• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Tahun ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Tahun ajaran 2014/2015."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Tahun ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Prilly Ayu Saraswati NIM 1001038

DEPARTEMEN PENDIDIKAN METEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PRILLY AYU SARASWATI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed NIP.196210111991011001

Pembimbing II

Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed NIP.196008301986031003

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Matematika

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Tahun ajaran 2014/2015)

Oleh:

Prilly Ayu Saraswati 1001038

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Prilly Ayu Saraswati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(4)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Prilly Ayu Saraswati. (1001038). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning, (2) mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model Reciprocal Teaching, (3) mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dan model Reciprocal Teaching. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII di salah satu SMP di Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2014/2015, pengambilan sampel dilakukan tidak secara acak dan dipilih dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen. Kelas eksperimen pertama memperoleh model pembelajaran Problem Based Learning, sedangkan kelas eksperimen kedua memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: (1) kualitas peningkatan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning berkategori sedang, (2) kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model Reciprocal Teaching rendah, (3) tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dan model Reciprocal Teaching.

(5)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

ABSTRACT

Prilly Ayu Saraswati. (1001038). The Application of Problem Based Learning Model and Reciprocal Teaching Model To Improve The Ability of Junior High School Students' Mathematical Communication.

This research is motivated by the lowability of students' mathematical communications skill. The main objectives of this research are: (1) determine the quality of student’s mathematical communication skill who exposed by a Problem Based Learning model, (2) determine the improvement quality of student’s mathematical communication skill who acquire learning using Reciprocal Teaching model, (3) determine the differences of mathematical communication skill improvement between students who obtained learning by using Problem Based Learning model and students who exposed by Reciprocal Learning model. The population of this study were students of class VII in one junior high school in West Bandung Regency academic year 2014/2015, samples was taken not randomly and there were two classes selected tobe used as the experimental class. The first experimental class exposed by Problem Based Learning model while the second experiment class acquire learning using Reciprocal Teaching model. Based on the results of this Study, it can be conclude that: (1) the quality improvement of students’s mathematical communication skill who gain learning using Problem Based Learning model categorized as medium, (2) the quality improvement of student’s mathematical communication skill who gain learning using Reciprocal Teaching model categorized as low, (3) there is no difference in the improvement of students' mathematical communication skill between students who acquire learning by using Problem Based Learning model and students who gain learning using Reciprocal Teaching model.

(6)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan kemajuan zaman, bidang pendidikan terus diperbaiki dengan berbagai inovasi didalamnya. Hal ini dilakukan supaya negara dapat mencetak

Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dalam bidangnya khususnya pada bidang matematika, karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran

yang wajib ada di setiap jenjang pendidikan yang akan digunakan dalam setiap pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dikatakan Utari (Suzana, 2012), bahwa matematika dari bentuknya yang paling sederhana sampai dengan bentuknya yang kompleks memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya dan kehidupan sehari-hari.

Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI, 2006) pada Standar Isi (SI) mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan

minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(7)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

penalaran, memiliki kemampuan pemecahan masalah, dan memiliki kemampuan komunikasi matematika. Untuk mencapai kemampuan-kemampuan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Jaworski (Apriani, 2012) menyatakan bahwa penyelenggaraan pembelajaran matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan para siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Ruseffendi (Suzana, 2012, hlm. 1) menyatakan bahwa terdapat banyak

anak-anak yang setelah belajar matematika bagian sederhanapun banyak yang tidak memahami, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Pada akhirnya

matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, ruwet dan siswa enggan untuk mempelajarinya. Hal ini menyebabkan siswa mempunyai kemampuan yang rendah dalam bidang studi matematika.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Sebagaimana yang disampaikan oleh Widdiharto (2008, hlm. 8) bahwa: (1) siswa kurang berhasil dalam menguasai konsep, prinsip, atau algoritma, walaupun telah berusaha mempelajarinya, (2) siswa mengalami kesulitan mengabstraksi, menggeneralisasi berpikir deduktif dan mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip matematis biasanya akan selalu merasa bahwa matematika itu sulit, dan (3) siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah terapan atau soal cerita. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka gejala-gejala yang menunjukkan kesulitan belajar siswa salah satunya disebabkan oleh kurangnya kemampuan komunikasi matematis siswa yang masih rendah. Kurang berkembangnya kemampuan komunikasi matematis siswa karena dalam proses pembelajaran belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan berkembangnya kemampuan komunikasi matematis.

