• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01576

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01576"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

A. PELATIHAN LOGO KONSELING

Panduan pelatihan model logo konseling merupakan teknik pelaksanaan program intervensi logo konseling untuk memperbaiki permasalahan perkembangan dan dimensi low spiritual self-esteem klien. Panduan pelatihan model logo konseling meliputi pelaksanaan layanan dan pelaksanaan sesi-sesi program intervensi logo konseling.

1. Pelaksanaan Layanan Program Intervensi Logo Konseling

Pelaksanaan layanan program intervensi logo konseling terdiri dari tujuh sesi, yang meliputi nama kegiatan dan tujuannya sebagai berikut:

a. Sesi satu, nama kegiatannya adalah adakah yang salah dengan aku? Tujuan agar klien dapat menyingkapkan masalah low spiritual self-esteem yang mereka alami. b. Sesi dua, nama kegiatannya adalah aku adalah aku. Tujuan agar klien

mengembangkan kekuatan untuk mengelola kelemahan.

c. Sesi tiga, nama kegiatannya adalah bereksperimen dengan situasi. Tujuan agar klien memiliki kehendak bebas untuk menyikapi situasi yang dihadapinya.

d. Sesi empat, nama kegiatannya adalah transendensi diri. Tujuan agar klien dapat memanfaatkan sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk makna.

e. Sesi lima, nama kegiatannya adalah nilai-nilai sikap. Tujuan agar klien dapat mengubah penderitaan dan rasa bersalah.

f. Sesi enam, nama kegiatannya adalah integritas diri. Tujuan agar klien dapat mengakses kemampuan dan kepercayaan dirinya.

(2)

2. Pelaksanaan Sesi-Sesi Intervensi Logo Konseling

Pelaksanaan layanan program intervensi logo konseling terdiri atas sesi satu sampai sesi tujuh, meliputi nama kegiatan, tujuan, teknik, aktivitas, stimulasi,

personalisasi, tujuan teknik dan sasaran pencapaian media serta evaluasi keberhasilan untuk setiap sesi, dideskripsikan sebagai berikut.

Sesi 1

Nama Kegiatan : Adakah yang salah dengan aku?

Tujuan : Klien dapat menyingkapkan masalah low spiritual self-

esteem yang mereka alami. Teknik : Self-exploration.

Waktu : 60 menit

Aktivitas/stimulasi/ :

1. Konselor bersama klien melakukan komitmen perilaku secara tertulis menyangkut kesediaan konseli mengikuti keseluruhan sesi intervensi konseling.

2. Konselor meminta klien mengidentifikasi pikiran-pikiran, perasaan dan perilaku tidak rasional yang menyebabkan konseli mengalami low spiritual self-esteem dalam bentuk outwork task.

3. Konselor menjelaskan tentang konsep self-esteem dan karakteristik healthy spiritualself-esteem.

4. Konselor menjelaskan tentang konsep low spiritual

self-esteem dan karakteristik low spiritual self-esteem.

5. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik eksplorasi diri sebagai penjelajahan masalah klien mengatasi low spiritual self-esteem.

(3)

Materi Layanan :

1. KOMITMEN PERILAKU

Yang berkomitmen dibawah ini:

Nama : ………..

Tempat / Tanggal Lahir : ...

Status : Nikah / Belum

Dengan ini menyatakan:

1. Bersedia mengikuti keseluruhan sesi intervensi konseling

2. Bersedia menceriterakan latar belakang kehidupan yang berhubungan dengan Area permasalahan low spiritual self-esteem.

3. Bersedia mengungkapkan faktor penyebab menjadi korban trafficking perempuan dengan permasalahan low spiritual self-esteem.

4. Bersedia share tentang indikator permasalahan low spiritual self-esteem yang dialaminya.

5. Bersedia mencari solusi bersama konselor untuk berbagai hambatan selama intervensi konseling berlangsung.

6. Bersedia membuka diri untuk berubah dan memperbaiki diri melalui intervensi konseling.

7. Bersedia menemukan makna dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya, sebagai tujuan akhir proses intervensi konseling.

Komitmen ini saya lakukan secara sadar dengan tulus, jujur dan benar.

Ttd

(………Nama Konseli……….)

2. Outwork task untuk klien

Identivikasi Perasaan

1. Apakah anda merasa diri anda berharga? Dalam hal apa? 2. Pernahkah anda merasa tidak berguna? Dalam hal apa?

3. Apakah anda mempunyai kemampuan? Seperti apa kemampuan anda itu?

4. Apakah anda merasa dicintai?

(4)

7. Apakah anda puas dengan seluruh hidup anda? Seperti apa kepuasan anda itu?

8. Pernah merasa tidak bahagia? Seperti apa ketidakbahagia anda?

Identivikasi Pikiran

Apa kata-kata yang Anda gunakan untuk menggambarkan diri anda? Berharga? Ya / tidak

Berkompoten? Ya / tidak Dicintai? Ya / tidak Realistis? Ya / tidak

Identivikasi Perilaku

Apakah deskripsi Anda tentang diri Anda umumnya positif atau negatif? Penampilan fisik anda! Positip / negatip

Kemampuan diri anda! Positip / negatip Perasaan diri anda! Positip / negatip

Identivikasi Nilai Diri

Apa nilai yang Anda tempatkan pada diri sendiri atau aspek-aspek diri? Bahagia? Ya / tidak

Senang? Ya / tidak Sukacita? Ya / tidak Penuh damai? Ya / tidak

3. Konsep Self-Esteem dan Karakteristik HealthySelf-Esteem

Menuut Lim et al. (2005, Modul 1:1), self-esteem memandang dan berpikir tentang diri kita sendiri. Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk tidak hanya menyadari diri kita sendiri tetapi juga untuk menempatkan nilai atau ukuran yang layak untuk diri kita atau aspek-aspek diri. Jadi, harga diri biasanya mengacu

pada bagaimana kita memandang dan berpikir tentang diri sendiri dan nilai yang kita tempatkan pada diri kita sebagai pribadi.

(5)

Disorders, 2006:1). Hubungan keluarga selama masa kanak-kanak diyakini memainkan peran penting dalam perkembangannya. Orang tua dapat menumbuhkan self-esteem dengan mengekspresikan kasih sayang dan dukungan bagi anak serta dengan membantu anak menetapkan tujuan yang realistis untuk membangun suatu persepsi tentang citra diri anak.

Self-esteem menggambarkan suatu penilaian positip maupun negatip berdasarkan nilai-nilai, keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri. Self-esteem mencerminkan evaluasi secara keseluruhan seseorang atau penilaian dari dirinya sendiri (Queensland University, 2008:1). Self-esteem adalah cara individu memandang dirinya dan menempatkan nilai pada dirinya sendiri. Self-esteem mendekripsikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya tentang dirinya sendiri (Answer, 2012:2).

Menurut Plummer (Ganly, 2009:1, 2) healthy self-esteem adalah perpaduan pikiran dan perasaan sebagai kompetensi diri untuk menjalani hidup sehat. Kompetensi diri tersebut dibangun berdasarkan tujuh komponen harga diri sebagai karakteristik hidup sehat yaitu: (1) pengetahuan diri untuk memahami apa dan siapa saya, (2) diri dan orang lain untuk memahami bagaimana saya berinteraksi,

mengungkapkan diri dengan dan dalam perspektif orang lain, (3) penerimaan diri untuk mengetahui dan menerima kekuatan dan kelemahan saya, (4) kemandirian untuk management, memotivasi dan menguasai diri, (5) ekspresi diri untuk mengembangkan komunkasi yang produktif, jati diri dan gaya hidup yang konstruktif, (6) kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan idea, karya, membuat keputusan dan kemampuan untuk mengatasi masalah, (7) kesadaran diri adalah pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan perilaku sehat.

(6)

(1) pilihan untuk belajar, mengendalikan diri, percaya diri, management hidup dan masa depan, (2) evaluasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, (3) ketegasan untuk memiliki kepribadian yang kuat, (4) memaafkan untuk memahami orang lain dan optimis untuk masa depan yang lebih baik, (5) mengendalikan diri untuk memperlakukan diri dan orang lain dengan baik dan benar, (6) bersyukur untuk karunia, talenta, berkat, setiap kesempatan suka maupun duka dengan hati yang penuh cinta dan damai, (7) penerimaan diri untuk kebaikan dan tekad, mencapai kesuksesan dan hidup sehat.

Barb (2012:1, 2) memaparkan delapan karakteristik healthy self-esteem sebagai berikut: (1) hidup secara sadar sesuai suara hati, (2) belajar dari kesalahan untuk memperbaiki dan mengembangkan diri, (3) mendengarkan pendapat dari sudut

pandang orang lain sebagai penghargaan terhadap diri dan orang lain, (4) Merawat dan menjaga keseimbangan fisik, emosional, mental dan spiritual, (5) menghormati perbedaan orang lain bahwa mereka mempunyai hak untuk berbeda dan layak dihormati, (6) mengambil tanggung jawab atas kelalaian, kegagalan dan kesalahan dalam kehidupan sendiri, (7) Mampu berbicara dan bertindak dari keyakinan diri sebagai pengembangan kualitas hidup, (8) memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas.

