• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IN STORE STIMULI DALAM MELAKUKAN IMPULSE BUYING DI MINIMARKET PERDANA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH IN STORE STIMULI DALAM MELAKUKAN IMPULSE BUYING DI MINIMARKET PERDANA SURABAYA."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IN STORE STIMULI DALAM MELAKUKAN IMPULSE BUYING DI MINIMARKET

PERDANA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

0612010072/FE/EM Novin Arisa

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

0612010072/FE/EM Novin Arisa

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dan terima kasih kepada junjungan tertinggi,

ALLAH SWT atas kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH IN

STORE STIMULI DALAM MELAKUKAN IMPULSE BUYING DI

MINIMARKET PERDANA SURABAYA”.

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan

skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk

memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada

penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Jurusan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. H. Supriyono, MM, selaku Dosen Pembimbing yang telah

(4)

ii

5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Bapak dan Ibu serta Saudara-saudaraku tercinta yang sudah mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada

kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di

masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, April 2010

(5)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Pemasaran ... 13

2.2.1.1. Pengertian Pemasaran ... 13

(6)

iv

2.2.2. Perilaku Konsumen ... 16

2.2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 16

2.2.2.2. Macam Peranan dalam Perilaku Konsumen . 18 2.2.2.3. Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Membeli ... 19

2.2.2.4. Perilaku Berbelanja ... 19

2.2.3. Usaha Eceran (Retailing) ... 22

2.2.3.1. Pengertian Usaha Eceran (Retailing) ... 22

2.2.3.2. Karakteristik Bisnis Retail ... 23

2.2.4. In Store Stimuli (Rangsangan Dalam Toko) ... 24

2.2.4.1. Pentingnya In Store Stimuli ... 24

2.2.4.2. Dimensi In Store Stimuli ... 24

2.2.5. Impulse buying (Pembelian Yang Tidak Direncanakan) ... 30

2.2.6. Pengaruh In Store Stimuli Terhadap Impulse Buying ... 32

2.3. Kerangka Konseptual ... 33

2.4. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.1.1. Definisi Operasional... 35

(7)

v

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.3.1. Jenis Data ... 42

3.3.2. Sumber Data ... 42

3.3.3. Pengumpulan Data ... 42

3.4. Teknik Analisis SEM dan Uji Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 48

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 48

4.2. Karakteristik Responden ... 49

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

4.3.1. Deskripsi Variabel In Store Stimuli (X) ... 52

4.3.2. Deskripsi Variabel Impulse Buying (Y) ... 58

4.4. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 61

4.4.1. Evaluasi Atas Outlier ... 61

4.4.2. Uji Reliabilitas ... 62

4.4.3. Uji Validitas ... 63

4.4.4. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted ... 64

4.4.5. Uji Normalitas ... 65

4.4.6. Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 66

4.4.7. Structural Equation Modeling (SEM) dan Pengujian Hipotesis ... 67

(8)

vi

4.4.7.1. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 67 4.4.7.4. Uji Hipotesis Kausalitas ... 70

4.5. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 73

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data jumlah konsumen Minimarket Perdana Kebonsari

Surabaya Tahun 2007-2009 ... 5

Tabel 1.2. Data Penjualan Minimarket Perdana Kebonsari Surabaya Tahun 2007-2009 ... 6

Tabel 2.1. Macam Peranan dalam Perilaku Konsumen... 18

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices ... 47

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin ... 49

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasar Umur ... 50

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasar Pekerjaan ... 50

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasar Pendapatan Tiap Bulan ... 51

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden UntukDimensi Penataan Rak (X1) ... 52

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Dimensi Display (X2). ... 54

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Untuk Dimensi Promosi (X3) ... 55

Tabel 4.8. Hasil Jawaban Responden Untuk Dimensi Pelayanan Pramuniaga (X4) ... 57

Tabel 4.9. Hasil Jawaban Responden Untuk Impulse Buying (Y) ... 59

(10)

viii

Tabel 4.11. Reliabilitas Data ... 63

Tabel 4.12. Validitas Data ... 64

Tabel 4.13. Construct Reliability & Variance Extracted ... 65

Tabel 4.14. Normalitas Data ... 66

Tabel 4.15. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Base Model ... 68

Tabel 4.16. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi ... 61

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Proses Keputusan Pembelian ... 19

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 33

Gambar 4.1. Model Pengukuran Kausalitas One Step Approach Base Model 68

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Penyebaran Kuesioner

(13)

xi

PENGARUH IN STORE STIMULI DALAM MELAKUKAN

IMPULSE BUYING DI MINIMARKET

PERDANA SURABAYA

Oleh : Novin Arisa

ABSTRAKSI

Salah satu usaha bisnis yang semakin berkembang pesat di kota Surabaya adalah usaha bisnis ritel dengan berbagai macam tipe bisnis. Salah satunya adalah usaha bisnis ritel minimarket, hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya minimarket-minimarket yang berdiri dan tersebar di berbagai tempat di Surabaya yang dapat dengan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Minimarket Perdana merupakan ritel bisnis yang berada di daerah Kebonsari Surabaya yang sekarang dihadapkan oleh penurunan jumlah konsumen dan penurunan penjualan dari tahun 2007-2009 pada bulan Januari sampai April. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh in store stimuli terhadap impulse buying di Minimarket Perdana Surabaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang sedang

berbelanja di Minimarket Perdana Surabaya. Skala pengukuran

menggunakan skala interval dan skala pembentukan menggunakan semantic differential scale. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 105 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Sampling dengan

Random Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen yang sedang berbelanja di Minimarket Perdana Surabaya. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Modeling) untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel.

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa in store stimuli tidak berpengaruh (tidak signifikan negatif) terhadap impulse buying.

(14)

1

1.1 Latar Belakang

Saat ini seiring perkembangan zaman yang semakin modern

menyebabkan timbulnya berbagai macam usaha bisnis yang saling

bermunculan di kota Surabaya, salah satu usaha bisnis yang semakin

berkembang pesat di kota Surabaya adalah usaha bisnis ritel dengan

berbagai macam tipe bisnis. Salah satunya adalah usaha bisnis ritel

minimarket, hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya

minimarket-minimarket yang berdiri dan tersebar di berbagai tempat di Surabaya yang

dapat dengan mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut didukung dengan adanya data dari Dinas Perdagangan,

Perindustrian, dan Penanaman Modal Kota Surabaya, yang menyatakan

bahwa di Surabaya saja hingga Desember 2007 jumlah minimarket di

Surabaya mencapai 137 gerai. Tetapi data Asosiasi Perusahaan Ritel

Indonesia (Aprindo) Jawa Timur menyebutkan di Surabaya terdapat 190

gerai minimarket. Jumlah tersebut merupakan dari total gerai di Jawa Timur

yang mencapai 1.200 unit. Majalah Teropong (edisi 39, Mei-Juni 2008 : 3).

Hal ini tentu saja menyebabkan persaingan yang ketat dari

masing-masing pengelola minimarket dalam usahanya menembus pasar untuk

menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Agar tujuan perusahaan

(15)

2

harus beorientasi pada kebutuhan dan kepuasan konsumen dalam

mengoperasikan usahanya, karena aspek kepuasan merupakan salah satu

pendorong bagi konsumen untuk berbelanja kembali di suatu tempat.

