• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP KEGIATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP KEGIATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM

TERHADAP KEGIATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE

DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

Oleh:

LULUK MASYRUKAH

NPM. 14118604

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Jurusan : Ekonomi Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1440 H/2018 M

(2)

TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM

TERHADAP KEGIATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE

DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh:

LULUK MASYRUKAH

NPM. 14118604

Pembimbing I

: Liberty, SE, MA

Pembimbing II

: Elfa Murdiana, M. Hum

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis Islam

Jurusan

: Ekonomi Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1440 H/ 2018 M

(3)
(4)
(5)
(6)

TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP KEGIATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

ABSTRAK

Oleh:

LULUK MASYRUKAH

Perkembangan perekonomian di Indonesia telah berkembang dengan baik, seperti ditunjukan dengan menjamurnya kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat, salah satunya adalah budidaya ikan lele. Usaha budidaya ikan lele yang dilakukan harus sesuai dengan syariat Islam. Bangkai ayam potong yang digunakan sebagai pakan ikan lele merupakan salah satu cara untuk meminimalisir kebutuhan pakan yang semakin mahal. Bangkai ayam potong menjadi salah satu kebutuhan penting dalam budidaya ikan lele, karena dapat menggemukan ikan lele dengan cepat tanpa biaya apapun. Dengan etika bisnis Islam, suatu usaha dapat dilihat apakah usaha tersebut memberikan dampak yang baik terhadap masyarakat sekitar, baik kepada sesama manusia maupun terhadap alam.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai bagaimana penerapan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha budidaya ikan lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan belum menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu prinsip tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab yaitu berupa bau kurang sedap dari bangkai ayam potong serta limbah air kolam yang di buang ke aliran irigasi warga sehingga berdampak terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Usaha budidaya ikan lele ini juga tidaklah sesuai dengan Fatwa MUI tentang Hukum Hewan Ternak yang Diberi Pakan dari Barang Najis, yaitu bangkai ayam potong sebagai pakan ikan lele.

(7)
(8)

MOTTO

ا

َ

لَو

ا

ا ِفِاْاوُدِسۡفُت

ا ِضرۡ

َ ۡ

لۡٱ

ا

اَوااَهِحََٰل ۡصِإاَدۡعَب

اُهوُعۡدٱ

ا

ا َتَ ۡحَۡراَّنِإاۚاًعَم َطَوااٗفۡوَخ

اِ َّللّٱ

ا

ا َنِ ما ٞبيِر

َق

اَيِنِسۡحُم

ۡ

لٱ

ا

٥٦

ا

Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdpalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang- orang yang berbuat baik”. (QS Al-Araf (7) ayat 56).1

1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Dipenegoro, 2008, h. 157

(9)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dipersembahkan kepada:

1. Kepada Orangtuaku Ibu Sunarmi dan Bapak Ponisan yang senantiasa memberikan dukungan penuh baik dukungan moril berupa doa dan motivasi maupun dukungan materil untuk terus melanjutkan pendidikan dan menggapai impian.

2. Kepada saudara-saudaraku Bambang Santoso, S. Kom dan Bayu Setiaji. 3. Serta para Dosen khususnya kepada Ibu Liberty, SE, MA, Ibu Elfa

Murdiana, M. Hum yang telah membimbing dan memotivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

ABSTRAK ... iv

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Penelitian Relevan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Etika Bisnis Islam 1. Definisi Etika Bisnis Islam ... 10

2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam ... 11

3. Perilaku Etika Bisnis Islam ... 17

4. Konsep Bisnis dalam Islam ... 20

B. Kegiatan Usaha 1. Definisi Kegitan Usaha ... 23

2. Jenis-jenis Kegiatan Usaha ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 27

B. Sumber Data ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Teknik Analisa Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Berdirinya Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ... 32

B. Sejarah Berdirinya Usaha Budidaya Ikan Lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ... 34 C. Pengelolaan Usaha Budidaya Ikan Lele di Desa Sukadamai

(12)

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ... 36 D. Analisis Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Kegiatan Usaha

Budidaya Ikan Lele di Desa Sukadamai Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan ... 43

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data kepemimpinan Desa Sukadamai ... 32

Tabel 1.2 Data Penduduk Desa Sukadamai

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Pembimbing Skripsi 2. Surat Pra Survey

3. Surat Tugas

4. Surat Izin Research 5. Alat Pengumpul Data 6. Out Line

7. Surat Keterangan Bebas Pustaka 8. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi 9. Foto Dokumentasi

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian di Indonesia ini telah berkembang dengan baik. Salah satunya ditunjukan dengan menjamurnya kegiatan bisnis yang dapat dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat di mana kegiatan bisnis dan juga lahan bisnis yang tidak terbatas jika usaha tersebut semakin berkembang dengan pesat. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu hal yang menyebabkan prospek kewirausahaan semakin cerah dengan menjadikan dunia budidaya salah satu alternatif usaha.

Kegiatan usaha atau dikenal dengan bisnis adalah suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada dalam masyarakat dan ada dalam industri. Ada beberapa jenis kegiatan usaha yang meliputi pertanian, peternakan, agrobisnis, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintah yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa konsumen.2

Sebagai pelaku usaha, dalam menjalankan usahanya juga harus memperhatikan etika yang ada. Di dalam ajaran Islam, banyak aturan yang harus diterapkan oleh seorang yang akan menjalankan usahanya.

(16)

Dengan aturan-aturan tersebut akan memudahkan seseorang dalam menjalankan bisnisnya yang menguntungkan dan tetap di jalan Allah SWT.

Etika bisnis di dalam Islam adalah serangkaian aktivitas dalam usaha yang dilakukan oleh seseorang yang sesuai dengan syariat Islam, mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.3 Dengan adanya etika bisnis Islam di dalam kegiatan sebuah usaha, akan mampu memberikan sebuah aturan bagi wirausaha dalam menjalankan usahanya yang sesuai dengan syariat Islam. 4

Islam memerintahkan kepada setiap pelaku usaha Muslim, baik secara individual maupun secara bersama-sama, ialah bekerja di bidang yang dihalalkan oleh Allah SWT. Tidak dilampaui apa yang diharamkan-Nya. Meskipun ruang lingkup yang halal itu luas, tetapi sebagian besar manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Seorang Muslim tidak diperbolehkan menanamkan sesuatu yang tidak halal dimakan dan dipakai, seperti tanaman-tanaman yang memabukkan yang buahnya menghasilkan opium. Haram menanamnya dan membuat segala sesuatu yang memudharatkan manusia, baik dalam bentuk makanan, minuman dan obat.5 Seperti dalam QS. Al-Maidah (5): 88 yaitu:

اْاوُ ُكَُو

ا

اُمُكَقَزَرااَّمِم

اُ َّللّٱ

ا

اَواۚاٗبِ ي َطا

لََٰٗلَح

ٗ

اْاوُقَّتٱ

ا

اَ َّللّٱ

ا

ا يِ

لَّٱ

َّ

ا

اِهِبامُتن

َ

أ

ۦا

اَنوُنِمۡؤُم

٨٨

ا

3 Muhammad, Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syariah, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2008), h. 109

4 Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 22-23

5 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta:

(17)

Artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.6

Ayat di atas menjelaskan bahwa zat pada benda yang ditransaksikan harus halal dan cara memperoleh benda tersebut harus dengan cara yang halal pula. Dengan demikian Islam tidak membenarkan pelaku usaha melakukan usahanya terhadap benda yang haram secara zatnya, seperti halnya bangkai yang diharamkan oleh Islam. Seperti halnya firman Allah Swt Ayat di atas Allah melarang setiap muslim untuk memakan setiap bangkai, darah, dan daging babi kecuali dalam keadaan terpaksa sebagai berikut:

اَمَّنِإ

ا

ا ُمُكۡيَلَعا َمَّرَح

اَةَتۡيَم

ۡ

لٱ

ااَو

اَمَّلدٱ

ا

ا َمۡ

لََو

َ

اِريِنزِ

لۡٱ

ۡ

ا

اِهِبا َّلِه

ُ

أا اَمَو

ۦا

اِ ۡيَۡغِل

اهِ َّللّٱ

ا

ا ِنَم

َف

اَّر ُط ۡضٱ

ا

ا َّنِإاِِۚهۡيَلَعاَمۡثِإا َلَٗفاٖدَعَا َلَوا ٖغاَباَ ۡيَۡغ

اَ َّللّٱ

ا

اٞروُفَغ

اٌميِحَّر

١٧٣

اا

Artinya: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. 7

Ikan merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat dunia. Beragam jenis ikan telah dikonsumsi oleh masyarakat dunia untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, baik itu dari jenis air tawar, ikan air payau, maupun ikan laut. Namun, tidak semua jenis ikan tersebut dapat dientaskan ke kolam budidaya. Hanya

6 QS. Al-Maidah (5): 88 7 QS. Al-Baqarah (2): 173

(18)

beberapa ikan saja yang dapat dientaskan ke kolam budidaya untuk dikembangkan secara intensif, salah satu di antaranya adalah ikan lele.8 Ikan lele menjadi salah satu komuditas hasil perikanan yang sangat digemari masyarakat Indonesia.Ikan lele merupakan salah satu ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Komoditi ini membuat ikan lele memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari permintaan maupun harga jualnya.9

Survey yang peneliti lakukan di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, bahwasanya di desa tersebut terdapat dua budidaya yang memproduksi ikan lele secara besar. Namun, peneliti memilih budidaya ikan lele milik Bapak Poniman karena jumlah produksi dan luas kolam ikan lele yang sangat besar. Budidaya milik Bapak Poniman yang masing-masing kolam terdapat di sekeliling rumah sebanyak Tujuh kolam berukuran besar dengan umur ikan lele yang berbeda jenis.10

Semakin pesatnya perkembangan usaha dan banyak permintaan pasar membuat usaha budidaya ikan lele di desa ini meningkatkan lagi jumlah produksi ikan. Peningkatan kebutuhan pakan juga berlaku pada usaha ini. Pakan yang memenuhi kebutuhan gizi ikan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan hingga mencapai ukuran siap jual.

8 Bambang Cahyono, Budidaya Ikan Bandeng:Teknik Budidaya di Tambak Payau dan Tambak Sawah, (Jakarta: Pustaka Mina, 2011), h. 11

9 Tikah Hanani, Panduan Lengkap Ushaa Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang, (Jawa

Barat: Air Publishing, 2016), h. 3

10 Wawancara prasurvey, dengan Bapak Poniman selaku pemilik usaha budidaya ikan

(19)

Mahalnya pakan yang ada di pasaran membuat pelaku usaha budidaya ikan lele di desa ini memilih cara lain mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pakan yang dikeluarkan setiap harinya. Pelaku usaha memberikan pakan ikan lele yang berumur satu sampai dua bulan setengah (panen) bangkai ayam potong. Pelaku usaha mendapatkan bangkai ayam potong secara gratis dari peternakan yang ada di Desa Sukadamai. Bangkai ayam potong yang di gunakan untuk pakan mencapai berat Tiga Ons sampai dengan Dua Kilogram. Menurut keterangan Bapak Poniman cara ini sangat efektif untuk memperoleh keuntungan yang besar.11

Salah satu warga masyarakat yang tinggal di sekitar budidaya ikan lele milik Bapak Poniman mengaku bahwa merasa segan untuk membeli bahkan untuk mengkonsumsinya, terlebih makanan yang diberikan adalah bangkai ayam potong, dan takut jika berpengaruh terhadap kesehatan. Beberapa masyarakat bahkan mengeluhkan dampak dari usaha budidaya ikan lele ini, salah satunya adalah bau kurang sedap yang ditimbulkan dari bangkai ayam potong yang sudah membusuk. Hal ini dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar usaha budidaya ikan lele ini. 12 Dan salah satu warga yang lain menyatakan bahwa tidak

merasa keberatan terhadap pakan ikan lele dengan bangkai ayam potong

11Ibid

12 Wawancara kepada Ibu Sri Anah , Ibu Nur Yati, dan Ibu Wasikem selaku masyarakat

(20)

selama jika ikan tersebut dikonsumsi aman tanpa menimbulkan penyakit oeh yang mengkonsumsi.13

Keuntungan yang didapatkan oleh pelaku usaha budidaya ikan lele di Desa Sukadamai memanglah sangat besar, dan didukung oleh permintaan pasar yang terus meningkat. Namun dibalik kesuksesan dalam menjalankan usaha budidaya ikan lelenya, terdapat keraguan dari beberapa konsumen yang mengetahui bahwa pakan yang diberikan adalah bangkai ayam potong. Tentu terdapat pandangan lain, dan seperti telah diketahui bahwa di dalam Islam bangkai ayam adalah haram hukumnya.

Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan?

13 Wawancara kepada Ibu Siami selaku masyarakat sekitar usaha budidaya ikan lele pada 12 Mei 2018

(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Melihat rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk kehidupan masyarakat luas penelitian ini sangat penting agar masyarakat muslim khususnya para pengusaha semakin tahu bahwa etika bisnis dalam berbisnis itu harus sesuai dengan syariat Islam.

b. Bagi peneliti yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai etika bisnis Islam, serta dapat dipelajari dan ditinjau kembali untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kegiatan bisnis. c. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi yang melakukan

penelitian selanjutnya.

D. Penelitian Relevan

Melihat berbagai penelitian terdahulu yang penulis lakukan, berkaitan dengan masalah etika bisnis terdapat beberapa penelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dilakukan peneliti. Namun, demikian ditemukan substansi yang berbeda dengan persoalan yang penulis bahas.

