STUDI KASUS PERBAIKAN MANAJEMEN AGRIBISNIS PETERNAKAN ITIK PEDAGING DI BEBERAPA PETERNAK
ITIK PEDAGING PEMULA KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
ABIQ PRASETYA EFENDI 04.03.18.158
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2022
ii
LAPORAN TUGAS AKHIR
STUDI KASUS PERBAIKAN MANAJEMEN AGRIBISNIS DI BEBERAPA PETERNAK ITIK PEDAGING KATEGORI
PEMULA KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR
Diajukan sebagai syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Peternakan (S.Tr Pt)
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
ABIQ PRASETYA EFENDI 04.03.18.158
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN 2022
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING TUGAS AKHIR
STUDI KASUS PERBAIKAN MANAJEMEN AGRIBISNIS DI BEBERAPA PETERNAK ITIK PEDAGING KATEGORI PEMULA KABUPATEN LUMAJANG
JAWA TIMUR
ABIQ PRASETYA EFENDI 04.03.18.158
Malang, 10 Agustus 2022
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. drh. Rudy Rawendra, M.App, Sc NIP. 19580630 198503 1 001
Dr. Ir. Hananik Prasetyo, MS NIP. 19580118 198303 2 001
v
vi
RINGKASAN
Abiq Prasetya Efendi, Studi Kasus Perbaikan Manajemen Agribisnis Itik Pedaging Beberapa Peternak Itik Pedaging Kategori Pemula Di Kabupaten Lumajang Jawa Timur. NIRM: 04.03.158. Komisi Pembimbing : Dr. drh. Rudy Rawendra, M.App.,Sc., dan Dr. Ir Hananik Prasetyo., MS.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk mengetahui perubahan pendapatan sample akibat pendampingan agribisnis yang di laksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur (2) Untuk mengetahui evaluasi pendampingan dengan pengukuran adopsi inovasi pada perbaikan agribisnis yang dilaksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah pendampingan partisipatif dan kaji terap yang diperoleh dari penelitian terdahulu. Data yang terkumpul disesuaikan hasil di lapangan secara sitematis dan akurat. Sedangkan pada evaluasi menggunakan quisioner adopsi inovasi dimana kita bisa melihat apakah peternak menerima atau menolak terhadap perubahan yang diterapkan.
Hasil analisa kajian ini menunjukkan Perubahan pendapatan sample akibat pendampingan agribisnis yang di laksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur rata” berhasil meningkatkan pendapatan ibu dyah populasi 300 ekor sejumlah 755 ribu rupiah per seratus ekor. Roinaldy 748 ribu rupiah per seratus ekor dan dzulkifli sebesar 511.700 rb rupiah per seratus ekor. Serta pada Evaluasi tingkat adopsi didapat hasil evalusi dengan kategori sangat tinggi Ibu Dyah dengan presentasenya yaitu 86% dengan skor 43 dari skor maksimum 50, Roinaldy dengan nilai 84% dengan skor 42 dari skor maksimum 50 dan Dzulkifli dengan skor 42 dari nilai maksimum 50 dengan nilai 84%. Dengan ini kategori evaluasi peternak dengan menggunakan keterangan adopsi adalah sangat tinggi. Pada tahap ini sasaran sudah yakin akan kebenaran dan keunggulan inovasi yang diterapkan/disuluhkan.
Kata Kunci : Manajemen Agribisnis, Perbaikan, Peternak Pemula, Peningkatan Pendapatan, Evaluasi Adopsi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul Studi Kasus Perbaikan Manajemen Agribisnis Di Beberapa Peternak Itik Pedaging Kategori Pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini terutama kepada:
1. Dr. drh. Rudi Rawendra, M.App, Sc, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, memberikan nasihat dan mengarahkan dalam penulisan TA 2. Dr. Ir. Hananik Prasetyo, MS, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing, memberikan nasihat dan mengarahkan dalam penulisan TA 3. Dr. Andi Warnaen., SST. M.Ikom selaku Doseb Penguji yang telah menguji
dan memberikan masukan dan nasehat untuk kesempurnaan Laporan.
4. Ibu Dyah, Roinaldy, dan Dzulkifli yang telah mau untuk bekerja sama dalam perbaikan agribisnis itik pedaging Di Kabupaten Lumajang.
7. Heri Mahmud Efendi S.P dan Aniroh selaku orang tua yang tiada henti memberikan support dan doa untuk kelancaran Tugas Akhir Saya.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses menyusun Laporan Tugas Akhir.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan pembaca.
Malang, 29 Juni 2022
Abiq Prasetya Efendi
viii DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv
RINGKASAN ... vi
KATA PENGANTAR ...vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 14
1.1 Latar Belakang ... 14
1.2 Rumusan Masalah ... 16
1.3 Tujuan ... 16
1.4 Manfaat ... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18
2.1 Penelitian Terdahulu ... 18
2.2 Landasan Teori ... 20
2.2.1 Agribisnis Itik... 20
2.2.2 Kelas Peternak Itik (Pemula, Lanjut, Madya, Utama). ... 22
2.2.3 Analisis Usaha Itik Pedaging ... 23
2.2.4 Agroinput ... 24
2.2.5 Penyuluhan Pendampingan Partisipatif. ... 26
2.2.6 Tujuan Penyuluhan ... 26
2.2.8 Sasaran Penyuluhan ... 27
2.2.9 Metode Penyuluhan ... 28
2.2.10 Materi Penyuluhan ... 29
2.2.11 Media Penyuluhan ... 29
2.2.12 Evaluasi Penyuluhan ... 30
2.2.13 Adopsi Inovasi ... 30
2.3 Kerangka Pikir ... 32
BAB III METODE PELAKSANAAN ... 33
3.1 Lokasi dan Waktu ... 33
ix
3.1.1 Lokasi Penelitian ... 33
3.1.2 Waktu Pelaksanaan ... 33
3.2 Metode Kajian ... 33
3.2.1 Materi dan Alat ... 33
3.2.2 Perbaikan Sistem Agribisnis ... 34
3.2.3 Prosedur Pendampingan Penelitian ... 35
3.2.4 Jenis Penelitian ... 39
3.2.5 Teknik Sampling ... 40
3.2.6 Metode Pengambilan Data ... 40
3.2.7 Analisis Data ... 41
3.3 Metode Perancangan Penyuluhan... 41
3.3.1 Penetapan Tujuan... 41
3.3.2 Penetapan Sasaran ... 41
3.3.3 Penetapan Materi... 42
3.3.4 Penetapan Metode... 42
3.3.5 Penetapan Media ... 42
3.3.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan ... 43
3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 43
3.4.1 Persiapan ... 43
3.4.2 Pelaksanaan ... 44
3.4.3 Evaluasi Penyuluhan ... 44
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Perubahan Keuntungan Dari Sebelum dan Sesudah Pendampingan ... 48
4.1.1 Peternakan Ibu Dyah (Studi Kasus 1) ... 48
4.1.2 Peternakan Roinaldy (Studi Kasus 2)... 49
4.1.3 Peternakan Mas Dzulkifli (Studi Kasus 3) ... 50
BAB V PERANCANGAN DAN UJI COBA PENYULUHAN ... 52
5.1 Perancangan Penyuluhan ... 52
5.1.1 Sasaran Penyuluhan ... 52
5.1.2 Materi Penyuluhan ... 52
5.1.3 Tujuan Penyuluhan ... 52
5.1.4 Media Penyuluhan ... 52
5.1.5 Metode Penyuluhan ... 53
5.1.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan ... 53
x
5.2 Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 53
5.2.1 Lokasi dan Waktu ... 53
5.2.2 Persiapan Penyuluhan ... 54
5.2.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 54
5.3 Evaluasi Penyuluhan ... 55
BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI ... 56
6.1 Pembahasan Hasil Implementasi (Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu ... 57
6.2 Efektivitas Pendampingan Partisipatif ... 59
6.3 Evaluasi Penyuluhan Evaluasi Penyuluhan Perbaikan Management Itik Pedaging Tingkat Adopsi... 60
6.3 Rencana Tindak Lanjut... 61
BAB VII PENUTUP ... 61
7.1 Kesimpulan ... 61
7.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN ... 66
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ragam Metode Penyuluhan ... 28
2. Kategori Tingkat Adopsi Inovasi ... 45
3. Matriks Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir ... 66
4. Penetapan Sasaran ... 67
5. Penetapan Materi Penyuluhan ... 69
6. Penetapan Metode Penyuluhan ... 70
7. Analisa Penetapan Metode Penyuluhan ... 71
8. Matrik Analisa Penetapan Media Penyuluhan ... 72
9. Kisi – Kisi Instrumen ... 77
10. Kuesioner Penyuluhan ... 78
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 32
2. Pemberian pakan perlakuan ... 99
3. Kandang setelah direnovasi ... 99
4. Pemberian Gula Merah ... 99
5. Kegiatan Sampling ... 99
