Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas proteksi geliat IAEL terhadap mencit betina galur Swiss secara eksperimental murni rancangan acak lengkap searah melalui metode rangsang kimia asam asetat. Mencit betina sebanyak 30 ekor dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok. Kelompok I merupakan kontrol negatif aquades dosis 25 mg/kg BB, kelompok II yaitu kontrol negatif CMC Na dosis 250 mg/kg BB, kelompok III yaitu kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kg BB. Kelompok III-VI merupakan kelompok perlakuan IAEL dengan peringkat dosis dose 0,83; 1,67; and 3,33 g/kg BB. Asam asetat (1% v/v) diberikan secara intraperitoneal 5 menit setelah diberikan bahan uji pada semua kelompok. Data yang diperoleh di evaluasi dengan ANOVA satu arah dilanjutkan uji Tamhane’s untuk melihat perbandingan rata-rata setiap kelompok dosis terhadap kelompok kontrol dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan IAEL dapat memberikan proteksi geliat terhadap mencit betina. Persen proteksi geliat mencit pada dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kg BB secara berturut-turut adalah 61,1; 51,4; dan 35,8 sedangkan ED50 IAEL adalah 1,61 g/kg BB.
conducted to testing the writhing protective activity E. longifolia root infusion against female mice Swiss purely experimental using acetic acid as chemical stimuli. Thirty female mices were divided randomly into six groups. Group I is a negative control aquades dose of 25 g/kg mice BW, group II is negative control CMC Na dose of 250 mg/kg mice BW, group III, the positive control dose aspirin 91 mg/kg mice BW. Group III-VI is a treatment group of E. longifolia root infusion dose 0.83; 1.67; and 3,33 g/kg mice BW. Acetic acid (1% v/v) was administered intraperitoneally 5 minutes after being given the test material in all groups. The data then evaluate using one-way ANOVA followed by Tamhane’s test to compare the average of each group of dose against the control group with 0.05. This study concluded infusion E. longifolia roots can provide protection of writhing against female mice. Percent protection of writhing mice at doses of 0.83; 1.67; and 3.33 g/ kg mice body weight respectively were 61.1; 51.4; and 35.8 while the roots infuse ED50 E. longifolia is 1.61 g/ kg mice BW.
i
UJI EFEK ANALGESIK INFUSA AKAR Eurycoma longifolia Jack PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS TERINDUKSI ASAM ASETAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Jessy Florensia NIM : 138114125
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
UJI EFEK ANALGESIK INFUSA AKAR Eurycoma longifolia Jack PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS TERINDUKSI ASAM ASETAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Jessy Florensia NIM : 138114125
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang
telah jadi dari segala yang telah dijadikan
(Yohanes 1:3)
Skrispi ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus yang setia menyertai perjalanan hidup dan pencapaian ini Untuk Papa, Mama, Hia hia, Cece, dan Lek lek di rumah
Untuk teman-teman yang setia mendukung Wina, Indri, Cindy, Axl, Sintya, Irene, dan tentunya,
Alamamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma Jesus Christ is the same
yesterday and today and forever
vi PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat, kasih, dan penyertaan-Nya hingga penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Uji Efek Analgesik Infusa Akar Eurycoma longifolia Jack pada Mencit Betina Galur Swiss Terinduksi Asam Asetat” dapat penulis selesaikan. Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing atas
kesabaran, bimbingan, pengarahan, semangat, dan dukungannya selama
proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik hingga skripsi ini tersusun.
4. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik hingga skripsi ini tersusun, juga selaku Dosen
Pembimbing Akademik atas bimbingan dan dukungan selama menjalani
perkuliahan di Fakultas Farmasi hingga sekarang.
5. Papa, mama, kakak-kakakku Rio dan Sheren, serta adik Sherly yang selalu
memberikan dukungan, semangat, masukkan, kritik, dan suasana yang hangat
dan harmonis di rumah
6. Pak Heru, Pak Suparjiman, dan Pak Kayatno yang telah membantu proses
penelitian di laboratorium.
7. Kak Via, kak Tika, dan kak Nurul atas masukkan dan informasi sehingga
skripsi ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.
