DUKUNGAN PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
PEDOMAN TEKNIS
TAHUN 2015
ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis kegiatan Antisipasi Dampak
Perubahan Iklim di daerah tahun 2015 disusun dalam rangka memberikan rambu-rambu dan arahan
pelaksanaan kegiatan kepada Dinas yang
membidangi Perkebunan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Sistematika Pedoman Teknis terdiri dari 8 (delapan) Bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan, Bab II. Pendekatan
Pelaksanaan Kegiatan, Bab III. Pelaksanaan
Kegiatan, Bab IV. Proses Pengadaan Barang, Bab V.
Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan
Pendampingan, Bab VI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, Bab VII. Pembiayaan, serta Bab VIII. Penutup.
Pedoman Teknis harus menjadi acuan Dinas yang
membidangi Perkebunan di Provinsi/
Kabupaten/Kota dalam menyusun Petunjuk
Pelaksanaan, Petunjuk Teknis dan pelaksanaan kegiatan.
Jakarta, 9 Maret 2015 Direktur JenderalPerkebunan
DAFTAR ISI
II PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN... 6
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan... 6
B. Spesifikasi Teknis... 13
III PELAKSANAAN KEGIATAN... 24
A. Ruang Lingkup... 24
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan... 29 C. Lokasi, Jenis dan Volume... 32
D. Simpul Kritis... 32
IV PROSES PENGADAAN BARANG... 34
A. Monitoring... 37
B. Evaluasi... 37
C. Pelaporan... 37
VII PEMBIAYAAN... 40
VIII PENUTUP... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Spesifikasi alat pengendalian kebakaran
lahan dan kebun ...
43
2. Spesifikasi Alat pada Pengembangan
Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi rakyat...
46
3. Contoh Kompos Pada Kegiatan
Pengembangan Model Perkebunan
Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat ...
47
4. Lokasi dan Volume kegiatan Antisipasi
DampakPerubahan Iklim... 50
5. Form Laporan Perkembangan Realisasi
Fisik Dan Keuangan Kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim...
53
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Luas areal perkebunan Indonesia sampai dengan tahun 2013 sekitar 22,64 juta ha dan yang diusahakan oleh rakyat sekitar 70% dari total areal perkebunan. Produktivitas baru mencapai 58% dari potensi.
Rendahnya produktivitas dan mutu antara lain disebabkan oleh penggunaan benih unggul yang baru mencapai 40%, rendahnya kualitas penerapan Good Agricultural Practicies (GAP) di tingkat petani dan masih tingginya kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Kondisi tersebut diperburuk dengan terjadinya cekaman iklim seperti kekeringan, kebakaran lahan dan banjir.
Luas areal perkebunan dan lahan masyarakat yang mengalami kebakaran pada tahun 2013 seluas 17.809,28 ha. Sedangkan pada tahun 2012, luas areal perkebunan yang rusak akibat bencana banjir seluas 21 ha, puting beliung seluas 523,9 ha dan curah hujan tinggi 4.221 ha.
dan pada karet menurunkan produksi latex. Untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh perubahan iklim maka perlu dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, serta dukungan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka pada tahun 2015 Direktorat Perlindungan Perkebunan melaksanakan kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim.
B.Sasaran Nasional
Sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim adalah memfasilitasi pencegahan kebakaran dan penanganan dampak perubahan iklim serta pengurangan risiko kekeringan dalam mendukung peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan.
C.Tujuan
Tujuan kegiatan adalah:
2. Terjalinnya kerjasama antar instansi pemerintah di daerah, pelaku usaha perkebunan, petani dan masyarakat dalam upaya Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun.
3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan perundang-undangan, pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) dan memfasilitasi kelompok tani dalam pengendalian kebakaran lahan dan kebun. 4. Menyediakan model adaptasi kekeringan
pada tanaman perkebunan melalui demplot adaptasi kekeringan pada sub sektor perkebunan di provinsi rawan kekeringan. 5. Melaksanakan Pengembangan Model
Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat di Provinsi sentra pengembangan tanaman kopi.
D.Pengertian Umum
1. Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas yang terkandung dalam atmosfer baik alami maupun antropogenik yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah. 2. Emisi Gas Rumah Kaca adalah lepasnya Gas
3. Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
4. Mitigasi adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi.
5. Adaptasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk penyesuaian sistem produksi terhadap pemanasan dan perubahan iklim global.