Branden (1990:6, 7, 15) menjelaskan bahwa healthy self-esteem terintegrasi dalam aspek self-efficacy sebagai kemampuan pribadi dan self-respect sebagai nilai pribadi. Self-efficacy berhubungan dengan keyakinan kemampuan berpikir untuk mengatasi tantangan hidup yang menggambarkan tingkat rasionalitas seseorang, sedangkan self-respect berhubungan dengan kepercayaan nilai diri bahwa setiap orang layak bahagia yang menggambarkan tingkat integritas seseorang. Tingkat rasionalitas dan integritas seseorang menggambarkan reputasi dirinya. Membahas self-esteem menurut Branden berarti berbicara tentang reputasi kita dengan diri kita sendiri.

Reputasi diri dibangun dalam enam pilar harga diri sebagai karakteristik

(7)

menggambarkan perkembangan spiritual seseorang sebagai berikut: 1) hidup secara sadar berhubungan dengan pengetahuann dan nilai diri 2) penerimaan diri berhubungan dengan komitmen terhadap kekuatan dan kekurangan diri 3) tanggung jawab diri berhubungan dengan komitmen terhadap keberhasilan maupun kegagalan 4) ketegasan diri berhubungan dengan spiritualitas yang lebih terkait dengan keterbukaan diri 5) tujuan hidup berhubungan dengan pengembangkan disiplin spiritual diri; 6) integritas diri berhubungan dengan keutuhan dalam sikap dan perasaan secara tulus, jujur dan benar.

4. Konsep dan Karakteristik Low Self-Esteem

Psycholog Amerika Serikat Abraham Maslow (Answer, 2012:13) mendeskrepsikan ada dua macam kebutuhan esteem yaitu kebutuhan untuk rasa hormat dari orang lain dan kebutuhan untuk menghormati diri sendiri. Sedangkan

self-esteem mengacu pada bagaimana individu memandang dan berpikir tentang dirinya, dan nilai yang ditempatkan pada dirinya sendiri sebagai pribadi. Rasa hormat dari orang lain melahirkan pengakuan, penerimaan, kedudukan dan penghargaan. Tanpa pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, Maslow katakan seseorang akan

mengalami low self-esteem dengan karakteristik yang berbeda-beda seperti; merasa kehilangan semangat hidup, pesimis, citra diri buruk, menyalahkan diri, rendah diri dan lain-lain.

(8)

self-esteem adalah memiliki pandangan negatif tentang diri sendiri, merasa bersalah dan tidak berharga, selalu mengingat dan memikirkan kritik sementara mengabaikan dan melupakan pujian.

Menurut Sorensen (2012:4), Low self-esteem sebenarnya merupakan gangguan berpikir, pandangan individu yang menganggap diri sebagai tidak memadai, tidak dapat diterima, tidak layak dicintai, dan atau tidak kompeten dalam pemikiran yang menembus setiap aspek kehidupan seseorang. Lowself-esteem dapat dipahami sebagai pandangan irasional yang terdistorsi diri dan mempengaruhi asumsi orang tersebut, interpretasi, persepsi, kesimpulan & keyakinan tentang dirinya sendiri serta yang lain. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang menjadi sangat kritis terhadap diri dan orang lain dan atau menggunakan penilaian buruk dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian low self-esteem adalah memiliki pendapat negatif tentang diri sendiri, menilai atau mengevaluasi diri sendiri negatif, dan menempatkan nilai negatif secara umum pada diri sendiri sebagai pribadi. Pada intinya, individu dengan lowself-esteem biasanya memiliki, keyakinan negatif yang mendalam tentang diri mereka sendiri dan orang lain.

Tyrrell (2011:1, 2) melihat lowself-esteem dari cara individu memperlakukan

(9)

Theravive (2011:2) low self-esteem merupakan gejolak emosi berupa kecemasan, selalu menonjolkan yang negatif, tidak bisa menerima pujian, terlalu khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan, tidak percaya pada pendapat sendiri, terus tertekan, suka menarik diri, tidak mampu untuk menghadapi tantangan, selalu berhenti dan mengundurkan diri, perfeksionisme berlebihan. Low self-esteem sering terlihat dalam kondisi serius seperti depresi, anoreksia, masalah tubuh dismorfik, perilaku anti-sosial, dan kekerasan. Dengan itu, low self-esteem adalah pola pikir yang terus-menerus dihantui dengan perasaan tidak berharga, dan merasa benar-benar tidak berdaya melakukan apa saja untuk kehidupan yang lebih baik. Individu sering merasa kalah untuk berpikir bahwa ia bisa mengubah orang lain menjadi baik apalagi dirinya sendiri, maka kepribadiannya didorong ke dalam dan bukan ke luar.

Mental Health Centre (2012: 3) mengkategorikan masalah low self esteem dalam tiga karakteristik yaitu: (1) penipu (the imposter), yaitu karakteristik orang dengan gaya hidup mewah tetapi hidup dengan ketakutan bahwa dia akan ketahuan; (2) pemberontak (the rebel), yaitu karakteristik orang dengan gaya hidup suka menyalahkan orang lain berlebihan, melanggar peraturan atau hukum, atau menentang otoritas; (3) korban (the victim) bertindak tak berdaya dan tidak mampu

mengatasi stres, depresi, trauma, kecemasan, ketakutan dan semacamnya karena perlakuan kekerasan fisik, psikis maupun seksual dan lain sebagainya.

(10)

seperti ini, biasanya tidak menginginkan orang lain mengetahui jati dirinya. Hal ini juga bisa menyangkut pengalaman-pengalaman bisnis yang sukses untuk diceriterakan kepada orang lain; (5) kehilangan perspektif (losing perspective). Orang dengan karakteristik seperti ini, biasanya menilai dirinya hanya dari satu aspek saja. Saya tidak berguna, saya tidak berharga hanya karena jeratan ekonomi, terjebak trafficking perempuan. Orang yang menjadi korban trafficking perempuan biasanya merasa kehilangan harga diri, dengan mengganggap dirinya kotor, tidak layak, tidak berguna, dan lain sebagainya.

5. Konsep dan Teknik Self-Exploration

Teknik self-exploration (eksplorasi diri) adalah penjelajahan masalah klien mengatasi low self-esteem. Maksudnya mengeksplorasi hubungan, kebiasaan, pola berpikir, perasaan, perilaku, pilihan, dan pengalaman yang mungkin menjadi sumber

low self esteem. Teknik ini menyangkut eksplorasi diri, dapat dilakukan melalui proses reframing thought, emotional dan behaviour, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta mengembangkan kesadaran diri dan penerimaan diri (Center for

Healing & Change, 2012: 1). Dalam konteks penjelajahan masalah klien mengatasi low self-esteem proses eksplorasi yang dipergunakan adalah reframing thought of low self-esteem, reframing emotional of low self-esteem, reframingbehaviour of low self-esteem dan reframing of healthy self-esteem. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien. Sasarannya adalah klien mencapai keyakinan diri seimbang. Steven (2012: 9) eksplorasi diri berhubungan dengan suara hati untuk mengontrol pikiran positif atau negatif, perasaan, tindakan, atau peristiwa.

Arahan untuk konseling

Langkah pertama: Suara hati memberikan sensasi yang berbeda antara, pikiran,

(11)

anda dan dengan "suara hati" anda mencoba mengamati semua sensasi tubuh anda, emosi anda, dan pikiran anda. Cobalah hanya mengamati tanpa mengendalikan atau menghakiminya. Terutama memperhatikan urutan dan pola peristiwa internal. Saat anda merasa emosi,selama tahap eksplorasi diri berusaha untuk tidak mengubahnya. Mengamati hubungan antara emosi dan pikiran anda.

Langkah kedua: Fokus pada situasi saat terjadi masalah, untuk membantu konseli

(12)

6. Proses Konseling

TAHAP AWAL TAHAP EKSPLORASI DIRI TAHAP AKHIR

a. Konselor mengarahkan

klien, tidak perlu

memandang diri secara

negatif dan mengkritik diri sendiri, karena dibalik kekurangan dirimu, anda punya kelebihan.

b. Konselor meyakinkan klien, bahwa anda dapat menerima dimatikan, instrument lagu yang syahdu)

a.Coba memperhatikan urutan peristiwa dan masalah yang anda alami.

b.Saat anda merasa emosi pada tahap eksplorasi diri berusaha

untuk tidak mengubah

hubungan antara emosi dan pikiran anda.

c.Bayangkan kalau masalah itu terjadi sekarang, perasaan apa

saja yang anda rasakan

sekarang?

d.Apa saja yang menyebabkan anda mengalami perasaan yang demikian? Itulah kelemahan anda.

e.Apa yang dapat anda lakukan agar dapat keluar dari perasaan tersebut? Itulah kekuatan anda.

a. Anda berpotensi

mendapatkan kontrol dalam

situasi yang paling sulit.

b. Anda bisa mengendalikan pikiran anda,

tindakan, dan perasaan.

c. Anda bertanggung jawab atas pikiran, tindakan, dan perasaan anda.

d. Anda bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dan

b. Instrumen lagu yang syahdu

Keberhasilan sesi ini ter-

pantau dari kemampuan klien

mengidentifikasi

pikiran-pikiran, perasaan dan perilaku

sehat dan yang tidak rasional

yang menyebabkan konseli

(13)

Sesi 2

Nama Kegiatan : Aku adalah aku

Tujuan : Klien mengembangkan kekuatan untuk mengelola kelemahan.

