• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu'an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu'an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

POTRET KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI DUSUN

PUCU’AN KELURAHAN

GEBANG KECAMATAN SIDOARJO

KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

EVA LUTFIANA DEWI

NIM. B05213004

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

▸ Baca selengkapnya: aspek kehidupan sosial pandangan pengarang padang ilalang di belakang rumah

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Eva Lutfiana Dewi, 2017. Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Dusun

Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, “Skripsi

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.”

Kata kunci: Potret Kehidupan, Masyarakat Nelayan

Kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an dapat dilihat dari beberapa aspek kehidupan, diantaranya kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan agama. Peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini yaitu: Bagaimana potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo?.

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah teori fenomenologi Alfred Schutz.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

MOTTO... iv

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : MASYARAKAT NELAYAN-TEORI FENOMENOLOGI ... 12

A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Masyarakat Nelayan ... 18

C. Teori Fenomenologi (Alfred Schutz).. ... 25

BAB III : METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 37

C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 38

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Teknik Analisis Data ... 52

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 54

BAB IV : POTRET KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN ... 56

A. Masyarakat Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ... 56

B. Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ... 74

(8)

BAB IV : PENUTUP ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA……... 116 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen lain yang relevan 3. Jadwal Penelitian

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa dan negara yang wilayahnya berupa kepulauan, terdiri lebih dari 17 ribu pulau besar dan kecil, yang membentang di khatulistiwa dari Bujur 95 Timur sampai Bujur 141 Timur dan dari Lintang 6 Utara sampai Lintang 11 Selatan. Luas wilayah itu kurang lebih 9 juta km2, terbagi atas 3 juta km2 daratan pulau-pulau, 3 juta km2 perairan laut kedaulatan (Sovereignty) diantara dan di sekeliling pulau-pulau itu, serta 3 juta km2 perairan laut yang mengelilingi laut kedaulatan itu sebagai sabuk selebar 200 mil laut dengan hak berdaulat (Sovereign rights) atas sumberdaya alamnya di atas dan di bawah permukaan dan di lapisan bawah dasar lautnya. Wilayah seluas itu dengan garis pantai pulau-pulaunya sepanjang lebih dari 80 ribu km masih ditambah seluruh ruang udara di atas wilayah itu. Di sepanjang garis pantai luarnya terdapat landas kontinen yang merupakan kelanjutan daratan pantainya yang menjorok ke luar di bawah wilayah lautnya sampai sejauh 200 mil laut. Pengertian kepulauan yang demikian luas itu tidak lagi sekumpulan pulau, tetapi lebih tepat apabila disebut “a body of water dotted by islands”. Seluruh perikehidupan

(10)

2

laut sebagai sumber hidupnya.1 Karena satu pertiga luas Indonesia adalah daratan dan dua pertiga luas Indonesia adalah lautan. Dengan demikian berarti wilayah lautan lebih luas daripada wilayah daratan.

Wilayah pesisir Indonesia mempunyai panjang 81.000 km (Mahi, 1999). Pada masyarakat pesisir yang sudah komplek seperti sekarang ini, pesisir laut telah dijadikan sumber bahan pangan dan kehidupan, terbukti beberapa tahun belakangan ini tekanan terhadap sumberdaya pesisir meningkat dengan cepat seiring dengan lajunya sektor ekonomi produksi yang baru. Seperti tambak intensif yang secara langsung maupun tidak langsung membawa konsekwensi munculnya variasi sektor perekonomian. Pada sisi lain keadaan ini memberi kontribusi terhadap peningkatan status ekonomi sebagian masyarakat pantai, namun karena rendahnya kesadaran masyarakat akan keseimbangan ekologi pantai dan rendahnya koordinasi pengendali dan pengguna pada tahap perencanaan hingga implementasi, muncul kekhawatiran mengenai kelestarian manfaat ekologi, sosial budaya yang berkelanjutan.2

Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur. Sidoarjo dikenal dengan sebutan kota Delta karena berada diantara dua sungai besar pecahan Kali Brantas, yaitu Kali Mas dan Kali Porong. Sidoarjo berada di selatan kota Surabaya, sehingga secara geografis kedua kota tersebut seolah-olah menyatu. Perikanan, industri dan jasa merupakan sektor perekonomian utama Sidoarjo.Selat Madura di sebelah Timur

1

Wahyono S.K, Indonesia Negara Maritim, (Jakarta, Teraju, 2009), hal 1-2

2

Helmut Y Bunu – M. Busro, Sosiologi Masyarakat Pesisir, (Surabaya, Jenggala Pustaka

(11)

3

merupakan daerah penghasil perikanan, diantaranya ikan, udang, dan kepiting. Dari logo Sidoarjo sendiri menunjukkan udang dan bandeng merupakan komoditi utama perikanan di Sidoarjo, sehingga Sidoarjo dikenal pula dengan sebutan “Kota Petis” dimana bahan baku dari

pembuatan petis yaitu udang, sedangkan oleh-oleh makanan khasnya yaitu, bandeng asap dan kerupuk udang.

Sektor industri di Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi yang berdekatan dengan pusat bisnis kawasan Indonesia Timur (Surabaya), dekat dengan Pelabuhan Laut Tanjung Perak maupun Bandar Udara Juanda, memiliki sumber daya manusia yang produktif serta kondisi sosial politik dan keamanan yang relatif stabil menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Sidoarjo. Sektor industri kecil juga berkembang cukup baik, diantaranya sentra industri kerajinan tas dan koper di Tanggulangin, sentra industri sandal dan sepatu di Wedoro–Waru dan Tebel–Gedangan, sentra industri kerupuk di Tlasih–Tulangan.

(12)

4

lain seperti pada sektor perikanan yang terkadang penghasilanya tidak menentu. Begitu juga yang terjadi pada masyarakat yang ada di Dusun Pucu’an, mungkin ada alasan tersendiri bagi mereka untuk melangsungkan

kehidupan sehari-harinya di Dusun Pucu’an ini.

Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan SidoarjoKabupaten

Sidoarjo merupakan salah satu Dusun yang secara geografis letaknya terpencil di kota Sidoarjo. Dusun Pucu’an terletak jauh dari keramaian kota

Sidoarjo. Hamparan tambak-tambak terbentang luas mengelilingi dusun ini. Untuk masuk ke dusun ini pun kita harus menempuh jarak 7 km melewati setapak jalan berpaving yang hanya bisa dilewati kendaraan beroda dua sehingga roda empat tidak bisa masuk untuk menuju ke dusun itu. Sepanjang perjalanan akan disuguhkan dengan hamparan tambak-tambak yang luas. Penduduk yang tinggal di dusun Pucukan ini juga tidak begitu banyak, hanya terdiri dari 178 jiwa dengan 57 KK dan ada 45 rumah. Dusun Pucu’an merupakan salah satu dusun di Kelurahan

GebangKecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Masyarakat Dusun Pucu’an sendiri karena wilayah tempat tinggalnya dekat dengan area tambak dan laut/pantai, maka mayoritas dari mereka bermata pencaharian sebagai seorang nelayan. Sampai saat ini, ada sebanyak 35 nelayan di Dusun Pucu’an yang tergabung dalam suatu kelompok nelayan yang diberi nama

“Bintang Timur” yang masih aktif melaut untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Setiap kali air laut pasang nelayan di Dusun Pucu’an ini

(13)

5

atau disela-sela mangrove untuk mencari tangkapan yaitu kepiting dan kakap. Setelah melaut mereka langsung menjual hasil tangkapannya sehingga mereka langsung mendapatkan penghasilan saat itu juga.