8. Rekan seperjuangan penelitian ini, Wina Susana, Indriyani Permatasari, Putu
Ririn Andreani, Monita Natalia Siregar, dan Bernadetha Maria Estika
Pangestuti. Super sekali proses yang kita lalui bersama. Terimakasih atas
kesempatan hingga bisa menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman-teman semasa hidup, Cindy, Axl, Sintya, Irene, Sylviana, Veronika,
vii
selama menempuh masa sekolah dan kuliah. Luar biasa kita saling terbuka
dalam segala hal.
10. Teman-teman sekelas di FSM C dan FKK C 2013.
Penulis menyadari bahwa tentunya skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Penulis sangat terbuka pada masukan dan kritik dari pembaca. Akhir kata, semoga
karya ini dapat berguna dari pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 21 September 2015
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT ... xvii
PENDAHULUAN ... 1
METODE PENELITIAN ... 3
Bahan ... 3
Alat ... 3
Metode ... 3
Penyiapan bahan ... 3
Pengujian proteksi geliat IAEL dan perlakuan hewan uji ... 3
Penetapan persen proteksi dan perubahan persen proteksi geliat ... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4
Pengujian pada IAEL ... 4
Penentuan jumlah kumulatif dan persen proteksi geliat... 5
Penentuan perubahan persen proteksi geliat ... 6
xi
KESIMPULAN ... 8
SARAN ... 8
DAFTAR PUSTAKA ... 8
LAMPIRAN ... 11
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik persamaan garis ED50 IAEL ... 7
Gambar 2. Akar E. longifolia kering ... 16
Gambar 3. Serbuk akar E. longifolia ... 16
Gambar 4. Larutan asam asetat 1% ... 16
Gambar 5. Infusa akar E. longifolia ... 16
Gambar 6. Ayakan 40 dan 50 mesh ... 16
Gambar 7. Bejana infusa dan heater ... 16
Gambar 8. Mencit uji... 17
Gambar 9. Mencit yang dipuasakan ... 17
Gambar 10. Mencit geliat tidak sempurna ... 17
Gambar 11. Mencit geliat sempurna ... 17
Gambar 12. Pemberian peroral IAEL... 17
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada ... 11
Lampiran 2. Surat Identitas akar E. longifolia ... 12
Lampiran 3. Hasil uji kadar air serbuk akar E. longifolia dari LPPT Universitas Gadjah Mada ... 13
Lampiran 4. Surat pengujian statistik data dari CE&BU Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ Rumah sakit Dr. Sardjito ... 15
Lampiran 5. Akar E. longifolia kering, serbuk akar E. longifolia, larutan asam asetat, dan hasil infusa akar E. longifolia ... 16
Lampiran 6. Pengayak dan Bejana serta heater infusa ... 16
Lampiran 7. Mencit uji, mencit yang dipuasakan, dan kriteria geliat mencit ... 17
Lampiran 8. Perlakuan hewan uji ... 17
Lampiran 9. Hasil analisis statistik penetapan selang waktu pemberian asam asetat ... 18
Lampiran 10. Hasil statistik jumlah geliat pada kelompok perlakuan ... 21
Lampiran 11. Hasil statistik persen (%) proteksi geliat pada kelompok perlakuan ... 23
xv
DAFTAR SINGKATAN
BB = Berat badan
E. longifolia = Eurycoma longifolia
xvi
ABSTRAK
Tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) telah diuji memiliki banyak khasiat. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas proteksi geliat IAEL terhadap mencit betina galur Swiss secara eksperimental murni rancangan acak lengkap searah melalui metode rangsang kimia asam asetat. Mencit betina sebanyak 30 ekor dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok. Kelompok I merupakan kontrol negatif aquades dosis 25 mg/kg BB, kelompok II yaitu kontrol negatif CMC Na dosis 250 mg/kg BB, kelompok III yaitu kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kg BB. Kelompok III-VI merupakan kelompok perlakuan IAEL dengan peringkat dosis dose 0,83; 1,67; and 3,33 g/kg BB. Asam asetat (1% v/v) diberikan secara intraperitoneal 5 menit setelah diberikan bahan uji pada semua kelompok. Data yang diperoleh di evaluasi dengan ANOVA satu arah dilanjutkan uji Tamhane’s untuk melihat perbandingan rata-rata setiap kelompok dosis terhadap kelompok kontrol dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan IAEL dapat memberikan proteksi geliat terhadap mencit betina. Persen proteksi geliat mencit pada dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kg BB secara berturut-turut adalah 61,1; 51,4; dan 35,8 sedangkan ED50 IAEL adalah 1,61 g/kg BB.