Pada dasarnya, komunikasi mengajarkan bagaimana caranya agar yang

(8)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyerap informasi yang ia dengar dan ia lihat, tapi juga ia dapat mempresentasikan yang dipahaminya melalui gambar, tulisan, atau lisan dengan baik. Karena matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan berpikir dan hasil berpikir (ide) sehingga perlu adanya cara untuk mempresentasikan hasil berpikir tersebut. Komunikasi merupakan cara yang tepat untuk menyampaikan ide dan mengklarifikasi pemahaman konsep siswa.

Kilpatrick, et al. (2001, hlm. 118) menyatakan: ‘Student often understand

before they can verbalize that understanding’. Banyak diantara siswa yang

sudah mengerti konsep pembelajaran matematika, akan tetapi mereka masih mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan ide tersebut. Kelemahan komunikasi matematis siswa yang dinyatakan oleh Rofiah (2010 : np) adalah sebagai berikut: (1) siswa mengalami kesulitan saat dihadapkan pada soal cerita, (2) siswa masih kurang paham terhadap suatu konsep matematika, (3) kurang tepatnya siswa dalam menyebutkan simbol matematika, dan (4) adanya rasa enggan dan ragu-ragu dalam mengungkapkan gagasan matematis melalui gambar, tabel, grafik atau diagram.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada salah satu SMP di Kabupaten Bandung Barat. Soal yang diujikan diadaptasi dari penelitian Faroh (2011) yang terdiri dari dua soal dengan materi himpunan. Berikut uraian soal yang diujikan: 1. Indikator: menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan

tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar Soal:

Diketahui:

S = {bilangan cacah}, P = {bilangan prima} dan Q = {bilangan ganjil} Tuliskan himpunan-himpunan tersebut dengan cara mendaftar anggotanya,

kemudian gambarlah diagram Vennnya!

Dari soal diatas diambillah sampel jawaban siswa sebagai berikut:

(9)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

2. Indikator: menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide-ide matematika.

Soal: Tentukan anggota himpunan A, B, C dan S kemudian tentukan anggota

himpunan (A B)c

Berikut sampel jawaban siswa berdasarkan soal diatas:

Berdasarkan hasil pekerjaan 39 siswa, rata-rata siswa memperoleh skor 3,5 dari skor maksimal 10. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih sangat rendah. Mungkin saja disebabkan karena interaksi yang terjadi hanya satu arah yaitu antara guru kepada siswa sehingga kurang aktifnya siswa terhadap pembelajaran karena siswa hanya mampu mencotoh hal yang diberikan oleh guru. Tim MKPBM (2001, hlm. 198) mengungkapkan beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk membuat siswanya lebih termotivasi dan bersungguh-sungguh dalam belajar matematika yaitu sebagai berikut: (1) Memperlihatkan betapa bermanfaatnya matematika bagi kehidupan melalui contoh-contoh penerapan matematika yang relevan dengan dunia keseharian siswa; (2) Menggunakan teknik, metode, dan pendekatan pembelajaran matematika yang tepat, sesuai dengan karakteristik topik yang

(10)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disajikan; (3) Memanfaatkan teknik, model, metode, dan pendekatan yang bervariasi dalam pembelajaran matematika agar tidak monoton.

Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang masih sangat rendah, maka diperlukan model pembelajaran yang tepat. Ketepatan dalam penggunaan model pembelajaran yang dilakukan guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Siswa akan lebih

mudah memahami materi yang disampaikan guru apabila model pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Dalam

penelitian ini model yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis adalah model pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Pemilihan model pembelajaran Problem Based Learning dalam penelitian ini mengacu pada Kurikulum 2013 yang mekanismenya menggunakan pendekatan saintifik/pendekatan ilmiah. Berdasarkan Permendikbud no. 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1) mengamati, 2) menanya (berpikir divergen), 3) mengumpulkan informasi (mencoba, mengaitkan dengan teorema), 4) mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan), dan 5) mengkomunikasikan (menyimpulkan, mengaitkan dengan konsep lain). Pemilihan model pembelajaran lainnya yaitu Reciprocal Teaching dikarenakan alur atau tahapan pembelajarannya berbasis pada pendekatan saintifik. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Reciprocal Teaching dalam penelitian ini dikarenakan kedua model pembelajaran ini dapat membantu siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep dengan cara diskusi dengan teman sekelompoknya. Selain itu kedua model ini menjadikan siswa mampu mengkonstruksi pemikirannya

sendiri untuk menyelesaikan permasalahan matematis yang menjadikannya mandiri dalam belajar.