Kehidupan ekonomi mereka saat ini mungkin jauh lebih baik dari sebelumnya, dahulu mereka hanya mengandalkan penghasilan dari mencari ikan sisa-sisa panen di tambak sekitar tempat tinggal mereka, yang tentunya tidak bisa setiap hari mereka dapatkan hanya setiap tiga bulan sekali ketika panen. Sehingga sekarang mereka memilih untuk melaut dimana dengan melaut mereka akan bisa mendapatkan penghasilan setiap harinya. Namun, seolah tidak mau melewatkan kesempatan yang ada. Ketika panen tiba mayarakat Dusun Pucu’an ini mencari penghasilan sampingan, dengan cara

mencari sisa-sisa ikan yang sudah dipanen di tambak sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Karena mayoritas mata pencaharian masyarakat Pucu’an sebagai nelayan, kebanyakan dari mereka pun mempunyai perahu

masing-masing yang mereka gunakan untuk mencari ikan di laut, dimana perahu-perahu itu sudah dilengkapi mesin sehingga mereka tidak bersusah payah menggunakan dayung lagi. Mesin-mesin tersebut berawal dari bantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo. Di sampaing itu, kebanyakan dari masyarakat Pucu’an ini juga mempunyai binatang

ternak seperti kambing, bebek dan ayam.

(14)

6

letaknya tidak jauh dari rumah penduduk. Sekolahnya begitu sederhana hanya terdiri dari beberapa ruangan saja, dan itupun ruangannya harus berbagi dengan sekolah TK, kondisi demikian tentunya masih jauh berbeda dengan sekolah-sekolah yang ada di kota. Guru-guru yang mengajar juga berasal dari luar Dusun Pucu’an, namun hanya ada satu guru honorer atau guru penganti yang berasal dari Dusun Pucu’an ini. Pendidikan masyarakat

di Dusun Pucu’an ini memang tergolong masih rendah. Bahkan jarang yang

sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. Jangankan perguruan tinggi, yang lulusan SMA saja masih minim. Mungkin karena fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai. Untuk melanjutkan sekolah ke SMP dan SMA mereka harus bersekolah keluar dari Dusun Pucu’an ini, karena di Dusun Pucu’an

ini masih belum ada sekolah SMP dan SMA. Selain itu, Dusun Pucu’an ini juga baru dijangkau oleh adanya listrik kurang lebih 2 tahun ini, yang sebelumnya mereka hanya menggunakan diesel ataupun tenaga surya untuk menyalakan listrik. Terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut, masyarakat disini begitu berbeda dengan masyarakat yang tinggal dekat dengan keramaian kota. Dari sisi sosial masyarakat di Dusun Pucu’an ini

jauh lebih ramah. Walaupun belum kenal mereka tersenyum dan menyapa, baik itu anak-anak kecil maupun orang dewasanya. Terlihat juga solidaritas diantara mereka, mereka guyup dan rukun.

(15)

7

maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai kehidupan mereka baik dari segi kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan agama yang kemudian akan peneliti tuangkan dalam bentuk karya ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul “POTRET KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN DI DUSUN PUCU’AN KELURAHAN GEBANG

KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan yaitu, untuk mengetahui potretkehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, penelitian ini merupakan kegiatan yang digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan mendeskripsikan tentang potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. 2. Manfaat Praktis

(16)

8

nelayan. Dengan diketahuinya hal-hal yang dirumuskan dalam penelitian tersebut, maka secara praktis juga diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1) Masyarakat

Bagi masyarakat penelitian ini diharap akan mampu memberi wawasan serta memberi informasi terkait potretkehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan GebangKecamatan Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo. 2) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikaan wawasan tentang masalah yang diteliti yaitu bagaimana potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo. 3) Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan serta dapat sebagai referensi bagi peneliti lain bila mengadakan penelitian yang serupa di masa yang akan datang.

E. Definisi Konseptual

a. Potret Kehidupan

(17)

9

cara (keadaan, hal) hidup seseorang.3Jadi, potret kehidupan adalah gambaran yang menampilkan rupa, kepribadian dan bahkan suasana hati subjek (pelaku) dalam keadaan hidup di masyarakat.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini,potret kehidupan yang dimaksud yaitu gambaran yang menampilkan rupa, kepribadian dan bahkan suasana hati dari nelayan dalam menjalani kehidupan di masyarakat,baik dari aspek kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan danagama. b. Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang dikawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut, atau suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.4

Masyarakat nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang hidup dan tinggal di area tambak dimana tempat permukiman tersebut dekat dengan laut dengan jarak sekitar 2 km. Selain itu, mereka juga menggantungkan kehidupannya langsung pada hasil laut.

3

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta:Balai Pustaka, 1989), hal 350

4

Kusnadi, Dinamika Kebudayaan Nelayan dan Ekonomi Pesisir, (Yogyakarta, Ar-Ruzz

(18)

10

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan laporan ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang diteliti, menjawab pertanyaan, kegunaan penelitian serta alasan penelitian. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORITIK

Pada bab 2 kajian terotik ini meliputi beberapa pembahasan antara lain penelitian terdahulu, penelitian terdahulu di sini yaitu penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka yang akan membahas tentang masyarakat nelayan dan kerangka teori. Kerangka teori ini membahas teori yang digunakan untuk menganalisis penelitian yang akan di teliti. Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi (Alfred Schutz).

BAB III : METODE PENELITIAN

(19)

11

laporan penelitian lain tetapi memuat apa yang benar-benar peneliti lakukan di lapangan.Dalam bab ini terdapat beberapa pembahasandiantaranya yaitu: jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pemilihan subyek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pembahasan pada bab ini meliputi deskripsi umum penelitian, dan deskripsi hasil penelitian. Dan dalam menganalisis data, peneliti dapat mengemukakan kecenderungan-kecenderungan yang ada, pola-pola berdasarkan kategori-kategori atau tipologi yang disusun oleh subjek untuk menjelaskan dunianya. Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan menganalisis data dengan menggunakan teori yang relevan, yakni terkait Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Dusun Pucu’an

Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

BAB V : PENUTUP

(20)

12

BAB II

MASYARAKAT NELAYAN - TEORI FENOMENOLOGI

A. Penelitian Terdahulu

Peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang bisa untuk ditindak lanjuti, penelitian ini juga bisa membantu penelitian baru untuk menjadi pengarah dan petunjuk serta menjadi referensi bagi peneliti baru untuk melanjutkan dalam membuat penelitian yang lebih akurat. Untuk selengkapnya dapat di lihat pada uraian di bawah ini :

1. Rujukan penelitian pertama yaitu penelitian yang pernah diteliti oleh mahasiswa yang bernama Sarjulis, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas tahun 2011 yang berjudul “Kehidupan

(21)

13

Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Pemasangan Grip Pemecah Ombak, SPBU kusus nelayan, Bantuan Rumah, BPR dan sebagainya demi keperluan nelayan itu sendiri. Permasalahan masyarakat nelayan Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara akan dikaji melalui pendekatan sosial dan ekonomi. Perubahan sosial ekonomi yang terjadi di nagari Tiku di sebabkan perubahan yang muncul dari masyarakat nelayan di antaranya bantuan pemerintah dalam sosial ekonomi, modal, teknologi penangkapan, tenaga kerja, produksi, konsumsi, pemasaran serta gaya hidup masyarakat nelayan Tiku. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu, Heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber. Kritik yang dibagi atas kritik intern dan ekstern. Interpretasi yakni menetapkan makna dan saling keterkaitan hubungan dari fakta yang telah diperoleh. Historiografi yaitu bentuk penyampaian berupa penulisan kembali. Penelitian ini menggunakan yaitu sumber primer (arsip dan wawancara dengan tokoh-tokoh terkait dan sumber sekunder (buku, makalah, skripsi, laporan penelitian dan koran).