6. Kegiatan Pendampingan ... 99
7. Kegiatan Pendampingan ... 100
8. Kegiatan Pendampingan ... 100
9. Kandang Sebelum Diperbaiki ... 100
10. Kandang sebelum diperbaki ... 100
11. Evaluasi Adopsi ... 100
12. Flyer Menarik Partisipan ... 100
13. Pemberian Gula Merah ... 101
14. Pelaksanaan Biosecurity ... 101
15. Pencampuran Pakan ... 101
16. Sampling ... 101
17. Kegiatan Panen ... 101
18. Gambar Panen ... 101
19. Pengerokan & Pengapuran Pada Kandang ... 101
20. Pencampuran Pakan ... 101
21. Pemberian Vitamin & Desinfektan ... 102
22. Kandang setelah diperbaiki ... 102
23. Pemberian Gula Merah Pada ... 102
24. Panen ... 102
‘
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Matriks Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir ... 66
2. Penetapan Sasaran ... 67
3. Tahapan Fishbone dan Implementasinya... 68
4. Penetapan Materi Penyuluhan ... 69
5. Penetapan Metode Penyuluhan ... 70
6. Analisa Penetapan Metode Penyuluhan ... 71
7. Matrik Analisa Penetapan Media Penyuluhan ... 72
8. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ... 73
9. Sinopsis ... 74
10. Berita Acara ... 75
11. Kisi-Kisi Instrumen ... 76
12. Kuesioner Penyuluhan ... 77
13. Data Responden ... 81
14. Uji Prioritas Masalah Dan Faktor Penentu GMP Ibu Dyah ... 82
15. Uji Priortias Masalah Dan Faktor Penentu GMP Roinaldy ... 83
16. Uji Prioritas Masalah Dan Faktor Penentu GMP Dzulkifli ... 84
17. Data Rekapitulasi Adopsi ... 85
18. IOFC Ibu Dyah ... 86
19. IOFC Dzukifly ... 87
20. IOFC Rionaldy ... 88
21. Hasil Keuntungan, FCR, IOFC dan Konsumsi Pakan ... 89
22. Rekapan Uji Validitas dan Realibilitas ... 90
23. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 91
24. Hasil Uji Validitas Kuisioner Adopsi Inovasi... 93
25. Peta Lokasi Peternakan ... 95
26. Leaflet Media Penyuluhan ... 96
27. Dokumentasi ... 99
14 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diketahui masalah yang dihadapi peternak pemula adalah bagaimana cara pemeliharaan dan pemasaran itik dengan baik. Banyak dari calon peternak itik pemula yang belum mempunyai ilmu teori dan praktek sebagai pedoman untuk menjalankan usaha yang akan didirikan. Banyak peternak itik pedaging di Kabupaten Lumajang yang memiliki cara managemen pemeliharaan itik pedaging yang sangat bervariasi. Hal ini menyebabkan dari masyarakat di Kabupaten Lumajang pada umumnya merasa kebingungan harus mengikuti manajemen agribisnis dari peternak yang mana.
Peternakan itik pedaging di Kabupaten Lumajang setelah diadakannya IPW bisa dikatakan kurang memperhatikan sistem pemeliharaan dan pemasaran itik pedaging secara intensif dengan baik dan benar. Hal ini dapat dijabarkan dari beberapa studi kasus yang masih menemukan banyak permasalahan manajemen dan kematian hingga 20% dan pendapatan disekitar 200 ribu rupiah per 100 ekor, Sedangkan rata normal kematian dibawah 5% dan keuntungan dapat diperoleh sebesar 750 ribu per 100 ekor (Al Ahdiyat, 2020). Untuk Pakan juga peternak pemula belum menerapkan inovasi sehingga pemilihan bahan pakan menyebabkan itik mati dan kotoran sangat bau. Dari pengamatan tersebut, kita dapat menerapkan sistem pemeliharaan dengan menganalisa dari buku, ilmu pelatihan, jurnal dan lapangan itu sendiri dengan cara mengadakan pendampingan penyuluhan perbaikan sistem agribisnis itik pedaging.
Perkembangan usaha peternakan itik pedaging banyak dipilih oleh kalangan pemula yang ingin terjun di dunia perunggasan. Hal ini didasarkan
karena ternak itik mempunyai kelebihan dibanding dengan ternak ayam. Itik pedaging mempunyai sifat yang lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan, tidak terlalu rentan terkena penyakit, pemeliharaan lebih sistem organik/memanfaatkan sumber daya sekitar, tidak membutuhkan pakan khusus dan modal usaha yang dibutuhkan relatif kecil, sehingga usaha itik pedaging sangat potensial untuk dikembangkan (Murtidjo. 2002).
Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur merupakan kabupaten yang memiliki jumlah populasi itik yang slalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2018 sebesar 317.492 sedangkan pada tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 319.405 (Dinas Pertanian Lumajang, 2019). Kecamatan Kunir, Kecamatan Yosowilangun dan Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang menjadi salah kecamatan yang mendukung dalam pemeliharaan itik pedaging, baik dari segi sarana dan prasarana, lokasi, dan sumberdaya yang mendukung.
Adanya masalah serta latar belakang tersebut maka diadakan kaji terap dengan judul Studi Kasus Perbaikan Manajemen Agribisnis Di Beberapa Peternak Itik Pedaging Kategori Pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur.
Penelitian ini diharapkan sasaran dapat mengiplementasikan pada usaha yang akan didirikan. Setelah dilaksanakan pendampingan perbaikan agribisnis akan dilaksanakan evaluasi adopsi inovasi yang telah diterapkan. Hal ini dikarenakan sering kali penyuluhan hanya sekedar penyampaian materi dan tidak dilanjutkan oleh peternak itu sendiri. Adanya evaluasi adopsi inovasi dapat diketahui apakah peternak menolak atau mempraktekkan dengan tahapan sadar, minat, evaluasi dan mencoba dan apakah ada kaitannya dengan pendapatan peternak itik pedaging binaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan pendapatan sample akibat pendampingan agribisnis yang di laksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur ?
2. Bagaimana Evaluasi Pendampingan dengan pengukuran adopsi inovasi pada perbaikan agribisnis yang dilaksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perubahan pendapatan sample akibat pendampingan agribisnis yang di laksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur
2. Mengetahui evaluasi pendampingan dengan pengukuran adopsi inovasi pada perbaikan agribisnis yang dilaksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa :
a.Mahasiswa mengetahui implementasi perbaikan manajemen agribisnis itik pedaging secara baik dan benar.
b.Mahasiswa hasil dari perbaikan manajemen agribisnis itik pedaging.
2. Bagi Masyarakat (Sasaran)
a.Dapat memperbaiki sistem manajemen agribisnis dan meningkatkan pendapatan usaha itik pedaging.
b.Dapat menerapkembangkan inovasi perbaikan manajemen agribisnis dan mengembangkan usaha yang dimiliki.
3. Bagi Instansi terkait :
a.Dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan penyuluhan pemeliharaan itik pedaging oleh instansi terkait.
b.Dapat dijadikan acuan penerapkembangan inovasi itik pedaging di masyarakat.
18
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Menurut Adi Winata, Mufid Dahlan, Anik Fadlilah (2022) pada Pengaruh Penambahan Level Gula Merah pada Air Minum terhadap Konsumsi Pakan, Konsumsi Air, dan Pertambahan Bobot Badan Itik Pedaging Fase Starter.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan level gula merah pada air minum memiliki pengaruh nyata terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Perlakuan terbaik pada konsumsi pakan serta pertambahan bobot badan adalah penambahan 5% gula merah pada air minum
Menurut Tintin Rostini, dan Danang Biyatmoko (2021) pada Program Kreativitas Mahasiswa Peningkatan Status Kesehatan Ternak Melalui Penerapan Biosecurity Terkontrol Pada Peternakan Itik Rakyat Di Kelurahan Guntung Paikat Kota Banjarbaru. Hasil Penelitian Menunjukkan Penerapan PKM konsep biosecuriti ternak yang dilakukan bak di dalam kandang dan di lingkunga luar kandang untuk menjaga sanitasi dan higiene di komplek peternakan sangat memberi harapan untuk dapat memperbaiki sanitasi dan higiene di komplek peternakan itik. Manfaat yang diperoleh konsep biosecuriti mampu meningkatkan status kesehatan dan imunitas itik dan bobot.