Dengan banyaknya minimarket tersebut maka konsumen akan mendapatkan

semakin banyak pilihan dalam menentukan pilihan minimarket mana yang

akan dikunjungi untuk membeli barang ataupun produk yang sesuai

keinginan dan kebutuhan mereka. Dengan demikian pemasaran merupakan

kegiatan yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan perusahaan

karena pemasaran berhubungan langsung dngan konsumen.

Minimarket adalah bentuk bisnis ritel modern yang menganut

operasi yang relatif kecil dengan kepemilikan individual , dengan

beroperasi pada luasan sales area antara 100 sampai dengan 1.000 m2 yang menjual variant barang kebutuhan konsumen yang cukup variatif sehingga

kemungkinan besar konsumen dapat menemukan barang yang dicari,

konsumen dapat memilih dan menentukan sendiri barang yang akan mereka

beli karena barang-barang yang ditawarkan disusun pada rak-rak terbuka

sehingga konsumen dapat merasakan kepuasan untuk memilih

barang-barang yang dibutuhkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya,

kemudian konsumen dapat membawanya ke chek out counter atau kassa untuk transaksi pembayaran Sularso (2003) dan Sujana (2005 : 19).

Minimarket Perdana merupakan ritel bisnis yang berada di daerah

Kebonsari, sebagaimana perusahaan yang bersaing, Minimarket Perdana

(16)

kebutuhan , serta kenyamanan dan pelayanan. Dengan tujuan akhir kepuasan

konsumen, setelah berbelanja di Minimarket Perdana.

Minimarket Perdana menyediakan kebutuhan sehari-hari yang

diperlukan oleh konsumen, selain letaknya yang strategis dekat dengan

permukiman penduduk, jalan untuk menuju ke Minimarket Perdana sangat

mudah diakses oleh konsumen karena Minimarket ini terletak di Jalan Raya

Kebonsari tengah . Minimarket Perdana menyediakan alternative kebutuhan

barang sehari-hari dengan harga yang relatif murah dan mampu bersaing

dengan minimarket lain, hal ini tentunya menjadi bahan pertimbangan bagi

para pelanggan untuk tetap setia berbelanja di Minimarket Perdana.

Selain menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat dalam

berbelanja, pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelolah toko dan

pramuniaga minimarket pun sangat sopan, ramah dan tanggap terhadap

keinginan konsumen dalam mendapatkan produk atau barang yang

diinginkan. Program-program promosi yang kerap diberikan oleh pihak

pengelola minimarket seperti pemberian discount (potongan harga), hadiah dan pricepack menjadi dayak tarik tersendiri bagi konsumen yang berbelanja di Minimarket Perdana. Selain itu pengelola Minimarket Perdana juga

sangat selektif dalam memilih dan menentukan produk yang dibeli dari

distributor untuk usahanya memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen,

dengan cara tidak menjual produk yang cacat, rusak ataupun kadaluarsa

yang dapat dilihat pada kemasan produk yang nantinya akan mempengaruhi

(17)

4

Kenyamanan berbelanja bagi pelanggannya juga sangat diperhatikan

oleh pihak pengelolah Minimarket Perdana, hal ini terbukti dengan penataan

rak dan tata letak produknya yang disusun rapi dengan jarak, ruang dan

ketinggian yang disesuaikan dengan jenis produk (besarnya kemasan, laku

atau tidaknya produk tersebut, produk itu diiklankan atau tidak dan juga

target pasar) sehingga penempatan produk di dalam rak pada Minimarket

Perdana menjadi mudah dijangkau dan mudah terlihat oleh konsumen,

dengan begitu konsumen dapat dengan mudah dalam mencari dan memilih

produk yang akan dibeli. Hal tersebut didukung pula dengan display yang terlihat menarik dan attractive serta kelengkapan jenis produk yang disediakan Minimarket Perdana.

Semua itu dilakukan oleh pihak pengelolah Minimarket Perdana

untuk memberikan impuls yang tujuannya untuk menarik konsumen

sehingga konsumen melakukan impulse buying sebelumnya. Sebab pada dasarnya, dalam mengambil keputusan pembelian, konsumen tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor pribadi & lingkungan saja, melainkan faktor in store stimuli dan strategi pemasaran yang ditetapkan oleh pihak toko. Karena pada kenyataannya banyaknya pembelian yang dilakukan adalah justru impulse buying. Artinya, keputusan untuk membeli atau tidak oleh konsumen atas suatu barang biasnya sering terjadi di dalam toko. Bisa jadi, meski awalnya

konsumen tidak bemaksud membeli sesuatu, namun karena terpengaruh oleh

(18)

Meskipun demikian, karena semakin tingginya tingkat persaingan

yang sangat ketat diantara toko-toko pengecer yang menjual berbagai

produk kebutuhan sehari-hari secara tidak langsung berpengaruh pada

Minimarket Perdana karena dengan banyaknya pilihan

minimarket-minimarket yang tumbuh dan bersaing di sekitar Minimarket Perdana akan

membuat konsumen semakin selektif dalam pemilihan toko untuk

pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Adapun data jumlah konsumen di Minimarket Perdana dari bulan

Januari-April di tahun 2007-2009 yang dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai

berikut ini :

Tabel 1.1 : Data Jumlah Konsumen Minimarket Perdana Kebonsari Surabaya Tahun 2007-2009

Bulan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Januari 1124 orang 920 orang 812 orang

Februari 1229 orang 870 orang 787 orang

Maret 1163 orang 930 orang 802 orang

April 1125 orang 894 orang 857 orang

Mei 1106 orang 843 orang

Juni 1043 orang 950 orang

Juli 1059 orang 869 orang

Agustus 978 orang 870 orang

September 951 orang 856 orang

Oktober 1006 orang 973 orang

Nopember 947 orang 965 orang

Desember 984 orang 832 orang

Sumber : Data Minimarket Perdana Kebonsari Surabaya

Berdasarkan data konsumen yang diperoleh dari Minimarket Perdana

terlihat bahwa jumlah konsumen pada bulan Januari sampai dengan April

(19)

6

diindikasikan karena penataan letak rak yang satu dengan yang lain kurang

teratur, kurang adanya pameran atau sale diskon barang untuk menarik konsumen dalam membeli produk yang dijual, produk yang dijual kurang

lengkap, promosi yang dilakukan oleh pihak minimarket Perdana kurang

menarik serta pelayanan yang kurang ramah oleh karyawan minimarket

Perdana. Hal ini didukung oleh jumlah penjualan yang diperoleh minimarket

Perdana dari bulan Januari sampai April di tahun 2007-2009 mengalami

penurunan. Dapat dilihat pada tabel 1.2 data penjualan di bawah ini :

Tabel 1.2 : Data Penjualan Minimarket Perdana Kebonsari Surabaya Tahun 2007-2009

Bulan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Januari 39.982.000 35.465.750 30.166.994

Februari 38.765.650 34.768.000 29.705.450

Maret 40.255.800 33.896.350 29.843.000

April 37.657.550 36.097.250 30.904.000

Mei 38.870.900 38.553.800

Juni 36.346.300 35.897.000

Juli 37.980.950 36.705.400

Agustus 35.876.850 34.990.150

September 35.652.000 34.765.200

Oktober 39.812.450 37.456.550

Nopember 36.453.300 36.120.000

Desember 35.987.000 34.354.650

Sumber : Data Minimarket Perdana Kebonsari Surabaya

Stimuli yang kurang baik di dalam minimarket Perdana tersebut dapat membuat konsumen untuk tidak melakukan pembelian di minimarket

