• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Body Image dan Self-Esteem pada Mahasiswi Tahap Remaja Akhir Fakultas "Y" di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Body Image dan Self-Esteem pada Mahasiswi Tahap Remaja Akhir Fakultas "Y" di Universitas "X" Bandung."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara body image dan self-esteem pada mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 173 mahasiswi. Alat ukur body image yang digunakan yaitu Multidimensional Body Self Relation Questionnaire – Appearance Scales yang dikembangkan oleh Cash (2002) dan diterjemahkan oleh peneliti yang terdiri dari 21 item. Alat ukur self-esteem berupa kuisioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori dari Coopersmith (1967) dan terdiri dari 20 item. Alat ukur body image memiliki validitas sebesar 0,320 - 0,735 dan memiliki reliabilitas sebesar 0,874. Alat ukur self-esteem memiliki validitas sebesar 0,301 - 0,688 dan memiliki reliabilitas sebesar 0,829. Data diolah menggunakan bantuan program SPSS 16.

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan positif yang signifikan antara body image dan self-esteem dengan tingkat keeratan yang tergolong moderat (r = +0,536). Tingkat keeratan tergolong moderat karena ternyata ada sebagian dari mahasiswi memiliki body image negatif namun self-esteem tinggi sehingga hubungan yang positif hanya berlaku pada body image yang positif dan self-esteem yang tinggi.

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research conducted to knew whether there was correlation between body image and self-esteem among female colleger in late adolescence stage of Faculty “Y” at University “X” Bandung. This research used correlational method. This research has 173 females colleger as the samples. Body image measuring instrument is Multidimensional Body Self Relation Questionnaire – Appearance Scales which developed by Cash (2002) and translated by researcher which consists 21 items. Self-esteem measuring instrument that composed by researcher based on Coopersmith’s theory (1967) and has 20 items. MBRSQ has a validity about 0,320 - 0,735 and has a reliability about 0,874. Self-esteem measuring instrument has a validity about 0,301 - 0,688 and has a reliability about 0,829. The data was processed using SPSS 16 program.

The result showed that there was significant positive corellation between body image and self-esteem with moderate level of closeness (r = 0,536). The level of closeness are moderate because there’s some femalle collegers have negative body image but the self -esteem is high. It means the positive correlation is applicable only for positive body image and high self-esteem .

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS…... iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI…... iv

ABSTRAK…... v

ABSTRACT…... vi

KATA PENGANTAR…... vii

DAFTAR ISI…... ix

DAFTAR BAGAN…... xiii

DAFTAR TABEL…... xiv

DAFTAR LAMPIRAN…... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah…... 1

1.2 Identifikasi Masalah…... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian…... 7

1.4 Kegunaan Penelitian…... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis…... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis…... 8

1.5 Kerangka Pikir…... 8

1.6 Asumsi…... 12

(4)

x Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Body Image…... 13

2.1.1 Definisi Body Image…... 13

2.1.2 Aspek-aspek Body Image…... 15

2.2 Self Esteem…... 16

2.2.1 Definisi Self Esteem…... 16

2.2.2 Aspek-aspek Self Esteem…... 18

2.2.3 Area Dalam Self-Esteem…... 20

2.2.4 Karakteristik Individu berdasarkan Self-Esteem…... 20

2.3 Hubungan Body Image dan Self Esteem…... 22

2.4 Tahap Remaja Akhir…... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian…... 27

3.2 Bagan Prosedur Penelitian…... 27

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional…... 28

3.3.1 Variabel Penelitian…... 28

3.3.2 Definisi Konseptual…... 28

3.3.2.1 Body Image…... 28

3.3.2.2 Self Esteem…... 28

3.3.3 Definisi Operasional…... 29

3.3.3.1 Body Image…... 29

3.3.3.2 Self Esteem…... 30

3.4 Alat Ukur…... 31

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.4.2 Pemberian Skor dan Pengolahan Data Body Image... 32

