KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI
DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN KECAMATAN
TABANAN KABUPATEN TABANAN
SKRIPSI
Oleh :
I PUTU TEGUH PARAMARTA
KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
i
KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI
DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN
KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh
I PUTU TEGUH PARAMARTA NIM. 1205315088
KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
ii
PERYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Denpasar, 8 Januari 2016 Yang menyatakan,
iii
ABSTRACT
I Putu Teguh Paramarta. NIM. 1205315088. Feasibility Livestock Pigs In UD Sindi Mandiri Bongan Village, Tabanan District. Supervised by: Prof. Dr. Ir. I Made Antara, M.S, and Putu Udayani Wijayanti, S.P., M.Agb.
Agriculture is the utilization of biological resources is done by humans to produce food, industrial raw materials or energy sources, as well as the management of the environment. One of the sub sector of agriculture is contained in sub-farms. Husbandry is the breeding and raising livestock for the benefit and the results of those activities. Pigs become one of the most popular animals to be developed in several regions in Indonesia, especially Bali. One pig farm in the province of Bali are in Tabanan and is located in the center of the business Tabanan pigs at UD Sindi Independent located in the village Bongan, District of Tabanan, Tabanan.
This study discusses the feasibility of financial, non-financial feasibility and constraints - constraints faced in running the business of pigs. Discussed about the financial feasibility aspects of non-discounting which includes break-even point and payback period while discounting aspects which include net present value, net benefit / cost ratio, gross benefit / cost ratio, internal rate of return and sensitivity analysis. To determine the limit on the ability of the project resulted in a profit comparison calculation using discount factor of 12% and a discount factor of 19% of non-financial .Kelayakan discussed on several aspects, including technical aspects, marketing aspects, management aspects, legal aspects / legal and environmental aspects. It also conducted interviews and observation to determine constraints - constraints faced in running the business of pigs at UD Sindi Mandiri so it can look for a solution or a way out to overcome any obstacles encountered in conducting business activities breeder pigs.
The results showed that businesses pigs at UD Sindi Mandiri financially feasible if the review of the value of the break even point, the payback period, net present value, net benefit / cost ratio, gross benefit / cost ratio, internal rate of return and sensitivity analysis. In non-financial businesses viable pigs when viewed from the technical aspects, marketing aspects, management aspects, legal aspects / legal and environmental aspects. While constraints - constraints faced in running the business of cattle can be solved. Pig breeders need to develop marketing strategies, technology infrastructure in order to be efficient production, increased quality and production can be increased.
iv ABSTRAK
I Putu Teguh Paramarta. NIM. 1205315088. Kelayakan Usaha Ternak Babi di UD Sindi Mandiri Desa Bongan Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Made Antara, M.S, dan Putu Udayani Wijayanti, S.P., M.Agb.
Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Salah satu sub sektor yang terdapat dalam pertanian adalah sub peternakan. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Babi menjadi salah satu hewan ternak yang populer untuk dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia khususnya Bali. Salah satu peternakan babi di Provinsi Bali terdapat di Kabupaten Tabanan dan terletak di pusat Kota Tabanan yakni usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang berlokasi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan.
Penelitian ini membahas mengenai kelayakan finansial, kelayakan non finansial dan kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi. Kelayakan finansial dibahas mengenai aspek non discounting yang meliputi break event point dan payback period sedangkan aspek discounting yang meliputi net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return
dan analisis sensitivitas. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19%. Kelayakan non finansial membahas mengenai beberapa aspek yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum dan aspek lingkungan. Selain itu juga dilakukan wawancara dan obeservasi untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri sehingga dapat dicarikan solusi atau jalan keluar untuk mengatasi setiap kendala yang dihadapi peternak dalam menjalankan kegiatan usaha ternak babi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri layak secara finansial jika ditinjau dari nilai break event point, payback period, net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return
dan analisis sensitivitas. Secara non finansial usaha ternak babi layak jika ditinjau dari aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek lingkungan. Sedangkan kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak sudah dapat diatasi. Peternak babi perlu mengembangkan strategi pemasaran, sarana dan prasarana teknologi agar produksi menjadi efesien, kualitas meningkat dan produksi dapat ditingkatkan.
v
RINGKASAN
Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Salah satu sub sektor yang terdapat dalam pertanian adalah sub peternakan. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Sektor peternakan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, penyedia lapangan kerja dan investasi bagi masyarakat yang memiliki ternak.
Usaha ternak babi sebagaian besar dikembangkan/dipelihara oleh masyarakat Bali karena sosial budaya dan tradisi yang berkembang di Bali. Baberapa jenis babi yang diusahkan peternak indonesia seperti: landrace, pietrain, duroc, saddle back
dan babi lokal. Jenis babi landrace merupakan jenis babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace merupakan hasil persilangan antara pejantan large white
dengan induk / betina lokal. Babi ini berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon) berkualitas tinggi. Berdasarkan data pupulasi ternak babi menurut Kabupaten yang diketahui oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali pada tahun 2013 Kabupaten Tabanan menduduki peringkat ke empat sebagai populasi ternak babi terbanyak pada tahun 2013 yang berjumlah sebesar 91.770 ekor/tahun.
Salah satu peternakan babi yang terdapat di Kabupaten Tabanan dan terletak di pusat Kota Tabanan adalah usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang berlokasi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Peternakan babi ini dikelola oleh bapak I Nyoman Sukarsa beserta keluarga.
Penelitian ini membahas mengenai kelayakan finansial, kelayakan non finansial dan kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi. Kelayakan finansial dibahas mengenai aspek non discounting yang meliputi break event point dan payback period sedangkan aspek discounting yang meliputi net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return,
vi
ternak yang sudah dilakukan menggunakan metode break even point dan analisis sensivitas digunakan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan discount factor 12% dan discount factor 19%.
