• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESADARAAN EKOLOGIS DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESADARAAN EKOLOGIS DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

KESADARAAN EKOLOGIS DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR

Wahyuni Purnami, Wigbertus G. Utama, Fransiska J. Madu

Prodi PGSD STKIP Santu Paulus, Jl. Jend. Ahmad Yani, No. 10 Ruteng-Flores 86508 email :wpurnami@gmail.com

Abstract: The Ecological Awareness at the Primary School Environment. This study attempts to examine perception, the students’ behavior, and way of managing rubbish at SDK IV, Ruteng Flores NTT. This research is also sought to find out an effective strategy toward internalizing the ecological awareness to the primary students. The research product is the strategy of managing rubbish at the school environment, which is also recommended to other institutions. The data were obtained through questionnaire, interview, observation, and treatment as well as document review. The data were descriptively analyzed through data reduction, data display, and conclusion drawing. The research revealed that the school employed a self- management of rubbish involving the students, the teachers, and the staffs. The students’ perception increased from 60.27% to 83 %. The findings indicated that the internalization treatment improve the students’ perception and ecological awareness toward rubbish management at the school.

Keywords : internalitation, the ecological awareness, managing rubbish

Abstrak : Kesadaran Ekologis Di Lingkungan Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang berisi tentang upaya internalisasi kesadaran ekologis di lingkungan SDK Ruteng IV Ruteng Flores NTT. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi dan bentuk pengelolaan sampah di sekolah, perubahan perilaku siswa dalam pengelolaan sampah di lingkungan sekolah serta menemukan strategi yang efektif dalam upaya internalisasi kesadaran ekologis pada diri siswa SD. Luaran penelitian ini adalah tersusunnya strategi pengelolaan sampah di lingkungan sekolah Dasar serta adanya rekomendasi untuk instansi terkait dalam upaya pengelolaan sampah di sekolah. Pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner, wawancara, oberservasi, uji coba perlakuan serta review dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, menggunakan model Miles dan Huberman dengan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengelolaan sampah di SDK Ruteng IV dilakukan secara mandiri oleh guru, siswa dan pegawai di SDK Ruteng IV, penanganan sampah dilakukan secara mandiri dengan menumpuk sampah di samping sekolah, membakar sampah dan membuang keluar sekolah. Persepsi awal siswa menunjukkan sebagian besar, yaitu 60,27% siswa belum mengetahui manfaat sampah, sebanyak 50,64% siswa belum mengetahui bahaya sampah yang tidak diolah dengan baik. upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam penanganan sampah di kelas dengan melibatkan siswa untuk piket membersihkan kelas. Upaya yang dilakukan dalam internalisasi ekologis dengan meningkatkan kesadaran tentang sampah (awareness). Pemikiran tentang sampah (thinking) dan pola perlakuan terhadap sampah (Doing). Perubahan yang terjadi pada siswa setelah upaya internalisasi ekologis adalah peningkatan prosentase siswa yang mengetahui manfaat sampah yaitu 54% siswa. Siswa mampu membuat ketrampilan dari sampah yaitu 83%. Adanya perubahan ini menunjukkan perlunya penanaman sikap ekologis yang terus dan berkelanjutan baik melalui pembelajaran pendidikan Lingkungan Hidup maupun terintegrasi dalam mata pelajaran yang sesuai. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan pola internalisasi ekologis melalui pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.

(2)

2

PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang terjadi pada skala lokal Manggarai, Flores, khususnya Ruteng, adalah masalah persampahan. Berdasarkan presentasi materi dari kepala BLHD pada hari lingkungan hidup sedunia pada tanggal 5 juni 2014 di aula missio STKIP Santu Paulus, Rata-rata penduduk kota Ruteng menghasilkan sampah sebanyak 2,5 liter per hari. Setiap harinya sampah yang dihasilkan sekitar 183 m³. Dari jumlah tersebut sampah yang dapat diangkut setiap harinya hanya 138 m³. sedangkan sisanya 45 m³ tidak terangkut. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan tokoh masyarakat dan kepala desa pada kegiatan sosialisasi pencegahan kerusakan alam di lima kecamatan di Kab. Manggarai, permasalahan sampah merupakan permasalahan yang belum terselesaikan. Tidak adanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di wilayah Reo, pembuangan sampah liar di kecamatan Ruteng dan beberapa permasalahan sampah di wilayah yang lain menjadi issue yang hangat. Sampah di Kota Ruteng berasal dari berbagai sumber seperti rumah tangga, perkantoran, kawasan perkantoran, pasar dan juga sekolah. Fakta ini mengindikasikan bahwa masalah persampahan menjadi masalah yang mendesak untuk ditangani.

