• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontrol pengisian baterai otomatis pada sistem pembangkit listrik alternatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontrol pengisian baterai otomatis pada sistem pembangkit listrik alternatif."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Energi listrik merupakan energi yang paling banyak digunakan karena kemudahannya dikonversi ke energi lain semisal kalor atau cahaya. Pembangkit listrik alternatif muncul seiring dengan kemajuan teknologi sebagai jawaban akan peningkatan penggunaan energi listrik di masyarakat. Pembangkit listrik alternatif dinilai lebih ramah lingkungan karena menggunakan energi yang tersedia di alam yang merupakan energi terbarukan. Dalam pengaplikasiannya pembangkit listrik alternatif memerlukan suatu kontroler yang mampu memanajemen energi yang dihasilkan. Kontroler ini bertugas mengatur proses penyimpanan energi serta meregulasi daya keluaran sebelum disalurkan ke pengguna.

Prinsip kerja alat ini yaitu mengatur proses penyimpanan energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit alternatif. Media penyimpanannya berupa baterai yang akan diisi secara bergantian sesuai urutannya. Baterai pertama akan diisi sampai penuh terlebih dahulu baru kemudian beralih ke baterai selanjutnya. Metode ini digunakan supaya memaksimalkan kapasitas media penyimpanan sehingga tidak akan menggangu suplai keluarannya. Selain itu sistem ini memiliki kemampuan akan menonaktifkan proses penggunaan baterai (discharging) pada saat proses pengisian (charging) sedang berlangsung. Hal ini disebabkan karena pengisian baterai akan lebih cepat jika pada saat bersamaan baterai sedang tidak digunakan dan juga dapat memperpanjang umur pakai dari baterai tersebut.

Hasil dari penelitian ini adalah sistem yang mampu mengontrol proses pengisian dan pengosongan media penyimpanan energi listrik dengan metode smart switching.

(2)

ABSTRACT

Electrical is the energy of the most widely used because of its simplicity is converted into another energy such as heat or light. Alternative power plant appear along with advances in technology as the answer to the increased use of electrical energy in the community. Alternative power plant considered more environmentally friendly because it uses the available energy in the universe which is renewable energy. To apply alternative power plant requires a controller that have ability to manage the energy produced. The controller is responsible for managing the process of energy storage as well as regulate the output power before they were distributed to the user.

The working principle of this tool is set up the process of storing electrical energy generated by alternative power plant. Storage media in the form of batteries which will be filled alternately in order. The first battery will charge fully first and then switch to the next battery. This method is used in order to maximize the capacity of storage media so it will not interfere with the supply output. Besides, the system will have the ability to disable the use of the battery (discharging) during the charging process (charging) is underway. This is because the battery charge will be faster if at the same time the battery is not in use and can also extend the service life of the battery.

Results from this study is that the system is able to control the charging and discharging electrical energy storage media with smart switching method.

(3)

TUGAS AKHIR

KONTROL PENGISIAN BATERAI OTOMATIS

PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK

ALTERNATIF

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro

disusun oleh :

MICHAEL ADITYA PUTRA PRADANA

NIM : 115114026

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

FINAL PROJECT

AUTOMATIC BATTERY CHARGING CONTROL

AT ALTERNATIVE POWER PLANT SYSTEM

In partial fullfil of the requirement to get

an academic title as Bachelor of Engineering of

Electrical Engineering Study Program

arranged by :

MICHAEL ADITYA PUTRA PRADANA

NIM : 115114026

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)
(6)
(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Oktober 2015

(8)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP

MOTTO :

You Are What You Repeatedly Do.

Therefore Excellence Is A Habit, Not An Act.

Aristoteles

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Yesus Kristus Pembimbingku yang setia

(9)

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Michael Aditya Putra Pradana

Nomor Mahasiswa :115114026

Demi pengembangan lmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

SISTEM PENGISIAN BATERAI OTOMATIS

PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 10 November 2015

(10)

viii

INTISARI

Energi listrik merupakan energi yang paling banyak digunakan karena kemudahannya dikonversi ke energi lain semisal kalor atau cahaya. Pembangkit listrik alternatif muncul seiring dengan kemajuan teknologi sebagai jawaban akan peningkatan penggunaan energi listrik di masyarakat. Pembangkit listrik alternatif dinilai lebih ramah lingkungan karena menggunakan energi yang tersedia di alam yang merupakan energi terbarukan. Dalam pengaplikasiannya pembangkit listrik alternatif memerlukan suatu kontroler yang mampu memanajemen energi yang dihasilkan. Kontroler ini bertugas mengatur proses penyimpanan energi serta meregulasi daya keluaran sebelum disalurkan ke pengguna.

Prinsip kerja alat ini yaitu mengatur proses penyimpanan energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit alternatif. Media penyimpanannya berupa baterai yang akan diisi secara bergantian sesuai urutannya. Baterai pertama akan diisi sampai penuh terlebih dahulu baru kemudian beralih ke baterai selanjutnya. Metode ini digunakan supaya memaksimalkan kapasitas media penyimpanan sehingga tidak akan menggangu suplai keluarannya. Selain itu sistem ini memiliki kemampuan akan menonaktifkan proses penggunaan baterai (discharging) pada saat proses pengisian (charging) sedang berlangsung. Hal ini disebabkan karena pengisian baterai akan lebih cepat jika pada saat bersamaan baterai sedang tidak digunakan dan juga dapat memperpanjang umur pakai dari baterai tersebut.

Hasil dari penelitian ini adalah sistem yang mampu mengontrol proses pengisian dan pengosongan media penyimpanan energi listrik dengan metode smart switching.

(11)

ix

ABSTRACT

Electrical is the energy of the most widely used because of its simplicity is converted into another energy such as heat or light. Alternative power plant appear along with advances in technology as the answer to the increased use of electrical energy in the community. Alternative power plant considered more environmentally friendly because it uses the available energy in the universe which is renewable energy. To apply alternative power plant requires a controller that have ability to manage the energy produced. The controller is responsible for managing the process of energy storage as well as regulate the output power before they were distributed to the user.

The working principle of this tool is set up the process of storing electrical energy generated by alternative power plant. Storage media in the form of batteries which will be filled alternately in order. The first battery will charge fully first and then switch to the next battery. This method is used in order to maximize the capacity of storage media so it will not interfere with the supply output. Besides, the system will have the ability to disable the use of the battery (discharging) during the charging process (charging) is underway. This is because the battery charge will be faster if at the same time the battery is not in use and can also extend the service life of the battery.

Results from this study is that the system is able to control the charging and discharging electrical energy storage media with smart switching method.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus

karena atas, karunia, dan penyertaanNya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Penelitian yang merupakan tugas ahir ini merupakan salah satu syarat bagi

mahasiswa Jurusan Teknik Elektro untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Unversitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan,

gagasan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan

kepada :

1. Ir. Tjendro M.Kom, selaku Dosen Pembimbing tugas akhir dengan sabar

membimbing dalam penelitian ini, dan juga sebagai sahabat yang telah banyak

meluangkan waktu untuk mendengar celotehan mahasiswanya.

2. Seluruh Dosen Teknik Elektro, Pak Petrus, Pak Djoko, Pak Martanto, Pak Yozy,

Pak Damar, Pak Iswanjono, Pak Linggo, Bu Wuri, Bu Prima, Bu Wiwien, atas

semua ilmu yang diberikan.

3. Bapak Agustinus dan Ibu Avrida, dek Putri, dek Anggi, dan Gabriella Anindita

yang telah setia mendukung setiap proses dalam penelitian.

4. Teman – teman elektro angkatan 2011, Yoel, Monic, Alex, Chacha, Jendra, Evan,

Yugo, Anton, dan semuanya, terimakasih buat cerita indah kita selama 4 tahun

ini. Adik - adik angkatan, Mei, Frendy, Hanung, Bram, Robert, Nathan, Pela,

Siska, Vio, Vincent, Elva, Febri, makasih buat semua dukungannya, love you!

5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas bantuan,

bimbingan, kritik, dan saran yang diberikan.

Semoga Tuhan Yesus membalas kebaikan anda semuanya.

Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Semoga

tulisan ini dapat bermanfaat dan dikembangkan lebih lanjut.