(22)

Berdasarkan penelitian Asri Aprilia yang berjudul “Limbah Industri Tahu di Kampung Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Timur” yang menjalaskan bahwa limbah industri tahu yang beraada di Kampung Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Timur sesuai dengan etika bisnis Islam karena limbah tahu tersebut dimanfaatkan dan diolah kembali menjadi oncom sehingga tidak merusak lingkungan sekitar meskipun saat proses pembuatan berhenti maka bau tersebut tidak ada lagi.14

Sedangkan berdasarkan Skripsi Rizky akmal Djauhari yang berjudul “Pengelolaan Usaha Tempe di Desa Banjarejo Lampung Timur dalam perspektif Etika Bisnis Islam” menjelaskan bahwa pengelolaan usaha tempe belum sesuai dengan etika bisnis Islam karena dampak dari pencemaran lingkungan yaitu berupa limbah dari tempe yang mengganggu masyarakat sekitar industri tempe tersebut. Dikarenakan industri tempe tersebut tidak dikelola dengan baik, maka terjadilah pencemaran lingkungan berupa limbah cair yang menimbulkan bau yang tidak sedap.15 Penelitian selanjutnya adalah Dwi Wahyudi dengan judul “Budidaya Ayam Petelur di Tinjau dari Etika Bisnis Islam di Desa Ogan Campang, Dusun IV Kec. Abung Pekurun, Lampung Utara” yang menjelaskan bahwa uasaha budidaya ayam tidak sesuai dengan etika bisnis Islam. Hal

14 Asri Aprilia, dalam Skripsi “ Limbah Industri Tahu di Kampung Tempuran

Kecamatan Trimurjo kabupaten Lampung Tengah”, (Metro: Perpustakaan STAIN Jurai Siwo Metro, 2011), h. 8

15 Rizky Akmal, dalam Skripsi “Pengelolaan Usaha Tempe di Desa Banjarejo Lampung

Timur dalam perspektif Etika Bisnis Islam”, (Metro: Perpustakaan STAIN Jurai Siwo Metro, 2011), h. 7

(23)

ini disebabkan oleh bau yang berasal dari kotoran ayam yang tidak dikelola dengan baik dan merugikan warga sekitar budidaya ayam.16

Sedangkan perbedaan dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah Penulis lebih fokus kepada tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Dengan demikian terdapat pokok permasalahan yang berbeda antara penelitian yang telah peneliti kemukakan di atas dengan persoalan yang akan di teliti.

16Dwi Wahyudi, dalam Skripsi “Budidaya Ayam Petelur di Tinjau dari Etika Bisnis

Islam di Desa Ogan Campang, Dusun IV Kec. Abung Pekurun, Lampung Utara”, (Metro: Perpustakaan STAIN Jurai Siwo Metro, 2011), h. 7

(24)

BAB II PEMBAHASAN

A. ETIKA BISNIS ISLAM 1. Definisi Etika Bisnis Islam

Asal usul etika tidak telepas dari kata asli ethos dalam bahasa Yunani yang berarti kebiasaan (custom) atau adat istiadat.17 Menurut

Rafik Issa Beekum, etika adalah seperangkat prinsip moral yang

membedakan yang baik dari yang buruk dan bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh sesorang individu.18

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa etika merupakan landasan perilaku manusia yang dijadikan pedoman hidup yang diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat untuk mengkaji tentang baik buruknya perilaku manusia dalam berbisnis atau bekerja. Bisnis dalam Al-Qur’an ditulis dengan kata Al-Tijarah.19 Sedangkan bisnis dalam Islam diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas), kepemilikan hartanya (barang atau jasa) dan termasuk profitnya, namun dibatasi

17 Faisal Badroen, et.el, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2006), h. 4

18 Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 3 19 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004), h. 17

(25)

dengan cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haramnya).20

Menurut Faisal Badroen dalam buku Etika Bisnis dalam Islam menjelaskan bahwa etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis merupakan seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berprilaku, danberelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.21

Etika binis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.22

Dari beberapa pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa etika bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas dalam usaha yang dilakukan oleh seseorang yang sesuai dengan syariat Islam.

2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam

Menurut Syed Nawab Haider Naqvi Terdapat empat konsep kunci tentang manusia dalam hubungan dengan dirinya sendiri dan lingkungan

20 M. Ismail Yusanto dan M. Karabet Widjakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta:

Gema Insani, 2002), h. 18

21 Faisal Badroen, et. el, Etika Bisnis., h. 15

(26)

sosialnya, yaitu: keesaan, keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab.23

a. Unity (keesaan)

Alam semesta, termasuk manusia, adalah milik Allah SWT,

yang memiliki kemahakuasaan (kedaulatan) sempurna atas makhluk-makhluk-Nya. Konsep tauhid (dimensi vertikal) berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa menetapkan batasan-batasan tertentu atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.24 Konsep Islam tentang kebebasan manusia, bagaimanapun harus dicatat dengan cermat bahwa konsep ini tidak di maksudkan untuk mengurangi kebebasan manusia, tetapi hanya untuk menunjukkan jalan terbaik dalam menjalankan kebebasan dengan demikian, manusia bebas untuk memiliki, tetapi cara terbaik dalam kepemilikan itu dengan memandangnya sebagai pemegang amanat atas apa yang sebenarnya milik Tuhan.25 Seperti dalam firman Allah SWT:

اِ َّ ِللَّو

ا

ا ِفِااَم

اِتَٰ َوَٰ َم َّسلٱ

ا

ا ِفِااَمَو

ا ِضرۡ

َ ۡ

لۡٱ

ا

ا َيِزۡجَ ِلِ

اَنيِ

لَّٱ

َّ

ا

ااَمِبا

ْاوُ ـَٰٓ َسَأ

ا َيِزۡجَيَوا

ْاوُلِمَع

اَنيِ

لَّٱ

َّ

ا

اِبا

ْاوُنَسۡحَأ

ا َن ۡسُ

لَٱ

ۡ

ا

٣١

اا

23Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 37

24 Faisal Badroen, et.el, Etika Bisnis., h. 89 25Ibid., h. 39

(27)

Artinya: “Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (dengan demikian) dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).”26

Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia menyaksikan bahwa tiada sesuatupun yang layak disembah selain Allah, dan tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain dari pada Allah. Dalam Islam, tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia (muamalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah. Karena kepada-Nya manusia akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.27

b. Equilibrium (keseimbangan),

Islam mengartikan adil sebagai tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Ini berarti bahwa pelaku ekonomi tidak diperbolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau termasuk alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkelompok-kelompok dalam berbagai golongan. Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi eksploitasi manusia atas manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang

26 QS. An-Najm (53): 31

(28)

lebih besar daripada usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.28

Di wilayah produksi, prinsip Islam tentang keadilan menjamin bahwa tak seorang pun akan diekspoitasi oleh orang lain dan bahwa tak seorang pun memperoleh kekayaan secara tidak jujur, tidak adil, ilegal, dan curang hanya pemeluk Islam yang diizinkan untuk mendapatkan kekayaan melalui cara yang adil dan jujur. Islam mengakui hak individu untuk mendapatkan sarana kehidupan atau nafkah, memperoleh harta, memiliki sesuatu serta memiliki hidup yang layak. Sebaliknya, Islam tidak memperbolehkan orang menumpuk harta melalui suap, korusi, perampokkan, penipuan, judi, eksploitasi, bunga serta cara-cara tidak jujur lainnya. 29

Penerapan konsep keseimbangan dalam etika bisnis, berlaku baik secara harfiah maupun kias dalam dunia bisnis. Seperti firman Allah Swt. dalam QS. An-Nahl (16) : 90, yaitu:

ا َّنِإ۞

اَ َّللّٱ

ا

اِباُرُم

ۡ

أَي

اِلۡدَع

ۡلٱ

ااَو

اِنَٰ َسۡحِ

لۡٱ

ۡ

ا

ايِذا ِٕي

اَتيوَإِ

اََٰبۡرُقۡلٱ

ا

اِنَعاَٰ

َهَۡنَيَو

اِء ا َشۡحَفۡلٱ

ااَو

اِر

َكنُمۡلٱ

ااَو

اِِۚ ۡغَ

لۡٱ

ۡ

ا

اَنوُرَّكَذَتاۡمُكَّلَعَلاۡمُك ُظِعَي

٩٠

ا

30

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adil dan ihsan...”

rtinya: A

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada setiap Muslim untuk selalu berbuat adil dan berbuat kebajikan.