(22)

14

dengan pemilik kapal/disebut induk semang mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu berhutang kepada induk semang. Pada bagian lain kebijaksanaan pemerintah yang telah dilaksanakan oleh instansi terkait belum semaksimal.

Ada perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang diteliti. Perbedaan itu diantaranya; penelitian diatas menjelaskan tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan dalam perspektif historis dengan menggunakan metode historis (sejarah) sedangkan penelitian yang diteliti menjelaskan kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Sidoarjo dari beberapa aspek kehidupan, yaitu kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan agama dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Selain itu, mengenai lokasinya juga berbeda. Persamaannya yaitu sama-sama menjelaskan tentang kehidupan masyarakat nelayan.

2. Rujukan penelitian yang kedua yaitu penelitian yang pernah diteliti oleh mahasiswa yang bernama Amri, Resmiyati Yunus, Sutrisno Mohamad. Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo dengan judul “Perubahan Kehidupan Sosial Ekonomi

Masyarakat Pesisir di Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Laut” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

(23)

15

dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir di Kecamatan Bokan kepulauan Kabupaten Banggai Laut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif, yaitu interaksi antara pengumpulan data dengan tiga komponen yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan, keadaan perumahan penduduk serta peralihan penggunaan teknologi modern pada sistem penangkapan ikan merupakan wujud dari perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Pesisir di Kecamatan Bokan Kepulauan. Ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi, maka berbagai faktor antara lain adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambahnya jumlah penduduk, perkembangan pendidikan serta sifat terbuka dari masyarakat sangat berpengaruh pada perubahan di kalangan masyarakat pesisir di Kecamatan Bokan Kepulauan. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah telah membawa suatu perubahan bagi kehidupan masyarakat. Bantuan peralatan alat tangkap modern yang diberikan membawa keberhasilan tangkapan ikan yang dapat meningkatan pendapatan usaha bagi masyarakat pesisir terutama nelayan di Kecamatan Bokan Kepulauan.

(24)

16

dan memfokuskan pada perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan sedangkan penelitian yang diteliti menjelaskan potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan

Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo dari beberapa aspek kehidupan yaitu kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan agama. Mengenai lokasi penelitiannya pun juga berbeda. Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan motode penelitian kualitatif deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dan menggunakan teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif, yaitu interaksi antara pengumpulan data dengan tiga komponen yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

3. Rujukan penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang pernah diteliti oleh mahasiswa yang bernama Yudi Firgianti Kadir, Trisnowaty Tuahunse, Lukman D. Katili. Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo tahun 2013, dengan judul “Perkembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Pesisir Pantai (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Kramat)”.

(25)

17

(26)

18

Ada perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang penulis teliti. Perbedaan itu diantaranya; penelitian diatas menjelaskan dan memfokuskan pada perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir pantai dengan mengambil studi kasus di Kelurahan Tanjung Kramat sedangkan penelitian yang diteliti menjelaskan tentang potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an

Kelurahan Gebang tidak hanya dilihat dari aspek kehidupan sosial dan ekonomi saja namun dari aspek kehidupan pendidikan, kesehatan dan agama. Penelitian di atas menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis sedangkan penelitian yang diteliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Persamaannya, sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. B. Masyarakat Nelayan

1. Pengertian Masyarakat Nelayan

(27)

19

yang dapat digunakan langsung maupun dilakukan upaya budidaya atasnya. Syarief (2001) menggolongkan masyarakat tersebut pun ke dalam beberapa kelompok, antara lain:

a. Masyarakat nelayan tangkap. Merupakan kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.

b. Masyarakat nelayan pengumpul/bakul. Merupakan kelompok masyarakt pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.

(28)

20

d. Masyarakat nelayan tambak. Merupakan masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh. Jika digolongkan berdasarkan tipe di atas, Indonesia masih didominasi oleh masyarakat nelayan tangkap tradisional dan dalam pelaksanaannya, masih terdapat nelayan buruh yang merupakan sekelompok nelayan tangkap yang belum memiliki modal sehingga harus ikut bersama nelayan lain yang sudah memiliki alat tangkap serta perahu. Nelayan tangkap tradisional dengan keterbatasan alat tangkap akan mempengaruhi hasil pendapatan para nelayan. Begitupun status sebagai nelayan buruh pun sangat mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan. Berdasarkan definisi kemiskinan yang telah diungkapkan sebelumnya serta definisi nelayan di atas, maka kemiskinan nelayan merupakan kondisi seseorang atau sekelompok nelayan yang memiliki standar hidup rendah serta tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya.

(29)

21

nelayan dalam berperilaku serta dalam mengelola sumberdaya kelautan dan pesisir yang ada.1

Secara umum nelayan diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya menangkap ikan, penangkap ikan di laut. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 tahun 1964, TLN No. 2690), pengertian nelayan dibedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan penggarap. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut. Sedangkan dalam ketentuan Undang-Undang Perikanan, mengatur dan membedakan pengertian nelayan menjadi dua yaitu nelayan dan nelayan kecil. Pasal 1 angka 10: nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan, sedangkan pada pasal 1 angka 11: nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) Gross Ton (GT). Penjelasan pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

1

Mussadun dan Putri Nurpratiwi, “Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota (Journal of

Regional and City Planning),” vol. 27, no. 1, pp. 49-67, April 2016 DOI:

(30)

22

Daerah, yang dimaksud dengan “nelayan kecil” adalah nelayan masyar akat

tradisional Indonesia yang menggunakan bahan dan alat penangkapan ikan secara tradisional.2

2. Karakteristik Masyarakat Nelayan

Secara sederhana masyarakat nelayan memiliki ciri khas yang berbeda dengan masyarakat lainnya, diantaranya adalah: 1) Masyarakat nelayan memiliki sifat homogen dalam hal mata pencaharian, nilai dan kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku. 2) Cenderung berkepribadian keras. 3) Memiliki sifat yang toleransi dengan terhadap yang lainnya. 4) Memiliki gairah seksual yang relatif tinggi. 5) Hubungan sesama anggota lebih intim dan memiliki rasa tolong menolong yang tinggi. 6) Dalam berbicara, suara cenderung meninggi.3

3. Karakteristik Sosial Nelayan

Secara sosiologis, karakteristik masyarakat nelayan berbeda dengan karakteristik masyarakat petani seiring dengan perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapi. Masyarakat petani menghadapi sumber daya yang terkontrol, yakni pengelolaan lahan untuk produksi suatu komoditas dengan output yang relatif bisa diprediksi. Dengan sistem produksi yang demikian memungkinkan tetapnya lokasi produksi sehingga menyebabkan

2Endang Retnowati,” Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan Struktural (Perspektif

Sosial, Ekonomi Dan Hukum),” Perspektif Volume XVI, no. 3 (2011): Edisi Mei,

http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/201207081310382587/12.pdf

3

M. Khalil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, (Surabaya, Usaha Nasional

(31)

23

mobilitas usaha yang relatif rendah dan elemen resiko pun tidak besar. Dalam hal ini, petani ikan tergolong masyarakat petani karena relatif miripnya sifat sumber daya yang dihadapi, yaitu petani ikan (budidaya) mengetahui berapa, dimana, dan kapan ikan ditangkap sehingga pola pemanenan lebih terkontrol. Pola pemanenan yang terkontrol tersebut tentu disebabkan karena adanya input yang terkontrol pula. Petani ikan tahu berapa input produksi (benih, makanan, teknik, dsb) yang mesti tersedia untuk mencapai output yang akan dihasilkan.