Yogyakarta, 15 Oktober 2015

Peneliti,

(13)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Sampul (Bahasa Indonesia) ... i

Halaman Sampul (Bahasa Inggris) ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya ... v

Halaman Persembahan ... vi

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi ... vii

Intisari ... viii

Abstract ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Tabel ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4. Metodologi Penelitian ... 4

BAB II : DASAR TEORI 2.1.Mikrokontroler ATMega 8535 ... 6

2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler ATMega 8535 ... 6

2.1.2 Deskripsi Mikrokontroler ATMga 8535 ... 7

2.1.3 Organisasi Memori AVR ... 8

2.1.3.1 Flash Memory ... 8

2.1.3.2 SRAM ... 8

2.1.3.3 EEPROM ... 9

2.1.4 Analog to Digital Converter (ADC) ... 9

2.1.4.1 ADC Multiplexer Selection Register (ADMUX) ... 11

2.1.4.2 ADC Control and Status Register A (ADCSRA) ... 12

(14)

xii

2.2. Solar Cell PUL-10-P36 ... 15

2.2.1 Prinsip Kerja Solar Cell ... 15

2.2.2 Karakteristik Solar Cell ... 16

2.2.2.1 Maximum Power Point (Vmp dan Imp) ... 17

2.2.2.2 Open Circuit Voltage ... 18

2.2.2.3 Short Circuit Current... 18

2.2.2.4 Load Resistance ... 18

2.2.2.5 Sun Light Intensity ... 18

2.2.2.6 Solar Cell Temperature ... 19

2.2.2.7 Shading ... 20

2.2.3 Spesifikasi Solar Cell PUL-10-P36 ... 21

2.3. Kincir Angin ... 21

2.4. Baterai LiPo 2 Cell 7.4 Volt ... 23

2.5. Modul Sensor Arus ACS712-5A ... 26

2.6. Modul Relay 4 Channel ... 27

2.7. IC LM317T ... 28

2.8. Liquid Crystal Display (LCD) Character 16x2 ... 29

2.9. Push Button... 32

2.10. Rangkaian Pembagi Tegangan ... 32

2.11. Rangkaian Pembatas Arus ... 33

BAB III : RANCANGAN PENELITIAN 3.1 Perancangan Sistem Secara Keseluruhan ... 34

3.2 Perancangan Hardware ... 35

3.2.1. Perancangan Rangkaian Sistem Minimum ATMega 8535 ... 35

3.2.2. Perancangan Input Regulator ... 38

3.2.3. Perancangan Rangkaian Charge/Discharge ... 39

3.2.4. Perancangan Rangkaian Output Regulator... 41

3.2.5. Perancangan User Interface... 43

3.2.5.1 LCD ... 43

3.2.5.2 Perancangan LED Indikator dan Push Button ... 43

3.2.5.3 Perancangan Casing ... 45

3.3 Perancangan Software ... 45

(15)

xiii

3.3.2. Menu Source ... 48

3.3.3. Menu Battery ... 49

3.3.4. Menu Charging ... 50

3.3.5. Menu Load ... 54

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bentuk Fisik Hardware ... 55

4.2. Cara Pengoperasian Alat dan Cara Kerja Sistem ... 56

4.2.1. Cara Pengoperasian Alat ... 56

4.2.2. Cara Kerja Sistem ... 57

4.2.2.1. InputRegulator ... 57

4.2.2.2. Charge Discharge Controler ... 58

4.2.2.3. Output Regulator ... 59

4.2.2.4. Interface ... 60

4.3. Pengujian dan Analisis ... 60

4.3.1. Sumber Alternatif ... 60

4.3.2. Sistem Kontrol Otomatis ... 64

4.3.3. Output Regulator ... 67

4.3.4. Menu ... 69

4.4. Analisa Keseluruhan Alat ... 75

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Blok Sistem ... 5

Gambar 2.1 Konfigurasi Pin ATMega 8535 ... 7

Gambar 2.2 Memori Program AVR ATMega 853 ... 8

Gambar 2.3 Peta Memori Data AVR ATMega 853 ... 9

Gambar 2.4 Blok ADC ... 10

Gambar 2.5 Struktur Solar Cell P-N Junction ... 15

Gambar 2.6 Prinsip Kerja Solar Cell ... 16

Gambar 2.7 Spektrum Cahaya ... 16

Gambar 2.8 I-V Curve ... 17

Gambar 2.9 Karakteristik I-V Curve Terhadap Cahaya Matahari ... 19

Gambar 2.10 Karakteristik I-V Curve Terhadap Temperatur ... 19

Gambar 2.11 Karakteristik I-V Curve Terhadap Shading ... 20

Gambar 2.12 Konfigurasi Kincir Angin Sederhana ... 22

Gambar 2.13 Baterai Lithium-Ion Polimer (Li-Po) ... 24

Gambar 2.14 Konfigurasi Baterai ... 25

Gambar 2.15 Modul Sensor Arus ACS712-5A ... 26

Gambar 2.16 Modul Relay 4 Channel ... 27

Gambar 2.17 IC LM317 ... 28

Gambar 2.18 Konfigurasi Dasar LM 317 ... 29

Gambar 2.19 LCD Character 16x2 ... 29

Gambar 2.20 Kolom dan Baris Karakter pada LCD 16x2 ... 30

Gambar 2.21 Konfigurasi Pin LCD 16x2 ... 31

Gambar 2.22 Simbol dan Bentuk Saklar Push Button ... 32

Gambar 2.23 Rangkaian Pembagi Tegangan ... 32

Gambar 2.24 Rangkaian Pembatas Arus ... 33

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem ... 34

Gambar 3.2 Rangkaian Reset dan Osilator ... 35

Gambar 3.3 Rangkaian Sistem Minimum ... 37

Gambar 3.4 Rangkaian Input Regulator ... 38

Gambar 3.5 Rangkaian Charge Discharge ... 40

(17)

xv

Gambar 3.7 Rangkaian LCD dan Pengatur Contrast ... 43

Gambar 3.8 Rangkaian LED dan Push Button ... 44

Gambar 3.9 Sistem Kerja Menu Program ... 46

Gambar 3.10 Flowchart Menu Program ... 47

Gambar 3.11 Tampilan Home Diplay ... 48

Gambar 3.12 Tampilan Menu Source ... 48

Gambar 3.13 Flowchart Menu Source ... 49

Gambar 3.14 Tampilan Menu Battery ... 49

Gambar 3.15 Flowchart Menu Battery ... 50

Gambar 3.16 Tampilan Menu Charging ... 50

Gambar 3.17 Flowchart Menu Charging ... 52

Gambar 3.18 (Lanjutan) Flowchart Menu Charging ... 53

Gambar 3.19 Tampilan Menu Load ... 54

Gambar 3.20 Flowchart Menu Load ... 54

Gambar 4.1 Bentuk Fisik Hardware (Tampak Atas, Depan, dan Belakang) ... 55

Gambar 4.2 Sub Sistem Input Regulator ... 57

Gambar 4.3 Sub Sistem Charge Discharge... 59

Gambar 4.4 Sub Sistem Output Regulator ... 59

Gambar 4.5 User Interface ... 60

Gambar 4.6 Pengujian Kincir Angin dengan Beban Kipas DC ... 61

Gambar 4.7 Grafik Tegangan terhadap Waktu ... 62

Gambar 4.8Grafik Arus terhadap Waktu ... 62

Gambar 4.9 Grafik Daya terhadap Waktu ... 63

Gambar 4.10 Simulator Kincir Angin dengan Beban Kipas DC ... 64

Gambar 4.11 Listing Program ADC ... 65

Gambar 4.12 Listing Program Sistem Kontrol Otomatis ... 66

Gambar 4.13 Rangkaian Pembatas Arus ... 68

Gambar 4.14 Listing Program Menu ... 71

Gambar 4.15 Alur Pengujian 1 ... 72

Gambar 4.16 Alur Pengujian 2 ... 73

Gambar 4.17 Alur Pengujian 3 ... 74

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Register ADMUX ... 11

Tabel 2.2 Pengaturan Tegangan Referensi ADC ... 11

Tabel 2.3 Format Data ADCH-ADCL jika ADLAR=0 ... 12

Tabel 2.4 Format Data ADCH-ADCL jika ADLAR=1 ... 12

Tabel 2.5 ADCSRA ... 12

Tabel 2.6 Skala Clock ADC ... 13

Tabel 2.7 ADTS2:0... 14

Tabel 2.8 Pemicu ADC ... 14

Tabel 2.9 Efek Shading pada Satu Sel Panel Surya ... 21

Tabel 2.10 Karakteristik Tegangan Keluaran terhadap Masukan Arus ... 26

Tabel 2.11 Konfigurasi Pin LCD 16x2 ... 30

Tabel 3.1 Penggunaan Port Mikrokontroler ... 36

Tabel 3.2 Spesifikasi Port Output Regulator ... 42

Tabel 3.3 LED Indikator ... 44

Tabel 3.4 Spesifikasi Menu ... 46

Tabel 4.1 Data Pengujian Solar Cell ... 61

Tabel 4.2 Pengujian Simulator Kincir Angin ... 64

Tabel 4.3 Pengujian Sistem Kontrol Otomatis ... 67

Tabel 4.4 Pengujian Output Regulator ... 69

Tabel 4.5 Instruksi pada Masukan Tombol ... 70

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Energi listrik merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan

dalam keseluruhan kegiatan manusia [1]. Hal yang paling mudah dijadikan contoh yaitu

peralatan rumah tangga, seperti televisi, kulkas, atau bahkan charger hp. Peralatan tersebut

membutuhkan energi listrik supaya dapat beroperasi. Energi listrik dipilih karena paling

mudah ditransfer ke dalam bentuk energi yang lain, sebagai contoh lampu pijar mengubah

energi listrik menjadi energi cahaya atau heater yang berguna untuk mengubah energi listrik

menjadi energi panas. Kemudahan inlah yang menjadikan energi listrik mendominasi

kebutuhan energi secara umum di masyarakat.