Perdana pada lain waktu. Masalah yang timbul adalah bagaimana menjaring

konsumen atau menimbulkan minat konsumen untuk melakukan pembelian

(20)

Berkaitan dengan kenyataan tersebut, dan menyadari pentingnya in store stimuli, seperti penataan rak, display, promosi, dan pelayanan pramuniaga yang dilakukan oleh pihak pengelola Minimarket Perdana

menjadi sangat penting karena hal tersebut berkaitan dengan impulse buying

yang dapat berdampak pada peningkatan hasil penjualan dan laba yang

dicapai oleh pihak Minimarket. Menurut Mowen (2001 : 10) impulse buying

adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai

hasil dari pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum

memasuki toko. Atau bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang tiba-tiba

dengan penuh kekuatan, bertahan dan tidak direncanakan untuk membeli

sesuatu secara langsung, tanpa banyak memperhatikan akibatnya.

Hal yang serupa di kemukakan oleh Rook yang dikutip oleh Engel

(1995 : 202) bahwa pembelian berdasar impulse terjadi ketika konsumen mengalami desakan tiba-tiba, yang biasanya kuat dan menetap untuk

membeli sesuatu dengan segera. Impuls untuk membeli ini kompleks secara

hedonik & mungkin merangsang konflik emosional. Juga pembelian

berdasar impulse cenderung terjadi dengan perhatian yang berkurang pada akibatnya.

Menurut Sularso (2003) Penelitiannya menunjukan bahwa

(21)

8

Berdasarkan fenomena dan latar belakang permasalahan di atas

peneliti tertarik untuk melakukan pnelitian yang berjudul “ PENGARUH

IN STORE STIMULI DALAM MELAKUKAN IMPULSE BUYING DI

MINIMARKET PERDANA SURABAYA ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Apakah In Store stimuli (X) mempunyai pengaruh terhadap Impulse Buying (Y) di Minimarket Perdana Surabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh In Store Stimuli (X) terhadap Impulse Buying (Y) di Minimarket Perdana Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang in store stimuli yang dapat menimbulkan minat beli konsumen, sehingga perusahaan dapat menciptakan strategi-strategi baru yang berkaitan

(22)

2. Bagi UPN “VETERAN” Jawa Timur, penelitian ini dapat digunakan

untuk menambah referensi perpustakaan bagi mahasiswa yang akan

melakukan penelitian di masa yang akan datang.

3. Bagi peneliti dapat meningkatkan daya nalar, memperluas wawasan, dan

menambah wacana ilmiah pengetahuan terutama dalam bidang

(23)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diambil dari jurnal sebagai berikut :

A. Jurnal penelitian Ekuitas, vol 7, no.4, Desember 2003 oleh Andi

Sularso dengan judul penelitian “ Pengaruh rangsangan dalam toko

terhadap pembelian yang tidak direncanakan oleh konsumen Alfa Gudang

Rabat di Denpasar “. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

rangsangan-rangsangan dalam toko yang mempengaruhi konsumen

terhadap pembelian yang tidak direncanakan di Alfa Gudang Rabat di

Denpasar. Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linier

Berganda, dimana pengambilan sample menggunakan teknik purpose

random sampling.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsumen cenderung

melakukan pengambilan keputusan pembelian yang tidak direncanakan,

dan karena itu rangsangan dalam toko memiliki peran besar dalam

mempengaruhi timbulnya pengambilan keputusan pembelian tersebut.

Hasil penelitian ini mengatakan bahwa faktor-faktor rangsangan dalam

toko yaitu penataaan rak, display produk, promosi harga, kemasan

produk, dan pelayanan pramuniaga berpengaruh terhadap keputusan

pembelian konsumen yang tidak direncanakan sebelumnya. Adapun

(24)

topik yang dibahas yaitu faktor-faktor dalam toko yang dapat merangsang

konsumen terhadap pembelian yang tidak direncanakan. Perbedaan

penelitiaan ini dengan penelitian terdahulu adalah Metode analisis yang

digunakan, penelitian terdahulu menggunakan Metode Regresi Linier

Berganda, sedangkan penelitian sekarang menggunakan Structural

Equation Modelling (SEM), dan obyek yang diteliti.

B. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol 7, no. 2, September

2005 oleh Hatane Samuel dengan judul penelitian “Respons Lingkungan

Berbelanja sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana pada Toko

Serba Ada (Studi Kasus Carrefour Surabaya)”. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis respon pelanggan terhadap lingkungan berbelanja

sebagai stimulus pembelian tidak terencana pada toko serba ada

(Toserba). Metode yang dilakukan untuk memperoleh data dilakukan

melalui SEM, dimana pngambilan sampel menggunakan teknik

probability sampling, penelitian ini menggunakan 7 variabel dalam

mendukung model yang dibangun yaitu : Respon lingkungan berbelanja

yang terdiri dari : pleasure, aurosal, dan dominance. Sedangkan

pengalaman belanja terdiri dari : hedonic shopping value, utilitarian

shoppingvalue, resources expenditure, dan impulse buying.

Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan peneitian ini

adalah menggunakan variabel terikat yang sama, yaitu pembelian tidak

terencana. Perbedaan penelitiaan ini dengan penelitian terdahulu terletak

(25)

12

C. Jurnal Ekonomi, vol 17, no.3, Desember 2007 oleh Dwi Suhartanto

& Sujiwo Priambodo dengan judul penelitian “Point of Purchase Display

: Pengaruhnya Terhadap Pembelian”. Tujuan dari penelitian yang

dilakukan yaitu untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari objek

penelitian yaitu konsumen yang sedang berbelanja di suatu toko serba ada

(Toserba) yang berlokasi di Bandung , sehingga dapat ditarik kesimpulan

mengenai ada atau tidaknya pengaruh antara penggunaan

point-of-purchase displays terhadap perilaku pembelian.

Metode yang digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menguraikan

karakteristik (sifat-sifat) tentang suatu keadaan pada waktu tertentu,

dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak, berdasarkan angka

acak yang dikembangkan untuk pengunjung. Penelitian ini menggunakan

2 variabel yaitu Jenis Pembelian sebagai variabel bebas dengan

subvariabel yang terdiri dari Fully planned, Patrially planned, dan

Unplanned dan POP displays sebagai variabel terikat dengan subvariabel

yang terdiri dari Mudah dijangkau, Lokasi strategis, Rapi, Penampilan,

(26)

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pemasaran

2.2.1.1.Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang

dilakukan oleh perusahaan dalam usaha mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan untuk berkembang dan memperoleh keuntungan.

Pemasaran harus dapat memberikan kepuasan konsumen agar konsumen

mempunyai pandangan baik terhadap perusahaan.

Dari definisi yang ada, maka dapat dilihat pengertian pemasaran.