Karakteristik tersebut berbeda sama sekali dengan nelayan. Nelayan menghadapi sumber daya yang hingga saat ini masih bersifat open access. Karakteristik sumber daya seperti ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk memperoleh hasil maksimal, yang dengan demikian elemen risiko menjadi sangat tinggi. Kondisi sumber daya yang berisiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakter keras, tegas, dan terbuka.4

Meskipun demikian, bedasarkan repons untuk mengantisipasi tingginya risiko dan ketidakpastian, nelayan pun dapat dibedakan kedalam dua kelompok menjadi nelayan besar (large scale fisherman) dan nelayan kecil (small scale fisherman). Perbedaan keduanya telah dijelaskan oleh Pollnac (1988). Ciri perikanan skala besar menurut Pollnac (1988) adalah : 1) diorganisasi dengan cara-cara yang mirip dengan perusahaan agroindustri di negara-negara maju; 2) secara relatif lebih padat modal; 3) memberikan pendapatan lebih tinggi dari pada perikanan sederhana, baik untuk pemilik

4

(32)

24

maupun awak perahu; dan 4) menghasilkan untuk ikan kaleng dan ikan beku yang berorientasi ekspor. Nelayan skala besar dicirikan oleh besarnya kapasitas teknologi penangkapan ataupun jumlah armada dimana mereka lebih berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan melibatkan buruh nelayan sebagai Anak Buah Kapal (ABK) dengan organisasi kerja yang kompleks.

Sementara itu, perikanan skala kecil lebih beroperasi di daerah kecil yang bertumpang tindih dengan kegiatan budidaya dan bersifat padat karya (Pollnac, 1988). Nelayan kecil juga bisa dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada) ataupun budaya dimana keduanya sangat terkait satu sama lain. Misalnya saja, seorang nelayan yang belum menggunakan alat tangkap maju (dayung, motor tempel, dsb), biasanya lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri (subsistensi) sehingga sering disebut sebagai

peasant fisher. Sebutan ini muncul karena alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari (khususnya pangan) dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala usaha (Arif Satria, 2001).

(33)

25

memperoleh surplus dari hasil tangkapan itu karena mempunyai daya tangkap lebih besar.5

C. Teori Fenomenologi (Alfred Schutz)

Teori yang relevan untuk menjelaskan judul di atas adalah Teori Fenomenologi–Alfred Schutz.Pada bab ini, Teori Fenomenologi-Alfred Schutz dijelaskan secara mendalam agar dapat menjelaskan potret kehidupan masyarakat nelayan.

Studi fenomenologi pada hubungan sosial juga memusatkan perhatian pada proses mental atau kehidupan “dalam”. Semua relasi sosial

mempengaruhi kehidupan “dalam” setiap individu yang berinteraksi di

dalamnya.

Suatu kelompok tidak dipandang hanya sebagai gabungan dari sejumlah individu, tetapi suatu masyarakat bisa mempengaruhi kondisi “dalam” setiap individu yang bergabung di dalamnya. Kesadaran diri suatu

kelompok merupakan kesadaran setiap individu anggotanya yang mengikat mereka dalam satu kesatuan. Setiap anggota punya rasa memiliki pada seluruh struktur kelompoknya.

Dengan demikian, studi fenomenologi sebagai metode sosiologi murni, bisa menyingkap esensi masyarakat, perilaku masyarakat dan relasi-relasi sosial yang terbentuk. Dengan menggunakan metode tersebut seseorang bisa menemukan fakta-fakta atau disposisi a priori dan paling

5

(34)

26

puncak dari kehidupan sosial. Fakta-fakta tersebut merupakan pra kondisi a priori dari komunitas manusia, dan kehidupan sosial bisa direduksi ke dalam pengembangan fakta-fakta tersebut.6

Alfred Schutz (1899-1959) lahir di Australia, kemudian hijrah ke Amerika Serikat pada tahun 1939. Schutz adalah seorang intelektual yang tertarik oleh pemikiran Max weber, tetapi berusaha menjernihkan dan mengembangkannya dalam filsafat fenomenologis Edmund Husserl yang ia kenal secara pribadi. Schutzlah yang mengembangkan fenomenologi dalam sosiologi dan sepanjang karier akademiknya dicurahkan untuk memperbaiki pemahaman sosiologis mengenai dunia kehidupan (lifeworld). Ia menggunakan sumber fenomenologi yang dikembangkan Edmund Husserl untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik sebagai pilar-pilar filosofis ilmu sosial. Ia juga mengkritik teori Max weber tentang tindakan sosial dan interpretasi. Dia berusaha memahami bagaimana sebuah teori tindakan harus ilmiah. Argumentasi sentralnya adalah bahwa sosiologi harus memahami bagaimana aktor sosial menggunakan tipifikasi untuk mengorganisasi pengetahuan umum (common sense) dari dunia kehidupannya dan untuk memahami perbedaan-perbedaan dasar antara pengetahuan sehari-hari dan pengetahuan ilmiah. Riset Fenomenologis dengan demikian merupakan studi relevansi perbedaan-perbedaan bentuk pengetahuan bagi tindakan sosial.

6

(35)

27

Schutz adalah murid Husserl dan sangat kuat dipengaruhinya. Apabila pendekatan Husserl adalah murni filsafat, Schutz mengeksplorasikan relevansi fenomenologi ke dalam sosiologi. Dalam karyanya The Phenomenology of the Social World (1967) dan koleksi makalahnya, Schutz secara khusus tertarik cara-cara ketika individu menggunakan skema interpretatifnya untuk merasionalisasikan fenomenologi personalnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu menjadi stock of knowledge yang memungkinkan dia memahami makna dari apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain. Orang secara normal memerhatikan stock of knowledge yang digunakannya, yang menjadi bagian dari pengetahuan tak disadari (tacit knowledge). Dalam konteks ini, Schutz berbicara tentang rasionalitas sehari-hari sebagai lawan rasionalitas ilmiah. Apabila rasionalitas ilmiah dicirikan dengan pengetahuan teoretis dan keraguan-keraguan sistematik, rasionalitas sehari-hari bersumber pada pengetahuan praktis dan penilaian (suspense) ketidakpercayaan. Fenomenologi Schutz melicinkan jalan bagi penemuan-penemuan sosiologis tentang bagaimana orang menandai makna terhadap lingkungannya.

Stock of Knowledge oleh Schutz adalah keseluruhan peraturan, norma, konsep tentang tingkah laku yang tepat, dan lain-lain yang kesemuanya memberikan kerangka referensi atau orientasi kepada seseorang dalam memberikan interpretasi terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya sebelum melakukan suatu tindakan. Beberapa ciri dari stock of knowledge

(36)

28

1) Realitas yang dialami oleh orang-orang merupakan stok pengetahuan bagi orang tersebut. Bagi anggota-anggota sebuah masyarakat, stok pengetahuan mereka merupakan realitas terpenting yang membentuk dan mengarahkan semua peristiwa sosial. Aktor-aktor menggunakan stok pengetahuan ini ketika mereka berhubungan dengan orang-orang lain disekitarnya.