Pembangkit listrik alternatif muncul seiring dengan majunya teknologi power plant

masa kini. Hal ini semakin didukung dengan isu global warming yang berpengaruh juga

terhadap perkembangan teknologi agar semakin ramah lingkungan. Pembangkit listrik

alternatif dianggap lebih ramah ingkungan jika dibandingkan dengan pembangkit listrik

konvensional yang menggunakan minyak bakar atau batu bara. Selain menyandang predikat

ramah lingkungan, pembangkit listrik alternatif juga merupakan sumber daya terbarukan,

karena memanfaatkan alam sebagai sumber energinya. Saat ini, penggunaan energi alternatif

sebagai penghasil energi listrik bukan hal asing lagi di telinga masyarakat. Namun hal ini

menjadi kurang populer karena jarang diaplikasikan, mengingat pembangunannya lebih

mahal dbandingkan pembangunan pembangkit listrik konvesional. Solar cell atau panel surya

contohnya, masyarakat mungkin sering melihatnya pada lampu APILL (Alat Penunjuk

Instruksi Lalu Lintas) atau lebih dikenal dengan sebutan traffic light. Melihat fakta tersebut,

solar cell menjadi tidak asing lagi di pikiran masyarakat.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau lebih dikenal dengan sebutan Solar cell

merupakan salah satu jenis pembangkit energi listrik yang menggunakan panel sel

photovoltaic sebagai pembangkitnya. Sel photovoltaic merupakan bahan yang sangat peka

terhadap cahaya, jika mendapat paparan cahaya maka akan mengakibatkan terjadinya beda

potensial di kedua kutubnya [6]. Listrik yang dihasilkan dari solar cell biasanya memiliki

daya yang kecil, maka dalam penggunaannya digunakan beberapa solar cell yang di rangkai

(20)

yang juga mulai dilirik adalah pembangkit listrik tenaga Bayu/Angin(PLTB) [2].

Belakangan ini, pemanfaatan kincir angin sebagai pembangkit listrik mulai digalakkan,

khususnya dikawasan pesisir pantai yang dinilai memiliki sumber angin berlimpah. PLTB

memanfaatkan kincir angin untuk menangkap energi angin yang bergerak. Ukuran kincir,

bentuk sudu, dan karakteristik kincir akan mempengaruhi daya listrik yang dihasilkan.

Putaran kincir akan disalurkan ke generator sehingga menghasilkan energi listrik. Daya yang

dihasilkan sangat bergantung pada karakteristik generator yang dipakai dan kecepatan angin

saat kincir berputar.

Pada sistem power plant, terdapat istilah Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH).

PLTH merupakan penggabungan dari dua atau lebih sub sistem pembangkit listrik yang

terkoneksi satu sama lain membentuk sistem pembangkit listrik yang lebih besar [3]. Contoh

pengaplikasian PLTH terdapat di di Pantai Baru, Ngentak, Poncosari, Srandakan, Kabupaten

Bantul, Yogyakarta yang menggabungkan dua pembangkit energi alternatif yaitu solar cell

dan kincir angin. Penggabungan dua pembangkit alternatif ini menciptakan suatu sistem

hybrid yang bekerja menopang satu sama lain. Instalasi yang diperlukan pun dapat digunakan

bersamaan, hal inilah yang membuat biaya pembangunan PLTH lebih murah jika

dibandingkan dengan jenis pembangkit listrik lainnya yang berdiri mandiri.

PLTH menggunakan baterai sebagai media penyimpanan energi listrik. Terdapat

sekitar 60 buah baterai yang terdapat pada PLTH Pantai Baru. Energi yang dihasilkan oleh

PLTH akan langsung disimpan ke baterai – baterai tadi secara bersamaan. Metode

penyimpanan ini akan menyimpan energi listrik secara merata ke semua baterai. Namun

metode ini dinilai memiliki kelemahan yaitu tidak dapat memaksimalkan kapasitas

penyimpanan baterai sehingga kurang optimal dalam menyimpan energi listrik. Dapat

dijelaskan pada saat proses penyimpanan tiba – tiba sumber berhenti menghasilkan energi

listrik maka baterai hanya akan terisi setengah dari kapasitas maksimalnya. Hal ini akan

berdampak pada suplai daya keluaran yang dihasilkan oleh baterai.

Melihat permasalahan di atas, maka dibuatlah alat yang mampu mengoptimalkan

kapasitas penyimpanan energi listrik pada baterai. Alat ini akan bertugas memanajemen

energi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik menggunakan metode smart switching. Smart

switching sendiri merupakan sistem yang bekerja memaksimalkan kapasitas penyimpanan

energi listrik pada baterai. Sistem akan menyimpan energi pada baterai hingga mencapai

kapasitas maksimalnya. Setelah dicapai nilai maksimal maka sistem akan beralih ke baterai

selanjutnya. Kelebihan lain dari sistem ini yaitu mampu mengatur proses pengisian dan

(21)

sedang berlangsung (charging), baterai otomatis tidak dapat digunakan (discharging). Hal ini

dikarenakan jika baterai mengalami proses charging dan discharging pada waktu yang

bersamaan maka akan memperpendek umur pakai dari baterai tersebut. Metode smart

switching diharapkan selain mampu mengoptimalkan kapasitas penyimpanan energi listrik

juga dapat memperpanjang umur pakai pada baterai.

Smart switching dikontrol oleh suatu sistem kontrol elektro mekanik yang terdiri dari

relai dan mikrokontroler ATmega 8535 dengan bahasa C sebagai bahasa pemrogamannya.

Mikrokontroler ATMega 8535 bertindak sebagai otak dari alat ini dan relai sebagai

aktuatornya. Kombinasi dari keduanyalah yang kemudian dinamakan smart switching. Pada

dasarnya prototype ini dibuat untuk mengatasi persoalan tentang manajemen energi pada

PLTH, khususnya yang menggunakan baterai sebagai media penyimpanan energi listriknya.

Kebanyakan dari sistem pembangkit listrik alternatif yang ada di Indonesia masih

menggunakan kontrol manual yang menggunakan sistem rangkaian analog yang hanya

mampu mengoontrol proses – proses sederhana saja. Kekurangan lain dari kontrol manual

adalah kontrol ini membutuhkan operator untuk mengoperasikannya, hal inilah yang

mendasari pembuatan kontrol otomatis berbasis mikrokontroleruntuk mempermudah kinerja

operator PLTH dalam melaksanakan tugasnya.

Perlunya suatu kontrol yang baik dalam proses manajemen energi diharapkan mampu

mengatasi masalah yang terkadang timbul seperti alat yang gagal bekerja atau operator yang

salah mengoperasikan sistem kontrol sehingga dapat meminimalkan akibat buruk yang dapat

terjadi pada sistem pembangkit llistrik alternatif.

1.2.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sistem smart switching pada proses

kontrol dan manajemen pembangkit listrik tenaga hybrid (PLTH) guna meningkatkan

efisiensi penyimpanan daya listrik.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mempermudah operator PLTH dalam memanajemen energi yang dihasilkan

pembangkit listrik.

2. Menjadi acuan dan rujukan dalam mengaplikasikan sistem smart switching pada

pembangkit listrik tenaga hybrid (PLTH).

3. Sebagai bahan referensi mahasiswa dalam mempelajari pembangkit listrik alternatif

(22)

1.3.

Batasan Masalah

Penelitian akan dibatasi pada pembuatan sistem otomatis pengisian dan

pengosongan baterai pada proses penyimpanan energi listrik pembangkit listrik tenaga angin

dan solar cell. Spesifikasi alat yang digunakan yaitu :

1. Solar Cell PUL-10-P36.

2. Prototype Kincir Angin 12 Volt.

3. Baterai Li-Po 1000mAh

4. Mikrokontroler AVR ATmega8535

5. Modul Sensor Arus ACS712-5A

6. Modul Relay 4 Channel.

7. Liquid Crystal Display (LCD) Character 2x16.

8. Push Button.

1.4.

Metodologi Penelitian

1. Studi Pustaka.

Langkah awal dari penelitian ini yaitu mencari sumber sumber referensi dan

materi pendukung yang berkaitan langsung dengan alat yang akan dibuat.

2. Perancangan dan Pembuatan Alat.

Tahap kedua yaitu merancang alat yang akan dibuat yang disesuaikan

dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini bertujuan

mencari bentuk yang paling optimal dan efisien yang akan dibuat dengan

mempertimbangkan faktor – faktor permasalahan dan kebutuhan yang telah

ditentukan.