Teknik : Self-acceptance

Waktu : 60 menit

Aktivitas/stimulasi/ :

1. Konselor meminta klien mengidentifikasi kekuatan

yang dapat menjadi kelemahan, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien melalui outwork task.

2. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik

self-acceptance sebagai penerimaan diri klien mengatasi masalah low spiritual self-esteem yang dialaminya.

3. Proses Konseling Materi Layanan :

1. Outwork task untuk klien

Strengths and weaknes chart, strength chart, dan weaknes chart.

Menurut Chuch (2011a:10, 11) kekuatan yang dimiliki setiap individu harus selalu dikontrol agar tidak berubah menjadi kelemahan. Beberapa kekuatan yang bisa menjadi kelemahan setiap individu. Jawablah pertanyaan dalam chart sebagai berikut.

a. Nomor 1 – 10 tentang kekuatan yang bisa menjadi kelemahan, kalau ya atau

tidak mengapa? Jelaskan secara singkat alasannya.

(14)

c. Nomor 19 – 30 tentang kelemahan yang anda miliki, kalau ya atau tidak, jelaskan secara singkat dalam hal apa.

No

Kekuatan & Kelemahan

Ya Tidak

Mengapa?

1 Terlalu percaya diri, kita berhenti belajar.

2 Terlalu khawatir tentang masalah pribadi, kita menjadi buta terhadap masalah-masalah lain.

3 Ketegasan adalah suatu kekuatan, tetapi tidak ketika anda gagal untuk mempertimbangkan sudut pandang lain.

4 Bertindak positif, namun bertindak gegabah dapat menyebabkan kejatuhan.

5 Disiplin diri, dapat membawa anda untuk mengharapkan terlalu banyak dari orang lain.

6 Ketelitian yang tinggi, tetapi bisa berubah menjadi perfeksionis.

7 Diplomasi, tetapi tidak ketika anda mengizinkan orang lain untuk mengambil keuntungan dari anda.

8 Antusiasme, bisa terlalu kuat.

(15)

semua keinginan orang lain.

10 Terlalu sabar, jadi pesimis

No

Kekuatan

Ya Tidak

Dalam Hal Apa?

11 Iman & keyakinan

12 Gembira dengan kehidupan

13 Hidup dengan berani 14 Bergaul dengan orang lain

15 Disiplin diri

16 Optimis untuk mengembangkan diri

17 Cinta dan kasih sayang 18 Tanggung jawab

No

Kelemahan

Ya Tidak

Dalam Hal Apa?

19 Cemburu dan iri hati

20 Kemarahan dan kebencian

21 Kurang bersyukur dan berterima kasih

22 Sombong

23 Mudah tertipu dan dipengaruhi orang lain

24 Kurang nyaman dan tidak aman

(16)

27 Merasa diri tidak berguna dan tidak berharga

28 Merasa diri kotor dan tidak layak

29 Merasa gagal dan tidak punya harapan hidup

30 Bosan dan cepat jenuh

2. Konsep dan Teknik Self-Acceptance

Penerimaan diri berarti menerima keberadaan diri, penampilan fisik, kepribadian, emosi, pengalaman menyakitkan, sensasi menyenangkan, reaksi, keterampilan, bakat, kekuatan bersama dengan kelemahan dan penderitaan. Penerimaan diri tidak berarti menerima nasib dan hidup apa adanya, tetapi sadar dan mengakui perilaku, kebiasaan, dan kepribadian, dan tidak takut untuk mengenali kekurangan dirinya adalah langkah pertama untuk penerimaan diri (Sasson, 2012:1).

Mengenali diri sendiri memberi kemungkinan untuk melihat apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kehidupan diri sendiri. Memahami karakter dan kebiasaan, berhenti membandingkan diri dan prestasi dengan orang lain, mengakui kebiasaan baik dan buruk dapat meringankan perasaan ketidakpuasan, kebencian kemarahan, atau ketidakbahagiaan (Sasson, 2012:1). Jadi yang dimaksud dengan penerimaan diri adalah menerima kekurangan dan prestasi sebagai kekuatan untuk mengatasi masalah hidup. Memiliki kesalahan dan momen sukses dalam hidup didapatkan melalui kehidupan bahagia dan damai mengharuskan individu untuk memahami keseimbangan positif dan negatif.

Arahan untuk konseling

a. Membuat Perdamaian dengan Diri Sendiri

Tidak perlu memandang secara negatif dan mengkritik diri sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk menghapus kritik internal dan mengumpulkan ide-ide baru

(17)

keberadaan diri. Dengan memiliki cinta, hidup itu indah dan damai, penuh sukacita dan kasih.

b. Lihat dalam Cermin

Buatlah langkah berani untuk memiliki kemurahan hati tulus untuk hidup. Luangkan waktu sejenak untuk melihat ke dalam cermin, menegaskan seberapa baik, mengagumi dan menghargai hidup anda. Lihatlah semua yang anda miliki - berwujud maupun tidak berwujud dan merasa bersyukur atas kehidupan fisik anda. Hidup anda mungkin tidak semua baik, tetapi tentu tidak semua buruk juga. Rasakan betapa indahnya itu hanya mungkin merasa mereda pada diri sendiri, meskipun anda tidak sempurna. Biarkan diri anda untuk menjadi jelas bahwa itu adalah rasa percaya diri dan penerimaan diri bahwa anda benar-benar ingin hidup layak dan lebih baik.

c. Live In The Now

Adalah harapan untuk mencapai tujuan anda. Merasakan kegembiraan mengisi hidup anda saat anda membayangkan memiliki apa yang anda inginkan. Hal ini diperlukan untuk membawa sukacita anda ke dalam saat sekarang dan kehidupan anda saat ini. Tanyakan pada diri anda bagaimana anda dapat membawa lebih banyak makna atau kepenuhan ke dalam hidup anda hari ini. Apa tindakan praktis yang bisa

anda lakukan yang akan membuat hari ini lebih baik? d. Menerima kelebihan dan kekurangan diri

(18)

e. Katakan sesuatu sampai hal itu terwujud

Semua manusia memiliki kelemahan yang dirasakan atau ketidaksempurnaan, dan sering membenci serta menyalahkan dirinya. Untuk membentuk hubungan yang lebih baik berbicaralah, ceritakan hal-hal baik, katakan padanya bahwa anda melakukan pekerjaan yang baik. Artinya, mengatakan dan melakukan perilaku yang anda ingin wujudkan sampai hal itu menjadi kenyataan. Anda bisa mengatakan, "Meskipun saya tidak suka hidup saya dalam kondisi saat ini, saya tetap memilih untuk mengembangkan hubungan baru dengan diri saya sendiri."

f. Perlakukan hidup seperti yang diinginkan

Ketika anda menghargai hidup, anda dapat bekerja dalam kemitraan dengan kelebihan yang anda miliki, sebagai lawan untuk memerangi kekurangan anda. Belajar untuk mencintai dalam penerimaan diri anda sendiri. Anda pantas mendapatkan apa yang anda minta, dan anda berhak untuk tahu dan menghargai siapa anda. Mengambil kesempatan dan mulai bermain di bumi ini sementara anda berada dalam dunia anda. Sebagai contoh:

1)Libatkan diri anda dalam kegiatan yang mengangkat anda ke atas. Lepaskan apa yang menarik anda ke bawah.

2)Mencari pengalaman dimana anda merasa lebih baik.

3)Fokus mata anda pada apa yang optimistis lebih pada apa yang pesimis. 4)Tertawa sehingga air mata deras datang dari mata anda.

5)Mari dan bernyanyi dengan meninggalkan beban anda sambil mendengarkan lagu favorit anda.

6)Katakan pada diri anda hal yang paling indah. 7)Bermain ayunan di taman bermain.

8)Bersihkan lemari anda dan menyingkirkan setiap pakaian yang tidak cocok bagi anda.

(19)

10)Mengembangkan kemitraan dengan hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang anda suka.

