• Tidak ada hasil yang ditemukan

Papaaa..!!! Aku benci papah!! Kenapa papah membuangku? Jakarta, Juni 2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Papaaa..!!! Aku benci papah!! Kenapa papah membuangku? Jakarta, Juni 2000"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Papaaa..!!!

“Aku benci papah!!

Kenapa papah membuangku?”

Jakarta, Juni 2000…

“Enak gak dek jadi detektif?”, tanya seorang lelaki paruh baya kepada putri kecilnya

“Enak donk pah! Seruuuu… adek bisa main tembak-tembakkan, kejar-kejaran, nangkep pejahat. Wuuu…!”, jawab sang anak semangat.

Laki-laki itu cuma senyum-senyum melihat keceriaan anaknya. Dia adalah seorang detektif, yang hidup bersama seorang putri kecilnya. Sudah lama dia ditinggal istrinya pergi karena tidak setuju dia jadi detektif. Dan supaya ada yang meneruskan profesinya, dia akan menurunkan dan mengajarkan ilmu detektifnya pada anak itu. Gadis kecil yang penuh keceriaan. Dia percaya anak itu bisa menjadi seorang detektif hebat.

(2)

Mereka biasa menghabiskan waktu bersama di sebuah danau. Meski cuma sekedar jalan-jalan atau nyabutin rumput. Di tepi danau itu ada sebuah kursi kayu panjang berwarna putih, mereka sendiri yang membuatnya, dan seperti biasa juga mereka duduk disana. Pada suatu pagi mereka bermain-main di danau itu. karena lelah usai mengelilingi danau, kemudian sang ayah mengajak anaknya duduk. Cukup lama bercengkrama, anak itu merasa bosan, kemudian dia berdiri dan bertanya pada ayahnya..

“Pah, nanti aku dapet tugas apa? Yang ekstrim ya pah?! Tembak-menembak, ngelawan penjahat pake senjata yang dipake papah itu!”

Sang ayah hanya memandangi wajah polos anaknya. Dia baru berusia tujuh tahun, tapi

keberaniannya sangat besar.

“Tapi kan kamu baru bisa pasang perangkap!”, jawabnya

“Tapi itu kan biasa pah! Terlalu gampang buat aku! Penjahat itu kayak ikan yang lagi dipancing pah! Kalo penjahatnya udah masuk perangkap, pasti harus ditarik biar gak lepas lagi. Tapi aku kan bukan nelayan!”, kata gadis kecil itu protes

“Mmm……”

“Ayolah pah..! Ajarin aku! yah? yah? yah?” “Denger ya! Ini bukan film action. Kita gak bisa seenaknya pakai senjata. Kamu kan baru tujuh tahun, gak boleh pegang senjata kayak gitu!”, ucap sang ayah sambil memegang pundak putrinya..

Sang anak menunjukkan raut wajah kecewanya. Kemudian karna sang ayah tidak tega

(3)

melihat wajah polos itu, akhirnya mengabulkan permintaan putri kecilnya..

“Hhmm.. ya udah kalo kamu maksa, nanti papah ajarin!”, lanjutnya

“Hah? Serius? Boleh pah? Asiiik... bakalan kayak di game perang-perangan nih!”

“Tapi dengan satu syarat! Kamu harus latihan dulu sampe bener-bener bisa!”

“Okeh.. aku janji bakalan latihan terus!”, jawab anak itu semangat

Satu tahun berlalu dan anak itu sudah berusia delapan tahun. Dia sangat cekatan mempelajari apa yang di ajarkan sang ayah, begitu juga dengan senjatanya. Bahkan dia bisa menciptakan senjatanya sendiri. Kemudian tepat di hari ulang tahunnya yang ke delapan, sang ayah memberikan sebuah hadiah spesial..

“Nak,, Selamat ulang tahun yah..! Karena kamu lulus, dan sebagai hadiah ulang tahun, papah bakalan ajak kamu liburan ke bali!”

“Ke Bali? Asiiik.. ketemu bule donk pah?!” Sang ayah malah tertawa mendengar jawaban anaknya, “Iya.. yang suka berjemur sama poto-poto di pantai!”, lanjutnya..

“Hahaha,,, iya iya! papah nih jangan jorok napa ya pikirannya!”, kata anak itu sambil memukul kecil pundak ayahnya..