Cara kerja alat ini ditunjukkan pada gambar 1.1. Sumber daya yang aan

digunakan adalah panel surya dan kincir angin. Panel surya berguna untuk

mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik, sedangkan kincir angin

berguna untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi listrik. Energi yang

dihasilkan sumber akan diteruskan ke bagian switching. Di bagian ini akan terjadi

dua proses pada baterai yaitu charge dan discharge. Proses charging adalah proses

pengisian baterai dengan energi yang dihasilkan oleh sumber, sedangkan proses

discharging adalah proses penggunaan baterai dimana energi yang tersimpan pada

baterai ditransfer ke beban. Bagian beban merupakan bagian eksternal dari alat.

Pada prototype ini, beban akan terhubung sistem pengisian baterai handphone atau

(23)

switcing akan dikontrol oleh mikrokontroler Atmega 8535, dimana sebagai input

perintah menggunakan tombol dan keluaran berupa tampilan pada lcd.

Gambar 1.1 Diagram Blok Sistem

3. Pengambilan Data.

Tahap ketiga yaitu pengambilan data dari alat yang telah dibuat. Data yang

akan diambil adalah data keakuratan alat dalam mengukur tegangan dan arus serta

kemampuan alat untuk memaksimalkan penggunaan energi listrik sehingga

mendapatkan efisiensi maksimal. Jika dalam pengambilan belum didapat hasil yang

diinginkan maka akan dilakukan koreksi dengan merevisi rancangan sehingga

didapatkan alat yang memenuhi tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Pembuatan Analisa dan Kesimpulan.

Tahap- terakhir adalah pembuatan analisa dan kesimpulan dari alat yang

telah dibuat. Analisa bertujuan untuk melihat lebih seksama apakah alat yang

dihasilkan sudah sesuai dengan perancangan atau belum. Jika terdapat error atau

hasil yang tidak sesuai lainnya juga akan dibahas di analisa. Sedangkan keimpulan

akan membahas keseluruhan dari awal perancangan hingga analisis alat. Diharapkan

dengan adanya kesimpulan ini pembaca dapat membantu mengembangkan lebih

(24)

6

BAB II

DASAR TEORI

2.1.

Mikrokontroler ATmega 8535

AVR (Alf and Vegard’sRiscProcessor) merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit yang diproduksi oleh Atmel berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer) [4].

Chip AVR yang digunakan pada tugas akhir ini adalah ATmega8535. Semua instruksi yang

ada dalam mikrokontroler ini dieksekusi dalam satu siklus clock dan memiliki 32 register

general-purpose, analog to digital converter(ADC), timer/counter fleksibel dengan mode

compare, interupsi internal dan eksternal, serial USART, Progammable Watchdog Timer, dan

power saving mode.

2.1.1

Arsitektur Mikrokontroler ATmega8535

Mikrokontroler ATmega8535 memiliki arsitektur sebagai berikut :

1. 8 bit AVR berbasis RISC dengan performa tinggi dan konsumsi daya rendah.

2. Kecepatan maksimal 16 MHz.

3. Port IO sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, Port D.

4. Memori :

a. 8 KB Flash,

b. 512 byte SRAM,

c. 512 byte EEPROM.

5. Tiga buah Timer/Counter :

a. 2 buah 8 bit timer/counter,

b. 1 buah 16 bit timer/counter,

c. 4 kanal PWM.

6. 8 kanal ADC 8/10 bit.

7. Port USART (Universal Synchronous Asynchronous Receiver Transmitter).

8. Port SPI (Serial Pheripheral Interface).

9. Komparator analog.

10.Watchdog Timer dengan osilator internal.

11.Enam pilihan sleep mode untuk penghematan daya.

(25)

2.1.2

Deskripsi Mikrokontroler ATmega8535

Pin Mikrokontroler ATmega8535 terkonfigurasi dengan kemasan 40-pin DIP

(dual in-line package). Untuk memaksimalkan performa dan pararelisme, AVR

menggnakan arsitektur Harvard (dengan memori dan bus terpisah untuk program dan

data). Ketika sebuah instruksi sedang dikerjakan maka instruksi berikutnya diambil dari

memori program. Konfigurasi pin dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Konfigurasi Pin ATmega8535 [4]

Mikrokontroler ATmega 8535 memiliki konfigurasi Pin sebagai berikut [5]:

1. Power, VCC dan GND.

2. Port A (PA0-7) merupakan pin IO dua arah dan berfungsi khusus sebagai pin

masukan ADC.

3. Port B (PB0-7) merupakan pin IO dua arah dan berfungsi khusus sebagai pin

Timer/Counter, komparator analog dan SPI.

4. Port C (PC0-7) merupakan pin IO dua arah dan berfungsi khusus.

5. Port D (PD0-7) merupakan pin IO dua arah dan berfungsi khusus.

6. RESET adalah pin untuk mereset mikrokontroler.

7. XTAL1 dan XTAL2 adalah pin untuk external clock.

8. AVCC adalah pin pengelola tegangan untuk ADC.

9. AREF adalah pin masukan untuk tegangan referensi eksternal ADC.

Port A berfungsi sebagai input analog pada A/D converter dan Port I/O 8-bit dua

(26)

pull-up(yang dipilih untuk beberapa bit). Pada Rangkaian reset, waktu pengosongan kapasitor

dapat dihitung dengan persamaan :

T = R x C (2.1)

2.1.3

Organisasi Memori AVR

Mikrokontroler ATmega 8535 memiliki 3 jenis memori yaitu memori program

(Flash Memory), memori data (SRAM), dan Electrically Eraseable Programable Read

Only Memory(EEPROM).

2.1.3.1

Flash Memory

Atmega8535 memiliki kapasitas sebesar 8Kbytes untuk memori program. Karena

semua instruksi AVR menggunakan 16 atau 32 bit, maka AVR memiliki organisasi

memori 4 Kbyte x 16 bit dengan alamat dari $000 hingga $FFF. Untuk keamanan software,

memori flash dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Boot Program dan bagian

Application Program. AVR tersebut memiliki 12 bit Program Counter (PC) sehingga

mampu mengalamati isi flash memory [5].

Gambar 2.2. Memori Program AVR ATmega8535

2.1.3.2

SRAM

ATmega8535 memiliki 608 alamat memori data yang terbagi menjadi 3 bagian

utama. Bagian pertama yaitu 32 buah General Purpose Register (GPR). GPR merupakan

register khusus yang bertugas untuk membantu eksekusi program oleh Arithmetic Logic

(27)

mengendalikan berbagai peripheral dalam mikrokontroler antara lain pin, port,

timer/counter, dan USART. Bagian ketiga adalah internal SRAM dengan kapasitas 512

byte.

Gambar 2.3. Peta Memori Data AVR ATmega8535

Tampak pada peta memori data bahwa alamat ($0000-$001F) ditempati oleh

register file. I/O register menempati alamat dari ($0020-$005F). sedangkan sisanya sebagai

internal SRAM ($0060-$025F).

2.1.3.3

EEPROM

EEPROM merupakan memori data yang akan menyimpan ketika chip mati (off).

Sifat EEPROM, tetap dapat menyimpan data saat tidak ada suplai dan juga dapat diubah

saat program sedang berjalan. Atmega8535 juga memiliki memori data berupa EEPROM 8

bit sebesar 512 byte di alamat ($000-$1FF) [5].

2.1.4

Analog to Digital Converter (ADC)

Mikrokontroler ATmega8535 menyediakan fitur ADC yang sudah ter-built-in

dalam chipnya. Spesifikasi ADC pada ATmega8353 yaitu terdapat 8 jalur ADC 8/10 bit

yang mendukung 16 macam penguat beda. Selain itu waktu konversinya berkisar di antara

65 – 260us. Masukan analog yang diijinkan berada pada level 0V-VCC, jika masukannya

lebih dari VCC (5V) maka IC tidak dapat menterjemahkan nllai masukan yang diterimanya

dan IC bisa rusak. Terdapat tiga jenis nilai referensi ADC yaitu VCC (5V), internal

(28)

Data hasil konversi dapat dihitung dengan persamaan :

a. Konversi tunggal

(2.2)

dengan :

Vin : tegangan masukan pada pin yang dipilih

Vref : tegangan referensi

b. Penguat beda

(2.3)

Dengan :

Vpos : tegangan masukan pada pin positif

Vneg : tegangan masukan pada pin negatif

Gain : faktor penguatan

Vref : tegangan referensi

(29)

2.1.4.1

ADC Multiplexer Selection Register (ADMUX)

Tabel 2.1. Register ADMUX

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

REFS1 REFS0 ADLAR MUX4 MUX3 MUX2 MUX1 MUX0 ADMUX Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W

Initial

Value 0 0 0 0 0 0 0 0

a. Bit 7:6 – REFS1:0 : References Selection Bits

Bit REF0-1 adalah bit – bit pengatur mode tegangan referensi ADC. Referensi ini

tidak dapat dirubah saat konversi sedang berlangsung. Mode tegangan referensi

dapat dilihat di tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pengaturan Tegangan Referensi ADC

REFS1 REFS0 Tegangan Referensi

0 0 Pin AREF, internal referensi tidak aktif

0 1 Pin AVCC, dengan pin AREF diberi kapasitor

1 0 Tidak digunakan

1 1 Internal Vref 2.56V, dengan pin AREF diberi kapasitor

keterangan :

‟00‟ : tegangan referensi menggunakan tegangan yang terhubung ke pin AREF.