2) Keberadaan stok pengetahuan ini memberikan ciri take for granted

(menerima sesuatu begitu saja tanpa mempertanyakannya) kepada dunia sosial. Stok pengetahuan ini jarang menjadi objek refleksi sadar atau menjadi semacam asumsi-asumsi dan prosedur implisit yang diam-diam digunakan oleh individu-individu ketika mereka berinteraksi.

3) Stok pengetahuan ini dipelajari dan diperoleh individu melalui proses sosialisasi di dalam dunia sosial dan budaya tempat dia hidup. Akan tetapi, kemudian stok pengetahuan tersebut menjadi realitas bagi aktor di dalam dunia yang lain karena kemana saja ia membawa stok pengetahuan itu dalam dirinya.

4) Individu-individu bertindak berdasarkan sejumlah asumsi yang memungkinkan mereka menciptakan perasaan “saling” atau timbal

(37)

29

pengetahuan si aktor karena memiliki riwayat hidup yang berbeda, tetapi stok pengetahuan ini tidak dipedulikan si aktor ketika ia berelasi dengan mereka.7

5) Eksistensi dari stok pengetahuan dan perolehannya melalui proses sosialisasi. Asumsi yang memberikan aktor rasa saling atau timbal balik, semua beroperasi untuk memberikan kepada aktor perasaan atau asumsi bahwa dunia ini sama untuk semua orang dan ia menyingkapkan ciri-ciri yang sama kepada semua. Apa yang membuat masyarakat bisa bertahan atau menjaga keutuhannya adalah asumsi akan dunia satu yang sama.

6) Asumsi akan dunia yang sama itu memungkinkan si aktor bisa terlibat dalam proses tipifikasi, yakni berdasarkan tipe-tipe, resep-resep atau pola-pola tingkah laku yang sudah ada. Tindakan atau perbuatan pada hampir semua situasi kecuali yang sangat personal dan intim, dapat berlangsung melalui tipifikasi yang bersifat timbal balik ketika si aktor menggunakan stok pengetahuannya untuk mengategorikan satu sama lain dan menyesuaikan tanggapan mereka terhadap tipifikasi-tipifikasi tersebut.

7) Dengan tipifikasi tersebut, si aktor dapat secara efektif bergumul di dalam dunia mereka karena setiap nuansa dan karakteristik dari situasi mereka tidak harus diperiksa. Selain itu, tipifikasi mempermudah penyesuaian diri karena memungkinkan manusia

7

Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern, (Jogjakarta,

(38)

30

memperlakukan satu sama lain sebagai kategori-kategori atau objek dengan tipe-tipe tertentu (Schutz, 1967; Campbell, 1994).

Karya pertama Schutz secara implisit merupakan kritik terhadap metode verstehen Weber. Melalui karya ini, Schutz ingin mengetahui mengapa dan melalui proses apa, para aktor dapat memahami arti yang sama. Asumsi Weber bahwa aktor-aktor menghayati arti-arti subjektif mengantar Schutz pada pertanyaan: Mengapa dan bagaimana aktor-aktor bisa memperoleh arti subjektif yang sama, Bagaimana mereka bisa menciptakan suatu pandangan yang sama tentang dunia, Bagaimana mungkin bahwa sekalipun saya yang tidak melihat seperti yang engkau lihat, tidak merasakan seperti yang engkau rasakan, tidak memandang seperti yang engkau pandang, akan tetapi tokoh bisa turut merasakan pikiran, perasaan dan sikapmu. Bagi Schutz (1967), hal ini merupakan masalah intersubjektivitas yang merupakan skema sentral dalam intelektualitasnya.

Alfred Schutz mengembangkan sosiologi dunia kehidupan dan fenomenologi sosial. Menurut Schutz, dunia kehidupan merupakan sesuatu yang terbagi, merupakan dunia kebudayaan yang sama. Kepercayaan-kepercayaan dunia kehidupan berdasarkan tipifikasi-tipifikasi, asumsi-asumsi dan pengetahuan yang diterima begitu saja (taken for granted)

(39)

31

(40)

32

meyakinkan kepada kita bahwa dunia kehidupan sehari-hari adalah tidak nyata, dan hanya merupakan sebuah ilusi.

Posisi sosiologi yang berkembang pada awal kelahirannya dipengaruhi oleh asumsi-asumsi kaum positivis. Sosiologi mengikuti jalur ilmu pengetahuan alam termasuk kemudian dalam mendefinisikan realitas menurut terma-terma dan kaidah-kaidah metode ilmiah. Realitas sosial pada mulanya didefinisikan melalui metode tersebut. Dalam perspektif yang lahir belakangan, realitas sosial dilihat sebagai hasil dari kepercayaan-kepercayaan yang salah. Hal ini sangat berbeda dengan Husserl. Ia tidak menerima penjelasan mengenai hubungan antara dunia menurut ilmu pengetahuan disatu pihak dan dunia dalam pengalaman yang nyata

(lebenswelt) di lain pihak. Dia berpendapat bahwa kesalahpahaman serius adalah tentang cara ilmu pengetahuan menghubungkan pemahaman pra-ilmiah manusia sehingga menimbulkan dua gambaran yang salah dan saling bertentangan. Ilmu pengetahuan tidak menghasilkan gambaran tentang pengalaman hidup manusia berlangsung. Karena itu, tidak dapat melakukan penjelasan ilmiah, baik tentang asal-usulnya maupun ketergantungannya dari pengalaman hidup.8

Bagi Schutz, setiap interaksi melibatkan proses pengiriman sinyal kepada orang lain dan hal itu tidak dipertanyakan mengenai asumsi bahwa masing-masing yang berinteraksi mempunyai pandangan yang sama terhadap realitas yang terjadi. Bagi ahli metodologi, gerak tubuh dan

8

(41)

33

tanda yang dipertukarkan individu merupakan “indeksikal”yang maknanya

hanya dalam konteks khusus. Tanda-tanda tersebut digunakan untuk mengonstruksikan sebuah pandangan makna bersama diantara individu-individu. Kebanyakan riset etnometodologi menguji dengan baik transkrip-transkrip pembicaraan untuk menentukan metode ethno atau folk. Dalam riset ini, individu membuat atau mempertahankan sebuah pandangan tentang realitas. Sebagai contoh, dari sebuah dialog, peneliti ingin mengetahui gerak tubuh yang ada dalam bentuk-bentuk dialog normal, juga gerak tubuh yang sama-sama tidak disukai (disetujui) bersama. Selain itu, juga dicari, misalnya pola-pola tumpang tindih (overlapping) pembicaraan, ambiguitas-ambiguitas makna yang ditoleransi, atau perbaikan terhadap kesalahpahaman kecil yang kesemuanya itu merupakan teknik-teknik yang digunakan seseorang untuk menciptakan dan mempertahankan pandangan bahwa mereka berada dalam dunia intersubjektif yang sama (Garfinkel, 1967: Sack, 1992; Schegloff, 2001).