Beberapa definisi pemasaran dari beberapa ahli yaitu :

a. Menurut Kotler (1997 : 13) pemasaran adalah suatu proses sosial dan

manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

b. Menurut Stanton (1985 : 3) pemasaran adalah suatu system

keseluruhan dari kegiatan – kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga , mempromosikan, dan

mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik

kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

c. Menurut AMA (American Marketing Association) yang dikutip oleh

Alma (2004 : 3) pemasaran adalah proses perencanaan dan

pelaksanaan konsepsi, penetuan harga, promosi dan pendistribusian

(27)

14

Dari definisi diatas dapatlah ditetapkan bahwa pemasaran mencakup

kegiatan perusahaan yang diawali dengan proses mengidentifikasi

kebutuhan konsumen, penetuan produk, produksi, menyatukan harga serta

promosi yang akan dipakai dan penyaluran produk tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan

suatu kumpulan dari kegiatan – kegiatan yang saling berhubungan sebagai

suatu sistem. Agar tujuan dari perusahan dapat tercapai maka diperlukan

keahlian dari para pengelolah perusahaan dalam usaha memenuhi

kebutuhan.

2.2.1.2.Konsep Pemasaran dan Orientasi pada Konsumen

Perusahaan yang sudah mengenal bahwa pemasaran merupakan

faktor yang penting untuk mencapai sukses ushanya, akan mengetahui

adanya cara dan falsafah baru yang disebut konsep pemasaran yang

bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan

konsumen atau berorientasi pada konsumen (consumer oriented). Menurut

Kotler ( 1997 : 21 ) konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk

meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para

pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

Apabila orientasi dari konsep – konsep tersebut bertolak pada

produk perusahaan dan memandang sebagai tugas perusahaan adalah

(28)

menguntungkan. Maka konsep suatu perusahaan harus dimulai dengan

usaha mengenal dan merumuskan keinginan dan kebutuhan dari

konsumen, kemudian perusahaan itu harus merumuskan dan menyusun

suatu kombinasi dari kebijakan produk, harga, promosi dan distribusi

sebaik – baiknya agar kebutuhan para konsumennya dapat terpenuhi secara

maksimal.

Jadi secara definitive dapat dikatakan bahwa : konsep pemasaran

adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan

konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup

perusahaan ( Swastha dan Handoko, 1990 : 8 ) tiga unsur pokok konsep

pemasaran :

1. Orientasi Konsumen

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang ingin dipenuhi dan

dilayani.

b. Menetukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran

penjualan.

c. Menentukan produksi dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai,

dan menafsirkan pendapat, sikap dan perilaku mereka.

2. Volume Penjualan yang Menguntungkan

Ini merupakan tujuan konsep pemasaran, artinya laba itu dapat

diperoleh dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini,

(29)

16

kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang

lebih besar pada konsumen, serta dapat memperkuat kondisi

perekonomian secara keseluruhan. Jadi laba merupakan pencerminan

dari usaha – usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan

kepada konsumen. Untuk memberikan kepuasan tersebut, perusahaan

dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa yang paling baik

dengan harga yang layak.

3. Koordinasi dan Integrasi Seluruh Kegiatan Pemasaran

Dalam perusahaan perlu dilakukan untuk memberikan kepuasan

konsumen. Juga, perlu dihindari adanya pertentangan di dalam

perusahaan maupun antara perusahaan dengan pasarnya. Jadi setiap

orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam

suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen,

sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.

2.2.2. Perilaku Konsumen

2.2.2.1.Pengertian Perilaku Konsumen

Dengan meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen serta

bertambah banyaknya produk yang ditawarkan kepada konsumen

menyebabkan perilaku konsumen pada hakekatnya merupakan salah satu

bagian dari perilaku konsumen secara keseluruhan. Saat ini konsumen

(30)

karena itu perusahan perlu mengetahui tentang perilaku konsumen agar

perusahaan berhasil dalam usahanya.

Definisi perilaku konsumen menurut AMA (American Marketing

Association) yang dikutip oleh Setiadi (2003) perilaku konsumen

merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan

lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam

hidup mereka. Perilaku konsumen adalah dinamis itu berarti bahwa

perilaku seorang konsumen, grup konsumen ataupun masyarakat luas

selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Salah satu implikasinya

adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk

jangka waktu tertentu, produk dan individu atau grup tertentu.

Menurut Schiffman & Kanuk (1994 : 7) : Perilaku konsumen

diartikan sebagai perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,

membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa

yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan

menurut Mowen (2002 : 6) perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi

tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang

melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa

pengalaman serta ide- ide.

Lebih jauh lagi, Engel (dalam Rina Irawati 2001) membedakan

jenis perilaku konsumen menjadi empat kelompok besar, yaitu :

1. Perilaku Tanggapan Rutin

(31)

18

3. Pengambilan Keputusan Meluas.

4. Pembelian Impulsif

Adapun kesimpulan dari perilaku konsumen adalah serangkaian

tindakan yang dilakukan konsumen yang didahului maupun diikuti oleh

proses pembuatan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan

barang atau jasa untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya.

2.2.2.2.Macam Peranan dalam Perilaku Konsumen

Untuk dapat mengetahui sebab konsumen membeli barang atau

jasa tentu tidak dapat diterangkan secara langsung dari hasil pengamatan

saja. Tetapi dibutuhkan analisa perilaku konsumen yang lebih dalam untuk

membahas mengapa dan bagaimana perilaku konsumen tersebut, sehingga

perusahaan dapat mengembalikan, menentukan harga, mempromosikan

dan mendistribusikan barangnya secara baik. Berikut macam peranan

dalam perilaku konsumen dalam bentuk tabel :

Tabel 2.1. Macam Peranan dalam Perilaku Konsumen

No Peranan Keterangan

1. Initiator Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu

2. Influencer Orang yang pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan terakhir.

3. Decider Orang yang sangat menetukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan bagaimana cara membeli dan dimana akan membeli.

4. Buyer Orang yang melakukan pembelian nyata.

5. User Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.

(32)

2.2.2.3.Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Membeli

Menurut Simamora (2002 : 15), ada lima tahap yang dilalui

konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku

pembelian. Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula

sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Setiap

konsumen tentu melewati kelima tahap ini untuk setiap pembelian yang

mereka buat. Dalam pembelian yang lebih rutin, mereka membalik

tahap-tahap tersebut. Gambar berikut ini melukiskan proses tersebut.

Gambar 2.1. Proses Keputusan Pembelian

2.2.2.4.Perilaku Berbelanja

Proses pembelian tidak saja berarti keputusan pembelian, tetapi

juga aktivitas yang berhubungan langsung dengan pembelian tersebut.

Lingkungan dalam toko atau gerai, mempunyai peran yang sangat penting

dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, karena sering kali

keputusan pembelian pelanggan dilakukan dalam toko daripada sebelum

memasuki toko.

Berbelanja merupakan salah satu cara memporoleh suatu barang

yang dibutuhkan konsumen. Aktivitas berbelanja juga dipandang sebagai

suatu aktivitas yang menyenangkan dimana konsumen melakukan kegiatan

Pengenalan

(33)

20

belanja dengan berbagai motif. Menurut Loudon dan Bitta (1993 : 537),

ada dua motif utama konsumen dalam berbelanja yaitu motif pribadi dan

motif sosial. Motif pribadi antara lain :

1. Role playing. Konsumen memandang aktivitas berbelanja sebagai

perilaku dan belajar dan juga harapan atau penerimaan sebagai dari

posisi seseorang, seperti sebagai ibu rumah tangga.

2. Diversion. Berbelanja dapat menawarkan suatu hiburan atau kegiatan

yang menyenangkan dari kegiatan rutin sehari-hari dan merupakan

salah satu bentuk rekreasi.

3. Self-gratifiction. Berbelanja mungkin tidak termotivasi oleh manfaat

yang diharapkan dari kegiatan mengkonsumsi, tetapi karena manfaat

dari proses pembelian itu sendiri. Sehingga situasi emosi dan mood

dapat menjelaskan mengapa dan kapan seseorang pergi berbelanja.

4. Learning about new trends. Dengan berbelanja, konsumen bisa

mendapatkan informasi tentang trend dan perubahan simbol-simbol

produk yang merefleksikan daya tarik dan gaya hidup.

5. Phsiycal activity. Berbelanja dapat merupakan suatu pelatihan fisik

yang nyata bahkan sebagai salah satu sarana untuk berolah raga ringan

yaitu dengan berjalan-jalan di pertokoan sambil menikmati suasana

toko.

6. Sensory stimulating. Aktivitas berbelanja dapat menjadi salah satu

sarana perangasang panca indera, seperti melihat dan memegang

(34)

yang mengalun di dalam toko, juga mencium bau harum yang ada di

dalam toko.

Sedangkan motif yang kedua adalah motif sosial, yaitu :

1. Social experience outside the home. Aktivitas berbelanja bisa

merupakan suatu pengalaman sosial di luar rumah, seperti pertemuan

dengan teman-teman atau pramuniaga, berkenalan, juga kegiatan hanya

“melihat-lihat” orang yang merupakan hal yang menarik bagi

Konsumen.

a. Comunication with others having similar interest. Kegiatan

berbelanja juga merupakan kesmpatan untuk melakukan interaksi

dengan pelanggan atau penjual yang memiliki minat yang sama.

b. Peer group attraction. Toko-toko tertentu terkadang bisa menjadi

tempat pertemuan atau berkumpulnya kelompok pelanggan yang

memiliki minat yang sama.

2. Status and authority. Berbelanja juga dapat menjadikan pelanggan

merasa memiliki status dan rasa dihargai.

3. Pleasure of bargaining. Kegiatan berbelanja dapat memberikan suatu

kepuasan dalam hal tawar-menawar hingga tercapai harga yang lebih

murah atau mengunjungi saat-saat penjualan khusus (penjualan diskon).

Sementara Assael (1987 : 567), menjelaskan bahwa berbelanja seringkali

dipandang sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan yang disertai satu

atau lebih aktivitas di bawah ini :

(35)

22

2. Menelusuri dan mengamati penawaran toko.

3. Bebicara dengan pramuniaga

4. Membelanjakan uang.

Berbelanja selain merupakan salah satu cara memperoleh suatu

barang juga dipandang sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan dimana

konsumen melakukan belanja dengan berbagai motif yang mencerminkan

pentingnya arti lingkungan dalam toko yang nyaman dan menyenangkan

sehingga dapat memperbaiki citra toko tersebut dimata konsumen.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa motivasi konsumen

dalam berbelanja adalah sebuah fungsi dari berbagai variabel, beberapa

diantaranya tidak berhubungan dengan pembelian nyata atas produk.

Konsekuensinya, para pengecer perlu untuk memahami berbagai macam

motivasi berbelanja yang mungkin diperlukan dalam menyusun strategi

pemasaran.

2.2.3. Usaha Eceran (Retailing)

2.2.3.1.Pengertian Usaha Eceran (Retailing)

Secara harafiah kata ritel atau retail berarti eceran atau

perdagangan eceran, dan peritel/retailer diartikan sebagai pengecer atau

pengusaha perdagangan eceran. Menurut kamus kata retail ditafsirkan

sebgaai “selling of goods and or services to the publics”, atau penjualan

barang dan atau jasa kepada khalayak (Manser,1995) yang dikutip oleh

(36)

Berman & Evans (1992) yang dikutip Asep Sujana,

mendefinisikan kata retail dalam kaitan retail management sebagai “ those

business activities involved in the sale of goods and services to consumer

for their personal, family, or household use” atau keseluruhan aktivitas

bisnis yang menyangkut penjualan barang dan jasa kepada konsumen

untuk digunakan oleh mereka sendiri, keluarga, atau rumah tangganya.

Dari uraian definisi bisnis retail diatas yang patut digarisbawahi, antara

lain (1) penjualan kepada end user (konsumen akhir), dan (2) motivasi

pembelian konsumen adalah untuk kepentingan sendiri (termasuk

keluarganya) dan tidak mutlak dijual kembali, atau paling tidak lebih dari

separuh penjualannya adalah kepada konsumen untuk kepentingannya

sendiri.

2.2.3.2.Karakteristik Bisnis Retail

Salah satu karakteristik bisnis retail adalah “impulse buying”,

yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan

jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam

berbelanja. Sering kali konsumen dalam proses belanjanya, keputusan

yang diambil untuk membeli suatu barang adalah yang sebelumnya tidak

tercantum dalam belanja barang (out of purchase list). Keputusan ini

muncul begitu saja terstimulasi oleh variasi bauran produk (assortment)

dan tingkat harga barang yang ditawarkan. Asep Sujana (2005 : 15).

(37)

24

2.2.4. In Store Stimuli (Rangsangan Dalam Toko)

2.2.4.1.Pentingnya In Store Stimuli

In store stimuli adalah keadaan yang ada di dalam toko yang

difungsikan untuk menarik konsumen di dalam berbelanja. Pengambilan

keputusan konsumen dalam pembelian tidak hanya dipengaruhi oleh harga

semata, namun juga oleh banyak faktor lainnya, faktor lain yang juga

sangat berperan adalah bagaimana toko mampu mencipatakan In store

stimuli yang menunjang, seperti penataan, display, service, dan lain

sebagainya.

Karena pada dasarnya, dalam mengambil keputusan pembelian

konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pribadi dan lingkungan

saja, tetapi juga oleh strategi pemasaran yang ditetapkan oleh pihak toko.

Artinya, keputusan untuk membeli atau tidak oleh konsumen atas suatu

barang biasanya sering terjadi di dalam toko. Bisa jadi meski pada awalnya

konsumen tidak bermaksud membeli sesuatu, namun karena terpengaruh

oleh salah satu faktor in store stimuli, akhirnya konsumen memutuskan

untuk membeli sesuatu. Andi Sularso dalam jurnal penelitian ekuitas

volume 7, nomer. 4 Desember 2003.

2.2.4.2. Dimensi In store stimuli

1. Penataan Rak

Penataan rak adalah salah satu yang sangat penting dalam bisnis

(38)

melakukan keputusan pembelian. Konsumen saat berada di dalam toko

harus mendapatkan kenyamanan dalam memilih suatu produk, misalnya

saja penataan jarak antar rak yang tidak boleh terlalu sempit, begitu

juga dengan penempatan suatu produk di dalam rak harus mudah

dijangkau dan mudah terlihat oleh konsumen.