„01‟ : tegangan referensi menggunakan tegangan AVCC dan pin AREF diberi kapasitor.

„10‟ : tidak digunakan.

„11‟ : tegangan referensi menggunakan tegangan referensi internal dan pin AREF diberi kapasitor.

b. Bit 5 – ADLAR : ADC Left Adjust Result

Bit ADLAR berfungsi untuk mengatur format penyimpanan data ADC pada

(30)

yang diberikan pada register ADLAR seperrti ditunjukkan pada tabel 2.2 dan

tabel 2.3.

Tabel 2.3. Format data ADCH – ADCL jika ADLAR = 0

Bit 15 14 13 12 11 10 9 8

~ ~ ~ ~ ~ ~ ADC9 ADC8 ADCH

ADC7 ADC6 ADC5 ADC4 ADC3 ADC2 ADC1 ADC0 ADCL

7 6 5 4 3 2 1 0

Read/Write R R R R R R R R

R R R R R R R R

Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0

[image:30.595.91.523.136.509.2]

0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2.4. Format data ADCH – ADCL jika ADLAR = 1

Bit 15 14 13 12 11 10 9 8

ADC9 ADC8 ADC7 ADC6 ADC5 ADC4 ADC3 ADC2 ADCH

ADC1 ADC0 ~ ~ ~ ~ ~ ~ ADCL

7 6 5 4 3 2 1 0

Read/Write R R R R R R R R

Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

c. Bit 4:0 – MUX4:0 : Analog Channel and Gain Selection Bit

Bit MUX berfungsi memilih kanal input yang terhubung dengan ADC. Bit MUX

juga befungsi memilih besarnya penguatan pada kanal penguat beda. Jika terjadi

perubahan nilai pada bit ini saat proses konversi sedang berlangsung, perubahan

tersebut tidak akan berpengaruh sampai seluruh konversi selesai (ADIF pada

ADCSRA bernilai 1/Set).

2.1.4.2

ADC Control and Status Register A (ADCSRA)

Tabel 2.5. ADC Control and Status Register A (ADCSRA)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

ADEN ADSC ADATE ADIF ADIE ADPS2 ADPS1 ADPS0 ADCSRA Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W

(31)

a. Bit 7 – ADEN : ADC Enable

Bit ADEN digunakan untuk mengaktifkan dan menonaktifkan fasilitas ADC. Jika

bit ADEN = 1 maka ADC aktif dan jika bit ADEN = 0 maka ADC tidak aktif.

b. Bit 6 – ADSC : ADC Start Conversion

Bit ADSC digunkan untuk mengetahui proses konversi yang sedang

berlangsung.ADSC akan bernilai satu saat konversi sedang berjalan, saat konversi

berakhir maka akan bernilai nol. Memberi nilai inisialisasi nol pada bit ini tidak

akan memberikan efek apapun. Pada mode konversi tunggal, mengubah nilai bit

ini menjadi satu untuk memulai setiap konversi. Sedangkan pada mode free

running, mengubah nilai bit ini menjadi satu untuk memulai konversi pertama.

c. Bit 5 – ADATE : ADC Auto Trigger Enable

Bit ADATE berfungsi untuk mengaktifkan pemicu konversi ADC sesuai dengan

bit – bit ADTS pada register SFIOR. Jika bit ADATE = 1 maka pemicu ADC

aktif.

d. Bit 4 – ADIF : ADC Interrupt Flag

Bit ADIF adalah bendera interupsi ADC yang digunakan untuk menunjukkan ada

tidaknya permintaan interupsi ADC. Bit ADIF akan bernilai “1” jika proses

konversi ADC telah selesai.

e. Bit 3 - ADIE : ADC Interrupt Enable

Bit ADIE digunakan untuk mengaktifkan dan menonaktifkan interupsi ADC.

f. Bit2:0 – ADPS2:0 : ADC Prescaler Select Bit

Bit ADPS2, ADPS1, dan ADPS0 digunakan untuk menentukan faktor pembagi

[image:31.595.100.529.72.746.2]

frekuensi kristal yang hasilnya akan digunakan sebagai clock ADC.

Tabel 2.6. Skala Clock ADC

ADPS2 ADPS1 ADPS0 Faktor Pembagi

0 0 0 2

0 0 1 2

0 1 0 4

0 1 1 8

1 0 0 16

1 0 1 32

(32)
[image:32.595.87.525.234.745.2]

2.1.4.3

ADTS2:0

Tabel 2.7.ADC Auto Trigger Source (ADTS2:0)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

ADTS2 ADTS1 ADTS0 ~ ACME PUD PSR2 PSR10 ADTS2:0 Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W

Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0

Bit – bit pada ADTS2:0 berada pada register SFIOR digunakan untuk mengatur

pemicu proses konversi ADC seperti ditunjukkan pada tabel 2.8.

Tabel 2.8. Pemicu ADC

ADTS2 ADTS1 ADTS0 Sumber Pemicu Konversi ADC

0 0 0 Free Running Mode

0 0 1 Analog Comparator

0 1 0 External Interrupt Request 0

0 1 1 Timer/Counter0 Compare Match

1 0 0 Timer/Counter0 Overflow

1 0 1 Timer/Counter1 Compare Match B

1 1 0 Timer/Counter1 Overflow

1 1 1 Timer/Counter1 Capture Event

Keterangan :

„000‟ : Mode Free-Running, konversi ADC akan dimulai saat bit ADSC pada

register ADCSRA diset „1‟.

„001‟ : Konversi ADC akan dimulai sesuai dengan pengaturan output Analog Comparator.

„010‟ : Konversi ADC akan dimulai saat terjadi interupsi eksternal 0.

„011‟ : Konversi ADC akan dimulai pada saat terjadi Timer/Counter0Compare Match.

„100‟ : Konversi ADC akan dimulai pada saat terjadi Timer/Counter0 Overflow.

„101‟ : Konversi ADC akan dimulai pada saat terjadi Timer/Counter1 Compare Match B.

„110‟ : Konversi ADC akan dimulai pada saat terjadi Timer/Counter1 Overflow.

(33)

2.2.

Solar CellPUL-10-P36

Solar Cell adalah salah satu jenis sensor cahaya photovoltaic, yaitu sensor yang

dapat mengubah intensitas cahaya menjadi perubahan tegangan pada outputnya [6].

Apabila “solar cell” menerima pancaran cahaya maka pada kedua terminal outputnya akan mengeluar tegangan DC yang nilainya bergantung dari banyaknya sel dalam satu panel.

Banyaknya sel dalam satu panel tergantung pada kebutuhan energi yang ingin dihasilkan

oleh panel surya tersebut, semakin banyak sel dalam suatu panel akan menghasilkan

tegangan keluaran yang semakin besar pula.

2.2.1

Prinsip Kerja Solar Cell

[7]

Prinsip kerja sel surya silikon yaitu berdasarkan pada konsep semikonduktor p-n

junction. Sel terdiri dari lapisan semikonduktor doping-n dan doping-p yang membentuk

p-n jup-nctiop-n, lapisap-n ap-ntirefleksi, dap-n substrat logam sebagai tempat mep-ngalirp-nya arus dari

lapisan tipe- n (elektron) dan tipe-p (hole). Semikonduktor tipe-n didapat dengan

mendoping silikon dengan unsur dari golongan V sehingga terdapat kelebihan elektron

valensi dibanding atom sekitar. Pada sisi lain semikonduktor tipe-p didapat dengan doping

oleh golongan III sehingga electron valensinya defisit satu dibanding atom sekitar seperti

terlihat pada gambar 2.5. Ketika dua tipe material tersebut mengalami kontak maka

kelebihan elektron dari tipe-n berdifusi pada tipe-p. Sehingga area doping-n akan

bermuatan positif sedangkan area doping-p akan bermuatan negatif. Medan elektrik yan

terjadi antara keduanya mendorong elektron kembali ke daerah-n dan hole ke daerah-p.

Pada proses ini terlah terbentuk p-n junction. Dengan menambahkan kontak logam pada

area p dan n maka telah terbentuk dioda.