Kelayakan non finansial membahas mengenai beberapa aspek yang meliputi aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hokum, dan aspek lingkungan. Aspek teknis membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya yang menyangkut hal-hal seperti masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan jenis teknologi yang akan digunakan. Aspek pemasaran membahas tentang faktor strategis atau kunci dari keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk atau jasa dari suatu perusahan. Aspek manajemen membahas tentang pelaksanan suatu pekerjaan melalui orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Aspek legal/hukum membahas tentang studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan atau ijin yang ditinjau dalam bidang hukum yang berlaku di Indonesia. Aspek lingkungan membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Wawancara dan obeservasi dilakukan untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri sehingga dapat dicarikan solusi atau jalan keluar untuk mengatasi setiap kendala yang dihadapi peternak dalam menjalankan kegiatan usaha ternak babi.
vii
payback period selama 15 periode atau 7,5 tahun yang berarti dalam kurun waktu 7,5 tahun peternak sudah mampu mengembalikan seluruh modal investasinya yaitu
sebesar Rp 152.760.000 (∑Bt – Ct = Ko). Aspek discounting yang terdiri dari nilai
net present value UD Sindi Mandiri sebesar Rp. 55.102.406 yang berarti proyek usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri dapat diterima karana nilai NPV positif atau lebih besar daripada nol dan layak untuk dilanjutkan, nilai nilai net benefit/cost ratio sebesar 1.29, nilai gross benefit/cost ratio sebesar 1.16 yang berarti usaha ternak babi layak untuk dilanjutkan karana nilai net benefit/cost ratio dan nilai gross benefit/cost ratio lebih besar dari > 1, nilai internal rate of return sebesar sebesar harga pakan naik sebesar 10%, harga jual ternak turun sebesar 10% dan harga pakan naik sebesar 10%, harga jual ternak naik sebesar 10% dan harga pakan turun sebesar 10% dari penjelasan diatas didapatkan kesimpulan bahwa usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang dijalankan selama dua puluh siklus produksi atau sepuluh tahun layak untuk diteruskan, karena diperoleh nilai break even point harga, break even point unit lebih besar dari pada titik impas dengan harga yang lebih tinggi dari yang merupakan tingkat suku bunga yang berlaku di bank yang berarti feasible (Nilai IRR > Suku Bunga Bank).
viii
memiliki bobot rata – rata 120Kg/ekor–130kg/ekor secara berkesinambungan, dari segi aspek manajemen layak karana manajemen yang dilakukan sangat terkontrol dalam pelaksanaan setiap kegiatan usaha ternak yang dilkakukan dapat ditangani dengan baik walaupun semua tenaga kerja merupakan satu keluarga, dari segi aspek legal/hukum usaha ternak babi layak karana memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP KECIL) dengan nomer: 517/462/PK/PERPJ/BPMPD yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan, Bidang Penanaman Modal dan Perijinan Daerah dan dari segi aspek lingkungan usaha ternak babi dikatakan layak karana limbah yang dihasilkan kegiatan usaha ternak babi dapat diatasi, bahkan dapat memberikan pemasukan tambahan karana adanya proses pengolahan kotoran ternak babi menjadi pupuk kompos yang memiliki nilai ekonomis, sedangkan kendala - kendala yang dihadapi mulai ketersedian pakan ternak dan kenaikan harga jual pakan sudah dapat diatasi oleh peternak dengan penyedian pakan alternatif (ampas tempe, ampas tahu, kangkung dan makanan sisa), sehingga pemberian pakan tidak tergantung pakan modern (carun).
ix
KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI
DI UD. SINDI MANDIRI DESA BONGAN
KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN
I Putu Teguh Paramarta 1205315088
Menyetujui,
Tanggal Lulus : 21 Januari 2016 Pembimbing I,
Prof. Dr. Ir. Made Antara, M.S NIP. 19541225 198102 1 001
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP. 19630515 1988 1 001
Pembimbing II,
x
KELAYAKAN USAHA TERNAK BABI
DI UD SINDI MANDIRI DESA BONGAN
KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN
Dipersiapkan dan diajukan oleh
I Putu Teguh Paramarta
NIM. 1205315088
Telah diuji dan dinilai oleh tim penguji
Pada tanggal : 21 Januari 2016
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No: 12/UN14.1.23/DL/2016
Tanggal: 21 Januari 2016 Tim penguji skripsi adalah:
xi
RIWAYAT HIDUP
I Putu Teguh Paramarta lahir di Br. Curah, 10 Maret 1994.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan I Kade Weta dan Ni Wayan Suartini.
Pendidikan dasar ditempuh di Taman Kanak – kanak
Tunas Mekar pada tahun 1999 yang kemudian di lanjutkan di
Sekolah Dasar Negeri No 3 Gubug pada tahun 2000 - 2006. Selanjutnya melanjutkan
ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kerambitan, pada tahun
2006 - 2009. Setelah penulis menyelesaikan tingkat pendidikan SMP, penulis
malanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Tabanan pada tahun
2009 - 2012. Selanjutnya, peneliti melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
Negeri di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana melalui jalur
PMDK Gelombang Pertama pada tahun 2012. Selama masa kuliah, peneliti pernah
mengikuti kegiatan kepanitiaan di Fakultas dan Jurusan. Salah satunya yaitu sebagai
anggota sie acara dalam kegiatan Gelar Ekpresi Mahasiswa Agribisnis pada tahun
2013 dan 2014. Peneliti juga pernah memperoleh beasiswa PPA periode tahun 2012
xii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya skripsi yang berjudul “Kelayakan Usaha Ternak Babi di UD Sindi Mandiri Desa Bongan Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. I Nyoman Rai, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
2. Ir. I Wayan Widyantara, MP selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS sebagai pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan penuh kasih selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Ucapan yang sama juga penulis ucapkan kepada Putu Udayani Wijayanti, SP., M.Agb sebagai pembimbing II yang penuh kesabaran memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan penuh kasih sayang kepada penulis. 5. Ir. Dewa Gede Agung, M.MA selaku Pembimbing Akademik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian dan seluruh staf Fakultas Pertanian yang telah memberikan segala fasilitas kepada penulis.