3.4.3 Alat Ukur Self Esteem…... 33

3.4.4 Pemberian Skor dan Pengolahan Data Self Esteem…... 35

3.4.5 Penentuan BMI (Body Mass Index).…... 36

3.4.6 Data Pribadi…... 36

3.4.7 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur…... 37

3.4.6.1 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Body Image... 37

3.4.6.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self Esteem…... 38

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel…... 39

3.5.1 Populasi Sasaran…... 39

3.5.2 Karakteristik Sampel…... 39

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel…... 39

3.6 Teknik Analisis Data…... 40

3.7 Hipotesa Statistik…... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden…... 41

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia…... 41

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Tinggi dan Berat Badan... 42

4.2 Hasil Penelitian…... 43

4.2.1 Korelasi antara Body Image dan Self-Esteem…... 43

4.2.2 Tabulasi Silang antara Body Image dan Self-Esteem…... 44

4.2.3 Tabulasi Silang antara Body Image dan BMI…... 45

4.2.4 Tabulasi Silang antara Self-Esteem dan BMI…... 46

(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan…... 50

5.2 Saran…... 50

5.2.1 Saran Teoritis…... 50

5.2.2 Saran Praktis…... 51

DAFTAR PUSTAKA…... 52

(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur Body Image…... 31

Tabel 3.2 Bobot Kuisioner Body Image…... 33

Tabel 3.3 Kategori Body Image…... 33

Tabel 3.4 Kisi-kisi alat ukur Self-Esteem…... 34

Tabel 3.5 Bobot Kuisioner Self Esteem…... 35

Tabel 3.6 Kategori Self-Esteem…... 35

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia…... 41

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Tinggi dan Berat Badan…... 42

Tabel 4.3 Tabulasi Silang antara Body Image dan Self-Esteem…... 44

Tabel 4.4 Tabulasi Silang antara Body Image dan BMI…... 45

(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Alat Ukur

Lampiran 1.1 Kisi-kisi Alat Ukur Body Image Lampiran 1.2 Kisi-Kisi Alat Ukur Self-Esteem Lampiran 2 Alat Ukur Body Image (MBRSQ) Lampiran 3 Alat Ukur Self Esteem

Lampiran 4 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5% dan 10%

Lampiran 5 Nilai-nilai Dalam Distribusi t

Lampiran 6 Hasil Uji Coba Alat Ukur Body Image dan Self-Esteem

Lampiran 6.1 Hasil Uji Coba Alat Ukur Body Image Pada 30 Responden Lampiran 6.2 Hasil Uji Coba Alat Ukur Self-Esteem Pada 30 Responden

Lampiran 7 Kategori Tinggi dan Berat Badan Mahasiswi Tahap Remaja Akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung

Lampiran 8 Hasil Pengolahan Data Body Image dan Self-Esteem Lampiran 8.1 Hasil Pengolahan Data Body Image

Lampiran 8.2 Hasil Pengolahan Data Self-Esteem Lampiran 9 Nilai Korelasi Body Image dan Self-Esteem

Lampiran 10 Gambaran Aspek-aspek Body Image dan Self-Esteem Lampiran 10.1 Gambaran Aspek-aspek Body Image

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan fisiknya. Tampilan fisik adalah hal yang pertama kali dilihat oleh orang lain terutama tampilan fisik pada wanita. Wanita yang menarik secara fisik tidak hanya disukai sebagai pasangan kencan atau teman namun diasosiasikan juga dengan hal-hal baik misalnya mereka akan dipandang lebih sukses dalam kehidupannya, lebih sosial, lebih percaya diri dan mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari orang lain (Melliana, 2006). Penekanan penilaian penampilan fisik wanita terletak pada ukuran dan bentuk tubuhnya. Bentuk tubuh yang ideal merupakan bentuk tubuh yang sangat diidamkan oleh semua wanita.Wanita yang memiliki penampilan fisik yang menarik memiliki keuntungan dalam proses memilih pasangan (Cash, 2002). Selain memiliki bentuk tubuh yang ideal, kecantikan dan penampilan yang selalu up to date pun menjadi hal yang membuat wanita terlihat menarik di lingkungan sosialnya. Banyak wanita yang saat berada di tahap remaja merasa tidak puas dengan bentuk tubuh dan berat badannya.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha

sedangkan remaja putra menjadi lebih puas karena massa otot mereka meningkat (Brooks-Gunn & Paikoff, dalam Santrock, 2003).