xvii
ABSTRACT
Tongkat ali (Eurycoma longifolia Jack) had tested has many benefits. This study was conducted to testing the writhing protective activity E. longifolia root infusion against female mice Swiss purely experimental using acetic acid as chemical stimuli. Thirty female mices were divided randomly into six groups. Group I is a negative control aquades dose of 25 g/kg mice BW, group II is negative control CMC Na dose of 250 mg/kg mice BW, group III, the positive control dose aspirin 91 mg/kg mice BW. Group III-VI is a treatment group of E. longifolia root infusion dose 0.83; 1.67; and 3,33 g/kg mice BW. Acetic acid (1% v/v) was administered intraperitoneally 5 minutes after being given the test material in all groups. The data then evaluate using one-way ANOVA followed by Tamhane’s test to compare the average of each group of dose against the control group with 0.05. This study concluded infusion E. longifolia roots can provide protection of writhing against female mice. Percent protection of writhing mice at doses of 0.83; 1.67; and 3.33 g/ kg mice body weight respectively were 61.1; 51.4; and 35.8 while the roots infuse ED50 E. longifolia is 1.61 g/ kg mice BW.
1
Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman dan
berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan. Rasa nyeri dapat ditangani dengan
menggunakan obat analgesik. Analgesik adalah zat yang dapat menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara ideal hendaknya NSAID
hanya menghambat COX-2 dan tidak COX-1. Akhir-akhir ini hanya tersedia tiga jenis obat
dengan kerja sedikit selektif, artinya lebih kuat menghambat COX-2 daripada COX-1, yakni
COX-2 inhibitor dengan obat terbaru yaitu nabumeton dan meloxicam (Tjay dan Raharja,
2007). Namun sayangnya, obat NSAID yang beredar dipasaran memiliki beberapa efek
samping yang tidak diharapkan.
Pada akhir-akhir ini masyarakat Indonesia cenderung memilih pengobatan
tradisional dengan menggunakan bahan alami seperti tumbuhan yang ada disekitar (back to
nature). Salah satu tanaman obat tradisional yang memiliki potensi sebagai alternatif untuk
mengatasi nyeri adalah pasak bumi. Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) adalah salah
satu tumbuhan asli Indonesia. Namun, tumbuhan ini juga tersebar di hutan-hutan Malaysia,
Thailand, Filipina, Vietnam, dan Burma (Panjaitan dan Zulfan, 2015).
Mohamed dkk. (2015) menyatakan bahwa akar tanaman E. longifolia mengandung
beberapa kelas metabolit. Metabolit utama diantaranya quassinoid, turunan squalen,
canthin-6-one dan alkaloid beta-karbolin. Rasa pahit yang dihasilkan oleh tanaman E. longifolia
disebabkan oleh adanya kandungan quassinoid (Mohamad dkk., 2013). Kandungan bioaktif
quassinoid yang paling banyak terkandung di dalam akar E. longifolia (Rehman dkk, 2016).
Beberapa manfaat dari tanaman E. longifolia diantaranya sebagai obat antimalaria
(Bhat dan Karims, 2007), sebagai antifungal (Khanam dkk., 2015), sebagai penangkap
radikal bebas (Purwantiningsih dkk., 2011), sebagai anti-inflamasi dan antioksidan
(Varghese dkk 2013), sebagai anti-angiogenik (Al-Salahi dkk., 2013) dan berperan dalam
menghambat NF-kB (Tran dkk., 2014).
Pengujian proteksi geliat infusa akar E. longifolia (IAEL) merupakan skrining awal
farmakologi untuk mengetahui ada tidaknya proteksi geliat pada mencit betina galur Swiss.
Proteksi geliat dari IAEL diduga dari kandungan quassinoid. Adanya kandungan quassinoid
yang terdiri dari eurycomalactone, 14,15β-dihydroklaieanone, dan
13,21-dehydroeurycomanone sebagai penghambat dalam jalur aktivasi NF-kB (Tran dkk., 2014).