6. Perkebunan rendah emisi adalah teknologi yang digunakan dalam budidaya perkebunan dengan cara meningkatkan atau mempertahankan hasil produksi perkebunan secara optimal dengan emisi gas rumah kaca sekecil mungkin.
7. Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan mulai dari pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran di lahan dan kebun.
kebakaran hutan yang mendeteksi suatu lokasi yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suhu disekitarnya. 9. Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan
Kebun adalah satuan kerja yang berada di Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai tugas melaksanakan pengendalian kebakaran lahan dan kebun 10. Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) adalah
sejumlah pekebun yang telah memperoleh pelatihan tentang pengendalian kebakaran lahan dan kebun yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
11. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota yang terdaftar di Badan Koordinasi Penyuluhan. 12. Calon Petani/Calon Lokasi (CP/CL) adalah
kelompok tani/lokasi yang akan diusulkan menjadi peserta kegiatan yang akan dilaksanakan.
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan.
a. SK Tim Pelaksana Kegiatan
1) Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.
2) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.
3) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas kabupaten/kota.
b. Rencana kerja
c. Juklak, Juknis
Penanggungjawab kegiatan harus menyusun Juklak/Juknis yang mengacu kepada pedoman teknis yang dikeluarkan oleh Ditjen.Perkebunan. Penyusunan Juklak/Juknis untuk kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana.
d. Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan.
Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada petani peserta kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim dan pihak terkait lainnya.
e. Pelelangan/pengadaan
digabungkan dengan pengadaan sarana produksi lainnya.
f. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung.
g. Laporan
1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.
2) Laporan akhir kegiatan disampai kan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2015.
2. Prinsip Pendekatan Teknis
a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak
Perubahan Iklim, dan Bencana Alam
Kegiatan dilaksanakan pada Provinsi sentra pengembangan tanaman perkebunan dengan kriteria sebagai berikut:
1) Provinsi rawan kebakaran dan bencana alam.
b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun
1) Kegiatan dilaksanakan pada Kabupaten/Kota sentra pengembangan tanaman perkebunan provinsi rawan kebakaran.
2) Sasaran pemberdayaan adalah melalui pendekatan kepada kelompok petani/pekebun yang berada pada lokasi rawan kebakaran.
3) Waktu pelaksanaan menjelang awal musim kemarau.
4) Sosialisasi dengan cara paparan, praktek lapangan/ simulasi dan diskusi.
c. Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran
Lahan dan Kebun
1) Kegiatan dilaksanakan di Provinsi sentra pengembangan tanaman perkebunan pada daerah rawan kebakaran dan kekeringan. 2) Arahan yang disampaikan kepada pelaku
pelaku usaha perkebunan dalam mengendalikan kebakaran lahan dan kebun.
3) Peserta apel siaga adalah pejabat dinas provinsi/ kabupaten/ kota, regu pengendalian kebakaran lahan dan kebun yang dimiliki perusahaan perkebunan, Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Regu Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Masyarakat Peduli Api.
4) Waktu pelaksanaan kegiatan awal musim kemarau setelah pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim di pusat.
d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
1) Lokasi demplot pada kelompok tani/pekebun di daerah sentra perkebunan rakyat rawan kekeringan dan atau lahan kritis.
2) Calon petani peserta tergabung dalam kelompok tani yang aktif.
3) Sosialisasi kepada petani dan pihak terkait lainnya dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan.
4) Sosialisasi dilakukan setelah penetapan CP/CL.
6) Demplot dilaksanakan pada komoditas yang peka terhadap kekeringan (kopi, kakao, jambu mete kelapa atau karet) dan berada di lokasi rawan kekeringan.
e. Pengembangan Model Perkebunan Rendah
Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat
1) Kegiatan dilaksanakan pada daerah sentra perkebunan kopi rakyat dengan tingkat penggunaan bahan kimia yang relatif tinggi.
2) Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara pendekatan kelompok.
3) Sosialisasi dilakukan setelah penetapan CP/CL kepada petani dan pihak terkait lainnya dan dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan.
4) Pupuk kompos dibuat dari hasil limbah kebun kopi dan dibuat dengan cara sistem tertutup untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca.