(34)

Ketika junction tersebut disinari, photon atau cahaya yang mempunyai energi yang

sama atau lebih besar dari pada lebar pita energi material tersebut akan menyebabkan

eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi dan akan meninggalkan hole pada pita

valensi.Elektron dan hole ini dapat bergerak dalam materialsehingga menghasilkan

pasangan elektron-hole.Apabila ditempatkan hambatan pada terminal selsurya, maka

elektron dari area-n akan kembali kearea-p sehingga menyebabkan perbedaan potensial dan

[image:34.595.83.527.207.718.2]

arus akan mengalir, seperti ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Prinsip Kerja Solar Cell

2.2.2

Karakteristik Solar Cell

Ditunjukkan pada gambar 2.7, tegangan yang dihasilkan oleh sel photovoltaic

pada solar cell sebanding dengan frekuensi gelombang cahaya. Sesuai dengan konstanta

Plank :

(2.4)

dengan :

E : Energi Solar cell (Watt)

h : Konstanta Plank ( 6.6261.10-34 Js)

f : Frekuensi cahaya (Hertz)

(35)

Semakin kearah warna cahaya biru, maka semakin tinggi tegangan yang

dihasilkan. Tingginya intensitas cahaya akan berpengaruh terhadap arus listrik. Jika

photovoltaic diberi beban maka arus listrik yang timbul akan tergantung pada intensitas

cahaya yang mengenai permukaan semikonduktor.

Total daya yang dihasilkan oleh solar cell adalah tegangan operasi dikalikan

dengan arus operasi saat ini. Solar cell dapat menghasilkan arus dari voltase yang berbeda

[image:35.595.95.498.227.489.2]

– beda dikarenakan pengaruh dari intensitas cahaya yang diterima. Berbeda dengan baterai yang cenderung menghasilkan arus dari voltase yang konstan.

Gambar 2.8.I–V Curve

Gambar diatas merupakan tipikal kurva I-V pada solar cell. Sumbu X adalah

tegangan output (Vo) dan sumbu Y adalah arus output (Io). Penentuan kurva I-V diatur

dalam Standar Test Condition (STC) dimana harus memenuhi beberapa variabel tertentu

yaitu dalam pengujiannya solar cell harus mendapatkan sinar matahari 1000 watt per meter

persegi radiasi atau disebut satu jam matahari puncak (one peak sun hour). Serta suhu solar

cell harus berada pada titik 25 derajat celcius atau 77 derajat fahrenheit. STC mewakili

kondisi optimal dalam lingkungan laboratorium.

Solar cell memiliki beberapa karkteristik yang berpengaruh terhadap kinerja dari

solar cell itu sendiri, diantaranya adalah :

2.2.2.1

Maximum Power Point (V

mp dan Imp)[6]

Maximum Power Operation(Vmp dan Imp) adalah titik dimana daya yang

dihasilkan oleh solar cell mencapai nilai maksimum saat berada pada kondisi

(36)

derajat celcius dan radiasi 1000 Watt per meter persegi. Pada gambar 2.8, Vmp bernilai 17,9

V dan Imp beernilai 0.56 A. jumlah daya pada batas maksmum ditentukan dengan

mengkalikan Vmp dan Imp, jadi nilai daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh solar cell

adalah 10 Watt pada STC.

Daya pada solar cell akan menurun seiring dengan kenaikan voltase, hal ini

dikarenakan arus akan menurun jika voltase pada keluaran melebihi nilai maximum power

point.

2.2.2.2

Open Circuit Voltage (V

oc)[6]

Open Circuit Voltage adalah maksimum tegangan yang dapat dihasilkan solar

cell pada saat daya sama dengan nol atau arusnya minimum mendekati nol. Voc diukur

dengan cara menghubungkan terminal positif dan negatif ke multitester tanpa diberi

beban.

2.2.2.3

Short Circuit Current (I

sc)[6]

Short Circuit Current adalah arus yang melalui solar cell pada saat tegangannya

sama dengan nol (yaitu ketika solar cell terhubung singkat). Arus ini merupakan arus

maksimum solar cell yang dapat dikeluarkan oleh output di bawah kondisi tidak berbeban.

Daya pada saat Isc adalah nol Watt. Short circuit current dapat diukur dengan membuat

koneksi langsung terminal positif dan negatif pada modul solar cell.

2.2.2.4

Resistansi Beban

[6]

Hambatan beban turut berpengaruh juga terhadap karakteristik solar cell. Sebagai

contoh adalah baterai yang akan digunakan sebagai beban. Baterai 2 cell (7,4 Volt)

umumnya memiliki tegangan antara 7 sampai 9 Volt. Untuk dapat mengisi baterai, solar

cell harus beroperasi lebih tinggi daripada voltase baterai. Efisiensi tertinggi terjadi saat

solar cell beroperasi di daerah maximum power point. Pada contoh diatas, tegangan baterai

harus mendekati Vmp. Apabila tegangan baterai menurun di bawah Vmp, atau meningkat di

atas Vmp, maka efisiensinya akan berkurang.

2.2.2.5

Intensitas Cahaya Matahari

[6]

Semakin besar intensitas cahaya matahari yang mengenai permukaan solar cell

maka secara proporsional akan menghasilkan arus yang besar. Gambar 2.9 menunjukkan

bahwa saat intensitas cahaya menurun maka tegangan yang dihasilkan pun juga cenderung

menurun. Hal ini dipengaruhi oleh arus yang berubah sesuai dengan intensitas cahaya,

(37)

Gambar 2.9. Karakteristik I-V Curve Terhadap Intensitas Cahaya Matahari

2.2.2.6

Solar Cell Temperature

[6]

Seperti semua perangkat semikonduktor lainnya, solar cell juga sensitif terhadap

perubahan suhu. Peningkatan suhu akan mempengaruhi hambatan pada semikonduktor,

sehingga mempengaruhi sebagian besar parameternya. Panas akan mengakibatkan aliran

elektron terganggu sehingga daya yang dihasilkan akan menurun seiring dengan

peningkatan suhu solar cell. Gambar 2.10 mengilustrasikan bahwa saat suhu sel meningkat

diatas 25 derajat celcius (suhu solar cell, bukan suhu udara) bentuk kurva I-Vnya tetap

sama namun bergeser ke kiri. Dalam solar cell, parameter yang paling terpengaruh oleh

peningkatan suhu adalah Open Circuit Voltage Voc sedangkan Short Circuit Current Isc

akan cenderung stabil.

(38)

2.2.2.7

Shading/Bayangan

[6]

Solar cell merupakan gabungan dari beberapa silikon yang dirangkai seri untuk

menghasilkan daya yang diingnkan. Satu silikon menghasilkan 0.46 Volt, maka untuk

membentuk solar cell panel 12 volt diperlukan 32 silikon yang dirangkai serial, hasilnya

adalah 0,46 x 32 = 14,72.

Shading adalah keadaan dimana satu atau lebih sel silikon dari solar cell panel

terhalang sesuatu sehingga sinar matahari menjadi terhalang. Shading akan mengurangi

keluaran daya dari solar cell. Sel yang tidak menerima cahaya matahari akan

meningkatkan hambatan pada sel tersebut. Tentunya pada sistem yang dirangkai serial, jika

ada satu sel yang meningkat resistansinya maka akan menurunkan tegangan keluaran dari

solar cell. Shading dapat datasi dengan memasang bypass diode yang harus diasang searah

dengan arah arus. Bypass diode berfungsi meneruskan arus pada saat sel terkena shading

sehingga hambatan yang meningkat pada sell tidak akan berpengaruh pada tegangan

keluaran solar cell panel. Gambar 2.11 menunjukkan karakteristik solar cell terhadap

pengaruh shading, terlihat saat kondisi shading 100% maka daya keluaran solar cell sangat

berkurang jika dibandingkan dengan kondisi unshaded.

Gambar 2.11. Karakteristik I-V Curve terhadap Shading

Tabel 2.9 menunjukkan efek yang sangat ekstrim pengaruh shading pada satu sel

dari modul solar cell single crystalline yang tidak memiliki internal bypass diode. Hal

yang perlu diperhatikan dalam pemasangan adalah solar cell tidak boleh terhalang oleh

(39)

Tabel 2.9. Efek Shading Pada Satu Sel Panel Surya

Presentase bayangan pada satu sel Presentase power loss solar cell

0% 0%

25% 45%

50% 50%

75% 66%

100% 75%

3 sel terkena bayangan 93%

2.2.3

Spesifikasi Solar Cell PUL-10-P36

Solar cell yang digunakan pada alat ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Solar Cell Type : PUL 10-P36

2. Rated Maximum Power (Pmax) : 10 W

3. Voltage at Pmax (Vmp) : 17.9 V

4. Current at Pmax (Imp) : 0.56 A

5. Open - Circuit Voltage (Voc) : 21.8 V

6. Sort - Circuit Current (Isc) : 0.61 A

7. Maximum System Voltage : 1000 Vdc

8. Operation Temperature : - 40° C to 85° C

9. Size per cells : 62.5mm x 27mm

10.Panel Area : 607,5 cm2

11.Cell Configuration : Serial, 9 x 4

12.Weight : 0.91 Kg

13.Dimension : 280mm x 280mm x 23mm

2.3.