28Ibid

29 Muhammad Sharif Chaundry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 49

(29)

Tidak hanya untuk setiap aktivitas ekonomi, melainkan dalam seluruh aktivitas sehari-hari.

c. Free Will (kehendak bebas)

Dalam pandangan Islam manusia terlahir memiliki kehendak bebas, yaitu potensi untuk menentukan pilihan di antara pilihan-pilihan yang beragam. Karena manusia tidak dibatasi, maka ia juga memiliki kebebasan untuk mengambil pilihan yang salah.31 Seperti dalam QS. Yunus (10): 108, yaitu:

اۡلُق

ا

ااَهُّي

أَٰٓ َي

َ

ا ُساَّلنٱ

ا

ا ُمُكَء اَجا ۡدَق

اُّقَ

لَٱ

ۡ

ا

ا ِنَمَفاهۡمُكِ بَّرانِم

اۡهٱ

اَٰىَدَت

ا

اِهِسۡفَ ِلنا يِدَتۡهَيا اَمَّنِإَف

اهۦ

ا

ا۠اَن

أا اَمَواهاَهۡيَلَعا ُّل ِضَيا اَمَّنِإَفا َّل َضا نَمَو

َ

اٖليِكَوِبامُكۡي

َلَع

١٠٨

ا

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa mendapat petunjuk maka sebenarnya (petunjuk itu) untuk (kebaikan) dirinya sendiri.dan barang siapa sesat, sesungguhnya kesesatannya itu (mencelakakan) dirinya sendiri.dan aku bukanlah pemelihara dirimu.”32

Kunci dalam memaknai dasar etika secara individu terletak dalam memahami fakta bahwa kemahakuasaan Tuhan secara tidak langsung berarti bertanggungjawab membuat manusia berada pada pilihan yang benar. Karena manusia itu bebas dia hanya memilih dua pilihan: apakah dia, dengan mentaati ketentuan tuhan, membuat pilihan yang

31 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu., h. 42 32 QS. Yunus (10): 108

(30)

benar dan dibimbing ke jalan yang benar; ataukah dia membuat pilihan yang salah dan jauh dari jalan kebenaran dan melawan Tuhan. 33

d. Responsibility (Tanggung jawab)

Prinsip tanggung jawab begitu mendasar dalam ajaran-ajaran Islam. Terutama jika dikaitkan dengan kebebasan ekonomi. Setiap individu mempunyai hubungan langsung dengan Allah Swt. Setiap individu mempunyai hak penuh untuk berkonsultasi dengan sumber-sumber Islam untuk kepentingannya sendiri.

Tanggung jawab Muslim ini tentu didasarkan pada cakupan kebebasan yang luas, yang dimulai dari kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang paling tegas yang perlu diambilnya. Karena kebebasan itu merupakan kembaran dan tanggung jawab untuk memenuhi konsep keadilan dan kesatuan, manusia harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.34 Berkaitan dengan hal ini, Allah berfirman dalam QS. Al-Muddatstsir (74): 38, yaitu:

ا

اٌةَنيِهَرا ۡتَب َسَكااَمِباسِۢۡفَنا

ُّ ُكُ

٣٨

ا

Artinya:“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.”35

33 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu., h. 43 34 Faisal Badroen, et.el, Etika Bisnis., h. 100-101 35 QS Al-Muddatstsir (74): 38

(31)

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap muslim harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Karenanya, konsep ini bertalian erat dengan konsep kesatuan, keseimbangan, dan kehendak bebas. Semua kewajiban harus dihargai kecuali jika secara moral salah.

3. Perilaku Etika Bisnis Islam

Bisnis yang dibangun berdasarkan kaidah-kaidah Al-Quran dan hadist akan mengantarkan para perilakunya mencapai sukses dunia dan akhirat. Standar etika bisnis syariah (PBS) mendidik agar para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya adalah sebagai berikut:

a. Takwa

Seorang muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah dalam aktivitas mereka. Ia hendaknya sadar penuh dan responsif terhadap preoristas-preoritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Kesadaran akan Allah ini hendaklah menjadi sebuah kekuatan pemicu dalam segala tindakan.36

Semua kegiatan transaksi bisnis hendaklah ditujukan untuk tujuan hidup yang lebih mulia.Al-Quran memerintahkan untuk mencari dan mencapai preoritas-preoritas yang Allah tentukan bagi manusia.

1) Hendaklah mereka mendahulukan pencarian pahala yang besar dan abadi di akhirat ketimbang keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia.

(32)

2) Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor, walaupun misalnya yang disebut terakhir mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram. Dalam hal bisnis, nilai-nilai religius hadir di kala melakukan transaksi bisnis, selalu mengingat kebesaran Allah, dan karenanya terbebas dari sifat-sifat kecurangan, kebohongan, kelicikan, dan penipuan dalam melakukan bisnis.

b. Aqshid

Aqshid adalah sederhana, rendah hati, lemah lembut, santun.37

Berperilaku baik, sopan santun dalam pergaulan adalah fondasi dasar dan inti yang tinggi mencakup semua sisi manusia.

Berperilaku sopan dalam berbisnis dengan siapa pun tetap harus diterapkan. Pembisnis muslim diharuskan untuk berlaku manis dan dermawan terhadap orang-orang yang miskin, dan karena alasan-alasan tertentu ia tidak mampu memberikan sesuatu kepada mereka, setidak-tidaknya perlakuan mereka dengan sopan dan kata-kata yang baik.38

c. Khidmad

Khidmad artinya melayani dengan baik.Sikap melayani merupakan sikap utama dan pebisnis, tanpa sikap melayani juga

37Ibid., h. 188

(33)

menjadi pebisnis, dan bagian penting dari sikap melayani adalah sopan santun dan rendah hati.

Dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam kegiatan transaksi maupun pinjam-meminjambentuk toleransi ini adalah kesediaan untuk memperpanjang rentang waktu sehingga memudahkan orang lain, bukan menyesengsarakan orang lain. 39

d. Amanah

Islam menginginkan kepada pebisnis agar mempunyai hati yang hidup sehingga bisa menjaga hak Allah, hak orang lain dan haknya sendiri, dapat memproteksi perilaku yang merusakamanah yang diberikan kepadanya, mampu menjaga dan mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah Swt. Sifat amanah harus dimiliki oleh pebisnis muslim, sebab tidak hanya untuk kepentingan muamalah semata tetapi berkaitan dengan status iman seseorang kepada Allah Swt.

Sebagai pebisnis muda Rasulullah Saw dikenal sebagai Mr. Clean yaitu jujur dan terpercaya karena sifatnya yang amanah.