(20)

3. Prosers Konseling

TAHAP AWAL TAHAP PENERIMAAN

DIRI

TAHAP AKHIR

a. Konselor mengarahkan klien, tidak perlu memandang diri secara negatif dan mengkritik diri sendiri, karena menerima sesuatu yang anda benci sebagai kenyataan dirimu.

a. Konselor memberi kesempatan klien untuk tahu lebih banyak tentang kekurangan dan kelebihan dirinya.

b. Menempatkan sebuah cermin dalam ukuran besar didepan klien. Konselor meminta klien untuk melihat ke dalam cermin, coba mengungkapkan perasaanmu tentang kekurangan dan kelebihan dirimu.

c. Konselor meminta klien mengenali kelemahan diri dan mengelolahnya sebagai kekuatan dan penerimaan diri terhadap masalah yang dihadapinya

a. Terus bertanya pada diri sendiri, "Apa yang paling saya takuti?" “Apa hal terburuk yang bisa terjadi?" Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu anda membuka misteri yang mungkin menghantui anda selama bertahun-tahun.

b. Ketakutan mendorong banyak kecemasan, depresi, dan kemarahan. Menemukan, menghadapi, dan mengatasi ketakutan terburuk akan memecahkan masalah anda. c. Ketika anda akhirnya

menghadapi ketakutan ini, bisa membebaskan anda keluar dari

a. Tujuannya adalah klien dapat mengembangkan

b. Daftar 2 tentang kekuatan c. Daftar 3 tentang kelemahan d. Cermin

Keberhasilan sesi ini terpantau dari kemampuan klien menerima

(21)

Sesi 3

Nama Kegiatan : Bereksperimen dengan situasi

Tujuan : Klien memiliki kehendak bebas untuk mengambil jarak dan sikap (self-detachment) terhadap gejala-gejala dan masalah- masalah yang berhubungan dengan asumsi negatif.

Teknik : Intensi paradoksikal

Waktu : 60 menit

Aktivitas/stimulasi Personalisasi :

1. Konselor meminta klien mengidentifikasi anggapan yang salah, perilaku negatif terhadap dirinya dan orang lain, serta mengikatkan diri pada perspektif baru yang perlu

dikembangkan, melalui outwork task.

2. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik intensi Paradoksikal.

3. Proses konseling.

Materi layanan :

1. Outwork task untuk konseli

a. Identifikasi Bias Harapan Anda

Apakah anda korban kekerasan fisik, psikis dan seksual dari masalah yang anda alami? (ya / tidak). Apakah anda mengalami trauma dengan peristiwa tersebut? (ya / tidak). Apakah anda merasa kosong, hampa dan hilang harapan karena preseden buruk tersebut? (ya / tidak). Apakah perasaan tidak berguna selalu menghantui

(22)

b. Identifikasi Perilaku Anda yang Tidak Membantu

Apakah anda sering menghindari tempat, orang, atau pikiran yang mengingatkan pada preseden buruk? (ya / tidak). Apakah anda sering merokok, alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang sebagai tindakan menyelamatkan diri dari masa lalu yang buruk? (ya / tidak). Apakah anda sadar bahwa merokok, alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang bukanlah jalan keluar dari masa lalu yang buruk? (ya / tidak). ). Bukankah hal tersebut hanya merusak hidup dan masa depan anda? (ya / tidak). Apakah anda pernah berpikir untuk bunuh diri, sebagai bentuk pelarian dari masalah? (ya / tidak).

c. Mengembangkan Harapan Realistis

Apakah anda sadar dan menerima kenyataan bahwa anda pernah menjadi korban kekerasan fisik, psikis dan seksual dari masalah yang anda alami? Apakah anda merasakan ada hikmat dengan peristiwa tersebut? Apakah ada makna yang anda temukan melalui preseden buruk tersebut? Apakah anda berharga dan berguna setelah anda diterima oleh keluarga dan teman? Apakah bersama keluarga dan teman adalah hal yang terindah dalam hidup anda? Apakah harapan anda memiliki

tujuan hidup tercapai, apabila mendapat kesempatan bermain, belajar dan bekerja? Apakah anda optimis menjadi tulang punggung keluarga yang sukses? Apakah hidup yang anda jalani sungguh bermakna bagi anda dan keluarga?

d. Identifikasi Perilaku yang Membantu

(23)

Apakah bersama keluarga, anda mengembangkan harapan realistis, untuk mencapai tujuan dan menemukan makna hidup?

2. Konsep dan Teknik Intensi Paradoksikal

Teknik intensi paradoksikal menurut Frankl (1985a:145) dibangun berdasarkan kemampuan manusia untuk menjauhkan diri dan mengambil jarak ( self-detachment) terhadap keinginan dan ketakutan yang berlebihan. Tujuan teknik ini adalah untuk membantu klien membuat jarak antara dirinya dengan gejala dari masalah yang dialaminya, dengan kata lain mengambil jarak atas symptom (gejala). Klien dibantu untuk menyadari bahwa mereka tidak identik dengan ketakutan masa lalunya, obsesi, rendah diri, rasa tidak aman, depresi, kecanduan, penyakit fisik, atau ledakan emosional. Klien didorong untuk melihat bahwa mereka bukanlah korban yang tak berdaya secara biologis, psikologis, dan sosial, tetapi punya power yang dapat mengambil jarak dan sikap terhadap keadaan mereka. Teknik ini sangat individual, dan dapat dilakukan dengan cara (a) menjelaskan keberadaan klien tentang kebebasan dan tanggung jawab; (b) menjelaskan faktor negatif dan positif keadaan klien; (c) menjelaskan apa yang ada di masa lalu dan apa yang mungkin dapat dicapai klien dimasa depan; (d) menjelaskan apa yang menjadi tanggungjawab

dan tidak menjadi tanggungjawab klien.

(24)

Marshall (2009:59) mengatakan bahwa intensi paradoksikal dapat juga digunakan untuk masalah klien dengan gangguan kecemasan. Untuk penanganan masalah kecemasan, menurut Marshall perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, harus ada konfirmasi bahwa kecemasan klien tidak terkait dengan beberapa penyakit lain, seperti hasil dari endogen, hipotiroidisme depresi, diabetes, penyakit infeksi, atau penyakit lain yang memerlukan penanganan secara langsung. Kedua, self-detachment dapat dilakukan dengan tujuan membantu klien untuk bersantai, dan penataan dirinya secara relaksasi. Inti dari self-detachment juga memperbaiki dan mengatasi keadaan dan gejala-gejala yang menakutkan. Prinsip ini sejalan dengan teknik "diagnostik alternatif" dari Lukas (Marshall, 2009:50), yang menggabungkan gejala-gejala dan kecemasan yang berhubungan dengan sumber daya dan pengalaman-pengalaman positif. Ketiga, metode tersebut bertujuan mengidentifikasi gejala-gejala kepanikan dan sumber daya, potensi, kekuatan yang dimiliki klien untuk meningkatkan efektivitas dan mengembangkan harapan realistis, serta rasa percaya diri dalam menangani kecemasan.

Arahan untuk konseling

Intensi paradoksikal dapat digunakan sebagai teknik untuk melakukan

(25)

3. Proses Konseling

TAHAP AWAL TAHAP PENGAMBILAN SIKAP

DAN JARAK

TAHAP AKHIR

a. Konselor menjelaskan keberadaan klien tentang kebebasan dan tanggung jawab mungkin dapat dicapai konseli dimasa depan.

a. Konselor menyadarkan klien untuk menerima kenyataan bahwa anda pernah menjadi korban kekerasan dari jaringan trafficking perempuan.

b. Konselor meyakinkan klien, bahwa ada makna yang anda temukan melalui preseden buruk tersebut.

c. Konselor mengarahkan klien untuk menyukai tempat, orang, atau pikiran yang mengingatkan pada preseden buruk.

d. Konselor meyakinkan klien bahwa ia punya kebebasan berperan dan bertanggung jawab sebagai istri/suami pendamping suami/istri dan orang tua bagi anak-anak.

a. Yakinlah bahwa anda berharga bagi mereka. b. Pastikan bahwa anda

memiliki harapan masa depan bersama keluarga. c. Bersama keluarga, anda

bisa mengembangkan harapan realistis, untuk mencapai tujuan dan menemukan makna hidupmu.

d. Ternyata anda berharga dibalik semua situasi yang anda alami saat ini.

TUJUAN TEKNIK

DAN SASARAN

PENCAPAIAN

MEDIA EVALUASI

a. Tujuannya adalah klien dapat mengembangkan asumsi berpikir positif. b. Sasarannya adalah

ketegasan diri klien.

Bereksperimen dengan situasi. Sesi ini berhasil apabila

(26)

Sesi 4

Nama Kegiatan : Transendensi diri

Tujuan : Klien dapat memanfaatkan sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk makna Teknik : De-refleksi

Waktu : 60 menit

Aktivitas/stimulasi :

1. Konselor meminta klien mengidentifikasi kualitas perilaku hidup positif dalam pencapaian tujuan hidupnya melalui jurnal kegiatan.