(4)

Bahagianya sang anak dengan hadiah itu. Berbagai persiapan pun dilakukan sebelum datang hari yang dijanjikan. Dan sesuai janji sang ayah, mereka berdua pergi ke Bali. Ini adalah pengalaman pertama mereka naik pesawat, karena biasanya kemana-mana mereka selalu naik kereta.

“Bali,, aku dataang! Papah, udah siap?”, ucap si anak semangat..

Hueekk,,, hueekk,, hosst,, hosst,, hueekk...!!! “Kayaknya mabok udara nih!”, jawab

ayahnya yang kemudian melarikan diri ke kamar mandi

“Huu,, gitu aja mabok!”, ejek anaknya sambil menyilangkan tangan.

“Awas ya klo udah turun papah bejek-bejek kamu!”

Selama perjalanan mereka tampak senang. Sesekali anak jahil itu menggoda ayahnya yang semakin menjadi mabok udaranya. Jadilah sang anak tertawa riang. Tapi mereka tidak sadar bahwa

keselamatan mereka berdua terancam.. Sebuah helikopter mendekati pesawat yang mereka

tumpangi. Kemudian dengan tiba-tiba menembakkan sebuah peluru basoka dan mengenai pesawat naas itu. Kondisi pesawat berubah tidak stabil. Semuanya penumpang panik. Tapi suara lembut pemandu (yang sebenernya juga panik) terus berusaha menenangkan puluhan orang yang menjadi penumpangnya.

Si anak tomboy yang biasanya anti takut, kali ini memeluk ayahnya sambil gemeteran. Suara dan getaran pesawat semakin kencang. Sesaat kemudian

(5)

pesawat itu meledak dan semua penumpangnya terlempar, termasuk mereka berdua.

“Papah, aku takut! Gak ada parasut!”, katanya yang sedang melayang di udara dengan kecepatan yang tidak bisa diatur

Sang ayah berusaha memeluk anaknya dan mempertahankan anak itu di dekatnya. Tapi kekuatan angin terlalu besar. Akhirnya dengan pemikiran yang sangat matang, laki-laki itu memberikan sebuah kalung kepada anak yang masih dipeluknya.

“Jaga kalung ini nak! Mungkin kita akan pisah. Tapi papah janji suatu saat kita pasti ketemu lagi. Pergilah nak! Percaya sama papah!”, laki-laki itu kemudian mendorong anaknya

“Papaah....!”, teriak sang anak yang tidak ingin lepas dari ayahnya

“Anggep aja kamu itu pedang yang jatuh dari langit!”

Anak itu meluncur jauh. Dilihatnya ke bawah, dan dia tau akan jatuh ke air. Sejenak dia mulai berpikir, dia akan mati. Bayangan sang ayah tidak pernah lepas dari ingatannya. Anak itu mulai menangis. Dia merasa bahwa sang ayah tidak menyayanginya, sudah tidak ingin bersamanya lagi. Aku benci papah!! Kenapa papah membuangku?? Sesaat dia merasa jantungnya berhenti berdetak. Tubuhnya masih melayang-layang di udara.

Tapi.. tunggu dulu.. “Pedang yang jatuh dari langit” Apa maksudnya?? Anak itu terus berpikir. Daan.... Itu dia!! Yang dimaksud ayahnya tadi adalah meluncur ke bawah seperti pedang yang jatuh

(6)

dari langit. Permukaan air semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat lagi. Dia posisikan dirinya persis seperti kata ayahnya. Kemudian, dia sampai di air. Sekuat tenaga dia berenang dan meraih kayu hanyut yang kebetulan berada di dekatnya. Diraihnya kayu itu, dirangkulnya. Dengan nafas yang masih terengah-engah dia terus menyebut nama ayahnya. Kemana papah? Apakah dia masih hidup? Kepalanya tidak bisa berpikir, sakit sekali. Anak itu tampak kelelahan, dan kemudian matanya terpejam.

Pelan-pelan matanya terbuka, dia melihat sekeliling. Sepertinya dia sedang ada di sebuah kamar berdinding semen di cat warna putih. Di eternit tepat di tengah ruangan ada lampu mewah yang menerangi kamar itu, dan membuatnya silau..

“Kamu teh sudah sadar?”, ucap seorang laki-laki berbahasa Sunda yang duduk di sampingnya

“Udah sadar kayaknya bah,, haloo!”, kata seorang gadis yang berusia tiga tahun lebih tua darinya, sambil mengetuk jidatnya agar anak itu bangun.

Anak itu langsung bangun dan memegang jidatnya, “Aduh sakiit!”, katanya

“Hehehe,, maaf! Cuma ngetes, takut kamu gak bangun!’, jawab si gadis sambil menggaruk kepalanya.

