstitusi MPM KM IPB dengan BEM KM IPB

3. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Rapat Koordinasi Anggota MPM KM IPB

4. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi Sidang Umum MPM KM IPB

Memutuskan :

MENETAPKAN

Garis-Garis Besar Haluan Kerja Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Periode 2009/2010 sebagaimana terlampir

Ditetapkan dalam acara

Sidang Umum MPM KM IPB Periode 2009/2010 Dramaga, 30 Desember 2009

Pukul 17.30 WIB Pimpinan Sidang,

Rahmat Firdaus NIM. C14060213

(9)

Lampiran

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

KELUARGA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERIODE 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN

Garis-Garis Besar Haluan Kerja Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (GBHK BEM KM IPB) adalah suatu haluan kerja pengembangan kemahasiswaan dalam garis-garis besar secara menyeluruh dan berkesinambungan serta disusun secara terencana, terarah, dan terevaluasi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Memberikan pedoman bagi program kerja BEM KM IPB untuk mengoptimalkan fungsi sebagai lembaga eksekutif mahasiswa.

C. DASAR

GBHK BEM KM IPB ini disusun berdasarkan AD/ART dan GBHO KM IPB.

BAB II

ARAH DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN

Pengembangan kemahasiswaan berlandaskan pada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pembentukan mental yang kuat sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Pengembangan kemahasiswaan meliputi:

A. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

1. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, jiwa kepemimpinan, moralitas dan etika, keterampilan berorganisasi dan manajemen, serta profesionalisme mahasiswa.

2. Pengembangan sumber daya manusia diarahkan pada penguasaan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni (IPTEKS), penelitian, penggalian potensi, serta pengembangan kebebasan intelektual berbasis pertanian yang bisa diaplikasikan di masyarakat.

3. Pengembangan dan penyaluran potensi kreativitas, minat, dan bakat mahasiswa IPB secara terarah dan terencana sehingga memberi arti bagi pemenuhan kebutuhan terhadap estetika dan kesehatan jasmani, serta menggalang rasa kebersamaan di kalangan mahasiswa IPB.

4. Penerapan sistem kaderisasi oleh BEM KM IPB agar tercipta sumber daya manusia yang memenuhi standar kompetensi.

B. ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN

1. Membangun kesadaran untuk meningkatkan kepedulian dan solidaritas akan pembelaan hak-hak asasi manusia.

3. Meningkatkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial demi mewujudkan kesejahteraan mahasiswa. 4. Menumbuhkan dan meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial mahasiswa

dalam penanganan permasalahan sosial, baik dalam skala kampus, lokal, regional, maupun nasional.

5. Meningkatkan kesejahteraan mahasiswa dan manajemen advokasi.

C. PERTANIAN

1. Ikut serta dan berperan aktif dalam pengembangan pertanian secara luas melalui kegiatan-kegiatan berbasis pertanian yang memihak pada kesejahteraan petani.

2. Ikut serta dan berperan aktif membangun kesadaran mahasiswa dan petani untuk meningkatkan posisi tawar petani dalam menghadapi persaingan global.

(10)

D. SOSIAL POLITIK

1. Pelaksanaan peran dan fungsi KM IPB sebagai lembaga yang kritis dan aktif memberikan kontribusi pemikiran dan aksi nyata pada kebijakan-kebijakan strategis di bidang pertanian, pendidikan, sosial politik, ekonomi, dan bidang lainnya baik di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional.

2. Memberikan wacana dan pencerdasan politik kepada mahasiswa terhadap isu-isu yang berkembang baik di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional.

3. Mengnyinergikan kebijakan-kebijakan sosial politik yang berkembang baik di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional.

4. Peningkatan manajemen, eksistensi, kontinuitas, dan peran mahasiswa dalam setiap aksi guna memberikan solusi bagi wacana yang ada.

E. ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

1. Mengembangkan dan meningkatkan sistem manajemen keuangan yang independen, bertanggung jawab, dan transparan berdasarkan pasal 82 ART KM IPB tentang Dana Kegiatan Kemahasiswaan.

2. BEM KM IPB dapat mengusahakan sumber dana lain yang halal, baik, dapat dipertanggungjawabkan, dan tidak mengikat dalam rangka menunjang proses kemandirian keuangan selain memperoleh dana tetap.

3. Meningkatkan sistem manajemen administrasi dan keuangan BEM KM IPB.

F. KOMUNIKASI DAN INFORMASI

1. Menggunakan media komunikasi dalam menyampaikan informasi faktual dan aktual mengenai kebijakan BEM KM IPB baik di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional dengan tetap menjaga independensi dan integritas informasi, dapat dipertanggungjawabkan, serta tidak mengikat.

2. Meningkatkan citra positif BEM KM IPB dan mengadakan promosi kegiatan BEM KM IPB melalui fungsi pelayanan informasi terpadu.

G. HUBUNGAN DALAM

Mengembangkan hubungan dengan lembaga-lembaga formal kemahasiswaan di dalam lingkup KM IPB sebagai saluran koordinasi dan komunikasi antar lembaga dalam rangka mengnyinergikan lembaga kemahasiswaan.

H. HUBUNGAN LUAR

1. Menjalin, mengembangkan, dan menjaga hubungan baik dengan lembaga dan instansi di luar KM IPB baik lokal, regional, nasional, maupun internasional.

2. Menjalin, mengembangkan, dan menjaga hubungan baik dengan lembaga kemahasiswaan ekstra kampus serta lembaga kemahasiswaan perguruan tinggi lainnya.

3. Memperluas wawasan mahasiswa tentang aktivitas kemasyarakatan dan kenegaraan di luar kampus sehingga meningkatkan posisi tawar mahasiswa IPB di luar kampus terhadap stakeholders yang terkait.

4. Meningkatkan interaksi dengan masyarakat lingkar kampus.

I. KEWIRAUSAHAAN

Pengembangan dan penerapan jiwa kewirausahaan mahasiswa untuk menumbuhkan semangat wirausaha, serta menciptakan sumber daya manusia yang tangguh, mandiri, kompetitif, dan handal.

J. LINGKUNGAN HIDUP

1. Menumbuhkembangkan kesadaran, kepedulian, dan kepekaan terhadap lingkungan hidup di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, dan internasional.

2. Melakukan pencerdasan bagi mahasiswa dan masyarakat terhadap isu-isu lingkungan hidup yang berkembang di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, dan internasional.

(11)

BAB III PENUTUP

Faktor yang menentukan keberhasilan dalam melaksanakan haluan kerja BEM KM IPB adalah BEM KM IPB dan mahasiswa IPB dengan dukungan dari seluruh komponen yang terkait. Oleh karena itu, semangat dan tekad para pemimpin dan fungsionaris dalam mengaplikasikan haluan kerja BEM KM IPB merupakan syarat mutlak bagi kesinambungan seluruh lembaga kemahasiswaan di IPB.

(12)

SURAT KETETAPAN

No. 027/TAP SU/MPM KM IPB/2009 Tentang

Kode Etik Lembaga Kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Mengingat:

1. Anggaran Dasar Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

2. Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

Menimbang:

1. Perlu diadakannya tata perilaku untuk mendinamiskan kehidupan kemahasiswaan di lingkungan Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

2. Aturan-Aturan Etika dan Perilaku yang ada di tingkat Institusi maupun Lingkungan Masyarakat

Memperhatikan:

1. Pembahasan Materi Kode Etik Lembaga Kemahasiswaan di Internal BP Konstitusi 2. Koordinasi dengan Forum DPM dan LK se-IPB

3. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam RKA MPM KM IPB 2009/2010

Memutuskan:

MENETAPKAN

1. Kode Etik Lembaga Kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. 2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan pada acara Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Periode 2009/2010 Darmaga, 20 Februari 2010 Pukul 07.25 WIB Pimpinan Sidang Rahmat Firdaus NIM. C14060213

(13)

Lampiran

KODE ETIK LEMBAGA KEMAHASISWAAN

KELUARGA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (LK KM IPB)

MUKADDIMAH

Bahwa perkembangan masyarakat Indonesia saat ini di dalam berbagai aspek kehidupannya sedang mengalami proses transisi menuju perbaikan yang menyeluruh; perbaikan dalam bidang moral, hukum, budaya, sosial, politik, dan ekonomi. Di dalam proses transisi ini merupakan sebuah keniscayaan akan dibutuhkannya Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik secara moral dan intelektual.