2. Klien diajak menonton bersama film menggunakan kekuatan menantang jiwanya kondisi saat itu dan bergerak ke arah kegiatan positif, tujuannya adalah membantu klien mengatasi dirinya sendiri dan bergerak ke arah nilai-nilai kreatif dan pengalaman yang positip.

3. Konselor menjelaskan konsep dateknik derefleksi dengan memanfaatkan kemampuan transendensi diri (

self-transcendence) yang dimiliki klien. 4. Proses konseling

Materi Layanan :

1.

Outwork task

untuk konseli

Jurnal kegiatan positif anda setiap hari

(1) Untuk setiap hari dalam seminggu, memikirkan satu kegiatan sebagai kualitas perilaku positif anda.

(27)

Tanggal/Hari Apa yang anda buat di siang hari

Kualitas positifnya

apa?

Duduk di tepi sungai Untuk mengagumi

Keindahan alam

2. Slide filmtentang “Brought to you”

(28)

3. Konsep dan Teknik De-refleksi

De-reflection dalam pemikiran Frankl (2010:2, 3) diindikasikan pada kasus hyperreflection (terlalu fokus pada pengamatan-diri). Ketika seseorang terlalu egois, perhatian diambil dari fokus diri dan diarahkan ke arah fokus pada orang lain untuk mencintai atau nilai untuk merespon. Klien yang dalam krisis sangat egois, karena penderitaannya terlihat dalam konteks esensi spiritual dari orang yang "di belakang" masalah. Makna dalam situasi ini memberi isyarat klien keluar dari masalah. Situasi ini dilihat sebagai tantangan dan undangan untuk mengubah penderitaan manusia menjadi prestasi manusia. Salah satu tema sentral dari logoterapi adalah

transendensi-diri sebagai inti dari keberadaan manusia. Melalui dereflection klien melampaui dirinya untuk fokus pada makna dan nilai. Frankl menjelaskan bahwa dereflection

efektif karena klien memanfaatkan sumber daya batinnya, khususnya kemampuannya untuk transendensi-diri. Dengan transendensi-diri, klien dapat menjangkau keluar, dan benar-benar mencapai dunia, menghadapi makhluk lain untuk memenuhi dan menemukan makna. Dengan demikian transendensi-diri adalah sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendak klien untuk makna.

(29)

Dengan de-reflection, para korban memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimilikinya. Para korban memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada kualitas perilaku positif dan bermanfaat (Frankl Institute, 2011). Para korban pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan. Ini merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai para korban yang terpendam. Ketika nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri para korban

trafficking perempuan. Arahan untuk Konseling

a. Daftar Hal-Hal Positif yang Anda Miliki

Hal ini sebagai langkah pertama untuk mengubah cara anda memperlakukan diri sendiri adalah untuk pertama mengamati bagaimana hidup anda saat ini. Untuk membantu anda membuat daftar kualitas perilaku positif anda, tanyakan diri sendiri pertanyaan berikut ini.

• Apa yang anda suka tentang anda?

• Apa saja perilaku positif yang anda miliki? • Apa saja prestasi anda?

• Ada berapa tantangan yang telah anda kalahkan? • Ada berapa keterampilan atau bakat yang anda miliki? • Apa yang orang lain katakan dan mereka suka tentang anda?

• Konselor membantu klien menjelaskan hal-hal yang anda suka pada orang lain bahwa anda juga memiliki kesamaan dengan mereka?

(30)

b. Melakukan Kegiatan-kegiatan yang Berhubungan dengan Transendensi Diri

Transendensi diri berhubungan dengan kemampuan klien mengabaikan fenomena masalah yang dialaminya dan melampauinya untuk melakukan suatu perhubungan dengan orang lain. Berhubungan dengan orang lain, dapat dilakukan melalui sharing pengalaman, peristiwa-peristiwa yang dapat menyelamatkan dari keterpurukan, menonton slide film tentang pengalaman orang-orang yang terpuruk, dari keluarga miskin dan kurang beruntung, cacat tubuh, tetapi menjadi orang sukses dengan integritas dan kompetensi diri yang baik.

Transendensi diri sebagai kekuatan pada pengembangan model logo konseling membuktikan bahwa klien mempunyai kemampuan mengembangkan harapan realistik dengan sasaran pencapaian adalah tujuan hidup positif. Hal tersebut memungkinkan klien untuk meningkatkan harapan realistik dan mengembangkan seperangkat nilai keikatan diri (self commitment), dengan indikatornya adalah melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah, memperbaiki bias harapan klien tentang dirinya yang terburuk, kritik diri dan masa depan suram, dengan cara menyikapi situasi dengan pikiran terbuka, mencoba hal-hal baru, mengabaikan opini negatif yang membuat klien cemas, gelisah dan tidak pasti, atau meragukan diri

sendiri dan kemampuan mereka, untuk menemukan nilai-nilai hidup dibalik opini tersebut.

(31)

4. Proses Konseling

TAHAP AWAL TAHAP TRANSENDENSI

DIRI

TAHAP AKHIR

a. Konselor membantu klien untuk menyadari

kemampuan atau

potensinya yang tidak

digunakan atau

d. Apa saja prestasi anda? e. Ada berapa tantangan

yang telah anda kalahkan?

f. Ada berapa keterampilan atau bakat yang anda b. Jika seseorang berbagi cerita

tentang masalahnya yang identik bahkan lebih berat dari yang anda alami. Apa yang anda kagumi di dalamnya? c. Ternyata orang itu sukses

dalam karir dan pekerjaannya. Apakah anda juga mau sepeti orang tersebut,keluar dari keterpurukan, kejar cita-cita dan menjadi orang yang sukses? Apa yang akan anda lakukan? Sukses dan karir bagaimana yang anda inginkan?

a. Konselor sharing dengan klien tentang cerita dalam film tadi, sebagai daya penarik terhadap nilai-nilai klien yang terpendam. Ketika nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien.

b. Klien dapat menjangkau keluar, dan benar-benar mencapai dunia, menghadapi makhluk lain untuk memenuhi dan menemukan makna hidupnya.

c. Klien dapat mempergunakan sumber daya batin yang memberdayakan kapasitas kehendaknya untuk melakukan transformasi nilai dan modifikasi sikap melalui sharing pengalaman, peristiwa-peristiwa yang dapat menyelamatkan dari keterpurukan, menonton slide film tentang pengalaman orang-orang yang terpuruk, dari keluarga miskin dan kurang beruntung, cacat tubuh, tetapi menjadi orang sukses dengan integritas dan kompetensi diri yang baik.

TUJUAN TEKNIK DAN

SASARAN

PENCAPAIAN

MEDIA EVALUASI

a. Tujuannya adalah klien

dapat mengembangkan

harapan realistik b.

Jurnal kegiatan untuk kualitas perilaku positif

(32)

pencapaian tujuan hidup jiwanya melampaui kondisi saat itu dan bergerak ke arah kegiatan-kegiatan

(33)

Sesi 5

Nama Kegiatan : Nilai-nilai sikap

Tujuan : Klien dapat mengubah penderitaan dan rasa bersalah. Teknik : Modifikasi sikap

Waktu : 60 menit

Aktivitas/stimulasi :

1. Konselor meminta klien mengidentifikasi, mengkonfrontasi dan menyeimbangkan evaluasi diri negatif yang dimilikinya melalui outwork task.

2. Konselor menjelaskan konsep dan teknik modifikasi sikap sebagai tanggung jawab pribadi klien mengubah penderitaan dan rasa bersalah.

3. Proses konseling

Materi Layanan :

1. Outwork Task untuk Konseli

a. Identifikasi evaluasi diri negatif

1)Apakah anda terjebak dalam masalah? Apakah anda mengalami pelecehan dan kekerasan secara fisik, psikis dan seksual? Apakah anda diteror, ditekan dan diancam? Apakah anda diisolasi dan disekap?

2)Setelah situasi tersebut, apakah anda merasa diri anda kotor? Apakah anda merasa tidak berguna dan tidak berharga lagi dimata orang lain? Apakah anda terus menyalahkan diri dan mengkritik diri anda sendiri?

b. Konfrontasi evaluasi diri negatif

(34)

pernah diteror, ditekan dan diancam? Apakah anda berarti bagi suami/istri dan anak-anak sekalipun pernah diisolasi dan disekap?

2)Setelah situasi tersebut, apakah anda mau menata diri anda? Apakah anda merasa berguna dan berharga dimata orang lain? Apakah anda mau memaafkan diri anda sendiri dan orang lain?

c. Mengembangkan evaluasi diri seimbang

1)Apakah anda telah memaafkan orang-orang yang pernah melakukan pelecehan dan kekerasan secara fisik, psikis dan seksual terhadap anda? Apakah anda merasa jauh lebih baik keadaan anda sekarang? Apakah anda bahagia kumpul bersama suami dan anak-anak?