Kincir Angin

Kincir angin adalah sebuah alat yang di desain sedemikian rupa sehingga mampu

memanfaatkan kekuatan angin kemudian mengubah energi angin tersebut menjadi energi

mekanik [8]. Energi mekanik yang dihasilkan kincir angin kemudian dimanfaatkan untuk

menggerakkan generator yang kemudian dapat menghasilkan energi listrik.

Konsep kincir angin sederhana yaitu dengan menghubungkan poros generator

dengan baling – baling. Saat baling – baling berputar karena pergerakan angin, poros

(40)

menghasilkan putaran generator yang lebih cepat daripada putaran baling – balingnya.

Bagian – bagian pada kincir angin sederhana dapat dilihat pada gambar 2.12 di bawah ini.

Gambar 2.12 Konfigurasi Kincir Angin Sederhana

Energi listrik yang dihasilkan oleh koncir angin sepenuhnya sangat tergantung

dari spesifikasi generator yang digunakan. Generator DC dengan spesifikasi 12V/2A akan

menghasilkan tegangan keluaran maksimal 12 Volt, dan arus maksimalnya 0,5 Ampere.

Daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh generator tersebut yaitu 12V x 0,5A = 6 Watt.

Tegangan keluaran berbanding lurus dengan kecepatan putar generator atau Rotation Per

Minute (RPM), semakin cepat putarannya maka tegangannya semakin meningkat.

Sedangkan arus keluaran tergantung pada beban yang dihubungkan dengan generator,

semakin besar beban yang terhubung maka arus dihasilkan akan semakin besar juga.

Namun jika arus yang ditarik beban melebihi kapasitas yang dihasilkan generator, maka

akan mengakibatkan panasnya kumparan dan dapat membakar generator.

Spesifikasi kincir angin yang digunakan dalam alat ini yaitu :

1. Tegangan Keluaran (Vo) : 12 Volt

(41)

3. Daya Maksimal (P) : 6 Watt

4. RPM Maksimal : 450

5. Jumlah Sudu : 3 Buah

6. Daerah Tangkapan Angin : 100 cm2/sudu

2.4.

Baterai LiPo 2 Cell 7.4 Volt

Baterai adalah perangkat elektronika yang dapat merubah energi kimia menjadi

energi listrik. Setiap baterai memiliki terminal positif (Anoda) dan terminal negatif

(Katoda) serta elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar. Output arus listrik dari baterai

adalah arus searah atau disebut juga dengan arus DC (Direct Current) [9]. Jika anoda dan

katoda dihubungkan ke beban, maka akan ada arus yang mengalir dari anoda ke beban

kemudian ke katoda. Aliran arus dari anoda ke katoda disebabkan oleh beda potensial

antara anoda dan katoda. Sesuai dengan prinsip arus listrik dimana arus listrik akan

mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah. Jika diantara anoda tidak terdapat

perbedaan potensial lagi maka arus tidak dapat mengalir. Kondisi ini dinamakan dengan

habisnya energi yang tersimpan pada baterai.

Pada umumnya, baterai terdiri dari dua jenis utama yaitu baterai primer yang

hanya dapat digunakan sekali (single use battery) dan baterai sekunder yang dapat diisi

ulang (rechargeable battery). Salah satu baterai yang dapat diisi ulang adalah jenis baterai

Lithium-ion Polimer (Li-Po). Baterai Li-Po merupakan jenis baterai terbaru jika

dibandingkan dengan jenis – jenis baterai rechargeable sebelumnya seperti

Nikel-Cadmium (Ni-Cd), Nikel-Metal Hydride (Ni-MH), atau Lithium-Ion (Li-Ion). Li-Po

merupakan pengembangan dari Li-ion yang didasarkan pada pengembangan elektrokimia.

Li-Po mengandung elektrolit polimer yang berbentuk gel bukan cairan elektrolit yang

umum. Hasilnya berupa sel “plastik” yang secara teoritis bisa lebih fleksibel, dapat dibuat

dalam berbagai bentuk tanpa resiko kebocoran elektrolit. Kelebihan dari LI-Po jika

dibandingkan dengan Ni-Cd dan Ni-MH adalah ukurannya yang relatif kecil namun

kapasitasnya penyimpanannya besar. Serta mampu men-discharge arus yang besar yang

umumnya digunakan untuk supply motor.

Seperti halnya baterai Ni-MH, baterai Li-Po lebih ramah lingkungan karena tidak

mengandung zat berbahaya Cadmium. Akan tetapi baterai Li-Ion tidak berbahaya,

melainkan tetap mengandung sedikit zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan manusia

(42)

dikarenakan baterai Li-Po mudah terbakar jika tersulut api. Perawatan baterai Li-Po tidak

jauh berbeda dengan baterai Li-Ion. Penanganannya harus ekstra hati – hati mengingat

sifatnya yang "liquid" dengan tekanan yang cukup keras bisa menyebabkan bentuk baterai

berubah.

Gambar 2.13 Baterai Lithium-ion Polimer (Li-Po)

Baterai Li-Po memiliki beberapa istilah umum yang menggambarkan spesifikasi

dari baterai tersebut. Misalkan pada baterai Li-Po tertulis : “ 7.4V / 1800mAh / 20C / 2S1P “ keterangan :

a. V (Voltage)

Menunjukkan tegangan keluaran baterai.

b. mAH (mili Ampere hours)

Menunjukkan kemampuan baterai dalam mensuplai arus dalam satu jam.

c. C (Capacity)

Menunjukan nilai kapasitas baterai.

d. 2S1P (2 Sel 1 Pararel)

Menunjukkan jumlah sel dan konfigurasi susunan sel dalam pak baterai.

Baterai Li-Po yang memiliki spesifikasi seperti yang tertulis diatas dapat

mensuplai dengan tegangan keluaran 7.4V dan arus maksimal 1800mAh atau dengan daya

13.32 Watt selama satu jam. Jika arus yang dikeluarkan kurang dari nilai suplai arus (mAh)

maka daya tahan baterai akan lebih lama. Sebagai contoh jika baterai hanya mensuplai arus

(43)

sedangkan nilai 20C menunjukkann kemampuan melepas arus sesaat yaitu sebesar

20Cx1800mAh = 36.000mA = 36A.Arus tersebut ini dapat dikeluarkan oleh baterai dalam

waktu sesaat dan setelah itu energi yang tersimpan dalam baterai akan habis. Dengan

demikian daya sesaat yang dapat dikeluarkan baterai adalah 7.4V x 36A= 266.4 Watt.

Gambar 2.14 Konfigurasi Baterai

Konfigurasi baterai biasanya dikelompokkan menjadi dua yaitu serial dan paralel.

Susunan serial digunakan untuk meningkatkan tegangan dan susunan paralel digunakan

untuk meningkatkan arus [10]. Gambar 2.14 di atas menunjukkan dua pengaturan tersebut.

Gambar konfigurasi baterai atas menunjukkan susunan paralel. Empat baterai

yang disusun secara paralel bersama-sama akan menghasilkan tegangan satu sel, tetapi arus

yang mereka suplai akan menjadi empat kali lipat dari satu sel. Arus adalah tingkat dimana

muatan listrik melewati sirkuit dan diukur dalam satuan ampere. Baterai memiliki nilai

dalam amp-hours, yaitu kemampuan baterai mensuplay arus dalam satu jam.

Gambar konfigurasi bawah menunjukkan susunan serial. Empat baterai secara

seri bersama-sama akan menghasilkan arus satu sel, tetapi tegangan yang mereka suplai

akan empat kali lipat dari satu sel. Tegangan adalah ukuran energi per satuan muatan dan

diukur dalam volt. Dalam baterai, tegangan menentukan seberapa kuat elektron didorong

melalui sirkuit, seperti tekanan menentukan seberapa kuat air didorong melalui selang.

Bayangkan baterai yang ditunjukkan pada gambar yang memiliki nilai sebesar 1,5

volt dan 500 milliamp-hours. Empat baterai susunan paralel akan menghasilkan 1,5 volt

dan 2.000 milliamp-hours. Empat baterai disusun secara seri akan menghasilkan 6 volt di

500 milliamp-hours. Pada umumnya baterai yang memiliki nilai amps-hours lebih tinggi

(44)

Spesifikasi baterai yang digunakan pada alat ini yaitu :

1. Tegangan Keluaran (V) : 7.4 Volt

2. Arus keluaran maksimal (mAh) : 1800 mAh

3. Jumlah sel dan konfigurasi : 2 Sel / Paralel

2.5.