5) Hasil pengolahan pupuk kompos diutamakan untuk aplikasi pemupukan lahan perkebunan kopi rakyat yang tergabung dalam kelompok tani.
3. Tindak Lanjut
a. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Segera menindaklanjuti rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi bila ditemukan penyimpangan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan.
b. Tahap Pasca Pelaksanaan Antisipasi
Dampak Perubahan Iklim
1) Dinas provinsi/kabupaten/kota melakukan pembinaan dan inventarisasi tentang SDM, prasarana sarana dan sistem pengendalian kebakaran pada pelaku usaha perkebunan (petani dan perusahaan perkebunan). 2) Terus meningkatkan peran serta KTPA
dalam mengendalikan kebakaran secara dini.
3) Kelompok tani pelaksana demplot mitigasi dan adaptasi serta pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat diharapkan dapat menerapkan dan menyebarluaskan teknologi kepada petani di sekitarnya. 4) Dinas Kabupaten/kota diharapkan
B. Spesifikasi Teknis
1. Kriteria
a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim serta Bencana Alam
1)Kegiatan dilaksanakan di provinsi dengan rekaman hot spot tahun 2014 minimal 100 titik.
2)Provinsi yang mempunyai lahan gambut yang sering terjadi kebakaran.
b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun
1) Kelompok petani/pekebun yang berada pada lokasi rawan kebakaran.
2) Berdasarkan survey CP/CL merupakan kelompok tani yang memiliki potensi dan resiko melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.
3) Spesifikasi alat pembukaan lahan tanpa bakar dan simulasi pencegahan kebakaran seperti pada Lampiran 1.
c. Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun
1) Provinsi dengan rekaman hot spot tahun 2014 minimal 100 titik;
apel di lapangan atau pertemuan di dalam ruangan dengan diikuti oleh seluruh regu pengendalian kebakaran lahan dan kebun yang dimiliki perusahaan perkebunan, Manggala Agni, BPBD, Regu Damkar dan Masyarakat Peduli Api;
4) Materi disampaikan dalam bentuk instruksi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kebakaran lahan dan kebun.
d.Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim 1) Kriteria daerah rawan kekeringan
Daerah dengan bulan kering selama setahun minimal empat bulan kering. Bulan kering dengan hujan bulanan kurang dari 60 mm (buku kesesuaian lahan-Schmidt-Ferguson).
2) Demplot adaptasi kekeringan untuk tanaman kopi, kakao jambu mete, kelapa atau karet sebanyak 1 unit dengan luasan 2 ha dan terdapat sumber air di sekitar lokasi demplot.
e.Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat 1) Kegiatan dilaksanakan pada daerah sentra
2) Dimensi rorak yang disarankan adalah: berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung. 3) Jenis kambing yang di gunakan adalah
kambing lokal, memiliki nilai ekonomis yang baik, mudah dipelihara dan dinyatakan sehat oleh dinas peternakan setempat.
4) Spesifikasi mesin dalam Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat seperti pada Lampiran 2.
5) Contoh desain rumah kompos tersaji pada lampiran 3.
2. Metode
a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak
Perubahan Iklim dan Bencana Alam
Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PBN) di wilayah kerjanya.
2) Melakukan inventarisir kelengkapan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran sesuai standar minimal sarana prasarana pengendalian kebakaran yang telah diterbitkan oleh Ditjen Perkebunan. 3) Membuat berita acara hasil inventarisir sarana dan prasarana pengendalian kebakaran di perusahaan perkebunan. 4) Memberikan pembinaan dalam bentuk
teguran secara lisan maupun tertulis bagi perusahaan perkebunan yang tidak melengkapi sarana prasarana pengen-dalian kebakaran sesuai syarat untuk memperoleh IUP-B.