2) Apakah anda telah melupakan masa lalu yang kelam dan menikmati hidup dengan harapan baru? (ya / tidak). Apakah anda dihormati orang lain karena anda berguna dan berharga bagi mereka? (ya / tidak). Apakah anda telah diterima orang lain karena mereka telah memaafkan anda? (ya / tidak).

2. Konsep dan Teknik Modifikasi Sikap

Bagaimana modifikasi sikap dalam kasus penderitaan yang tidak dapat

(35)

sukses; (b) mengubah rasa bersalah menjadi kesempatan untuk mengubah diri sendiri ke arah yang lebih baik; dan (c) mengubah ketidakkekalan hidup menjadi dorongan untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab. (d) dapat mengembangkan evaluasi diri seimbang.

Menurut Lukas (Marshall, 2009:81), modifikasi Sikap dimulai dengan pengakuan bahwa sikap klien tidak ditentukan oleh situasi. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian klien pada fakta bahwa makna tersedia dalam setiap situasi. Selanjutnya, tujuan terapis adalah dengan menggunakan pengetahuan dan intuisi dalam menilai apakah sikap tertentu oleh klien berbahaya, atau tidak. Ketika terapis menemukan sikap yang merusak atau tidak sehat, ia tidak menilai klien sebagai baik atau buruk, tapi membawa klien ke tempat terbuka untuk mendiskusikannya, dan menimbang jika klien sehat atau tidak, sebagai upaya untuk hidup dalam terang yang berorientasi makna. Tugas terapis adalah mengubah dialog dengan diri sendiri, dan refleksi pada dunia, dengan cara yang datang dari klien, dan mencerminkan kebenaran dan realitas yang diakui dalam batin klien, sehingga dapat mengembangkan evaluasi diri seimbang.

Dengan demikian, sketsa proses modifikasi sikap adalah sebagai berikut : (a)

(36)

jiwa manusia" (Frankl, 1985a:147.) yang dapat diaktifkan untuk membantu klien menemukan cara di mana mereka dapat bertindak seolah-olah" kekuatan itu sudah ada, bahwa setiap hari menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru, dan klien bisa menggunakan waktu untuk dirinya sendiri, sehingga dapat mengembangkan evaluasi diri seimbang.

Coetzer dan Schulenberg (Marshall, 2009:82, 83) memahami modifikasi sikap merupakan cara untuk melahirkan nilai-nilai sikap, yang membantu klien bertumbuh dalam kekuatan dan kepercayaan menghadapi rintangan. Hal tersebut tidak terlepas dari keseimbangan yang harus ditemukan antara prestasi masa lalu dan janji masa depan. Kehidupan menuntut hidup di masa sekarang. Masa lalu tidak bisa dirubah tetapi masa sekarang bisa memperbaiki kesalahan masa lalu, untuk menatap masa depan. Modifikasi sikap menawarkan pendekatan kasih sayang dan kepedulian untuk situasi hidup klien saat ini. Tugas terapis adalah untuk mengkonfirmasi bahwa tersedia makna dalam setiap situasi. Makna tersebut akan melahirkan iman, harapan, dan cinta. Dengan itu, modifikasi sikap dapat secara khusus digunakan untuk mendorong, mendesak, memberikan kenyamanan, membantu klien kembali mendapatkan keseimbangan dan kedamaian batin. Modifikasi Sikap adalah teknik

logoterapi non-spesifik, yang harus disoroti sejak dini dan tidak hanya membantu klien menghadapi situasi yang tidak dapat diubah dan kekhawatiran eksistensial, tetapi juga menyoroti kekuatan klien dan mengarahkannya sehingga dapat mengembangkan evaluasi diri seimbang.

(37)

tentang kekuatan yang dimilikinya dibalik situasi yang dialaminya. (b) Memberikan sugesti bagi klien untuk berubah menjadi lebih baik, terlepas dari keadaan klien saat ini, dan kondisi fisik / emosionalnya. (c) Mengungkapkan kepercayaan, martabat, kebebasan, dan tanggung jawab, sehingga dapat mengembangkan evaluasi diri seimbang.

Arahan untuk konseling

Apakah anda menyesali kesalahan dan masa lampau yang buruk? (ya / tidak). Apakah anda memiliki pola perilaku menyalahkan diri dan membenci dirinya sendiri? (ya / tidak). Apakah anda menampilkan suasana hati murung dan tidak peduli dengan apapun yang terjadi? (ya / tidak). Apakah anda memiliki peran diri negatif karena kehilangan harkat, martabat dan harga diri? (ya / tidak).

Apakah anda mau memperbaiki kesalahan dan masa lampau yang buruk? (ya / tidak). Apakah anda bertekat memiliki pola perilaku positif dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain? (ya / tidak). Apakah anda akan enjoy dan menampilkan suasana hati senang, sukacita dan bahagia serta melupakan apapun yang pernah menimpa diri anda? (ya / tidak). Apakah anda akan berperan positif karena anda mempunyai harkat, martabat dan harga diri? (ya / tidak). Apakah anda menjadikan

(38)

3. Proses Konseling

TAHAP AWAL TAHAP MODIFIKASI SIKAP TAHAP AKHIR

a. Jelajahi situasi klien saat ini. c. Konselor mengarahkan klien, ini

saatnya untuk menata masa depan, meraih apa yang diinginkannya.

d. Konselor menyadarkan klien,

memaafkan orang-orang yang pernah melakukan pelecehan dan kekerasan secara fisik, psikis dan seksual terhadap dirinya.

e. Konselor meyakinkan klien bahwa hidup ini jauh lebih penting dan harus diperjuangkan sekalipun anda pernah diteror, ditekan dan diancam.

f. Konselor meyakinkan klien, bahwa ia berarti bagi suami/istri dan anak-anak sekalipun pernah diisolasi dan disekap. g. Setelah situasi tersebut; 1) apakah anda mau menata diri anda? 2) apakah andah merasa berguna dan berharga dimata orang lain? 3) apakah anda mau memaafkan diri anda sendiri dan orang lain?

a. Konselor mengajak konseli

berkomitmen untuk:

1) Mengubah penderitaan menjadi

keberhasilan dan sukses.

2) Mengubah rasa bersalah menjadi

kesempatan untuk mengubah diri

sendiri ke arah yang lebih baik; dan

3) Mengubah ketidakkekalan hidup

menjadi dorongan untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab.

(39)

Sesi 6

Nama Kegiatan : Integritas Diri

Tujuan : Klien dapat mengakses kemampuan dan kepercayaan dirinya.

Teknik : Dialog Sokrates

Waktu : 60 menit

Aktivitas/stimulasi :

1. Konselor meminta klien mengeksplor dan mengidentifikasi

keyakinan inti negatif dan mengembangkan keyakinan inti baru melalui outwork task.

2. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik Dialog Sokrates.

3. Proses konseling Materi Layanan

1. Outwork Task untuk konseli

Menmgeksplorasi Keyakinan inti Negatif

(40)

anda Memiliki pola perilaku menyalahkan diri dan membenci dirinya sendiri? (ya / tidak).

Mengidentivikasi Keyakinan inti Negatif

Apakah ideal diri buruk anda karena kehilangan harkat dan martabat diri? (ya / tidak). Apakah anda mengalami krisis identitas diri, karena membandingkan diri dengan orang lain? (ya / tidak). Apakah anda berulang-ulang menyalahkan diri secara berlebihan? (ya / tidak). Apakah anda berpikir untuk bunuh diri, sebagai jalan keluar dari masalah? (ya / tidak). Apakah anda ditolak oleh keluarga dan masyarakat? (ya / tidak). Apakah anda takut pada diri sendiri (ya / tidak). Apakah anda sehat memenuhi gizi empat sehat lima sempurna? Apakah anda berkeinginan untuk membantu ekonomi keluarga? Apakah anda tahu bagaimana menanggapi dan menjawab pertanyaan? Apakah anda bahagia dalam sebagian besar hidup anda? Apakah anda terbebas dengan teror, ditekan dan diancam?

Mengembangkan Keyakinan inti Baru

Apakah anda mendapat kesempatan belajar dan bekerja? Apakah anda terlepas dari kekerasan fisik, psikis dan seksual? Apakah anda menerima keadaan

anda sekarang? Apakah anda bahagia dengan keadaan anda sekarang? Apakah anda punya kenangan indah masa lampau? Apakah anda memiliki pola perilaku menyenangkan? Apakah anda bahagia dalam sebagian besar hidup anda? Apakah anda berharga dan dihormati dalam keluarga dan masyarakat? Apakah anda Menjadi harapan dalam keluarga oleh saudara-saudara anda?