Sifat amanah seharusnya menghiasi seorang muslim dalam setiap gerak langkah dan perilaku bisnisnya. 40

4. Konsep Bisnis Dalam Islam

Bisnis yang menguntungkan dalam pandangan Al-Quran bisnis yang menguntungkan itu mengandung tiga elemen dasar, yaitu:

39Ibid., h. 190

(34)

a. Mengetahui investasi yang paling baik, yaitu jika investasi tersebut ditujukan untuk mencapai keridlaan Allah.41

b. Keputusan yang sehat, artinya agar sebuah bisnis sukses dan menghasilkan untung, hendaknya bisnis itu didasarkan atas keputusan yang sehat, bijaksana dan hati-hati.42

c. Perilaku yang Benar, yaitu perilaku bisnis yang harus berpegang pada standar perilaku Rasulullah sebagai pedoman.43

Konsep di atas dapat disimpulkan bahwa konsep bisnis dalam Islam tidak hanya menyangkut duniawi saja, tetapi juga menyangkut urusan akherat. Bisnis yang sukses menurut Al-Quran adalah bisnis yang membawa keuntungan pada perilaku dalam dua fase kehidupan yaitu dunia dan akherat.

Bisnis yang Islami terdapat aturan-aturan yang dikendalikan oleh halal dan haram, baik cara memperoleh maupun cara pemanfaatan harta, sama sekali berbeda dengan bisnis konvensional. Dengan landasan sekularisme yang bersendikan pada nilai-nilai material, bisnis konvensional tidak memberikan aturan halal haramnya dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan segala usaha yang dilakukan dalam meraih tujuan-tujuannya.44

Seorang Muslim tidak akan berusaha dengan sesuatu yang haram, tidak akan mengembangkan usahanya dengan cara haram. Seorang

41 Mustaq ahmad, Etika Bisnis., h. 38 42Ibid., h. 40

43Ibid., h. 42-43

(35)

Muslim akan beramal pada ruang lingkup yang jelas-jelas halal dan menjauhkan diri dari areal yang jelas-jelas haram. Ia akan menjaga diri seoptimal mungkin dari hal-hal yang syubhat, karena ingin membersihkan keberagamaannya dan kehormatannya, menjauhkan diri dari areal haram, atau khawatir terperosok ke dalamnya. 45 Seperti dalam Firman Allah Swt sebagai berikut:

اۡتَمِ رُح

ا

اُمُكۡيَلَع

اُةَتۡيَم

ۡ

لٱ

ااَو

اُمَّلدٱ

ا

اُمۡ

لََو

َ

اِريِنزِ

لۡٱ

ۡ

ا

اِ ۡيَۡغِلا

َّلِهُأا اَمَو

اِ َّللّٱ

ا

اِهِب

ۦا

اَو

اُةَقِنَخۡنُم

ۡ

لٱ

ااَو

اُةَذوُقۡوَم

ۡ

لٱ

ااَو

اُةَيِ دَ َتَُم

ۡ

لٱ

ااَو

اُةَحيِطَّلنٱ

ا

ا َلَك

َ

أا اَمَو

اُعُب َّسلٱ

ا

اۡمُتۡيَّكَذااَما

لِإ

َّ

ا

Artinya: Diharamkan bagimu (makanan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tersekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih…46

Sedangkan Majelis Ulama Indonesia menfatwakan segala makanan dan minuman yang bercampur dengan najis sebagai berikut:

1. Setiap makanan dan minuman yang jelas bercampur dengan barang haram/ najis hukumnya adalah haram.

2. Setiap makanan dan minuman yang diragukan bercampur dengan barang haram/ njis hendaknya ditinggalkan.

3. Adanya makanan dan minuman yang diragukan bercampur dengan barang haram/ najis hendaklah Majelis Ulama

45 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta:

Robbani Press, 2001), h. 26

(36)

Indonesiakepada instansi bersangkutan memeriksa di laboratorium untuk dapat ditemuan hukumnya. 47

Berdasarkan Al-Quran dan Fatwa MUI menjelaskan bahwa sebagai seorang Muslim kita tidak boleh memakan atau memanfaatkan hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam Islam dengan ketentuan halal dan haram.

Sebagai seorang Muslim, tidak diperbolehkan memproduksi sesuatu yang tidak halal dimakan. Haram menanamnya dan membuat segala sesuatu yang memudharatkan manusia, baik dalam bentuk makanan, minuman, dan lain sebagainya. Haram memproduksi barang yang tidak dipergunakan kecuali untuk hal-hal haram.48

B. KEGIATAN USAHA

1. Definisi Kegiatan Usaha

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Usaha adalah kegiatan degan mengarahkan tenaga, pikiran, dan baan untuk mencapai suatu maksud, ataupun pekerjaan yang meliputi perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya guna mencapai sesuatu.49

Dalam ekonomi, Kegiatan usaha ini atau dikenal dengan istilah bisnis telah menjadi kegiatan usaha sebagai individu dan masyarakat

47 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 1980 Tentang Hukum Makanan Dan

Minuman yang Bercampur Dengan Najis.

48 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan., h. 170

49 Yandianto, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi HVS, (Bandung: M2S Bandung,

(37)

untuk mancari keuntungan dan memenuhi keinginan dan kebutuhan dalam hidupnya.50

Kata bisnis diambil dari bahasa Inggris Bussines yang berarti kegiatan usaha. Secara luas, kata bisnis sring diartikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur da terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbeikan, dipertukarkan, atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. 51

Usaha atau bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.52 Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa usaha atau bisnis dalam kegiatan ekonomi merupakan suatu kegiatan dengan menggerakkan tenaga dan pemikiran untuk menghasilkan suatu barang atau jasa untuk mencapai suatu keuntungan.

2. Jenis-jenis Kegiatan Usaha

Usaha atau bisnis berarti sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi,

50 Buchari Alma, et.el, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alvabeta, 2014), h. 111 51 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2003), h. 1

(38)

usaha jasa dan pemerintah yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa konsumen.53

a. Bidang usaha pertanian (Agriculture), yaitu meliputi usaha pertanian, kehutanan perikanan, dan perkebunan.

b. Bidang usaha pertambangan (Mining), yaitu meliputi usaha galian pasir, galian tanah, batu dan bata.

c. Bidang usaha pabrikasi (Manufacturing), yaitu meliputi usaha industri, assemblasi, dan sintesis.

d. Bidang usaha konstruksi (Contuction), yaitu meliputi usaha konstruksi bangnan, jembatan, pengairan, dan jalan raya.

e. Bidang usaha perdagangan (Trade), yaitu meliputi usaha perdagangan kecil, grosir, agen, dan ekspor impor.

f. Bidang usaha jasa keuangan (Financial Service), yaitu meliputi usaha perbankan, asuransi, dan koperasi.

g. Bidang usaha jasa perorangan (Personal service), yaitu meliputi usaha potong rambut, salon, loundry,dan catering.

h. Bidang jasa-jasa umum (Pablic service), meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi.54

Berdasarkan tujuannya bisnis dapat dikelompokkann menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Bisnis yang berorientasi keuntungan (profit oriented)

53 Buchari Alma, et.el, Manajemen Bisnis., h. 111-112

54Mudjiarto, et.el, Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan,

(39)

Bisnis yang berorientasi keuntungan adalah bisnis yang didirikan semata-mata bertujuan memperoleh keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawannya serta untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut, seperti perusahaan rokok, perusahaan pembuat rokok dan perusahaan penggiling padi.55

b. Bisnis yang tidak berorientasi keuntungan (non-profit oriented) Bisnis yang tidak berorientasi keuntungan adalah bisnis yang didirikan dengan tujuan utama untuk kepentingan sosial, seperti yayasan sosial yatim piatu, yayasan panti jompo dan yayasan sosial penyandang cacat.56

Berdasarkan bergerak dalam bidang berbagai kegiatan, namun berdasarkan jenis kegiatan secara umum bisnis dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

a. Bisnis ekstraktif adalah bisnis yang bergerak dalam penggalian barang-barang tambang, seperti perusahaan petambangan minyak, perusahaan pertambangan emas, dan pertambangan batu kapur. b. Bisnis Agraris adalah bisnis yang bergerak dalam bidang

pertanian, termasuk di dalamnya perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan, seperti perkebunan karet, peternakan sapi dan tambak udang.