Schutz mengadopsi aliran fenomenologi ke dalam sosiologi dengan menekankan bahwa interpretasi-interpretasi tidaklah unik bagi setiap orang, tetapi tergantung pada kategori-kategori kolektif atau yang ia sebut sebagai “tipifikasi”. Masing-masing kelompok mempunyai seperangkat “pengetahuan bersama”. Meskipun demikian, orang hanya dapat

(42)

34

Schutz membedakan antara makna dan motif. Makna berkaitan dengan bagaimana aktor menentukan aspek apa yang penting dari kehidupan sosialnya. Sementara, motif menunjuk pada alasan seseorang melakukan sesuatu. Makna mempunyai dua macam tipe, yakni makna subjektif dan makna objektif. Makna subjektif merupakan konstruksi realitas tempat seseorang mendefinisikan komponen realitas tertentu yang bermakna baginya. Makna objektif adalah seperangkat makna yang ada dan hidup dalam kerangka budaya secara keseluruhan yang dipahami bersama lebih dari sekedar idiosinkratik. Schutz dalam Ritzer, 1983 membedakan dua tipe motif, yakni motif “dalam kerangka untuk” (in order to) dan motif “karena” (because). Motif pertama berkaitan dengan alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan sebagai usahanya menciptakan situasi dan kondisi yang diharapkan dimasa datang. Motif kedua merupakan pandangan retrospektif terhadap faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu.9

Adapun alasan saya menggunakan teori Fenomenologi Alfred Schutz, karena teori ini mengkaji bagaimana seorang individu atau masyarakat menggunakan stok pengetahuan yang dimilikinya untuk memberikan penafsiran terhadap segala sesuatu sebelum melakukan suatu tindakan. Oleh karena itu, saya ingin mengaitkannya dengan tindakan masyarakat nelayan di kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, saya ingin memahami makna dan motif dari tindakan mereka.

9

(43)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yangdigunakan di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitiandibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan di dalam melakukan penelitian.Menurut Dedy Mulyana metode adalah proses, prinsip dan prosedur yangkita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan katalain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topikpenelitian.1

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan satu variabel, menggunakan tehnik wawancara kepada informan yaitu orang-orang yang memiliki informasi terbanyak tentang hal-hal yang diteliti. Format untuk mendesain penelitian kualitatif pada dasarnya mengikuti pendekatan penelitian tradisional tentang penyajian sebuah masalah, perumusan pertanyaan penelitian, pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan tersebut, analisis data dan penarikan kesimpulan.2

Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan kualitatif deskriptif guna memberikan penjelasan tentang fenomenaobjek yang diteliti, yaitu “Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan

1

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan

Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 145

2

Emzir, Metodelogi Penelitian Kualitatif “ANALISIS DATA”, (Jakarta, Rajawali Pers,

(44)

36

Di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”. Pendekatan kualitatif adalah proses penelitian yang digunakan

untukmengetahui suatu fenomena atau permasalahan sosial yang terjadi dalammasyarakat.

Menurut Denzin dan Licoln, kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini,peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.3

Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena 1) Penelitian ini tidak dapat dikaji dengan menggunakan metode lain misalkan dengan menggunakan metode kuantitatif karena metode tersebut tidak sesuai dengan objek penelitian yang peneliti lakukan. 2) Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti mencari data atau informasi dengan menggunakan wawancara bukan dengan angket sehingga informasi yang didapatkan dari informan bisa lebih mendalam. 3) Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif atau menggambarkan kondisi dari objek penelitian yang didapat di lapangan dengan kata-kata atau gambar bukan berupa angka-angka sehingga dapat dipahami dengan mudah.

3

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2011),

(45)

37

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.Untuk mengetahui lebih jauh tentang gambaran lokasi penelitian, berikut ini akan dipaparkan tentang keadaan Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Letak geografis Kelurahan Gebang adalah salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo yang berbatasan dengan: Sebelah utara Kali Pecabean, Sebelah timur Kedung Peluk, Sebelah selatan rangkah Kidul, Sebelah Utara Bluru Kidul. Sementarajarak ke ibu kota kecamatan 4 km, jarak ke ibu kota kabupaten/kota 4 km, jarak ke ibu kota provinsi 26 km.Sedangkan Dusun Pucu’an sendiri merupakan salah satu Dusun yang ada di Kelurahan

Gebang. Konon katanya Dusun ini dinamakan Pucu’an karena letaknya paling pucuk. Untuk masuk ke Dusun ini bisa ditempuh melalui dua jalur; jalur darat dengan menggunakan sepeda motor dan jalur air dengan menggunakan perahu. Jika menggunakan jalur darat kita harus menempuh jarak 7 km dari arah Desa Kedung Peluk melewati jalan sempit dan berpaving dimana sebelah kanan dan kiri adalah tambak-tambak yang akan dijumpai sepanjang perjalanan menuju ke Dusun Pucu’an.

(46)

38

berprofesi sebagai nelayan sehingga banyak menggantungkan kehidupannya dari hasil laut. Sedangkan untuk waktu penelitian, peneliti membutuhkan waktu tiga bulan agar lebih memudahkan dan memahamiPotret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan

Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. C. Pemilihan Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya menjadi pelopor dari hasil penelitian. Dengan demikian maka pemilihan subjek penelitian di sini peneliti berusaha mengambil informan yaitu pertama Lurah selaku pemimpin di Desa. Yang kedua tokoh masyarakat karena biasanya tokoh masyarakat merupakan seseorang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih, pengalaman hidup yang banyak, memiliki jabatan dan lebih dihormati di masyarakat sehingga cara pandangnya digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di masyarakat tersebut. Ketiga adalah ketua kelompok nelayan karena yang memimpin daripada anggotanya yaitu para nelayan yang ada di Dusun Pucu’an.

Keempat masyarakat nelayan karena mereka yang merasakan bagaimana senang atau tidaknya menjadi seorang nelayan, senang tidaknya tinggal di Dusun Pucu’an dan yang merasakan segala hal yang berkaitan dengan

(47)

39

menjadi key informan. Selain itu masyarakat pada umumnya yang dianggap mampu untuk menjelaskan tentang tema penelitian yang peneliti lakukan.

Adapun alasan peneliti mengambil subjek informan tersebut karena peneliti beranggapan bahwa informan tersebut dapat memberikan informasi yang sesuai dibutuhkan oleh peneliti.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah

purposeful sampling, yaitu sampel dipilih bergantung pada tujuan penelitian tanpa memerhatikan kemampuan generalisasinya. Dalam penelitian ini tidak ada aturan yang baku tentang jumlah minimal dari partisipan. Hanya saja, pengumpulan data diakhiri bila peneliti tidak lagi menemukan informasi baru. Pernyataan atau pengakuan tidak ditemukannya informasi baru dipengaruhi oleh pertimbangan dana dan waktu yang telah dianggarkan sejak dimulainya penelitian4. Menurut sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama dilapangan yakni berupa hasil wawancara langsung dari informan yang diteliti.Data ini adalah data dari hasil observasi dan wawancara peneliti. Sebelumya peneliti menyusun pertanyaan terlebih dahulu sebelum turun lapangan untuk melakukan wawancara. Disini peneliti harus bisa memilih siapa yang akan dijadikan informan

4

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : Pustaka

(48)

40

sehingga peneliti bisa mendapat informasi dan keterangan sebanyak – banyaknya sesuai dengan kebutuhan.