Menurut Kadran Fajrona dkk, (2019) yang berjudul Pemberdayaan Peternak Melalui Renovasi Kandang Pada Itik Pedaging Di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota. Hasil Penelitian menunjukkan Kegiatan pengabdian IbPSNB pada peternakan itik di Nagari Sungai Kamuyang Kabupaten Lima Puluh Kota berjalan dengan lancar dan
peternak sangat antusias dengan program tim pengabdian. Penyuluhan yang dilakukan memberikan informasi penting bagi peternak dalam mengelola peternakan itik. Perbaikan kandang itik juga memberikan manfaat terhadap produktivitas itik dan menambah jumlah pemeliharaan itik dalam satu kandang.
Menurut Alfikri, Saka Nugraha (2013) pada Studi aspek teknis dan finansial pengembangan usaha ternak itik hibrida pedaging skala mikro (kapasitas 1000 ekor) yang menguntungkan. Hasil Penelitian yaitu Formulasi Pakan yang menguntunhkan dari ke lima perlakuan penelitian adalah formulasi pakan yang terdiri dari jagung sebanyak 33%, dedak 33%, dan konsentrat 34%. Hasil Formulasi pakan ini memberikan keuntungan sebesar Rp. 520.870.000 sehingga forumalasi tersebut digunakan untuk pengandaan skala dari 100 ekor menjadi 1.000 ekor itik pedaging. Secara aspek teknis lokasi ternak yang bertempat di Desa Sidomulyo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang merupakan tempat yang stategis karena berdekatan dengan bahan baku hingga pemasaran itik tersebut.
Menurut Supriadi dkk, pada Adopsi Inovasi Peternakan terintegrasi Studi Kasus : Desa Argorejo Dan Argosari Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul Provinsi D.I Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan iperlukan dalam proses adopsi inovasi atas perubahan mental dan perilaku masyarakat, serta memunculkan inovator di kelompok sebagai tokoh dan adopter-adopter lain dalam pengelolaan usaha produktif yang lebih efektif, efisien dan berdaya saing. Klasifikasi jenis adopter adalah 7 dari 8 kelompok kegiatan fasilitasi adopsi inovasi peternakan terintegrasi mempunyai persentase: innovator antara 6,7% hingga 14,3%; early adopter antara 8,3% hingga 18,2%; sisanya merupakan klasifikasi early mayority antara 71,4% hingga 77,8%.
Menurut Ahdiyat Agus Susila, M. Rofi’I (2020) pada Potensi Usaha Ternak Itik Pedaging Dalam Meningkatakan Pendapatan Masyarakat Desa Selokgondang. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan harga per ekor dirasakan tidak praktis dan dapat menyebabkan kekeliruan untuk usaha budidaya bebek dengan skala lebih besar (skala menengah). Alternatif lain perhitungan harga yaitu dengan mengacu pada bobot bebek dalam kilogram, dimana perhitungan harga dengan bobot ini dirasakan akan lebih adil. Rata- rata pendapatan peternak itik pedaging di Desa Selokgondang Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang berbeda-beda tergantung pada setiap skala usaha yang dimiliki, pendapatan dengan skala 500 adalah sebesar Rp.
3.750.000,-, pada masa panen 35 hari. Usaha peternakan itik sudah lama dikenal oleh masyarakat, namun sayang produktifitas, dan pertumbuhannya masih berjalan lamban, dikarenakan adanya kendala-kendala yang sering terjadi, diantaranya: a. Harga pakan itik yang mahal, b. Terserangnya penyakit, c. Dimakan binatang buas, d. Pengetahuan yang masih minim, e.
Pemeliharaan yang masih secara tradisional
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Agribisnis Itik
Agribisnis itik merupakan suatu sistem agribisnis yang mencakup proses penyediaan sarana produksi seperti bibit itik, pakan, areal atau lahan dan lainnya, proses pengolahan seperti pemeliharaan, dan proses pemasaran itik.
Pembudidayaanitik dikuatkan dengan PermentanNomor :36/Permentan/OT.140/3/2007 Tentang Pedoman Budidaya Itik Pedaging Yang Baik (Good Farming Practice), sehingga masyarakat diberikan tuntunan dan pedoman tentang budidaya itik.
Peluang pengembangan agribisnis itik semakin semakin menjanjikan dengan menjamurnya usaha kuliner yang menyajikan masakan daging itik sebagai menu andalan. Bisnis kuliner ini menyebabkan naiknya permintaan akan daging itik tetapi tidak diimbangi oleh pupulasi jumlah itik yang mencukupi pasokan. Selain itu permintaan akan telur itik juga semakin meningkat tetapi belum mampu memenuhi permintaan pasar. Hal ini disebabkan karena petani lebih mengutamakan tanaman padinya dibandingkan pemeliharaan itik. Makanan dan pemeliharaan itik ketika musim padi hanya dilakukan seadanya saja. Namun ketika panen padi telah dilakukan, barulah petani memberikan perlakukan kepada itik dengan mengeluarkan itik dari kandang dan menggiring itik kelahan padi yang telah dipanen (Marthalinda Dwi Putri SP. 2013)
Pemeliharaan itik tidak memakan waktu yang lama, dimana hasil sudah bisa dipetik dalam waktu 2-3 bulan. Pertumbuhan dan perkembangan itik jantan tubuhnyarelatif lebih baik daripada itik betina. Berat badan sampai saat dipotong tidak kurang dari 1,5 kg. Dengan memanfaatkan itik jantan, dalam waktu yang relatif singkat sudah dapat dicapai berat yang lebih dibutuhkan.
Pemotongan pada umur yang relatif muda, menghasilkan daging yang lebih empuk, lebih gurih dan nilai gizinya lebih tinggi. Berikut adalah alasan layaknya usaha peternakan itik antara lain :
1. Permintaan daging dan telur itik cenderung meningkat dari restoran dan rumah makan – rumah makan. Tetapi tetap saja pasokan daging itik belum memenuhi permintaan
2. Perputaran modal relatif lebih cepat. Hal ini disebabkan karena satu kali periode penetasan hanya memakan waktu sekitar satu bulan. Dan perputaran modal hanya sekitar 2,5 – 6 bulan untuk dapat balik modal.
3. Daging itik dan telur itik lebih cepat terjual
4. Mudah dilakukan oleh siapa saja.
2.2.2 Kelas Peternak Itik (Pemula, Lanjut, Madya, Utama).
Menurut (Pudji Astuti SP,2020) Setelah dilakukan penilaian terhadap 5 aspek tersebut, maka selanjutnya dapat ditentukan kelas kemampuan untuk masing-masing kelompoktani sesuai nilai yang diperoleh. Penentuan kelas kemampuan berdasarkan hasil penilaian PAKEM POKTAN adalah sebagai berikut :
• Kelas Pemula : nilai ≤ 245
• Kelas Lanjut : nilai 246 - 455
• Kelas Madya : nilai 456 - 700
• Kelas Utama : nilai 701 - 1000 1.Aspek kemampuan merencanakan
Tersedianya rencana belajar dan rencana usaha kelompoktani 2.Aspek kemampuan mengorganisasikan
• Kelompoktani memiliki struktur organisasi
• Kelompoktani memiliki aturan dan norma yang berlaku untuk anggotanya
• Kelompoktani memiliki kelengkapan administrasi pembukuan sebagai berikut :
a. Buku anggota b. Buku kegiatan c. Buku tamu d. Buku daftar hadir e. Buku kas
f. Buku iuran
g. Buku notulensi pertemuan h. Buku inventaris
i. Buku rencana kegiatan
3.Aspek kemampuan melaksanakan kegiatan
• Adanya pertemuan rutin kelompoktani
• Adanya kegiatan belajar di kelompoktani
• Adanya kegiatan usahatani
• Adanya pemupukan modal di kelompoktani
• Adanya pemanfaatan informasi dan teknologi di kelompoktani 4.Aspek kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan
Adanya evaluasi usaha kelompok dikelompoktani. Evaluasi usaha ini meliputi :
• Evaluasi perencanaan
• Evaluasi pelaksanaan usaha
• Evaluasi dengan melibatkan unsur dari dalam kelompoktani
• Evaluasi dengan melibatkan unsur dari dalam dan luar kelompoktani
• Evaluasi dengan melibatkan unsur dari dalam dan luar kelompoktani serta lembaga/instansi terkait.