Menurut teori kognitif dari Piaget, usia 11 tahun sampai selanjutnya, memasuki tahap operasional formal. Pada tahap ini, individu bergerak melebihi dunia pengetahuan yang aktual dan konkrit serta berpikir lebih abstrak dan logis. Sebagai bagian dari kemampuan untuk berpikir lebih abstrak, remaja mengembangkan citra tentang hal-hal yang ideal (Santrock, 2003). Maka, dapat diasumsikan bahwa individu yang sudah memasuki tahap remaja akhir belum tentu sudah mampu menerima dan menilai keadaan fisiknya secara positif karena adanya perubahan fisik yang belum sesuai dengan harapannya.

Gambaran tubuh ideal ternyata tidak jauh berbeda dari image model yang banyak disajikan diberbagai majalah,televisi dan poster selebriti. Banyak media massa memperlihatkan wanita dengan bentuk tubuh ideal seperti para model yang cantik dan langsing berjalan di atas catwalk memperagakan busana yang dibuat oleh perancang busana ternama atau melalui iklan produk-produk kecantikan dan perawatan tubuh. Menurut Tiggemman (dalam Cash, 2002) survei media pada masyarakat Barat menunjukkan bahwa mayoritas majalah fashion dibaca oleh wanita yaitu di atas 83% untuk mendapatkan informasi tentang kecantikan, kebugaran, perawatan, dan gaya. Tiggemann (dalam Cash, 2002) menyatakan bahwa media massa memberikan pengaruh yang sangat besar dalam sosialisasi nilai-nilai penampilan yang diharapkan oleh suatu masyarakat.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha

utama yang membuat mereka bahagia, disukai dan mendapatkan status. Anggapan tersebut membuat wanita meyakini bahwa penampilan merupakan dasar untuk menilai diri mereka dan mereka merupakan orang yang layak bila memenuhi standar kecantikan tersebut. Selain dipengaruhi oleh media, feedback mengenai penampilan fisik yang diberikan orang lain juga membuat individu mengembangkan persepsi mereka mengenai bagaimana orang lain melihat diri mereka. Feedback ini tidak hanya berasal dari keluarga tetapi dapat berasal dari teman-teman dan pasangan. Di dalam menilai penampilan fisiknya, wanita akan membandingkannya dengan teman-temannya yang memiliki fisik lebih menarik.

Menurut Cash (2002), body image adalah persepsi, pikiran dan perasaan mengenai tubuh. Gangguan dalam body image memiliki hubungan dengan rendahnya self-esteem. Self-esteem atau harga diri merupakan penilaian individu mengenai dirinya sendiri yang

diungkapkan dalam bentuk penilaian dan menunjukkan tingkat keyakinan dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga (Coopersmith, 1967). Dengan kata lain, self-esteem merupakan personal judgement mengenai perasaan berharga yang diekspresikan

dalam sikap individu terhadap dirinya. Penilaian tersebut selanjutnya akan menentukan penghargaan dan penerimaan individu atas dirinya. Menurut Coopersmith (1967), selama masa awal kanak-kanak, individu mengembangkan konsep mengenai bagian-bagian tubuhnya, respon orang lain terhadap dirinya dan objek yang mereka terima yang menjadi pusat perhatiannya. Berbagai pengalaman yang mereka terima menjadi dasar untuk membentuk sikap dalam hubungan sosial, reaksi terhadap diri, menyelesaikan tugas perkembangannya dan kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha

di media. Mereka juga memahami bahwa penampilan fisik mereka bukan menjadi satu-satunya yang menentukan diri mereka. Individu dengan self-esteem yang tinggi akan percaya pada persepsi dan reaksinya sendiri serta menampilkan kepercayaan diri yang besar bahwa mereka akan sukses merespon peristiwa di lingkungannya dengan gaya karakteristik mereka. Apabila individu memiliki body image positif dan self-esteem yang tinggi, maka individu merasa nyaman dengan penampilan fisiknya dan merasa sebagai individu yang berharga dengan penampilannya tersebut. Mereka menikmati kegiatannya bersama orang-orang di sekitarnya dan mampu mempertahankan diri dari pengaruh media mengenai standar kecantikan yang ideal.