Fritjof Capra dalam Wiryono (2004: 47) menggunakan istilah Web of Life untuk menunjukkan keterkaitan komponen-komponen lingkungan hidup. Manusia cenderung bertindak parsial dalam memenuhi kebutuhan hidup, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap komponen hidup yang lain. Tindakan parsial manusia yang cenderung mengedepankan pemenuhan kebutuhan jangka pendek, sebenarnya adalah proyeksi belum adanya kesadaran ekologis baik secara individu maupun kolektif.

Kesadaran ekologis merupakan sebuah kualitas yang muncul dari proses belajar yang kemudian terinternalisasi dalam diri individu. Salah satu proses ini terjadi dalam pelaksanaan pendidikan formal di sekolah. Konkritnya, kesadaran ekologis dapat dinternalisasi melalui serangkaian kegiatan pendidikan yang terjadi di sekolah. Proses belajar yang memperkaya diri dengan berbagai nilai dari berbagai aspek inilah yang disebut dengan internalisasi. Jika dikaitkan dengan batasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maka proses internalisasi akan menunjukkan kepribadian seseorang yang muncul dalam cara sikap dan tindakannya.

Proses internalisasi kesadaran ekologis khususnya di Sekolah Dasar umumnya cenderung bertumpu pada sub mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Proses ini tentu belum

(3)

3

berdampak signifikan, sehingga siswa tidak mengalami transformasi sikap yang terkait permasalahan lingkungan.

Dalam menyikapi masalah persampahan yang ada saat ini, kiranya penting untuk penanaman pengetahuan hingga adanya perubahan perilaku (internalisasi) siswa terhadap pengelolaan lingkungan di sekitarnya. Proses internalisasi berlangsung sepanjang hidup individu untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya (Wiranata, 2011: 121). Dalam konteks yang lebih luas, Abercrombrie, dkk. (2010: 286) melihat internalisasi sebagai proses di mana individu menerima nilai-nilai sosial dan norma-norma perilaku yang relevan bagi kelompok sosialnya atau masyarakatnya.Hal ini bertujuan untuk menemukan inovasi proses internalisasi nilai-nilai ekologis yang akan ditanamkan pada diri siswa sekolah dasar. Dewasa ini ekologi lebih diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. KBBI mengartikan sadar sebagai insaf, keadaan mengerti. Kesadaran adalah sadar berdasarkan pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang tergugahnya jiwa terhadap sesuatu, Poedjawijanta dalam Neolaka (2002: 18).

Paradigma lama penanganan sampah yang bertumpu pada proses

pengumpulan, pengangkutan dan pembuatan akhiri perlu diubah dengan mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah (Dirjen Cipta Karya, 2012: 14). Pengelolaan sampah harus sudah menjadi perhatian serius pihak sekolah dengan merancang kegiatan-kegiatan yang sifatnya terencana dan berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian integral pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Kesadaran ekologis yang terwujud pada kebiasaan-kebiasan dalam pengelolaan sampah inilah yang perlu menjadi studi tersendiri. Penelitian awal tentang internalisasi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan bentuk-bentuk pengelolaan sampah pada diri siswa, perubahan perilaku siswa dalam pengelolaan sampah di lingkungan sekolah serta menemukan strategi yang efektif dalam upaya internalisasi kesadaran ekologis pada diri siswa SD terkait pengelolaan sampah. Luaran dari penelitian ini adalah tersusunnya strategi pengelolaan sampah di lingkungan sekolah Dasar serta adanya rekomentdasi untuk instansi terkait dalam upaya pengelolaan sampah di sekolah.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif yaitu suatu pendekatan yang mengedepankan validitas hasil berdasarkan

(4)

4

kemampuan menggambarkan suatu kondisi sosial dengan mengacu pada keterpaduan data dan informasi kualitatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Data dianalisis dengan Model Milles dan Huberman dalam Emzir (2012: 129) melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