5.Aspek kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompoktani
• Adanya pengembangan kapasitas dan pengkaderan pengurus
• Adanya penyiapan calon pengganti pengurus
• Adanya periode tertentu untuk pemilihan dan penggantian pengurus
• Adanya penggantian pengurus dengan mengutamakan kemampuan manajerial, agribisnis dan kewirausahaan
2.2.3 Analisis Usaha Itik Pedaging
Analisa Usaha merupakan kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan dalam mengambil keputusan, serta dapat digunakan untuk meningkatkan keuntungan. Analisa usaha ini diharapkan resiko
kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari (Resya, 2011). Analisis usaha yang dilakukan adalah perhitungan semua penerimaan biaya-biaya dalam proses produksi mulai dari bahan-bahan, tenaga kerja, serta peralatan dan penyusutan peralatan. Analisis yang dilakukan didasarkan pada penelitian dan data yang tersedia dari pemilik usaha peternakan. Biaya yang dikeluarkan, pendapatan
2.2.4 Agroinput A. Pakan
Pakan merupakan kebutuhan utama dalam usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya. Kita ketahui bersama fungsi pakan pada makhluk hidup terutama ternak adalah sebagai penghasil energi. Setelah energi terbentuk maka akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (memelihara jaringan tubuh), kalau ada kelebihan energi akan dipergunakan untuk berproduksi (telur dan daging) dan bereproduksi. (BPTU Sembawa, 2012)
B. Air Minum
Air minum sangat penting untuk menunjang kebutuhan hidup bebek / itik.
Sumber air minum untuk bebek / itik sebaiknya berasal dari sumur bor dengan kedalaman lebih dari 20 meter. Air tanah juga termasuk air yang baik untuk minum bebek / itik karena memiliki kedalaman lebih dari 20 meter. Beberapa persyaratan air minum untuk peternakan bebek / itik antara lain bebas dari bakteri/mikroorganisme penyebab penyakit, bebas racun, memiliki kandungan mineral yang seimbang, dll.
Air minum diberikan secara add libitum atau tidak terbatas. Air sebaiknya selalu tersedia dalam tempat minum. Pada prinsipnya tempat air minum harus selalu terisi agar bebek / itik dapat segera minum ketika membutuhkan.
Sebagai patokan, bebek / itik masa starter membutuhkan air minum sekitar 0,2 – 0,3 liter/ekor/hari, sedangkan bebek / itik remaja dan dewasa membutuhkan sekitar 0,5 liter/ekor/hari.
Untuk peternakan bebek / itik dengan populasi cukup banyak, penyediaan air minum dapat dilakukan dengan menyediakan tandon air untuk menampung air yang berasal dari sumur. Selain itu, sebaiknya memiliki pompa air cadangan atau generator listrik (genset) bila terjadi gangguan agar kebutuhan air minum tetap tercukupi. (Klinik Ternak, 2017)
C. Pemasaran
Bagi orang yang telah menekuni bisnis beternak bebek pedaging sejak lama mungkin tidak akan kesulitan dalam pemasaran bebek. Sebab ia sudah mengetahui dengan lengkap cara memasarkan daging bebek dari awal sampai akhir. Namun bagi seorang pemula tentu akan kesulitan untuk memasarkan bebek pedaging yang perlu diketahui oleh para pemula, antara lain : Usaha yang jual bibit bebek pedaging (DOD), Mengadakan kerjasama dengan pihak restoran, supermarket, warung makan dan warteg, Pengepul dan Memasarkan secara online. (Fitri rahayu 2019)
D. Analisis Biaya Pendapatan, Pengeluaran
Menurut Soekartawi (2002), total biaya merupakan biaya yang berasal dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel, Menurut Suratiyah (2015), penerimaan atau pendapatan kotor diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali. Menurut Soekartawi (2002), pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya.
E. Kandang Itik Pedaging (Sistem Kering)
Sistem Perkandangan Pada dasarnya itik tidak membutuhkan air untuk berenang walaupun secara alamiah mereka umumnya bermain dan bahkan
berenang dalam air. Kandang bentuk kering ini jauh lebih gampang dikelola dibanding kandang dengan kolam, karena liter dapat dijaga lebih kering dibanding liter kandang yang menggunakan kolam. Begitu pula fungsi utama kandang adalah untuk menyediakan tempat bagi itik agar terhindar dari angin kencang, hujan, hewan pemangsa dan sekaligus tempat makan, minum dan tumbuh. Oleh karena itu para peternak disarankan untuk menggunakan kandang tanpa kolam. Kandang kering juga dapat menghilangkan bau pada ternak itik pedaging. (Hardi Prasetyo dkk,2010).
2.2.5 Penyuluhan Pendampingan Partisipatif.
Penyuluhan pertanian dilakukan dengan pendampingan partisipatif.
Melalui penyuluhan pertanian partisipatif petani tidak dibiarkan sendirian untuk mengakses informasi, menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan menemukan bermacam-macam masalah, melakukan perkiraan kedepannya, melihat peluang serta tantangan, meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan wawasan, menyusun kerangka pemikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki, menyusun berbagai alternatif sebagai pemecah masalah, memutuskan tindakan pemecahan masalah yang mereka hadapi, menggalang dana secara swadaya, melakukan monitoring dan evaluasi, dan melakukan proses pertukaran informasi. Hal ini yang mendasari penyuluhan partisipatif merupakan penyuluhan yang tepat pada peternak binaan.
2.2.6 Tujuan Penyuluhan
Penyuluhan pertanian merupakan proses pemberdayaan petani, bukan lagi sebagai proses transfer teknologi kepada petani seperti pada masa Revolusi Hijau yang lalu. Pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata empower yang makna sebenarnya adalah “to give official authority or legal
power, capacity, to make one able to do something.” Pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses kapasitasi atau pengembangan kapasitas SDM. Dengan kapasitas seseorang akan memiliki kemandirian, tahan uji, pintar, jujur, berkemampuan kreatif, produktif, emansipatif, tidak tergantung, pro-aktif, dinamis, terbuka dan bertanggung jawab dalam mengatasi semua masalah dan menjawab tantangan untuk mencapai kemajuan
Agar dapat menjadi pelaku utama dalam pembangunan pertanian, SDM petani perlu diberdayakan. Dengan pemberdayaan SDM petani akan menjadi human resources dalam pembangunan pertanian, bukan lagi menjadi man power atau faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk saja. Dengan pemberdayaan SDM petani akan menjadi subyek bukan obyek pembangunan, akan menjadi actor bukan beneficiary pembangunan, dan akan menjadi social capital atau human capital yang tidak tergantikan dalam pembangunan pertanian, dan akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Untuk itu diperlukan penyuluhan pertanian dan bentuk penyuluhan pertanian yang dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah penyuluhan pendampingan partisipatif.
2.2.8 Sasaran Penyuluhan
Menurut Undang-undang No 16 Tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, BAB III pasal 5, mengatakan bahwa sasaran penyuluhan pertanian, yaitu :
1.Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara.
2. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.
3. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
Pada penelitian ini sasaran penyuluhan merupakan sasaran utama yaitu pelaku utama pemilik peternakan itik pedaging kategori pemula. Dengan perbaikan yang dilaksanakan oleh peternak itik pedaging.
2.2.9 Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam penyuluhan harus tepat dengan keadaan sasaran, macam-macam media penyuluhan menurut Mardikanto (2009), dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Ragam Metode Penyuluhan Ragam Metode
Penyuluhan
Media yang Digunakan
Hubungan Penyuluh-Klien
Pendekatan Psikososia
l Kontak-tani Lisan, media cetak Langsung Perorangan Surat menyurat Media cetak Tak langsung Perorangan Anjangkarya/anjangsana/
karyawisata
Lisan, media cetak Langsung Perorangan, kelompok Demonstrasi(cara,
hasil)
Lisan, media cetak, media terproyeksi
Langsung Kelompok Pertemuan: ceramah,
kuliah, diskusi
Lisan, media cetak, media terproyeksi
Langsung Kelompok
Pertunjukan/sandiwara/
Role Playing
Lisan Langsung, tak
langsung
Massal
Radio, kaset, CD Lisan Tak langsung Massal
Media cetak Media cetak Tak langsung Massal
Kampanye Lisan, media cetak, media terproyeksi
Langsung, tak langsung
Kelompok, massal Sumber: Mardikanto, 2009
Dengan keadaan sasaran 3 peternak yang akan kita dampingi ragam metode penyuluhan anjangsana, media cetak, secara langsung dan ditujukan pada per orangan adalah satu rangkaian metode penyuluhan secara utuh
yang tepat digunakan pada kajian pendampingan perbaikan agribisnis ternak itik pedaging di beberapa peternak itik pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur.