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, baik sebagai pribadi yang merupakan bagian dari komunitas sosial masyarakat Idonesia maupun sebagai mahasiswa yang merupakan bagian dari komunitas intelektual masyarakat Indonesia. Karenanya mahasiswa Institut Pertanian Bogor mempunyai tugas dan kewajiban yang lebih besar dibandingkan bagian manapun dari masyarakat untuk berperan besar dan ikut bertanggung jawab dalam proses perbaikan masyarakat Indonesia.

Untuk menunjang pelaksanaan tugas yang merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, negara dan masyarakat, maka mahasiswa Institut Pertanian Bogor haruslah memiliki karakter “yang kuat” yang mencerminkan dirinya sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Karakter “yang kuat” ini dirumuskan di dalam Kode Etik Lembaga Kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (LK KM IPB), yang bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh setiap Anggota LK KM IPB dalam menjalankan tugasnya selama di lingkup Institut Pertanian Bogor, ataupun di luar Institut Pertanian Bogor demi menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas Anggota LK KM IPB dengan menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kode Etik ini merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota LK KM IPB.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Pengertian

Dalam Kode Etik LK KM IPB, yang dimaksud dengan :

1. Kode Etik LK KM IPB adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofi dengan peraturan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota LK KM IPB

2. Anggota LK KM IPB, yang selanjutnya disebut Anggota, adalah mahasiswa IPB yang telah resmi terdaftar dan berperan aktif dalam LK KM IPB.

3. Mitra Kerja ialah seluruh pihak, baik itu perseorangan, kelompok, organisasi, dan lain-lain yang mempunyai mempunyai hubungan tugas dengan LK KM IPB.

4. Rapat adalah seluruh jenis rapat, sebagaimana yang dijelaskan dalam AD/ART KM IPB.

5. Perjalanan dinas adalah perjalanan Pimpinan dan/atau Anggota untuk kepentingan seluruh Civitas IPB dalam hubungan pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana ditentukan dalam peraturan-peraturan atau produk hukum yang lain, baik yang dilakukan di dalam lingkup IPB, maupun luar IPB.

Pasal 2 Tujuan

Kode Etik LK KM IPB bertujuan menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas LK KM IPB, serta membantu Anggota dalam melaksanakan setiap wewenang, tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya kepada seluruh Mahasiswa IPB dan konstituennya.

(14)

BAB II

KEPRIBADIAN DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 3

Kepribadian

Anggota wajib bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, taat kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan-peraturan yang berlaku di lingkup IPB, berintegritas yang tinggi, dengan senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi musyawarah untuk mufakat dan hak asasi manusia, mengemban amanat LK KM IPB, mematuhi AD/ART KM IPB, menunjukkan profesionalitas sebagai Anggota, dan selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kinerjanya.

Pasal 4 Tanggung Jawab

Anggota bertanggung jawab mengemban amanat LK KM IPB, melaksanakan tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan seluruh lembaga kemahasiswaan dalam lingkup IPB, menggunakan kekuasaan dan wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan Mahasiswa, serta mempertahankan keutuhan IPB.

BAB III

PENYAMPAIAN PERNYATAAN Pasal 5

1. Pernyataan yang disampaikan dalam rapat, sidang atau forum diskusi adalah pernyataan dalam kapasitas sebagai Anggota.

2. Di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pernyataan tersebut dianggap sebagai pernyataan pribadi.

3. Anggota yang tidak menghadiri rapat, sidang atau forum diskusi tidak berhak menyampaikan hasil-hasil kesepakatan kepada publik dengan mengatasnamakan kegiatan tersebut. Kecuali telah mendapatkan informasi dari anggota yang menghadiri kegiatan tersebut dan seizin pimpinan rapat, sidang atau forum diskusi.

BAB IV

KETENTUAN DALAM RAPAT Pasal 6

1. Anggota wajib menghadiri secara fisik setiap rapat yang menjadi kewajibannya.

2. Anggota yang berhalangan hadir secara fisik pada setiap rapat, wajib meminta izin kepada pimpinan rapat.

3. Anggota yang berhalangan hadir secara fisik tiga kali berturut-turut dalam rapat dan tidak memenuhi ketentuan pada ayat (2) dianggap melanggar Kode Etik.

Pasal 7

Selama rapat berlangsung setiap anggota wajib mematuhi tata tertib rapat dan bersikap sopan santun.

BAB V

PERJALANAN DINAS Pasal 8

1. Anggota dapat melakukan perjalanan dinas di dalam lingkup IPB, atau ke luar IPB dengan biaya yang telah dianggarkan sebagaimana diatur dalam Peraturan MPM KM IPB.

2. Anggota tidak diperkenankan menggunakan fasilitas perjalanan dinas untuk kepentingan di luar tugas kelembagaan.

3. Anggota tidak diperbolehkan membawa keluarga dan/atau teman dalam suatu perjalanan dinas, kecuali atas biaya sendiri.

4. Dalam hal perjalanan dinas atas biaya pengundang, baik di lingkup IPB, ataupun luar IPB, harus dengan sepengetahuan Ketua Lembaga Kemahasiswaan KM IPB yang bersangkutan.

(15)

BAB VI

IMBALAN DAN PEMBERIAN HADIAH Pasal 9

Anggota dilarang menerima imbalan dan/atau hadiah dari pihak lain yang dapat mempengaruhi tanggung jawabnya sebagai anggota.

BAB VII

KONFLIK KEPENTINGAN DAN KERANGKAPAN ORGANISASI Pasal 10

Konflik Kepentingan

1. Sebelum mengemukakan pendapatnya dalam pembahasan suatu permasalahan tertentu, Anggota harus menyatakan dihadapan seluruh peserta rapat apabila ada suatu kepentingan antara permasalahan yang sedang dibahas dengan kepentingan pribadinya sebagai Anggota.

2. Anggota mempunyai hak suara pada setiap rapat pengambilan keputusan, kecuali apabila rapat memutuskan lain karena yang bersangkutan mempunyai konflik kepentingan dalam permasalahan yang sedang dibahas.

3. Anggota dilarang menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam suatu rapat, sidang atau forum diskusi untuk kepentingan diri pribadi dan/atau pihak lain. 4. Anggota dilarang menyalahgunakan jabatannya untuk mencari kemudahan dan keuntungan pribadi,

keluarga, sanak famili, dan golongannya untuk tujuan apa pun.

Pasal 11

Kerangkapan Organisasi

1. Badan Pengurus Harian (BPH) LK KM IPB tidak diperkenankan memegang jabatan struktural sebagai BPH LK KM IPB lainnya pada satu masa kepengurusan.

2. Anggota DPM KM dan DPM Fakultas/TPB/Diploma dapat menjadi anggota MPM KM IPB, sebagaimana diatur dalam AD/ART KM IPB.

3. Pengurus LK KM IPB tidak diperkenankan merangkap organisasi pada satu masa kepengurusan jika LK KM IPB tersebut memiliki hubungan pengawasan dan/atau pertanggungjawaban secara langsung.

4. Pengurus DPM dan BEM Fakultas/TPB/Diploma tidak diperkenankan menjadi pengurus DPM dan BEM KM IPB pada satu masa kepengurusan.

5. Selain ketentuan di atas, pengurus LK KM IPB yang menjabat sebagai pengurus dalam struktur LK KM IPB lainnya dalam satu masa kepengurusan harus mendapat izin dari Ketua LK KM IPB bersangkutan.