Wawancara ini dilakukan peneliti dengan mendatangi rumah warga yang sebelumnya sudah ditentukan peneliti untuk membantu memberikan informasi yang relevan. Dalam subjek penelitian ini peneliti mengambil key informan yaitu ketua RW dan informan lain diantaranya masyarakat nelayan, kelompok nelayan, perangkat desa dan tokoh masyarakat di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

Dapat dipaparkan secara singkat, ketika peneliti bertemu dengan Key Informan. Peneliti mendatangi rumah Key Informan selaku RW di Dusun Pucu’an kemudian mengutarakan maksud dan tujuan akan

(49)

41

Tabel 3.1

Daftar Informan Penelitian

No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan 1. Santoso, SH. M.AP 49 tahun S2 Lurah 2. Suhartatik 32 tahun S1 TU dan Guru 3. Tarom 50 tahun SD Penjaga tambak 4. Nizar Mahfudz 48 tahun SD Nelayan

5. Wiyadi 49 tahun SD Swasta

6. Mahudi Arifin 25 tahun SD Nelayan 7. Sanjaya 27 tahun SMP Nelayan

8. Widayat 35 tahun SD Nelayan

9. Sunardi 50 tahun SD Kelas 3 Nelayan 10. Khoiron 64 tahun SD Kelas 3 Nelayan 11. Pendik 22 tahun SMP Nelayan 12. Adi Wikarta 23 tahun SD Nelayan 13 Sugiyanto 56 tahun SD Kelas 3 Nelayan 14. Kholilah 34 tahun SD Ibu Rumah Tangga Sumber : Observasi Lapangan, 2017

2. Data Sekunder

(50)

42

dilokasi penelitian yaitu di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Data ini berupa arsip Kelurahan yang meliputi profil Desa yang mencakup tentang keadaan topografi dan monografi Dusun Pucu’an dan Kelurahan Gebang

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. D. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentang Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo. Langkah-langkah penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan Diskusi Intensif

Langkah ini adalah langkah pertama yang akan dilakukan pra-penelitian. Diskusi secara intensif yang dilakukan di kelas dengan cara mengumpulkan berbagai pendapat dan gagasan mengenai cara-cara yang tepat dalam melakukan penelitian. Langkah ini penting supaya semua yang terlibat dalam penelitian mempunyai pengetahuan dan orientasi yang jelas ketika terjun di lokasi penelitian.

2. Melihat fenomena

Melihat sebuah berita atau informasi di internet yang menceritakan tentang kondisi lingkungan, kondisi pendidikan yang masih minim dari segi fasilitas maupun tenaga pengajar, dan juga akses jalan untuk menuju ke Dusun Pucu’an yang masih terbilang

(51)

43

disana. Kebetulan saat itu peneliti bisa bertemu langsung dengan ketua RT nya sehingga bisa menanyakan tentang apapun yang berkenaan dengan kondisi Dusun dan juga masyarakatnya. Dari observasi yang peneliti lakukan, peneliti bisa mengetahui keberadaan Dusun Pucu’an yang memang jauh dari keramaian kota dimana akses jalannya pun terbilang sulit apalagi kalau musim hujan dan juga bisa mengetahui sekilas tentang kehidupan masyarakat disitu. Langkah ini mempunyai tujuan untuk membuktikan dan menarik hipotesa mengenai objek penelitian potret kehidupan masyarakat nelayan di Dusun Pucu’an

Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. 3. Melakukan penulisan proposal

Langkah selanjutnya adalah menulis proposal penelitian. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang rencana kegiatan penelitian di Dusun Pucu’an Kelurahan

Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo secara lengkap, jelas, singkat, dan mudah dimengerti sebagai pertimbangan bagi pihak yang memberikan persetujuan atas kegiatan penelitian yang diusulkan. 4. Melakukan penelitian

(52)

44

Peneliti mulai melakukan penelitian pada hari Sabtu tanggal 19 November 2016. Peneliti berangkat ke lokasi pukul 08.30 wib dan tiba di lokasi sekitar pukul 10.00 wib. Setiba di sana peneliti bertemu dengan pak RW, beliau membantu dalam menunjukkan informan yang bisa diwawancarai waktu itu, yang ketika itu hanya ada beberapa orang nelayan yang ada di rumah karena yang lainnya belum pada pulang dari melaut. Kemudian beliau memanggilkan tetangga samping rumahnya yang bernama Pak Mahudi Arifin dan peneliti mewawancarainya. Pak RW masih tetap membantu, beliau mengajak peneliti jalan ke rumah tetangga-tetangganya hingga bertemu dengan pak Sanjaya. Dengan kesediaan pak Sanjaya peneliti mewawancarainya. Pak RW masih tetap menemani peneliti hingga kemudian peneliti singgah di rumah salah seorang warga yang bernama pak Widayat dan peneliti wawancarainya. Setelah melakukan wawancara dengan ketiga informan tersebut peneliti memutuskan untuk pulang.

(53)

45

Setelah surat izin diterima, di hari Jum’at tanggal 23 Desember

2016 peneliti kembali ke kantor Kelurahan Gebang. Setelah sampai di kantor Kelurahan Gebang, peneliti langsung bertemu dengan bapak Lurah dan kemudian mewawancarainya. Untuk melengkapi data, peneliti meminjam profil desa dan pihak Kelurahan mau meminjamkan data profil desa kepada peneliti.

Pada hari Sabtu tanggal 24 desember 2016 peneliti pergi ke Dusun Pucu’an dan tiba disana waktu dzuhur. Peneliti memutuskan

untuk sholat dzuhur. Setelah selesai sholat peneliti berangkat menuju rumah Bu Tatik. Peneliti dipersilahkan untuk masuk ke dalam rumahnya, kemudian peneliti memulai untuk wawancara. Karena beliau adalah salah seorang TU sekaligus guru di SDN Gebang II dan TK, jadi peneliti banyak bertanya mengenai pendidikan khususnya pendidikan yang ada di Dusun Pucu’an ini yaitu SDN Gebang II dan

TK. Namun beliau juga bercerita tentang pengalaman hidupnya selama tinggal di Dusun Pucu’an ini, terutama soal perjuangannya

(54)

46

duduk disebuah tempat cangkruk sederhana terbuat dari bambu. Setelah wawancara selesai peneliti memutuskan untuk pulang.

Pada hari Kamis tanggal 12 Januari 2017 peneliti menuju akademik menemui Bu Helma selaku petugas akademik untuk minta dibuatkan surat ke BAKES BANGPOL Provinsi Jatim. Kemudian peneliti disuruh untuk mencatat diselembar kertas mengenai Nama, Nim, fakultas, jurusan, judul skripsi, berapa lama waktu penelitian, ditujukan kepada siapa surat tersebut.

Keesokan harinya pada tanggal 16 Januari 2017 peneliti pergi ke kampus untuk mengambil surat izin di ruang akademik. Rencananya setelah dari akademik langsung mengantarkan ke BAKES BANGPOL Provinsi Jatim. Namun karena ada kendala beberapa hal, peneliti memutuskan untuk pergi kesana keesokan harinya yaitu tanggal 17 Januari 2017.

(55)

47

meneruskan perjalanan ke BAKES BANGPOL Sidoarjo. Namun sebelum menuju kesana peneliti singgah dikampus terlebih dahulu untuk print proposal skripsi untuk melengkapi persyaratan menuju ke BAKES BANGPOL Sidoarjo. Pada pukul 13.30 wib peneliti menuju ke BAKES BANGPOL Sidoarjo. Sesampai disana peneliti memberikan surat dari BAKES BANGPOL Provinsi Jatim, proposal skripsi, dan KTP kepada petugas. Setelah menunggu lama surat izin selesai dan peneliti mendapatkan empat surat dari BAKES BANGPOL Sidoarjo yaitu surat untuk Bappeda, Kecamatan, Kelurahan dan Fakultas. Setelah itu peneliti melanjutkan perjalanan ke Bappeda Sidoarjo untuk mengantarkan surat kesana. Setelah dari situ baru lah peneliti pulang. Sebenarnya masih ada tiga surat lagi yang belum diantar, namun peneliti memutuskan untuk melanjutkan di hari selanjutnya.

