• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang­Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng gunaan Secara Komer sial dipidana dengan pidana penjara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng gunaan Secara Komer sial di pidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di pidana de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)
(5)
(6)
(7)

Kata Pengantar Aspirasi xxiii

Pengantar Penulis xxv

Bagian Pertama: Agama, Pancasila, dan Kebinekaan Kita 1

#1 Menggugat Peran Agama 3

#2 Mendedahkan Agama Berwajah Humanis 9

#3 Mengembalikan Pancasila Sebagai Perekat Bangsa 15

#4 Islam, Peradaban dan Transformasi Sosial 19

#5 Mengenang dan Meneladani “Romo” Ben 29

#6 Tantangan dan Solusi dalam Berkebangsaan 33

#7 Santri dan Masa Depan Kebinekaan Indonesia 39

Bagian Kedua: Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Beragama 45

#1 Landasan Filosofis Kebebasan Beragama 47

#2 Skema HAM dalam Menjamin Kebebasan Beragama 51

#3 Mengapa Intoleransi, Diskriminasi dan Kekerasan Atas

Nama Agama Dilarang? 55

Daftar Isi

(8)

xx

I

Merajut Damai dalam Kebinekaan

#4 Siapakah Penista Agama Itu? 59

#5 SKB Pendirian Rumah Ibadah Harus Dicabut 63

#6 Nilai­Nilai Apa yang Kita Butuhkan? 69

#7 Memahami Hifz al­Din Sebagai Kebebasan Beragama 73

#8 Agnostik Sebagai Pilihan 79

#9 Pengungsi dan Kebencian Kita 85

Bagian Ketiga: Pendidikan Inklusif-Pluralis-Multikultural 89

#1 Pendidikan Agama Inklusif dan Pluralis 91

#2 Empat Metode dalam Pendidikan Multikultural 97

#3 Enam Pendekatan dalam Pendidikan Multikultural 105

#4 Antara Maulid Nabi dan Hari Raya Natal 111

#5 Mengucapkan Selamat Natal dan Merayakannya 117

#6 Tragedi Paris dan Dua Wajah Islam 123

#7 Memaknai ABS­SBK Secara Inklusif 129

Bagian Keempat: Toleransi dan Pendidikan Perdamaian 133

#1 Siap Jadi Pengantin Bom 135

#2 Agar Program Deradikalisasi Berjalan Efektif 141

#3 Urgensi Pendidikan Perdamaian dalam Konteks

Keindonesiaan 147

#4 Jihad dan Posisi Non­Muslim dalam Islam 155

#5 Peace Education dalam Pedidikan Islam 161

#6 Tiga Tantangan dalam Membangun Perdamaian 169

#7 Dari Visi ke Aksi: Urun Rembuk untuk “Rumah Bhinneka

Tunggal Ika” 173

#8 Membangun Sinergi dalam Kerja­Kerja Peace­building 179

(9)

Daftar Isi

I

xxi

#9 Pahlawan Perdamaian 187

#10 Spirit Toleransi dan Kerukunan di Bulan Ramadhan 191

#11 Raja Ampat dan Ikhtiar Perdamaian 195

#12 Gus Dur dan Pendidikan Perdamaian 199

#13 Implementasi Pendidikan Perdamaian Ala Gus Dur 207

#14 Mimpi Bernama Peacesantren 213

#15 Mencetak Kader, Membangun Kerukunan 217

#16 Spirit Damai dari Rumah Ibadah 223

#17 Pemuda dan Masa Depan Perdamaian Indonesia 227

Bagian Kelima: Jejak Damai Sufi Nusantara 231

#1 Tasawuf dan Jalan Perdamaian Universal 233

#2 Hamzah Fansuri: Alam adalah Cermin Tuhan 239

#3 Syamsuddin Al­Sumatrani dan Ajaran Martabat Tujuh 245

#4 Yusuf Al­Maqassari dan Tirai Menuju Sang Khaliq 251

#5 Ahmad Mutamakin dan Polemik Serat Cabolek 257

#6 Syaikh Muslih Mranggen dan Wahdat Al­Shuhud 265

Daftar Pustaka 273

Tentang Penulis 285

(10)

K

ata yang tepat untuk mengisi kehidupan kita berbangsa dan bertanah­air adalah sesuai dengan judul buku ini yaitu MERAJUT DAMAI DALAM KEBINEKAAN.