BAB VIII

HUBUNGAN DENGAN MITRA KERJA DAN LEMBAGA LUAR Pasal 12

Hubungan dengan Mitra Kerja

1. Anggota bersifat adil dan profesional dalam melakukan hubungan dengan mitra kerjanya.

2. Anggota tidak diperkenankan meminta atau menerima imbalan dan/atau hadiah untuk kepentingan pribadi dari mitra kerjanya.

Pasal 13

Hubungan dengan Lembaga di Luar IPB

1. Anggota yang ikut serta dalam kegiatan kelembagaan di luar IPB harus mengutamakan tugasnya sebagai Anggota Lembaga Kemahasiswaan KM IPB.

2. Setiap keikutsertaan dalam suatu organisasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota wajib memberitahukan lebih dulu kepada Ketua Kelembagaan Mahasiswa KM IPB yang bersangkutan.

(16)

BAB IX ATURAN KHUSUS

Pasal 14

Pelaksanaan Kegiatan Kemahasiswaan

1. Pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan harus mencerminkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 2. Batas berlangsungnya kegiatan kemahasiswaan di dalam kampus paling lambat pukul 21.00 WIB 3. Ayat (2) tidak berlaku bagi kegiatan kemahasiswaan yang telah melakukan koordinasi dengan Unit

Keamanan Kampus dan MPM KM IPB/DPM Fakultas/DPM Diploma tempat kegiatan tersebut dilaksanakan.

4. Pemakaian fasilitas kampus untuk kegiatan kemahasiswaan dan non kemahasiswaan diperkenankan jika tidak mengganggu kegiatan akademis.

BAB X

SANKSI DAN REHABILITASI Pasal 15

Mengenai sanksi dan rehabilitasi berlaku peraturan dan ketentuan yang ada dalam lingkup IPB dengan memperhatikan tata urutan sumber hukum KM IPB.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 18

Usulan Perubahan

1. Usulan perubahan Kode Etik LK KM IPB dapat diusulkan oleh seluruh anggota LK KM IPB.

2. Usulan perubahan disampaikan secara tertulis kepada Sekertaris Jenderal MPM KM IPB dengan disertai daftar nama, tanda tangan, dan nama lembaga pengampu pengusul.

3. Usulan perubahan disampaikan oleh Sekertaris Jenderal MPM KM IPB kepada seluruh Anggota MPM KM IPB dalam RKA. Jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 1/3 Anggota MPM KM IPB maka akan dilakukan kajian oleh BP Konstitusi MPM KM IPB dan/atau Panitia Khusus.

4. Hasil kajian BP Konstitusi MPM KM IPB dan/atau Panitia Khusus akan dibahas dalam RKA yang selanjutnya akan diputuskan melalui mekanisme Sidang MPM KM.

Pasal 19 Penutup

Hal-hal yang belum diatur dalam aturan ini akan diatur kemudian dalam peraturan lain yang penetapannya melalui mekanisme Sidang MPM KM.

(17)

SURAT KETETAPAN

No. 029/TAP SU/MPM KM IPB/V/2010 Tentang

PERUBAHAN TERHADAP ATURAN PEMILIHAN RAYA 2008/2009 DAN PENETAPAN PERATURAN PEMILIHAN RAYA KM IPB 2009/2010

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Mengingat : 1. Anggaran Dasar Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

2. Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Pasal 11 ayat 2 poin c

3. Ketetapan MPM KM IPB No. 23/TAP RKA/MPM KM/2009 tentang Aturan Pemilihan Raya KM IPB 2008/2009.

Menimbang : 1. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor merupakan perangkat Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang mempunyai kedudukan tertinggi

2. Perlu ditetapkannya peraturan Pemilihan Raya untuk melaksanakan Pemilihan Raya Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor 2010.

Memperhatikan : 1. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan materi kajian Badan

Pekerja Pemilihan Raya MPM KM IPB

2. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan rekomendasi konsep dan peraturan Pemilihan Raya KM IPB 2010 dalam Rapat Koordinasi Anggota MPM KM IPB

3. Pendapat-pendapat yang berkembang dalam pembahasan draft peraturan Pemilihan Raya KM IPB 2010 dalam Sidang Umum MPM KM IPB.

Memutuskan

Menetapkan : PERUBAHAN TERHADAP ATURAN PEMILIHAN RAYA 2008/2009 DAN PENETAPAN PERATURAN PEMILIHAN RAYA KM IPB 2009/2010 sebagaimana terlampir

Ditetapkan Pada Acara Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Periode 2009/2010 Dramaga, 23 Mei 2010 Pukul 10.06 WIB Pimpinan Sidang Rahmat Firdaus NIM. C14060213

(18)

Lampiran

KETETAPAN MPM KM IPB

TENTANG PERATURAN PEMILIHAN RAYA KM IPB (PEMIRA KM IPB) 2009/2010

BAB I

NAMA, ISTILAH, DAN SINGKATAN

Pasal 1

(1) MPM KM IPB adalah Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang selanjutnya disebut MPM KM IPB.

(2) DPM KM IPB adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang selanjutnya disebut DPM KM IPB.

(3) TPB adalah Tingkat Persiapan Bersama yang selanjutnya disebut TPB.

(4) Presma KM IPB adalah Presiden Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang selanjutnya disebut Presma KM IPB.

(5) Wapresma KM IPB adalah Wakil Presiden Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang selanjutnya disebut Wapresma KM IPB.

(6) Pemira KM IPB adalah Pemilihan Raya Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang terdiri dari Pemira Legislatif Pusat, Pemira Legislatif Wilayah, Pemira Eksekutif Pusat dan Pemira Eksekutif Wilayah yang selanjutnya disebut Pemira KM IPB.

(7) Pemira Legislatif Pusat adalah Pemilihan Raya Anggota DPM KM IPB yang selanjutnya disebut Pemira Legislatif Pusat.

(8) Pemira Legislatif Wilayah adalah Pemilihan Raya Anggota DPM Fakultas/TPB/Diploma yang selanjutnya disebut Pemira Legislatif Wilayah.

(9) Pemira Eksekutif Pusat adalah Pemilihan Raya Presma-Wapresma KM IPB yang selanjutnya disebut Pemira Eksekutif Pusat.

(10) Pemira Eksekutif Wilayah adalah Pemilihan Raya Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma yang selanjutnya disebut Pemira Eksekutif Wilayah.

(11) Calon Anggota DPM KM IPB adalah Calon Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang selanjutnya disebut Calon Anggota DPM KM IPB.

(12) Pasangan Capresma-Cawapresma KM IPB adalah Calon Presiden Mahasiswa dan Calon Wakil Presiden Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang selanjutnya disebut Pasangan Calon.

(13) Tim Sukses adalah sekelompok mahasiswa IPB yang membantu Pasangan Calon untuk memperoleh suara terbanyak yang terdaftar secara resmi di KPR dan dipimpin seorang koordinator yang selanjutnya disebut Tim Sukses.

(14) Kampanye Pemira adalah kegiatan Pasangan Calon, Calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma, Calon Anggota DPM KM IPB, dan Tim Sukses dengan menyampaikan visi, misi, program-programnya, dan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi pemilih yang selanjutnya disebut Kampanye Pemira.

(15) KPR adalah Komisi Pemilihan Raya yang selanjutnya disebut KPR.

(16) KPRW adalah Komisi Pemilihan Raya Wilayah yang selanjutnya disebut KPRW. (17) PPR adalah Panitia Pemilihan Raya yang selanjutnya disebut PPR.

(18) PPRW adalah Panitia Pemilihan Raya Wilayah yang selanjutnya disebut PPRW. (19) P3 adalah Panitia Pengawas Pemilihan Raya yang selanjutnya disebut P3.

(20) P3W adalah Panitia Pengawas Pemilihan Raya Wilayah yang selanjutnya disebut P3W. (21) Pansus adalah Panitia Khusus yang selanjutnya disebut Pansus.