55 Suliyanto, Studi Kelayakan Bisnis, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), h. 1 56Ibid., h. 2

(40)

c. Bisnis Industri adalah bisnis yang bergerak dalam bidang pengolahan (manufaktur), yaitu bisnis dengan tujuan untuk mengubah barang yang kurang berdaya guna menjadi lebih berdaya guna, seperti pabrik sepeda motor, pabrik pakaian dan pabrik kerajinan rumah tangga.

d. Bisnis jasa adalah bisnis yang bergerak dalam penyediaan produk yang tidak berwujud seperti jasa dalam bidang kesehatan, dan pendidikan, seperti rumah sakit, biro perjalanan dan lembaga pendidikan.57

57Ibid

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan (field reseach). Menurut Abdurrahman Fathoni penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di lapangan atau lokasi penelitian suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi tersebut.58 Terkait dengan jenis penelitian yang dilakukan maka tempat yang peneliti gunakan adalah usaha budidaya ikan lele milik Bapak Poniman di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Penelitian lapangan dalam penulisan proposal skripsi ini bahwa peneliti melakukan penelitian mengenai tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan proposal skripsi yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan sifat deskriptif. Istilah deskriptif berasal dari bahasa Inggris yaitu to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu.

58 Abdurrahman Fathoni, Metedologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,

(42)

Menurut Suharsimi Arikunto deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.59

Maksud dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan data dari hasil penelitian di lapangan yaitu mengenai tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

B. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung memberikan data kepada pengumpul data.60 Jadi sumber dalam penelitian ini adalah Bapak Poniman pemilik usaha budidaya ikan lele, karyawan budidaya ikan lele, bendahara desa, dan empat warga masyarakat sekitar budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, seperti dokumen.61 Adapun sumber data sekunder yang peneliti gunakan berasal dari buku-buku

59 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), h. 3

60Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2014), h. 137

(43)

yang berkaitan dengan etika bisnis Islam dan kewirausahaan, yaitu buku Mustaq Ahmad yang berjudul “Etika Bisnis dalam Islam” dan Hendro yang berjudul “Dasar-dasar Kewirausahaan”, dan buku Buchari Alma dan Donni Juni Prinasa yang berjudul “Manajemen Bisnis Syariah”.

C. Teknik Pengumpulan data

1. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan terwawancara untuk mendapatkan informasi secara langsung dari sumber data primer.62 Peneliti menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Adapun tujuan wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diwawancarai dimintai pendapatnya.63

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Bapak Poniman pemilik usaha budidaya ikan lele yaitu Bapak Poniman, karyawan budidaya ikan lele, Bapak Sugito selaku bendahara desa dan empat masyarakat sekitar budidaya ikan lele yaitu Ibu Sri Anah, Ibu Wasikem, Ibu Siami, dan Ibu Nuryati.

62Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2012), h. 186

(44)

Metode wawancara ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan menggali informasi tentang tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berup acatatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulenrapat, lengger, agenda, dan sebagainya.64

Penelitian ini pengumumpulan data dengan cara dokumentasi. Artinya, tata cara atau strategi penelitian dapat menggali informasi dan data.

D. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data, menjabarkan, menyusun ke dalam pola, dan membuat kesimpulan agar dapat di pahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.65

Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif. Analisi data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satu kesatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

64Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 274 65Sugiyono, Metode Penelitian., h. 244

(45)

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.66

Analisis data kualitatif bersifat induktif, metode berpikir yang menarik kesimpulan dari prinsip umum kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat khusus.67 Dengan cara berpikir induktif, peneliti ingin melihat tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

66Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian., h. 248 67Sugiyono, Metode Penelitian., h. h. 23

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

1. Sejarah Desa Sukadamai

Desa sukadamai sekitar 50-an masih berupa hutan belantara hingga datang penduduk dari jawa yang membuka hutan menjadi kawasan pemukiman seperti sekarang ini. Secara administrasinya wilayah desa pada saat itu masih sangat luas, Sukadamai masih menjadi wilayah Desa Margototo Kabupaten Lampung Timur di bawah kepemimpinan Kepala Desa Mbah Prawiro (Surokasmin). Sekitar tahun 60-an Desa Sukadamai membentuk wilayah teritorial seperti sekarang ini dengan kepala desa yang pertama Sutris. Berikut ini nama-nama kepala desa yang pernah memimpin Desa Sukadamai, yaitu:

Tabel 1.1

Data kepemimpinan Desa Sukadamai

No Nama Tahun 1 Sutris 1961 s.d 1965 2 Surokasmin 1966 s.d 1969 3 Sukeni 1970 s.d 1972 4 Suwarjo 1973 s.d 1975 5 Sulardi 1976 s.d 1987 6 Taswan 1988 s.d 2007

(47)

7 Muwanto 2008 s.d 2013 8 Hi. Suwardi 2014 s.d sekarang68

2. Data Demografi

a. Jumlah penduduk : 6524 Jiwa

b. Jumlah KK : 2066 Kepala Keluarga

c. Jumlah Penduduk : Penduduk (laki-laki 3210 orang dan perempuan 3314 orang)

d. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sukadamai

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Sukadamai adalah buruh dan petani. Hal tersebut membuat mereka bertahan hidup dengan mengandalkan hasil panen dan bekerja.

Tabel 1.2

Data Penduduk Desa Sukadamai Berdasarkan Mata Pencaharian

Petani Pedagang PNS Buruh TNI/Polri

900 K 150 KK 16 KK 1.005 KK 60 K

e. Agama dan Kepercayaan

Mayoritas penduduk Desa Sukadamai beragama Islam sebesar 99 % orang.

f. Data Geografi 1) Lokasi

68 Dokumentasi Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

(48)

 Propinsi : Lampung

 Kabupaten : Lampung Selatan

 Kecamatan : Natar

 Desa : Sukadamai 2) Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Sukadamai sebesar 2187,5 Ha yang terbagi ke dalam 9 dusun. Desa Sukadamai adalah salah satu desa yang terbagi menjadi 9 dusun di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

3) Batas Daerah Wilayah Dusun

Utara : Berbatasan dengan Mtero Kibang Selatan : Berbatasan dengan Karang Anyar Barat : Berbatasan dengan Desa Banjarejo Timur : Berbatasan dengan Tanjung Bintang.69