Data pada penelitian ini diperoleh melalui kegiatan review dokumen terkait, wawancara, kuesioner, observasi dan uji coba perlakuan (Action research). Komponen data yang dikumpulkan berupa profil sekolah, pengetahuan awal siswa tentang sampah dan penanganannya di sekolah, masalah sampah di sekolah, identifikasi potensi dan uji coba penanganan sampah di sekolah. Uji coba perlakuan (action research) yang dilakukan berupa sosialisasi dan workshop pengetahuan kesadaran sampah dan berpikir penanganannya (awareness dan

thinking), pendampingan proses penanganan sampah pola 3R (Doing). Tahapan dalam penelitian meliputi Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan Data dan Tahap analisis serta pelaporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Sampah di SDK Ruteng IV

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pembelajaran lingkungan hidup yang ada di sekolah belum dimasukkan sebagai mata pelajaran khusus

lingkungan hidup dalam kurikulum, tetapi pembelajaran lingkungan hidup secara tersirat masuk dalam mata pelajaran IPA dan IPS. Dalam rangka menumbuhkembangkan kesadaran tentang kebersihan di sekolah, maka siswa dilibatkan dalam kegiatan piket kelompok kebersihan di tiap-tiap kelas. Sampah– sampah di kelas dan di lingkungan halaman sekolah dikumpulkan di sekitar sekolah dan dibakar. Upaya kerja sama antara sekolah dengan instansi yang terkait yaitu BLHD pernah dilakukan, yang nampak dalam pengumpulan dan pengangkutan sampah dengan truk sampah BLHD pernah dilakukan. Akan tetapi karena faktor armada dan sumber daya yang tidak memadai, maka kegiatan kerjasama dengan BLHD tersebut tidak dapat dijalankan. Untuk mengatasi penumpukan sampah yang ada, maka penanganan sampah yang dilakukan di sekolah adalah dengan cara membakar sampah atau membuangnya di luar sekitar sekolah.

Hasil Persepsi Awal Siswa Tentang Sampah dan Pengelolaannya

Persepsi awal siswa mengenai jenis sampah menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam menyebutkan jenis sampah baik yang organik maupun anorganik. Berdasarkan 75 siswa sebagai sampel di SDK Ruteng IV, 46,58% siswa mampu menyebutkan contoh-contoh sampah yang

(5)

5

biasa terdapat di lingkungan mereka. Hal ini dapat dilihat pada grafik 1.

Gambar 1. Grafik Prosentase pengetahuan siswa tentang perbedaan sampah

Pada grafik 1. Menunjukkan lebih dari 50% siswa tidak tahu pengetahuan siswa tentang perbedaan sampah. Siswa belum bisa membedakan antara sampah organik dan anorganik.

Sebagian siswa belum memahami tentang manfaat dan perbedaan sampah organik dan anorganik, seperti sampah plastik dan sampah daun. Sebagian besar siswa yaitu 60,27% siswa tidak tahu manfaat sampah. Akan tetapi sebagian dari siswa sudah mengetahui manfaat sampah, yatu 26% mengetahui bahwa sampah dapat digunakan sebagai pupuk, sebanyak 2,7% siswa mampu menyebutkan bahwa sampah dapat digunakan untuk menanam bunga, dan sebanyak 5,29% siswa mampu menyebutkan manfaat sampah untuk

kerajinan. Hal ini dapat dilihat pada grafik 2 dan grafik 3.

Gambar 2. Grafik Prosentase pengetahuan siswa tentang manfaat sampah

Sampah yang tidak ditangani dengan baik akan menjadi hal yang berbahaya bagi alam dan makhluk hidup. Sebagian besar siswa, yaitu 50,64% siswa belum memahami tentang pengetahuan bahaya sampah, sebanyak 16,44% siswa mengetahui bahwa bahaya sampah adalah penyebab penyakit dan 32,88% menyatakan bahwa bahaya sampah adalah banjir, seperti tertera pada grafik 3. Pemahaman siswa mengenai bahaya sampah yang tidak ditangani dengan baik masih perlu ditanamkan pada diri siswa sehingga dengan kesadaran dan pengetahuannya akan mampu untuk mengurangi bahaya dari sampah dari perspektif dan sikap hidup sebagai seorang siswa. 53,42% 46,58% 42,00% 44,00% 46,00% 48,00% 50,00% 52,00% 54,00% 1 PENGETAHUAN SISWA TENTANG PERBEDAAN SAMPAH