(7)

“Yati udah ah! Ngomong-ngomong nama kamu teh saha?”

Anak itu berpikir sejenak.. Terdiam, kepalanya sakit sekali. Tapi sakit itu coba ditahannya..

“Hhh...nama?! Mmm... Nama saya Suci. Bapak siapa?”, jawab Suci memperkenalkan diri

“Saya Diky!”, jawab laki-laki itu “Aku Yati!”, sambung gadis yang tadi mengetuk jidatnya

“Iiih, aku gak nanya situ!”

Yati pun geram dengan jawaban anak itu. Siapa sih ni anak? Songong banget!

“Sialan! Syukur-syukur aku nyelametin kamu yang teler di pantai. Kalo gak ada aku, kamu pasti udah jadi makan malemnya hiu yang lagi pacaran. Itu juga kalo hiunya gak jomblo. Jadi kamu harus

berterima kasih sama aku, karna aku yang nyelametin nyawa kamu!”, kata Yati panjang lebar..

“Wooy,, ceritanya gak pake kuah kali!” ucap Suci santai

“Tapi, makasih yah!”, terusnya.. “Udah sadar?”, tanya seorang wanita berkerudung yang masuk ke kamar

“Udah mi!”, jawab Yati..

“Alhamdulillah.. Namanya siapa?”, kata wanita itu menjulurkan tangannya.

“Saya Suci!”, jawab Suci menyambut tangan itu..

(8)

“Ini istri saya, bu Rani. Naah.. ngomong-ngomong, kamu tinggal dimana? Orang tua kamu siapa?”, tanya pak Diky

“Orang tua?? Hhhm..”, Suci mencoba mengingat sesuatu. Tapi dia tidak bisa mengingat apa-apa.

“Siapa yah? Aduuh.. saya gak inget orang tua saya siapa”, terusnya seraya menundukkan kepalanya

“Waah,,, bah, kayaknya insomnia ni anak!”, bisik Yati pada pak Diky

“Hah?? Insomnia kumaha kamu ini! Ini mah kan udah abis tidur lama. Kenapa dibilang

insomnia?”, jawab pak Diky

“Iiih,, abah gak ngerti. Itu loh bah orang yang kalo lupa semuanya itu lho.. tuh dia cuma inget namanya doank!”, jelas Yati

Pak Diky menghela nafas, “Yatii.. eta mah amnesia. Sanes insomnia. Insomnia teh teu bisa sare. Ngarti?!”, katanya pake bahasa Sunda

“Ooooww…”,

“Kamu teh kalo gak ngerti jangan asal nyeletuk!”, seru pak Diky

“Eeeh,, udah ah abi. Jangan begitu atuh!”,ucap bu Rani menenangkan suaminya.

“Ya udah begini saja,, gimana kalo kita adopsi Suci? Biar suci tinggal disini sama kita, sampai dia ingat siapa orang tuanya! Sekalian teh kamu Yati biar ada temennya! Gimana? Setuju?”, kata pak Diky berdiskusi dengan istri dan anaknya

Semua berpikir, sepertinya tidak ada

(9)

membawa Suci masuk menjadi bagian dari keluarga itu..

“Naah,, Suci. Mulai sekarang kamu boleh tinggal disini. Anggap saja kami ini keluarga kamu sendiri yah? Panggil saja saya Abah, ini Umi, dan anak saya ini akan jadi kakak angkat kamu. Yah?!”, kata pak Diky dengan sedikit senyum.

Suci membalas kata-kata itu dengan senyum pula, ”He’em.. makasih.. abah..!”

“Abah teh janji bakalan jaga kamu dengan baik, sampai kamu ketemu orang tua kandungmu”, lanjutnya..

Referensi

Dokumen terkait

mengelola kompensasi International Compensation  Pendahuluan  Minimal 80% dari pertanyaan yang diterapkan adalah ceramah Metode pengajaran yang 150 menit   Handout

Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa

Penelitian dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Metro. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu tahun, untuk Reciprocal Teaching dapat meningkatkan taraf

This current research examined the effect of different amount of coastal sediment on nutrient availability and maize production on Entisols, West Kalimantan.. The

Studi media bertujuan untuk mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.. Proses

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji Anova secara komputerisasi terhadap 11 sampel diperoleh nilai rata-rata kadar klorin setelah 1 kali pencucian sebesar 0,0176 %, setelah