Individu yang memiliki body image yang negatif berarti memiliki ketidakpuasan terhadap penampilan fisiknya tetapi ketidakpuasan terhadap bagian-bagian dari tubuhnya belum tentu tidak puas terhadap penampilan fisik secara keseluruhan. Seseorang mungkin tidak puas dengan hidung atau perutnya tetapi masih tetap menerima penampilan fisiknya namun ada juga yang merasa hal tersebut merusak penampilan mereka secara keseluruhan (Cash, 2002). Penilaian negatif dari lingkungan mengenai penampilan fisiknya turut mempengaruhi individu mengembangkan body image yang negatif. Individu dengan self-esteem yang rendah merasa takut gagal dalam membina hubungan sosialnya dan secara pasif

mengikuti lingkungan. Apabila individu memiliki body image yang negatif dan self-esteem yang rendah, maka individu akan merasa tidak nyaman dengan penampilan fisiknya serta diwarnai kecemasan karena perubahan berat badannya. Mereka merasa penampilan fisiknya tidak sesuai dengan standar kecantikan yang ideal karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan lebih bahagia dan disukai orang lain sehingga hal tersebut menghambat individu dalam pergaulan sosialnya karena terlalu merisaukan penampilan fisiknya.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha

menjelaskan bahwa body image memberikan kontribusi untuk mempersepsi diri kita di dalam masyarakat. Wanita cenderung berpikir mengenai bentuk tubuh mereka dan mengidolakan figur atau model yang memiliki bentuk tubuh kurus (Ferraro, Muehlemkamp et al, 2008). Ini merupakan indikasi yang jelas bahwa faktanya perempuan menginginkan bentuk tubuh ideal agar mendapat pengakuan dari lingkungan dan dapat meningkatkan self-esteem mereka. Perempuan lebih banyak memiliki kekhawatiran mengenai body image dibanding laki-laki. Penjelasan di atas memberikan indikasi yang jelas bahwa ada hubungan antara body image dan self-esteem atau mungkin pengaruh satu sama lain tergantung konteks. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa ada hubungan signifikan antara body image dan self-esteem. Body image yang negatif berkorelasi dengan self-esteem yang rendah dan sebaliknya.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung menjadi subjek penelitian karena selain Fakultas tersebut memiliki

jumlah mahasiswi yang cenderung lebih banyak dibandingkan jumlah mahasiswanya, peneliti juga mengamati bahwa masalah dalam penampilan fisik menjadi pembicaraan ketika sedang berkumpul dengan teman-temannya dan mereka saling berbagi pendapat akan hal tersebut. Mahasiswi pada tahap remaja akhir dipilih oleh peneliti karena berdasarkan teori kognitif dari Piaget, tahap remaja akhir memasuki tahap operasional formal yaitu individu bergerak melebihi dunia pengetahuan yang aktual dan konkrit serta berpikir lebih abstrak dan logis. Sebagai bagian dari kemampuan untuk berpikir lebih abstrak, remaja mengembangkan citra tentang hal-hal yang ideal (Santrock, 2003).

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

antara teman-teman yang memiliki tubuh langsing atau ideal. Perasaan tidak puas terhadap penampilan fisiknya tersebut juga timbul karena adanya komentar dari teman-temannya dan melihat figur selebritis yang memiliki tubuh langsing. Hal tersebut membuat mereka memilih pakaian yang tidak berwarna terang dan tidak menggunakan pakaian ketat agar orang lain tidak fokus terhadap penampilan fisiknya. Mereka juga termotivasi untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki penampilannya dengan cara menjaga pola makan dan mengatur porsi makan seperti menghindari makanan yang mengandung karbohidrat atau tidak makan malam.