(6)

6

Gambar 3 Grafik Prosentase pengetahuan siswa tentang bahaya sampah

Sebagian besar siswa sudah mengetahui mengenai kewajiban dalam penangangan sampah yaitu dengan cara membersihkan sampah sebanyak 56,16%. Dengan adanya pengetahuan ini maka siswa sudah mempunyai modal dasar pengetahuan bahwa sampah harus dibersihkan. Persepsi awal siswa ini dapat di diarahkan bahwa sampah yang harus dibersihkan tersebut, jika ditangani dengan baik akan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Prosentase pengetahuan siswa tersebut dapat dilihat pada grafik 4:

Gambar 4. Grafik Prosentase pengetahuan siswa tentang kewajiban penanganan sampah

Pengelola sampah di SDK Ruteng IV sebagian besar dilakukan oleh guru,

pegawai dan siswa di sekolah tersebut. Keterlibatan petugas sampah sangat kecil dalam upaya pengelolaan sampah di sekolah. Begitu besarnya peran warga sekolah dalam mengelola sampah sekolah, memang sudah semestinya ada intervensi dari luar untuk memberikan bekal dan internalisasi dalam pengelolaan sampah sekolah pada seluruh warga sekolah.

Gambar 5. Grafik Pengelola sampah di SDK Ruteng IV

Persepsi dan kebiasaan siswa dalam penanganan sampah yang terjadi di SDK Ruteng IV, ditindaklanjuti melalui kegiatan rapat koordinasi dengan guru dan karyawan SDK Ruteng IV mengenai pengelolaan sampah di sekolah. Beberapa guru mengusulkan, agar kegiatan ini, perubahan sikap dan kebiasaan pengelolaan sampah dimulai dari hal yang sederhana, misalnya memulai membuang sampah kering dan basah, sampah plastik dan daun pada tempatnya. Guru juga berantusias untuk mengusulkan kegiatan pengelolaan sampah

5,48% 93,15 % 1,37% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% Tidak

tahu, pegawaiGuru, dan siswa

DKP PENGELOLA SAMPAH DI

(7)

7

ini dimasukkan dalam kurikulum pendidikan lingkungan hidup, sebagai bagian dari muatan lokal (Mulok). Beberapa guru juga mendukung agar dibentuknya bank sampah di sekolah, hal ini akan dimulai dengan mencoba memilah botol plastik dengan kertas. Salah seorang guru juga mengusulkan agar pengelolaan sampah pola 3R ini menjadikan ruteng IV sebagai pioner sebagai sekolah Adiwiyata. Selain rapat koordinasi dengan guru dan karyawan, siswa juga dilibatkan dalam kegiatan workshop mengenai jenis sampah hingga pengeloaan.

Upaya internalisasi nilai ekologis telah dilakukan melalui pendalaman kesadaran pengetahuan tentang sampah (awarenes). Kegiatan ini dilakukan dengan melalui pembelajaran sampah dengan metode yang menyenangkan melalui pemutaran film peduli lingkungan, permainan dan bernyanyi bersama tentang sampah. Siswa melakukan pengamatan kondisi lingkungan sekolah dan dipandu untuk berfikir secara mendalam (thinking) tentang kondisi yang mereka lihat, dikaitkan dengan kondisi ideal menurut pola pemikiran mereka. Siswa belajar untuk membuat sampah menjadi benda yang mempunyai nilai estetika dan nilai ekonomi yang lebih tinggi dengan membuat ketrampilan: keranjang, topi dan bunga dari bahan sampah minuman mineral, kertas bekas.

Hasil persepsi siswa setelah kegiatan internalisasi menunjukkan adanya perubahan dalam pemahaman, pemikiran dan sikap terhadap pengelolaan sampah. Prosentase siswa yang sudah mengetahui manfaat sampah sebesar 54%. Sebanyak 59% siswa sudah mempunyai kepedulian terhadap lingkungan dengan mempunyai pengetahuan untuk membuang sampah di tempat sampah. Hal ini dapat tertera pada gambar 6 di bawah.