Faktor transkripsi NF-kB terdiri dari homo- dan heterodimer dari keluarga protein
2
yang penting untuk dimerisasi, interaksi dengan protein inhibitor NF-kB, translokasi
nukleus, dan pengikatan DNA. Di aktivasi oleh berbagai rangsangan seperti sitokin, maka
NF-kB akan terfosforilasi oleh NF-kB kinase, kemudian terdegradasi oleh kompleks
proteasome. Degradasi NF-kB mengarah pada pelepasan NF-kB dari perangkap yang
kompleks dan kemudian translokasi ke dalam nukleus, yang terikat pada daerah promotor
dari berbagai gen seperti sitokin diantaranya tumor necrosis factor (TNF), interleukin (IL),
cyclooxygenase-2 (COX-2) (Niederberger dan Geisslinger, 2008).
Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas analgesik dari IAEL pada mencit
betina. Pengujian dilakukan terhadap mencit betina karena mencit betina lebih sensitif
terhadap nyeri ketika dibandingkan dengan mencit jantan (Mogil, 2012). Akar E. longifolia
diuji terkait aktivitas analgesik karena akar E. longifolia yang memiliki kemampuan untuk
menghambat NF-kB. NF-kB inilah yang merupakan bagian dari jalur aktivasi nyeri (Tran,
2014). Menurut Niederberger dan Geisslinger (2008), NF-kB memiliki peranan penting
dalam proses patologi nyeri. NF-kB berpengaruh terhadap transmisi nosisepsi. Dengan
demikian, adanya penghambatan spesifik terhadap jalur aktivasi NF-kB akan memberikan
pendekatan manfaat akar E. longifolia sebagai analgesik.
Sediaan infusa yang dipilih dalam penelitian ini karena sediaan ini menggunakan
air sebagai penyarinya (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Dengan demikian diharapkan
senyawa kimia quassinoid yang termasuk dalam glikosida dapat tersari secara optimal dalam
sedian infusa (Doughari, 2012). Selain itu, sediaan infusa juga umumnya dibuat oleh
masyarakat sehingga dianggap cocok dalam pembuatan obat tradisional. Di lain sisi,
pertimbangan pemilihan sediaan infusa karena menurut penelitian Talbott dkk. (2013)
mengatakan bahwa sebagian besar studi dan semua percobaan suplementasi manusia yang
telah dilakukan pada ekstrak air panas E. longifolia (yang merupakan persiapan tradisional
Malaysia) diproduksi menggunakan proses ekstraksi dipatenkan untuk mengisolasi dan
mengkonsentrasi senyawa bioaktif.
Salah satu pengujian efek analgesik adalah metode rangsang kimia. Perangsang
nyeri yang digunakan dalam metode ini yaitu asam asetat (Milind dan Monu, 2013). Metode
ini cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa analgesik yang mempunyai daya
analgesik lemah. Selain itu, banyak peneliti yang menggunakan metode ini dan bisa
direkomendasikan sebagai metode penapisan. Metode menggunakan asam asetat biasanya
3
Bahan
Bahan utama dari penelitian ini adalah akar E. longifolia CV Merapi Farma, Yogyakarta diambil bulan April 2016. Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain asetosal (E.Merck), asam asetat glasial (E.Merck), CMC-Na (Dai-Ichi Seiyaku Co.,Ltd), dan aquades. Subjek uji dalam penelitian ini adalah mencit betina galur Swiss, dengan berat badan 20-30 g dan usia 2-3 bulan yang diperoleh dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
Alat
Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, panci enamel, penangas air, kain flannel, termometer (merk pirex®), stopwatch, spuit, needle, dan kotak kaca tempat pengamatan geliat.
Metode
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental murni rancangan acak lengkap searah melalui metode rangsang kimia asam asetat sebagai penginduksi nyeri untuk menguji proteksi geliat pada mencit dengan IAEL.
Penyiapan bahan.
Pembuatan IAEL yaitu mengayak serbuk akar E. longifolia dengan ayakan 40 dan 50 mesh, lalu ditimbang 10 gram serbuk, kemudian ditambahkan 100 ml aquades dan masukkan ke bejana infus. Panaskan diatas penangas air selama 15 menit dengan suhu 90ºC. Waktu 15 menit dihitung ketika suhu pada campuran mencapai suhu 90ºC. Campuran diserkai selagi panas (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010).
Pengujian proteksi geliat IAEL dan perlakuan subjek uji.
4
diberikan secara oral dengan peringkat dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kg BB mencit.