Modul Sensor Arus

Sensor arus merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui besaran arus yang

melewati suatu konduktor tertentu, dalam hal ini digunakan untuk mendeteksi arus yang

dihasilkan oleh sumber. Besaran arus ini nanitnya akan digunakan dalam perhitungan daya

sumber. Bentuk sensor arus ditunjukkan pada gambar 2.15 dibawah ini.

Gambar 2.15. Modul Sensor Arus ACS712-5A

Sensor arus ACS712-5A memiliki spesifikasi sebagai berikut :

1. Sensor dapat mendeteksi arah arusnya, positif atau negatif.

2. Memiliki ketelitian 66mV setiap perubahan arus 1 Ampere.

3. Membutuhkan suplai tegangan masukan sebesar 5 Volt DC.

4. Keluaran sensor pada saat arus sama dengan nol adalah setengah nilai VCC yaitu

2,5 Volt.

5. Arah arus ditunjukkan oleh nilai keluaran sensor. Jika arusnya positif maka

keluaran sensor akan lebih dari 2,5 Volt, dan jika arah arusnya negatif maka

keluaran sensor akan kurang dari 2,5 Volt. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di

[image:44.595.101.518.238.661.2]

tabel 2.10 dibawah ini.

Tabel 2.10 Karakteristik Tegangan Keluaran Terhadap Masukan Arus

Arus Masukan (A) Tegangan Keluaran (V)

5 2.83

4 2.764

3 2.698

2 2.632

(45)

Tabel 2.10 (Lanjutan) Karakteristik Tegangan Keluaran Terhadap Masukan Arus

Arus Masukan (A) Tegangan Keluaran (V)

0 2.5

-1 2.434

-2 2.368

-3 2.302

-4 2.236

-5 2.17

2.6.

Modul Relay 4 Channel

Relay merupakan komponen yang berfungsi sebagai saklar dalam berbagai

macam sistem kontrol. Keunggulan relay adalah dapat mengontrol proses switching dari

jarak jauh. Hal ini dimungkinkan karena penyaklaran relay bukan bersifat langsung, namun

menggunakan koil atau biasa disebut dengan Contactor Relay (CR) yang menggunakan

sifat elektromagnetis untuk menggerakkan saklar. Relay dapat digunakan untuk proses

switching tegangan AC maupun DC. Modul relay yang digunakan pada alat ini memiliki

spesifikasi sebagai berikut :

1. Memilliki 4 Channel Relay dengan masukan 5 volt DC dan arus 15 – 20 mA.

2. Dapat digunakan pada tegangan AC (250V dan 10A) serta DC (30V dan 10A).

3. LED Indicator Relay Status.

4. Dapat dikontrol langsung oleh mikrokontroler tanpa memerlukan driver penguat

lagi.

5. Memiliki saklar Normally Open (NO) dan Normally Close (NC) pada setiap

channel.

(46)

2.7.

IC LM317T Adjustable Voltage Regulator

[11]

Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan adalah salah satu rangkaian yang

sering dipakai dalam peralatan elektronika. Voltage regulatorberfungsi untuk

mempertahankan atau memastikan tegangan pada level tertentu secara konstan. Artinya,

tegangan output DC pada voltage regulator tidak dipengaruhi oleh perubahan tegangan

input, beban pada output dan juga temperatur. Tegangan stabil yang bebas dari segala

gangguan seperti noise ataupun fluktuasi (naik turun) sangat dibutuhkan untuk

mengoperasikan peralatan elektronika terutama yang memiliki sifat digital seperti

mikrokontroler.

IC jenis adjustable voltage regulator adalah jenis IC pengatur tegangan DC yang

memiliki range tegangan output tertentu sehingga dapat disesuaikan kebutuhan

rangkaiannya. Terdapat dua jenis IC adjustable voltage regulator yaitu positive

adjustablevoltage regulator dan negative adjustable voltage regulator. Contoh IC jenis

positive adjustable voltage regulator diantaranya adalah LM317T yang memiliki range

tegangan dari 1.2 Volt DC sampai pada 37 Volt DC dan arus keluaran maksimalnya dapat

mencapai 1.5 Ampere. Sedangkan contoh IC jenis negative adjustable voltage regulator

adalah LM337 yang memiliki range atau jangkauan tegangan yang sama dengan LM317.

Pada dasarnya desain, konstruksi dan cara kerja pada kedua jenis IC adjustable voltage

regulator adalah sama, yang membedakannya adalah polaritas pada output tegangan

dc-nya.

IC LM317 memiliki tiga buah pin yang konfigurasi dan fungsinya dijelaskan

pada gambar 2.17 di bawah ini :

(47)

Pin nomor satu (Adj) merupakan pin yang digunakan untuk mengatur tegangan

keluaran pada output. Tegangan output yang telah diregulasi dikeluarkan melalui pin

nomer dua (Vout). Sedangkan pin nomor 3 (Vin) merupakan pin masukan tegangan yang

belum teregulasi. Gambar 2.18 menunjukkan konfigurasi dasar voltage regulator LM317.

Gambar 2.18. Konfigurasi dasar IC LM317

perhitungan nilai Voutpada rangkaian diatas disajikan dengan rumus :

(2.5)

dengan :

(2.6)

IC LM317 juga dapat membatasi arus keluaran dari rangkaian regulator dengan

menempatkan resistor limiter (RLIM) pada pin Vout secara serial. Nilai hambatan RLIM

ditentukan dengan rumus :

(2.7)

2.8.

Liquid Crystal Display (LCD)

[12]

Liquid Crystal Display (LCD) merupakan salah satu komponen display elektronik

yang berfungsi menampilkan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. LCD dibuat

dengan teknologi CMOS logic yang bekerja dengan cara tidak menghasilkan cahaya tetapi

memantulkan cahaya yang ada di sekelilingnya terhadap front-lit atau mentransmisikan

cahaya dari back-lit.

(48)

Jenis LCD yang umum digunakan yaitu LCD karakter dan LCD Grafik. LCD

karakter adalah LCD yang hanya bisa menampilkan karakter, khususnya karakter ASCII

seperti karakter yang terdapat pada keyboard komputer. Sedangkan LCD grafik adalah

LCD yang tidak terbatas tampilannya, bahkan dapat menampilkan foto. LCD grafik inilah

yang nantinya berkembang menjadi LCD yang biasa dilihat pada layar komputer.

LCD karakter yang beredar dipasaran umumnya dituliskan dalam bilangan

matriks dari jumlah karakter yang dapat dituliskan dalam LCD tersebut, yaitu jumlah

kolom dikalikan dengan jumlah baris. Sebagai contoh LCD 16x2 memiliki 16 kolom dan 2

baris, jadi total karakter yang dapat dituliskan berjumlah 32 karakter. Konfigurasi LCD

dapat dilihat pada gambar 2.20 di bawah ini.

Gambar 2.20. Kolom dan Baris Karakter pada LCD 16x2

Untuk dapat mengendalikan LCD harus memiliki koneksi yang benar dengan

mengetahui konfigurasi pin – pin pada modul LCD seperti yang ditampilkan pada tabel

2.11 dan gambar 2.21di bawah ini.

Tabel 2.11 Konfigurasi Pin LCD 16x2

Nomor

(49)

Gambar 2.21. Konfigurasi Pin LCD 16x2

LCD 16x2 memiliki mikrokontroler yang berfungsi sebagai pengendali tampilan

LCD. Mikrokontroler ini dilengkapi dengan tiga buah memori dan tiga buah register.

Setiap memori dan register yang ada memiliki fungsinya masing – masing berikut ini :

1. DDRAM (Display Data Random Access Memory) : merupakan memori tempat

karakter y

Gambar

Tabel 2.4. Format data ADCH – ADCL jika ADLAR = 1
Tabel 2.6. Skala Clock ADC
Tabel 2.7.ADC Auto Trigger Source (ADTS2:0)
Gambar 2.6. Prinsip Kerja Solar Cell
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh strain bakteri yang diisolasi dari lumpur minyak di wilayah Kalimantan Timur adalah strain lokal potensial dengan

Hal ini sesuai dengan pendapat Sleem dan El-Sayed (2011) yang menyebutkan bahwa conscientiousness merupakan faktor yang berkontribusi positif didalam semua

Kias adalah merupakan salah satu sumber hukum yang menjadikan hukum Islam tidak sempit dan tidak kaku, sebab segala persoalan yang baru muncul dalam kehidupan

hanya cahaya cahaya dengan dengan frekuensi frekuensi lebih lebih besar besar dari dari frekuensi frekuensi ambang ambang yang yang akan. akan menghasilkan menghasilkan arus

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga karya dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan Sosial

Ymmärryksen luominen perustuu ihmisten pyrkimykselle rakentaa ymmärrettävä käsitys siitä, mitä on tapahtumassa ja mikä on tapahtuneiden asioiden merkitys. Ihmiset

Posisi pengisian yang dilakukan dari dalam ruang akomodasi melalui jendela belakang menggunakan slang fleksibel memungkinan terjadinya tumpahan yang dapat mengalir