7. I Nyoman Sukarsa sekeluarga selaku pemilik usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang telah memberikan izin, dan membantu penulis untuk mengumpulkan data penelitian.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dan memberikan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukannya. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Denpasar, 8 Januari 2016
xiii
DAFTAR ISI
xiv
3.1.3 Batasan maksimal proyek menghasilkan keutungan ... 67
5.2 Kelayakan Non Finansial Usaha Tenak Babi... 68
5.2.1 Aspek teknis ... 68
5.2.2 Aspek pemasaran ... 70
5.2.3 Aspek manajemen. ... 72
5.2.4 Aspek legal/hukum ... 73
xv
5.3 Kendala – Kendala Yang Dihadapi Usaha Ternak
Babi UD. Sindi Mandiri ... 75
5.3.1 Kenaikan harga pakan ternak ... 76
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
6.1 Kesimpulan ... 77
6.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman 1. Biaya Investasi Siklus Produksi Penggemukan Babi ... 83 2. Biaya Operasional Siklus Produksi Penggemukan Babi dari
Tahun ke Nol Sampai Tahun ke Sepuluh ... 94 3. Aliran Kas Masuk Usaha Penggemukan Babi UD. Sindi
Mandir ... 95 4. Aliran Kas Keluar Usaha Penggemukan Babi UD. Sindi
Mandiri ... 96 5. Estimation Cash In Flow dan Cash Out Flow Usaha
Penggemukan Babi UD. Sindi Mandiri ... 97 6. Aliran Kas Masuk Sensitivitas dari Penurunan Harga Jual
Babi Sebesar 10% ... 98 7. Aliran Kas Keluar Sensitivitas dari Penurunan Harga Pakan
Babi Sebesar 10% ... 99 8. Estimation Cash In Flow and Cash Out Flow dari Penurunan
Harga Jual Babi 10% dan Penurunan Harga Pakan 10% ... 100 9. Aliran Kas Masuk Sensitivitas dari Kenaikan Harga Jual
Babi Sebesar 10% ... 101 10. Aliran Kas Keluar Sensitivitas dari Kenaikan Harga Pakan
Babi Sebesar 10% ... 102 11. Estimation Cash In Flow and Cash Out Flow dari Kenaikan
Harga Jual Babi 10% dan Kenaikan Harga Pakan 10% ... 103 12. Aliran Kas Masuk Sensitivitas dari Penurunan Harga Jual
Babi Sebesar 10% ... 104 13. Aliran Kas Keluar Sensitivitas dari Kenaikan Harga Pakan
Babi Sebesar 10% ... 105 14. Estimation Cash In Flow and Cash Out Flow dari Penurunan
Harga Jual Babi 10% dan Kenaikan Harga Pakan 10% ... 106 15. Aliran Kas Masuk Sensitivitas dari Kenaikan Harga Jual
xix
16. Aliran Kas Keluar Sensitivitas dari Penurunan Harga Pakan
Babi Sebesar 10% ... 108 17. Estimation Cash In Flow and Cash Out Flow dari Kenaikan
Harga Jual Babi 10% dan Penurunan Harga Pakan 10% ... 109 18. Tingkat Suku Bunga Tabungan Berlaku di Bank 12%
Proyek Layak Dilaksanakan... 110 19. Batas Maksimal Kemampuan Proyek Menghasilkan
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri
atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan
sumber daya hayati yang termasuk kedalam pertanian biasa dipahami orang
sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak
karana secara umum pertanian mencangkup pertanian tanaman pangan,
kehutangan, perkebungan, perternakan dan perikanan (Bukhori, 2014).
Salah satu sub sektor yang terdapat dalam pertanian adalah sub
peternakan. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari
kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaan
saja, perbedaan pemeliharaan dan peternakan terletak pada tujuan yang
ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan
prinsip - prinsip manajemen pada faktor - faktor produksi yang telah
dikombinasikan secara optimal (Asia, 2003).
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu
peternakan hewan besar seperti sapi, babi, kerbau, dan kuda, sedangkan kelompok
kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci, dan bebek. Sektor
peternakan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani,
penyedia lapangan kerja dan investasi bagi masyarakat yang memiliki ternak.
Usaha ternak babi sebagaian besar dikembangkan/dipelihara oleh masyarakat Bali
2
Perkembangan sub sektor peternakan di Indonesia dapat dilihat dari
pertumbuhan produksi dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap hasil
perternakan baik berupa daging, telur, susu dan sebagainya. Adanya impor
daging di Indonesia saat ini menunjukan besarnya tingkat konsumsi daging
oleh masyarakat indonesia tapi tidak dibarengi oleh peningkatan produksi daging
dalam negeri. Salah satu hal yang mempengaruhi meningkatnya permintaan
daging adalah peningkatan jumlah penduduk. Seharusnya hal ini menjadi
peluang bagi peternak lokal dan pemerintah untuk mengembangkan sektor
peternakan agar tercapainya swasembada daging, selain mampu memenuhi
permintaan daging sekaligus membantu mensejahtrakan masyarakat dimana
dengan dibukanya peternakan baru akan membantu mengurangi angka
pengangguran karena adanya penyerapan tenaga kerja atau terbukanya
peluang usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan bagi masyarakat.
Menanggapi kekurangan produksi daging di dalam negeri pemerintah
telah menetapkan beberapa kebijakan yang diharapkan mampu meningkatkan
produksi ternak dalam negeri secara berkelanjutan. Menurut Ilham dan
Karyasa 2002) kebijakan yang dianjurkan dalam mengatasi kekurangan produksi
daging di dalam negeri tersebut diantaranya adalah pengembangan program
inseminasi buatan, program pengembangan pola kemitraan, dan program
pemberantasan penyakit. Selain itu tersedianya pasar khusus ternak, peraturan
ketetapan harga jual ternak, subsidi pakan, obat – obatan, dan bibit ternak serta
adanya kerja sama dengan perusahan pengolahan hasil ternak tentu menjadikan
sektor peternakan di indonesia sebagai sektor yang berperan penting untuk
3
Babi menjadi salah satu hewan ternak yang populer untuk dikembangkan
di beberapa daerah di Indonesia khususnya Bali. Masyarakat di Bali
mengembangbiakkan ternak babi karena secara sosial budaya daging babi
sangat dibutuhkan terutama pada saat hari raya keagamaan, seperti hari raya
Galungan dan Kuningan. Baberapa jenis babi yang diusahakan peternak
indonesia seperti: landrace, pietrain, duroc, saddle back dan babi lokal. Jenis babi
landrace merupakan jenis babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace
merupakan hasil persilangan antara pejantan large white dengan induk/betina
lokal. Babi ini berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon)
berkualitas tinggi. Babi landrace memiliki ciri – ciri karkas sangat panjang, paha
besar, daging dibawah dagu gemuk dan kaki yang pendek, konversi pakannya
baik dan sangat besar, sehingga cocok untuk memperbaiki mutu genetik ternak
babi di daerah tropis seperti indonesia.
Data Badan Pusat Statistik Provinisi Bali tahun 2013 menunjukan
populasi ternak babi mengalami penurunan dari tahun 2009 – 2013. Pada
tahun 2009 populasi ternak babi sebesar 925.290 ekor/tahun pada tahun 2010
populasi ternak babi mengalami penurunan menjadi 918.087 ekor/tahun,
kemudian pada tahun 2011 produksi ternak babi mengalami peningkatan
menjadi sebesar 922.739 ekor/tahun. Peningkatan produksi tidak berlangung
secara berkelanjutan karana pada tahun 2012 populasi ternak babi mengalami
penurunan menjadi sebesar 890.420 ekor/tahun. Begitu pula pada tahun 2013
populasi ternak babi kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 860.117
4
Penurunan populasi ternak babi biasanya disebabkan oleh harga pakan
babi yang tidak stabil, jika harga pakan babi mengalami pelonjakan harga namun
tidak diikuti oleh meningkatnya harga jual babi, hal ini menyebabkan peternak
tidak maksimal dalam memperoleh keuntungan, bahkan juga bisa mengalami
kerugian. Adapun hal lain yang menyebabkan berkurangnya populasi ternak babi
akibat terjangkitnya oleh virus – virus atau penyakit yang menyebabkan babi
sakit hal tersebut berpotensi mengakibatkan hewan ternak mati sebelum siap
panen yang berdapak pada semakin besarnya kerugian yang diderita peternak
karena tidak adanya keuntungan yang diperoleh maupun pengembalian modal
selama siklus produksi. Hal ini berdampak berkurangnya jumlah ternak babi yang
di pelihara peternak yang sekaligus berakibat pada menurunnya jumlah
populasi ternak babi dari tahun ketahun. Berdasarkan penjelasan sebelumnya
dapat diketahui bahwa populasi ternak babi yang terdapat di Provinsi Bali pada
tahun 2013 secara keseluruhan sebesar 860.117 ekor/tahun. Angka tersebut
didapatkan dari populasi ternak babi tiap – tiap Kabupaten yang terdapat di
Provinsi Bali (Badan Pusat Statistik Bali, 2013).
Populasi ternak babi tertinggi pada tahun 2013 berlokasi pada
Kabupaten Buleleng sebesar 207.689 ekor/tahun, yang selanjutnya diikuti oleh
Kabupaten Karangasem sebesar 145.725 ekor/tahun, Kabupaten Giayar sebesar
134.338 ekor/tahun, Kabupaten Tabanan sebesar 91.770 ekor/tahun, Kabupaten
Badung sebesar 86.223 ekor/tahun, Kabupaten Jembrana 75.232 ekor/tahun,
Kabupaten Bangli sebesar 68.274 ekor/tahun, Kabupaten Klungkung sebesar
5
ternak babi pada tahun 2013 adalah Kota Denpasar yakni sebesar 16.517
ekor/tahun (Badan Pusat Statistik Bali, 2013)
Berdasarkan data populasi ternak babi menurut Kabupaten yang
diketahui oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali pada tahun 2013
Kabupaten Tabanan menduduki peringkat ke empat sebagai populasi ternak
babi terbanyak pada tahun 2013 yang berjumlah sebesar 91.770 ekor/tahun.
Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Tabanan merupakan salah satu
penghasil ternak babi terbesar di Provinsi Bali dan sekaligus pemasok
kebutuhan daging babi di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, dan Kota
Denpasar. Kota Denpasar merupakan salah satu daerah pengkonsumsi daging
babi dengan jumlah terbanyak di Provinsi Bali, hal tersebut dikaranakan Kota
Denpasar merupakan Ibu Kota dari Provinsi Bali dengan jumlah pendunduk
terpadat diantara daerah di Provinsi Bali.
Alasan Kabupaten Tabanan menjadi salah satu pemasok kebutuhan daging
ke Kota Denpasar adalah akses jarak distribusi yang relatif dekat dengan Kota
Denpasar, sehingga memudahkan bagi para peternak maupun pejual daging babi
untuk memasarkan ternak babi maupun daging babinya ke Kota Denpasar selain
memasarkan ternak dan daging babi di Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten
Badung, selain faktor jarak yang mendukung untuk memasarkan ternak babi
ada hal lain yang mendukung dalam pemasaran tersebut yaitu adanya fasiltas
dan transportasi yang memadai dan mendukung dalam memasarkan ternak
babi sampai ke tangan konsumen. Fasilitas dan alat transportasi pendukung
6
mendistibusikan/menyalurkan ternak babi maupun daging babi yang akan
dipasarkan di Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Badung.
Besarnya populasi ternak babi yang terdapat di Kabupaten Tabanan
dapat dilihat dari banyaknya peternakan babi yang terdapat di Kabupaten
Tabanan. Salah satu peternakan babi yang terdapat di Kabupaten Tabanan
dan terletak di pusat Kota Tabanan adalah usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri
yang berlokasi di Desa Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan.
Peternakan babi ini dikelola oleh bapak I Nyoman Sukarsa beserta keluarga.
Lokasi peternakan babi yang sangat strategis yakni berada dekat dengan pusat
Kota Tabanan dan memiliki akses jarak yang dekat dengan Kabupaten Badung
dan Kota Denpasar serta tersedianya fasilitas pendukung yang mumpuni
seperti jalan dan aliran listrik turut mempengaruhi perkembangan usaha
peternakan babi di UD Sindi Mandiri.
Ternak babi yang sudah siap jual/panen biasanya dibeli langsung oleh
pihak perorangan maupun perusahan salah satunya rumah pemotongan hewan
(RPH) yang selajutnya daging hasil pemotongan ternak babi tersebut dipasarkan
ke pasar tradisonal yang terdapat di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, dan
Kota Denpasar. Keberlanjutan suatu usaha ternak babi sangat ditentukan oleh
proses dan hasil akhir dari siklus produksi yang berjalan, ketersedian pakan
ternak, bibit ternak, obat – obatan, pemasaran, sosial ekonomi, dan lingkungan.
Pemasaran hasil ternak harus memiliki standar kualitas pasar atau mampu
memenuhi permintaan konsumen agar produk (ternak babi) yang dipasarkan laku
7
setiap kegiatan produksi yang dilakukan. Hal tersebut juga berlaku pada
keberlangsungan usaha ternak babi yang terdapat di UD Sindi Mandiri.
Kendala yang sering dihadapi usaha ternak babi adalah kenaikan harga
jual pakan ternak yang berdampak pada penambahan biaya yang dikeluarkan
peternak dalam menjalankan setiap siklus, selain kendala kenaikan harga pakan
ada beberapa kendala lain yang dihadapi peternak dalam menjalankan usaha
ternak babinya seperti fluktuasi harga jual ternak babi, dan daging babi dipasaran
serta pencemaran lingkungan yang berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha
ternak babi. Kendala inilah yang mempengaruhi keberlanjutan usaha peternakan
babi dari aspek produksi, keuangan dan pemasaran. Masalah dari aspek sosial
ekonomi dan lingkungan yaitu terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah
dari usaha ternak babi yang belum dikelola dengan baik dapat merusak
lingkungan, mengganggu kesehatan masyarakat, dan kenyamanan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian mengenai
kelayakan usaha ternak babi perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan
finansial, non finasial dan kendala – kendala yang dihadapi peternak babi dalam
menjalankan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri. Pemilihan lokasi penelitian
di UD Sindi Mandiri dilakukan berdasarkan lokasi tersebut belum pernah
dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha ternak babi yang ditinjau
dari aspek finansial dan non finasial, dengan dilakukannya penelitian
kelayakan usaha ternak babi ini daharapkan dapat diketahui seberapa layak
usaha ternak babi yang sudah dijalankan selama kurun periode tertentu dan
mengetahui bagaimana kondisi beserta kendala – kendala yang dihadapi
8
1.2
Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas terdapat permasalahan yang
menarik untuk diteliti antara lain:
1. Bagaimana kelayakan finansial usaha ternak babi di Desa Bongan,
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan ?
2. Bagaimana kelayakan non finansial usaha ternak babi di Desa Bongan,
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan ?
3. Apa kendala – kendala yang dihadapi peternak babi dalam menjalankan
usaha ternak babinya ?
1.3
Tujuan PenelitianTujuan penelitaian ini dilakukan untuk mengetahui:
1. Kelayakan finansial usaha ternak babi di Desa Bongan, Kecamatan
Tabanan, Kabupaten Tabanan.
2. Kelayakan non finansial usaha ternak babi di Desa Bongan, Kecamatan
Tabanan, Kabupaten Tabanan.
3. Kendala – kendala yang dihadapi peternak babi dalam menjalankan usaha
ternak babinya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari dilakukannya penelitian ini untuk :
1. Pengusaha, sebagai informasi untuk menggambarkan kelayakan usaha
9
2. Pemerintah, sebagai informasi dalam pembuatan suatu program atau
kebijakan yang tepat sasaran seperti kredit modal usaha.
3. Aspek akademik, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi contoh
kajian penerapan suatu teori ke dalam kasus nyata.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitaian yang dilakukan mencangkup kelayakan
finansial, kelayakan non fonansial, dan kendala – kendala yang dihadapi dalam
menjalankan usaha ternak babi pada UD Sindi Mandiri yang berada di Desa
Bongan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Analisis kelayakan finansial
dibahas mengenai aspek non discounting yang meliputi break event point, dan
payback period sedangkan aspek discounting yang meliputi net present value, net
benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return, dan analisis
sensitivitas. Net present value, net benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio,
internal rate of return digunakan untuk melihat kondisi perusahan sedangkan
untuk mengetahui titik impas (kembali modal) dari usaha ternak yang sudah
dilakukan menggunakan metode break even point dan analisis sensivitas
digunakan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter
produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan
keuntungan, untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek
menghasilkan keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan
10
Analisis kelayakan non finansial dibahas beberapa aspek yang meliputi
aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum, dan aspek
lingkungan. Aspek teknis membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam
menjalankan usahanya yang menyangkut hal-hal seperti masalah penentuan
lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses
produksinya termasuk pemilihan jenis teknologi yang akan digunakan. Aspek
pemasaran membahas tentang faktor strategis atau kunci dari keberhasilan
perusahaan dalam memasarkan produk atau jasa dari suatu perusahan. Aspek
manajemen membahas tentang pelaksanan suatu pekerjaan melalui orang lain
dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Aspek legal/hukum
membahas tentang studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu
tindakan atau ijin yang ditinjau dalam bidang hukum yang berlaku di Indonesia.
Aspek lingkungan membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu
investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif.
Oleh karena itu sebelum usaha dijalankan perlu dilakukan studi tentang
dampak lingkungan untuk mengetahui dampak yang akan timbul dan dicari
jalan keluarnya untuk mengatasinya. Wawancara dan obeservasi dilakukan
untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha
ternak babi di UD Sindi Mandiri sehingga dapat dicarikan solusi atau jalan
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Investasi
Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan
tambahan dana pada masa yang akan datang. Penanaman modal yang dilakukan
biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa
yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan
konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat
dilakukan individu. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk
menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Saham merupakan salah
satu alternatif dalam aset finansial (Anissa, 2013).
Investasi dalam ekonomi makro dapat diartikan sebagai pengeluaran
masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru, oleh karena itu investasi total
yang terjadi di suatu perekonomian sebagian berupa pembelian alat-alat baru
untuk menggantikan alat-alat kapital yang tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan
sebagian lain berupa pembelian alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar
stok kapital. Disisi lain investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor
produsen (swasta) untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock
barang dan perluasan perusahaan. Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam
pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di pasar modal sangat
dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga saham
dipasar modal sangat dibutuhkan oleh investor dalam membuat keputusan
12
Pendekatan secara fundamental mendasarkan analisa pada suatu anggapan
bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinstik yang dihasilkan. Salah satu
indikator yang dapat digunakan yaitu apabila semakin rendah harga suatu saham
maka semakin bagus untuk melakukan investasi, hal tersebut dikarenakan harga
saham dapat terjangkau oleh kemampuan investor dan memiliki nilai resiko yang
kecil. Investasi ada dua macam yaitu investasi tetap (Outonomous Invesment) dan
investasi terpacu (Inoced Invesment). Investasi tetap umumnya digunakan
untuk memperoleh faktor - faktor produksi yang bersifat tetap seperti: mesin,
bangunan, tanah, atau investasi untuk mendirikan usaha. Investasi ini tidak
ditentukan dengan pendapatan, tetapi dapat meningkatkan pendapatan
nasional. Investasi terpacu adalah investasi yang besarnya tergantung
pendapatan nasional artinya jika pendapatan meningkat maka nilai investasi
akan meningkat pula (Anissa, 2013).
Perhitungan Investasi yang dilakukan harus konsisten dengan
perhitungan pendapatan nasional yang diperoleh. Karana yang dimasukkan
dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan/kontruksi,
maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Investasi merupakan konsep
aliran (flow concept), karena dihitung selama satu internal periode tertentu
atau selama siklus produksi yang sudah dilakukan. Investasi akan
mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu
periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran
13
2.2 Kelayakan Investasi
Sofyan (2003) mengemukakan kelayakan investasi merupakan suatu
konsep yang dikembangkan dari konsep menajemen keuangan, terutama ditujukan
dalam rangka mencari atau menemukan inovasi baru dalam perusahan. Studi
kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan yang digunakan dalam
mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan
usaha atau proyek yang telah direncanakan. Tujuan dilakukannya studi kelayakan
bisnis adalah untuk menghindari keberlanjutan penanaman modal yang terlalu
besar untuk kegiatan yang tidak terlalu menguntungkan, dengan kata lain
mencegah terbuangnya dana yang sia – sia (Afandi, 2015), dalam studi kelayakan
tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Ruang lingkup proyek yang dilakukan, untuk menentukan apakah proyek
akan beroprasi atau layak untuk dilaksanakan.
2. Cara kegiatan proyek dapat dilakukan, untuk menentukan apakah proyek
yang akan ditangani sendiri atau diserahkan kepada pihak lain.
3. Evaluasi terhadap aspek – aspek yang menentukan berhasilnya seluruh
proyek, untuk mengidentifikasi faktor – faktor keberhasilan usaha.
4. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan
fasilitas – fasilitas pendukung.
5. Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya – biaya yang harus ditanggung
untuk memperoleh hasil tersebut.
6. Memperhitungkan akibat – akibat yang ditimbulkan baik itu yang
berdampak positif maupun negatif dari dilaksakannya suatu proyek
14
7. Memperhitungkan langkah – langkah yang diperlukan dalam
mendirikan/memulai suatu proyek.
Kelayakan finansial dapat diukur dari berbagai kriteria, yang dalam
hal ini menggunakan aspek non discounting yang terdiri dari break even point,
payback period dan aspek discounting yang terdiri dari net present value, net
benefit/cost ratio, gross benefit/cost ratio, internal rate of return, dan analisis
sensitivitas. Untuk mengetahui batas maksimal kemampuan proyek menghasilkan
keuntungan dilakukan perhitungan perbandingan dengan menggunakan
discount factor 12% dan discount factor 19%.
2.2.1 Non discounting
Non discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang tidak
mempergunakan suku bunga compounding factor maupun discount factor.
Compounding factor (bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan
datang (F) dari nilai uang saat ini (P) jika diketahui besarnya bunga (i) dan
lamanya periode investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk
menghitung jumlah uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek – aspek yang
termasuk dalam kategori perhitungan non discounting yaitu:
1. Break even point
Merupakan suatu keadaan titik impas apabila telah disusun perhitungan
laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat
keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian, dengan kata lain break even
point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga
15
produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Break event point
biasanya digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di
dalam kegiatan perusahaan seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang
dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima
perusahaan dari kegiatannya.
Keadaan pulang pokok merupakan keadaan dimana penerimaan
pendapatan (total revenue) yang disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya
(total cost) yang disingkat TC. Penentuan break even point didasarkan pada
persamaan penjualan dengan total biaya (Anwar dan Asmawarn, 2013). Adapun
rumus perhitungan break even point adalah sebagai berikut:
16
Apabila:
a) P*< Ppasar maka usaha ternak babi dikatakan menguntungkan.
b) P*> Ppasar maka usaha ternak babi dikatakan mengalami kerugian.
c) P*= Ppasar maka usaha ternak babi tidak mengalami keuntungan maupun
Kerugian.
2. Payback period
Merupakan waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan
cash flow yang dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Teknik ini
digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha
itu akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang
diusulkan itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa
yang terpendek adalah yang terbaik (Sofyan 2002: 19). Perhitungan didapat dari
perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas
bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan
(dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang
digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Keterangan:
t = Tahun ke-t dimana cash in flow belum menutupi investasi awal. b = Nilai net cash flow kumulatif saat tahun ke-1
c = Nilai net cash flow saat tahun ke-(t+1)
2.2.2 Discounting
Discounting merupakan analisis kelayakan investasi yang mempergunakan
suku bunga compounding factor maupun discount factor. Compounding factor
(bunga majemeuk) digunakan untuk mencari nilai yang akan datang (F) dari
17
investasi (n), sedangkan discount factor digunakan untuk menghitung jumlah
uang saat ini (Firdaus, 2007:120). Aspek – aspek yang termasuk dalam kategori
perhitungan discounting yaitu :
1. Net present value
Merupakan pengukuran berapa nilai yang dihasilkan saat ini seandainya
menanamkan sebuah investasi. NPV juga merupakan perbedaan di antara nilai
pasar investasi dan biaya yang dikeluarkan. Discounted cash flow valuation
pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang
18
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode
NPV adalah sebagai berikut:
a) Apabila NPV > 0, maka usaha ternak babi proyek diterima, b) Apabila NPV < 0, maka usaha ternak babi ditolak, dan
c) Apabila NPV = 0, kemungkinan usaha ternak babi akan diterima atau nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.
2. Net benefit/cost ratio
Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap
total dari biaya bersih. Net benefit/cost ratio menunjukan manfaat bersih yang
diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Semua aliran biaya
dan manfaat selama umur ekonomis, diukur dengan nilai uang sekarang, artinya
dilakukan discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Benefit
Cost Ratio atau B/C ratio disebut juga dengan istilah “profitability index”. Selama
B/C ratio ≥ 1 maka usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila sebaliknya maka
usulan proyek tersebut harus ditolak (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunakan
dalam perhitungan net benefit/cost ratio adalah sebagai berikut:
Untuk Bt – Ct > 0
Untuk Bt – Ct < 0
Dimana:
Net B/C : Rasio benefit cost Net Bt-Ct : Dalam nilai mutlak N : Umur ekonomis T : 0 sampai n tahun
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan net benefit/cost ratio, yaitu:
a) Net B/C Ratio > 1, maka usaha ternak babi layak dilaksanakan.
19
c) Net B/C Ratio = 1, maka usaha ternak babi impas antara biaya dan manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.
3. Gross benefit/cost ratio
Merupakan rasio perbandingan antara penerimaan (benefit) yang diperoleh
dari tahun ke tahun setelah didiskonto dengan biaya yang telah didiskonto,
yang dikorbankan selama umur ekonomis suatu proyek. Rasio ini menunjukan
kemampuan inputs (biaya) untuk menghasilkan penerimaan selama umur
ekonomis (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunkan untuk menghitung gross
benefit/cost ratio dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Gross B/C
a) Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan b) Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan c) Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
4. Internal rate of return (IRR)
Merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV investasi sama
dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi
bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis
ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan
yang sama dan diberi bunga selama sisa umur usaha. Sebuah investasi layak jika
nilai IRR melebihi tingkat return yang dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan
besarnya suku bunga tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan.
20
capital agar rencana atau usulan investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan
2002: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah sebagai berikut:
IRR = ( )( 2 1)
NPV1 = Jumlah nilai NPV yang bertanda positif.
NPV2 = Jumlah nilai NPV yang betanda negatif.
i1 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda positif.
i2 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda negatif
5. Analisis sensitivitas
Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter - parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem
produksi dalam menghasilkan keuntungan, dengan melakukan analisis sentivitas
maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat
diketahui dan diantisifikasi sebelumnya (Departemen Agribisnis IPB, 2015).
Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi
adanya perubahan-perubahan berikut:
a) Memperbaiki cara pelaksanan proyek yang sedang berlangsung, sehingga
dapat meningkatkan nilai net present value.
b) Mengurangi resiko kerugian dengan melakukan beberapa tindakan
pencegahan yang mesti diambil.
c) Melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis yang dilakukan.
d) Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi,
biaya bahan-baku, produksi, dan sebagainya.
e) Penurunan produktivitas siklus produksi.
21
Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh
dampak perubahan terhadap suatu siklus produksi yang dilakukan, sekaligus
untuk mengetahui pada tingkat mana proyek masih layak untuk dilaksanakan.
2.2.3 Batas maksimal proyek menghasilkan keuntungan
Perhitungan perbandingan dilakukan dengan menggunakan discount
factor 12% dan discount factor 19% untuk mengetahui batas maksimal
kemampuan proyek menghasilkan keuntungan.
Penelitian ini juga mempergunakan analisis non finansial untuk
mengetahui kelayakan usaha ternak babi di UD Sindi Mandiri yang meliputi
aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen, aspek legal/hukum,
dan aspek lingkungan.
2.2.4 Deskriptif kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dalam bentuk angka tetapi
merupakan uraian maupun penjelasan yang tidak dapat dihitung. Data kualitatif
ini sifatnya menunjang dan berhubungan dengan masalah yang diteliti.
1. Aspek teknis
Membahas tentang kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya.
Penilaian terhadap aspek ini sangat penting karena menyangkut hal-hal seperti
masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan
peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Suatu
ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika
22
(dioperasionalkan) dengan baik. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat
tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha
memiliki prioritas tersendiri (Suliyanto, 2010).
2. Aspek pemasaran
Membahas tentang menganalisis jenis produk yang akan diproduksi,
banyaknya produk yang diminta oleh konsumen, serta menganalisis banyaknya
produk yang ditawarkan oleh pesaing dan menganalisis cara atau strategi agar
produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efesien
dibandingkan pesaing (Suliyanto, 2010).
3. Aspek manajemen
Membahas tentang pelaksanaan suatu pekerjaan melalui orang lain dan
mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan - tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata. Keberhasilan
suatu proyek/kegiatan yang telah dinyatakan layak (feasible) untuk
dikembangkan, sangat dipengaruhi oleh peranan manajemen dalam
pencapaian tujuan proyek/kegiatan. Orang yang melaksankan manajemen disebut
sebagai manajer. Aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis menyangkut
fungsi– fungsi manajemen secara umum/makro, yang meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Zaini, 2014).
4. Aspek legal/hukum
Membahas tentang ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan suatu usaha. Ketentuan hukum untuk setiap ijin usaha berbeda –
23
menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah satu dan lainya
berbeda – beda. Suatu ide bisnis dikatakan layak jika ide bisnis tersebut sesuai
dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan
di wilayah tersebut (Suliyanto, 2010).
5. Aspek lingkungan
Membahas tentang dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi atau
proyek jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif. Sebelum usaha
dijalankan perlu dilakukan studi tentang dampak lingkungan untuk
mengetahui dampak yang akan timbul dan dicari jalan keluarnya untuk
mengatasinya, studi ini dinamakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL). Keberadaan bisnis/proyek dapat berpengaruh terhadap lingkungan,
baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat
bisnis/proyek yang akan dijalankan (Suliyanto, 2010).
2.3 Peternakan Babi
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan
peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan
adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip - prinsip manajemen pada
faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di
bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar
seperti sapi, babi, kerbau, dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan
24
Menurut Sihobing (1997) sejarah peternakan babi di indonesia tidak
diketahui secara pasti, karana catatan – catatan mengenai hal itu tidak ditemukan.
Namun yang pasti tujuan utama dari usaha peternakan babi adalah memperoleh
keuntungan yang memuaskan dari penjualan bibit babi, babi sapihan, babi
potong atau hasil daging dan pupuk dari pengolahan limbah babi.
Baberapa jenis babi yang diusahkan peternak indonesia seperti: landrace,
pietrain, duroc, saddle back dan babi lokal. Jenis babi landrace merupakan jenis
babi yang umum diternakan di indonesia, babi landrace merupakan hasil
persilangan antara pejantan large white dengan induk / betina lokal. Babi ini
berasal dari Denmark dan merupakan jenis babi pedaging (bacon) berkualitas
tinggi. Babi landrace memiliki ciri – ciri karkas sangat panjang, paha besar,
daging dibawah dagu gemuk dan kaki yang pendek, konversi pakannya baik dan
sangat besar, sehingga cocok untuk memperbaiki mutu genetik ternak babi di
daerah tropis seperti indonesia.
Untuk peternakan babi yang terdapat di negara indonesia paling banyak
dikembangkan masyarakat Bali selain karana sosial budaya masyarakat Bali,
juga disebabkan oleh Bali merupakan sebagai daerah tujuan wisata, dan
berkembangnya usaha kuliner menggunakan bahan baku daging babi, segi
ekonomis peternakan babi di Bali antara lain:
1. Babi memiliki konversi terhadap makanan yang cukup tinggi. Semua
bahan makanan bisa diubah menjadi daging, dan lemak dengan sangat
efesien, untuk proses pembentukan 1 Kg daging rata – rata diperlukan
25
2. Babi sangat peridi (prolific), satu kali beranak seokor indukan babi
dapat menghasilkan 6 – 12 ekor dan setiap induk mampu beranak 2 kali
dalam waktu setahun.
3. Kandungan fat atau lemak pada daging babi paling tinggi dibandingkan
daging hewan ternak lainnya.
4. Babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian peralatan kandang
seperti tempat makan dan minum yang otomatis, sehingga efesien biaya.