(11)

masalah-Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning : (1) Permasalahan sebagai kajian; (2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman; (3) Permasalahan sebagai contoh; (4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses; dan

(5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik (Kemendikbud , 2013, hlm. 230).

Proses pembelajaran Problem Based Learning menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Manfaat penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan

berpikir kritis, kreatif, keterampilan memecahkan masalah pada situasi baru maupun situasi dimasa yang akan datang, kerja sama dalam kelompok (tim), dan cakap dalam menyajikan dan berkomunikasi secara efektif , baik secara lisan maupun tulisan (Duch (Nurfianti, 2010, hlm. 4))

Reciprocal Teaching diperkenalkan oleh Palinscar dan Brown pada tahun

1982. Reciprocal Teaching digunakan dalam model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan penalaran siswa terhadap suatu materi. Menurut Palinscar dan Brown (Efendi, 2013, hlm. 86), Reciprocal Teaching merupakan suatu pendekatan yang melatihkan keterampilan melalui empat strategi, yaitu : 1) menyusun pertanyaan-pertanyaan dari teks bacaan dan menjawabnya, 2) membuat rangkuman (ringkasan) informasi-informasi penting dari teks bacaan, 3) membuat prediksi, dan 4) mengidentifikasi hal-hal yang kurang jelas dan memberikan klarifikasi (penjelasan). Manfaat Reciprocal Teaching

(12)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian Palincsar and Brown (1984, hlm. 125) menunjukkan bahwa di kelas yang menggunakan pembelajaran Reciprocal Teaching, 81% dari siswanya mampu mencapai target pembelajaran sedangkan pada kelas kontrol hanya 19% saja siswa yang mampu mencapai target. Hal serupa dilakukan oleh Dirgantoro yang menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model Reciprocal Teaching lebih baik

daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

SMP”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning?

2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan model Reciprocal Teaching?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning dan model Reciprocal Teaching?

C. Tujuan Penelitian

(13)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

1. Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning.

2. Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran matematika dengan model Reciprocal Teaching.

3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang memperoleh model pembelajaran Problem

Based Learning dan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti dan pihak-pihak lain dalam mengembangkan kualitas pembelajaran matematika, diantaranya:

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mereka dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.

2. Bagi guru, hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

E. Struktur Organisasi Skripsi

1. Bab I Pendahuluan: Hal yang melatar belakangi penelitian terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi

2. Bab II Kajian pustaka: Menjelaskan mengenai landasan teori dari Problem Based Learning, Reciprocal Teaching dan komunikasi matematis yang

digunakan dalam penelitian ini.

(14)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Barat. Selain itu adanya instrumen penelitian, prosedur penelitian dan analisis data penelitian.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: Pemaparan analisis hasil penelitian data kuantitatif dan data kualitatif serta adanya pembahasan mengenai hasil penelitian.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran: Penarikan kesimpulan dan pemberian saran

(15)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini pemilihan sampel kelas tidak dikelompokkan

secara acak, tetapi keadaan subjek sudah diterima sebagaimana adanya untuk setiap kelas yang dipilih. Hal ini didasarkan pada pertimbangan karena kelas

telah terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan pengelompokan siswa secara acak.

Penelitian ini melibatkan dua kelompok siswa, kelompok pertama yaitu kelas eksperimen yang memperoleh model pembelajaran Problem Based Learning dan kelompok kedua yaitu kelas eksperimen yang memperoleh model

pembelajaran Reciprocal Teaching. Selain itu, pretest dan posttest diberikan kepada kedua kelompok siswa, sehingga desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretest posttest yang dinyatakan sebagai berikut:

O X1 O

--- O X2 O

Keterangan:

O : Pretest dan posttest berupa tes kemampuan komunikasi matematis X1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning.

X2 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran

Reciprocal Teaching.