2.2.10 Materi Penyuluhan
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa materi penyuluhan merupakan segala bentuk informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh seseorang atau seorang penyuluh kepada sasaran, pelaku utama dan pelaku usaha demi terwujudnya proses komunikasi pembangunan. Materi penyuluhan merupakan bahan penyuluhan yang berisi segala informasi, bentuk pesan atau sebuah inovasi teknologi baru yang disampaikan atau diajarkan kepada sasaran meliputi berbagai pengajaran atau ilmu yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, mengubah perilaku, meningkatkan pendapatan, serta efektifitas usaha. Dalam memilih materi penyuluhan, harus dilihat dari kebutuhan sasaran, materi yang benar-benar dibutuhkan oleh sasaran. Maka dari itu, penting untuk mendalami kebutuhan sasaran menjadi kunci dalam pemilihan materi (Mardikanto, 2009).
Hal ini sesuai dengan rencana pendampingan yang mengambil materi dari penelitian terdahulu. Hal ini terkait dijadikan solusi untuk peternak dapat mengatasi permasalahan dan meningkatkan pendapatan.
2.2.11 Media Penyuluhan
Media penyuluhan menurut Mardikanto (2009) tentang hal ini alat bantu penyuluhan terdiri dari kurikulum, lembar persiapan penyuluhan, papan tulis atau papan penempel, alat tulis, proyektor, dan perlengkapan ruangan.
Menurut (Isbandi, 2005). Media penyuluhan yang dapat digunakan antara lain orang atau institusi, media cetak, pertemuan, elektronik dan kunjungan.
Media penyuluhan sangat diperlukan agar penyuluh memberi manfaat sehingga penetapan bentuk penyuluhan diharapkan berdasarkan atas pertimbangan waktu, penyampaian, isi, sasaran dan pengetahuan sasaran (Levis, 1996). Media penyuluhan berdasarkan jenisnya dibagi menjadi media perorangan (PPL, petugas), media forum (ceramah, diskusi), media cetak (koran, poster, leaflet, folder) dan media dengar pandang (TV, radio, film).
Penentuan media penyuluhan yang tepat dapat mempermudahkan informasi atau pesan tersampaikan dengan lebih baik dan cepat kepada sasaran.
Dalam Hal ini Leaflet/Folder merupakan media yang paling efisien karena mudah ditemukan dan dibaca oleh peternak. Sehingga materi yang didapat dapat dipahami dan diterapkan
2.2.12 Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi penyuluhan kebanyakan dilakukan dengan pemberian nilai (scoring) secara sistematis terhadap suatu kegiatan atau program penyuluhan. Proses evaluasi dilakukan melalui penilain dari kriteria yang telah ditentukan dengan evaluasi penyuluhan pengumpulan data dan informasi guna memberikan nilai terhadap kegiatan penyuluhan secara relevan.
Suharsimi Arikunto (Lababa, 2008) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambilkeputusan. Dalam hal ini adopsi inovasi menjadi acuan karena dianggap sebagai evaluasi yang dapat menentukan apakah peternak menerima atau menolak terhadap materi yang disuluhkan.
2.2.13 Adopsi Inovasi
Adopsi dapat dilanjutkan yaitu dengan proses mempertegas dalam penerimaan atau penolakan ide baru tersebut. Adopsi juga dapat didefinisikan
sebagai usaha penerimaan terhadap sebuah inovasi yang sudah diberikan.
Sejauh ini sebuah ide yang bersifat obyektif dapat diukur dengan selang waktu sejak digunakan untuk pertama kali pada saat penemuannya.
Pembaruan dalam suatu inovasi tidak hanya terfokus pada pengetahuan baru, tetapi suatu inovasi tersebut sudah diketahui untuk beberapa waktu tetapi tidak mengembangkan sikap menguntungkan, juga tidak mengadopsi atau menolaknya. Inovasi dapat mencakup beberapa aspek dan diekspresikan dalam hal persuasi, pengetahuan atau keputusan mengadopsi.
2.3 Kerangka Pikir
Identifikasi Potensi Wilayah
Kondisi Sekarang:
1. Pendapatan peternak itik pedaging masih dibawah standart keuntungan (200 ribu rupiah per seratus ekor).
2. Jumlah Kematian sangat tinggi (10%-20%) sehingga produksi rendah..
Keadaan Yang Diinginkan :
1. Peternak itik pedaging memperoleh keuntungan diatas 500 rb
2. Jumlah kematian dibawah 5%
Rumusan Masalah:
1.Bagaimana perubahan pendapatan sample akibat pendampingan agribisnis yang di laksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur ?
2. Bagaimana Evaluasi Pendampingan dengan pengukuran adopsi inovasi pada perbaikan agribisnis yang dilaksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur ?
Tujuan:
1. Untuk mengetahui perubahan pendapatan sample akibat pendampingan agribisnis yang di laksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur.
2. Bagaimana perubahan pendapatan sample akibat pendampingan agribisnis yang di laksanakan di beberapa peternakan itik pedaging pemula Kabupaten Lumajang Jawa Timur ?
STUDI KASUS PERBAIKAN MANAJEMEN AGRIBISNIS DI BEBERAPA PETERNAK ITIK PEDAGING KATEGORI PEMULA KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR.
RancanganPenyuluhan Metode
Anjangsana,Pendampingan,
RTL
Sasaran
Peternak Pemula Itik Pedaging
Media Leaflet/Folde
r Evaluasi Hasil Penyuluhan
Materi
Pemeliharaan dan Pemasaran
Evaluasi
Adopsi Inovasi Evaluasi Penyuluhan
33
METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi dan Waktu
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tugas akhir demonstrasi plot itik pedaging sistem intensif akan dilaksanakan di tiga lokasi peternak pemula yaitu ;
1. Peternakan Saudara Dzulkifli, 100 ekor. Desa Kutorenon Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang.
2. Peternakan Ibu Dyah, 300 ekor. Desa Tunjungrejo Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang.
3. Peternakan Saudara Roinaldi Putra, 200 ekor. Desa Sukorejo Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2022. Dengan pelaksanaan pendampingan perbaikan itik pedaging sistem intensif selama 2 periode (1 periode 35 hari).
3.2 Metode Kajian
3.2.1 Materi dan Alat
Penelitian ini dilaksanakan selama dua periode produksi dengan materi dan peralatan yang digunakan adalah 600 ekor itik hibrida di 3 lokasi berbeda.
3.2.2 Perbaikan Sistem Agribisnis
Perbaikan sistem agribisnis yang dilaksanakan dipilih sesuai kebutuhan peternak dan manajemen paling strategis mana yang harus diperbaiki.
Perbaikan dilaksanakan oleh peternak secara keseluruhan dengan dilaksanakan pendampingan secara intensif kepada peternak. Juga akan diberikan beberapa sarana dan prasarana pendukung seperti alat semprot, obat-obatan, desinfektan, gula merah dsb kepada peternak binaan. Adapun susunan perbaikan manajemen sebagai berikut sesuai dengan perhitungan GMP (lampiran 14, 15 dan 16). Hal ini juga berkaitan dengan penyuluh yang menjadi prolem solving untuk dapat mengatasi permasalahan ini.
A. Peternakan Ibu Dyah (Desa Tunjung Rejo Kecamatan Yosowilangun).
- Perbaikan Pakan - Perbaikan Kandang
- Biosecurity dan Penanganan Penyakit
B. Peternakan Mas Roinaldy (Desa Tulungrejo Kecamatan Pasrujambe) - Pasar.
- Pakan - Kandang
C. Peternakan Mas Dzulkifli (Desa Kutorenon Kecamatan Lumajang).
- Air Minum
- Biosecurity dan Penanganan Penyakit - Kandang
Metode PDCA iklus PDCA (Plan Do Check Act) adalah metode manajemen yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah dengan empat langkah secara berulang. Biasanya, metode ini digunakan dalam pengendalian kualitas. Siklus Plan Do Check Act (Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti) merupakan model manajemen yang dikembangkan oleh W. Edwards Deming berdasarkan cetusan Walter Shewhart untuk perbaikan proses maupun individu secara berkelanjutan.Sesuai namanya, PDCA adalah
siklus yang terus berulang. Model manajemen ini mampu membantu industri atau perusahaan keluar dari stagnasi.
Selain itu, siklus ini juga mampu mewujudkan sistem yang selalu berkembang menjadi lebih baik secara kualitas, efektivitas, maupun efisiensi..
