• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN FESES KUDA (Equus caballus) DI NUSANTARA POLO CLUB (NPC), KARANGGAN, BOGOR SKRIPSI ANNISA ANTARESSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN FESES KUDA (Equus caballus) DI NUSANTARA POLO CLUB (NPC), KARANGGAN, BOGOR SKRIPSI ANNISA ANTARESSA"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGELOLAAN FESES KUDA (Equus caballus)

DI NUSANTARA POLO CLUB (NPC),

KARANGGAN, BOGOR

SKRIPSI

ANNISA ANTARESSA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(2)

ii RINGKASAN

Annisa Antaressa. D14070263. 2011. Pengelolaan Feses Kuda (Equus caballus) di Nusantara Polo Club (NPC), Karanggan, Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Salundik, M.Si.

Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, M.S.

Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan. Limbah yang terdiri dari feses dan urin adalah limbah yang paling banyak dihasilkan dan dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan apabila tidak diolah dengan baik dan benar. Kuda merupakan hewan yang telah lama digunakan untuk kepentingan manusia, baik untuk digunakan tenaganya, kecepatannya, dagingnya sebagai pangan, bahkan limbah yang dihasilkan dari kuda. Saat ini di Indonesia sudah banyak orang yang tertarik untuk beternak kuda karena keunggulan tersebut. Akan tetapi, banyak peternak yang kurang memperhatikan limbah yang dihasilkan kuda dan tidak memanfaatkannya sehingga dapat menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Tidak seperti feses sapi perah, feses kuda memiliki tekstur yang lebih padat sehingga jarang digunakan untuk biogas dan pupuk organik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa limbah peternakan kuda, terutama feses, dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Manajemen pengolahan limbah yang baik akan menghasilkan lingkungan yang sehat bagi peternakan maupun daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mendapatkan informasi mengenai manajemen pengolahan limbah terutama feses kuda sehingga dapat membantu mengurangi dampak buruk yang dihasilkan dari limbah kuda terhadap lingkungan di sekitarnya, serta dapat memberikan solusi dalam pengolahan limbah yang efisien.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di lokasi penelitian, sedangkan data sekunder didapat dari data yang sudah ada sebelumnya. Pengamatan dilakukan di dua tempat, yaitu kandang Alpha dan kandang Bravo. Selanjutnya data tersebut dianalisis dan diolah secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini di NPC belum dilakukan pengolahan feses lebih lanjut. Feses beserta bedding yang kotor digunakan sebagai pupuk dengan cara disebar secara langsung ke kebun rumput pakan ternak. Hal tersebut menyebabkan dampak buruk bagi warga sekitar yang tinggal tidak jauh dari kebun rumput pakan ternak tersebut. Gangguan yang diakibatkan dari penyebaran feses beserta bedding secara langsung adalah timbul bau dan munculnya binatang pengganggu yang berasal dari feses kuda tersebut. Binatang pengganggu tersebut ialah kaki seribu yang memiliki sifat tinggal di tempat gelap dan lembab serta terdapat tumbuhan yang membusuk karena kaki seribu dapat merombak bahan organik berupa tanaman dan serasah untuk membentuk humus. Kaki seribu memiliki sifat yang pada dasarnya dapat menguntungkan, terutama untuk pengolahan pupuk kompos, akan tetapi warga merasa terganggu karena kaki seribu muncul dengan jumlah besar dan masuk ke dalam rumah warga. Solusi yang dapat diberikan ialah sebaiknya feses diolah kembali menjadi pupuk kompos agar dapat mengurangi dampak buruk bagi lingkungan sekitar dan lebih ramah lingkungan. Pengolahan feses kuda di NPC lebih efisien diolah menjadi pupuk kompos karena NPC memiliki lahan

(3)

iii yang luas dan dekat dengan kandang sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat pengolahan pupuk kompos. Pengolahan pupuk kompos lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga bila dibandingkan dengan pengolahan menjadi biogas.

(4)

iv ABSTRACT

Feces Horse (Equus caballus) Management at Nusantara Polo Club (NPC), Karanggan, Bogor

Antaressa, A., Salundik, and P. H. Siagian

Livestock waste the causes bad impacts to the environment if not properly handled. Horses are now widely used because they have good functional and high value. This study aimed to obtain information about waste management on a horse farm at Nusantara Polo Club to reduce the negative impact and give a suitable solution. The studies conducted by interviews with men that responsible for management of waste processing especially for horse feces. The interviews showed that wastes on that farm are not yet processed into product, they only use as manure that directly scattered into the grass field for horses’s feed which cause some bad impacts for citizen that live not far from the grass field. The bad impact was the bad odor and interference from kaki seribu (Julus nomerensis). It will be better if the wastes are procesed into a compost or biogas that will reduce bad impact for environment. For feces from horses, composting process will be more efficient than biogas because composting needs less human power and time than biogas.

(5)

v

PENGELOLAAN FESES KUDA (Equus caballus)

DI NUSANTARA POLO CLUB (NPC),

KARANGGAN, BOGOR

Annisa Antaressa D14070263

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(6)

vi Judul : Pengelolaan Feses Kuda (Equus caballus) di Nusantara Polo Club

(NPC), Karanggan, Bogor Nama : Annisa Antaressa

NIM : D14070263

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Ir. Salundik, M.Si.) NIP. 19640406 198903 1 003

(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, M.S.) NIP. 19460825 197711 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP: 19591212 198603 1 004

(7)

vii RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1990 di Surabaya, Jawa Timur. Penulis merupakan anak ke-empat dari empat bersaudara pasangan Bapak H. A. Sofyan Kusumapriyatna, SH. dan Ibu Hj. Siti Primundari.

Penulis telah menjalani pendidikan Sekolah Dasar (SD) dari tahun 1995 sampai 2001 dan dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari tahun 2001 sampai 2004 di sekolah yang sama, yaitu Yayasan Bina Insani, Bogor. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) telah dijalani oleh Penulis dari tahun 2004 sampai 2007 di SMAN 2 Bogor.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Peternakan pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setelah menjalani masa Tahap Persiapan Bersama (TPB) dari tahun 2007 sampai 2008, Penulis diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama menjalani masa perkuliahan, Penulis aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olah Raga Panahan. Selain kegiatan di luar Fakultas, Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) bagian Keprofesian Club Satwa Harapan (2008-2009) dan bagian Infomasi dan Komunikasi (2009-2010). Penulis juga pernah mengikuti beberapa acara seminar dan pelatihan selama masa perkuliahan, diantaranya ialah seminar dan pelatihan Budidaya Kepompong Ulat Sutera Attacus atlas 2008, Stadium General Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis 2009, Seminar Nasional Peternakan RAKERNAS (Rapat Kerja Nasional) 2009, dan Stadium General Peningkatan Soft Skill di Bidang Peternakan 2010. Berbagai kegiatan kepanitiaan juga sering Penulis ikuti, diantaranya Budidaya Kepompong Ulat Sutera Attacus atlas 2008, PAB Panahan 2008, Dekan Cup 2008, RAKERNAS Ismapeti 2009, D’Satay Festival 2009, DFF 2010, Domba Tangkas 2010, D’Sate Festival 2010, dan MAKRAB ’45 2010.

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridho dan karunia yang telah diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengelolaan Feses Kuda (Equus caballus) di Nusantara Polo Club, Karanggan, Bogor sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya hingga akhir jaman.

Kuda merupakan hewan ternak yang sudah banyak diternakkan di Indonesia karena dapat memberikan banyak manfaat bagi manusia sebagai hewan pekerja, hewan olah raga, hewan peliharaan, maupun sebagai bahan pangan. Akan tetapi banyak peternak yang belum memanfaatkan limbah kuda terutama fesesnya secara maksimal. Penanganan limbah yang kurang baik akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan sekitar dan menimbulkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Oleh karena itu manajemen pengolahan limbah yang baik dan benar diperlukan sehingga dapat mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat luas dalam memanfaatkan informasi mengenai manajemen pengolahan feses dan dapat membantu dalam mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat limbah dari bidang peternakan sehingga sektor peternakan tidak perlu dikurangi jumlahnya dan kebutuhan protein hewani dapat terpenuhi.

Tak ada gading yang tak retak, Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Akhir kata, Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat luas.

Bogor, 11 Agustus 2011

(9)

ix DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... ii ABSTRACT ... iii LEMBAR PERNYATAAN ... iv LEMBAR PENGESAHAN ... v RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kuda (Equus caballus) ... 3

Tata Laksana Pemeliharaan Kuda ... 4

Kandang ... 4

Pakan ... 5

Limbah Peternakan ... 5

Dampak Limbah Peternakan ... 6

Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Peternakan ... 7

MATERI DAN METODE ... 9

Lokasi dan Waktu ... 9

Materi ... 9

Prosedur ... 9

Rancangan ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 12

Kondisi Lingkungan NPC ... 12

Tenaga Kerja ... 13

Populasi Kuda ... 15

Sistem Perkandangan ... 18

Pakan dan Air Minum ... 25

Proses Produksi ... 29

Proses Pengumpulan Feses ... 32

(10)

x

Proses Pengolahan Feses dan Penggunaannya ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

UCAPAN TERIMA KASIH ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(11)

xi DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Identitas Petugas Groomer dan Spare di NPC ... 15

2. Populasi Kuda di Kandang Alpha NPC ... 16

3. Populasi Kuda di Kandang Bravo NPC ... 18

4. Komposisi Zat Makanan Konsentrat yang Diberikan ... 27

5. Hasil Perhitungan Analisa Proksimat dari Rumput dan Konsentrat yang Diberikan pada Kuda di NPC Berdasarkan Bahan Kering ... 28

6. Hasil Pengukuran Jumlah Feses Kuda di Kandang Alpha ... 30

7. Hasil Pengukuran Jumlah Feses Kuda di Kandang Bravo ... 30

8. Perkiraan Jumlah Feses dari Seluruh Kuda di Setiap Kandang per Hari 30 9. Tanggapan Masyarakat Terhadap Kenyamanan Lingkungan Sekitar ... 36

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses Penimbangan Feses ... 9

2. Bagan Manajemen Pengolahan Limbah ... 11

3. Foto NPC Melalui Google Earth (2011) ... 13

4. Kuda di Kandang Alpha ... 16

5. Kuda di Kandang Bravo ... 17

6. Kandang Alpha ... 20

7. Kandang Bravo ... 21

8. Lantai Kandang Alpha ... 23

9. Lantai Kandang Bravo ... 23

10. Alas Tidur dari Serasah Kayu ... 24

11. Pakan Kuda ... 26

12. Tempat Minum Kuda ... 29

13. Pengumpulan Feses ... 33

14. Pengangkutan Feses ... 34

15. Penyebaran Feses Secara Langsung di Kebun Rumput Pakan Ternak.. 35

16. Kaki Seribu (Julus nomerensis) ... 37

(13)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Wawancara Terhadap Karyawan NPC ... 51

2. Kuisioner Wawancara Warga Sekitar NPC ... 54

3. Lay Out Kandang Alpha ... 55

(14)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan. Limbah peternakan merupakan semua buangan dari usaha peternakan yang bersifat padat, cair, dan gas. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari spesies ternak, besar usaha, tipe usaha, dan lantai kandang. Limbah yang terdiri dari feses dan urin adalah limbah yang paling banyak dihasilkan dan dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan apabila tidak diolah dengan baik dan benar.

Kuda merupakan hewan yang telah lama digunakan untuk kepentingan manusia, baik untuk diambil tenaganya, kecepatannya, dagingnya sebagai pangan, bahkan limbah yang dihasilkan dari kuda. Populasi kuda pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2004 sampai 2009, yaitu dari 397.000 ekor pada tahun 2004 menjadi 409.000 ekor pada tahun 2010 (angka sementara) (Badan Pusat Statistik, 2010). Saat ini peternakan kuda di Indonesia kebanyakan memiliki tujuan untuk menghasilkan kuda olah raga seperti pacuan kuda dan polo atau kuda untuk upacara kenegaraan. Selain itu, sudah banyak orang yang tertarik dengan kuda, terutama apabila kuda tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh pemiliknya. Namun banyak peternak kuda yang tidak begitu memperhatikan limbah dari kuda, terutama fesesnya, sehingga tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Berbeda dengan ternak sapi perah, feses kuda memiliki tekstur yang lebih padat sehingga jarang digunakan untuk biogas dan pupuk organik. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa limbah peternakan kuda, terutama feses, dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.

Dewasa ini, pencemaran lingkungan yang menyebabkan penipisan lapisan ozon sebagian besar berasal dari sektor peternakan. Sektor peternakan telah menyumbang 9% karbon dioksida, 37% gas metan (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat daripada CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), serta 65% dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296 kali lebih kuat daripada CO2). Peternakan juga menimbulkan 64% amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam (Steinfeld et al., 2006).

(15)

2 Oleh karena itu, dibutuhkan pengolahan dan pengelolaan limbah dari peternakan, terutama feses dan urin, agar dapat meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan dan dapat pula dimanfaatkan sehingga menghasilkan keuntungan dari limbah yang dihasilkan. Pengolahan limbah sendiri dapat menghasilkan berbagai produk, diantaranya ialah pupuk organik (pupuk kompos dan pupuk cair), biogas, serta bioarang. Banyak peternakan yang mengolah limbah ternaknya menjadi pupuk kompos untuk digunakan sebagai pupuk komersial agar dapat menambah income atau pemasukan, sedangkan untuk digunakan pribadi biasanya diolah menjadi biogas. Manajemen pengolahan limbah yang baik akan menghasilkan lingkungan yang sehat bagi peternakan maupun daerah sekitar peternakan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengurangi dampak buruk dari limbah peternakan, terutama feses dan urin. Selain itu, diharapkan dapat membantu peternak kuda dalam memanfaatkan feses kuda lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan.

Tujuan

Tujuan dari penelititan ini ialah untuk menganalisis penerapan manajemen pengolahan limbah terutama feses kuda di Nusantara Polo Club, Karanggan, Bogor.

(16)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Kuda (Equus caballus)

Kuda merupakan mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda berdiri pada satu kuku sehingga dimasukkan dalam ordo Perissodactyla. Dalam hal kekerabatan, kuda memiliki kesamaan nenek moyang dengan tapir dan badak. Kuda merupakan satu dari hewan modern paling sukses dari genus Equss, hal tersebut dikarenakan kemampuannya dalam bertahan hidup dari seleksi alam dan kemampuannya dalam berevolusi yang sangat baik (Kidd, 1985).

Kuda modern saat ini dibedakan menjadi kuda domestikasi dan kuda liar. Kuda domestikasi (Equus caballus) adalah kuda yang sengaja dipelihara manusia untuk digunakan dan diambil manfaatnya. Sedangkan kuda liar (Equus ferus caballus) adalah kuda yang masih hidup di alam liar (Kidd, 1985). Domestikasi kuda terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Kuda pertama kali digunakan adalah sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda digunakan Sekarang ini untuk olah raga dan rekreasi, pertunjukan, pengendali ternak lain, serta teman bagi orang yang menyukai kuda. Kuda memiliki daya tarik tinggi bagi masyarakat, baik anak muda maupun orang dewasa (Bogart dan Taylor, 1983). Parakkasi (1986) menyatakan bahwa selain dapat digunakan untuk kegiatan konsumsi masyarakat (daging kuda dan air susu), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas, dan untuk alat pengangkutan.

Kuda pada umumnya mencapai dewasa pada umur enam tahun. Jika kuda memiliki kehidupan kerja yang panjang, kuda sebaiknya tidak dipaksa bekerja keras sampai kuda telah dewasa tubuh. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun. Pada saat tua, sistem tubuhnya bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras seperti ketika kuda tersebut masih muda tetapi kuda akan masih sehat selama beberapa tahun asalkan diberi pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan, dan juga perlindungan pada musim dingin (Kidd, 1995)

(17)

4 Tata Laksana Pemeliharaan Kuda

Kandang

Kandang kuda terbagi menjadi dua tipe, yaitu individu dan koloni. Kandang individu hanya berisi satu ekor atau induk dan anak yang belum lepas sapih di setiap kandang sementara kandang koloni berisi sekelompok hewan dengan jumlah tertentu yang dikandangkan secara bersamaan. Kandang kuda umumnya berbentuk single stall atau individu (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kandang di daerah tropis diusahakan dibangun dengan ventilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Menurut Jacoebs (1994), sebaiknya air hujan tidak masuk ke dalam kandang. Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang lebih baik. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan kuda tersebut (McBane, 1991).

Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas yang lunak bertujuan agar melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan, dan untuk kenyamanan kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan pacu (McBane, 1994). Permukaan alas kandang juga tidak boleh licin atau kasar yang dapat mengakibatkan goresan luka pada kuda. Selain itu, alas kandang tidak menjadi sarang parasit-parasit atau bakteri dan alas kandang tidak mengakibatkan stres pada kuda yang dapat mengganggu tingkah laku atau produktivitas kuda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Bangunan kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna. Ventilasi yang sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding yang sebagian terbuka. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara kotor (CO2, H2S, metan, NH3, dan partikel lainnya) dari dalam kandang dan menggantinya dengan udara segar (O2) dari luar. Dengan kondisi ini, udara segar di dalam kandang dapat dipertahankan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

(18)

5 Pakan

Salah satu faktor yang sangat menunjang keberhasilan peternakan kuda adalah pakan. Pakan akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda. Pakan pokok kuda adalah rumput. Ada beberapa jenis rumput yang dapat diberikan kepada kuda, antara lain : Panicum muticum dan Brachiaria mutica. Kuda sudah dapat hidup dengan makan rumput saja, tetapi untuk mencapai prestasi yang baik, kuda perlu diberi pakan tambahan seperti konsentrat. Konsentrat merupakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat untuk kuda dibagi menjadi dua jenis, yaitu 1) konsentrat sereal yang terdiri dari jagung, gandum, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi, dan 2) produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering (alfafa), legum, dan kacang-kacangan seperti soya dan peas (McBanne, 1994).

Kuda memiliki cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme yang mampu mencerna pakan berserat, sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan dan jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan yang bersifat spesifik bervariasi tergantung pada pemanfaatan kuda yang bersangkutan. Kebutuhan energi kuda yang istirahat lebih sedikit dibandingkan kuda yang sedang bekerja, kuda yang sedang laktasi perlu lebih banyak protein. Kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih banyak dibanding kuda dewasa (Blakely dan Bade, 1991).

Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan sebaiknya diberikan secukupnya untuk menjaga kondisi sehari-hari. Energi tersedia untuk otot-otot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk mempertahankan suhu tubuh, serta untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Menurut Parakkasi (1986), pemberian pakan hendaknya dibedakan berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda.

Limbah Peternakan

Limbah peternakan dibedakan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, limbah ternak adalah feses dan urin sedangkan dalam arti luas ialah sisa dari produksi peternakan setelah diambil hasil utamanya. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud dengan limbah peternakan adalah kulit, tanduk, bulu, tulang, dan isi rumen. Total limbah yang dihasilkan peternakan

(19)

6 tergantung dari spesies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang (Wiryosuharto, 1985).

Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urin, air dari pencucian alat-alat), sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.

Limbah peternakan yang berupa kotoran dan sisa pakan dapat menurunkan mutu lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan. Kotoran ternak yang tercecer akan terbawa oleh aliran air hujan ke daerah-daerah yang lebih rendah dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit (Setiawan, 1996). Menurut Widarto dan Suryana (1995), penanganan limbah yang biasa dilakukan peternak adalah dengan menampung di kolam terbuka sehingga fermentasi aerob dan degradasi senyawa organik berlangsung sangat lambat.

Dampak Limbah Peternakan

Perkembangan atau pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya limbah peternakan. Limbah tersebut menjadi polutan karena dekomposisi kotoran ternak berupa Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), bakteri patogen yang menyebabkan polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan), polusi udara dan debu, serta bau yang ditimbulkannya (Sugiharto, 1987). Biological Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di lingkungan. Bahan buangan organik tersebut dipecah dan diuraikan menjadi gas CO2, air, dan gas NH3. Chemical

Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan agar bahan buangan dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Bahan buangan tersebut akan dioksidasi oleh Kalium bichromat atau K2Cr2O7 menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom (Wardhana, 2004).

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi

(20)

7 mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badan 5.000 kg, selama satu hari produksi menghasilkan manur yang dapat mencemari 9.084 x 107 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis, yaitu sebagai media untuk berkembang-biaknya lalat. Kandungan air manur antara 27-86% merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manur 65-85% merupakan media yang optimal untuk lalat bertelur. Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran dengan menimbulkan debu (Syah, 2009).

Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Peternakan

Penanganan limbah ternak akan spesifik pada jenis/spesies, jumlah ternak, tata laksana pemeliharaan, areal tanah yang tersedia untuk penanganan limbah, dan target penggunaan limbah (Etgen dan Reaves, 1978). Penanganan limbah menurut Murbandono (1993) dapat diolah menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan atau menumpuknya, kemudian diaduk-aduk atau dibalik-balikkan. Perlakuan pembalikan ini akan mempercepat proses pematangan serta dapat meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan. Setelah itu, pengeringan dilakukan untuk beberapa waktu sampai kira-kira terlihat kering atau matang. Proses pengomposan biasa disebut sebagai proses penguraian bahan organik. Menurut Rao (1994), proses penguraian bahan organik adalah proses perombakan bahan organik yang melibatkan mikroorganisme pengurai dalam kondisi anaerobik maupun aerobik, baik mikroorganisme primer maupun sekunder yang dapat menghasilkan asam-asam organik berupa asam laktat, asetat, fumurat, suksinat, butirat, dan alkohol.

Penanganan limbah cair menurut Sugiharto (1987) dapat diolah secara fisik, kimia, dan biologi. Pengolahan secara fisik disebut juga pengolahan secara primer dan membutuhkan biaya yang relatif murah karena tidak memerlukan biaya operasional yang tinggi. Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan sekunder dan memerlukan biaya yang lebih mahal dibanding secara primer karena diperlukan bahan penolong berupa zat-zat kimia. Pengolahan secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder yang digunakan untuk pengolahan bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah cair.

(21)

8 Limbah peternakan seperti feses dan urin merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam (Houdkova et al., 2008). Secara komersial, terdapat dua jenis tipe digester atau instalasi, yaitu tipe terapung (floating type) dan tipe kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung biasanya terdiri dari sumur pencerna yang diatasnya diletakkan drum-drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan. Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah seperti pasir, batu bata, dan semen. Tipe kubah dibangun dengan menggali tanah, kemudian dibuat bangunan dengan batu bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang kedap udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola) (Hambali, 2007). Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut (Soehadji, 1992).

(22)

9 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Penelitian dilakukan di tempat pelatihan kuda Nusantara Polo Club, kawasan Jagorawi Golf Country Club, Karanggan, Bogor, Jawa Barat.

Materi

Penelitian ini menggunakan sampel kuda yang berada di kandang Alpha dan Bravo di Nusantara Polo Club beserta penanggungjawab kandang kuda yang bertugas membersihkan kandang kuda untuk dilakukan wawancara. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa alat ukur, timbangan, meteran, alat tulis, form wawancara (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kamera.

Prosedur

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara terhadap petugas pembersih kandang kuda, sedangkan data sekunder didapat dari data yang sudah ada sebelumnya seperti recording, lay out kandang, dan sebagainya. Data primer yang diolah berupa jawaban seputar manajemen pengolahan limbah feses kuda di kandang Alpha dan Bravo Nusantara Polo Club, Karanggan, Bogor dengan menggunakan kuisioner yang sudah disediakan sebelumnya (Lampiran 1). Selain itu, data jumlah feses kuda yang dihasilkan selama 24 jam diambil dari tiga ekor kuda dengan tiga kali pengulangan, yaitu pada hari pertama, kedua, dan ketiga (Gambar 1). Selanjutnya data tersebut dihitung nilai rataannya.

(23)

10 Adapun data primer yang dikumpulkan ialah :

1. Data diri penanggungjawab yang bertugas membersihkan kandang, meliputi nama, umur, latar belakang pendidikan, dan pengalaman dalam mengolah limbah ternak kuda.

2. Identitas kuda, meliputi jumlah kuda, jenis kelamin kuda, umur kuda, dan jenis kuda.

3. Pakan dan air minum yang diberikan, meliputi sistem pemberian air minum, jenis pakan (hijauan maupun konsentrat), perbandingan antara pemberian hijauan dan konsentrat, frekuensi pemberian, dan jumlah yang diberikan per hari.

4. Sistem perkandangan, meliputi bentuk kandang (individu atau kelompok), ukuran kandang, keadaan sekitar kandang, jenis bahan bedding, volume bedding, frekuensi penambahan, dan penggantian bedding.

5. Pola atau cara pembersihan feses, meliputi cara pembersihannya, waktu pembersihan, frekuensi pembersihan, dan rataan jumlah feses. Hal tersebut dikaitkan dengan proses pengolahan feses selanjutnya.

6. Proses pengolahan feses, meliputi produksi (berkaitan dengan pembersihan kandang), pengumpulan feses, pengangkutan feses, pengolahan feses, penyimpanan, dan penggunaannya. Hal tersebut digunakan untuk men-jelaskan manajemen pengolahan limbah.

7. Kebersihan lingkungan sekitar, meliputi kebersihan di sekitar kandang. Rancangan

Data dianalisis dan diolah secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pengolahan limbah feses kuda. Data yang diolah didapat dari hasil wawancara terhadap penanggungjawab yang bersangkutan. Pengolahan data secara kuantitatif dihitung dengan rumus :

Y = X x 100% Keterangan :

Y = peubah yang diamati (peubah-peubah kuantitatif) X = rataan populasi

(24)

11 Pengolahan data mengacu pada bagan pengolahan limbah. Menurut USDA (1994), bagan manajemen pengolahan limbah meliputi proses produksi, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, dan penggunaan.

Gambar 2. Bagan Manajemen Pengolahan Limbah (USDA, 1994) Proses Produksi

Proses Pengumpulan

Proses Pengangkutan

Penyimpanan Proses Pengolahan

(25)

12 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia yang dibangun oleh Bapak Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country Club, Karanggan, Bogor pada tahun 2005. Sebelumnya, Nusantara Polo Club bernama Batavia Polo Club yang kemudian diambil alih oleh Prabowo Subianto pada tahun 2005. Setelah diambil alih, nama Batavia Polo Club berganti menjadi Nusantara Polo Club dan kemudian lahan diperluas sehingga memiliki dua kandang kuda yang berbeda dan lapangan polo yang luas. Selain itu, fasilitas, sarana prasarana, dan kuda yang dimiliki semakin lengkap dan banyak.

Selain menjadi klub yang terbuka untuk membina olahraga polo berkuda yang saat ini masih belum lazim dimainkan di Indonesia, Nusantara Polo Club juga membina tim nasional polo Indonesia yang pada bulan Desember 2007 berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA Games 2007 Thailand. Pada tahun 2011, Nusantara Polo Club akan dijadikan tempat penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian Games (SEA Games) 2011 Indonesia (Jakarta Press, 2010).

Kondisi Lingkungan NPC

Rataan suhu lingkungan di lokasi selama penelitian ialah sebesar 27 °C dengan kisaran suhu 22 °C sampai 40 °C. Kelembaban udara rata-rata selama penelitian berjalan ialah sebesar 71,3% dengan kisaran 45% sampai 99%. Suhu nyaman untuk kuda berkisar 7,22-23,88 °C, namun yang paling baik ialah 12,77 °C, sedangkan kelembaban yang dapat diterima berkisar 50-75%, namun yang paling baik adalah 60% (Ensminger, 2010).

Nusantara Polo Club memiliki dua bangunan kandang, yaitu kandang Alpha dan kandang Bravo. Kandang Alpha terletak di bagian atas dekat kantor NPC. Kandang tersebut merupakan kandang untuk kuda polo yang masih aktif bertanding. Kandang Bravo terletak di bagian bawah dan digunakan sebagai kandang untuk kuda tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan untuk kuda olahraga dan kuda kawin. Selain itu, terdapat pula kuda yang dilatih untuk dijadikan sebagai kuda polo. Kedua kandang tersebut berjarak 200 meter. Selain kandang Alpha dan Bravo, terdapat pula

(26)

13 lapangan untuk bermain polo, lapangan untuk berkuda, kebun rumput untuk pakan, dan bangunan lain yang menunjang fasilitas, seperti kantor, pos satpam, gudang pakan, gudang peralatan, mees, dapur, kamar mandi, dan lounge bar. Gambar NPC secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Foto NPC Melalui Google Earth (2011), (a) Lapangan Polo, (b) Kandang Alpha, (c) Kandang Bravo, (d) Kantor dan Lounge Bar

Kuda yang berada di NPC merupakan kuda lokal, impor, dan kuda hasil persilangan. Indonesia merupakan negara beriklim tropis sehingga memiliki suhu diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. Stull (1997) menyatakan bahwa pada suhu comfort zone seekor kuda dapat tumbuh lebih baik karena kuda dapat melakukan homeotermi dalam tubuhnya dengan mudah, dan ketika suhu lingkungan mencapai suhu 24-32 °C ternak kuda biasanya akan meningkatkan intensitas bernafas dan keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Kuda lokal dan kuda persilangan yang lahir di Indonesia dapat beradaptasi dengan suhu daerah tropis, namun bagi kuda impor agak sulit beradaptasi sehingga dibutuhkan perlakuan yang khusus pula, seperti menggunakan kipas angin di kandang, memandikan kuda, memberikan banyak air minum, serta kandang yang terbuka dan memiliki ventilasi yang bagus sehingga udara dapat mengalir lancar dan dapat menurunkan suhu tubuh. Tenaga Kerja

Nusantara Polo Club memiliki 72 karyawan yang terdiri dari manajer, bagian administrasi dan keuangan, petugas maintenance, pelatih, atlet, groomer, petugas

N A

C

D

(27)

14 tack room, dokter hewan, dan sebagainya. Petugas yang memiliki tanggungjawab pada kuda dan kandang secara langsung ialah groomer. Petugas groomer yang ada di kandang Alpha berjumlah 13 orang, empat diantaranya merupakan spare atau atlet junior yang bertugas untuk menggantikan groomer yang sedang libur. Di kandang Bravo terdapat 10 orang groomer, satu diantaranya merangkap sebagai petugas tack room atau orang yang bertanggungjawab terhadap pakan kuda.

Groomer bertugas sebagai pengurus kuda secara langsung, diantaranya ialah memandikan kuda, membawa kuda exercise, memberi makan kuda, mengganti dan memberi air minum pada kuda, menyikat badan kuda, dan mencukur rambut kuda. Menurut McBane (1991), perawatan dan manajemen kuda meliputi : pengawasan kuda di lapangan rumput, mengganti alas kandang, penanganan kotoran, perawatan, pemandian, pencukuran, merawat kuku, penanganan transportasi, higienis kandang, kegiatan pemberian pakan berupa hijauan dan konsentrat, dan pengecekan kesehatan. Selain itu, groomer juga bertanggungjawab atas kebersihan di dalam dan di luar kandang. Apabila di dalam kandang terdapat kotoran seperti feses dan serbuk gergaji yang basah, maka groomer harus segera mengeluarkan dan mengumpulkannya dalam satu karung. Serbuk gergaji yang sudah berkurang pun segera ditambahkan dengan yang baru oleh groomer dan apabila stok dalam gudang sudah berkurang maka groomer diharuskan melapor agar segera dikirimkan stok baru.

Kebersihan di sekitar kandang juga merupakan tanggungjawab para petugas groomer. Kotoran kuda yang tercecer di depan kandang harus segera dibersihkan oleh groomer. Peralatan yang sudah digunakan seperti tempat pakan, sapu, sekop, sepatu boot, selang, dan sebagainya harus dibersihkan dan diletakan di tempatnya kembali.

Setiap satu orang groomer bertanggung-jawab menangani rata-rata empat ekor kuda. Satu orang groomer rata-rata membutuhkan waktu 10-20 menit untuk membersihkan satu stall kandang. Kebanyakan petugas sudah memiliki pengalaman kerja di NPC lebih dari satu tahun. Seluruh petugas baik groomer, spare, maupun tack room berjenis kelamin laki-laki. Identitas groomer dan spare (kandang Alpha dan Bravo) seperti umur, pendidikan terakhir, dan pengalaman mengolah limbah dapat dilihat pada Tabel 1.

(28)

15 Tabel 1. Identitas Petugas Groomer dan Spare di NPC

Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Umur (Tahun) - < 30 20 86,96 - ≥ 30 3 13,04 2. Pendidikan Terakhir - SD 5 21,74 - SMP 11 47,83 - SMA 7 30,43

3. Pengalaman Mengolah Limbah

- Ada 3 13,04

- Tidak 20 86,96

Umur para groomer berkisar antara 20 sampai 35 tahun, sedangkan para spare berkisar antara 18 sampai 20 tahun. Kebanyakan petugas berumur dibawah 30 tahun (86,96%). Latar belakang pendidikan para groomer maupun spare di NPC rata-rata adalah SMP (47,83%), sedangkan lainnya adalah SD (21,74%) dan SMA (30,43%). Dari keseluruhan groomer dan spare, sebanyak 13,04% petugas yang memiliki pengalaman dalam mengolah limbah dan sisanya sebanyak 86,96% belum berpengalaman. Pengalaman dalam mengolah limbah yang dimiliki petugas berupa pembuatan pupuk kandang dan mengelola biogas yang terdapat di sisi barat kandang Alpha. Limbah yang diolah berasal dari kotoran kuda yang terdapat di NPC. Pembuatan pupuk kandang hanya berjalan selama enam bulan sedangkan pengolahan feses menjadi biogas hanya berjalan selama satu bulan. Pengolahan feses di NPC selanjutnya akan dijelaskan pada bab Pengolahan dan Penggunaan Feses.

Populasi Kuda

Kuda yang berada di kandang Alpha sebanyak 35 ekor yang terdiri dari seekor jantan dewasa, tujuh ekor jantan kastrasi, dan 27 ekor betina dewasa. Jenis kuda meliputi kuda Arab (tiga ekor jantan dan satu ekor betina) dan kuda Pony Argentina (lima ekor jantan dan 26 ekor betina). Foto kuda dapat dilihat pada Gambar 4 dan populasi kuda di kandang Alpha NPC dapat dilihat pada Tabel 2.

(29)

16

(a) (b)

Gambar 4. Kuda di Kandang Alpha (a) Kuda Arab, (b) Kuda Pony Argentina Tabel 2. Populasi Kuda di Kandang Alpha NPC

Keterangan Jumlah (ekor) Persentase (%)

1. Umur (tahun) - ≤ 10 11 31,43 - 11-20 21 60,00 - > 20 3 8,57 2. Jenis Kelamin - Jantan 1 2,86 - Betina 27 77,14 - Jantan Kastrasi 7 20,00 3. Bangsa - Arab 4 11,43 - Pony Argentina 31 88,57

Kuda Pony Argentina merupakan kuda hasil persilangan Thoroughbred dan Criollo. Persilangan tersebut menghasilkan kombinasi yang kuat, karena kuda Thoroughbred memiliki bakat atletik sehingga tercipta kuda polo yang terbaik di dunia. Criollo sendiri memiliki sifat yng tangguh dan cerdas, daya tahan tubuh dan kecepatan yang baik, serta gerakan yang gesit (Kidd, 1995). Menurut Putri (2011), Kuda Pony Argentina di NPC memiliki bentuk badan yang kokoh, pertumbuhan otot dan tulang yang baik, bentuk kaki yang proporsional, gerakan yang cukup gesit dan berani, stamina yang terjaga, serta memiliki kecepatan lari yang cukup baik. Kuda Arab yang berada di kandang Alpha digunakan sebagai kuda pejantan breeding.

(30)

17 Kuda Arab sendiri memiliki kecepatan lari yang baik dan daya tahan tubuh yang kuat sehingga diharapkan dapat menghasilkan anak kuda dari hasil persilangan dengan kuda lokal maupun Pony Argentina dengan kemampuan yang sama baiknya untuk dimanfaatkan sebagai kuda polo.

Kuda yang berada di kandang Bravo NPC sebanyak 43 ekor yang terdiri dari kuda lokal, kuda persilangan, kuda breeding (jantan dan betina), dan kuda Pony Argentina non-atlet (Gambar 5). Umur kuda berkisar antara sembilan bulan sampai 31 tahun. Data umur kuda didapat dari perkiraan yang diketahui oleh groomer dan penanggungjawab stable karena kuda-kuda tersebut tidak memiliki recording. Selain itu, umur kuda juga dilihat dari bentuk dan jumlah gigi (Bogart dan Taylor, 1977).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5. Kuda di Kandang Bravo (a) Kuda Lokal, (b) Kuda Persilangan, (c) Kuda Breeding, (d) Kuda Pony Argentina Non-Atlet

Kuda-kuda di kandang Bravo umumnya digunakan oleh guest yang datang untuk latihan berkuda. Selain itu, terdapat pula kuda untuk breeding dan kuda yang

(31)

18 berpotensi untuk dilatih agar dapat digunakan sebagai kuda polo. Populasi kuda di kandang Bravo NPC dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi Kuda di Kandang Bravo NPC

Keterangan Jumlah (ekor) Persentase (%)

1. Umur (tahun) - ≤ 10 13 30,23 - 11-20 9 20,93 - >20 21 48,84 2. Jenis Kelamin - Jantan 21 48,84 - Betina 22 51,16 3. Bangsa - Pony Argentina 25 58,14 - Throughbreed 2 4,65 - Lokal 2 4,65 - Persilangan 14 32,56 Sistem Perkandangan

Kandang Alpha terletak di bagian atas dekat dengan kantor dan lapangan polo. Lay out kandang Alpha dapat dilihat pada Lampiran 3. Petak kandang yang berada di kadang Alpha NPC adalah kandang individu (Gambar 6a). Kandang Alpha berjumlah 36 petak kandang yang terdiri dari tiga blok. Satu blok terdiri dari 12 kandang individu yang berjejer dan dibagi menjadi dua baris dengan masing-masing baris sebanyak enam petak kandang individu (Gambar 6b). Kandang memiliki ukuran 4 x 4 m² dengan tinggi 2,5 m yang terbuat dari tembok atau beton yang dicat berwarna putih. Menurut McBane (1991), tinggi minimal untuk dinding kandang ialah 3,66 m sedangkan menurut Morel (2008), ukuran kandang minimal untuk kuda dengan tinggi 150 cm sebaiknya 5 x 5 m2. Ukuran dan tinggi kandang di kandang Alpha kurang sesuai dengan kedua pernyataan tersebut karena kuda di kandang Alpha memiliki tinggi yang mencapai 150 cm.

Pintu kandang terbuat dari besi yang menyerupai pintu pagar. Pintu kandang yang terdapat anak kuda dilapisi dengan papan karet lunak agar besi pada pintu tidak

(32)

19 digigit oleh anak kuda. Setiap pintu kandang tidak dipasang kunci ganda atau gembok dan hanya sekedar diselot, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Suharjono (1990) bahwa sebaiknya kunci pintu dipasang ganda karena kebanyakan kuda dapat membuka pintu sendiri. Struktur kandang pada kandang Alpha hampir sesuai dengan pernyataan Soehardjono (1990), yaitu material kandang sebaiknya dibuat dari bahan yang kuat seperti campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu gelondongan dengan pintu yang tertutup rapih dan lantai kandang sebaiknya yang mudah dibersihkan dan kering.

Menurut McBane (1991), bagian kandang harus tersedia air bersih. Di dalam petak kandang yang ada pada kandang Alpha terdapat tempat minum permanen berbentuk wastafel yang terletak di pojokan kandang dan sudah dilengkapi dengan kran dan saluran pembuangan sisa air minum sehingga memudahkan penyediaan air minum serta pembuangan sisa air minumnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Soehardjono (1990) bahwa setiap kandang kuda harus dilengkapi air bersih sehingga tidak sukar bagi karyawan untuk menyediakan air minum kuda secara terus-menerus karena kuda banyak minum, terutama pada musim panas.

Setiap kandang dilengkapi dengan kipas angin besar yang diletakkan di sisi samping atas kandang. Hal tersebut ditujukan agar kuda tetap merasa nyaman dan tidak kepanasan. Atap kandang terbuat dari genteng sehingga tidak memancarkan panas ke dalam kandang. Menurut Nozawa et al. (1981), ventilasi yang baik adalah berbentuk kerucut pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda dan jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda. Bentuk kandang Alpha sudah sesuai dengan pernyataan tersebut karena memilik atap yang berbentuk kerucut dan juga jendela yang sejajar dengan kepala kuda sehingga dapat memberikan kenyamanan untuk kuda (Gambar 6c).

Jalan di depan pintu kandang yang terbuat dari semen digunakan sebagai tempat lalu lalang petugas. Jalan tersebut memiliki lebar lima meter sehingga mobil pengangkut feses dan bedding dapat masuk. Di depan kandang kuda terdapat gudang pakan dan gudang untuk berbagai macam peralatan (tack room). Di tembok sisi depan dan belakang kandang terdapat kran untuk tempat mandi kuda setiap pagi. Sekitar 10 m di belakang kandang atau di bagian selatan kandang terdapat lapangan rumput (Gambar 6d). Menurut Direktorat Jenderal Budidaya Peternakan (2000)

(33)

20 dalam Good Farming Practice untuk ternak sapi potong, konstruksi kandang yang digunakan sebaiknya terdiri dari bahan yang kuat yang dapat menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pegawai ternak. Lantai kandang harus kuat dan tidak licin, sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan dan untuk memudahkan didesenfeksi. Good Farming Practice yang digunakan ialah Good Farming Practice pada ternak sapi potong karena sejauh ini belum terdapat Good Farming Practice untuk tenak kuda.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6. Kandang Alpha (a) Kandang Alpha Tampak Depan, (b) Kandang Individu Alpha, (c) Bentuk Atap, (d) Kebun Rumput di Belakang Kandang

Kandang Barvo terletak di daerah yang lebih rendah dibandingkan dengan kandang Alpha. Lay out kandang Bravo dapat dilihat pada Lampiran 4. Kandang Bravo memiliki dua jenis kandang, yaitu jenis permanen yang terbuat dari tembok atau beton dan jenis yang terbuat dari kayu dan bersifat tidak permanen (Gambar 7). Kandang permanen (Gambar 7a) merupakan kandang individu yang ditempati 10

(34)

21 ekor kuda dimana kuda tersebut adalah kuda pejantan breeding, kuda induk serta anaknya, dan kuda member (kuda yang dimiliki oleh guest atau anggota). Bangunan kandang terbuat dari tembok berukuran 4 x 4 m². Kandang ini memiliki atap berbentuk kerucut yang terbuat dari bahan seng. Pada bagian atas terdapat kipas angin yang berfungsi untuk menyejukkan kuda apabila suhu sedang tinggi. Selain itu, kipas angin ini digunakan agar sirkulasi udara dalam kandang menjadi lebih lancar.

(a) (b)

Gambar 7. Kandang Bravo, (a) Kandang Permanen Bermaterial Beton, (b) Kandang Non Permanen Bermaterial Kayu

Bentuk kandang permanen hampir menyerupai kandang Alpha namun lebih tertutup karena memiliki tembok yang lebih tinggi. Ventilasi pada kandang ini dapat dikatakan baik karena memiliki tembok atau dinding yang sebagian terbuka. Adapun kelemahan dari kandang ini ialah bahan atap terbuat dari seng menyebabkan suhu udara di dalam kandang menjadi tinggi karena dapat menyerap panas. Selain itu, tembok yang tinggi menyebabkan kuda tidak dapat berinteraksi dengan kuda disebelahnya.

Kandang kedua merupakan kandang individu yang terbuat dari bahan material kayu (Gambar 7b). Kandang ini ditempati 33 ekor kuda yang terdiri dari kuda tua, kuda betina breeding, kuda afkir, dan kuda lokal. Ukuran kandang ini ialah 3 x 3 m². Menurut Woolery (1985), idealnya ukuran kandang hendaknya sekitar 4.2 x 3.6 m2 untuk kuda, dan 3.6 x 3.6 m2 untuk poni. Ukuran kandang non permanen ini sesuai dengan ukuran kandang untuk kuda poni, namun kurang sesuai untuk kuda di kandang ini yang merupakan bukan kuda poni. Kandang ini merupakan kandang yang dibangun menggunakan kayu gelondongan yang disusun sedemikian rupa, bersifat non permanen dan terbuka sehingga walaupun ukuran kandang kurang sesuai

(35)

22 tetapi tidak membuat kuda merasa tidak nyaman karena kandang non permanen memiliki ventilasi yang dapat dibilang cukup terbuka. Bagian atap berbentuk kerucut dan dilengkapi dengan kipas angin yang dinyalakan saat cuaca panas.

Atap dari kandang ini terbuat dari lapisan bambu sehingga dapat menciptakan suasana sejuk. Kelemahan dari atap ini ialah atap menjadi bocor apabila hujan sehingga air hujan masuk dan menggenang disekitar kandang. Hal tersebut menyebabkan bedding (bantalan) menjadi basah sehingga perlu penggantian bedding yang lebih sering agar kesehatan kuda dapat terjaga. Selain itu, lantai pada lorong kandang menjadi becek dan banjir yang mengakibatkan kelembaban di dalam kandang menjadi tinggi sehingga perlu pembersihan sekitar kandang dan menjaga kandang tidak becek dan lembab agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. Kelembaban kandang yang tinggi dapat menyebabkan kuda mudah terserang penyakit (Brady et al., 2010). Menjaga kebersihan dan perawatan kuda secara teratur dapat mempengaruhi kesejahteraan kuda (Bogart and Taylor, 1977). Keunggulan dari kandang terbuka ini ialah kuda dapat berinteraksi satu sama lain karena hanya dibatasi kayu gelondongan saja. Selain itu, sirkulasi udara berlangsung sangat lancar dan baik.

Setiap kandang, baik kandang permanen maupun non permanen, menggunakan tempat minum yang terbuat dari gentong. Hal tersebut agak menyulitkan dalam pemberian dan pembersihan air minum karena air harus dibawa terlebih dahulu ke kandang apabila akan mengisi air minum. Selain itu, saat membersihkan air sisa, tempat minum harus dibawa keluar terlebih dahulu agar air sisa dapat dibuang.

Lantai kandang Alpha umumnya terbuat dari paving block (Gambar 8a), namun terdapat beberapa kandang yang menggunakan ubin berbahan keramik sebagai lantainya (Gambar 8b). Lantai yang terbuat dari ubin keramik lebih mudah dibersihkan karena memiliki permukaan yang rata dan rapat, sedangkan lantai yang terbuat dari paving block terdapat jarak antar satu dengan yang lainnya sehingga serbuk gergaji kotor dan feses dapat terselip diantaranya. Hal tersebut agak menyulitkan saat pembersihan kandang sehingga kandang tidak dapat dibersihkan secara maksimal.

(36)

23

(a) (b)

Gambar 8. Lantai Kandang Alpha, (a) Lantai Kandang dari Pavling Block, (b) Lantai Kandang dari Ubin Keramik

Lantai kandang di kandang Bravo pun berbeda-beda. Lantai pada kandang permanen terbuat dari semen, sedangkan lantai pada kandang kayu terbuat dari tanah yang dipadatkan. Lantai semen lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan lantai tanah (Gambar 9a). Lantai tanah sulit dibersihkan apabila dalam kondisi becek akibat hujan (Gambar 9b). Tanah yang becek menyebabkan bedding menjadi lembab dan basah.

(a) (b)

Gambar 9. Lantai Kandang Bravo (a) Lantai Kandang dari Semen, (b) Lantai Kandang dari Tanah

Selain untuk alas tidur, bedding juga berfungsi untuk menyerap air dari air minum atau urin yang terdapat di dalam kandang agar kandang tidak lembab. Lantai tanah basah dan becek dapat menyebabkan seluruh bedding juga menjadi basah sehingga diperlukan tenaga yang lebih dalam pembersihan kandang karena bedding perlu dikeluarkan seluruhnya agar tidak menimbulkan penyakit terutama penyakit

(37)

24 yang menyerang kaki kuda. Selain itu, lantai yang terbuat dari tanah dapat terkikis karena air hujan sehingga air dapat tergenang.

Alas tidur atau bedding yang digunakan adalah serasah kayu (Gambar 10). Bedding digunakan untuk memberikan kenyamanan bagi kuda saat kuda tersebut istirahat ataupun saat tidur. Selain itu, alas tidur berbahan lunak berfungsi memberikan kehangatan dan melindungi kaki kuda, terutama kuda olah raga. Bahan lain yang dapat digunakan sebagai alas tidur diantarnya ialah gambut, sekam padi, sekam kacang, serbuk gergaji, dan bubur kertas (Brady et al., 2010).

Gambar 10. Alas Tidur dari Serasah Kayu

Serasah kayu yang diperoleh dari berbagai tukang kayu yang ada, kebanyakan didapat dari daerah Bogor, Gunung Putri, dan Citeureup. Serasah kayu yang digunakan sebagai stok disimpan dalam gudang yang berada di belakang mess. Serasah kayu biasanya dikirim ke NPC setiap dua minggu sekali oleh tukang kayu, tergantung pada banyaknya stok yang ada di gudang.

Bedding yang terdapat di kandang tidak pernah diganti secara keseluruhan, hanya yang sudah kotor dan basah saja yang dikeluarkan sedangkan sisanya yang relatif kering dibiarkan. Apabila serasah kayu sudah berkurang atau menipis, serasah kayu yang baru akan ditambahkan ke dalam kandang. Akan tetapi, pada kandang kayu terkadang seluruh alas tidur dikeluarkan dan diganti karena kondisi kandang yang kurang baik menyebabkan air hujan masuk ke dalam kandang sehingga seluruh alas tidur menjadi basah. Menurut Soehardjono (1990), rumput kering dan serbuk gergaji yang basah selain dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan kotor, juga mengakibatkan kuku kuda menjadi lembab dan berjamur.

(38)

25 Setiap petak kandang di kandang Alpha rata-rata menggunakan 7-10 karung dalam setiap penambahan serasah kayu sebagai bedding, sedangkan di kandang kayu Bravo membutuhkan lebih sedikit serasah kayu, yaitu hanya lima sampai enam karung. Hal tersebut dikarenakan kandang permanen pada Alpha maupun Bravo memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan kandang kayu. Selain itu, lantai kedua kandang tersebut berbahan keras sehingga dibutuhkan alas tidur yang lebih tebal dibandingkan kandang kayu yang lantainya berbahan lunak (tanah). Satu karung serasah kayu memiliki berat sebesar 12 kg, sehingga setiap penambahan bedding untuk satu kandang permanen pada Alpha dan Bravo dibutuhkan 84-120 kg serasah kayu untuk menutupi lantai kandang yang bedding-nya sudah mulai menipis. Pada kandang kayu dibutuhkan 60-72 kg serasah kayu. Banyaknya bedding yang ditambahkan untuk menutupi lantai kandang juga menambah banyaknya limbah yang terbuang, selain feses dan urin. Penambahan serasah kayu dilakukan setiap satu sampai dua minggu sekali.

Pakan dan Air Minum

Makanan pokok kuda adalah rumput. Ada beberapa jenis rumput yang dapat diberikan kepada kuda, antara lain : Panicum muticum dan Brachiaria mutica (McBanne, 1994). Pakan yang diberikan kepada kuda di NPC ialah hijauan dan konsentrat (Gambar 11). Hijauan yang digunakan untuk kuda atlet maupun non atlet di NPC ialah B. mutica. Rumput ini merupakan jenis rumput merambat dengan stolon panjang dan besar, sangat berbulu, memiliki rhizoma, tangkai bunga panjang, dan memiliki kelompok bunga yang padat (Quattrocchi, 2006). Rumput ini didapat dari kebun rumput yang ditanam sendiri di sekitar area NPC, seperti disebelah belakang atau selatan kandang dan di lapangan dekat pemukiman penduduk sekitar. Kuda memiliki sekum yang besar dan mengandung mikroorganisme yang mempu mencerna pakan berserat sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan dan jerami serta mengubahnya menjadi zat-zat gizi yang dapat diserap (Blakely and Bade, 1991). Pemberian pakan dilakukan dengan sistem cut and carry. Rumput dipanen pada pagi hari kemudian diangkut ke tempat penyimpanan hijauan untuk dilayukan terlebih dahulu (Gambar 11a) agar kadar air berkurang sehingga kuda mampu mengkonsumsi lebih banyak bahan kering yang berasal dari rumput dan lebih banyak serat kasar yang dikonsumsi untuk mekanisme fisioogis pencernaan kuda.

(39)

26 Selanjutnya rumput diberikan pada siang dan sore hari sebanyak 10 kg per ekor per hari. Jumlah pemberian hijauan sudah sesuai dengan pendapat Pagan (2008) yang menyatakan pemberian rumput minimal 1% dari bobot badan atau sekitar 5 kg BK rumput.

(a) (b)

Gambar 11. Pakan Kuda, (a) Hijauan, (b) Konsentrat

Konsentrat merupakan pakan tambahan energi bagi kuda. Zat makanan yang terkandung dalam konsentrat adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Konsentrat mengandung serat kasar kurang daripada 18% dari bahan keringnya (Crampton dan Harris, 1969). Menurut McBane (1994), konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat serelia yang terdiri dari gandum, jagung, sorgum, berbagai produk serela dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti kacang dan kedelai. Konsentrat yang diberikan pada kuda atlet maupun non atlet adalah berupa pellet dari merk dagang tertentu (Gambar 11b) dengan jumlah yang berbeda-beda bagi setiap kuda sesuai dengan kebutuhan masing-masing kuda atau sekitar 3-4 kg per ekor per hari untuk kuda atlet (kandang Alpha) dan sekitar 2-6 kg per ekor per hari untuk kuda non atlet (kandang Bravo). Pemberian konsentrat di NPC lebih sedikit dibandingkan pernyataan Soehardjono (1990) bahwa pemberian pakan kuda bentuk pellet (konsentrat) untuk kuda olahraga sebanyak 3,75 kg pada pagi hari dan 4,5 kg pada sore hari, sedangkan untuk kuda istirahat sebanyak 3,75 kg pada pagi dan sore hari. Kuda istirahat meliputi kuda betina yang tidak bunting, pejantan sesudah masa kawin, dan kuda olahraga yang tidak dilatih karena cedera atau sedang memperbaiki kondisi. Adapun bahan baku konsentrat terdiri dari dedak gandum, tepung alfalfa, dedak padi, bungkil kedelai, molasses, minyak nabati, garam, trace elements,

(40)

27 vitamin, dan mannan-oligosaccharises dengan komposisi zat makanan yang dapat dilihat pada tabel 4. Konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi sumber energi dan seluruh biji-bijian kemungkinan bermanfaat bagi kuda (NRC, 1989).

Tabel 4. Komposisi Zat Makanan Konsentrat yang Diberikan

Zat Makanan Jumlah

Energi Tercerna (Kkal) 2.400

Protein (%) 12 Lemak (%) 2 Abu (%) 9 Serat Kasar (%) 13,5 Lisin (g) 4 Kalsium (g) 10 Fosfor (g) 5 Magnesium (g) 3

Kebutuhan pakan yang bersifat spesifik bervariasi tergantung pada peman-faatan kuda yang bersangkutan. Menurut Hamer (1993), kuda yang digunakan pada latihan dan berburu diberikan perbandingan yang seimbang antara konsentrat dan serat kasar, sedangkan kuda untuk perlombaan diberikan perbandingan konsentrat yang tinggi dibandingkan serat kasarnya. Adapun konsentrat tambahan adalah oat dan bran. Tidak semua kuda diberikan bahan makanan tambahan tersebut karena bahan makan tambahan tersebut hanya diberikan saat kuda aktif bertanding atau untuk kuda yang terlalu kurus. Menurut Parakkasi (1986), pemberian pakan hendaknya dibedakan berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda (kegunaan).

Konsentrat dan biji-bijian perlu disediakan sebagai sumber energi agar tidak terjadi kekurangan energi dan protein yang cukup untuk diserap di saluran pencernaan kuda. Konsentrat diberikan setiap pagi dan sore hari, dimana pakan sore hari diberikan bersamaan dengan hijauan. Hasil perhitungan analisis proksimat dari rumput dan konsentrat yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 5.

(41)

28 Tabel 5. Hasil Perhitungan Analisis Proksimat dari Rumput dan Konsentrat yang

Diberikan pada Kuda di NPC Berdasarkan Bahan Kering

No. Zat Makanan Rumput Konsentrat

1. Bahan Kering (%) 100 100 2. Abu (%) 9,99 9,86 3. Protein Kasar (%) 7,36 14,69 4. Serat Kasar (%) 44,04 18,67 5. Lemak Kasar (%) 1,16 4,39 6. Beta-N (%) 37,45 52,39

7. Energi Bruto (Kkal) 2950 3624

Sumber : Putri (2011)

Berdasarkan hasil penelitian Putri (2011), dari hasil analisis proksimat pada konsentrat yang diberikan didapat bahwa kebutuhan energi, protein kasar, kalsium, dan fosfor sudah terpenuhi, namun nutrisi yang belum terpenuhi untuk kuda tersebut ialah lisin. Lisin merupakan salah satu jenis asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah banyak, sehingga asam amino lisin ini biasanya ditambahkan dari luar dalam bentuk feed supplement. Graham-Thiers dan Kronfeld (2005) menyatakan bahwa tambahan makanan berupa asam amino dibutuhkan untuk mempertahakan ukuran otot seekor kuda meskipun hanya melakukan sedikit exercise. Selain itu, lisin juga merupakan penyusun jaringan tubuh yang jumlahnya paling besar (Maryuni, 2003). Kandungan nutrisi yang juga mengalami kekurangan ialah magnesium. Magnesium merupakan mineral makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Menurut Parakkasi (1986), gejala kekurangan magnesium adalah mata yang berkaca-kaca, mengalami gangguan syaraf, hipersensitif, ataksia, konvulsi, berkeringat, dan akhirnya tidak dapat sadarkan diri. Setiap pakan yang diberikan, baik hijauan maupun konsentrat, selalu tidak terdapat sisa. Pilliner (1992) menjelaskan pemberian pakan yang berlebihan atau kurang akan mempengaruhi performans kuda.

Air minum yang diberikan pada kuda di kandang Alpha adalah air bersih yang diisi ke dalam tempat minum yang tersedia dan diperoleh dari saluran air yang sudah ada di setiap kandang dengan kapasitas tampung yang sama (Gambar 12a). Tempat minum di kandang Alpha bersifat permanen berbentuk wastafel yang

(42)

29 tertempel di pojok kandang dan dilengkapi dengan dua kran air yang berbeda untuk memudahkan pengisian maupun pembuangan air minum. Air sisa dikeluarkan dengan cara membuka kran pembuangan yang terletak di bawah tempat minum.

(a) (b)

Gambar 12. Tempat Minum Kuda, (a) Kandang Alpha, (b) Kandang Bravo Berbeda dengan kandang Alpha, pemberian air minum di kandang Bravo dilakukan dengan menggunakan selang karena tempat minum bersifat non permanen (Gambar 12b) seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Air diberikan dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari ad libitum atau selalu tersedia dengan cukup. Rata-rata kuda membutuhkan air minum sebanyak 45-54,6 liter air per harinya (Drummond, 1988). Kebutuhan air bagi kuda di NPC sudah mencukupi karena air minum diberikan ad libitum. Tingkat kebutuhan air dipengaruhi oleh bentuk dan jenis pakan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta status fisiologi dari ternak tersebut (Pagan, 2008). Pemberian air di kedua kandang dilakukan dengan cara membuang air sisa dan mengisinya kembali dengan air baru dan bersih hingga penuh untuk mencegah timbulnya penyakit.

Proses Produksi

Menurut Hawcroft (1990), umumnya kuda mengeluarkan feses 10-15 kali dalam sehari. Warna, konsistensi, volume, bau dan frekuensi defekasi sangat tergantung pada jenis pakan dan program latihan yang diterima. Setiap ekor kuda di NPC dapat menghasilkan dua karung feses atau dengan rataan 16,8 kg per ekor per hari untuk kuda di kandang Alpha (Tabel 6) dan 33,1 kg per ekor per hari untuk kuda di kandang Bravo (Tabel 7). Kandang Alpha (35 ekor) dalam sehari dapat

(43)

30 menghasilkan 588 kg feses, sedangkan kandang Bravo (43 ekor) dapat menghasilkan 1.423,87 kg feses (Tabel 8).

Tabel 6. Hasil Pengukuran Jumlah Feses Kuda di Kandang Alpha Kuda Hari ke- Jumlah Rataan 1 2 3 --- (kg/ekor/hari) --- Segunda 15,8 13,5 16,0 45,3 15,1 ± 1,4 Gateada 23,3 14,0 19,0 56,3 18,7 ± 4,7 Franzeza 21,5 13,5 14,5 49,5 16,5 ± 4,4 Jumlah 60,6 41,0 49,5 151.1 50,3 Rataan 20,2 ± 3,9 13,7 ± 0,3 16,5 ± 2,3 50,37 ± 5,6 16,8 ± 1,9 Tabel 7. Hasil Pengukuran Jumlah Feses Kuda di Kandang Bravo

Kuda Hari ke- Jumlah Rataan 1 2 3 --- (kg/ekor/hari) --- Gatot 22 37,5 32,5 92 30,67 ± 7,9 Apolo 31,5 45,5 33 110 36,67 ± 7,7 Sanirae 32 45 19 96 32 ± 13 Jumlah 85,5 128 84,5 298 99,34 Rataan 14,25 ± 5,6 21,3 ± 4,5 14,1 ± 7,9 99,33 ± 9,5 33,1 ± 3,2

Tabel 8. Perkiraan Jumlah Feses dari Seluruh Kuda di Setiap Kandang per Hari Lokasi Kandang Jumlah Kuda

(ekor)

Rataan Feses

(kg/ekor/hari) Total (kg/hari)

Kandang Alpha 35 16,8 588

Kandang Bravo 43 33,1 1.423,3

Total 78 49,9 2011,3

Perbedaan jumlah feses pada kandang yang berbeda salah satunya disebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi kuda. Pemberian konsentrat pada kuda di kandang Bravo lebih tinggi dibandingkan dengan kuda yang ada di kandang Alpha. Hal tersebut dikarenakan pemberian konsentrat pada kuda di kandang Alpha dibatasi agar kuda tidak terlalu gemuk sehingga tidak mengurangi performa kuda dalam bermain

(44)

31 polo. Selain jumlah pakan yang dikonsumsi, umur juga mempengaruhi jumlah feses. Menurut Hogan (1996), kuda muda memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuda tua, sehingga kuda di kandang Alpha yang berumur lebih muda masih dapat memanfaatkan pakannya dengan lebih optimal dan menghasilkan pengeluaran feses yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan kuda tua di kandang Bravo yang kemampuan penyerapan pakannya kurang optimal dan menghasilkan pengeluaran feses lebih banyak.

Menurut Wheeler dan Zajackowski (2001), limbah yang dihasilkan kuda terdiri dari 60% feses dan 40% urin. Rata-rata tiap ekor kuda dapat menghasilkan 0,05 kg feses dan 0,03 kg cairan urin per 0,454 kg berat badan setiap harinya. Kuda yang memiliki berat 454 kg dapat menghasilkan 22,7 kg dan 13,62 kg urin per hari, yang berarti total seluruhnya ialah 36,32 kg limbah yang dihasilkan per hari. Bagaimanapun juga, jumlah feses kuda yang dihasilkan dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, umur, dan bobot badan.

Banyaknya feses yang dihasilkan menunjukan bahwa limbah yang dihasilkan dalam satu hari dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan sekitar apabila tidak ditangani dengan baik dan benar. Kotoran ternak sendiri dapat menghasilkan emisi yang dapat merusak lingkungan apabila tidak diolah, terutama emisi yang dapat menimbulkan efek rumah kaca, yaitu gas CO2, CH4, dan NOx. Menurut Moss (1993), kontribusi relatif komponen gas efek rumah kaca terhadap global warming adalah carbon dioxide (C02) sebesar 49%, methane (CH4) sebesar 18%, nitrous oxide (N20) sebesar 6% dan gas lainnya 27%. Gas-gas tersebut membentuk suatu perisai yang menyebabkan panas yang keluar dari permukaan bumi tidak dapat keluar dari apisan atmosfir, namun akan dipantulkan kembali ke bumi sehingga menyebabkan kenaikan suhu bumi atau disebut juga dengan global warming (Wardhana, 2004). Sektor petemakan dinyatakan mempunyai kontribusi C02 sebesar 9%, CH4 sebesar 37% (terutama ruminansia) dan N2O sebesar 65% terhadap anthropogenic gas rumah kaca (Steinfeld et al., 2006). Emisi tersebut dinyatakan melebihi kontribusi dari sektor transportasi. Pada tahun 2007, emisi CH4 yang dihasilkan dari kegiatan petemakan ini diperkirakan mencapai 897.000 ton (Djajadilaga et al., 2010). Total emisi CH4 sendiri di Indonesia lebih besar dibandingkan negara Filipina dan Cina. Perbedaan emisi CH4 dari usaha peternakan di berbagai negara dipengaruhi banyak

Gambar

Gambar 1.  Proses Penimbangan Feses
Gambar 2. Bagan Manajemen Pengolahan Limbah (USDA, 1994) Proses Produksi
Gambar 3.  Foto NPC Melalui Google Earth (2011), (a) Lapangan Polo, (b) Kandang  Alpha, (c) Kandang Bravo, (d) Kantor dan Lounge Bar
Gambar 4.  Kuda di Kandang Alpha (a) Kuda Arab, (b) Kuda Pony Argentina  Tabel 2.  Populasi Kuda di Kandang Alpha NPC
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Berdasarkan informasi para tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemerintahan di wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang tidak terdapat sanksi berat yang

The reason being that the partner has become too close to the directors and staff in the firm and this may impair his judgement on the financial statements.. However, NorthCee is

Ungkapan rasa syukur dapat ditunjukkan melalui perkataan dan perbuatan. Ungkapan syukur dalam bentuk kata-kata adalah mengucapkan Alhamdulillah pada setiap

Aspek visual dalam karya seni sangat membantu dalam penyampaian sebuah gagasan, dan lukisan merupakan salah satu media untuk menyampaikan ide atau

sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tesis yang berjudul “Penguatan Nasionalisme melalui Revitalisasi Gerakan Pramuka dan Implikasinya terhadap

Levene Statistic df1 df2 Sig. Hipotesis nol ditolak berarti varian economic value added perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Subsektor Minyak dan Gas Bumi