Seluruh kelompok subjek uji pada waktu sesuai orientasi pemberian asam asetat 1% (Hassan, 2013) secara intraperitoneal diamati respon geliat dengan selang waktu 5 menit selama 1 jam (Mishra dkk., 2011).
Penetapan persen proteksi dan perubahan persen proteksi geliat
Metode penetapan % proteksi geliat yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rangsang kimia. Besarnya pengamatan jumlah geliat dihitung dengan menggunakan persamaan Handershot and Forshait yang telah dimodifikasi, yaitu:
% proteksi geliat = (100-(P/K x 100)) % P = Jumlah kumulatif geliat hewan uji perlakuan
K = Jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji kontrol negatif
Perubahan % proteksi geliat terhadap kontrol positif menggunakan rumus: Perubahan % proteksi geliat = �−���� � %
P = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan
KP = rata-rata % proteksi geliat pada kontrol positif (Wongsrisakul, dkk., 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang umum digunakan untuk mengukur aktivitas analgesik perifer pada mencit adalah geliat (Milind dan Monu, 2013). Geliat akan diamati setiap 5 menit selama satu jam untuk menghitung persen proteksi (Mishra dkk., 2011).
Pengujian pada IAEL
Data masing-masing kelompok perlakuan dianalisis secara statistik dan dihitung jumlah kumulatif geliatnya. Selanjutnya digunakan untuk menghitung persen proteksi dan perubahan persen proteksi. Pada persen proteksi bahan uji terhadap nyeri dibandingkan dengan kontrol negatif (aquades dan CMC Na) sedangkan untuk perubahan persen proteksi bahan uji dibandingkan dengan kontrol positif (asetosal).
5
menunjukkan nilai p<0,05 yang menandakan bahwa dari keenam kelompok uji paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai rerata jumlah geliat yang berbeda bermakna. Dikarenakan hipotesis ANOVA satu arah bermakna dan varian berbeda, maka dilanjutkan dengan uji Post-Hoc dengan uji Tamhane’s dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi perbedaan antar kelompok perlakuan (Dahlan, 2014).
Tabel I. Hasil Jumlah Kumulatif Geliat Mencit, Persen Proteksi, dan Perubahan Persen Proteksi Kelompok Perlakuan
Kelompok Perlakuan Rata-rata jumlah
geliat (Mean±SE) Rata-rata persen proteksi (%) (Mean±SE)
Perubahan Persen
proteksi (%)
(Mean±SE)
Aquades 25 g/kg BB 58,2±1,0b -1,0±1,7 b -101,5±2,3 b
CMC Na 250 mg/kg BB 57,6±0,5b 0,0±0,9 b -100,0±1,2 b
Asetosal 91 mg/kg BB 16,2±0,6a 71,9±1,0a 0,0±1,4a
IAEL 0,83 g/kg BB 22,4±1,1a,b 61,1±2,0 a,b -15,0±2,7 a,b
IAEL 1,67 g/kg BB 28,0±1,4a,b 51,4±2,5 a,b -28,5±3,5 a,b
IAEL 3,33 g/kg BB 37,0±0,8a,b 35,8±1,5 a,b -50,2±2,0 a,b
Keterangan:
X : rata-rata
SE : standard error
Nilai p: a <0,05 dibanding kelompok kontrol negatif CMC Na dan aquades Nilai p: b <0,05 dibanding kelompok kontrol positif asetosal
Penentuan jumlah kumulatif dan persen proteksi geliat
Dari tabel I diatas, dapat dilihat jumlah kumulatif dan persen proteksi geliat semua kelompok perlakuan IAEL lebih rendah dibandingkan dengan kontrol negatif. Akan tetapi, jumlah kumulatif dan persen proteksi geliat semua kelompok perlakuan IAEL masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol positif asetosl. Persen proteksi yang diperoleh dari proteksi perlakuan dapat menggambarkan efek analgesik dari IAEL pada mencit betina. Hal ini menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan IAEL mampu memberikan penurunan jumlah geliat lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, namun penurunan jumlah geliat yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol asetosal.