Adapun Jumlah rancangan percobaan penelitian dengan lokasi dan populasi sebagai berikut :
1. Peternakan Roinaldi Putra, 200 ekor.
2. Peternakan Ibu Dyah, 300 ekor.
3. Peternakan Dzulkifli, 100 ekor
3.2.3 Prosedur Pendampingan Penelitian
Pendampingan perbaikan perbaikan manajemen agribisnis itik pedaging hasil identifikasi pada permasalahan masing” di peternak. Perbaikan dipilih dengan memperhatikan manajemen prioritas mana yang seharusnya diperbaiki. Adapun materi yang akan disampaikan dari beberapa penelitian yang ada pada bab 2 dan secara singkat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perbaikan Kandang
Itik pedaging dalam kandang sistem litter dilengkapi tempat pakan, tempat minum, lampu penghangat dan diberi alas kapur. Sebelum digunakan, kandang dan peralatan kandang dilakukan proses desinfektan/cuci hama.
Tempat minum diperbaiki dari yang sebelumnya menyebabkan becek alas menjadi lebih baik dengan pemberian gorong-gorong yang cukup dalam dengan ketinggian lebih tinggi dari alas. Juga mengacu pada jurnal penelitian terdahulu.
Metoda : Pendampingan Cara :
1. Perbaikan Alas
2. Perbaikan Tempat Minum Alat :
1. Cangkul
2. Perbaikan Peralatan Kandang Bahan :
1. Kapur 2. Semen 3. Bata
4. Bahan Lainnya.
2. Management Air Minum
Itik Pedaging memerlukan tambahan nutrisi pada air minum. Hal ini dapat memperbaiki kualitas air minum ternak itik pedaging. Dengan menggunakan perlakuan terbaik sebanyak 5% penambahan gula merah pada air minum.
Dari hasil penelitian menunjukkan penambahan level gula merah pada air minum memiliki pengaruh nyata terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan.
3. Management Penanganan Penyakit dan Biosecurity
Perbaikan pada manejemen penanganan penyakit dan biosecurity digunakan untuk mencegah dan mengatasi datangya berbagai macam penyakit yang berpotensi terkena pada itik pedaging. Kondisi peternak yang mengalami kematian banyak juga dapat diantisipasi dengan penanganan penyakit dan penerapan biosecurity. Biosecurity dilaksanakan dalam kandang dan di lingkunga luar kandang untuk menjaga sanitasi dan higiene di komplek peternakan sangat memberi harapan untuk dapat memperbaiki sanitasi dan higiene di komplek peternakan itik. Manfaat yang diperoleh konsep biosecuriti mampu meningkatkan status kesehatan dan imunitas itik dan bobot.
Metoda :Pendampingan
Cara dan alat bahan
1. Penyemprotan Desinfektan 2. Pemberian Vitamin
3. Pemisahan Ternak Sakit
· Alat
1. Semprotan
2. Alat untuk kebersihan
3. Alat Biosecurity & Penanganan Penyakit
· Bahan
1. Desinfektan (Rodalon/Sanbe) 2. Obat dan Vitamin
4. Management Pakan
Jurnal Penelitian Universitas Brawijaya dengan formulasi terbaik dari 5 perlakuan yaitu 33% dedak,33% jagung dan Konsentrat 34%. Dengan menggunakan formulasi ini peternak dapat mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 520.870.000
Metoda : Pendampingan
Cara :Pemberian Pakan itik sesuai fase Alat
1. Bak 2. Ember Bahan :
Pakan Starter : 1. 100% 511 Total 82 kg
Pakan Grower-Finisher :
1. 33% Dedak Separator, 2. 33% Beras Jagung,
3. 34% BR 2 Wonokoyo) Protein 20,4%
Total : 210 kg
5. Panen dan Pemasaran
Panen akan dilaksanakan ketika rata” bobot itik pedaging telah mencapai 1,3 kg sesuai dengan permintaan pasar. Sistem penjualan per kilogram lebih menguntungkan dengan harga yang tinggi. Pada Usia 35 hari itik dipanen secara keseluruhan. Itik pedaging dipilih 15 ekor lalu dimasukkan karung serta ditimbang menggunakan timbangan digital.
Metoda : Pendampingan Cara :
Panen ditimbang 15 ekor sekali, dan ditimbang menggunakan timbangan digital di dalam karung
Alat Bahan : - Timbangan digital -Karung
6. Pengambilan Data
Parameter yang diambil meliputi:
a) Hasil Timbangan BB (Bobot badan) sebelum dan sesudah dilaksanakan penyuluhan.
b) Konsumsi pakan dan biaya pakan. Konsumsi pakan dapat diketahui dengan penimbangan sisa pakan yang ada setelah akhir pemeliharaan atau panen sedangkan biaya pakan diukur untuk mengetahui keuntungan peternak.
c) Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam satu periode usaha ternak (Rp/periode)
d) Harga ternak itik adalah harga yang diterima oleh peternak diukur dalam satuan Rp/kg.
e) FCR (Konsumsi Pakan/ Berat Badan) dan f) IOFC
g) Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima peternak dari hasil penjualan daging itik (Rp/periode).
7. Analisis biaya, penerimaan dan pendapatan
Menurut (Soekartawi, 2006) Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh peternak. Menurut (Rahim, 2007) Keuntungan usaha merupakan pengurangan pendapatan total dengan biaya total. Menurut Prawirokusumo, (1990) dalam (Indra W、Tanwirah, 2015) Income Over Feed Cost adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya ransum yang digunakan dalam usaha pemeliharaan ternak. Total penerimaan adalah hasil dari penjualan ternak hidup. Adapun perhitungan rumus keuntungan yang diambil dari penelitan ini adalah sebagai berikut :
IOFC = Total Pendapatan – Total Pakan Yang Dikeluarkan
3.2.4 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan (action research) adalah suatu bentuk dari penelitian refleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial (termasuk penyuluhan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri. Akan diperoleh pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu :
1.Untuk memperbaiki praktek
2.Untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman/kemampuan para praktisi terhadap praktek yang dilaksanakannya
3.Untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan.
3.2.5 Teknik Sampling
Dalam menetapkan sasaran menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sample melalui pilihan-pilihan, berdasarkan karakteristik yang dimiliki calon sample/responden dengan kriteria tertentu yang ditetapkan/dikehendaki oleh penulis sesuai dengan tujuan kajiannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2016: 81). Penetapan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan cara mengambil subjek yang didasarkan atas tujuan tertentu, dengan kriteria :
a. Peternak Itik Pedaging Pemula
b. Mempunyai banyak permasalahan pada usahanya c. Mau untuk memperbaiki dan menerapkan inovasi.
3.2.6 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data melalui pengumpulan secara :
1. Data sekunder yaitu mencatat atau meng-copy catatan, gambar, photo, rekaman suara, audio visual dll.
2. Data primer yaitu melalui wawancara, pengamatan lapang dari kegiatan demplot dan penyampaian anget atau kuisioner kepada sasaran
3.2.7 Analisis Data
Menurut Teknik analisis data adalah rangkaian proses penyerdehanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca serta diinterpretasikan (Singarimbun, 1986: 263). Pada kajian kali ini data akan dianalisis oleh peneliti menggunakan analisis deskriptif. Data yang telah terkumpul dilaksanakan perekapan dan pentabulasian data dengan menggunakan software Excell 2010 dan Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 22.
3.3 Metode Perancangan Penyuluhan
3.3.1 Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan penyuluhan pada penelitian menggunakan perumusan SMART specific, measurable (terukur), achievable (dapat dicapai), relevant, dan time-based (tenggat waktu)
Tujuan dari kajian penyuluhan perbaikan managemen itik pedaging dengan metode pendampingan ini adalah keterampilan serta adopsi inovasi dari sasaran calon peternak/peternak pemula itik mencapai hasil maksimal dari sebelum pendampingan dan setelah pendampingan. Hal ini akan diinpresentasikan melalui pengolahan data post-tes evaluasi adopsi inovasi Di Kabupaten Lumajang Jawa Timur.