B. Sejarah Berdirinya Budidaya Ikan Lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Usaha budidaya ikan lele ini berdiri sejak tahun 2010. Beliau memilih usaha ini dengan alasan tidak mempunyai ladang untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan masyarakat di desanya banyak yang berprofesi sebagai petani sebagai mata pencahariannya. Karena rezeki setiap orang itu berbeda, sebagai manusia beliau mencoba usaha yang belum di lakukan

69 Dokumentasi Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

(49)

oleh masyarakat sekitar. Mengingat di desanya peluang usaha budidaya ikan lele masih cukup banyak dengan persaingan usaha yang belum ada, kemudian beliau berinisiatif memanfaatkan lokasi sekitar rumah untuk dibuat kolam. Selain itu usaha ini juga dapat dikelola sembari mengerjakan usaha yang lain. Selain usaha ini, beliau juga membuka usaha pijat saraf yang saya tekuni sejak tahun 2007. Jadi beliau bisa menjalankan dua usaha sekaligus dengan bantuan anak laki-lakinya. Usaha ini membutuhkan dua karyawan pada saat panen saja.70

Adapun beberapa alasan beliau membuka usaha budidaya ikan lele, yaitu:

1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi. 2. Peluang usaha masih banyak.

3. Ikan lele termasuk ikan yang mudah untuk dibudidaya.

4. Tidak memerlukan lahan yang besar, cukup memanfaatkan lingkungan sekitar rumah.

Awal mula membuka usaha ini, beliau hanya mempunyai 1 kolam, dengan kolam berukuran 15 x 15 meter yang dapat menampung sekitar 5.000 ikan dengan harga bibit satu ekor ikan lele anakan dihargai Rp. 90 dengan harga jual perkilo Rp. 9.000 sampai Rp. 10.000 (harga petani). Usaha ini juga dekat dengan irigasi yang biasa untuk mengairi sawah masyarakat, jadi memudahkan untuk mengisi air kolam.71

70 Dokumentasi Usaha Budidaya Ikan Lele Tahun 2010

(50)

Pada awal tahun 2014 beliau mulai menggunakan bangkai ayam potong sebagai pakan ikan lele. Beliau mendapatkan informasi ini dari Jawa tempat beliau dilahirkan. Kemudian beliau mencoba memberi beberapa bangkai ayam potong untuk satu kolam ikan. Dan setelah dilakukan perbandingan, berat antara pakan bangkai ayam potong dan pelet sangatlah jauh berbeda. Pakan bangkai ayam potong menjadikan ikan lele lebih cepat pertumbuhannya dan berat lele juga bertambah. beliau juga tidak harus membeli pelet untuk seluruh umur lele karena bangkai ayam potong gratis beliau dapatkan dari para peternak ayam potong di sekitar desanya. Beliau hanya perlu mengambil bangkai ayam potong ke kandang peternakan setiap harinya dengan mobil bak terbuka. 72

C. Pengelolaan Usaha Budidaya Ikan Lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Ikan lele adalah salah satu komuditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara optimal di darat, disamping memiliki prospek pasar, ikan lele dumbo juga memiliki kelebihan lebih tahan hidup dan kuat terhadap serangan hama penyakit.73 Habitat atau lingkungan hidup lele adalah air tawar, meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele adalah air sungai, air saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele juga relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik.

72 Dokumentasi Usaha Budidaya Ikan Lele Tahun 2014

73 Tikah Hanani, Panduan Lengkap Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang, (Jawa Barat, Air Publishing, 2016), h. 9

(51)

Pemilik usaha menjelaskan bahwa proses pengelolaan usaha budidaya ikan lele di lakukan selama 75 hari sampai dianggap bisa dipanen, dimulai dari penebaran bibit atau anakan ikan lele di dalam kolam khusus untuk pembibitan selama 30 hari dengan ukuran kolam 15 x 15 Meter sebanyak dua buah sebanyak 40.000 sampai 50.000 bibit ikan lele.

Pemberian pakan bibit dengan pelet tiga kali sehari, pada pagi hari, siang hari, dan malam hari (paling banyak pemberian pakan). Setelah sebulan penuh masa pembibitan, ikan akan di sortir memakai alat dengan lubang masing-masing memiliki dua ukuran yaitu sedang dan paling besar yang selanjutnya akan dibudidaya pada kolam ukuran 25 x 30 Meter sebanyak lima kolam. Dari masa pembibitan inilah ikan lele akan dibagi menjadi tiga ukuran yaitu kecil, sedang dan besar. Masing-masing ukuran akan membedakan kolam budidaya selanjutnya.74

Pakan untuk ikan lele yang sudah berumur 30 hari adalah bangkai ayam potong yang di lakukan pada pagi hari, sore hari dan malam hari (pemberian pakan yang paling banyak). Sebelum dijadikan sebagai pakan lele, bangkai ayam potong yang sudah mati ini akan direbus bersama bulunya di sebuah panci besar selama 20 Menit, kemudian didiamkan sebentar agar tidak panas lalu akan langsung di lemparkan ke kolam sebagai pakan. Tidak sampai satu jam bangkai ayam potong tersebut akan habis hanya menyisakan bulu dan tulang. Umumnya bangkai ayam potong yang digunakan sebagai pakan adalah berukuran 3 ons sampai 2 kilogram

(52)

yang didapatkan dari 10 peternakan yang ada di beberapa desa yaitu Metro Kibang, Bandarejo, dan Sukadamai. Masing-masing perternakan di miliki oleh beberapa pemilik yang sama.75

Pemilihan bangkai ayam potong ini dianggap cara yang tepat untuk mengurangi pengeluaran pakan pelet yang sangat mahal. Beliau membutuhkan satu Kwintal pelet atau setara dengan Rp. 400.000 perharinya. Terdapat beberapa pakan alternatif lain yang bisa digunakan sebagai pakan pengganti pelet, yaitu onggok dan dedek. Namun, pakan alternatif ini lebih mahal dibangdingkan dengan pakan bangkai ayam potong. Hal ini dikarenakan jika onggok atau dedek tidak didapatkan secara geratis, namun jika bangkai ayam potong didapatkan secara geratis dari beberapa peternakan.76

Terdapat budidaya ikan lele lain di Desa Sukadamai yaitu P2MKP Citra Mitra Lestari dalam bentuk pemberdayaan masyarakat yang dibantu oleh pemerintah. Budiaya ikan lele ini menggunakan alternatif lain sebagai pakan yaitu tumbuh-tumbuhan. Selain membudidaya ikan lele, budidaya ini juga membudidayakan cacing dan ulat sutra.

Menurut Kordi bahwa ikan lele termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivor), baik bahan hewani maupun nabati. Pakan ikan lele alami adalah adalah binatang-binatang renik, seperti kutu air. Sementara itu, ikan lele juga memkan larva jentik nyamuk, serangga dan siput-siput keci. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dikolam ikan

75 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018

(53)

lele dapat memkaan pakan buatan seperti pellet dari udang, cacing maupun ikan.77

Terlihat teori mengenai bagaimana sebaiknya pemberian pakan lele adalah berupa pelet dari udang, cacing maupun ikan. Bangkai ayam potong tidak dianjurkan digunakan sebagai pakan lele. Walaupun maksud dari pemilik usaha ini adalah untuk meminimalisir pengeluaran untuk pembelian pelet.