(22) TPS adalah Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS. (23) PJS adalah Penanggung Jawab Sementara yang selanjutnya disebut PJS

BAB II

KETENTUAN UMUM

Pasal 2

(19)

(2) Pemira KM IPB dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

(3) Pemira Legislatif adalah Pemira yang mencakup pemilihan Anggota DPM KM, DPM Fakultas, DPM TPB dan DPM Diploma IPB.

(4) Pemira Eksekutif adalah Pemira yang mencakup pemilihan Presma dan Wapresma, Ketua BEM Fakultas, BEM TPB dan BEM Diploma IPB.

(5) KPR adalah Komisi yang dibentuk MPM KM IPB yang bertugas untuk menyelenggarakan Pemira Eksekutif Pusat.

(6) KPRW adalah Komisi yang dibentuk DPM Fakultas/TPB/Diploma yang bertugas menyelenggarakan Pemira Eksekutif di Wilayah.

(7) PPR adalah Panitia yang dibentuk oleh KPR yang bertugas membantu pelaksanaan teknis Pemira Eksekutif di Pusat.

(8) PPRW adalah Panitia yang dibentuk oleh KPRW yang bertugas membantu pelaksanaan teknis Pemira Eksekutif di Wilayah.

(9) P3 adalah panitia yang dibentuk MPM KM IPB yang bertugas untuk melakukan pengawasan Pemira Eksekutif Pusat.

(10) P3W adalah panitia yang dibentuk oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma yang bertugas untuk melakukan pengawasan Pemira Eksekutif Wilayah.

(11) Pansus adalah Panitia Khusus yang dibentuk oleh MPM KM IPB atau DPM Fakultas/TPB/Diploma yang bertugas untuk menyelenggarakan Pemira Legislatif.

(12) Pemilih adalah setiap mahasiswa aktif program Sarjana dan Diploma KM IPB yang mempunyai hak memilih.

(13) Pasangan Calon adalah mahasiswa yang mencalonkan diri atas nama pribadi dalam Pemira KM IPB dengan memenuhi persyaratan yang akan ditentukan oleh KPR.

(14) Calon Anggota DPM KM IPB adalah mahasiswa yang mencalonkan diri atas nama pribadi dalam Pemira KM IPB dengan memenuhi persyaratan yang akan ditentukan oleh Pansus Legislatif Pusat. (15) Calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma adalah mahasiswa yang mencalonkan diri atas nama

pribadi dalam Pemira KM IPB dengan memenuhi persyaratan yang akan ditentukan oleh KPRW. (16) Calon Anggota DPM Fakultas/TPB/Diploma adalah mahasiswa yang mencalonkan diri atas nama

pribadi dalam Pemira KM IPB dengan memenuhi persyaratan yang akan ditentukan oleh Pansus Legislatif Wilayah.

(17) Perangkat Pemira KM IPB dilarang melakukan provokasi yang dapat mempengaruhi dan mencampuri hak dan kewajiban pemilih.

BAB III TUJUAN

Pasal 3 Pemira KM IPB sekurang-kurangnya bertujuan untuk memilih:

(1) Anggota DPM KM IPB.

(2) Anggota DPM Fakultas, DPM TPB dan DPM Diploma. (3) Presma dan Wapresma KM IPB.

(4) Ketua BEM Fakultas, BEM TPB dan BEM Diploma.

BAB IV

PENYELENGGARAAN PEMIRA

Pasal 4 Pemira Legislatif terdiri dari:

(1) Pemilihan Anggota DPM KM IPB yang diselenggarakan oleh Pansus Pemira Legislatif Pusat dan berkoordinasi dengan DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(2) Pemilihan Anggota DPM Fakultas/TPB/Diploma diselenggarakan oleh Pansus Pemira Legislatif Wilayah dengan mekanisme yang diatur oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma.

Pasal 5 Pemira Eksekutif terdiri dari:

(1) Pemilihan Presma dan Wapresma KM IPB diselenggarakan oleh KPR yang dibantu PPR dan berkoordinasi dengan KPRW.

(20)

(2) Pemilihan Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma diselenggarakan oleh KPRW yang dibantu PPRW.

BAB V AZAS PEMIRA

Pasal 6

Penyelenggaraan Pemira KM IPB didasarkan atas azas-azas sebagai berikut:

(1) Langsung, yaitu setiap pemilih secara langsung dapat memberikan suaranya pada saat pelaksanaan Pemira KM IPB.

(2) Umum, yaitu penyelenggaraan Pemira KM IPB memberi kesempatan kepada pemilih untuk terlibat di dalamnya.

(3) Bebas, yaitu setiap pemilih memiliki kebebasan dalam menggunakan hak pilih dan dipilih sesuai dengan aspirasi politiknya dalam Pemira KM IPB.

(4) Rahasia, yaitu setiap pemilih dijamin kerahasiaannya dalam menyalurkan aspirasi politiknya pada Pemira KM IPB.

(5) Kejujuran, yaitu penyelenggaraan Pemira KM IPB yang dilandasi semangat kejujuran dengan menjunjung tinggi prinsip keterbukaan.

(6) Keadilan, yaitu penyelenggaraan Pemira KM IPB dilandasi oleh semangat keadilan untuk memberi kesempatan yang sama dan proposional terhadap semua pemilih.

BAB VI

PEMILIHAN PRESMA DAN WAPRESMA

Pasal 7

Pemilihan Pasangan Calon Presma dan Wapresma KM IPB dilakukan dengan system popular vote (one

man one vote) ditetapkan berdasarkan hasil akumulasi keseluruhan suara pemilih pada tiap-tiap wilayah

pemilihan di Fakultas, TPB, dan Diploma.

BAB VII

PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DPM KM IPB

Pasal 8

(1) Pemilihan anggota DPM KM IPB berdasarkan wilayah Fakultas, TPB, dan Diploma.

(2) Penetapan jumlah kursi untuk DPM KM IPB pada tiap-tiap Fakultas, TPB, dan Diploma ditetapkan oleh MPM KM IPB.

(3) Jumlah quota kursi untuk DPM KM IPB pada tiap-tiap Fakultas ditentukan berdasarkan keterwakilan dimana 1 (satu) kursi mewakili 250 (dua ratus lima puluh) orang mahasiswa dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

Jumlah kursi per Fakultas = Jumlah mahasiswa di Fakultas 250

(4) Apabila jumlah suara sisa hasil pembagian pada Fakultas melebihi satu atau sama dengan (1/2 x 250) + 1 maka diwakili oleh satu orang.

(5) Jumlah quota kursi untuk DPM KM IPB pada TPB/Diploma ditentukan berdasarkan keterwakilan dimana 1 (satu) kursi mewakili 500 (lima ratus) orang mahasiswa dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

Jumlah kursi per TPB/Diploma = Jumlah mahasiswa di TPB/Diploma 500

(6) Apabila jumlah suara sisa hasil pembagian pada TPB/Diploma melebihi satu atau sama dengan (1/2 x 500) + 1 maka diwakili oleh satu orang.

(7) Apabila jumlah peserta calon anggota DPM KM IPB untuk setiap Fakultas/TPB/Diploma melebihi quota yang ditentukan, maka dilakukan pemilihan dengan system popular vote (one man one vote) untuk menentukan anggota DPM KM IPB dengan mekanisme yang diatur oleh Pansus Pemira Legislatif Pusat.

(8) Apabila jumlah peserta calon anggota DPM KM IPB untuk setiap fakultas/TPB/Diploma kurang dari quota yang ditentukan maka secara langsung calon anggota DPM KM IPB yang mendaftar akan menjadi anggota DPM KM IPB dengan mekanisme yang diatur oleh Pansus Pemira Legislatif Pusat dan sisa qouta yang tidak terpenuhi tidak dapat dialihkan.

(21)

BAB VIII

PERANGKAT PEMIRA Bagian Kesatu

KPR

Pasal 9

(1) Anggota KPR direkrut secara terbuka dan diseleksi oleh MPM KM IPB.