3.3.2 Penetapan Sasaran
Dalam penelitian ini penulis menetapkan sasaran dengan menggunakan teknik purposive sampling (disengaja) yang tersebar Di Kabupaten Lumajang terutama dekat dengan Kecamatan Kunir. Sasaran dari kajian ini dengan mempertimbangkan persyaratan tertentu sebagai berikut :
1. Calon peternak pemula yang mengalami banyak permasalahan dan pendapatan rendah
2. Mau berkomitment menjalankan usaha itik pedaging 3. Berkomitment tinggi untuk mengikuti kegiatan ini
3.3.3 Penetapan Materi
Materi penyuluhan merupakan bahan atau pesan yang akan disampaikan kepada calon peternak. Memilih dan menetapkan materi penyuluhan yaitu berlandaskan pada matriks rancangan penyuluhan yang berdasar pada hasil identifikasi, observasi dan wawancara serta mempertimbangkan hasil penelitian. Materi penyuluhan yang dilakukan dalam rancangan penyuluhan berdasar pada sasaran dan tujuan adalah hasil terbaik atau rekomendasi dari penelitian. Setelah penetapan materi penyuluhan telah dilaksanakan kemudian materi penyuluhan disusun dalam bentuk tulisan dan diringkas menjadi sinopsis. Materi penyuluhan juga menyesuaikan kondisi manajemen prioritas pada masing” peternak yang terdiri dari perbaikan pemeliharaan (Pakan, Air Minum, Kandang, Biosecurity dan Penyakit) dan Pemasaran.
3.3.4 Penetapan Metode
Penetapan metode yang ditetapkan oleh penulis adalah menggunakan penyesuaian dengan karateristik sasaran penyuluhan. Pemilihan metode telah ditetapkan menggunakan matriks penetapan metode penyuluhan yaitu Anjangsana dan kaji terap dengan teknik komunikasi face to face dapat dilihat pada lampiran
3.3.5 Penetapan Media
Penetapan media penyuluhan yang ditetapkan oleh penulis adalah berdasarkan matriks analisis pemilihan media penyuluhan pertanian. Media
penyuluhan yang digunakan adalah leaflet/folder dapat dilihat pada Lampiran 6
3.3.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan
Tujuan dari kegiatan evaluasi penyuluhan ini yaitu untuk mengetahui perubahan tingkat adopsi inovasi pada sasaran sesuai dengan sistem learning by doing (belajar sambil melakukan). Maka dari itu evaluasi penyuluhan ini
adalah untuk mengukur perubahan perilaku sasaran setelah dilaksanakan penyuluhan. Model evaluasi yang digunakan adalah model sumatif yang dapat diartikan model evaluasi yang dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pembelajaran dianggap telah selesai. Evaluasi penyuluhan ini digunakan untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi calon pengusaha itik dalam penyuluhan.
3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan 3.4.1 Persiapan
Persiapan penyuluhan merupakan salah satu hal yang terpenting sebelum melaksanakan penyuluhan. Persiapan penyuluhan yang sudah direncanakan dengan sistematis akan mempermudah penyuluh pertanian untuk melaksanakan penyuluhan agar mencapai tujuan penyuluhan yaitu perubahan keterampilan.
Dalam persiapan penyuluhan ini perlu menyiapkan lembar persiapan menyuluh (LPM) dan resume materi sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, sehingga penyuluhan yang dilakukan dapat berjalan dengan sesuai rencana, tepat sasaran dan tepat tujuan. Selain itu menyiapkan kelengkapan administrasi seperti daftar hadir peserta dan berita acara. Terakhir adalah kuisioner untuk kegiatan evaluasi saat penyuluhan telah usai dilaksanakan.
3.4.2 Pelaksanaan
Berdasarkan hasil persiapan penyuluhan yang sudah dilaksanakan maka proses penyuluhan siap untuk dilaksanakan. Tanpa persiapan yang baik, penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan kehilangan tujuan serta arah.
Dallam pelaksanaan ini terdapat tiga susunan acara diantaranya pembukaan, penyampaian materi, dan penutup. Selesai penyuluhan akan ada sesi diskusi dimana pada sesi ini diharapkan adanya respon positif dari sasaran aktif untuk melaksanakan diskusi.
3.4.3 Evaluasi Penyuluhan A. Objek Evaluasi
Objek yang dievaluasi yaitu hasil pelaksanaan penyuluhan tentang perbaikan manajemen agribisnis itik pedaging. Dengan jenis evaluasi yang akan dilaksanakan adalah evaluasi dampak. Evaluasi dampak dipilih untuk menilai sampai seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan program penyuluhan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dampak ini berupa penilaian perubahan perilaku sasaran pada skala keterampilan.
B. Instrumen Evaluasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen (alat ukur) berupa kuisioner menggunakan skala likert dengan menetapkan variabel yang diukur, yaitu keterampilan yang dapat dilihat pada Lampiran. Dalam penyusunan instrumen dibutuhkan kisi-kisi instrumen yang dapat memudahkan dalam pengembangan pengukuran dari variabel yang diamati. Pada kisi-kisi instrumen, variabel dikembangkan lagi dengan indikator lalu indikator dikembangkan lahi menjadi jumlah soal dan nomor soal seperti pertanyaan maupun sebuah pernyataan. Dari soal-soal tersebut dapat diukur variabel yang akan ditetapkan oleh peneliti
Tingkat adopsi dilakukan kepada sasaran penyuluhan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengatahui sejauh mana tingkat adopsi sasaran terhadap materi perbaikan manajemen agribisnis itik pedaging yang dilaksanakan.
Tahapan adopsi yang diukur yakni sadar, minat, menilai, mencoba dan adopsi. Dalam melakukan analisi data ini, langkah yang harus dilakukan yaitu : 1) membuat tabel distribusi jawaban kuesioner, 2) menentukan skor darijawaban responden, 3) menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari setiap responden, 4) menentukan skor tersebut untuk dimasukkan kedalam rumus, dan 5) hasil yang diperoleh disajikan kedalam tabel kategori. Dalam penentuan tabel kategori, peneliti menggunakan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Interval setiap kategori dapat diukur menggunakan skala likert dengan ketentuan sebagai berikut.
Interval = nilai tertinggi – nilai terendah Σkelas
a. Setiap soal skor tertinggi 5 dan skor terendah 1
b. Jumlah skor terendah untuk setiap soal adalah 20 x 1 = 20 c. Jumlah skor tertinggi untuk setiap soal adalah 20 x 5 = 100 d. Kelas interval untuk 5 kriteria yaitu :
Jumlah skor tertinggi – jumlah skor terendah = 100 - 20 = 16 5 Kriteria 5
Kategori tersebut diurutkan kelas intervalnya dan dimasukkan dalam tabel kategori tingkat adopsi inovasi sebagai berikut.
Tabel 2. Kategori Tingkat Adopsi Inovasi
Kategori Kelas Interval Predikat Level
5 84-100 Sangat Tinggi Adopsi
4 68-83 Tinggi Mencoba
3 52-67 Sedang Menilai
2 36-51 Rendah Minat
1 20-35 Sangat Rendah Sadar
C. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Penyuluhan
Menurut Zahra (dalam Sugiyono, 2014) derajat ketepatan antara data yang sebenarnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti dinamakan dengan validitas. Uji Validitas adalah uji yang diambil berdasarkan data yang didapat dari hasil kuisioner yang kita bagikan, dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment yang mempunyai arti korelasi antar item dengan skor total dalam satu variabel, dan pengukuran yang diperoleh dengan menggunakan software SPSS 2.2 menggunakan tingkat signifikansi (α) = 0,05 karena dinilai cukup mewakili. Dengan korelasi ini, maka akan diperoleh tabel Correlations yang menunjukkan rhitung dan nilai signifikansi. Selain itu juga dapat ditentukan melalui tabel Item Total Statistic pada kolom Corrected Item – Total Correlation. Apabila rhitung > rtabel maka soal di nyatakan “valid” dan sebaliknya apabila rhitung<rtabel maka soal dapat dinyatakan “tidak valid”.
Menurut Zahra (dalam Riduwan, 2010) uji realibilitas instrumen penelitian menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Cronbach’s Alpha adalah rumus matematis yang digunakan untuk menguji tingkat realibiltas ukuran, dimana suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila mempunyai koefisien 24 keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih. Nilai rtabel yang didapatkan yaitu (df = N-2) dan probabilitas 5% pada uji dua arah.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah pengukuran terhadap variabel-variabel yang diamati maka perlu dijelaskan pengertian, dan batasan operasional sebagai berikut
1. Itik Pedaging adalah itik yang diternakkan dengan tujuan utama menghasilkan daging (itik potong).
2. Air minum itik pedaging adalah air yang digunakan untuk diberikan pada itik dengan penambahan bahan untuk meningkatkan produktivitas dan kekebalan ternak
3. Pakan Itik Pedaging adalah seluruh komponen susunan ransum yang digunakan pada penggemukan itik pedaging untuk dikonsumsi oleh itik dan dapat mendapatkan bobot maksimal.
4. Kandang Itik Pedaging adalah tempat tinggal itik selama pemeliharaan yang meliputi atap, alas, kandang dan peralatan lainnya.