Selanjutnya, terdapat satu dari lima mahasiswi (20%) memiliki berat badan 48 kg dan tinggi 155 cm menganggap bahwa ia merasa pendek. Ia sebenarnya merasa kurang percaya diri jika bersama temannya yang lebih tinggi darinya tetapi ia berusaha untuk menerimanya dan menunjukkan kelebihan yang ia miliki yaitu sifatnya yang mau bergaul dengan siapapun sehingga ia dapat berelasi secara luas.

Terakhir, terdapat satu dari lima mahasiswi (20%) yang memiliki berat badan 55 kg dan tinggi 169 cm menganggap dirinya gemuk dan memiliki pipi chubby. Mahasiswi tersebut memiliki tubuh yang tinggi namun ia merasa tidak percaya diri jika ada orang lain yang memiliki tinggi badan sama tetapi lebih langsing dari dirinya. Ia tidak puas dengan bagian tubuh seperti lengan atas, perut, dan pipi. Adanya komentar dari teman-teman mengenai penampilan fisiknya, membuat mahasiswi tersebut termotivasi untuk menurunkan berat badan dengan cara berolahraga dan mengatur pola makan. Selain itu, mahasiswi tersebut juga tidak memilih pakaian yang memperlihatkan lengan atasnya yang dianggapnya besar.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha

penampilannya turut membuat mahasiswi menilai dirinya secara negatif dan merasa cemas dengan apa yang dipakainya agar orang lain tidak terfokus pada penampilan fisiknya. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa memiliki penampilan menarik sangat penting bagi mahasiswi dan menjadi nilai tambah agar mereka mendapat perhatian dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara body image dan self-esteem pada mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara body image dan self-esteem pada mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran mengenai body image dan gambaran mengenai self-esteem pada mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara body image dan self-esteem pada mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas

“X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan teoritis

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha

2. Diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian mengenai body image dan self-esteem.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Pihak Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung sebagai bahan program kegiatan orientasi mahasiswi baru

di fakultas tersebut yang bertujuan untuk membuat mahasiswi mampu menilai dan memberikan respon terhadap diri sendiri.

2. Diharapkan hasil penelitian ini membuat mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung dapat mengenali body image dan self-esteem yang

dimilikinya agar mahasiswi menerima dirinya secara positif.

1.5 Kerangka Pikir

Hal yang diukur pada penelitian ini adalah body image dan self-esteem pada mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung. Mahasiswi yang akan diteliti adalah yang berusia 18-21 tahun dimana mereka tergolong dalam remaja akhir (Santrock, 2003). Mahasiswi memiliki body image dan self-esteem dalam dirinya. Body image adalah persepsi, pikiran dan perasaan mengenai tubuh (Cash, 2002). Mahasiswi memiliki pengalaman subjektif dan evaluasi terhadap tubuhnya serta karakteristik fisik yang merupakan hal penting dalam memahami body image-nya (Bylth et al, 1985). Menurut Cash (2002), body image dapat diukur melalui lima aspek yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan,

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswi mempersepsi keadaan fisiknya tidak terlalu penting dalam kehidupannya namun tetap merasa puas dengan penampilan fisiknya tersebut masih dapat dikatakan memiliki body image positif.

Body image yang negatif berkolerasi dengan berbagai faset neurotis seperti rendahnya

self-esteem, depresi, kecemasan, ketakutan akan penilaian yang negatif dan kecenderungan

obsesif kompulsif (Cash, 2002). Self-esteem merupakan penilaian individu mengenai dirinya sendiri dan menunjukkan tingkat keyakinan dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga (Coopersmith,1967). Self-esteem mahasiswi dibentuk dari aspek power, significance, virtue dan competence. Mahasiswi mengevaluasi diri mereka dari seberapa

banyak kekuatan yang dikerahkan dalam mempengaruhi perilaku diri sendiri dan orang lain, bagaimana mereka dicintai dan diterima oleh orang lain, seberapa mampu mereka mentaati moral dan standar etika yang ada di lingkungannya dan seberapa mampu mereka mencapai tujuan sesuai dengan tuntutan lingkungannya.

Menurut Coopersmith (1967), individu yang memiliki self-esteem tinggi memiliki keyakinan diri terhadap kemampuannya dan percaya pada persepsinya sendiri sehingga cenderung tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Mereka memiliki kemandirian dalam situasi konformitas yang ditampilkan dengan kepercayaan diri yang besar bahwa mereka akan sukses dan merespon peristiwa di lingkungannya dengan gaya karakteristik mereka. Mahasiswi mampu menyesuaikan diri dengan suasana menyenangkan sehingga mereka mudah menjalin hubungan sosial. Sebaliknya, mahasiswi dengan self-esteem rendah merasa takut gagal dalam membina hubungan sosial dan merasa tidak diperhatikan. Mereka juga memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan secara pasif mengikuti penilaian lingkungannya.

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswi akan menginternalisasi hal tersebut dan menjadi pengalaman bagi mahasiswi. Pengalaman tersebut akan menjadi dasar bagi mahasiswi untuk menilai positif atau negatif penampilan fisik yang dimilikinya. Hal tersebut berkaitan dengan teori body image dari perspektif cognitive-behavior yaitu hal yang mendasari dan menuntun body image adalah self schema yang berhubungan dengan penampilan seseorang. Markus (1997, dalam Cash, 2002)

mendefinisikan self schema sebagai generalisasi kognitif mengenai diri (yang diperoleh dari pengalaman di masa lalu) yang mengatur dan menuntun jalannya pengolahan informasi dalam kaitannya dengan diri yang terkandung dalam pengalaman sosial individu. Mahasiswi yang mendapat penilaian positif dari lingkungannya dapat mengembangkan body image yang positif pada diri mahasiswi. Mahasiswi akan mempersepsi bahwa dirinya cantik atau langsing karena orang lain menilai mereka cantik atau langsing. Sebaliknya, bila mahasiswi mendapat penilaian negatif dari lingkungannya, maka mahasiswi akan mengembangkan body image yang negatif.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

terhadap nilai-nilai tersebut akan membuat mahasiswi mampu mempertahankan diri dari penilaian-penilaian negatif orang lain tentang penampilan fisiknya.

Apabila mahasiswi memiliki body image yang negatif maka self-esteem-nya pun akan rendah. Individu dengan self-esteem yang rendah secara pasif akan mengikuti lingkungan atau tergantung pada lingkungan (Coopersmith,1967). Ketika mendapat penilaian negatif dari lingkungan mengenai fisiknya, maka mahasiswi akan menilai bahwa dirinya memang seperti apa yang dinilai oleh lingkungan. Mereka juga memiliki rasa takut gagal dalam membina hubungan sosial karena terlalu merisaukan penampilan fisiknya. Mahasiswi akan merasa dirinya tidak diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya karena penampilan fisiknya dan diliputi kecemasan karena penampilan fisiknya sehingga mahasiswi tidak bisa mengekspresikan dirinya. Kurangnya keyakinan terhadap nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tuanya atau tidak adanya nilai-nilai yang diajarkan tersebut akan membuat mahasiswi merasa kurang menerima penampilan fisiknya dan terus mencari hal-hal yang harus diubah dari penampilan fisiknya agar sesuai dengan harapan orang-orang sekitarnya atau standar kecantikan yang disajikan oleh media.

Kerangka pemikiran ini dapat disusun ke dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Mahasiswi tahap remaja

akhir Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung.

Body Image

Self Esteem

Aspek – aspek :

1. Power 3. Virtue

2. Significance 4. Competence

Aspek – aspek :

1. Evaluasi penampilan 4. Kecemasan menjadi gemuk

2. Orientasi penampilan 5. Pengkategorian ukuran tubuh

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

1. Setiap mahasiswi memiliki body image dan self-esteem yang berbeda satu sama lain.

2. Body image mahasiswi dapat diketahui dari lima aspek yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan area tubuh, kecemasan menjadi gemuk dan pengkategorian ukuran tubuh.