5) Pemantauan Kebakaran Lahan dan Kebun a)Pemantauan hotspot dilakukan dengan
mengakses data dari internet melalui situs yang menyajikan data dan informasi hotspot, antara lain yaitu : ASEAN Specialized Metereological Center (ASMC) pada situs:
http://www.weather.gov.sg/wip/web/ ASMC; LAPAN/ Indofire melalui situs-situs:
ttp://indofire.landgate.wa.gov.au/ind ofire. asp.
b)Peninjauan Lapangan (Groundcheck)
Groundcheck dilakukan terhadap
adanya hotspot yang bergerombol lebih dari lima titik di setiap kabupaten selama 3 hari berturut-turut untuk membuktikan terjadi atau tidaknya fire spot (kebakaran).
c)Membuat berita acara kebakaran lahan dan kebun pada saat terjadi kebakaran. Berita acara kebakaran segera dikoordinasikan dengan instansi terkait untuk pemadamannya, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 47/ Permentan/ OT.140/4/2014 Tentang Brigade dan Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Serta Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun.
d)Koordinasi dilakukan bersama dengan Dinas provinsi/Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Pusdalkarhutla, Bapedalda, Manggala Agni, Satkorlak, Kepolisian dan instansi terkait lainnya. e)Hasil pemantauan kebakaran lahan dan
6) Pelaporan
Laporan disampaikan ke Direktur Jenderal Perkebunan berupa :
a) Laporan hasil inventarisir sarana dan prasarana pengendalian kebakaran di perusahaan perkebunan yang ada diwilayahnya.
b) Laporan perkembangan hotspot dan kebakaran secara berkala (harian, mingguan dan bulanan) melalui surat/ fax/ e-mail.
c) Laporan akhir kondisi fire spot secara keseluruhan selama setahun disampaikan paling lambat bulan November 2015.
7) Pembinaan dilaksanakan terhadap perkebunan rakyat dan PBS/PBN melalui: a) Sosialisasi PLTB dan
Perundang-undangan tentang kebakaran.
b) Pengawasan dilakukan terhadap kelengkapan sarana, prasarana dan sistem pengendalian kebakaran.
b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun
2) Sasaran pemberdayaan masyarakat adalah kelompok tani yang akan dibentuk menjadi Kelompok Tani Peduli Api (KTPA).
3) Materi sosialisasi berupa peraturan Perundang-undangan terkait dengan kebakaran lahan dan kebun, teknik PLTB dan teknik pemadaman kebakaran lahan dan kebun.
4) KTPA dilengkapi dengan pengetahuan praktis tentang pengendalian kebakaran dan sarana untuk pengendalian kebakaran lahan dan kebun.
5) Sarana pengendalian kebakaran diserahkan dan dikelola oleh kelompok tani.
c. Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran
Lahan dan Kebun
1) Persiapan
Persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah:
a)Penyusunan juklak dan juknis Apel Siaga;
b)Penyusunan draft kesepakatan bersama Apel Siaga;
2) Peserta
Peserta Apel Siaga adalah :
a) Direktorat Jenderal Perkebunan; b) Dinas Provinsi yang membidangi
Perkebunan; c) BPBD;
d) Dinas Pemadam Kebakaran;
e) Regu pemadam kebakaran di perusahaan perkebunan;
f) Pusdalkarhutla; g) Kepolisian dan TNI; h) Manggala Agni; i) KTPA;
j) Pihak terkait lainnya.
d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
1) Demplot Mitigasi dan Adaptasi
a) Melakukan pemangkasan dan sanitasi sesuai dengan budidaya tanaman yang baik.
c) Pembuatan istana cacing (biopori) Pada setiap pohon di buat 2 buah lubang dengan diameter 15 cm dan kedalaman 50 cm. Lubang di tempatkan di antara tanaman dengan jarak sesuai lebar kanopi pohon dan diisi bahan organik (kotoran ternak dan serasah tanaman). Jika populasi cacing tanah setempat sangat sedikit agar ditambah (diintrodusir) dari tempat lain.
d) Pembuatan irigasi tetes (drip water) Penempatan bumbung bambu/ botol ditempatkan di atas tanah atau dibenamkan setengah ke dalam tanah. e) Pemupukan tanaman
Setiap pohon diberi pupuk organik sesuai dengan kebutuhan.
f) Penyediaan alat pompa air dan tandon air
g) Pengamatan hasil demplot dilakukan 3 bulan setelah perlakuan terhadap :
Kondisi fisik tanaman antara lain : jumlah flush (daun/pucuk) yang muncul, diameter batang, jumlah/berat buah saat panen.