2. Konsep dan Teknik Dialog Sokrates

Menurut Frankl (2010:3), dialog Sokrates adalah sarana untuk mendengarkan dan mengajukan pertanyaan provokatif atau petunjuk untuk menyoroti makna yang

(41)

paling dasar yang dibutuhkan untuk mengevaluasi dan berpikir tentang hidup klien adalah kesadaran dirinya (self-awareness). Ketika klien kehilangan kesadaran dirinya dialog sokrates membantu klien mengembangkan keyakinan inti seimbang. Pertanyaan-pertanyaan yang diminta dalam dialog sokrates memaksa klien untuk memikirkan kembali apa yang di alaminya. Klien dapat mengevaluasi dan menilai serta mencari makna dari suatu peristiwa. Frankl mendefinisikan tanggung jawab klien sebagai suatu respon terhadap kemampuannya untuk menanggapi makna saat ini. Klien diinterogasi oleh kehidupannya dan harus menjawab dengan kehidupannya sendiri. Jadi, teknik ini efektif sejauh memungkinkan klien mengakses kemampuannya dan mengembangkan keyakinan inti seimbang untuk berpikir tentang makna hidupnya.

Mendengarkan kata-kata dari klien memungkinkan untuk membedakan "sinyal" dan"petunjuk" dari kedalaman dan ketinggian hati melalui kata-kata mereka untuk mendengar makna yang terkandung di dalam kata-kata tersebut. Menurut Lukas, dalam mendengarkan kata-kata kunci, terapis akan mencari petunjuk tentang minat, keprihatinan, yang muncul melalui tema-tema dan topik. Untuk menangkap kata-kata kunci memerlukan empati dan meringkas apa yang dikatakan oleh klien. Hal ini membutuhkan kehadiran, perhatian dan konsentrasi terapis, juga intuisi, dan penajaman mata terhadap konsep-konsep kunci yang muncul dari dialog. Lukas (1999) menggambarkan bagaimana persepsi kata kunci memungkinkan untuk melihat nuansa dan warna dalam apa klien berarti, dan untuk menyimpulkan makna apa yang mereka temukan. Teknik ini membutuhkan hati nurani untuk mendengarkan kata-kata klien. Ini didasarkan pada prinsip bahwa hati nurani menuntun klien berorientasi pada makna, dan menunjuk ke arah makna, tanpa terapis harus memaksakan, atau menciptakan makna. Hati nurani juga menunjukkan titik acuan, standard yang berakar sangat mendalam dalam diri klien, dan mengikuti prinsip-prinsip yang

(42)

Arahan untuk konseling

Tugas konselor adalah menggunakan kata-kata klien sendiri sebagai metode penemuan makna. Dengan mendengarkan apa yang dikatakan klien, terapis dapat menunjukkan pola tertentu dari kata-kata, atau solusi kepada klien, dan biarkan klien melihat makna baru di dalamnya. Proses ini memungkinkan klien untuk menyadari bahwa jawabannya terletak dalam dirinya sendiri. Teknik ini membantu klien mengembangkan hubungan yang sehat untuk dirinya sendiri. Kesadaran diri sangat

penting. Dengan kesadaran diri, klien bisa mengevaluasi apa yang dilakukannya, di mana klien pergi dan bagaimana klien berhubungan dengan orang lain? Di sisi lain hubungan yang sehat untuk diri klien meliputi tidak hanya mengidentifikasi perasaan klien dari dalam tetapi fleksibilitas dan ketahanan menjauh dari dirinya sendiri dan bisa melihat bagaimana orang lain melihat diri klien. Akhirnya klien perlu bahkan tidak menyadari dirinya sendiri dari dalam atau dari luar tetapi memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang lain sama sekali. Klien bisa memikirkan orang yang memiliki berbagai kemampuan bersama-sama sehingga berbicara yang sehat secara emosional dan spiritual, klien akan menemukan keyakinan inti seimbang dari ketiga kapasitas kesadaran diri, menjauhkan diri dan transendensi-diri (Frankl, 2010:4).

3. Proses Konseling

TAHAP AWAL TAHAP INTEGRASI

DIRI

TAHAP AKHIR

a. Konselor membantu klien mengembangkan

hubungan yang sehat untuk dirinya sendiri, melalui tahapan konseling sebagai berikut.

mengembangkan keyakinan inti seimbang untuk berpikir tentang makna hidupnya.

(43)

d. Apakah anda punya dalam sebagian besar hidup anda?

g. Apakah anda berharga dan dihormati dalam keluarga dan masyarakat?

h. Apakah anda Menjadi harapan dalam keluarga oleh saudara-saudara anda?

menyangkut

hubungannya dengan orang lain maupun dalam suatu peristiwa yang dialaminya. d. Konselor dapat

mengevaluasi dan menilai serta mencari makna dari hubungan

c. Klien mengembangkan hubungan yang sehat untuk kesadaran dirinya. d. Klien bisa mengevaluasi apa yang

dilakukannya, ketika klien berhubungan dengan orang lain. e. Klien menjalin hubungan yang sehat

untuk mengidentifikasi perasaannya dari dalam secara fleksibel dan ketahanan dirinya untuk melihat bagaimana orang lain melihat diri klien.

f. Klien berbicara yang sehat secara emosional dan spiritual, untuk menemukan keyakinan inti seimbang melalui kapasitas kesadaran diri, menjauhkan diri dan transendensi-diri

TUJUAN TEKNIK DAN

SASARAN

PENCAPAIAN

MEDIA EVALUASI

a. Tujuannya adalah klien dapat mengembangkan kepercayaan diri.

b. Sasarannya adalah pencapaian integritas diri klien.

Daftar penyesuaian untuk keyakinan inti negatif

Sesi ini berhasil apabila klien berhasil menggunakan kata-katanya sendiri sebagai metode penemuan makna, dapat mengakses kemampuan dan

(44)

Sesi 7

Nama Kegiatan : Realisasi makna

Tujuan : Klien menemukan makna hidup dibalik potensi, aktivitas dan evaluasi diri

Teknik : Orientasi makna

Waktu : 60 menit

Aktivitas/stimulasi :

1. Konselor meminta klien membuat pilihan yang dapat mengubah sikapnya.

2. Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik orientasi makna.

3. Proses konseling

Materi Layanan :

1. Outwork task untuk konseli

Pilihan-pilihan untuk mengubah sikap konseli

Apakah anda sadar dan menerima kenyataan bahwa anda pernah menjadi korban kekerasan fisik, psikis dan seksual? Apakah anda merasakan ada hikmat dengan peristiwa tersebut? Apakah ada makna yang anda temukan melalui preseden buruk tersebut? Apakah anda berharga dan berguna setelah anda diterima oleh keluarga dan teman? Apakah bersama keluarga dan teman adalah hal yang terindah dalam hidup anda? Apakah harapan anda memiliki tujuan hidup tercapai, apabila mendapat kesempatan bermain, belajar dan bekerja? . Apakah anda optimis menjadi tulang punggung keluarga yang sukses? Apakah hidup yang anda jalani sungguh

(45)

Apakah anda bahagia dapat memperbaiki keadaan ekonomi keluarga? (ya / tidak). Apakah anda bangga bisa menanggapi dan menjawab pertanyaan? (ya / tidak). Apakah anda diharapkan dan diinginkan dalam keluarga oleh saudara-saudara lain? (ya / tidak). Apakah anda berharga karena mendapat perhatian berlebihan dari keluarga? (ya / tidak). Apakah lingkungan masyarakat terdekat anda kebanyakan memiliki perilaku positif?

Apakah anda menyukai tempat, orang, atau pikiran yang mengingatkan pada preseden buruk, setelah anda memaafkan mereka yang pernah menjerat anda? (ya / tidak). Yakinkah anda bahwa tanpa merokok, alkohol, penyalahgunaan zat dan obat-obatan terlarang, anda tetap optimis memperjuangkan dan melanjutkan hidup ini? (ya / tidak). Bukankah dengan berperan sebagai istri/suami pendamping suami/istri dan orang tua bagi anak-anak, anda berharga bagi mereka? (ya / tidak). Yakinkah anda memiliki harapan masa depan bersama keluarga? (ya / tidak). Apakah bersama keluarga, anda mengembangkan harapan realistis dan evaluasi diri seimbang untuk mencapai tujuan dan menemukan makna hidup? (ya / tidak).

2. Konsep dan Teknik Orientasi Makna

(46)

dalam proses logotherapy, makna ditemukan sebagai upaya kerjasama antara klien dan terapis. Beberapa prinsip yang membantu klien memulai pencarian makna.

Frankl (2000:123, 124) mengungkapkan ada 3 ragam nilai yang dapat menjadi sumber makna hidup yaitu:

a. Creative Values (nilai kreatif) yang meliputi kerja, karya, mencipta. Nilai ini lebih menunjukkan bagaimana individu harus berkarya dan dalam karya itu menjelaskan tentang kualitas hidup yaitu cara menghargai, menghormati dan bertanggung jawab terhadap apa yang individu lakukan, peroleh maupun yang dialaminya. Dalam pengertian bahwa kualitas hidup adalah apa kontribusi (donasi) yang dapat individu berikan dalam situasi dan hubungan yang dialaminya. Dengan kata lain nilai kreatif itu bukan bergantung pada seberapa yang kita peroleh secara kuantitas (durasi) tetapi lebih pada seberapa hidup kita berkualitas dan bermakna bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Kualitas itu pulalah yang memampukan individu memilah, membedakan, memisahkan dan melepaskan untuk membuat jarak antara fenomena apapun yang dialaminya dengan dirinya sendiri (self-detachment), sehingga individu dapat keluar dari masalahnya untuk melakukan transendensi diri. Makna hidup dapat dirasakan individu jika proses-proses tersebut dijalankan dengan baik dan benar.