6
Data tabel I hasil uji rata-rata persen proteksi berturut-turut dari perlakuan IAEL dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kg BB mencit adalah 61,1; 51,4; dan 35,8. Hasil dari uji Tamhane’s data persen proteksi kelompok perlakuan IAEL dosis 0,83 g/kg BB mencit jika dibandingkan dengan dosis 1,67 g/kg BB mencit berbeda tidak bermakna. Hal ini dapat dapat disimpulkan bahwa kedua peringkat dosis tersebut memiliki kemampuan penghambatan nyeri yang hampir sama. Untuk dosis 0,83 g/kg BB mencit jika dibandingkan dengan dosis 3,33 g/kg BB mencit dan 1,67 g/kg BB mencit dengan 3,33 g/kg BB mencit mencit berbeda bermakna (lampiran 10). Persen proteksi dosis 0,83 g/kg BB mencit yaitu 61,1% memiliki persen proteksi paling tinggi dilanjutkan dengan dosis 1,67 dan 3,33 g/kg BB mencit dengan persen proteksi berturut 51,4 dan 35,8% (tabel I). Dosis 3,33 memiliki persen proteksi terendah. Dapat disimpulkan bahwa dosis 0,83 g/kg BB mencit mampu menurunkan jumlah geliat paling baik jika dibandingkan peringkat dosis lainnya.
Menurut Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika (1991), mengatakan bahwa adanya aktivitas analgesik melalui metode rangsang kimia ditunjukkan dengan penghambatan geliat >50% dibandingkan kontrol negatif. Jika dilihat dari tabel I, maka perlakuan IAEL dosis 0,83 dan 1,67 g/kg BB mencit dengan persen proteksi berturut-turut adalah 61,1 dan 51,4% memiliki aktivitas analgesik.
Penentuan perubahan persen proteksi geliat
Hasil analisis pada tabel I menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan IAEL dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan negatif terdapat perbedaan signifikan. Perubahan persen proteksi untuk kelompok perlakuan IAEL masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif namun lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol positif. Hal ini membuktikan bahwa kelompok perlakuan IAEL mampu memberikan proteksi geliat.
7
dalam memberikan proteksi geliat. Hal ini dikarenakan dengan dosis yang rendah sudah mampu memberikan proteksi geliat paling baik dibandingkan dua peringkat dosis yang lain. Penetapan Effective Dose50 (ED50)
Pada penelitian didapatkan Effective Dose50 (ED50) yaitu dosis yang menyebabkan
50% populasi menimbulkan efek analgesik yang dihitung secara ekstrapolasi. Penentuan ED50 dilakukan dengan membuat regresi linear log dosis sediaan IAEL terhadap persen (%) proteksi geliat sehingga diperoleh kurva linearitas yang menunjukkan hubungan antara log dosis terhadap persen proteksi geliat. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai ED50 untuk IAEL adalah 1,61 g/kg BB mencit.
Gambar 1. Grafik persamaan garis ED50 IAEL
Hasil persamaan garis ED50 IAEL gambar 1 menunjukkan bahwa grafik menurun seiring dengan meningkatnya dosis, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis IAEL yang diberikan maka semakin kecil persen proteksi geliat yang diberikan oleh IAEL. Pada dosis 1,67 dan 3,33 g/kg BB mengalaim penurunan dalam menghambat nyeri. Hal ini dapat dikarenakan senyawa quassinoid pada IAEL dosis 1,67 dan 3,33 g/kg BB mengalami pro-oksidan. Pro-oksidan adalah senyawa kimia dan reaksi yang dapat menghasilkan Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang bersifat toksik. ROS dapat menstimulasi jalur NF-kB di sitoplasma namun menghambat aktivitas NF-kB di nukleus. Jika ekspresi berlebihan dari protein antioksidan, maka akan mengaktivasi NF-kB dengan menghambat degradasi IkB (Morgan dan Liu, 2011).