(2) Penyelenggaraan Pemira Eksekutif untuk memilih Presma dan Wapresma dilakukan oleh KPR. (3) Struktur KPR ditentukan oleh KPR dengan berkoordinasi kepada MPM KM IPB.

(4) Setiap anggota KPR memiliki hak bicara dan hak suara yang sama.

(5) Pembentukan dan pembubaran KPR ditetapkan dengan ketetapan MPM KM IPB berdasarkan hasil Sidang Umum MPM KM IPB.

(6) KPR berkedudukan di pusat.

(7) KPR tidak diperbolehkan memihak salah satu Peserta Pemira Eksekutif KM IPB. Pasal 10

Tugas dan Wewenang KPR (1) Merencanakan pelaksanaan Pemira Eksekutif Pusat.

(2) Membuat tahapan-tahapan pelaksanaan Pemira Eksekutif Pusat.

(3) Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan Pemira Eksekutif Pusat.

(4) Membentuk PPR dan mengkoordinasikan kegiatan Pemira Eksekutif mulai dari Pusat sampai Wilayah.

(5) Mengumpulkan dan menyusun secara sistematis bahan-bahan serta hasil Pemira Eksekutif Pusat. (6) Menyelenggarakan proses verifikasi bakal Pasangan Calon

(7) Menetapkan nama-nama Pasangan Calon.

(8) Menetapkan hasil keseluruhan Pemira Eksekutif Pusat di semua wilayah pemilihan. (9) Menjalankan fungsi yudikasi terkait pelanggaran Pemira Eksekutif Pusat.

(10) Melakukan evaluasi atas pelaksanaan Pemira eksekutif Pusat selambat-lambatnya satu bulan setelah Pemira eksekutif Pusat berlangsung.

Pasal 11

(1) Dalam kondisi atau keadaan tertentu dimana KPR tidak dapat melaksanakan tugas dan wewenang seperti yang dimaksud pada pasal 10, maka KPR dapat dibubarkan oleh MPM KM IPB atau PJS KM IPB jika MPM KM IPB telah demisioner.

(2) Setelah KPR dibubarkan wewenang selanjutnya diambil alih oleh MPM KM IPB atau PJS KM IPB jika MPM KM IPB telah demisioner.

Bagian Kedua KPRW

Pasal 12

(1) Anggota KPRW ditetapkan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma melalui mekanisme yang ditentukan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(2) Pemira Eksekutif Wilayah diselenggarakan oleh KPRW.

(3) Struktur KPRW ditentukan oleh KPRW dengan berkoordinasi kepada DPM Fakultas/TPB/Diploma. (4) Setiap anggota KPRW memiliki hak bicara dan hak suara yang sama.

(5) Pembentukan dan pembubaran KPRW ditetapkan dengan surat keputusan DPM Fakultas/TPB/Diploma berdasarkan hasil Rapat Pleno.

(6) KPRW berkedudukan di wilayah.

(7) KPRW tidak diperbolehkan memihak salah satu Peserta Pemira Eksekutif KM IPB. Pasal 13

Tugas dan Wewenang (1) Merencanakan pelaksanaan Pemira Eksekutif Wilayah.

(2) Membuat tahapan-tahapan pelaksanaan Pemira Eksekutif Wilayah.

(22)

(4) Membentuk PPRW dan mengkoordinasikan kegiatan Pemira Eksekutif Wilayah (5) Berkoordinasi dengan KPR dalam pelaksanaan Pemira Eksekutif KM IPB.

(6) Mengumpulkan dan menyusun secara sistematis bahan-bahan serta hasil Pemira Eksekutif Wilayah.

(7) Menyelenggarakan proses verifikasi bakal Calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma. (8) Menetapkan nama-nama Calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma.

(9) Menetapkan hasil keseluruhan Pemira Eksekutif Wilayah

(10) Menjalankan fungsi yudikasi terkait pelanggaran Pemira Eksekutif Wilayah.

(11) Melakukan evaluasi atas pelaksanaan Pemira Eksekutif Wilayah selambat-lambatnya satu bulan setelah Pemira Eksekutif Wilayah berlangsung.

Pasal 14

(1) Dalam kondisi atau keadaan tertentu dimana KPRW tidak dapat menjalankan tugas dan wewenang seperti yang dimaksud dalam pasal 13, maka KPRW dapat dibubarkan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma atau PJS DPM Fakultas/TPB/Diploma jika DPM Fakultas/TPB/Diploma telah demisioner.

(2) Setelah KPRW dibubarkan wewenang selanjutnya diambil alih oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma atau PJS DPM Fakultas/TPB/Diploma jika DPM Fakultas/TPB/Diploma telah demisioner.

Bagian Ketiga PPR

Pasal 15

(1) Ketua PPR merupakan anggota KPR yang dipilih dari dan oleh anggota KPR. (2) Mekanisme perekrutan anggota PPR ditetapkan dengan keputusan KPR. (3) Struktur PPR ditentukan oleh KPR

(4) Setiap anggota PPR memiliki hak bicara yang sama.

(5) PPR tidak diperbolehkan memihak salah satu Peserta Pemira Eksekutif KM IPB. Pasal 16

Tugas dan Wewenang PPR (1) Membantu pelaksanaan teknis Pemira Eksekutif Pusat.

(2) Berkoordinasi dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan teknis Pemira Eksekutif Pusat kepada KPR.

(3) Menghitung hasil pemilihan suara untuk pasangan calon. (4) Mensosialisasikan hasil Pemira Eksekutif Pusat.

(5) Berkoordinasi dengan PPRW dalam pelaksanaan teknis Pemira Eksekutif mulai dari pusat sampai wilayah.

Bagian Keempat PPRW

Pasal 17

(1) Mekanisme penetapan ketua dan perekrutan anggota PPRW ditetapkan dengan keputusan KPRW. (2) Struktur PPRW ditentukan oleh KPRW.

(3) Setiap anggota PPRW memiliki hak bicara yang sama.

(4) PPRW tidak diperbolehkan memihak salah satu Peserta Pemira Eksekutif KM IPB. Pasal 18

Tugas dan Wewenang PPRW (1) Membantu pelaksanaan teknis Pemira Eksekutif Wilayah.

(2) Berkoordinasi dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan teknis Pemira Eksekutif Wilayah kepada KPRW.

(3) Menghitung hasil pemilihan suara untuk calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma. (4) Mensosialisasikan hasil Pemira Eksekutif Wilayah.

(23)

Bagian Kelima P3

Pasal 19

(1) Mekanisme pembentukan dan pembubaran anggota P3 ditetapkan dengan Ketetapan MPM KM IPB.

(2) Struktur kapanitiaan P3 ditentukan oleh P3 sendiri dan ditetapkan oleh MPM KM IPB. (3) P3 memiliki hubungan koordinatif dengan KPR.

(4) Setiap anggota P3 memiliki kedudukan dan kewajiban yang sama.

(5) P3 berkewajiban menaati dan mematuhi segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh MPM KM IPB yang berkaitan dengan pelaksanaan Pemira Eksekutif yang langsung, jujur, adil, umum, bebas, dan rahasia.

(6) P3 tidak diperbolehkan melakukan pengawasan yang mengakibatkan kerancuan arus informasi tentang data pemungutan suara.

(7) P3 tidak diperbolehkan memihak salah satu peserta Pemira Eksekutif KM IPB.

(8) Pelanggaran yang dilakukan P3 dilaporkan kepada MPM KM IPB oleh saksi mata dengan bukti yang jelas.

Pasal 20

Tugas dan wewenang P3

(1) Melakukan pengawasan terhadap jalannya Pemira Eksekutif Pusat secara objektif dan tidak memihak.

(2) Mengkoordinasikan pengawasan Pemira Eksekutif mulai dari Pusat sampai Wilayah.

(3) P3 berwenang menyampaikan laporan kepada MPM KM IPB apabila KPR melakukan pelanggaran terhadap peraturan Pemira.