Menurut Loudon dan Bitta (1993 : 551) penempatan produk

dalam rak memiliki pengaruh penting dalam perilaku konsumen saat

berbelanja. Indikator dalam penelitian ini menurut Sularso (2003) dan

Loudon dan Bitta (1993 : 551) antara lain jarak antar rak yaitu

posisi/letak (jauh dekatnya) antara rak yang satu dengan rak yang

lainnya yang mudah dijangkau, letak ketinggian produk dalam rak yaitu

ketinggian penempatan produk dalam setinggi mata di ikuti posisi

setinggi pinggang dan yang terkecil adalah posisi setinggi lutut, dan

besarnya luas yang digunakan produk dalam rak yaitu besarnya ruang

yang digunakan suatu produk, untuk menarik minat pembeli produk

harus mempunyai ruang yang cukup luas. Ruang yang luas biasanya

digunakan oleh produk baru dan produk yang laris.

Menurut Assael (1998 : 152) konsumen bisa terpengaruh untuk

melakukan impulse buying saat dia melihat suatu produk di dalam rak

(39)

26

2. Display

Menurut Loudon dan Bitta (1993 : 551) display (pajangan) (1993

: 551) yang menarik dapat mempengaruhi impulse buying. Display yang

menarik juga dapat mengubah suasana toko yang membosankan

menjadi tidak hanya lebih menarik tetapi juga meningkatkan penjualan.

Spesial display digunakan untuk memikat konsumen pada satu lebih

produk yang dijual di toko.

Produk yang dipajang di rak bisa berfungsi sebagai rangsangan

yang menarik konsumen untuk melihat dan membeli produk tersebut.

Produk yang habis di rak akan mendorong konsumen mencari produk

dengan merek lain, sehingga konsumen bisa berpindah merek.

Konsumen juga lebih tertarik untuk datang ke toko yang banyak barang

dagangannya sehingga konsumen memiliki banyak pilihan. Konsumen

mungkin enggan masuk toko yang persediaan barangnya sedikit.

Banyaknya barang dan kelengkapan barang seringkali menjadi daya

tarik konsumen untuk datang ke sebuah toko (Sumarwan, 2002 : 281).

Indikator dalam penelitian ini menurut Loudon dan Bitta (1993 :

551) antara lain POP (point of purchase) yaitu sebuah penunjuk atau

pemberi informasi (bisa dibilang penjual bisu) yang membantu

memudahkan konsumen dalam berbelanja misalnya : ada tulisan

didalam toko “barang A, dengan harga HEMAT Rp….!!!”, dan

kelengkapan jenis produk yaitu banyaknya barang yang dijual di suatu

(40)

3. Kemasan

Kemasan produk merupakan bagian penting dari suatu produk.

Setiap produk yang dihasilkan memiliki kemasan tersendiri sebagai

usaha untuk membedakannya dengan produk yang lain atau produk

yang dihasilkan oleh perusahaan pesaing lainnya.

Menurut Angipora (2002 : 186) kemasan produk adalah sesuatu

untuk menampung isi dan melindungi produk sewaktu di

pindah-pindahkan melalui saluran distribusi yang ditetapkan, sehingga peranan

kemasan saat ini dapat digunakan sebagai wadah untuk

mempromosikan suatu produk dan menjadikannya lebih mudah dan

lebih aman untuk digunakan.

Fungsi kemasan pada dasarnya mampu melakukan lebih dari

sekedar mengidentifikasikan suatu merek, mendaftar semua bahan,

menspesifikasikan ciri khas dan memberi petunjuk, tetapi suatu

kemasan sudah mampu secara jelas membedakan sebuah produk dari

produk pesaing. Indikator kemasan produk menurut Angipora (2002 :

186) antara lain desain, warna, bentuk, dan bahan yang menarik untuk

mencoba mempengaruhi pendapat dan perilaku konsumen melalui

penampilan kemasan produk yang menarik dan serasi sehingga mampu

mengarahkan konsumen untuk membeli.

4. Promosi

Menurut Tjiptono (1997 : 234) pada hakekatnya promosi adalah

(41)

28

pemasaran adalah aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan

informasi, mempengaruhi, membujuk dan mengingatkan pasar sasaran

atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan

loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Indikator promosi dalam penelitian ini (Tjiptono, 1997 : 229) antara

lain discount yaitu potongan harga yang diberikan oleh sebuah toko,

price pack yaitu paket tunggal yang dijual dengan pengurangan harga

seperti, beli satu dapat dua, dan hadiah yaitu barang yang diberikan

dengan gratis dari pembelian suatu produk tertentu.

Menurut Angipora (2002 : 338) promosi penjualan adalah

rangsangan jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan

suatu produk atau jasa. Promosi merupakan salah satu faktor penentu

suatu keberhasilan suatu informasi mengenai mutu, harga, macam

produk, dan lain-lain. Program promosi dirancang untuk menghasilkan

tindakan yang segera dan spesifik walaupun promosi penjualan

mungkin berkontribusi dalam membangun kesadaran atau sikap yang

menguntungkan terhadap suatu produk, namun penggunaanya terutama

adalah untuk mencapai efek penjualan jangka pendek daripada efek

jangka panjang.

5. Personal Selling

Menurut Hendri Ma’ruf (2005 : 192), Peronal Selling adalah

upaya penjualan yang dilakukan oleh para karyawan di gerai ritel

(42)

customer-contact personnel, yaitu orang-orang yang berhadapan

dengan pembeli, dengan sebutan pramuniaga atau salesman/

saleswoman.

Menurut Angipora (2002: 194), pelayanan diartikan sebagai suatu

tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain

(konsumen, pelanggan tamu, klien, pasien, penumpang dll) yang tingkat

pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun

dilayani.

Dalam mengambil keputusan pembelian didalam pasar swalayan

pelanggan akan membutuhkan bantuan pramuniaga terutama dalam hal

pencarian informasi produk yang akan dibeli maupun informasi lain

yang dapat mempermudah pengambilan keputusan, terutama

pengambilan keputusan impulse buying. Oleh karena itu, untuk

keberhasilan yang optimal dari upaya personall selling yang dilakukan

oleh para pramuniaga dan staf lain, diperlukan beberapa faktor yang

terkait, yakni: atitude, minat, keterampilan, dan aspek

lingkungan/organisasi perusahaan (2005 : 193).

Indikator dalam penelitian ini menurut Sugiarto (2002 : 36) antara

lain ramah dan sopan yaitu sikap yang dimiliki pramuniaga dalam

melayani konsumen, kemudahan dalam mendapatkan produk atau

barang yaitu ketanggapan pramuniaga di dalam memenuhi keinginan

konsumen untuk produk yang dibutuhkan, penampilan pramuniaga

(43)

30

2.2.5. Impulse Buying (Pembelian yang Tidak Direncanakan)

Konsumen sering kali membeli suatu produk tanpa direncanakan

terlebih dahulu. Keinginan untuk membeli seringkali muncul di toko atau

di Mal. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Display

pemotongan harga 50 % yang mencolok akan menarik perhatian

konsumen. Konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli produk.

Display tersebut telah membangkitkan kebutuhan konsumen yang tertidur.

Sehingga konsumen merasakan kebutuhan yang mendesak untuk membeli

produk yang dipromosikan tersebut. Keputusan pembelian yang seperti ini

disebut sebagai pembelian tidak direncanakan atau sering disebut

pembelian impuls (impulse purchasing) menurut Sumarwan (2002 : 311).