(47)

c. Attitudinal Values (nilai sikap) yang meliputi penerimaan dalam mengambil sikap yang tepat terhadap derita yang tidak dapat dihindari. Situasi apapun yang dialami individu memberikan kesempatan yang sangat besar bagi individu menemukan makna hidupnya, jika individu dapat menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan sekalipun. Hal tersebut membangkitkan kesadaran diri (self-awareness) yang dalam sehingga individu dapat melakukan penyesuaian, instropeksi dan membuka diri terhadap hal-hal baru yang inovatif untuk mengembangkan harapan yang realistis dan evaluasi diri seimbang. Hidup tetap berpotensi untuk memiliki makna dalam kondisi apapun, bahkan dalam kondisi yang paling menyedihkan, karena individu memiliki kapasitas untuk mengubah aspek-aspek hidup yang negatif menjadi sesuatu yang positif dan konstruktif. Dengan kata lain, yang paling penting adalah memanfaatkan yang terbaik dari setiap situasi, maka nilai-nilai yang dianut oleh individu tetap melekat bersamanya.

Frankl menyebut ketiga nilai itu sebagai spiritualitas yang terintegrasi maksudnya penyatuan nilai-nilai itu, membentuk keseimbangan pribadi secara total dan pada tingkat ini individu dapat mencapai kepuasan yang memberi makna bagi kehidupannya. Dengan kata lain, nilai-nilai itu adalah dimensi spiritual yang

merupakan inti dari meaning of life. Nilai-nilai tersebut menggambarkan a process of spiritual approach (suatu proses pendekatan spiritual) dalam menangani ketidakmampuan spiritual untuk mengatasi masalah kehidupan menemukan meaning of life.

Arahan untuk konseling

1) Five Springboard

(48)

emosionalnya dengan menjadi lebih sadar pada pilihannya. Hal tersebut terdiri dari lima pertanyaan untuk dijawab: "Apakah Masalah anda? Di mana kebebasan anda? Pilihan mana yang mungkin anda miliki? Mana yang paling bermakna? Anda ingin mengaktualisasikan makna ini" Apakah langkah pertama di dalam pilihan langsung?

b) Uniqueness. Logotherapy melihat orang sebagai yang unik dalam hidupnya,

dan hidup sebagai rangkaian situasi yang diulang. ketika seseorang menjadi sadar akan keunikan pribadinya, maka hidupnya akan terasa bermakna. Yang menentukan bahwa seseorang itu unik adalah hubungan dan kreatifitasnya. Ungar (Marshall, 2009:63) menggambarkan bagaimana keunikan dan singularitas dapat terlihat dalam refleksi tentang kehidupan seseorang, bahkan dengan tragedi, dan cara di mana refleksi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan yang berorientasi makna melalui (a) Mengevaluasi kehidupan klien dengan cara terlibat dalam perilaku bermanfaat. Pendekatan tantangan dengan pikiran terbuka. Stop menghindari, melarikan diri & perilaku keselamatan. (b) Klien mempunyai power untuk menyikapi setiap situasi yang dialaminya dengan cara berperilaku positif dan mengkonfirmasi keyakinan inti baru.

c) Tanggung Jawab. Hidup klien akan lebih bermakna jika klien belajar untuk

mengambil tanggung jawab, klien memiliki kebebasan memilih, dan jika klien belajar untuk tidak merasa bertanggung jawab akan menghadapi nasib yang tak dapat diubah. Kebebasan tanpa tanggung jawab tidak menghasilkan makna, tetapi kekacauan. Kebebasan memilih harus dibarengi dengan tanggung jawab yang menyebabkan tindakan bermakna.

(49)

tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat yang berorientasi pada makna dan tujuan hidup yang jelas.

e) Find the meaning of life. Caranya adalah pikirkan tentang keterampilan yang

telah anda pelajari dan apa yang telah membantu dalam menangani low self-esteem anda (misalnya, menantang / bereksperimen dengan harapan bias dan evaluasi diri yang negatif, memperhatikan kualitas positif, terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan dan prestasi, memperlakukan diri dengan ramah). Klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan. Ini merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai klien yang terpendam. Ketika nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien.

3. Proses Konseling

TAHAP AWAL TAHAP REALISASI

MAKNA kepada klien tentang kualitas hidup yaitu cara menghargai, menghormati dan bertanggung jawab terhadap apa yang konseli lakukan, peroleh maupun yang dialaminya.

b. Konselor menjelaskan kepada klien bahwa kualitas hidup adalah kontribusi (donasi) yang dapat klien bukan bergantung pada seberapa yang konseli peroleh secara kuantitas (durasi) tetapi lebih pada

a. Konselor meyakinkan klien bahwa yang paling penting dalam hidupnya adalah memanfaatkan yang terbaik dari setiap situasi, maka nilai-nilai yang dianut oleh klien tetap melekat bersamanya. b. Konselor meyakinkan klien

bahwa hidup tetap berpotensi untuk memiliki makna dalam kondisi apapun, bahkan dalam

kondisi yang paling

menyedihkan, karena klien memiliki kapasitas untuk mengubah aspek-aspek hidup yang negatif menjadi sesuatu yang positif dan konstruktif. c. Konselor menjelaskan kepada

(50)

orientasi baru untuk makna.

seberapa hidup klien berkualitas dan bermakna bagi orang lain dan bagi dirinya sendiri.

d. Konselor menjelaskan kepada klien bahwa pengalaman hidupnya masa lalu dan masa kini mempunyai nilai yang meliputi kebenaran, keindahan, cinta kasih dan keyakinan diri.

e. Konselor mendorong klien berusahalah untuk menemukan kebenaran, keindahan, cinta kasih, dan keyakinan diri karena nilai-nilai tersebut dapat

memberikan makna

kehidupan bagi dirinya dan orang lain.

f. Konselor menjelaskan kepada klien bahwa nilai-nilai tersebut tercipta dalam perjumpaan klien dengan dunia di luar dirinya, melalui berbagi masalah dan pengalaman hidup dengan orang lain, pengetahuan membaca buku, media masa (Koran, majalah, televisi, video film dan media elektronik lainnya), peristiwa dan kejadian-kejadian yang dialaminya sendiri maupun bersama orang lain.

g. Konselor meyakinkan klien bahwa klien mempunyai potensi untuk melihat makna dibalik semua situasi yang dialaminya.

(51)

h. Konselor menjelaskan kepada konseli bahwa tindakan dan setiap perilaku yang dilakukannya mempunyai nilai yang meliputi penerimaan dalam mengambil sikap yang tepat terhadap derita yang tidak dapat dihindari.

i. menjelaskan kepada klien bahwa situasi apapun yang dialami klien memberikan kesempatan yang sangat besar bagi klien

menemukan makna

hidupnya, jika klien dapat menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan sekalipun.

TUJUAN TEKNIK

DAN SASARAN

PENCAPAIAN

MEDIA EVALUASI

a. Tujuannya adalah klien memperoleh healthy self-esteem serta menemukan makna dan tujuan hidup.

b. Sasarannya adalah klien memiliki potensi, aktivitas, dan evaluasi diri positif.

(52)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Propilenglikol dalam formula F2, F3, dan F4 menyebabkan peningkatan viskositas dan penurunan daya sebar sediaan gel rektal dibandingkan dengan formula

Buku Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Akademik (Juklak Akademik) ini diterbitkan dengan tujuan untuk dapat dijadikan pedoman bagi Ibu/Bapak Dosen, Ibu/Bapak Non Dosen, dan para

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro dan Mikro Ekonomi terhadap Likuiditas Bank Syariah di Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Dengan membangun kesan dari latar belakang Adaninggar Kelaswara yaitu putri Cina dan putri Jawa, penyaji menggunakan tekhnik-tekhnik tabuhan yang ada di tradisi karawitan seperti

❖ menjelaskan cara – cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi4. ❖ menyebutkan barang – barang / peralatan yang perlu disiapkan sebagai

Keuntungan dan kerugian dari selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan penjabaran aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing, diakui pada laporan

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan personal hygiene pre operatif terhadap tingkat pengetahuan dengan nilai p=0,000 (<0,05)

Asbab al-wurud al-khassah (mikro) adalah faktor-faktor (baik berupa peristiwa atau pertanyaan) yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis, sedangkan asbab al-wurud al-‘ammah