(kegemburan) saat sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
2) Pembinaan dan Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, dilaksanakan dengan tahapan, sebagai berikut:
a) Sosialisasi kegiatan kepada kelompok tani.
b) Kegiatan dilakukan di lokasi sekitar demplot.
c) Narasumber berasal dari Direktorat Perlindungan Perkebunan, Dinas Perkebunan/UPTD.
e. Pengembangan Model Perkebunan Rendah
Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat
Kegiatan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan dan kegiatan pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat kepada masyarakat/pekebun dan perusahaan perkebunan.
ternak ruminansia kecil (kambing), pembuatan rorak.
3) Pemasangan papan nama kegiatan.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
1. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak
Perubahan Iklim dan Bencana Alam
a. Kegiatan diprioritaskan pada provinsi rawan
kebakaran dan bencana alam.
b. Kegiatan pemantauan dan pembinaan
meliputi inventarisir sarana prasarana
pengendalian kebakaran di PBS dan PBN, kompilasi data sekunder dengan mengakses data hotspot dan pengecekan lapangan (groundcheck) langsung ke tempat kejadian, berkoordinasi dengan instansi terkait.
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM
- Data dan informasi - Teknologi
2 Output/Keluaran Terselenggaranya
kegiatan fasilitasi
pemantauan
kebakaran lahan
dan kebun, dampak perubahan iklim dan bencana alam
pemantauan
kebakaran lahan
dan kebun, dampak perubahan iklim dan bencana alam
2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka
Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun
a. Kegiatan diprioritaskan pada kelompok tani
yang berada di daerah rawan kebakaran.
b. Kegiatan meliputi Sosialisasi dan simulasi
serta kegiatan pemadaman kebakaran lahan dan kebun oleh KTPA
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
2 Output/Keluaran Terlaksananya
pemberdayaan
masyarakat dalam
rangka pencegahan
dan pengendalian
kebakaran lahan dan
kelompok tani di
kabupaten pada
provinsi rawan
kebakaran.
3 Outcome/hasil Perubahan perilaku
kelompok tani dalam membuka lahan dan terbentuknya
Kelompok Tani Peduli
Api (KTPA) di
kabupaten pada
provinsi rawan
kebakaran.
3. Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran Lahan
dan Kebun
a. Kegiatan dilaksanakan di provinsi rawan
kebakaran.
b. Apel Siaga menghasilkan kesepakatan
bersama antar stakeholder dalam upaya
pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun.
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM - Materi
2 Output/Keluaran Terselenggaranya
Apel Siaga
Penanggulangan Kebakaran Lahan dan
Kebun di provinsi
rawan kebakaran.
3 Outcome/hasil Terjalinnya
kerjasama/komitmen
bersama antara
pemerintah, pelaku
usaha perkebunan,
petani, masyarakat
peduli api dalam
4. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
a. Kegiatan diprioritaskan pada daerah
rawan kekeringan.
b. Kegiatan meliputi pembangunan demplot
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM
- Data dan informasi - Teknologi
2 Output/Keluaran Terselenggaranya
demplot mitigasi
dan adaptasi
perubahan iklim di
provinsi rawan
kekeringan.
3 Outcome/hasil Tersosialisasinya
model penanganan
mitigasi dan
adaptasi perubahan
iklim di provinsi
rawan kekeringan.
5. Pengembangan Model Perkebunan Rendah
Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat
a. Kegiatan dilaksanakan pada daerah sentra
perkebunan kopi rakyat dengan tingkat penggunaan bahan kimia yang relatif tinggi.
b. Kegiatan meliputi sosialisasi dan
Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat.
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM
- Teknologi
2 Output/Keluaran Terlaksananya
pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon
pada perkebunan
kopi rakyat di
provinsi sentra
perkebunan kopi
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan
Antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP
provinsi adalah dinas provinsi yang
membidangi perkebunan.