Mengapa demikian? Oleh karena tanpa kita sadari saat kita berperilaku, ibarat kita dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa tubuh yang sehat. Akan tetapi bila tubuh yang sehat tersebut tidak dirawat dengan benar, maka akan menimbulkan masalah dengan orang lain. Apalagi bila sampai sakit dan menular. Ibarat seorang anak yang harus belajar mandi dan gosok gigi sedini mungkin sehingga saat dewasa sang anak semakin mengerti bahwa mandi dan gosok gigi adalah analogi seorang yang menjaga kebersihan dan wangi tubuhnya saat bekerja sama dengan orang lain.

Pelajaran perilaku yang tidak tuntas, menyebabkan kita lebih meributkan persoalan “bau badan/mulut” orang lain padahal dirinya lupa mandi dan menggosok gigi perilakunya. Tentu saja yang muncul adalah kesalahpahaman berlarut­larut. Karena siapa yang tidak tersinggung bila dikatakan mulut kita bau atau badan kita bau. Padahal yang berbicara juga jarang mandi dan gosok gigi.

Kata Pengantar ASPIRASI

(11)

xxiv

I

Merajut Damai dalam Kebinekaan

Kira­kira demikianlah analogi yang bisa saya gambarkan da­ lam perjalanan kedewasaan bangsa Indonesia saat ini. Buku ini dengan gamblang menjelaskan mengapa sejarah terus berulang, dan mengakibatkan perpecahan sebuah organisasi keagamaan bahkan negara.

Semoga buku yang ringan ini akan memudahkan kita me­ nyadari agar lebih banyak introspeksi diri dan semakin sering kita menyadari bahwa apabila kita sudah wangi maka orang lain akan banyak datang untuk mau mendukung tanpa harus membinasakan yang berbeda.

Sukses dan GBU Ustadz Nurcholish

Ir. William Wiguna, MPd.,CPHR.,CBA.,CPI.

Ketua Umum ASPIRASI

(Asosisasi Penulis dan Inspirator Seluruh Indonesia)

(12)

D

amai. Satu kata yang mudah diucapkan, tapi tak gam pang untuk diwujudkan. Terlebih bagi kita yang hidup dalam sebuah masyarakat majemuk, tantangan untuk me wujudkan kehidupan damai tak semudah menuliskan dan mengucapkannya. Berbagai tantangan selalu menghantui upaya­upaya tersebut.

Hingga saat ini, kebinekaan kita memang masih dalam an­ caman. Sejumlah kelompok masyarakat, khususnya dengan latar belakang keagamaan tertentu tampaknya tengah berupaya untuk menjadikan negeri ini menjadi satu warna. Bukan dalam hal suku, rasa atau budaya, melainkan agama atau keyakinan.

Upaya­upaya inilah yang dalam waktu belakangan memantik konflik antarumat beragama di sejumlah tempat. Mereka ini seolah hendak mengingkari takdir Tuhan, yang menciptakan kita berbeda­beda dalam beragama dan berkeyakinan. Mereka berusaha keras untuk menjadikan masyarakat Indonesia tidak hanya satu agama, bahkan satu madzhab atau aliran sebagaimana yang mereka pahami.

Ruang perbedaan sama sekali ditutup oleh sejumlah kelompok ini. Mereka menyakini betul bahwa “yang benar” adalah keyakinan

Pengantar Penulis

(13)

xxvi

I

Merajut Damai dalam Kebinekaan

mereka dan “yang lain” salah, sesat, dan tidak akan diterima amal ibadahnya oleh Tuhan. Pandangan eksklusif inilah yang suka atau tidak suka telah menjadi rintangan dalam kehidupan kita yang berbineka ini.

Klaim kebenaran (truth claim) yang selalu mereka gaungkan

sama sekali tak memberi ruang diskusi atau dialog yang di masa silam dilakukan oleh para filosof dan intelektual, bahkan para tokoh­tokoh agama di agama apa pun. Tiadanya ruang dialog inilah yang kemudian menyuburkan paham­paham sektarian yang menjangkiti sekian banyak orang bahkan kelompok keagamaan.

Jika kita mau memaparkan secara rinci, paling tidak ada enam tantangan yang saat ini menjadi ancaman bagi kebinekaan kita.