Sehingga berdasarkan kejadian yang sering dialami oleh konsumen

tersebut, maka situasional dalam Supermarket sangat berperan dalam

mempengaruhi pengambilan keputusan yang tidak direncanakan

sebelumnya.

Dalam impulse buying sebelumnya, konsumen cenderung

bergantung pada informasi di dalam Supermarket dan tidak terjadi

pengolahan informasi yang intensif. Sebagian besar pembelian produk

terutama barang-barang konsumen (consumer-goods purchase) dilakukan

di toko eceran.

Stern (1962) dalam Semuel (2006 : 105), menyatakan sembilan

(44)

1. Harga rendah : Harga produk yang rendah atau murah yang

ditawarkan.

2. Kebutuhan tambahan produk atau merek : Kebutuhan akan suatu

produk atau merek tertentu yang dibutuhkan oleh konsumen yang

biasanya bersifat impulsive (tidak terencana).

3. Distribusi massa : Banyaknya produk yang didistribusikan oleh toko

untuk dijual kepada konsumen.

4. Self service : Kebebasan yang diberikan oleh toko kepada konsumen

untuk memilih produk secara individu ketika melakukan kegiatan

belanja.

5. Iklan massa : Suatu kegiatan mengenalkan produk atau promosi secara

gencar untuk menarik perhatian konsumen.

6. Display produk yang menonjol : Penataan letak produk atau pajangan

produk yang terlihat menarik bagi konsumen.

7. Umur produk yang pendek : Produk yang mempunyai masa

kadaluarsa yang sebentar diantaranya barang-barang yang dikonsumsi

oleh konsumen

8. Ukuran kecil : Produk yang mempunyai ukuran kecil di mana

konsumen senang memilih produk yang mempunyai ukuran kecel agar

mudah di bawa.

9. Mudah disimpan : Produk yang memungkinkan dapat disimpan di

(45)

32

2.2.6. Pengaruh In Store Stimuli terhadap Impulse Buying.

Menurut Assael (1992 : 626) in store stimuli memiliki pengaruh

yang besar terhadap pembelian yang dilakukan oleh konsumen, terutama

impulse buying, karena seringkali konsumen justru membuat keputusan

pembelian pada saat berada di dalam toko daripada sebelum memasuki

toko. Buktinya, pengaruh in store stimuli seperti posisi rak, display,

pengepakan, dan harga menjadi lebih penting dari saat keputusan

pembelian direncanakan sebelumnya. In store stimuli yang diciptakan oleh

pihak pengelola toko dapat mempengaruhi konsumen di point penjualan.

Artinya, pernyataan tersebut juga didukung oleh Sularso (2003)

yang menyatakan bahwa penerapan rangsangan dalam toko, seperti

penataan (rak dan barang), display produk, promosi, kemasan dan

pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengelolah toko menjadi penting

karena berkaitan erat dengan impulse buying.

Dari uraian teori diatas dapat disimpulkan bahwa in store stimuli

yang baik kepada konsumen akan menimbulkan impulse buying dari

konsumen. Sehingga in store stimuli berpengaruh positif terhadap impulse

(46)

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

Jarak antar rak X1. 1

Letak ketinggian produkdalam rak X1. 2

Besarnya luas yangdigunakan produk dalam rak

X1. 3

POP (Point of purchase) X2. 1

Kelengkapan jenisproduk X2. 2

Discount (potonganharga) X3. 1

Price Pack X3. 2

Hadiah X3. 3

Ramah dan Sopan dalam melayani konsumen

X4. 1

Kemudahan dalam mendapatkan produk atau barang

X4. 2

(47)

34

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan model kerangka konseptual dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Diduga In Store Stimuli (X) berpengaruh positif terhadap Impulse

Buying (Y) di Minimarket Perdana Surabaya.

(48)

35

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah pernyataan

tentang definisi dan pengukuran variabel-vaiabel penelitian secara

operasional berdasarkan teori yang ada dalam pengalaman empiris. Dalam

usulan penelitian ini definisi operasionalnya terdiri dari : A. In Store Stimuli (X)

Merupakan strategi pemasaran yang diterapkan oleh pihak Toko

berupa rangsangan atau stimulus yang diciptakan agar dapat menarik

konsumen di dalam melakukan keputusan pembelian pada saat

berbelanja di dalam Toko. Menurut Sularso (2003) dimensi In Store Stimuli terdiri dari :

1. Penataan Rak (X1)

Merupakan pengaturan tata letak rak dan tata letak produk dalam

rak ( baik dari segi ketinggian dan luasnya) sehingga mudah untuk

di lihat dan dijangkau. Dengan indikator (Loudon dan Bitta 1993 :

551, dan Andi Sularso 2003) :

1.1). Jarak antar rak (X1.1) :

Posisi/Letak (jauh dekatnya) antara rak yang satu dengan rak

(49)

36

memudahkan konsumen untuk memilih produk dalam

berbelanja.

1.2). Letak ketinggian produk dalam rak (X1.2) :

Produk yang ditata dan disusun di dalam rak pada posisi

tertentu (posisi rak setinggi mata, setinggi pinggang, dan

yang terkecil setinggi lutut) agar produk di dalam rak mudah

dijangkau dan mudah terlihat oleh konsumen.

1.3). Besarnya luas yang digunakan produk dalam rak (X1.3) :

Ruang yang digunakan suatu produk di dalam rak, agar

antara produk yang satu dengan produk yang lain di dalam

rak tidak terlalu sempit.

2. Display (X2)

Merupakan Pajangan produk yang dibuat dan di desain secara

khusus, bagus, menarik, diletakkan di tempat tertentu dan strategis

sehingga dapat menarik konsumen untuk melihat dan membeli.

Dengan indikator (Loudon & Bitta 1993 : 551) :

2.1). POP (point of purchase) (X2.1) :

Sebuah penunjuk atau pemberi informasi (bisa dibilang

penjual bisu) yang membantu memudahkan konsumen dalam

berbelanja di Minimarket Perdana.

2.2). Kelengkapan jenis produk (X2.2) :

Mencakup penilaian konsumen terhadap kelengkapan produk

(50)

3. Promosi (X3)

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Minimarket Perdana

dengan tujuan utama untuk menginformasikan, membujuk,

mempengaruhi dan mengingatkan konsumen agar konsumen

membeli produk yang dihasilakan. Dengan indkator (Fandy

Tjiptono, 1997 : 229):

3.1). Discount (potongan harga) (X3.1) :

Diskon langsung diluar daftar harga untuk tiap pembelian

selama periode tertentu di Minimarket Perdana, agar

penawaran tersebut dapat mendorong konsumen untuk

membeli sejumlah jenis barang baru.

3.2). Price Pack (X3.2) :

Paket tunggal yang dijual dengan pengurangan harga seperti,

beli satu dapat dua yang ditawarkan di Minimarket Perdana.

(3.3). Hadiah (X3.3):

Barang yang diberikan oleh Minimarket Perdana dari

pembelian produk tertentu.

4. Pelayanan paramuniaga (X4)

Yaitu tindakan yang dilakukan oleh pramuniaga untuk memenuhi

kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, dll) yang

tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang

melayani maupun yang dilayani (Sugiarto, 2002 : 36). Dengan

(51)

38

4.1). Ramah dan sopan (X4.1) :

Sikap yang ramah dan sopan yang dimiliki pramuniaga akan

membentuk persepsi pelanggan didalam memutuskan

berbelanja di Minimarket Perdana.