(4) P3 berwenang menyampaikan laporan kepada KPR apabila Pasangan Calon melakukan pelanggaran terhadap peraturan Pemira.

(5) P3 berwenang menerima laporan pelanggaran Pemira Eksekutif Pusat dari Pasangan Calon. Pasal 21

Hak dan Kewajiban (1) P3 mempunyai hak untuk:

a. Melakukan pengawasan terkait Pemira Eksekutif Pusat. b. Mendapatkan biaya operasional dari MPM KM IPB. c. Mendapatkan legitimasi dari MPM KM IPB.

(2) P3 mempunyai kewajiban untuk:

a. Mengawasi jalannya Pemira Eksekutif Pusat. b. Mengawasi proses pemungutan suara.

c. Mengawasi perhitungan suara Pemira pasangan calon.

d. Membuat dan melaporkan berita acara tentang pengawasan Pemira Eksekutif ke MPM KM IPB. e. Membuat laporan keuangan yang diserahkan kepada MPM KM IPB.

f. Menyampaikan hasil pengawasan kepada mahasiswa IPB. Pasal 22

(1) Apabila anggota P3 melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka hak dan kewajibannya akan dicabut oleh MPM KM IPB.

(2) Dalam kondisi atau keadaan tertentu dimana P3 tidak dapat melaksanakan tugas dan wewenang seperti yang dimaksud pada pasal 20, maka P3 dapat dibubarkan oleh MPM KM IPB atau PJS KM IPB jika MPM KM IPB telah demisioner.

(3) Setelah P3 dibubarkan wewenang selanjutnya diambil alih oleh MPM KM IPB atau PJS KM IPB jika MPM KM IPB telah demisioner.

(24)

Bagian Keenam P3W

Pasal 23

(1) Mekanisme pembentukan dan pembubaran P3W ditetapkan dengan keputusan DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(2) P3W memantau jalannya Pemira wilayah secara objektif dan tidak memihak. (3) P3W bertanggung jawab kepada DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(4) Dalam melaksanakan pemantauan Pemira wilayah, setiap anggota P3W mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

(5) P3W berkewajiban menaati dan mematuhi segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma yang berkaitan dengan pelaksanaan Pemira KM IPB yang langsung, jujur, adil, umum, bebas, dan rahasia.

(6) P3W tidak diperbolehkan melakukan pengawasan yang mengakibatkan kerancuan arus informasi tentang data pemungutan suara.

(7) P3W tidak diperbolehkan memihak salah satu peserta Pemira Eksekutif KM IPB.

(8) Pelanggaran yang dilakukan P3W dilaporkan kepada DPM Fakultas/TPB/Diploma oleh saksi mata dengan bukti yang jelas.

Pasal 24

Tugas dan wewenang P3W

(1) Melakukan pengawasan terhadap jalannya Pemira Eksekutif Wilayah secara objektif dan tidak memihak.

(2) P3W berwenang menyampaikan laporan kepada DPM Fakultas/TPB/Diploma apabila KPRW melakukan pelanggaran terhadap peraturan Pemira.

(3) P3W berwenang menyampaikan laporan kepada KPRW apabila Calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma melakukan pelanggaran terhadap peraturan Pemira.

(4) P3W berwenang menerima laporan pelanggaran Pemira Eksekutif Wilayah dari Calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma.

Pasal 25 Hak dan Kewajiban (1) P3W mempunyai hak untuk:

a. Melakukan pengawasan terkait Pemira Eksekutif Wilayah. b. Mendapatkan legitimasi dari DPM Fakultas/TPB/Diploma. (2) P3W mempunyai kewajiban untuk:

a. Mengawasi jalannya Pemira Eksekutif Wilayah. b. Mengawasi proses pemungutan suara.

c. Mengawasi perhitungan suara Pemira calon ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma.

d. Membuat dan melaporkan berita acara tentang pengawasan Pemira Eksekutif Wilayah ke DPM Fakultas/TPB/Diploma.

e. Menyampaikan hasil pengawasan kepada mahasiswa Fakultas/TPB/Diploma. f. Berkoordinasi dengan P3 dalam pengawasan Pemira Eksekutif Pusat.

Pasal 26

(1) Apabila anggota P3W melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka hak dan kewajibannya akan dicabut oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma

(2) Dalam kondisi atau keadaan tertentu dimana P3W tidak dapat melaksanakan tugas dan wewenang seperti yang dimaksud pada pasal 24, maka P3W dapat dibubarkan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma atau PJS DPM Fakultas/TPB/Diploma jika DPM Fakultas/TPB/Diploma telah demisioner.

(3) Setelah P3W dibubarkan wewenang selanjutnya diambil alih oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma atau PJS DPM Fakultas/TPB/Diploma jika DPM Fakultas/TPB/Diploma telah demisioner.

(25)

Bagian ketujuh Pansus

Pasal 27 (1) Pemira legislatif dilaksanakan oleh Pansus.

(2) Pemira legislatif Pusat diselenggarakan oleh Pansus Pemira Legislatif Pusat yang dibentuk dan dibubarkan oleh MPM KM IPB.

(3) Pemira legislatif Wilayah dilakukan oleh Pansus Pemira Legislatif Wilayah yang dibentuk dan dibubarkan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(4) Pansus Pemira Legislatif Pusat adalah anggota MPM KM IPB dan bukan calon anggota DPM KM IPB periode selanjutnya.

(5) Pansus DPM Fakultas/TPB/Diploma adalah bukan calon anggota DPM Fakultas/TPB/Diploma periode selanjutnya.

(6) Pansus Pemira Legislatif Wilayah bertanggung jawab kepada MPM KM IPB.

(7) Pansus DPM Fakultas/TPB/Diploma bertanggung jawab kepada DPM Fakultas/TPB/Diploma. (8) Struktur Pansus Pemira Legislatif Pusat ditentukan dan ditetapkan oleh MPM KM IPB.

(9) Struktur Pansus Pemira Legislatif Wilayah ditentukan dan ditetapkan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(10) Setiap anggota Pansus memiliki hak bicara dan hak suara yang sama. Pasal 28

Tugas dan Wewenang (1) Merencanakan dan melaksanakan Pemira Legislatif. (2) Membuat tahapan-tahapan Pemira Legislatif.

(3) Menyusun dan menetapkan petunjuk Pemira Legislatif.

(4) Pansus Pemira Legislatif Pusat Berkoordinasi dengan BPH MPM KM IPB terkait Pemira Legislatif Pusat.

(5) Pansus Pemira Legislatif Wilayah Berkoordinasi dengan BPH DPM Fakultas/TPB/Diploma terkait Pemira Legislatif Wilayah.

(6) Mengumpulkan dan menyusun secara sistematis bahan-bahan Pemira Legislatif.

(7) Penyelenggaraan proses verifikasi anggota MPM KM IPB dilaksanakan oleh Pansus MPM KM IPB. (8) Pansus Pemira Legislatif Pusat membuat aturan atau SOP Pemira Legislatif Pusat dan ditetapkan

oleh MPM KM IPB.

(9) Membuat aturan atau SOP Pemira Legislatif Wilayah dan ditetapkan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(10) Menjalankan fungsi yudikasi terkait Pemira Legislatif.

(11) Mempublikasikan anggota DPM KM IPB atau anggota DPM Fakultas/TPB/Diploma.

BAB IX

HAK MEMILIH DAN DIPILIH

Pasal 29

Setiap pemilih mempunyai satu hak suara dan tidak dapat diwakilkan. Pasal 30

(1) Setiap mahasiswa Sarjana dan Diploma anggota penuh KM IPB berhak untuk dipilih jika telah ditetapkan menjadi peserta Pemira KM IPB.

(2) Setiap anggota penuh KM IPB yang berhak dipilih mempunyai hak dan kewajiban yang sama, sesuai dengan peraturan Pemira KM IPB.

BAB X SAKSI

Pasal 31 (1) Saksi berasal dari tim sukses atau pemilih.