Pertama, ujaran kebencian (hate speech). Terutama hal ini se­ makin meningkat jelang dan saat Pilkada serentak berlangsung. Ini terjadi baik di dunia nyata, terlebih di dunia maya yang sejatinya juga nyata­nyata ada. Di media sosial misalnya, ujaran kebencian lalu lalang tanpa bisa kita bendung. Ujaran kebencian ini tak hanya dilakukan oleh orang biasa terhadap orang biasa, tapi juga ditujukan kepada para tokoh agama, pemimpin umat, bahkan para pejabat termasuk presiden sekalipun.

Maraknya ujaran kebencian ini tentu berdampak negatif bagi relasi antaranggota masyarakat, termasuk antarumat ber­ agama. Hubungan baik yang sela ini terbangun menjadi ter­ ganggu bahkan rusak oleh karena saling mengujar dengan nada kebencian. Padahal, agama apa pun melarang umatnya untuk saling menyapa dengan semangat membenci. Sebaliknya, agama justru mengajarkan kepada kita untuk saling menyapa, ber­ intereksi, berdialog, bahkan bekerja sama dengan semangat saling mencinta, saling menyanyangi dan saling melindungi.

Kedua, intoleransi. Tindakan tidak toleran terhadap orang atau kelompok lain yang berbeda dari tahun ke tahun kian

(14)

Pengantar Penulis

I

xxvii

meningkat. Sepanjang 2016 misalnya, Koordinator Desk Ke­ bebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) Komnas HAM Jayadi Damanik mengatakan, jumlah kasus intoleransi pada tahun 2016 terus mengalami peningkatan jika dibandingkan dua

tahun sebelumnya. (Kompas.Com, 5/1/2017)

Menurut Jayadi, tren peningkatan kasus intoleransi meng­ khawatirkan kebinekaan Indonesia. Pada tahun 2014, Komnas HAM mencatat ada 74 kasus intoleransi yang dilaporkan ke pos pengaduan Desk KBB. Tahun 2015, jumlah pengaduan meningkat, yaitu 87 kasus. Tahun 2016 meningkat hampir 100 kasus.

Ia mengungkapkan, pelanggaran HAM terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan terjadi dalam beberapa bentuk. Pelanggaran itu antara lain melarang aktivitas keagamaan, merusak rumah ibadah, diskriminasi atas dasar keyakinan atau agama, intimidasi, dan pemaksaan keyakinan.

Ketiga, diskriminasi. Ia dimaknai sebagai setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individu maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

Tindakan diskriminasi masih marak terjadi hingga saat ini. Hal inilah yang membuat LBH Jakarta pada awal 2016 lalu memberikan nilai buruk bagi Pemerintah dalam hal mencegah terjadinya diskriminasi di berbagai sektor kehidupan bernegara. Negara abai dan penegakkan Konstitusi pun masih ditawar­ menawar dengan membiarkan para pelaku diskriminasi tetap bebas melakukan aksinya tanpa sanksi hukum apa pun. Bahkan

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang sama bahwa tingkat ekspresi mRNA LOXL-1 pada dinding vagina wanita dengan POP lebih tinggi dari non POP, namun setelah pemberian

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa laju aliran air pendingin dan suhu pelat panas memiliki pengaruh yang signifikan pada nilai fluks kalor kritis dan keofisien

Dari hasil wawancara sebelum pembelajaran (wawancara awal) dan hasil wawancara akhir (wawancara setelah.. pembelajaran) di ketahui bahwa Subjek S 1 selalu mempersiapkan

Penggunaan etiket, harus memiliki informasi yang sangat banyak, atau keterangan yang lebih lengkap, oleh karena itu digunaka QR Code yang dapat menampung informasi yang sangat

Keunggulan dari penggunaan data panel dalam analisis ekonometrik antara lain: (i) mampu mengontrol heterogenitas individu; (ii) memberikan informasi yang lebih banyak dan

Dengan adanya aplikasi E-learning ini, apakah dapat meningkatkan minat belajar siswa SMA Plus Pembangunan Jaya melalui internet?. Dengan adanya aplikasi E-learning ini,

Dalam pelaksanaannya juga terdapat kendala atau permasalahan yang dihadapi guru yaitu, (Orientasi) masalah waktu yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran apabila siswa

1) Orientasi kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya,