Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015
FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA
PEKERJA KONSTRUKSI
Anak Agung Diah Parami Dewi 1,
1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Email: anakagungdewi@yahoo.com
ABSTRAK
Motivasi kerja memiliki peranan yang penting dalam peningkatan produktifitas dalam industri konstruksi. Untuk dapat meningkatkan motivasi kerja dari pekerja konstruksi perlu diketahui kebutuhan pekerja pada saat ini, serta pemahaman faktor yang menjadi motivasi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor- faktor yang menjadi motivasi para pekerja konstruksi di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung dan faktor dominannya. Dalam penelitian ini dilakukan survey kuisioner yang melibatkan 100 responden yang merupakan pekerja konstruksi bangunan. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada tujuh kelompok faktor yang terbentuk dan faktor yang menjadi faktor dominan motivasi pekerja konstruksi terdiri dari hubungan antara pimpinan dan pekerja, pengawasan yang baik, pemberian jam istirahat kerja yang sesuai dengan peraturan perundangan, bayaran yang baik, kerja lembur, dan pengakuan atas pekerjaan.
Kata kunci: motivasi, pekerja konstrusi, motivator, faktor dominan,
1.
PENDAHULUAN
Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi terpadat di Indonesia dan juga merupakan tujuan kunjungan wisatawan nomor satu di Indonesia baik domestik maupun asing. Secara langsung hal ini mempengaruhi kegiatan perekonomian di berbagai bidang dimana salah satunya adalah bidang industri jasa konstruksi. Hal ini terutama terjadi kawasan pariwisata di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung dimana dapat dilihat dari bertambahnya proyek pembangunan hotel –hotel yang menunjang kegiatan pariwista tersebut. Pelaksanaan proyek pembangunan ini dapat berlangsung dengan baik jika didukung oleh produktivitas yang baik. Produktivitas ini salah satunya didukung oleh sumber daya manusia yang ada.
Salah satu aspek penting dalam proyek konstruksi untuk meningkatkan atau menjaga etos kerja para pekerja agar tetap gigih dan giat dalam bekerja guna meningkatkan atau menjaga produktifitas kerja yaitu dengan memberikan motivasi (daya perangsang) bagi para karyawan supaya kegairahan bekerja para karyawan tidak menurun. Kegairahan para pekerja tersebut sangat dibutuhkan karena dengan semangat yang tinggi para karyawan dapat bekerja dengan segala daya dan upaya yang mereka miliki (tidak setengah-setengah) sehingga produktifitasnya maksimal dan memungkinkan terwujutnya tujuan yang ingin dicapai. Tapi, ada kalanya para perusahaan kontraktor tidak memperhatikan hal ini, sehingga produktivitas para pekerja di bidang konstruksi ini menjadi menurun.
Penelitian terdahulu tentang motivasi pekerja konstruksi telah banyak dilakukan, namun masih jarang dilakukan secara khusus untuk daerah yang mempunyai karakteristik sebagai daerah wisata yang sangat terkenal didunia. Sementara para pekerja konstruksi di kawasan pariwisata Kuta Selatan Provinsi Bali juga bersifat heterogen dimana para pekerja berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Madura, Lombok, Sumba, Flores dan Bali sendiri. Oleh karena itu diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi motivasi pekerja konstruksi di daerah wisata Kecamatan Kuta Selatan Provinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor faktor yang menjadi motivasi pekerja konstruksi dan faktor dominan yang menjadi motivasi para pekerja konstruksi.
2.
KAJIAN PUSTAKA
Motivasi diartikan sebagai suatu keadaan internal yang menyebabkan manusia bergerak untuk bertindak dan mendorong manusia untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat manusia tetap tertarik dalam melakukan kegiatan tertentu (Weiner, 1990)
.
Motivasi juga dapat diartikan sebagai pemberian sesuatu yang menimbulkan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terpadu dengan segala dayaAnak Agung Diah Parami Dewi
upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2006). Jadi pengertian- pengertian motivasi ini sebenarnya tidak jauh berbeda antara teori satu dengan teori yang lainnya.
Sejumlah teori motivasi khususnya motivasi kerja telah dikemukakan oleh sejumlah ahli sejak permulaan tahun 1900 (Hidayat, 2009). Teori- teori ini sering digunakan dalam bidang ilmu psikologi, manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi. Teori-teori motivasi kerja tersebut dikkelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu Content Theories dan Process Theories. Content Theories (Teori Kepuasan) adalah teori yang mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh seseorang dan bagaimana kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi berdasarkan prioritasnya. Teori ini pendekatannya berdasarkan atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan dan mendorong semangat bekerja seseorang. Hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan materiil maupun nonmateriil yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya. Jika kebutuhan dan kepuasannya semakin terpenuhi maka semangat bekerjanya pun akan semakin baik pula. Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan organisasi perusahaan. Sedangkan Process Theories adalah teori yang menyarankan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja tim proyek, manajer proyek haus mencoba menciptakan lingkungan kerja yang tepat (Verma, 1996). Empat teori yang sering digunakan dalam Content Theories adalah Theori Maslow, Teori Herzberg, Teori dari Alderfer dan Teori dari McClelland. Dalam paper ini akan dibahas mengenai factor motivasi dari Content Theories dengan Teori Maslow dan Herzberg.
Teori Hirarki Kebutuhan dari Maslow
Maslow membangun sebuah model yang menjelaskan proses motivasi dalam hubungannya dengan perubahan kebutuhan manusia melalui sebuah life cycle. Dijelaskan juga bahwa terdapat sebuah hirarki dari lima macam kebutuhan yaitu:
1. Kebutuhan fisik, yang merupakan kebutuhan dasar seperti kebutuhan akan makanan, air dan tempat tinggal. Manusia harus memenuhi kebutuhan ini sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lagi. Dalam hubungannya dengan pekerjaan proyek manajer proyek harus memahami bahwa pekerja tidak akan bisa berkonsentrasi dalam bekerja sampai kebutuhan fisiknya terpuaskan.
2. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan, yaitu kebutuhan ini mencakup rasa yang terbebas dari bahaya dan kecemasan seperti kecelakaan kerja, kehilangan hak milik dan pekerjaan, pelecehan dan lain lain.
3. Kebutuhan sosial, yang merupakan kebutuhan manusia sebagai mahluk social yaitu kebutuhan akan pertemanan dan penerimaan oleh lingkungannya. Dalam situasi kerja biasanya kebutuhan ini terpenuhi melalui suasana kerja dimana anggotanya dapat saling menerima satu sama lain.
4. Kebutuhan akan penghargaan, yang merupakan factor seperti harga diri, dimana orang butuh untuk mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain.
5. Kebutuhan akan jati diri, yang merupakan kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan dalam melakukan atau menyelesaikan sesuatu.
Setiap tingkat akan mempengaruhi perilaku sumber daya manusia. Berdasarkan studi yang dilakukan, pemenuhan kebutuhan bergantung pada deskripsi pekerjaan, umur, ras, dan ukuran dari organisasi. Tingkatan ini akan dilewati secara berurutan ( Hidayat, 2009).
Teori Herzberg
Herzberg mengemukakan ada dua tipe faktor yang berhubungan dengan proses motivasi yaitu hygiene factor dan
motivators. Hygiene factor berhubungan dengan lingkungan kerja sedangkan motivators berhubungan dengan
pekerjaan itu sendiri. Hygiene factors dapat menciptakan ketidakpuasan. Hygiene factor yang baik adalah suatu kewajiban tapi tidak cukup untuk mencapai kepuasan pekerja. Yang termasuk faktor ini adalah kompensasi, kebijakan dan administrasi perusahaan, kondisi kerja, hubungan dengan supervisor dan hubungan dengan sesama pekerja. Sedangkan contoh yang merupakan motivating factor atau motivator adalah kesempatan untuk pencapaian, tantangan dari pekerjaan, rasa tanggung jawab dan kesempatan untuk diakui.
Dari berbagai penelitian sebelumnya, faktor-faktor yang menjadi motivasi pekerja konstruksi terangkum dalam Tabel 1 berikut:
Faktor-faktor Motivasi Kerja Pada Pekerja Konstruksi
Tabel 1. Faktor-faktor motivasi pekerja konstruksi berdasarkan kajian pustaka
No. Motivasi
Sumber B or che rdi ng (198 1) M an sf iel d (198 9) Z ak er i et a l. (199 7) C ha ng (199 8)
1 Hubungan yang baik dengan sesama pekerja * * * * 2 Program pelatihan yang baik * * * 3 Program pengarahan kerja yang baik * * * 4 Program keselamatan kerja yang baik * * * *
5 Pekerjaan yang baik * * * *
6 Kerja lembur (overtime) * * *
7 Bayaran yang baik * * * *
8 Fasilitas tempat tinggal yang baik * * * 9 Pengakuan atas pekerjaan * * * * 10 Pengaturan suplai material yang baik * *
11 Pengaturan jadwal pekerjaan yang baik * *
12 Pengawasan yang baik * *
13 Pekerjaan yang menantang * *
14 Bonus dan bayaran tambahan * *
15 Penerimaan usulan oleh atasan * * * *
3.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan kajian didapatkan 15 faktor yang menjadi motivasi pekerja konstruksi (Tabel 1). Faktor-faktor tersebut kemudian berkembang menjadi 23 faktor jika dikaitkan dengan konteks studi ini. Kemudian variable-variabel ini digunakan sebagai variable penelitian pada kuisioner. Pertanyaan pada kuisoner berhubungan dengan faktor apa yang menjadi motivasi para pekerja konstruksi. Jawaban dari pertanyaana kuisoner ini menggunakan skala Likert yaitu penilaian yang umumnya digunakan untyuk mengukur opini responden terhadap pertanyaan dari kuisoner tersebut mengenai suatu topik (Jamieson, 2008).
Bentuk skala Likert yang digunakan adalah skala 1 samapai dengan 5 dimana 1 = “sangat tidak setuju”; 2 = tidak setuju; 3 = kadang-kadang; 4 = setuju; 5 = sangat setuju. Responden adalah para pekerja konstruksi yang berasal dari berbagai daerah yang sedang bekerja di proyek konstruksi di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Setelah itu akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada 40 orang responden dengan tujuan untuk mengetahui apakah kuisioner itu sudah bisa dikatakan valid dan reliable.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji validitas menunjukan bahwa ada satu variabel yang tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel dimana r tabel nilainya 0,312 sehingga variabel tersebut dihilangkan. Variabel tersebut adalah perencanaan pekerjaan yang baik sehingga tidak terjadi pengulangan pekerjaan. Variabel tersebut kemudian dihilangkan dan kemudian dilakukan uji reliabilitas dimana nilai Cronbach’s alpha sebesar 0.895 (lebih besar dari syarat minimum 0.70) yang berarti bahwa intrumen penelitian (kuesioner) reliabel.
Setelah uji validitas dan reliabilitas, kusioner kemudian disebarkan kepada 100 responden. Selanjutnya data kuisioner dianalisa dengan analisa faktor yang bertujuan untuk menegelompokkan faktor-faktor yang menjadi motivasi para pekerja konstruksi. Adapun tahapan analisa factor tersebut adalah sebagai berikut:
Uji KMO and Bartlett’s Test
Tahapan awal dalam melakukan analisis faktor adalah menguji KMO dan Bartlett’s Tes dimana jika nilai KMO dan Bartlett’s Tes lebih dari 0,5 maka analisa factor layak untuk dilanjutkan. Hasil analisa menunjukkan bahwa nilai tersebut adalah 0,743 sehingga proses analisa faktor dapat dilanjutkan. Nilai KMO dan Bartlett’s Tes dapat dilihat pada Tabel 2.
Anak Agung Diah Parami Dewi
Tabel 2. Nilai KMO dan Bartlett’s Test
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .743
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 1010.019
Df 231
Sig. .000
MSA (Measure of Sampling Adequacy)
Setelah mendapatkan nilai KMO proses selanjutnya adalah melihat tabel Anti-image Matrix untuk menentukan faktor yang mana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan dengan melihat nilai MSA setiap variabel.. Jika nilai MSA lebih tinggi dari 0,5, maka variabel tersebut layak digunakan untuk proses selanjutnya. Tabel 3 menunjukkan nilai MSA setiap variable. Terlihat bahwa nilai MSA semua variabel adalah diatas 0,5 sehingga semua variabel layak digunakan untuk analisa factor.
Tabel 3 Nilai MSA dari setiap variabel.
Tabel Anti-image Matrik
Variabel Nilai MSA
Perbandingan
Keterangan Nilai minimun MSA
1 0.818 0.5 LAYAK
2 0.766 0.5 LAYAK
3 0.815 0.5 LAYAK
4 0.756 0.5 LAYAK
5 0.599 0.5 LAYAK
6 0.837 0.5 LAYAK
7 0.704 0.5 LAYAK
8 0.857 0.5 LAYAK
9 0.874 0.5 LAYAK
10 0.71 0.5 LAYAK
11 0.691 0.5 LAYAK
12 0.774 0.5 LAYAK
13 0.689 0.5 LAYAK
14 0.731 0.5 LAYAK
15 0.579 0.5 LAYAK
16 0.76 0.5 LAYAK
17 0.72 0.5 LAYAK
18 0.705 0.5 LAYAK
19 0.663 0.5 LAYAK
20 0.715 0.5 LAYAK
21 0.745 0.5 LAYAK
22 0.702 0.5 LAYAK
Faktor-faktor Motivasi Kerja Pada Pekerja Konstruksi
Ekstraksi Faktor
Setelah menilai variabel yang layak untuk dilakukan analisis faktor, selanjutnya dilakukan ekstraksi faktor untuk mengetahui faktor motivasi yang terbentuk dari variabel-variabel. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 22 variabel ada 7 kelompok faktor yang terbentuk. Hal ini dapat dilihat dari niali eigen value yang lebih besar dari 1. Karena faktor yang mempunyai nilai eigen value ada 7 maka ada 7 faktor yang terbentuk.
Tabel 4 Faktor yang Tebentuk
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of Variance
Cumulative
% Total
% of Variance
Cumulative % 1 6.449 29.316 29.316 6.449 29.316 29.316
2 2.385 10.840 40.156 2.385 10.840 40.156
3 1.729 7.858 48.014 1.729 7.858 48.014
4 1.579 7.179 55.193 1.579 7.179 55.193
5 1.191 5.412 60.605 1.191 5.412 60.605
6 1.148 5.218 65.822 1.148 5.218 65.822
7 1.064 4.835 70.657 1.064 4.835 70.657
8 .902 4.101 74.759
9 .783 3.561 78.319
10 .669 3.039 81.358
11 .591 2.685 84.043
12 .545 2.479 86.522
13 .503 2.285 88.807
14 .461 2.096 90.903
15 .425 1.931 92.834
16 .383 1.740 94.574
17 .287 1.307 95.881
18 .265 1.206 97.087
19 .230 1.047 98.133
20 .201 .911 99.045
21 .118 .536 99.580
22 .092 .420 100.000
Rotasi Faktor
Tahap selanjutnya adalah melakukan ekstraksi faktor agar memudahkan dalam pengelompokan faktor motivasi
pekerja konstruksi. Tabel 5 menunjukkan nilai loading factor dari masing masing variabel. Nilai loading faktor
yang tertinggi menunjukkan ke kelompok faktor mana setiap variabel tersebut berada.
Anak Agung Diah Parami Dewi
Tabel 5 Nilai Loading Factor dari Setiap Variabel
Rotated Com ponent Matrixa
Component
1 2 3 4 5 6 7
Hubungan antara pimpinan dan
pekerja
,857 ,030 ,089 ,233 ,043 -,078 -,162
Pengawasan yang baik ,732 -,022 ,161 ,141 ,167 ,251 ,248
Pemberian jam istirahat kerja yang
sesuai dengan peraturan perundangan
,716 -,053 ,301 ,186 ,366 ,056 -,201
Bayaran yang baik ,688 ,289 -,047 -,186 -,095 ,224 ,262
Kerja lembur ,662 ,105 ,238 ,099 ,350 -,295 ,113
Pengakuan atas pekerjaan ,548 ,262 ,196 -,103 ,238 ,322 ,192
Mendapat suplai makanan yang baik ,058 ,794 -,027 -,007 ,045 -,033 ,065
Bonus dan bayaran tambahan ,005 ,784 ,004 ,209 ,071 ,118 -,086
Program Pelatihan yang baik ,166 ,445 ,063 ,415 -,059 ,052 ,112
Keleluasaan untuk beraktivitas
kerohanian
,075 ,162 ,765 ,066 ,029 -,017 -,250
Pengaturan suplai material yang baik ,285 ,068 ,734 ,157 -,057 ,260 ,296
Pengadaan alat-alat kerja yang baik ,146 -,210 ,722 ,023 ,433 ,018 ,142
Pengaturan jadwal pekerjaan yang
baik
,381 -,079 ,573 ,089 -,117 ,432 ,341
Hubungan yang baik dengan sesama
pekerja
,127 ,199 ,059 ,716 -,040 ,360 ,097
Penerimaan ususlan oleh atasan -,013 -,009 ,095 ,683 ,299 ,135 -,211
Program keselamatan kerja yang baik ,164 ,533 ,005 ,558 ,157 -,100 ,342
Program pengarahan kerja yang baik ,439 ,234 ,213 ,507 ,052 -,267 ,270
Penggunaan pekerja yang sesuai
dengan keterampilan
,223 ,016 ,007 ,095 ,848 ,185 ,032
Kepastian kontinuitas kerja ,197 ,404 ,142 ,161 ,619 -,055 ,202
Pekerjaan yang menantang ,017 -,046 ,066 ,334 ,118 ,705 ,014
Fasilitas tempat tinggal yang baik ,137 ,453 ,255 -,031 ,112 ,569 ,072
Pekerjaan yang baik ,066 ,073 ,045 ,037 ,115 ,065 ,811
Untuk lebih jelasnya maka Tabel 6 menunjukkan ketujuh faktor dengan variable-variabelnya.
Tabel 6 Kelompok Faktor yang Terbentuk
Kelompok Faktor Faktor
Faktor 1
Hubungan antara pimpinan dan pekerja Pengawasan yang baik
Pemberian jam istirahat kerja yang sesuai dengan peraturan perundangan
Bayaran yang baik
Kerja lembur
Pengakuan atas pekerjaan
Faktor-faktor Motivasi Kerja Pada Pekerja Konstruksi
Kelompok Faktor Faktor
Faktor 2
Mendapat suplai makanan yang baik Bonus dan bayaran tambahan Program pelatihan yang baik Faktor 3
Keleluasaan untuk beraktivitas kerohanian Pengaturan suplai material yang baik Pengadaan alat-alat kerja yang baik Pengaturan jadwal pekerjaan yang baik Faktor 4
Hubungan yang baik dengan sesama pekerja Penerimaan usulan oleh atasan
Program keselamatan kerja yang baik Program pengarahan kerja yang baik Faktor 5
Penggunaan pekerja yang sesuai dengan keterampilan Kepastian kontinuitas kerja
Faktor 6
Pekerjaan yang menantang Fasilitas tempat tinggal yang baik Faktor 7
Pekerjaan yang baik
Dari semua faktor yang terbentuk maka yang menjadi faktor dominan adalah faktor 1 karena mempunyai nilai eigen value terbesar seperti yang terlihat pada Tabel 4.
5.
KESIMPULAN
Faktor yang menjadi motivasi pekerja konstruksi dapat dikelompokkan menjadi 7 faktor dimana yang merupakan faktor dominan adalah faktor dengan variable-variabel yaitu hubungan antara pimpinan dan pekerja, pengawasan yang baik, pemberian jam istirahat kerja yang sesuai dengan peraturan perundangan, bayaran yang baik, kerja lembur, dan pengakuan atas pekerjaan. Jadi dengan terbentuknya faktor ini diharapkan perusahaan kontraktor memperhatikan apa yang menjadi motivasi pekerja konstruksi sehingga jika faktor ini terakomodir maka produktivitas pekerja akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Borcherding, J. and Garner, F. (1981). “Work force motivation and productivity on large jobs”. Journal of the
Construction Division, 107(CO3), 443-453.
Hasibuan, M. S. P. (2006). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah Edisi Revisi Cetakan ke 5. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Hidayat, F. (2009). “Motivasi Pekerja pada Proyek Konstruksi di Kota Bandung”. Media Teknik Sipil, Vol IX (1), 57-70.
Jamieson, S. 2008. Likert Scale. . In: In S. Boslaugh (Ed.) (ed.) Encyclopedia of Epidemiology. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications, Inc.
Mansfield, N.R., Odeh, N. S., and Herzberg, F. (1989). “ Motivational Factors in Construction Projects: A review of Empirical of Motivation Studies from The US Construction Industry”. ICE Proceeding. Vol 86 (3), 461-470.
Ogunlana, S. O. and Chang, W. P. (1998). “ Worker motivation on selected construction sites in Bangkok, Thailand” . Journal of Engineering Construction and Architectural Management, Vol 5(1) 68-81.
Verma, V. K. (1996). The Human Aspects of Project Management. Human Resource Skills for The Project
Manager Vol Two. Project Management Institute, North Carolina.
Weiner, B. (1990). “History Of Motivational Research In Education”. Journal of Educational Psyhology, Vol 82(4), 616-622.
Zakeri, M., Olomolaiye, P. O., Holt,. G. D., and Harris, F. C. (1997). “Factors Affecting the Motivation of Iranian Construction Operatives”. Journal of Building and Environment, Vol 32(2), 161–166.
FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI
KERJA PADA PEKERJA
KONSTRUKSI
by Anak Dewi
FILE
TIME SUBMITTED
11-FEB-2016 10:57PM
SUBMISSION ID
630749204
WORD COUNT
2679
CHARACTER COUNT
16093
19
%
SIMILARITY INDEX
18
%
INTERNET SOURCES
0
%
PUBLICATIONS
8
%
STUDENT PAPERS
1
5
%
2
3
%
3
2
%
4
1
%
5
1
%
6
1
%
7
1
%
8
1
%
9
1
%
FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PEKERJA
KONSTRUKSI
ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
e-journal.uajy.ac.id
Internet Source
lethonfollow.blogspot.com
Internet Source
endyf.blogspot.com
Internet Source
Submitted to Middle East Technical
University
Student Paper
puslit.petra.ac.id
Internet Source
lib.ui.ac.id
Internet Source
repository.widyatama.ac.id
Internet Source
ojs.unud.ac.id
Internet Source
yayaharyana.blogspot.com
10
1
%
11
1
%
12
1
%
13
<
1
%
14
<
1
%
15
<
1
%
16
<
1
%
17
<
1
%
18
<
1
%
19
<
1
%
EXCLUDE QUOTES
OFF
EXCLUDE
BIBLIOGRAPHY
OFF
EXCLUDE MATCHES
OFF
Submitted to Unika Soegijapranata
Student Paper
repository.usu.ac.id
Internet Source
www.slideshare.net
Internet Source
Submitted to Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Student Paper
inggitbelajar.wordpress.com
Internet Source
ebook.library.perbanas.ac.id
Internet Source
managementcommunity.blog.perbanas.ac.id
Internet Source
ejournal.unsrat.ac.id
Internet Source
teori-msdm.blogspot.com
Internet Source
senibudaya.timlo.net