Pengujian proteksi geliat IAEL merupakan skrining awal farmakologi untuk mengetahui ada tidaknya proteksi geliat pada mencit betina galur Swiss. Proteksi geliat dari IAEL diduga dari kandungan quassinoid. Adanya kandungan quassinoid yang terdiri dari eurycomalactone, 14,15β-dihydroklaieanone, dan 13,21-dehydroeurycomanone sebagai
y = -42,25x + 185,47 R² = 0,9822
0 10 20 30 40 50 60 70
0 1 2 3 4
Pers e n (% ) Pro teks i
Log dosis IAEL
y
8
heterodimer dari keluarga protein Rel yang berbeda (p65, RelB, C-Rel, p52, dan p50) dan berperan penting dalam respon imun, penyakit peradangan, dan kematian sel. Semua subunit NF-kB berbagi homologi domain rel yang penting untuk dimerisasi, interaksi dengan protein inhibitor NF-kB, translokasi nukleus, dan pengikatan DNA. Di aktivasi oleh berbagai rangsangan seperti sitokin, maka NF-kB akan terfosforilasi oleh NF-kB kinase, kemudian terdegradasi oleh kompleks proteasome. Degradasi NF-kB mengarah pada pelepasan NF-kB dari perangkap yang kompleks dan kemudian translokasi ke dalam nukleus, yang terikat pada daerah promotor dari berbagai gen seperti sitokin diantaranya tumor necrosis factor (TNF), interleukin (IL), cyclooxygenase-2 (COX-2) (Niederberger dan Geisslinger, 2008). Menurut Zhang dan An (2007) menyatakan banyak banyak bukti bahwa sitokin pro-inflamasi seperti IL-1β, IL-6, dan TNF-α terlibat dalam proses patologi nyeri. Terhambatnya NF-kB maka transmisi nosisepsi juga akan terhambat dan nyeri tidak akan muncul.
Dengan demikian, adanya kandungan quassinoid yang terdiri dari eurycomalactone, 14,15β-dihydroklaieanone, dan 13,21-dehydroeurycomanone pada akar E. longifolia dapat digunakan sebagai penghambat dalam jalur aktivasi NF-kB sehingga memberikan aktivitas proteksi geliat pada mencit betina galur Swiss dan dapat dikembangkan menjadi tanaman obat tradisional bagi manusia untuk menghilangkan nyeri.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan IAEL dapat memberikan proteksi geliat terhadap mencit betina. Persen proteksi geliat mencit pada dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kg BB mencit secara berturut-turut adalah 61,1; 51,4; dan 35,8 sedangkan ED50 IAEL adalah 1,61 g/kg BB mencit.
SARAN
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait kandungan akar Eurycoma longifolia Jack sebagai analgesik perifer dan adanya aktivitas penghambatan nyeri secara sentral.
DAFTAR PUSTAKA
9
Etnobotany And Pharmacological Importance. Fitoterapia, 81, 669-679.
Dahlan, M.S., 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-6. Epidemiologi Indonesia, Jakarta.
Das, S., Datta, R., and Nandy, S., 2012. Antipyretic and Analgesic Effect of Methanolic extract of Different parts of Abroma Augusta Linn. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Res., 5 (4), 129-1.
Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010. Acuan Sediaan Herbal. Edisi ke-5. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta, 3.
Doughari, J. H., 2012. Phytochemicals: Extraction Methods, Basic Structures and Mode Of Action as Potential Chemotherapeutic Agents. Phytochemical – A global perspective of their role in nutrition and health. China, 4.
Hassan, M. M., Khan, S. A., Shaikat, A. H., Hossain, M. E., Hoque, M. A., Ullah, M. H., Islam, S., 2013. Analgesic and Anti-Inflammatory Effects of Ethanol Extracted Leaves of Selected Medicinal Plants in Animal Model. Vet World, 6 (2), 68-71.
Khanam, Z., Wen, C.S., Bhat, I.U.H., 2015. Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity Of Root and Stem Extracts of Wild Eurycoma longifolia Jack (Tongkat Ali). Journal of King Saud University, 27, 23-30.
Milind, P., Monu, Y., 2013. Laboratory Models for Screening Analgesics. International Research Journal of Pharmacy, 4 (1), 15-19.
Mishra, D., Ghosh, G., Kumar, P. S., Panda, P. K., 2011. An Experimental Study of Analgesic Activity of Selective COX-2 Inhibitor with Conventional NSAIDs. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 4 (1), 78-81.
Mogil, J. S., 2012. Sex Differences in pain and pain inhibition: multiple explanations of a controversial. Nature Reviews Neuroscience, 13, 859-866.
Mohamad, M., Ali, M. W., Ripin, A., dan Ahmad, A., 2013. Effect of Extraction Process Parameters on the Yield of Bioactive Compounds from the Roots of Eurycoma longifolia. Jurnal Teknologi (Science and Engineering), 60, 51-57.