3. Self-esteem mahasiswi dapat diketahui dari empat aspek yaitu power, significance, virtue dan competence.

1.7 Hipotesis

(22)

50 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan, peneliti menemukan bahwa:

a. Ada hubungan positif yang signifikan antara body image dan self esteem pada mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas“X” Bandung yang berarti bahwa semakin positif body image mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung semakin tinggi self-esteemnya. Sebaliknya, semakin negatif

body image mahasiswi tahap remaja akhir Fakultas “Y” di Universitas “X” Bandung

semakin rendah self-esteemnya.

b. Tingkat keeratan antara body image dan self-esteem tergolong moderat atau sedang karena ditemukan jumlah mahasiswi dengan body image negatif dan self-esteem tinggi lebih besar daripada mahasiswi dengan body image negatif dan self-esteem rendah sehingga hubungan positif yang signifikan ini hanya berlaku untuk body image yang positif dan self-esteem yang tinggi

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

- Diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi body image dan self-esteem guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai kedua variabel tersebut di dalam diri individu.

5.2.2 Saran Praktis

(23)

51

Universitas Kristen Maranatha

(24)

52 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Prof. Dr. Mohammad., Prof. Dr. Mohammad Asrori. 2014. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Cash, Thomas F. dan Linda Smolak. 2002. Body Image: A Handbook of Theory, Research and Clinical Practice. New York: A Division of Guildford Publications, Inc.

Coopersmith. 1967. The Antecendent of Self Esteem. Michigan: Consulting Psychologists Press.

Melliana, Annastasia. 2006. Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta: LKiS

Mönks, Prof. Dr. F.J., Prof. Dr. A.M.P Knoers, & Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nnaemeka, Abamara., Agu Solomon. 2014. Relationship Body Image and Self-Esteem among Female Undergraduate Students of Behavioural Sciences. IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS). (Online). Volume 19, No.1. (www.iosrjournals.org, diakses 27 Juni 2015)

Rogers, Dorothy. 1972. The Psychology of Adolescence. US: Meredith Corporation Santrock, J. W. 2003. Adolescence 6th Edition : Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv.

(25)

53 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Dokter Sehat. 2015. Menghitung Berat Ideal (Kalkulator BMI). (Online). (www.doktersehat.com, diakses 13 Oktober 2015)

Handayani, Gita. 2008. Hubungan antara Harga Diri dan Citra Tubuh Pada Remaja Putri yang Mengalami Obesitas Dari Sosial Ekonomi Menengah Ke Atas. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

McLeod, Saul. 2007. Carl Rogers. (Online). (www.simplypsychology.org, diakses 30 Oktober 2015)

Tigricia, Marylin. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Self Esteem Pada Masyarakat Bertato (MASBERTO) Di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Yutantryas, L. Giovani. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pada Mahasiswi yang

Melakukan Diet Menggunakan Herbal Pelangsing Dr. “X” Di Fakultas “Y”

Universitas “Z” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur Body Image…...................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan presentase data yang diterima dari responden maka dapat disimpulkan bahwa perancangan Buku Cerita Bergambar Lakon Wayang Antareja dapat diterima oleh

In addition, emerging operations issues dealing with the globalization of operations, global supply chain strategy, management of technology, e-commerce and e-business,

15 compares the normalized contaminant mole frac- tion contours at 100 days, for the heterogeneous DNAPL problem, nonequilibrium model, using both the geometric and maximum

Pelepah pisang yang sudah dipotong-potong berbagai ukuran dan bentuk.. Langkah-langkah kegiatan: 1.Guru mempersiapka n alat-alat

In this section we consider similarity solutions for horizon- tal unsaturated water flow in the case that the capillary pressure curve has a positive entry pressure.. The

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi disajikan dalam laporan posisi keuangan interim konsolidasian pada nilai wajar dengan

Based on the analyses of these 28 streamflow time series and 13 artificially generated signals with known dynamics, no direct relationship between the nature of underlying

 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun