• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Peserta Didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Peserta Didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

SAKINAH 20100117059

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bersangkutan di bawah ini:

Nama : Sakinah

NIM : 20100117059

Tempat, Tanggal Lahir : Maros, 16 April 1999

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Mangempang

Judul : Stategi Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

Menyatakan dengan sebenarnya dan penuh kesabaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 18 Agustus 2022 Penyusun,

Sakinah 20100117059

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

ِىَ ِح ٰرنٱ ٍِ ه ًْح ٰرنٱ ِ هٰللَّٱ ِىْطِب

ِِّبْح ص و ِِّنآ ي ه ع و ِالله ِل ْوُض ر ي ه ع ُو لَٰطنا و ُة لَٰصنا و ِلله ُدًْ حـنا ُدْع ب بٰي أ ، ِ لَا و ٍْ ي و

Segala puji hanya kepada Allah swt. karena dengan ridha, rahmat dan hidayah-Nya, skripsi yang berjudul ‚Strategi Guru Akidah Akhlak Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Peseta Didik Di MTs Negeri 1 Kota Makassar‛

ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Satu (S1) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Salawat serta salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad saw., Nabi yang melakukan revolusi yang sangat besar dunia dan peradaban. Serta salam juga semoga tercurahkan kepada keluarga, sahabat, tabi’in tabi’-tabi’in serta kepada orang-orang yang senantiasa mengikuti petunjuk beliau Aamiin.

Keberadaan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan doa berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya dan setulus- tulusnya kepada kedua orang tua tua penulis, ayahanda Zainuddin Dg Lewa yang penulis cintai dan Ibunda Hawiah tersayang yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, yang tak kenal lelah dan rela mengorbankan apapun sehingga penulis sampai ke jenjang pendidikan Strata Satu (S1), kepada keduanya penulis senantiasa memanjakan do’a dengan penuh harapan semoga Allah swt. Mengasihi dan mengampuni dosa-dosa keduanya sebagaimana keduanya telah mengasihi penulis, dan semoga Allah swt.

senantiasa memudahkan setiap urusan keduanya, serta memberikan keduanya kehidupan yang bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak, serta Suami tersayang Roy Febrianto dan Anakku tercinta Muhammad Azriel, yang

(5)

v

senantiasa mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga senantiasa selalu dalam lindungan Allah swt. Aamiin ya Rabbal

‘alamin.

Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag. Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum. Wakil rektor II, Prof. Dr. H Darussalam Syamsuddin, M.Ag. Wakil Rektor III, Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag. Wakil Rektor IV, atas segala pelayanan serta bantuan yang diberikan selama berada di kampus tercinta ini.

2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dr.Shabir U, M. Ag. Wakil Dekan Akademik, Dr. M. Rusdi, M.Ag., M.Si selaku Wakil Bidang Adminitrasi Umum, Dr. H. Ilyas Ismail, M.Pd., M.Si. Wakil Dekan Bidang kemahasiswaan, beserta seluruh stafnya, atas segala fasilitas yang diberikan dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, dan nasehat kepada penulis.

3. Dr. H. Syamsuri S. S., M.A. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam dan seluruh Staf Jurusan yang memberikan pelayanan terbaik kepada penulis.

4. Prof. Dr. H. Syahruddin, M.Pd. Pembimbing I dan Dra. Hj. Ummu Kalsum, M.Pd.I. Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

(6)

vi

5. Dr. Salahuddin, M.Ag. Penguji I dan Muhammad Iqbal, S.H.I., M.H.I.

Peguji II, yang telah memberikan masukan serta arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Dosen dan Staf di ruang lingkup Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama menuntut ilmu di Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar.

7. Kepala Perpustakaan dan seluruh Staf dengan berbagai fasilitas yang memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

8. Pihak sekolah MTs Negeri 1 Kota Makassar terkhusus Ibu Tuti Auliah Tahir, S.Pd. dan Ibu Nasrah, S.Pd.I., M.Pd. selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak. yang telah membantu peneliti dan memberi kemudahan selama proses penelitian yang penulis jalankan.

9. Adik-adik kelas MTs Negeri 1 Kota Makassar yang telah membantu peneliti selama proses penelitian.

10. Sahabat-sahabatku (Wahida Indarwati, Nur Aisyah, Sarah, Fahriyah, Ayu Anggraeni Adnan) yang senantiasa memberi semangat, do‟a dan bantuan, serta selalu membersamai.

11. Teman-teman kelasku tercinta Pendidikan Agama Islam 3-4 beserta rekan- rekan Mahasiswa Angkatan 2017 tanpa terkecuali terimakasih atas kebersamaannya dalam menjalani hari-hari perkuliahan, semoga menjadi kenangan terindah yang tak terlupakan.

Samata, 18 Agustus 2022 Penyusun,

Sakinah 20100117059

(7)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

أ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ة Ba B Be

ث Ta T Te

ث ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ Kha Kh Ka dan ha

د Dal D De

ذ al Zet (dengan titik di atas)

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

ش Sin S Es

ظ Syin Sy Es dan ye

ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع „ain „ Apostrof terbalik

(8)

viii

غ Gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ن Kaf K Ka

ل Lam L El

و Mim M Em

ٌ Nun N En

و Wau W We

ْ Ha H Ha

ء Hamzah ᾿ Apostrof

ً Ya Y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (᾿).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, literasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ا fatḥah A A

ِا Kasrah I I

ُا ḍamah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

(9)

ix

ْي ى fathah dan yā’ Ai a dan i

ْو ى fathah dan wau Au A dan u

Contoh:

فَْ ك : kaifa ل ْو ْ : haula 3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan Tanda Nama

ى… آ… fatḥah dan alif atau yā’ Ā A dan garis di atas

يى kasrah dan yā’ ̅ I dan garis di atas

وى ḍamma dan wau ̅ U dan garis di atas

Contoh:

ثب ي : māta ي ي ر : ramā مَِْل :q ̅la ُث ْوًُ ٍ : yam ̅tu 4. Tā’ marb ̅tah

Transliterasi untuk tā’ marb ̅tah ada dua, yaitu: tā’ marb ̅tah yang hidup atau mendapatkan harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].

sedangkan tā’ marb ̅tah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marb ̅tah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’

marb ̅tah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

(10)

x Contoh:

ِلب فْط لَْاُت ض ْو ر : rauḍah al-aṭfal

ُت ه ِضب فْناُت ٍُِْد ًْن أ : al-madinah al- fādilah ُت ًْك ِحْن ا : al-ḥikmah

5. Syaddah (Tasdid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid („), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

ب ُٰب ر : rabbanā ب َُْٰج َ : najjainā ك حْن ا : al-haqq ىِّعَُ : nu”ima وُد ع : ‘aduwwun

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ّيِى maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i.

Contoh:

ٌِه ع : „ali (bukan „Aliyy atau „Aly)

ٌِب ر ع : „arabi (bukan „Arabiyy atau „Araby) 6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang diliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

(11)

xi Contoh:

ُصًْٰشا ا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ُت ن سْن ٰسن ا : al-zalzalah (bukan az-zalzalah) ُت ف طْه فْن ا : al-falsafah

ُد لَِبْن ا : al-biladu 7. Hamzah

Aturan literasi huruf hamzah menjadi apostrof (᾿) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

ٌ ْو ُرُيْأ ت : ta’murun ُع ْوُٰن ا : al-nau’

ءٌْ ش : syai’un ُث ْرِيُأ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata istilah atau kalimat Arab yang dileterasikan adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur‟an (dari al-Qur’an), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari suatu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh:

FiZilāl al-qur’ān

Al-Sunnah qabl al-tadwin

(12)

xii 9. Lafz al-Jalalah ( هالّل )

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

ِ ٰللَّ ٍٍُْ ِد dinullāh ِٰللَّبِب billāh

Adapun tā’ marb ̅tah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al- jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

ِٰاللِّت ًْح ر ْيِف ْىُْ hum fi rahmatillāh 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenakan huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD).

Huruf kapital misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului p;eh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).

Contoh:

Wa mā Muhammadun illā rasul

Innna awwala baitin wudi’a linnāsi lallazi bi Bakkata mubarkan Nasir al-Din al-Tusi

(13)

xiii Abu Nasr al-Farābi

Al-Gazali

Al-Munqiz min al-Dalāl

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibn (anak dari) dan Abu (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

Abu al-Walid Muhammad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibn Rusyd, Abu al- Walid Muhammad (bukan: Rusyd, Abu al-Walid Muhammad Ibn)

Nasr Hāmid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hāmid (bukan: Zaid, Nasr Hamid Abu)

11. Singkatan yang digunakan Swt : Subhanahu Wa ta’ala

Saw : Shalallaahu Alaihi Wassalaam MTs : Madrasah Tsanawiyah

(14)

xiv ABSTRAK Nama : Sakinah

NIM : 20100117059

Fak/Jur : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul : Strategi Guru Akidah Akhlak Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Peseta Didik Di MTs Negeri 1 Kota Makassar Penelitian ini membahas tentang Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di MTs Negeri 1 Kota Makassar. Adapun tujuan ini untuk; 1) Mendeskripsikan bentuk perilaku meyimpangan yang dilakukan peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar. 2) Mendeskripsikan strategi guru akidah akhlak dalam mengatasi perilaku menyimpang peserta didik di MTs Negeri 1 kota Makassar. 3) Mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar. Jenis penelitian yang di gunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan fenomenologis. Sedangkan metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Mengetahui bagaimana bentuk perilaku meyimpangan yang dilakukan peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar yaitu, termasuk dalam bentuk pembelajaran peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru peserta didik mencatat penjelasan dari guru,dan peserta didik aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. 2) Mengetahui bagaimana strategi guru akidah akhlak dalam mengatasi perilaku menyimpang peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar. Yaitu cara belajar yang sistematis, peserta didik mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru, peserta didik mengikuti pelajaran secara tepat, peserta didik mengikuti pelajaran secara teratur, peserta didik mengikuti pelajaran secara berkesinambungan, peserta didik mengulangi pelajaran yang telah lalu, peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah lalu, peserta didik terkadang masih samar-samar dalam ingatan akan pelajaran atau materi yang didapatkan pada saat proses belajar mengajar. 3) Mengetahui bagaimana faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar. Yaitu Bolos belajar artinya meninggalkan kelas atau sekolah tanpa izin ketika masih jam berlangsung atau mampir dikantin atau keluyuran. Sering minta izin meninggalkan kelas. Peserta didik sering minta izin meninggalkan kelas baik yang belajar dengan guru tertentu namun juga untuk semua guru yang mengajar dikelas itu ada yang benar-benar meninggalkan kelas karena keperluan penting.

(15)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ...xiv

DAFTAR ISI ...xv

DAFTAR TABEL ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ...4

C. Rumusan Masalah ...5

D. Kajian Pustaka ...5

E. Tujuan dan Keguruan Penelitian ...10

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...12

A. Strategi Guru Akidah Akhlak ...12

B. Bentuk Perilaku Menyimpang ...16

C. Faktor Perilaku Menyimpang ...22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...25

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ...25

B. Pendekatan Penelitian ...26

C. Sumber Data ...26

D. Metode Pengumpulan Data ...27

E. Instrumen Penelitian ...29

F. Teknik Analisis Data ...29

G. Pengujian Kesahan Data ...31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...33

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...34

B. Hasil Penelitian ...44

BAB V PENUTUP ...59

A. Kesimpulan ...59

(16)

xvi

B. Implikasi Penelitian ...59 DAFTAR PUSTAKA ...61 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...63

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Indikator Penyimpang Peserta Didik Di Sekolah ... 26 TABEL 4.1 Nama-nama Guru di MTs Negeri 1 Kota Makassar ... 38 TABEL 4.2 Sarana dan Prasaran a MTs Negeri 1 Kota Makassar ... 42 TABEL 4.3 Strategi Guru Akidah Akhlak dalam mengatasi perilaku menyimpang peserta didik kelas VII MTs Negeri 1 Kota Makassar ... 43 TABEL 4.4 Bentuk Perilaku Penyipangan yang dilakukan Peserta Didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar ... 47 TABEL 4.5 Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang pada Peserta Didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar ... 51

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa remaja (khususnya peserta didik sekolah menengah pertama) adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan masih labil. Disamping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif. Perlu kita akui bahwa masa ini adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat, kemampuan dan minat. Selain itu, masa ini adalah masa pencairan nilai-nilai hidup, dan sebaiknya mereka diberi bimbingan agama agar menjadi pedoman hidup baginya.1

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang bertantangan satu sama lain. Misalnya rasa ketergantungan pada orang tua, mereka tidak ingin orang tua terlalu banyak campur tangan dalam urusan pribadinya, seringkali melihat remaja terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak berkendali. Dan kadang-kadang membawa pengaruh terhadap kesehatan jasmaninya, atau sekurang-kurangnya pada kondisi jasmani, seperti tangan menjadi dingin atau berkeringat, sesak nafas, kepala pusing, dan sebagainya. Diantara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada masa remaja, adalah konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan baik yang terjadi pada kehidupan sendiri, maupun yang terjadi dalam masyarakat umum ataupun disekolah.

Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal,

1 Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 1

(19)

dan usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir, tetapi sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

Remaja atau peserta didik ini, sebetulnya tidak mempunyai posisi yang jelas dalam status sosial. Mereka sudah tidak masuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa.

Remaja ada diantara anak dan orang dewasa sehingga remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Mereka masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya.2

Saat ini banyak lembaga-lembaga pendidikan yang sedang dilanda keprihatinan akan bahaya kenakalan siswa yang semakin meresahkan dan menganggu ketenangan dan ketentraman dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan tersebut.

Strategi merupakan suatu cara untuk bertindak dalam melakukan sesuatu, demi memperoleh keberhasilan dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam dunia pendidikan, strategi juga sangat diperlukan dalam suatu rangkaian kegiatan agar tercapainya suatu tujuan pendidikan yang diinginkan. Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar yang ikut berada dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial.

Guru akidah akhlak meletakkan keberhasilan ilmu pengetahuan dengan diimbangi mental yang sehat dan akhlak yang mulia, sehingga bermanfaat bagi kecerdasan umat dan negara. Oleh karena itu, setiap program pendidikan harus diusahakan secara maksimal dalam rangka pengembangan kepribadian, menanamkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik.

2 Mohammad Ali, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2010), h. 9

(20)

Selain pola pergaulan, media juga sering dituding sebagai sebab mengapa anak didik seringkali melakukan kenakalan-kenakalan. Banyak program-program media khususnya televisi yang masih banyak terselip kenakalan-kenakalan yang diperankan oleh anak-anak yang kemudian ditirukan oleh anak-anak sebayanya.

Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda, perbedaan-perbedaan tersebut makin terlihat sejalan dengan perkembangan individu. Kata perbedaan dalam istilah, perbedaan individu adalah merupakan suatu variasi yang terjadi, baik pada aspek fisik maupun psikologis.

Pengembangan psikoligis kenakalan anak adalah “perubahan-perubahan yang dialami anak menuju kedewasaan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan kesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmani) maupun psikis (rohani).”

Melihat pengertian perkembangan psikologi kenakalan anak diatas, maka strategi guru akidah akhlak pada peserta didik sangat penting, di samping melaksanakan pengajaran juga sebagai motivator, suritauladan, dan pembangun akhlak mulia pada peserta didik.

Untuk mengatasi kenakalan yang terjadi pada saat proses belajar mengajar dalam hal ini, pendidik lebih mengalihkan perhatian siswa dengan cara banyak melakukan kegiatan pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman kepada murid, seperti menimbulkan minat dan perhatian siswa pada apa yang dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar, agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga dapat meminimalisir kenakalan yang akan dilakukan siswa tersebut.

Berdasarkan observasi yang peneliti laksanakan pada tanggal 25 November 2021, peneliti mengamati peserta didik saat berada dalam lingkungan sekolah terdapat peserta didik laki-laki memakai seragam sekolah dengan ujung baju di luar, beberapa peserta didik ditegur oleh guru karena terlambat

(21)

mengumpulkan tugas. Oleh sebab itu, guru akidah akhlak berperan karena yang mengajarkan tentang perilaku, akhlak, serta moral. Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judulpenelitian tentang Strategi Guru Akidah Akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa kelas VII MTs Negeri 1 Kota Makassar.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

Strategi Guru Akidah Akhlak dalam mengatasi perilaku menyimpang Peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar

1. Strategi Guru Akidah Akhlak dalam mengatasi perilaku menyimpang peserta didik kelas VII MTs Negeri 1 Kota Makassar diantaranya yaitu menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang harmonis dan memperbanyak waktu luang dengan peserta didik 2. Bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar, diantaranya yaitu bolos ketika pembelajaran sedang berlangsung, sering datang terlambat, selalu mengganggu teman pada saat pembelajaran, tidak mengerjakan tugas, dan menggunakan HP pada saat jam pembelajaran.

(22)

3. Faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar diantaranya yaitu:

a. Faktor Internal merupakan faktor yang ada dalam diri sendiri yaitu sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan keluarga 2. Faktor lingkungan tempat tinggal

b. Faktor Eksternal merupakan faktor yang dari luar diri sendiri yaitu sebagai berikut:

1. Faktor terhadap terman bergaul 2. Faktor teknologi

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, berikut rumusan masalah.

1. Bagaimana bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar?

2. Bagaimana Strategi Guru Akidah Akhlak dalam mengatasi perilaku menyimpang peserta didik kelas VII MTs Negeri 1 Kota Makassar?

3. Apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar?

D. Kajian Pustaka

(23)

1. Skripsi oleh Arif Rahman Hakim yang berjudul “Upaya Guru PAI dalam Menanggulangi Perilaku Menyimpang pada Peserta didik di Madrasah Tsanawiah Negeri Madium”.3 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi perilaku menyimpang peserta didik di MTsN Madiun adalah preventif yaitu mencegah perilaku menyimpang, misalnya penyimpangan ringan yaitu: bolos, terlambat ke madrasah, menyontek, perilaku tidak sopan, dan lain-lain. Hal ini dilakukan dengan memberinya wadah kegiatan bernuansa keagamaan.

Represif menghalangi timbulnya penyimpangan yang lebih besar seperti merazia barang yang dibawa siswa, misalnya menasehati, dan memberinya peringatan. Kuratif dan rehabilitas yakni memperbaiki individu yang melakukan perilaku menyimpang. Juga dengan pendidikan agama serta menyediakan lembaga konseling untuk penanganan lebih lanjut.

Perbedaan dari penelitian terdahulu dan skripsi yang akan saya teliti yaitu lokasi penelitian terdahulu di sekolah Madrasah Tsanawiah Negeri Madium. Sedangkan lokasi tempat penelitian saya di MTs Negeri 1 Kota Makassar. Pada penelitian ini dapat di lihat cara menanggulangi perilaku menyimpang. Sedangkan perbedaan dalam judul peneliti adalah membuat strategi atau membuat rancangan dalam mengatasi perilaku menyimpang.

2. Skripsi oleh Rina Khoiru Sifa yang berjudul “ Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Menangani Kenakalan Siswa Mts Nurul Haq Rumbia Lampung Tengah”. 4 Jenis penelitian ini adalah kualitatif lapangan.

3Arif Rahman Hakim, Upaya Guru PAI dalam Menanggulangi Perilaku Menyimpang pada Peserta didik di Madrasah Tsanawiah Negeri Madium, h. 1.

4Rina Khoiru Sifa, Strategi Guru Aqidah Akhlak dalam Menangani Kenakalan Siswa Mts Nurul Haq Rumbia Lampung Tengah, h. 1.

(24)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Guru Aqidah Akhlak menerapkan strategi tindakan prefentif dan tindakan hukuman saja, dan mengabaikan tindakan-tindakan yang lainnya, seperti tindakan refresif, kuratif dan rehabilitas. Hal ini terlihat dari sikap guru dalam menangani kenakalan siswa dengan memberi hukuman dan sangsi kepada siswa yang melakukan pelanggaran atau kenakalan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa guru akidah akhlak belum secara maksimal menerapkan strategi dalam menangani kenakalan siswa di MTs Nurul Haq. Perbedaan dari penelitian terdahulu dan skripsi yang akan saya teliti terdapat pada judul penelitian yaitu peneletian terdahulu di sekolah Mts Nurul Haq Rumbia Lampung Tengah. Sedangkan lokasi tempat penelitian saya di MTs Negeri 1 Kota Makassar. Terdapat perbedaan lain yaitu penelitian terdahulu mengambil judul “Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Menangani Kenakalan Siswa Mts Nurul Haq Rumbia Lampung Tengah”. Sedangkan judul yang peneliti ambil “Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di MTs Negeri 1 Kota Makassar”. Pada penelitian ini menggunakan strategi dalam menangani kenakalan siswa, cara melihat sikap guru dengan memberikan hukuman.

3. Skripsi oleh Mahfud Sazali yang berjudul “Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Mencegah Pengaruh Budaya Minuman Keras (Miras) Terhadap Remaja (studi kasus di MTs Nurul Huda Desa Geneng Kecamatan Mijen Kabupaten Demak)”. 5 Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Strategi guru akidah akhlak dalam mencegah budaya

5Mahfud Sazali, Strategi Guru Aqidah Akhlak dalam Mencegah Pengaruh Budaya Minuman Keras (Miras) Terhadap Remaja (studi kasus di MTs Nurul Huda Desa Geneng Kecamatan Mijen Kabupaten Demak), h. 1.

(25)

mengomsumsi miras yang sedang berkembang di masyarakat secara garis besar dilakukan dengan cara antara lain: melalui kegiatan: a).

Pembelajaran dengan menekankan konsep PAIKEM, b). Menjalin komunikasi dengan peserta didik, c). Peran guru sebagai teladan dan motivator, d). Mendidik untuk berbakti kepada orang tua.6Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan skripsi yang akan saya teliti yaitu; penelitian terdahulu mengambil judul “Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Mencegah Pengaruh Budaya Minuman Keras (Miras) Terhadap Remaja (studi kasus di MTs Nurul Huda Desa Geneng Kecamatan Mijen Kabupaten Demak)”. Sedangkan judul yang akan saya teliti yaitu;

“Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang di MTs Negeri 1 Kota Makassar”. Pada penelitian ini menggunakan strategi dalam mencegah budaya minuman keras, dengan menggunakan konsep PAIKEM dan lebih aktif dalam berkomunikasi terhadap siswa.

4. Skripsi oleh Riska yang berjudul “Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di Madrasahaliyah Riyadhul Jannah Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat” Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimbulkan bahwa Bentuk kenakalan siswa di Madrasah Aliyah Riyadhul Jannah Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut observasi dilapangan bentuk kenakalan siswa di madrasah Aliyah Riyadhul Jannah yaitu para siswa melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah seperti membolos, merokok, di

6Mahfud Sazali, Strategi Guru Aqidah Akhlak dalam Menangani Kenakalan Siswa Mts Nurul Haq Rumbia Lampung Tengah, h. 1.

(26)

lingkungan sekolah, membuat keributan dikelas.7Perbedaan dari skripsi terdahulu dengan judul peneliti terdapat pada lokasi penelitian, peneliti terdahulu melakukan peneitian di Jawa Barat sedangkan lokasi pada penelitian saya yaitu di Makassar. Pada penelitian ini guru memberikan upaya dalam mengatasi kenalan seperti bolos dan merokok, sedangkan judul penelitian yang saya lakukan adalah membentuk strategi dalam menangani siswa.

5. Skripsi oleh Imroatur Rosyidah yang berjudul “Strategi Guru Akidah Akhlak Dalam Menanggulangi Kenakalan Peserta Didik di MTS Al-Huda Bandung Tulungagung” Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam rangka menanggulangi kenakalan remaja siswa di MTS AL-Huda Bandung, peran guru aqidah akhlak sebagai berikut : 1.Guru sebagai desain pembelajaran; Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peran guru akidah akhlak dalam menanggulangi kenakalan remaja pada siswa sebagai pendesain pembelajaran bahwasanya peran guru dalam mendesain suatu pembelajaran juga sangat berpengaruh dalam menanggulangi kenakalan remaja pada siswa saat ini, karena dalam proses pembelajaran yang menyenangkan juga akan bisa mengendalikan akhlak yang dimiliki oleh siswa dikesehariannya. 2. Guru sebagai pendidik dan pembimbing; Guru akidah berperan sebagai pendidik dan pembimbing dalam menanggulangi kenakalan remaja pada siswa. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis, bahwasanya guru sebagai pendididk haruslah bias memberikan arahan serta menanamkan nilai akhlak kepada siswa, serta mendewasakan

7 Riska, “Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Kenakala Siswa di Madrasah Aliyah Riyadhul Jannah Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat” Skripsi (Jambi:

Pendidikan Agama Islam Fakultas Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2018), h. 85.

(27)

pemikiran siswa agar nantinya siswa tersebut menerapkkan nilai-nilai yang ideal dan standar bagi masyarakat.8Perbedaan dari skripsi terdahulu dengan judul peneliti terdapat pada lokasi penelitian yaitu, peneliti terdahulu melakukan peneitian di Bandung sedangkan lokasi pada penelitian saya yaitu di Makassar. Pada penelitian ini strategi guru dalam menanggulangi kenakalan peserta didik, dengan hasil penelitian yang di dapatkan dengan membuat desain pembelajaran yang dapat berpengaruh bagi perilaku peserta didik.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

b. Untuk mendeskripsikan bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

c. Untuk mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang peneliti lakukan:

a. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan wawasan berkaitan dengan perilaku- perilaku menyimpang pada peserta didik, interaksi guru dan peserta didik.

b. Kegunaan Praktis

8Imroatur Rosyidah, “Strategi Guru Akidah Akhlak Dalam Menanggulangi Kenakalan Peserta Didik di MTS Al-Huda Bandung Tulungagung”Skripsi (Tulungagung: Pendidikan Agama Islam Fakultas Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2018), h. 67.

(28)

1) Bagi subjek penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perilaku menyimpang peserta didik dan penyesuaian diri.

2) Bagi Sekolah, penelitian ini sebagai informasi agar dapat mengetahui perilaku menyimpang peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar dan strategi guru akidah akhlak.

(29)

12 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Strategi Guru Akidah Akhlak

1. Pengertian Strategi Guru Akidah Akhlak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer strategi adalah mengatur, merencanakan, terutama dengan menggunakan stratagem (perlengkapan), rencana cermat tentang suatu kegiatan guna meraih suatu target atau sasaran.

Strategi menurut peneliti adalah suatu perumusan dalam menentukan pemecahan, masalah dan kebijakan umum yang di hadapi oraganisasi dalam menghadapi keputusan yang menentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi serta penekanan pada pola tujuan dan kerangka kerja.

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberikan arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan bicara serta bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, juga sering menjadi perhatian masyarakat luas.

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi seorang guru harus “memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesinya, yakni sikap keprofesional keguruan terhadap: 1) Peraturan Perundang-undangan, 2)

(30)

Organisasi Profesi, 3) Teman Sejawat, 4) Anak didik, 5) Tempat kerja, 6) Pemimpin, 7) Pekerjaan.1

Pendidikan dinyatakan oleh John Dewey yang dikutip oleh H. M. Arifin yaitu sebagai “Suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (Intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabiat manusia”.2

Disisi lain ada beberapa kemampuan yang mesti dimiliki oleh seorang guru profesional dalam Perilaku Menyimpang disekolah sebagai berikut:

a) Pemahaman individu yaitu konselor harus dapat memahami siswa bermasalah serta motif bertingkah laku.

b) Menanamkan nilai spiritual agama c) Memberikan cinta kasih sepenuhnya3 2. Tujuan Guru Akidah Akhlak

Mengoptimalkan pembelajaran pada aspek afektif berhubungan dengan nilai (value) yang dalam konteks ini adalah suatu konsep yang berbeda dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak dalam dunia empiris.

Pengoptimalan aspek afektif akan membantu membentuk siswa yang cerdas sekaligus memiliki sikap positif dan secara motorik terampil. Ini yang diharapkan dapat dihasilkan dari penggunaan strategi secara aktif.

Mengoptimalkan pembelajaran pada aspek afektif Dalam proses belajar terkadang siswa bersifat pasif sehingga hanya memperoleh kemampuan intelektual (kognitif) saja. Idealnya, sebuah proses pembelajaran menghendaki hasil belajar yang seimbang antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketika

1 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 43

2 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 2012), h. 3

3 Djumhur, I Moh. Surya, (1978). Penyuluhan Sekolah, CV. Ilmu Bandung.

(31)

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, siswa akan mencari sendiri pengertian dan membentuk pemahamannya sendiri dalam pikiran mereka. Dengan demikian, pengetahuan baru yang disampaikan oleh guru dapat diinterprestasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan strategi guru akidah akhlak yaitu komponen yang utama segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.hal ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karena itu, keberhasilan suatu strategi dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.

3. Pengertian Akidah dan Akhlak

Akidah adalah suatu keyakinan dalam hati yang diyakini kebenarannya oleh manusia dan diyakininya, Akidah merupakan pondasi utama dalam ajaran Islam. Karena itu merupakan dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan seseorang yang wajib di milikinya untuk dijadikan pijakan dalam segala sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.4 Guru Akidah akhlak adalah guru yang memiliki tugas pokok mendidik dan mengamalkan ilmu-ilmu berkaitan dengan akhlak, kepribadian dan karakter.

Strategi guru akidah akhlak adalah suatu cara untuk bertindak dalam melakukan sesuatu, dan mendidik dan mengamalkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan akhlak, kepribadian, dan karakter demi memperoleh keberhasilan dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam dunia pendidikan, strategi juga sangat diperlukan dalam suatu rangkaian kegiatan agar tercapainya suatu tujuan pendidikan yang diinginkan.

Dari uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa secara umum guru akidah akhlak adalah guru yang bertugas mengajarkan pendidikan agama Islam pada

4 Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 110-111

(32)

sekolah baik negeri maupun swasta, baik guru tetap maupun tidak tetap. Mereka mempunyai peran sebagai pengajar yang sekaligus merupakan pendidik dalam bidang agama Islam. Tugas ini bukan hanya mereka lakukan di sekolah, melainkan tetap melekat pada diri mereka sama keluar sekolah. Ini dikarenakan guru akidah akhlak tersebut harus selalu memperhatikan sikap keteladan sehingga selalu dituntut untuk mengamalkan ajaran agama.

Menurut istilah etimologi (bahasa) perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu, Akhlak yang mengandung arti “budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat”. Sedangkan secara terminologi (istilah), maka akhlak adalah suatu sifat yang melekat dalam jiwa dan menjadi kepribadian, dari situlah memunculkan perilaku yang spontan, mudah, tanpa memerlukan pertimbangan.5

Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

1. Menurut Ibnu Mazkawaih, akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran dan perencanaan.

2. Menurut Al-Ghozali: “fakhluqu ‘ibaratun ‘an haiatin fin nafsi raasikhatun

‘anha tashdurul af’alu bisuhuulatin wa yusrin min ghairi hajaatin ila fikrin wa ru’yatin” akhlak adalah sifat tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dilakukan tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan).6

5Adjat sudrajat dkk, Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, (Yogyakarta: UNY Perss, 2008), 88.

6 Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, Juz 3, (Qahirah: Isa Al-Bab AI-Halabi, tt), 52.

(33)

3. Menurut Rosihan Anwar, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.7

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar- benar telah melekat sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.8

B. Bentuk Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam masarakat. Adapun bentuk-bentuk perilaku menyimpang yaitu sebagai berikut:

1. Tindakan Kriminal atau Kejahatan

Tindak kriminal maupun kejahatan umumnya bertentangan dengan norma sosial, dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Yang masuk ke dalam tindak kriminal antara lain: pencurian, penganiayaan, pembunuhan, penipuan, pemerkosaan, dan perampokan. Tindakan kejahatan ini biasanya menyebabkan pihak lain kehilangan harta benda, cacat tubuh bahkan kehilangan nyawa.

2. Sekx Bebas

Dalam lingkungan masyarakat yang bernorma, hubungan seksual sebelum atau di luar nikah tidak dapat dibenarkan, khususnya norma agama, sosial maupun moral yang dianggap sebagai bentuk penyimpangan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Hubungan seksual akan dianggap sah dan dapat dibenarkan bila

7 Rosihan Anwar, Asas Kebudayaan Islam, (Badung: Pustaka Setia,2010), 14.

8 Ibnu Maskawaih, Tahdzib Al-Akhlak wa Thathhir Al-A’raq, (Beirut: Maktabah Al- Hayah li Ath- Thiba‟ah wa Nasyr, cetakan k-2), 51.

(34)

seseorang sudah resmi menikah. Jenis hubungan seksual macam ini antara lain, pelacur, dan pemerkosaan.

3. Kenakalan remaja

Masalah kenakalan remaja sering menimbulkan kecemasan sosial karena dapat menimbulkan “gap generation” karena remaja yang diharapkan sebagai kader penerus bangsa tergelincir kearah perilaku yang negatif. Kenakalan (delinquency) menurut pakar pendidikan Prof. Dr. Fuad Hasan adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak ataupun remaja yang jika dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.9

Sebuah hadits dari sahabat mulia Abu Hurairah radhiallahu „anhu kiranya bisa menjadi peredam galau para pendidik atau orang tua. Kata Nabi shallallahu

„alaihi wa sallam,

الله ي مْه ٍ يٰت ح ِِّنب ي و ِِِد ن و و ِِّطْف َ ٌِف ِت ُِي ْؤًُْنا و ٍِِي ْؤًُْنبِب ُء لَ بْنا ُلا س ٍ ب ي ت ئَْ ِط خ َِّْ ه ع ب ي و ي نب ع ت

Artinya:

“Senantiasa mendapat cobaan pada seorang mukmin dan mukminah, baik dari dirinya, anaknya, dan hartanya, hingga ia berjumpa Allah subhanahu wa ta‟ala dalam keadaan tiada membawa dosa padanya.” (HR. at-Tirmidzi, no.2399)

Asy-Syaikh Ibnu „Utsaimin rahimahullah menjelaskan hadits di atas, bahwa hadits tersebut menjadi dalil manakala seseorang yang bersabar dan mengharap pahala di sisi Allah subhanahu wa ta‟ala, kelak Allah subhanahu wa ta‟ala memupus dosa-dosanya. Apabila seorang individu ditimpa musibah pada diri, anak, atau hartanya, lalu ia bersabar hingga tiada lagi dosa melekat padanya.

Hadits ini pun menjadi dalil bahwa cobaan yang menimpa pada diri, anak, dan

9Rina Muyani, Perilaku Menyimpang, (Yogyakarta: Sentra Edukasi Media, 2018) h.33-36

(35)

hartanya menjadi kaffarah (pemupus) bagi dosa-dosanya. (Syarhu Riyadhi ash- Shalihin, 1/116)10

Allah subhanahu wa ta‟ala telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa setan akan senantiasa menghalangi manusia dari jalan-Nya yang lurus.

Allah subhanahu wa ta‟ala berfirman dalam QS. Al-A‟Raf 7/16-17:

ََلاَق

َ َك َطََٰر ِصَۡمُه َلََّنَدُعۡقَ َلََ ِنَِتۡيَوۡغَأَٓاَهِبَف َ

ََميِقَت ۡسُه ۡ ل ٱ

ََ

١٦

َ َ ََّمُث

َ َ

لََوَۡۖۡمِهِلِئ ٓاَهَشَوَعَوَۡمِهِنََٰمۡيَأَ ۡوَعَوَۡمِهِفۡلَخَ ۡوِنَوَۡمِهيِدۡيَأَِ ۡيَۡبَۢوِّنَمُهَّنَيِتلَأٓ

ََ َويِرِكَٰ َشَۡمُهَ َثَۡكَأَُدِ َتَ

١٧

Terjemahnya:

(Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menghukum saya telah sesat, pasti saya akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian pasti saya akan datangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”

Karena itu, setan menempuh banyak jalan untuk menyesatkan manusia.

Sekian banyak manusia terjerumus ke jurang nista, menempuh jalan-jalan sesat.

Itulah penyimpangan: saat manusia menyelisihi jalan Allah subhanahu wa ta‟ala yang lurus, menempuh jalan-jalan setan.

Dari ayat di atas, perilaku menyimpang bisa didefinisikan sebagai perilaku yang menyelisihi jalan Allah subhanahu wa ta‟ala yang lurus dan menempuh jalan lain yang ekstrem (berperilaku berlebihan atau perilaku bermudahan), bisa dalam perkara syahwat maupun syubhat (pemikiran rancu), meninggalkan yang wajib, melakukan yang diharamkan, dan berbuat bid‟ah.

Perilaku menyimpang oleh siswa sering kali merupakan gambaran dari gangguan tingkah laku siswa yang menurut Dadang Hawari yang di kutip oleh Aat Syafaat, ditandai dengan tiga atau lebih kriteria dari gejalagejala berikut ini:11

10 https://asysyariah.com/perilaku-menyimpang-remaja/

11 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2008). h. 82-83.

(36)

1) Bolos sekolah

2) Dikeluarkan dari sekolah 3) Kabur dari rumah

4) Berbohong 5) Seks diluar nikah 6) Narkoba.

7) Mencuri.

8) Tidak mematuhi aturan-aturan yang ada dirumah atau di sekolah 9) perkelahian.

Beraneka ragam tingkah laku atau perbuatan siswa yang sering menimbulkan kegelisahan dan permasalahan terhadap orang lain. Sering di kemukakan bahwa siswa itu nakal, kenakalan itu sedemikian rupa mengesalkan, melelahkan, maupun merugikan orang lain.

Menurut didik hermawan dalam buku yang berjudul aku sudah gede, disebutkan bahwa bentuk kenakalan remaja/peserta didik dapat di bagi menjadi empat macam, yaitu:

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain.

2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi dipihak lain.

3) Kenakalan yang menimbulkan korban dipihak lain, seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, dan lain-lain.

4) Kenakalan yang melawan status, misalnya membolos sekolah.12

Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa macam-macam bentuk kenakalan ini masih ada beberapa bentuk kenakalan yang bersifat umum.

Adapun bentuk kenakalan siswa yang bersifat khusus antara lain yaitu menetang

12 Hermawan, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia,2006), h. 98

(37)

guru, membolos, berpakaian yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah, taruhan dan perkelahian atau tawuran. Dari beberapa bentuk kenakalan diatas semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Adapun aspek-aspeknya yaitu terdiri dari aspek perilaku yang melanggar aturan dan status, perilakuyang membahayakan diri sendiri dan orang lain, perilaku yang menimbulkan korban materi dan perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

Bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan diatas biasanya di lakukan oleh siswa ketika mereka senang adalah masalah berat atau frustasi. Frustasi adalah

“suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya, atau menyangka akan terjadi suatu hal yang menghalangi keinginannya orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda untuk sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia akan menerima frustasi itu sementara waktu saja, sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan untuk mencapai keinginannya”.13

Kemudian konflik batin yang merupakan adanya pertentangan antara dua macam dorongan atau lebih yang saling berlawanan, dan tidak mungkin terpenuhi dalam waktu yang bersamaan. Konflik itu pun dapat diselesaikan dengan arif dan bijaksana jika seseorang mampu mengunakan akal sehatnya dan suasana batin yang tentram, terutama dalam menentukan sikap dan langkah hidupnya.

Keadaan lingkungan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan akan menimbulkan konflik bagi siswa, adapula guru-guru yang datangnya tidak teratur serta bersikap masa bodoh terhadap siswa, sehingga siswa banyak mengalami kesulitan atau frustasi. Kondisi sekolah, sistim pengajaran disekolah tidak menguntungkan akan menjurus siwa kepada tingkah laku yang tidak baik. Siswa

13Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) h. 46.