Menurut Ibu Siami, bahwasanya beliau mengaku mengetahui usaha budidaya ikan lele yang dijalankan di sekitar rumahnya. Beliau juga mengetahui bahwa pakan ikan lele yang dipergunakan adalah bangkai ayam potong. Menurutnya tidak masalah jika pakan yang digunakan adalah bangkai ayam potong selama aman untuk dikonsumsi. Beliau mengakui bahwa ada perbedaan rasa dan bau pada ikan lele saat dibersihkan. Saat membersihkan ikan lele timbul aroma yang tidak enak dan sangat pekat. Meski begitu beliau masih mentolerir selama tidak membahayakan jika dikonsumsi.78

Ibu Nuryati salah satu warga sekitar yang pernah mengkonsumsi ikan lele tersebut, menyatakan bahwa terdapat perbedaan rasa yang dominan terhadap ikan lele tersebut. Beliau menjelaskan terdapat bau apek dan tidak sedap seperti ikan yang tidak segar bila dikonsumsi. Beliau juga

77 Tikah Hanani, Panduan Lengkap Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang, (Jawa

Barat, Air Publishing, 2016), h. 20

(54)

meyakini bahwa rasa pada ikan tersebut ditimbulkan dari pakan bangkai ayam potong.79

Ibu Wasikem dan Ibu Sri Anah mengaku bahwa beliau juga mengetahui tentang pakan bangkai ayam potong. Beliau tidak menyetujui bahwa bangkai ayam potong di jadikan sebagai pakan ikan lele, dengan alasan bahwa itu adalah bangkai dan tidak seharusnya dipergunakan untuk pakan ikan lele yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Beliau meragukan akan keamanan mengkonsumsi ikan lele tersebut.

Ibu Sri Anah mengatakan bahwasanya beliau merasa terganggu dengan dampak dari adanya usaha budidaya ikan lele dengan pakan bangkai ayam potong ini. Terkadang beliau mengeluhkan bau busuk yang timbul dari bangkai ayam potong yang ditumpuk dan juga saat angkutan mobil berisi bangkai ayam potong muncul melewati rumahnya. Selain itu bau pembakaran tulang dan bulu ikan juga sangat mengganggu karena bau yang ditimbulkan sangatlah tajam meskipun bau yang ditimbulkan tidaklah lama.80

Perilaku pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya harus sesuai dengan perilaku etika bisnis Islam yang didalamnya terdapat kaidah-kaidah Al-Quran dan hadist agar sukses dunia maupun akhirat, salah satunya adalah mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor, walaupun misalnya yang disebut terakhir

79 Wawancara kepada Ibu Nuryati pada tanggal 16 Juli 2018

(55)

mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram.81

Pemilik usaha menggunakan bangkai ayam potong sebagai alternatif untuk meminimalisir pengeluaran biaya pakan selama 45 hari, sedangkan bangkai ayam potong yang dipakai untuk pakan merupakan ayam yang mati karena virus atau terinjak-injak oleh ayam yang lain dan sudah menjadi bangkai lebih dari 24 jam. Sedangkan di dalam perilaku etika bisnis Islam pelaku usaha dituntut untuk mendahulukan sesuatu yang bersih daripada yang kotor meskipun nantinya kentungan yang didapatkan lebih besar.

Untuk proses panen antara kolam satu dengan yang lain adalah 10 hari. Kolam ikan yang bisa dipanen adalah kolam ikan yang sudah cukup besar dan sudah berumur 75 hari atau yang memiliki ukuran yang sudah dianggap layak jual. Proses pembuangan air kolam membutuhkan waktu 48 jam yang dilakukan oleh dua orang karyawan untuk membantu proses panen ikan lele. Air kolam akan dibuang ke saluran irigasi yang berada di samping kolam ikan.82

Menurut keterangan warga sekitar usaha budidaya ikan lele, air yang dibuang ke saluran irigasi menimbulkan bau busuk pada air untuk mengairi sawah. Dampak air kolam yang dibuang ke aliran irigasi warga mengandung unsur pencemar yang akhirnya dapat mencemari air irigasi. Apabila air irigasi terjadi pencemaran maka dapat menyebabkan turunnya

81 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 188

(56)

kualitas air. Meskipun tidak ada dampak secara langsung bagi pertumbuhan padi, namun dampak bau yang ditimbulkan dikeluhkan oleh warga. 83

Hal ini dibenarkan oleh keterangan karyawan pada proses panen berlangsung saat pengeringan air kolam, muncul bau tidak sedap dari air kolam. Hal ini ditimbulkan dari bau bangkai ayam yang dijadikan pakan ikan lele.84

Setiap panen ada beberapa agen yang akan mengambil ikan-ikannya yang selanjutnya akan didistribusikan masing-masing, seperti di rumah makan, pasar, sampai pada pemancingan kolam ikan. Ikan lele ini memang tidak dipasaran di desa Sukadamai, pemilik usaha beralasan jika agen di desanya sudah penuh. Beliau mengungkapkan jika setiap kali panen ikan lelenya pasti selalu habis terjual dalam satu hari. Dalam sekali panen, beliau bisa mendapatkan satu Ton ikan lele atau sekurang-kurangnya 9 Kwintal dengan bibit sebanyak 40.000 sampai 50.000 ikan lele dengan keuntungan sampai Rp.10.000.000.85

Peneliti dapat mengatakan bahwa terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan dari usaha budidaya ikan lele ini yaitu adanya bau busuk yang ditimbulkan dari penumpukan bangkai ayam potong yang dibiarkan begitu saja. Hal ini mengganggu udara sekitar usaha budidaya ikan lele serta pada saat mobil angkutan bangkai ayam potong melintas di jalan. Selain itu, limbah air kolam yang dibuang melalui irigasi untuk mengairi sawah

83 Wawancara kepada Ibu Wasikemdan Ibu Sri Anah pada tanggal 16 Juli 2018 84 Wawancara kepada karyawan pada tanggal 16 Juli 2018

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada tujuh faktor yang menjadi kekuatan budidaya ikan lele di Desa Gumukmas, yaitu pengalaman, keahlian, pemasaran,

Sebelum membahas mengenai etika bisnis Islam, saya akan memaparkan terlebih dahulu mengenai Ekonomi Islam. Hal tersebut saya lakukan karena etika bisnis merupakan

Usaha budidaya pembesaran ikan lele di Kota Denpasar berdasarkan kriteria Payback Periode layak untuk dijalankan karena usaha ini mampu mengembalikan modal yang telah

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Perencanaan usaha budidaya ikan lele di Desa

Usaha pembesaran yang akan dilakukan adalah pembesaran ikan lele, dengan menghasilkan ikan lele yang berkualitas baik yang tentunya akan mencoba memenuhi

Input yang digunakan untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan lele yang utama adalah benih ikan lele. Disamping itu juga membutuhkan berbagai jenis bahan habis pakai seperti

Usaha budidaya pembesaran ikan lele di Kota Denpasar berdasarkan kriteria Payback Periode layak untuk dijalankan karena usaha ini mampu mengembalikan modal yang telah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu tentang prilaku usaha Penjahit Rumahan Ditinjau Dalam Etika Bisnis Islam Studi Di Desa Purwa Negara Kecamatan Negara Batin