5. Pemasaran Itik Pedaging adalah suatu sub sistem setelah itik siap untuk dipanen dan dipasarkan kepada masyarakat.
6. Analisa Pendapatan dan Pengeluaran adalah keuntungan dan modal yang diberikan dan diinvestasikan selama pemeliharaan itik pedaging.
7. Rancangan penyuluhan adalah suatu bentuk rangkaian kegiatan yang dipilih dalam proses pelaksanaan penyuluhan kepada petani sasaran menyesuaikan kondisi SDA dan SDM yang ada di Peternak.
8. Evaluasi penyuluhan diukur dari adopsi inovasi untuk mengetahui seberapa jauh sasaran dalam menerapkan materi kajian yang kita terapkan pada peternak pemula
48
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perubahan Keuntungan Dari Sebelum dan Sesudah Pendampingan
4.1.1 Peternakan Ibu Dyah (Studi Kasus 1)
Pada periode sebelum dilaksanakan pendampingan ibu dyah memelihara itik pedaging sejumlah 300 ekor dengan kematian yang cukup tinggi yaitu 61 ekor dari 300 ekor (20%) dari total itik keseluruhan. Hal ini mengakibatkan rendahnya keuntungan dengan nilai 200 rb per 100 ekor (2 ribu rupiah per ekor).
Setelah diadakan pendampingan dan perbaikan sistem manajemen agribisnis ibu dyah mendapatkan keuntungan sebesar 755 ribu per seratus ekor dengan kematian hanya sebesar 5 ekor dari 300 ekor ( 1,6 %). Hal ini dapat terjadi setelah adanya pemahaman konsep beternak dan perbaikan terhadap aspek pakan, biosecurity dan penyakit, serta perkandangan yang diperbaiki. Hal ini setara dengan penelitian Ahdiyat 2020 yang menyebutkan keuntungan itik pedaging 100 ekor diangka 750 ribu per seratus ekor.
. Adapun aspek-aspek yang diperbaiki adalah pakan yang sebelumnya menggunakan campuran sosis, bekatul dan konsentrat diganti dengan pakan campuran bekatul, jagung, dan br2. Selanjutnya pada aspek biosecurity dan pencegahan penyakit peternak belum menerapkan, setelah adanya pendampingan peternak dapat menekan angka kematian secara signifikan.
Pada aspek Perbaikan kandang yang sebelumnya kandang nya tergolong becek karena tercampur air dan belum ditreatment pembersihan dan
persiapan kandang dengan baik dan benar, setelah adanya pendampingan kandang dirubah sedimikan rupa untuk menghindari kematian
4.1.2 Peternakan Roinaldy (Studi Kasus 2)
Pada periode sebelum dilaksanakan pendampingan mas roinaldy memelihara itik pedaging sejumlah 200 ekor dengan kematian yang tinggi yaitu 20 ekor dari 200 ekor (10%) dari total itik keseluruhan. Hal ini mengakibatkan rendahnya keuntungan dengan nilai 300 rb per 100 ekor (3 ribu rupiah per ekor).
Setelah diadakan pendampingan dan perbaikan sistem manajemen agribisnis mas roinaldy mendapatkan keuntungan sebesar 745 ribu per seratus ekor dengan kematian hanya sebesar 3 ekor dari 200 ekor ( 1,5 %).
Hal ini dapat terjadi setelah adanya pemahaman konsep beternak dan perbaikan terhadap aspek pakan, perkandangan dan pasar yang diperbaiki.
Hal ini setara dengan penelitian Ahdiyat 2020 yang menyebutkan keuntungan itik pedaging 100 ekor diangka 750 ribu per seratus ekor.
Adapun aspek-aspek yang diperbaiki adalah pasar yang sebelumnya dijual ekoran dengan harga 21-22 ribu rupiah per ekor dengan bobot rata-rata 1,2 , setelah adanya pendampingan dijual per kg dengan harga 26.500/kg atau 34.450. Selanjutnya adalah pakan yang sebelumnya menggunakan campuran sosis afkir, bekatul dan konsentrat diganti dengan pakan campuran bekatul, jagung, dan br2. Pada aspek Perbaikan kandang yang sebelumnya kandang nya tergolong becek karena tercampur air dan belum ditreatment pembersihan dan persiapan kandang dengan baik dan benar, setelah adanya pendampingan kandang dirubah sedimikan rupa untuk menghindari kematian
4.1.3 Peternakan Mas Dzulkifli (Studi Kasus 3)
Pada periode sebelum dilaksanakan pendampingan mas dzulkifli memelihara itik pedaging sejumlah 200 ekor dengan kematian yang tinggi yaitu 30 ekor dari 200 ekor (15%) dari total itik keseluruhan. Hal ini mengakibatkan rendahnya keuntungan dengan nilai 250 rb per 100 ekor (3 ribu rupiah per ekor).
Setelah diadakan pendampingan dan perbaikan sistem manajemen agribisnis mas dzulkifli mendapatkan keuntungan sebesar 511 ribu per seratus ekor dengan kematian hanya sebesar 2 ekor dari 200 ekor ( 1%). Hal ini dapat terjadi setelah adanya pemahaman konsep beternak dan perbaikan terhadap aspek air minum, perkandangan dan pasar yang diperbaiki. Hal ini belum setara dengan penelitian Ahdiyat 2020 yang menyebutkan keuntungan itik pedaging 100 ekor diangka 750 ribu per seratus ekor dikarenakan dzulkifli menggunakan pakan jadi pabrikan, tidak mencampur sendiri pakan yang diberikan.
Adapun aspek-aspek yang diperbaiki adalah Air minum yang sebelumnya pada saat masa brooding banyak terjadi kematian dan pertumbuhan yang kurang maksimal karena tidak diberi vitamin, setelah diberikan gula merah sebesar 5% dari air minum dapat mengurangi kematian dan meningkatkan produktivitas. Selanjutnya adalah Penanganan Biosecurity dan Penanganan Penyakit yang sebelumnya belum diterapkan, sepeti penyemprotan desinfketan dan pemberian obat pada ternak sakit dapat mengatasi kematian pad itik pedaging. Pada aspek Perbaikan kandang yang sebelumnya kandang nya tergolong becek karena tercampur air dan belum ditreatment pembersihan dan persiapan kandang dengan baik dan benar, setelah adanya pendampingan kandang dirubah sedimikan rupa untuk menghindari kematian.
4.2 Hasil Tingkatan Adopsi
Tingkatan adopsi terhadap perbaikan manajemen agribisnis itik pedaging yang dilaksanakan rata-rata dapat diterima oleh peternak sehingga dapat mengadopsi inovasi tersebut. Dengan hasil yang dapat memperbaiki angka kematian dan meningkatkan keuntungan menjadikan peternak yakin atas inovasi yang diberikan dan diterapkan selama pendampingan. Hal ini didukung dengan perolehan nilai Ibu Dyah senilai 86% dengan kategori sangat tinggi dan Roinaldi dan Dzulkifli yang masing-masing memperoleh nilai 84% dengan kategori tinggi. Perhitungan ini terlampir pada bab 7 evaluasi penyuluhan dan lampiran Lampiran 17 Data Rekapitulasi dan Perhitungan Adopsi
52
PERANCANGAN DAN UJI COBA PENYULUHAN
5.1 Perancangan Penyuluhan
5.1.1 Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan adalah 3 peternak pemula di Kabupaten Lumajang yang masih mendirikan usaha itik pedaging rata-rata 2 periode panen.
5.1.2 Materi Penyuluhan
Dalam menentukan materi penyuluhan didasarkan dengan beberapa perbaikan yang dinilai paling strategis dan harus diperbaiki dari peternakan tersebut. Materi ini diperoleh melalui kegiatan sebelum kajian dilaksanakan yaitu identifikasi potensi wilayah (IPW) dengan menyusun berdasarkan matriks GMP (pengambilan keputusan. Hasil analisis matrik penetapan materi penyuluhan dapat dilihat di lampiran 11.
5.1.3 Tujuan Penyuluhan
Tujuan jangka pendek kegiatan pendampingan penyuluhan kepada 3 peternak pemula di Kabupaten Lumajang yaitu untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan produktifitas dari peternak pedaging kategori pemula. Sedangkan tujuan jangka panjang peternak dapat terus menerapkan dan menambah populasi ternak nya sehingga meningkatkan produktivitas dan pendapatan.
5.1.4 Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang digunakan berdasarkan hasil analisis matriks penetapan media yang disesuaikan dengan karakteristik dan keadaan