(2) Saksi harus terdaftar sesuai dengan mekanisme yang akan diatur oleh perangkat Pemira KM IPB. (3) Saksi bertugas memantau proses pemungutan dan perhitungan suara.

(26)

BAB XI

PEMUNGUTAN DAN PERHITUNGAN SUARA

Pasal 32 Pemungutan suara

(1) Pemungutan suara untuk pemilihan Anggota DPM KM IPB dilaksanakan oleh Pansus Pemira Legislatif Pusat dan berkoordinasi dengan DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(2) Pemungutan suara Pasangan Calon dilaksanakan oleh PPR dan berkoordinasi dengan PPRW. (3) Pemungutan suara calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma dilaksanakan oleh PPRW.

(4) Pemungutan suara dilaksanakan di TPS yang telah ditetapkan oleh KPR. (5) Tata cara pemungutan suara diatur melalui ketetapan KPR.

Pasal 33 Perhitungan suara

(1) Perhitungan suara calon anggota DPM KM IPB dilakukan secara terpusat pada tempat yang telah ditentukan oleh Pansus Pemira Legislatif Pusat.

(2) Perhitungan suara pasangan calon dilakukan secara terpusat pada tempat yang telah ditentukan oleh KPR.

(3) Perhitungan suara calon Ketua BEM Fakultas/TPB/Diploma dilakukan pada tempat yang telah ditentukan oleh KPRW.

(4) Proses perhitungan suara dapat dihadiri oleh seluruh mahasiswa IPB.

(5) Saksi dan/atau P3 dapat mengajukan keberatan kepada KPR jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan Pemira disertai saksi mata dengan bukti yang jelas.

(6) Saksi dan/atau P3W dapat mengajukan keberatan kepada KPRW jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan Pemira disertai saksi mata dengan bukti yang jelas.

(7) Saksi dan/atau calon anggota DPM KM IPB dapat mengajukan keberatan kepada Pansus Pemira legislatif Pusat jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan perturan Pemira disertai saksi mata dengan bukti yang jelas.

BAB XII

PENETAPAN HASIL PERHITUNGAN SUARA PEMIRA

Pasal 34

(1) Hasil perhitungan suara Pemira Eksekutif Pusat ditetapkan oleh KPR. (2) Hasil perhitungan suara Pemira Eksekutif Wilayah ditetapkan oleh KPRW.

(3) Hasil perhitungan suara Pemira Legislatif Pusat ditetapkan oleh Pansus Pemira Legislatif Pusat. (4) Apabila KPR dan/atau Pansus Pemira Legislatif Pusat tidak dapat mencapai kesepakatan terhadap

penetapan hasil keseluruhan perhitungan suara, maka MPM KM IPB atau PJS KM IPB berhak menetapkan hasil perhitungan.

(5) Apabila KPRW tidak dapat mencapai kesepakatan terhadap penetapan hasil keseluruhan perhitungan suara, maka DPM Fakultas/TPB/Diploma atau PJS Fakultas/TPB/Diploma berhak menetapkan hasil perhitungan.

BAB XIII

SOSIALISASI HASIL PEMIRA

Pasal 35

(1) Pengumuman hasil Pemira Legislatif dilakukan oleh Pansus (2) Pengumuman hasil Pemira Eksekutif Pusat dilakukan oleh KPR (3) Pengumuman hasil Pemira Eksekutif Wilayah dilakukan oleh KPRW

(4) Pengumuman hasil Pemira KM IPB diberitahukan kepada seluruh peserta pemira KM IPB. (5) Pengumuman hasil Pemira KM IPB selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.

(27)

BAB XIV

Penyelesain Pelanggaran

Pasal 36

Peserta Pemira KM IPB

(1) Penyelesaian pelanggaran peserta terhadap peraturan Pemira KM IPB dilaksanakan dalam Sidang Pelanggaran.

(2) Sidang Pelanggaran diselenggarakan oleh Pansus dan/atau KPR di Pusat dan Pansus dan/atau KPRW di Wilayah.

Pasal 37 Perangkat Pemira

(1) Pelanggaran terhadap peraturan Pemira yang dilakukan perangkat Pemira Pusat diselesaikan oleh MPM KM IPB.

(2) Pelanggaran terhadap peraturan Pemira yang dilakukan perangkat Pemira Wilayah diselesaikan oleh DPM Fakultas/TPB/Diploma.

(3) Penyelesaian pelanggaran perangkat Pemira Pusat dilaksanakan dalam Sidang MPM KM IPB. (4) Penyelesaian pelanggaran perangkat Pemira Wilayah dilaksanakan dalam Sidang DPM

Fakultas/TPB/Diploma.

BAB XV KETENTUAN LAIN

Pasal 38

Apabila di TPS ternyata terdapat kekeliruan atau hal-hal lain yang menghambat pemungutan dan perhitungan suara, setelah diadakan penelitian dan pemeriksaan dapat dilakukan pemungutan dan perhitungan suara ulang di tempat tersebut dengan memperhatikan ketentuan dan jadwal waktu yang ditetapkan oleh KPR.

Pasal 39

Apabila di TPS pada waktu yang telah ditetapkan tidak dapat diselenggarakan Pemira atau terhenti akibat keadaan yang memaksa, maka Pemira ulangan dilakukan di tempat yang sama setelah keadaan memungkinkan dengan memperhatikan batas waktu yang telah ditetapkan oleh KPR.

Pasal 40

Pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara ulang atau susulan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 38 dan 39 dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak waktu pemungutan dan perhitungan sebelumnya yang telah ditetapkan oleh KPR.

BAB XVI PENUTUP

Pasal 41

(1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam peraturan ini akan diatur kemudian dalam Peraturan Pelaksana sesuai dengan tugas dan wewenang perangkat Pemira KM IPB.

(2) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika terdapat kekeliruan didalamnya.

(28)

SURAT KETETAPAN

No. 036/TAP SU/MPM KM IPB/2010 Tentang

PEMBENTUKAN HIMPUNAN MAHASISWA PROFESI HIMATESIL (HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN)

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Periode 2009/2010 Mengingat :

a) Anggaran Dasar KM IPB Pasal 1 Ayat 18 tentang Istilah dan Singkatan b) Anggaran Dasar KM IPB pasal 11 Ayat 1 tentang Perangkat KM IPB c) Anggaran Dasar KM IPB pasal 12 Ayat 1 tentang Kekuasaan

d) Anggaran Rumah Tangga KM IPB Pasal 6 Ayat 8 tentang Tugas dan Wewenang MPM KM

e) Anggaran Rumah Tangga KM IPB Pasal 61, 62, 63, 64, 65, 66, dan 67 tentang Himpunan Mahasiswa Profesi

Menimbang :

a) Bahwa diperlukan kelembagaan mahasiswa sebagai sarana aktualisasi dan peningkatan kemampuan mahasiswa

b) Bahwa adanya aspirasi mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan untuk segera membentuk kelembagaan mahasiswa seperti tertuang dalam AD/ART KM IPB

c) Surat Rekomendasi Ketua Depertemen Teknik Sipil dan Lingkungan untuk pembentukan Himpunan Mahasiswa Profesi Teknik Sipil dan Lingkungan Fateta IPB

d) Surat Rekomendasi DPM Fateta IPB kepada MPM KM IPB untuk pembentukan Himpunan Mahasiswa Profesi Teknik Sipil dan Lingkungan Fateta IPB sebagai lembaga kemahasiswaan dalam lingkup KM IPB

Memperhatikan :

a) Hasil kajian Pansus HIMATESIL MPM KM IPB

b) Hasil rekomendasi Rapat Koordinasi Anggota MPM KM IPB

c) Pendapat-pendapat yang berkembang dalam Sidang Umum MPM KM IPB

Memutuskan :

Menetapkan

PEMBENTUKAN HIMPUNAN MAHASISWA PROFESI HIMATESIL (HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN)