4.2). Kemudahan dalam mendapatkan produk atau barang (X4.2) :

Pramuniaga Minimarket Perdana harus tanggap dan sigap

terhadap keinginan konumen dalam mendapatkan sebuah

produk atau barang yang diinginkan.

4.3). Penampilan pramuniaga (X4.3) :

Penampilan pramuniaga Minimarket Perdana dalam melayani

konsumen harus memperhatikan kebersihan dan kerapian

agar menimbulkan daya tarik yang besar sebagai promosi

tidak langsung.

B. Impulse Buying (Y)

Adalah pembelian yang dilakukan secara spontan tanpa direncanakan

terlebih dahulu, pembelian yang terjadi dikarenakan in store stimuli

yang membuat konsumen merasakan kebutuhan yang mendesak atas

suatu produk. Dengan indikator menurut Stern (1962) dalam Semuel

(2006 : 105)) :

1.) Harga rendah (Y1) :

Harga produk yang rendah atau murah yang ditawarkan oleh

(52)

2.) Kebutuhan tambahan produk atau merek (Y2) :

Kebutuhan akan suatu produk atau merek tertentu yang

dibutuhkan oleh konsumen yang biasanya bersifat impulsive

ketika konsumen berada di dalam Minimarket Perdana.

3.) Distribusi massa (Y3):

Banyaknya produk yang didistribusikan oleh Minimarket Perdana

untuk dijual kepada konsumen.

4.) Self service (Y4) :

Kebebasan yang diberikan oleh Minimarket Perdana kepada

konsumen untuk memilih produk secara individu ketika

melakukan kegiatan belanja.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala interval. Dan skala pembentukan yang digunakan adalah dengan menggunakan semantic differensial (pembeda skala) yaitu skala yang mengukur arti obyek penelitian dengan memberikan hanya dua kategori

ekstrim. Analisis ini digunakan dengan meminta responden untuk

menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan

dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang

dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini mengikuti pola berikut:

1 7

(53)

40

* Jawaban dengan nilai 1 berarti sangat tidak membenarkan pernyataan

yang diberikan.

* Jawaban dengan nilai 7 berarti sangat membenarkan pernyataan yang

diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu

yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh konsumen yang sedang berbelanja di Minimarket

Perdana Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (Ferdinand, 2002 : 48).Teknik

penentuan sampel yang dipergunakan adalah probability sampling

yaitu penentuan sampel secara acak dengan menggunakan teknik

simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana (Sugiyono, 1999:75) di mana sampel memiliki karakteristik

dan memiliki kesempatan yang sama dengan yang lainnya untuk

dipilih menjadi anggota sampel. Karakteristik sampel yang akan

diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Konsumen yang telah dianggap dewasa dan mengerti tentang apa

yang dimaksudkan oleh peneliti dalam penelitian dengan usia

(54)

2. Konsumen yang sedang berbelanja di Minimarket Perdana

Surabaya dan sebelumnya pernah melakukan impulse buying. Sesuai dengan ketentuan alat analisis SEM sebagaimana ditentukan,

jumlah sampel yang digunakan berdasarakan pertimbangan pedoman

pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002 : 48) adalah sebagai

berikut :

1. 100-200 sampel untuk teknik maximum likehood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variable laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.

Bila terdapat 20 indikator maka besarnya adalah 100-200. Jadi

sampel yang diambil adalah 15 x 7 = 105 responden.

Dalam mencari sampel dapat menggunakan Rumus (Paguso, Garsia

dan Guerrero yang dikutip oleh Umar 2000:146).

n =

2

1 Ne

N +

Di mana : n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.

Ukuran populasi mengacu pada jumlah pengunjung terakhir bulan

(55)

42

ditentukan adalah sebesar 10 %. Maka diperoleh jumlah sampel yang

akan diambil :

n = 857 = 89,550 orang 1+ (857 x 0,01)

Dalam penelitian ini sampel yang diambil menurut pedoman SEM

yaitu 105 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

Data primer

Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian,

dengan menyebarkan daftar pertanyaan (kuisoner) kepada konsumen yang

sedang berbelanja di Minimarket Perdana Surabaya.

3.3.2. Sumber Data

Data diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada konsumen yang sedang

berbelanja di Minimarket Perdana Kebonsari Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :

a. Kuisoner, merupakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa

(56)

b. Wawancara, merupakan teknik pegumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek

penelitian guna melengkapi data dalam penelitian ini.

3.4 Teknik Analisis SEM dan Uji Hipotesis

Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan teknik – teknik

statistical yang memungkinkan pengukuran sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Metode ini bukan untuk menghasilkan teori melainkan “mengkonfirmasi” teori.

1. Asumsi Model [Structural Equation Modeling] a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data

atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan skewness value

yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai

statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value.

Pada tingkat signifikansi 1% jika nilai Z lebih besar dari nilai

kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tindak

normal.

(57)

44

4) Linieritas denagn mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya

untuk menduga ada tidaknya Linieritas.

b. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier.

2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [χ] pada

df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai χ adalah multivariate outlier.

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi- observasi

lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah

variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair, 1998).

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant Matriks Covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas

(Tabachnick & Fidell, 1998).

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh

sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran

atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah

(58)

sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk

yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari

setiap latent variable construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability

dan variance-extracted. Construct reliability dan variance-extracted dihitung dengan rumus berikut:

Construct Reliability = [ ∑ Standardize Loading

[ ∑ Standartdize Loading ]² + ∑Єj ]

Variance Extracted = ∑ [ Standartdize Loading² ] ∑ [ Standartdize Loading²]+∑Єj Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj

2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

=1 –

[Standardize Loading]. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0.7 dan Variance Extracted ≥ 0.5

(Hair et.al, 1998). standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap Construct Standardize Regression weighty terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi

(59)

46

Ratio/ p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas

hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data

empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai model yang diperkuat. Sebaliknya,

suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai

suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai

Gambar

Tabel 1.1 :  Data Jumlah Konsumen Minimarket Perdana Kebonsari
Tabel 1.2 :  Data Penjualan Minimarket Perdana Kebonsari Surabaya
Tabel 2.1. Macam Peranan dalam Perilaku Konsumen
Gambar 2.1. Proses Keputusan Pembelian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada pelanggan yang membeli produk susu cair Frisian Flag di Giant Margorejo

Oleh karena itu, lingkungan berbelanja merupakan faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi perilaku berbelanja konsumen dalam menentukan pilihan untuk membeli produk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak sales promotion, store atmosphere terhadap impulse buying pada konsumen Starbucks Coffee, Solo Paragon Mall,

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada Konsumen yang memiliki handphone Nokia lebih dari 1 dan

Hasil uji interaksi menunjukkan bahwa semakin konsumen memiliki waktu luang untuk berbelanja semakin memperkuat pengaruh variabel Kewajaran Harga dan in Store

Secara parsial sub variabel bauran eceran produk, suasana toko, dan lokasi memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada minimarket di

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada Konsumen yang memiliki handphone Nokia lebih dari 1 dan

Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel Hedonic Shopping Value (X 3 ) yang merupakan variabel dominan dan signifikan terhadap Impulse Buying (Y) konsumen pada Diana