2. Dinas yang membidangi perkebunan
provinsi/kabupaten/kota dalam
melaksa-nakan kegiatan agar berkoordinasi dengan
BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon)/BPTP
3. Kewenangan dan tanggung jawab :
a. Direktorat Perlindungan Perkebunan
1) Menyiapkan Terms of Reference (TOR)
dan Pedoman Teknis;
2) Melakukan bimbingan, pembinaan,
monitoring dan evaluasi.
b. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan
1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan
antisipasi dampak perubahan iklim di tingkat provinsi;
2) Melakukan koordinasi dengan Direktorat
Jenderal Perkebunan, BBPPTP
Medan/Surabaya/ Ambon/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan, serta institusi terkait
lainnya;
3) Membuat Petunjuk Pelaksanaan untuk
kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim;
4) Melakukan verifikasi CP/CL bersama Dinas
Kabupaten;
5) Menetapkan CP/CL kegiatan antisipasi
dampak perubahan iklim;
6) Melakukan pengawalan, pembinaan,
monitoring dan evaluasi, berkoordinasi
dengan Dinas Kabupaten yang
7) Sosialisasi kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim bersama-sama Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan;
8) Menyampaikan laporan pelaksanaan
kegiatan ke Direktorat Jenderal
Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.
c. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan
1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan
antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP kabupaten;
2) Melakukan koordinasi dengan Dinas
Provinsi yang membidangi perkebunan, BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon), BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;
3) Membuat juknis kegiatan antisipasi
dampak perubahan iklim;
4) Melakukan verifikasi dan penetapan
CP/CL;
5) Melakukan sosialisasi, pembinaan dan
monev kegiatan antisipasi dampak
perubahan iklim;
6) Menyampaikan laporan pelaksanaan
Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.
d.Kelompok Tani/Petani :
1) Mengikuti sosialisasi antisipasi dampak
perubahan iklim;
2) Melakukan seluruh tahapan kegiatan
antisipasi dampak perubahan iklim.
C. Lokasi, Jenis dan Volume
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim terdapat pada lampiran 4.
D. Simpul Kritis
1. Pelaksanaan sosialisasi sering mengalami
keterlambatan, hal ini dikarenakan
kurangnya koordinasi antara Dinas yang
membidangi perkebunan provinsi dan
kabupaten dalam penentuan kelompok tani/lokasi, untuk itu perlu kerjasama/ koordinasi yang lebih intensif.
2. Pelaksanaan sosialisasi dan penetapan calon
kelompok tani yang dipilih tidak sesuai/ tidak tepat, sehingga pelaksanaan kurang
efektif, untuk itu diharapkan dalam
penentuan kelompok dan lokasi sesuai dengan tujuan kegiatan dan mengacu pedomtek.
komputer/operator yang dapat mengoperasionalkan progam pemantauan hotspot melalui situs internet; sehubungan dengan hal tersebut perlu disediakan perangkat khusus dan petugas yang memiliki spesifikasi kemampuan yang dibutuhkan.
4. Pelaku usaha perkebunan (PBS/PBN) kurang
kooperatif pada saat pelaksanaan
groundcheck sehingga data hotspot dan sarana serta prasarana kebakaran tidak
lengkap. Untuk itu perlu dilakukan
pembinaan dari Pemda setempat untuk
mensosialisasi tentang kewajiban
perusahaan dalam menangani kebakaran lahan dan kebun.
5. Dinas provinsi yang membidangi perkebunan
belum memprioritaskan kegiatan apel siaga
dalam upaya pencegahan kebakaran,
sehingga seringkali pelaksanaan apel siaga diselenggarakan pada akhir tahun anggaran.
6. Komitmen perusahaan perkebunan terkait
pencegahan kebakaran lahan dan kebun belum optimal, hal ini ditandai dengan tingkat kehadiran dalam apel siaga sangat kecil, sehingga kesepakatan bersama dalam upaya pencegahan kebakaran tidak dapat ditanda tangani oleh seluruh perusahaan perkebunan.
7. Upaya penanggulangan kebakaran belum
IV. PROSES PENGADAAN BARANG
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan
dan Pendampingan
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan
pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi
dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di
Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan dilakukan
koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.
Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan
yang dipergunakan (Material). Kegiatan
pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah terhadap pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan
kabupaten/kota sehingga pembinaan,
pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.
Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan
pembinaan dan pengawalan kegiatan
pemberdayaan perangkat pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengendalian,
pengawalan dan pendampingan kegiatan
pemberdayaan perangkat tingkat provinsi.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
kabupaten/kota melakukan pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan pendampingan
kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang
direncanakan serta realisasi/penyerapan
anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.
Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota pada wilayah kerja masing-masing.