(38)

tidak mendapat kepuasan di sekolah, siswa merasa bosan akan pelajaran sehingga tidak mencapai hasil yang baik. Pelajaran tidak sesuai dengan kesanggupan dan minat siswa dan tidak mendapat bimbingan tentang pelajaran yang efektif.

Ketidakpuasan tersebut mengakibatkan siswa sering meninggalkan sekolah dan berperilaku tidak baik.

Kesehatan mental yang terjadi pada siswa sangan beragam bentuknya.

Didalam hidup seorang siswa sebagai manusia yang memiliki sikap sosial, tentu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi, jika kebutuhannya tidak dapat dipenuhinya maka akan menjadi gelisah dan merasa tekanan batin.

Sedangkan kegelisahan dan tekanan batin ini akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kadang akan menyimpang dari hal yang wajar. Bagi orang yang sehat mentalnya, maka segala usaha yang ia akan lakukan akan selalu wajar dan dapat mencapai tujuan dengan mudah. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, rasa mengenal dan rasa sukses.

Di bawah ini, akan di jelaskan beberapa kenakalan siswa yang sering dilakukan siswa diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Indikator Penyimpang pada Peserta Didik di Sekolah/Madrasah

Aspek kedisiplinan - Alpa/Absen

- Terlambat masuk kelas - Tidak mengerjakan tugas - Meninggalkan kelas saat jam pelajaran

- Mengaktifkan hp atau bermain hp saat pelajaran berlangsung

(39)

- Bolos sekolah

Aspek kerapihan - Tidak memakai topi/kopiah dilingkungan sekolah

- Tidak memakai atribut sekolah secara lengkap

- Potongan rambut tidak rapi/rambut panjang bagi anak laki-laki

- Memakai perhiasan

Aspek toleransi -Ribut di kelas

- Tidak memperhatikan guru - Mengganggu teman

- Tidur saat jam pelajaran berlangsung

Sumber Data: Dokumentasi tata tertib MTs Negeri 1 Kota Makassar

Pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa, peserta didik yang melanggar poin tersebut maka langsung dilakukan penanganan berupa peneguran, peringatan dan pembinaan. Peserta didik yang melakukan pelangaran maksimal tiga kali maka dilakukan penanganan lebih lanjut.

C. Faktor Perilaku Menyimpang

Sesungguhnya banyak sekali faktor-faktor yang mendorong anak-anak sampai kepada kenakalan, faktor-faktor pendidikan, lingkungan, ekonomi, masyarakat, sosial politik dan sebagainya. Memang banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kepribadian anak. Di samping itu juga banyaknya contoh-contoh dari kelakuan yang tidak baik yang mereka dapatkan dari orang dewasa, film-film, cerita-cerita pendek, komik-komik yang bersifat porno, tidak

(40)

mengindahkan nilai dan mutu, tapi hanya memandang segi komersilnya saja.

Pengaruh sosial dan kultural memainkan peran yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingakah laku kriminal anak. Sehubungan dengan masalah kenakalan siswa, banyak faktor penyebabnya.

Faktor penyebab kenakalan siswa secara umum dapat dikelompokkan kedalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:

1) Faktor internal

a) Faktor lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga adalah lingkungan dimana seseorang mendapatkan pendidikan pertama yang sangat mempengaruhi perilakunya yang berperan dalam menentukan lingkungan hidupnya. Lingkungan keluarga merupakan usaha sadar jadi orang dewasa secara normative untuk mempengaruhi lingkungan anak dalam bentuk pendidikan.

b) Faktor Lingkungan Tempat Tinggal

Lingkungan tempat tinggal adalah segala yang terdapat di sekitar makhluk hidup tinggal, baik yang bersifat biotik dan abiotic yang selalu berinteraksi secara timbal balik.

2) Faktor eksternal

a) Faktor Teman Bergaul

Teman bergaul atau teman sebaya adalah hubungan interaksi sosial yang timbul karena individu-individu yang berkumpul dan membentuk suatu kelompok yang didasarkan pada persamaan usia, status sosial, kebutuhan serta minat yang seiring berjalannya waktu akan membentuk pertemanan atau persahabatan.

b) Faktor Teknologi

Teknologi merupakan sebuah perangkat mekanik ataupun elektronik canggih dengan penggunaan praktis yang menyajikan berbagai media yang

(41)

dibutuhkan dan dimintai. Selain itu, pada zaman ini teknologi merupakan suatu media (alat) yang dipakai sebagai alat komunikasi modern. Teknologi semakin memudahkan kegiatan komunikasi manusia, saat ini perkembangan komunikasi semakin lebih maju dengan kehadiran teknologi.

Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kenakalan pada peserta didik tersebut yaitu faktor internal, faktor ini berasal dari dalam diri peserta didik tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar anak/peserta didik. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan perilaku seseorang menjadi menyimpang apabila siswa tersebut kurang mendapat bimbingan dan kasih sayang dari kedua orangtua serta lingkungan sekitar.

Dengan demikian, guru akidah akhlak sangat berperan penting terhadap pemecahan probelematika kehidupan remaja, karena salah satu faktor yang dapat mencegah peserta didik dari perbuatan negatif adalah pendidikan agama. Oleh karena itu, guna mengatasi dan mencegah hal itu semua, perlu diintensifkan pendidikan agama agar tercapai kehidupan yang stabil dan menjadi generasi yang diidamkan, baik oleh orang tua, agama, bangsa, dan negara.

(42)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.

2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dilakukan di MTs Negeri 1 Kota Makassar di Jl.

A.P Pettarani no 1, Kota Makassar. MTs Negeri 1 Kota Makassar adalah salah satu sekolah islam yang terkenal di Makassar sehingga peneliti mengambil sekolah ini menjadi lokasi penelitian. Adapun beberapa alasan sehingga peneliti memilih MTs Negeri 1 Kota Makassar sebagai lokasi penelitian diantaranya adalah:

a. Dilihat dari judul skripsi yang diangkat oleh peneliti maka belum ada satu orangpun mahasiswa yang melakukan penelitian di lokasi tersebut, sehingga mendorong peneliti di lokasi tersebut.

b. Sumber data atau infomasi mudah didapat karena adanya keterbukaan informasi antara pemberi infomasi kepada peneliti.