Ditetapkan pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Dramaga, 10 Oktober 2010 Pukul 09.05 WIB Pimpinan Sidang

Rahmat Firdaus NIM. C14060213

(29)

SURAT KETETAPAN

No. 037/TAP SU/MPM KM IPB/2010 Tentang

MEKANISME PEMBUATAN UNDANG-UNDANG KM IPB Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Periode 2009/2010 Mengingat :

a) Anggaran Dasar KM IPB pasal 1 Ayat 5, 9, 12, dan 13 tentang Istilah dan Singkatan b) Anggaran Dasar KM IPB pasal 11 Ayat 1 tentang Perangkat

c) Anggaran Dasar KM IPB pasal 12 Ayat 1 tentang Kekuasaan

d) Anggaran Rumah Tangga KM IPB Pasal 7 ayat 3 tentang hak dan kewajiban MPM KM IPB e) Anggaran Rumah Tangga KM IPB Pasal 14 tentang Sidang Umum

f) Anggaran Rumah Tangga KM IPB Pasal 21 tentang DPM KM

g) Anggaran Rumah Tangga KM IPB Pasal 23 Ayat 2 dan 4 tentang Tugas DPM KM h) Anggaran Rumah Tangga KM IPB pasal 24 Ayat 1 tentang Wewenang DPM KM IPB i) Anggran Rumah Tangga KM IPB pasal 25 Ayat 2 tentang Hak dan Kewajiban DPM KM IPB

Menimbang :

a) Dewan Pewakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor adalah lembaga legislatif tingkat perguruan tinggi yang berwenang dalam membuat Undang-Undang KM IPB

b) Perlu diaturnya mekanisme pembuatan Undang-Undang KM IPB yang belum tertuang dalam AD/ART KM IPB

Memperhatikan :

a) Hasil keputusan pleno DPM KM IPB

b) Hasil kajian Badan Pekerja Konstitusi MPM KM IPB

c) Hasil rekomendasi Rapat Koordinasi Anggota MPM KM IPB

d) Pendapat-pendapat yang berkembang dalam Sidang Umum MPM KM IPB

Memutuskan :

Menetapkan

Mekanisme Pembuatan Undang-Undang KM IPB sebagaimana terlampir. Ditetapkan pada Sidang Umum

Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Dramaga, 10 Oktober 2010 Pukul 11.21 WIB Pimpinan Sidang

Rahmat Firdaus NIM. C14060213

(30)

Lampiran

Bagian Kesatu

Persiapan Pembentukan Undang-Undang Pasal 1

1. Rancangan undang-undang baik yang berasal dari Dewan Pewakilan Mahasiswa KM IPB maupun Presiden Mahasiswa KM IPB, disusun berdasarkan Program Legislasi KM IPB.

2. Dalam keadaan tertentu, Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB atau Presiden Mahasiswa KM IPB dapat mengajukan rancangan undang-undang di luar Program Legislasi KM IPB.

Pasal 2

1. Rancangan undang-undang dapat berasal dari Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dan Presiden Mahasiswa KM IPB

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengusulan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB (atau) ketetapan DPM KM.

Pasal 3

1. Rancangan undang-undang yang telah disiapkan oleh Presiden Mahasiswa KM IPB diajukan dengan surat Presiden Mahasiswa KM IPB kepada pimpinan Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB.

2. Dalam surat Presiden Mahasiswa KM IPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditegaskan antara lain tentang Wakil Presiden KM IPB dan/atau menteri yang ditugasi mewakili Presiden Mahasiswa KM IPB dalam melakukan pembahasan rancangan undang-undang di Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB. 3. Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB mulai membahas usulan rancangan undang-undang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam rapat pleno DPM KM dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak surat Presiden Mahasiswa KM IPB diterima untuk mendapatkan persetujuan DPM KM IPB

4. Untuk keperluan pembahasan rancangan undang-undang di Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB, Presiden Mahasiswa KM IPB memperbanyak naskah rancangan undang-undang tersebut dalam jumlah yang diperlukan.

Pasal 4

1. Rancangan undang-undang yang telah disiapkan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB disampaikan dengan surat pimpinan Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB kepada Presiden Mahasiswa KM IPB.

2. Presiden Mahasiswa KM IPB dapat menugasi Wakil Presiden Mahasiswa KM IPB dan/atau menteri yang mewakili untuk membahas rancangan undang-undang bersama Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak surat pimpinan Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB diterima.

Pasal 5

1. Penyebarluasan rancangan undang-undang yang berasal dari Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dilaksanakan oleh Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB.

2. Penyebarluasan rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden Mahasiswa KM IPB dilaksanakan oleh Kementrian bidang Informasi dan Komunikasi BEM KM IPB.

Pasal 6

Apabila dalam satu masa sidang, Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dan Presiden Mahasiswa KM IPB menyampaikan rancangan undang-undang mengenai materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan undang-undang yang disampaikan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB, sedangkan rancangan undang-undang yang disampaikan Presiden Mahasiswa KM IPB digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

(31)

Bagian Kedua

Pembahasan Rancangan Undang-undang di Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB Pasal 7

1. Pembahasan rancangan undang-undang di Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dilakukan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB bersama Presiden Mahasiswa KM IPB atau pihak yang ditugasi.

2. Pembahasan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan.

3. Tingkat-tingkat pembicaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB.

Pasal 8

1. Rancangan undang-undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dan Presiden Mahasiswa KM IPB.

2. Rancangan Undang-undang yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama seluruh anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dan/atau Presiden Mahasiswa KM IPB.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan kembali rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB.

Bagian Ketiga

Pengesahan Undang-Undang Pasal 9

1. Rancangan undang-undang yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB atau disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dan Presiden Mahasiswa KM IPB, disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB untuk disahkan menjadi undang-undang.

2. Penyampaian rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

Pasal 10

1. Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 disahkan oleh Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan undang-undang tersebut disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dan/atau Presiden Mahasiswa KM IPB.

2. Dalam hal rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditandatangani oleh Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan undangundang tersebut disetujui bersama, maka rancangan undang-undang tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan.

Bagian Keempat Pengundangan

Pasal 11

Undang-undang mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam undang-undang yang bersangkutan.

Bagian Kelima Penyebarluasan

Pasal 12

(32)

Bagian Keenam Partisipasi Mahasiswa

Pasal 13

Mahasiswa berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan undang-undang.

Bagian Ketujuh Ketentuan Penutup

Pasal 14

Pada saat ketetapan ini mulai berlaku maka undang-undang yang telah diatur sebelumnya yang bertentangan dengan ketetapan ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 15

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga perbuatan materiil nya dapat dikenakan Pasal 28 ayat (2) UU ITE karena melakukan penyebaran ujaran kebencian bermuatan SARA, sedangkan untuk menentukan apakah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi Metode Operatif Wanita (MOW) di wilayah kerja Puskesmas Nglipar II

Jumlah responden dalam dalam penelitian ini sebanyak 98 pasangan usia subur yang melakukan kunjungan di Puskesmas Depok I, mayoritas penduduk yang berada di Wilayah

Penyebab GPP/H secara pasti belum diketahui, tetapi beberapa faktor diduga dapat mencetuskan timbulnya gangguan tersebut, yaitu faktor genetik,

Dalam interaksi sinar gamma dengan suatu materi terdapat tiga proses utama di mana foton kehilangan energinya berdasarkan interaksi dengan bahan yang terjadi antara

Dari hasil terapi cognitive behavior (CBT) diperoleh hasil bahwa subjek mampu mengubah pemikiran negative nya menjadi pikiran positif seperti subjek merasa jijik dan marah

Naiknya indeks yang diterima petani lebih dipengaruhi oleh peningkatan subkelompok padi sebesar 3,88 persen sedangkan naiknya indeks yang dibayar dominan dipengaruhi oleh peningkatan

mengontrol bunga dan fenologi buah. Hasil pengamatan yang dilakukan di kebun buah naga Bulathsinhala, Srilanka, dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tidak ada nama varietas