Pada hari Jum’at tanggal 17 Februari 2017. Peneliti berangkat

(56)

48

Pada hari Rabu tanggal 22 Februari 2017 peneliti kembali ke kantor Kecamatan untuk mengambil surat balasan dari Kecamatan. Karena saat itu sedang dikerjakan suratnya dan peneliti harus menunggu. Setelah menunggu kurang lebih setengah jam akhirnya surat selesai. Dan peneliti melanjutkan perjalanan menuju ke kantor Kelurahan Gebang. Setibanya disana peneliti bertemu dengan bapak-bapak petugas di kelurahan kemudian peneliti langsung memberikan surat tersebut kepada salah satu petugas yang ada disitu, sekaligus peneliti juga mengembalikan data profil desa yang dipinjamnya waktu itu. Setelah dari kantor Kelurahan peneliti langsung berangkat ke Dusun Pucu’an untuk meneruskan mencari data. Disepanjang

perjalanan menuju ke Pucu’an peneliti menemui jalan yang becek,

berlumpur dan sulit untuk dilewati. Akhirnya ditengah-tengah perjalanan peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan kembali pulang.

Setelah kemaren sempat tertunda akhirnya pada hari Minggu tanggal 26 Februari 2017 peneliti kembali untuk melanjutkan perjalanan ke Pucu’an. Peneliti berangkat pukul 10.30 wib dan tiba di Dusun Pucu’an pukul 12.00 wib. Kemudian peneliti singgah di

(57)

49

kembali. Banyak warga yang sedang melakukan aktivitas maupun sekedar nyantai diteras rumah. Ada seorang ibu-ibu yang sedang menyuapi makan anaknya kemudian peneliti berhenti dan mencoba mengorek-ngorek informasi mengenai masyarakat yang tinggal di dusun Pucu’an ini. Kemudian setelah itu peneliti melanjutkan jalannya

hingga singgah disebuah warung kopi dan bertemu dengan pak Pendik anak dari pemilik warung yang baru datang, kemudian peneliti memintanya untuk bersedia diwawancara. Setelah wawancara selesai peneliti memutuskan untuk pulang.

Pada hari Rabu tanggal 29 Maret 2017 peneliti berangkat ke Dusun Pucu’an untuk melengkapi pencarian data. Setibanya disana

peneliti menuju rumah Pak RW kemudian mewawancarainya. Di sela-sela perbincangan, datanglah Pak Wiyadi yang kebetulan merupakan orang yang biasanya mengajar mengaji anak-anak di Dusun Pucu’an. Kemudian peneliti pun mewawancarainya. Setelah itu peneliti diantar ke dermaga di belakang rumah warga. Disitu ada salah seorang nelayan yang sedang mengikat kepiting. Dan peneliti pun mewawancarainya.

5. Melakukan Penulisan Laporan

(58)

50

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah memperoleh data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data lebih banyak menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Menurut Marshall, melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Dalam penelitian ini, jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi pasif, di mana peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan orang yang diamati. Observasi dilakukan untuk mengamati Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

Peneliti melihat, mengamati perilaku dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Pucu’an yang saat itu sedang nyantai di teras rumah, nyantai di warung kopi, lalu lalang orang sambil membawa keranjang/drum berisikan hasil tangkapan nelayan, anak-anak kecil yang sedang bermain dsb.

2. Wawancara

(59)

51

informasi (data) dari responden dengan bertanya langsung secara bertatap muka (face to face)5. Wawancara juga merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topic tertentu6.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan yaitu terkait dengan Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada masyarakat nelayan yang tinggal di Pucu’an dengan mendatangi setiap informan dari rumah ke rumah.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti mendokumentasikan tentang beberapa hal mengenai Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Dusun Pucu’an

5

Bagong, suyanto dan sutinah, Metode Penelitian Social “ Berbagai Alternative

Pendekatan”, (edisi 3, Jakarta: kencana, 2013), cet. Ke-7, 69

6

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Al-Fabeta,

(60)

52

Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo diantaranya meliputi: foto sarana dan prasarana yang ada di Dusun Pucu’an seperti sekolah SDN Gebang II, kamar mandi dan wc umum,

balai RW, mushollah/masjid. Foto aktivitas nelayan setelah selesai melaut, alat tangkap kepiting, perahu yang di gunakan melaut, foto kegiatan tahlilan rutin dan foto ketika peneliti melakukan wawancara dengan informan.

F. Teknik Analisis Data

Bogdan menyatakan bahwa, Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis, yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan peneliti sejak sebelum peneliti memasuki Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Akan tetapi analisis data ini lebih difokuskan selama proses pengumpulan data diDusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.Penelitian ini dilakukan secara interaktif dan terus-menerus sampai datanya jenuh. Aktifitas dalam analisis data model Miles dan Huberman adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (data reduction)

(61)

53

proses penelitian berlangsung, yaitu dengan cara mengurangi data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian.

Dalam proses reduksi data. Peneliti mengelompokkan data yang diperoleh dari hasil observasi di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo dan wawancara oleh Lurah dan masyarakat nelayan yang ada diDusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Adapun topik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan

Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. 2. Penyajian Data (display data)

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data penelitian kualitatif berupa teks yang bersifat naratif. Adapun penyajian data dalam penelitian ini cenderung berupa teks yang bersifat naratif. Mendeskripsikan hasil penelitian terkait dengan judul peneliti yakni Potret Kehidupan Masyarakat Nelayan di Dusun Pucu’an Kelurahan Gebang Kecamatan

Gambar

Tabel 3.1
Gambaran Umum Kelurahan Gebang
Tabel 4.2
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Gebang Kecamatan Sidoarjo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan sosial ekonomi yang terjadi di nagari Tiku di sebabkan perubahan yang muncul dari masyarakat nelayan di antaranya bantuan pemerintah dalam sosial

Dari penelitian ini dapat diketahui tingkat keimanan masyarakat nelayan, yakni dari pemahaman dan pengalaman praktik keagamaan yang dikerjakan sehari-hari, serta

Berdasarkan kondisi masyarakt Samin yang berada di Dusun Jepang, dalam kehidupan kesehariannya mereka beraktivitas seperti biasanya melakukan interaksi sosial sesama

Rosdiana,2018. Pengaruh Kehidupan Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan Petani Tambak Di Dusun Parasangan Beru Desa Pajukukang Kecamatan Bontoa Kabupaten

Persepsi ini diukur dengan beberapa parameter yaitu pandangan masyarakat mengenai Pengaruh keberadaan Perumahan terhadap Kehidupan sosial ekonomi, tingkat pendapatan,

Dimana saat ini, kemiskinan saat ini tidak lagi dipandang dari aspek ekonomi saja tetapi juga dilihat dari aspek sosial, budaya dan politik yang meliput aspek pendidikan dan

Tesis Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Terhadap Lingkungan Rumah Tempat Tinggal Nelayan di Desa Lalang dan di Desa Medan Kecamatan Medang

1) Dilakukan olehSarjulin. Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas Padang 2011, dengan judul “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara Kabupaten