(43)

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian fenomenologis. Fenomenologis merupakan upaya pemberangkatan dari metode ilmiah yang berasumsi bahwa eksistensi suatu realitas tidak orang ketahui dalam pengalaman yang dihayati secara aktual sebagai data dasar suatu realitas.1

Adapun pendekatan penelitian ini digunakan adalah pendekatan fenomenologis, secara metodologi penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan fenomenologis dan merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian kualitatif. Pendekatan fenomenologis adalah penelitian yang melihat secara dekat interpretasi individu dengan pengalaman-pengalaman. Melalui pendekatan fenomenologis penelitian berusaha memahami makna dari sebuah pengalaman dari presfektif partisipan. Memperkenalkan bahwa terdapat banyak cara yang berbeda menginterpretasikan pengalaman yang sama dan tidak pernah berasumsi bahwa penelitian mengatakan apa makna sesuatu bagi orang yang diteliti (objek).

C. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data utama yang berupa kata dan tindakan serta pengamatan atau sumber tambahan yang berupa dokumen. Selebihnya yaitu sumber data tertulis.

a. Sumber Data Utama (Primer)

Sumber data primer adalah data yang berasal dari sumber data asli atau pertama, data ini tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file.

Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan

1O. Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi”, Vol. 9 No. 1, h. 170

(44)

sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data.2 Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data pokok adalah wawancara terhadap Guru Akidah Akhlak kelas VII, VIII, dan IX MTs Negeri 1 Kota Makassar, Guru BK, Kepala sekolah, dan peserta didik.

b. Sumber Data Tambahan (Sekunder)

Sumber data sekunder merupakan sumber data di luar kata-kata dan tindakan yaitu sumber tertulis. Sumber data tambahan (sekunder) dalam penelitian ini akan peneliti peroleh dari peserta didik. Data yang akan diperoleh terdiri dari dokumen yang meliputi: Profil sekolah, struktur organisasi, visi dan misi, data kesiswaan, data terkait sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah serta data- data lain yang dapat dijadikan sebagai sumber data tambahan yang relevan bagi penelitian ini dari MTs Negeri 1 Kota Makassar.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik dengan memperhatikan penggarisan yang telah ditentukan. Dalam pengumpulan data penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dan merupakan teknik dasar yaitu: pengamatan (observasi), wawancara (interview), dokumen dan gambar visual.3 Penggunaan masing-masing teknik ini, sangat ditentukan oleh jenis data yang akan dikumpulkan. Untuk lebih jelasnya akan digambarkan sebagai berikut:

1. Observasi

2 Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, (Yogyakarata: CV.

Andi Offset, 2006), h. 8

3P. Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori Praktek), (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1991), h. 38.

(45)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.4 Teknik pengumpulan digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila peserta didik yang diamati tidak terlalu besar. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi

2. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para informan.Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interview dengan informan, dan kegiatan dilakukan secara lisan.5 Jadi dengan teknik ini peneliti melakukan wawancara langsung terhadap informan agar menjawab pertanyaan-pertanyaan lisan maupun tulisan yang berkaitan penerapan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, selain untuk mewawancarai metode ini juga dapat dijadikan sebagai sumber data. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data untuk data yang sudah siap, sudah berlalu atau data sekunder. Peneliti tinggal mengambil atau menyalin data yang sudah ada yang berhubungan dengan variabel penelitian.Pengambilan data secara dokumentasi bisa untuk data dalam bentuk tulisan, gambar dan karya.

4V.Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019), h.

75.

5P. Joko Subagyo, Metode Penelitian (dalam Teori Praktek), (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1991), h. 39.

(46)

Dalam pengumpulan data, digunakan pedoman atau format dokumentasi yang sudah dipersiapkan oleh pengumpul data.6

E. Instrumen Penelitian

Pedoman penelitian ini adalah penelitian kualitatif, untuk instrument utamanya adalah peneliti sendiri peneliti juga menggunakan:

1. Pedoman Observasi

Observasi dilaksanakan untuk mengamati secara langsung perilaku peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar serta mengamati strategi pendidik sebagai guru akidah akhlak. Metode observasi digunakan untuk melakukan pengamatan kepada guru Aqidah Akhlak dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas.

2. Pedoman Wawancara

Peneliti memperoleh data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada Guru Aqidah Akhlak, BK, Kepala Sekolah, dan peserta didik sehingga diperoleh data dan informasi tentang strategi guru aqidah akhlak dalam menangani kenakalan siswa di MTs Negeri 1 Kota makassar. Dengan menggunakan pedoman wawancara bebas.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi berbentuk gambar, data sekolah, dan yang berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah data reduction, display, dan conclution/verification. Teknik analisis ini memiliki

6Sulaeman Saat dan Sitti Mania, Metodologi Penelitian Panduan Bagi Peneliti Pemula, h.

97.

(47)

tahapan yaitu dimulai dari pengumpulan data, dimana data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya sangat banyak, maka perlu dilakukan reduksi data, yaitu meneliti, memilih dan memfokuskan data yang akan digunakan, kemudian menyajikan data yang sebelumnya sudah dipilih oleh peneliti sehingga data-data yang diperoleh dapat terorganisir dengan baik dan lebih muda untuk dipahami oleh pembaca. Setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan (verification).

Metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pengolahan data dan analisis data kualitatif dalam penelitian melalui tiga tahap yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduksi)

Reduksi data adalah suatu metode pengolahan data, dimana data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting dan membuang hal yang dianggap kurang penting. Informasi dari lapangan sebagai bahan mentah akan diringkas, disusun lebih sistematis serta dilampirkan pokok-pokok yang penting, sehingga lebih mudah diketahui dan dipahami untuk memperoleh sebuah kesimpulan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data atau data display yaitu data yang sudah direduksi disajikan dalam bentuk uraian singkat berupa teks yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data mudah dipahami sehingga memudahkan rencana kerja.

Pada penelitian kualitatif ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

c. Penilaian respon guru dilakukan dengan 2 guru mata pelajaran fisika dari 2 sekolah. Dari hasil penilaian respon guru diperoleh hasil skor rata- rata 97,20%

Dengan kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan dan memberikan informasi produk Butik Latifah pada masyarakat akan kelebihan, ciri khas yang dimiliki Butik Latifah

Pelaksanaan pengecoran sebaiknya dilakukan didalam ruang tertutup agar pengaturan api yang digunakan untuk mencairkan logam lebih fokus dan tidak terganggu dengan adanya

2.1 Menyimpulkan bahwa Firman Tian adalah karunia Tian yang wajib dijalani oleh setiap manusia Perilaku Jun Zi. Menerapkan kewajiban manusia

cacat hipermetropi karena bayangan yang dibentuk bersifat maya, tegak, dan lebih besar dari bendanya. 3) Cermin cembung sebagai spion mobil karena bayangan yang dihasilkan

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

tersebut untuk memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan informasi seputar kegiatan iLab perlu dilakukan evaluasi usabilitas untuk mengetahui apakah website tersebut

Lebih memperhatikan pelayanan serta produk yang diberikan kepada konsumen dikarenakan berdasarkan penelitian kepuasan konsumen sangat berdampak terhadap loyalitas konsumen