Peternak babi rakyat secara umum menjual ternaknya dalam bentuk ternak
hidup, bukan dalam bentuk daging olahannya. Ternak babi sudah bisa dijual pada
umur 6 – 8 bulan dengan berat hidup 100 kg –150 kg/ekor. Penjualan ternak babi
dilakuakan melalui Gabungan Usaha Perternak Babi Indonesia (GUPBI)/Rekan
Bisnis (Rumah Pemotongan Hewan), pedagang atau tengkulak yang membeli
langsung ke lokasi peternakan atau langsung ke pembeli. Penjualan yang melalui
kelompok, peternak cukup melapor ke seksi pemasaran dan mereka yang akan
mengkordinir untuk mencarikan pembeli.
Cara pembayaran dari gapoktan ke peternak secara tunai, sedangkan dari
pedagang atau tengkulak, ada yang secara tunai ada juga yang secara tempo
(hutang). Harga babi dan daging babi berfluktuasi tergantung berbagai faktor.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi harga jual daging babi yakni jumlah
persediaan babi yang akan dijual akan berpengaruh terhadap jaminan pasar yaitu
dalam hubungan produksi dan kebutuhan. Jika pasar mengalami kebanjiran
produksi, maka akan terjadi penurunan harga per satuan produksi, sebaliknya
apabila permintaan pasar meningkat, sedangkan jumlah produksi tidak
26
Kestabilan harga relatif dicapai apabila jumlah produksi dan kebutuhan pasar
selalu dipertahankan. Persedian babi juga dipengaruhi oleh persedian pakan
yang berkualitas dan berkelanjutan.
Jika harga pakan naik, maka secara otomatis usaha produksi akan
menyesuaikan yaitu dengan cara mengurangi jumlah babi yang akan
dipelihara. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi
usahanya, selain itu harga dipasaran juga dipengaruhi oleh adanya
peningkatan permintaan pasar pada saat hari – hari besar (Hari Raya Galungan
dan Kuningan). Peningkatan permintaan daging babi juga dipengaruhi oleh
meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya konsumsi daging babi
untuk kebutuhan upacara keagamaan. Hal ini membuka peluang usaha
penggemukan dan peternakan babi di Bali.
2.4 Manajemen Limbah Peternakan Babi
Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar,
perlu disiapkan untuk jangka panjang, misalnya harus dipersiapkan untuk jangka
waktu 25 - 50 tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan
relatif tinggi. Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis, dan sosial,
terutama di Indonesia agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam
peraturan yang berlaku. Undang-undang RI No. 4 tahun terutama Pasal 16: setiap
rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang
pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Beberapa hal yang perlu
27
1. Luas lahan peternakan babi, Lahan untuk peternakan harus cukup luas
dengan besar usaha peternakan, selain untuk peruntukan bagi
peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk memanfaatkan limbah
ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan ternak. Akses jalan yang
layak agar memudahkan dalam proses pendistribusian hewan, yakni
mengangkut ternak, pakan ternak dan limbah peternakan.
2. Kotoran, limbah dari kotoran babi baik itu berupa kotoran cair atau padat
dapat di olah menjadi pupuk dengan menggunakan proses atau prosedur
tertentu selain mengurangi limbah dari peternakan juga sekaligus peluang
untuk meningkatkan pendapatan dari penjualan pupuk yang berbahan
baku kotoran dari peternakan babi.
3. Topografi lahan, lahan harus dipilih yang bertopografi yang
memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari
areal perkandangan dapat disalurkan limbah ternak ke tempat
penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan diarahkan
menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin
tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan
milik orang lain agar tidak mencemari lingkungan.
4. Permukaan air dalam tanah, dengan semakin banyak masyarakat
menggunakan persediaan air tanah untuk dipakai sehari-hari, penting
untuk menghindari sumber ini dari pencemaran. Bila perlu diuji menggali
satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air tanah, sehingga
28
5. Jarak kandang dari pemukiman, ternak dapat mencemari lingkungan
dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah,
udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari sebab itu jarak
peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus
diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang
harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk
menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah
tempat tinggal bangunan - bangunan atau pusat - pusat kegiatan lain.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Pengkajian terhadap hasil – hasil peneitian yang telah dilakukan peneliti
sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti untuk
menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitianya. Adapun penelitaian
yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu:
Kusuma (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan
finansial pengembangan usaha produksi komoditas lokal: mie berbasis jagung
menggunakan metode analisis finansial dengan menghitung biaya investasi, biaya
produksi, struktur finansial, estimasi penjualan, estimasi biaya produksi, cash
flow, pemenuhan kriteria finansial yang meliputi: Analisa break even point (BEP),
net present value NPV), incrementalrate of return (IRR), net benefit cost ratio
(Rasio B/C), payback period (PBP), dan analisis sensitivitas. Penelitian ini
dilakukan di Laboraturium Pengolahan Pangan Balai Besar Pengembangan
Teknologi Tepat Guna-LIPI Subang. Analisa finansial yang dilakukan
29
Internal Rate of Return sebesar 59,19% menunjukkan bahwa tingkat
pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan. Payback
Period selama 13 bulan apabila asumsiyang direncanakan terpenuhi, Profitability
Index sebesar 1,01 dan Rasio B/C sebesar 1,3 lebih besar dari > 1 sehingga dari
segi finansial rencana usaha mie jagung layak dijalankan. Analisa sensitivitas
menunjukkan bahwa penurunan pendapatan 5% dan kenaikan biaya operasional
5% sangat berpengaruh terhadap kelayakan proyek, dari pertimbangan kriteria
investasi di atas menunjukkan bahwa kegiatan usaha produksi mie jagung instan
layak untuk dijalankan selama proyek berjalan sesuai dengan asumsi dan
parameter teknis yang ditentukan.
Narendra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan
finansial rencana pembangunan gedung parkir bertingkat di pasar lokitasari
menggunakan metode net present value, benefit cost ratio, internal rate of return,
payback period, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis menunjukkan untuk
alternatif satu biaya sebesar Rp. 2000 dengan tingkat suku bunga 18%, nilai NPV
< 1 yang artinya proyek tidak layak, nilai benefit cost ratio < 1 yang artinya
proyek tidak layak, dan nilai internal rate of return sebesar 9.59% lebih kecil dari
tingkat suku bunga. Pada alternatif dua biaya parkir sebesar Rp. 3.500, nilai
NPV > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai benefit cost
ratio > 1 yang artinya proyek layak untuk dilaksanakan, nilai IRR sebesar 18,41%,
dan payback period pada tahun 2022. Pada penelitian ini pemerintah
direkomendasikan untuk memilih harga alternatif kedua agar proyek yang