Mohamed, A. N., Vejayan, J., and Yusoff, M. M., 2015. Review on Eurycoma longifolia Pharmacological and Phytochemical Properties. Journal of Applied Sciences, 15 (6), 831-844.
10
Molecular Durg Targets in Pain Therapy?. The FASEB Journal, 22, 3432-3442. Panjaitan, R. G. P., Zulfan, 2015. The Effect of Administration of Pasak bumi (Eurycoma
longifolia Jack) Roots to Haematological Profile of Lactating Mice. Indian Journal of Traditional Knowledge, 14 (2), 231-235.
Paudel, K. R., Das, B. P., Rauniar, G. P., Sangraula, H., Deo, S., dan Bhattacharya, S. K., 2007. Antinociceptive Effect of Amitriptyline in Mice of Acute Pain Models. Indian Journal of Experimental Biology, 45, 529-531.
Purwantiningsih, Hussin, A. H., and Chan, K. L., 2011. Free Radical Scavenging Activity of The Standardized Ethanolic Extract of Eurycoma longifolia (TAF-273). International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3 (4), 343-347.
Rehman, S. U., Choe, K., dan Yoo, H., 2016. Review on a Traditional Herbal Medicine, Eurycoma longifolia Jack (Tongkat Ali): Its Traditional Uses, Chemistry, Evidence-Based Pharmacology and Toxicology. Molecules, 21 (331), 1-31.
Talbott, S. M., Talbott, J. A., George, A., and Pugh, M., 2013. Effect of Tongkat Ali on Stress Hormones and Psychological Mood State in Moderately Stressed Subjects. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 10:28.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2007. Obat - Obat Penting. Edisi ke-6. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta, 312-313, 330.
Tran, T. V. A., Malainer, C., Schwaiger, S., Atanasov, A. G., Heiss, E. H., Dirsch, V. M., and Stuppner, H., 2014. NF-kB Inhibitors from Eurycoma longifoli., J. Nat. Prod, 77, 483-488.
Varghese C.P., Ambrose, C., Jin, S.C., Lim, Y.J. and Keisaban, T., 2013. Antioxidant and Anti-inflammatory Activity of Eurycoma longifolia Jack, A Traditional Medicinal Plant in Malaysia. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology, 5 (4), 1875-1878.
Wongsrisakul, J., Wichitnithad, W., Rojsitthisak, Towiwat, P., 2010. Antinociceptive Effects of Curcumin Diethyl Disuccinate In Animal Models. J Health Res., 24 (4), 175-180. Zhang, J. M., An, J., 2007. Cytokines, Inflammation and Pain. Int Anesthesiol Clin., 45 (2),
11
13
15
16
dan hasil infusa akar E. longifolia
Gambar 2. Akar E. longifolia kering Gambar 3. Serbuk akar E. longifolia
Gambar 4. Larutan asam asetat 1% Gambar 5. Infusa akar E. longifolia 10%
[image:35.595.84.519.114.718.2]Lampiran 6. Pengayak dan bejana serta heater infusa
17
Gambar 8. Mencit uji Gambar 9. Mencit yang dipuasakan
Gambar 10. Mencit geliat tidak sempurna Gambar 11. Mencit geliat sempurna
Lampiran 8. Perlakuan hewan uji
[image:36.595.85.523.83.716.2]
Gambar 12. Pemberian peroral infusa akar E. longifolia
19
Penetapan selang waktu pemberian asam asetat
20 Kelompok
Perlakuan Kumulatif Geliat (X±SE)
I II III
I 20,67±0,667 - BTB BTB
II 22,33±0,667 BTB - BTB
III 23,33
±0,882 BTB BTB
-Keterangan: X : rata-rata SE : standard error
I : selang waktu pemberian asam asetat 5 menit II : selang waktu pemberian asam asetat 10 menit III : selang waktu pemberian asam asetat 15 menit
Data geliat pada penentuan selang waktu dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan hasil distribusi data tidak normal. Oleh karena itu dilanjutkan analisis menggunakan nonparametrik Kruskal Wallis dengan nilai p=0,171 (p>0,05) menunjukkan tidak ada perbedaaan yang bermakna antara selang waktu dengan jumlah geliat yang dihasilkan dan kemudian dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.
[image:39.595.85.530.144.627.2]21
27