C. Pelaporan
penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
1. Jenis Laporan :
a. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at.
b. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.
c. Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan fisik dan keuangan (Lampiran 5) pelaksanaan kegiatan setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya .
d. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan
keseluruhan pelaksanaan kegiatan, setelah
seluruh rangkaian kegiatan selesai
kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail
2. Out Line Laporan
VII. PEMBIAYAAN
VIII. PENUTUP
Pelaksanaan kegiatan Antisipasi Dampak
Perubahan Iklim diharapkan mampu
berkontribusi dalam mengurangi kerugian akibat dampak perubahan iklim.
Untuk keberhasilan pelaksanaannya diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.
Lampiran1. Spesifikasi alat Pengendaliankebakaran lahandankebun.
No JenisAlat Spesifikasi Teknis
1. Kepyok (pemukul api)
- Pemukul,kawat ram 1,25 cm - Tangkai rotan manau
- Panjangtangkai190 cm
2. Kapak Mata Dua
- Bilahdari plat besibaja - Tangkaidarikayu
3. CelanaPem adam
- Bahankatun japan drill - Warna orange
4. BajuPemad am
- Bahankatun japan drill - Warna orange
5. Helm Pemadam
- Bahanbatokluar fiberglass - Terdapattalidagu
- Warna orange
6. LampuKepa la
- Bola lampu LED
- Sumber energy dari battery
charger
- Terdapatlensareflektor
7. KacamataP elindung
- Bahanlensadariplastiktahanpanas - Frame yang
dapatmenutuprapatkepermukaan wajahsekitarmata
- Talikepaladenganbahankaret
8. Ransel - Bahan kain Terpal Polyester - Warnahitam
9. SarungTang an
- Bahantahanpanas
- terdapattambahan strap di
antaraibujaridantelunjuk
- Panjangmenutupisetengahlengan
(dibawahsiku) 10. Kopelrem
(sabuk)
11. Tempat air minum
- Botol plastic atau polyethylene
ataualamunium
- Standar TNI/POLRI
12. Sepatu karet
- Bahankarettahanpanas - Tinggisampaibetis - Sol karet anti slip
13. Selang - Bahan Kainnylon,karet - SambunganKuninganØ1,5” - Panjang 20m/rol
14. Selanghisap - Ø Selang isap 2” - Panjang 4 m
15. Nozzle - Foxjet Api permukaanØ1,5” - Bahanalumuniumataukuninganata
- Bahan terpal double cover - Volume 500 ltr,
17. Kampak - Bilahdari plat besibaja - Tangkaidarikayu
18. Radio HT - Battery Li ion
22. Penyemprot (JUPA)
punggung Gendong
- Jerigen gendong 20 ltr
23. Slang semprot
Ø1,5”Machi
no copling
- Bahan Kainnylon,karet, - Sambungankuningan Ø1,5”, - Panjang: 20m/rol
24. Mesin pompa
Lampiran 2.Spesifikasi Alat pada PengembanganModel Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat
No JenisAlat Kriteria
1. Mesin pengolah kopi kering 6,5 PK
2. Mesin pencacah kompos 8,5 PK
3. Mesin pencampur bahan kompos
6,5 PK
Lampiran 4. Lokasi dan Volume kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim serta Bencana Alam
No Provinsi Volume
Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun
No Provinsi Kabupaten Volume
1. ACEH Aceh Barat Nagan Raya Aceh Singkil Aceh Barat Daya
Mitigasi dan AdaptasiPerubahanIklim
Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat
10. SULTRA 1 Pkt 11. JAMBI 1 Pkt
Lampiran 5. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan KeuanganKegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS :
POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)
AN (Rp) KEUANGAN FISIK (%) ALAHAN
Rp %
Lampiran6.Out Line Laporan
AkhirLaporanakhirdibuatsesuai out line sebagaiberikut:
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada) I. PENDAHULUAN
D.Indikator Kinerja II.TINJAUAN PUSTAKA III.PELAKSANAAN KEGIATAN
A.Waktu dan Lokasi B.Alat dan Bahan C.Metode
D.Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E.Simpul Kritis Kegiatan
F.Pelaksana G.Pembiayaan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
B.Saran/rekomendasi C.Rencana Tindak Lanjut VI. DAFTAR PUSTAKA