Gambar 6. Prosentase kepedulian siswa dalam pengelolaan sampah

Siswa sudah mempunyai ketrampilan dalam menambah nilai ekonomi sampah, sebanyak 83% siswa dapat membuat ketrampilan dari sampah.

0% 20% 40% 60% 1 23% 59% 19%

KEPEDULIAN SISWA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI SEKOLAH Tidak tahu membersihkan sampah lain-lain

(8)

8

Gambar 7. Grafik kemampuan siswa membuat ketrampilan dari sampah.

Siswa di SDK Ruteng IV sudah mulai belajar memilah sampah organik dan anorganik, sebanyak 64% siswa telah mempunyai pola untuk memilah sampah di sekolah antara sampah organik dan anorganik.

SIMPULAN, SARAN DAN

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa bentuk penanganan sampah yang ada di SDK Ruteng IV dilakukan oleh warga sekolah secara mandiri, secara konvensioanal dengan cara menumpuk, membakar dan membuang di luar lokasi. Persepsi awal siswa terhadap penanganan masalah sampah masih rendah. Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka menumbuhkan sikap ekologis yaitu dengan memberi tugas piket kebersihan pada tiap kelas. Upaya internalisasi nilai ekologis dilakukan dengan penanaman kesadaran pengetahuan (awareness), berpikir tentang sampah (thinking) dan keterampilan dalam pengelolaan sampah (doing). Pemahaman siswa setelah upaya internalisasi mengalami peningkatan, hal

ini perlu adanya tindak lanjut penanaman pengetahuan hingga perubahan sikap baik melalui muatan kurikulum untuk pendidikan lingkungan hidup maupun memasukkan materi pendidikan lingkungan hidup pada mata pelajaran terkait. Perlu adanya penanaman kesadaran penanganan sampah mulai dari sejak anak usia dini. Sekolah, keluarga dan pemerintah mempunyai kontribusi besar dalam penanaman sikap perilaku ekologis inii. Perlu adanya mata pelajaran yang mendukung pembentukan sikap dan perilaku ekologis melalui mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup.

DAFTAR RUJUKAN

Abercrombie, Nicholas, et. all. 2010.

Kamus Sosiologi. (diterjemahkan oleh Desy Noviyani, Eka Adinugraha dan Rh. Widada).. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Pendidikan Nasional. 2005.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi keempat). Jakarta: Balai Pustaka.

Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2012. Materi Desiminasi Bidang Sampah 1. Jakarta: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Neolaka, Amos. 2008. Kesadaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Wiranata, I Gede A.B. 2011. Antropologi Budaya. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Wiryono, P. (Editor Budhy M. Rachman dan Eko Wijayanto). 2004. Jalan Paradoks: Fisi Baru Fritjof Capra tentang Kearifan dan Kehidupan Modern. Jakarta: Teraju.

0% 50% 100% 1 83% 17% SISWA MEMBUAT KETRAMPILAN DARI SAMPAH bisa tidak bisa

Gambar

Gambar  2.  Grafik  Prosentase  pengetahuan  siswa  tentang manfaat sampah
Gambar  3  Grafik  Prosentase  pengetahuan  siswa  tentang bahaya sampah
Gambar  6.  Prosentase  kepedulian  siswa  dalam pengelolaan sampah

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskritif kualitatif yaitu penulis bermaksud untuk memberikan gambaran atau penjelasan mengenai Penerapan Sound Governance dalam

Setelah mendapatkan persetujuan dari bagian akademik Fakultas Ekonomi dan BAAK UNJ, praktikan mendapatkan surat pengantar Paktik Kerja Lapangan (PKL) pada Tanggal

Terbilang : ( Empat miliyar tujuh puluh sembilan juta tiga ratus tujuh belas ribu rupiah ). Semarang,

masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: 1) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal. 2) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal

Dalam perhitungan proyeksi penduduk Non PDAM, jumlah penduduk yang digunakan merupakan jumlah penduduk dari desa / kelurahan yang berdasarkan Rencana Tata

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan pranikah terhadap kesiapan dalam menghadapi kehamilan pertama pada calon

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Return On Investment (ROI) dan Economic Value

Penerapan pendekatan matematika realistik (RME) untuk meningkatkan pemahaman matematis pada materi pokok perbandingan dan skala.. Universitas Pendidikan Indonesia |