(Russefendi, 2010, hlm. 53)

(16)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII di salah satu SMP di Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan desain penelitian yang digunakan, maka pengambilan sampel dilakukan tidak secara acak dan dipilih dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen. Kelas eksperimen pertama memperoleh model pembelajaran Problem Based Learning, sedangkan kelas eksperimen kedua memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen tes digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh siswa berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Pada penelitian ini akan diadakan dua kali tes, yaitu pretest untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum mendapat perlakuan dan posttest untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mendapat perlakuan.

Tes merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mengukur kemampuan tertentu dari siswa. Terdapat beberapa bentuk tes, salah satunya adalah tes bentuk uraian. Tes bentuk uraian digunakan untuk mengungkapkan proses berpikir siswa dalam penyelesaian tugas matematis. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes bentuk uraian. Menurut Suherman (2003, hlm. 77) penyajian soal tipe subjektif dalam bentuk uraian ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: 1) pembuatan soal bentuk uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama; 2) hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya; dan 3) proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang relevan.

Pemberian skor tes kemampuan komunikasi matematis berpedoman pada focused holistic scoring point scale yang dikemukakan oleh Charles, et al.

(17)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

Tabel 3.1

Rubrik Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Respon Siswa Skor

Tidak ada jawaban.

Siswa tidak dapat menjelaskan permasalahan dengan baik. Jawaban salah dan tidak ada penjelasan.

0

 Hampir menyelesaikan tahap awal suatu masalah dengan hanya menyalin data dan sudah menggambarkan beberapa pemahaman, tetapi menggunakan pendekatan yang tidak dapat menemukan solusi yang tepat.

 Siswa memulai dengan strategi yang tidak tepat dan tidak merubah strategi dengan mencoba strategi lain. Tampak bahwa siswa hanya mencoba salah satu pendekatan saja yang tidak dikerjakan dan kemudian menyerah.

 Siswa mencoba menyelesaikan permasalahan namun tidak dilakukan.

1

 Strategi yang digunakan siswa tidak tepat dan jawabannya pun salah, tetapi pekerjaan siswa menunjukkan pemahaman terhadap permasalahan.

Siswa menggunakan strategi yang tepat, tetapi: a) tidak cukup menunujukkan pencarian solusi.

b) cara yang digunakan salah dan mereka tidak mendapatkan jawaban yang benar.

 Siswa berhasil menyelesaikan permasalahan tetapi jawaban tidak lengkap.

Siswa menunjukkan jawaban yang benar, tetapi: a) pekerjaannya tidak dapat dimengerti.

(18)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) tidak ada proses penyelesaian

 Siswa menggunakan strategi yang hampir tepat, namun mereka salah mengerti dalam pemasalahan atau mengabaikan permasalahan. Siswa menerapkan strategi yang tepat, tetapi:

a) jawaban siswa tidak tepat tanpa adanya alasan yang jelas.

b) perhitungan siswa benar namun tidak ada lambang/simbol atau lambang/simbol salah.

c) tidak ada jawaban yang diberikan.

 Siswa memberikan jawaban yang benar, dan mereka perlu menentukan beberapa bukti yang tepat. Bagaimanapun pengerjaannya tidak sepenuhnya selesai.

3

 Siswa membuat kesalahan dalam menerapkan strategi, namun tidak menyebabkan kesalahpahaman tetapi cukup terlihat dalam kesalahan menghitung.

 Siswa memilih dan menerapkan strategi yang tepat. Siswa menjawab dengan benar dalam penyelesaian masalah.

4

Soal tes diujicobakan terlebih dahulu pada siswa di luar sampel penelitian yang sudah mempelajari materi yang akan diujikan sebelum digunakan untuk penelitian. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, selain dari faktor yang mempengaruhinya tentunya diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula. Untuk memperoleh evaluasi yang kualitasnya baik, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu: reliabilitas, validitas, daya pembeda dan indeks kesukaran. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian akan diolah, untuk reliabilitas dan validitas menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 for Windows

kemudian untuk daya pembeda dan indeks kesukaran menggunakan Microsoft Excel 2007.

(19)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tetap. Relatif tetap yang dimaksud tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan, jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda.

Instrumen tes kemampuan komunikasi matematis terdiri dari 6 butir soal.

Skor subyek pada ujicoba instrumen tes kemampuan komunikasi matematis disajikan pada lampiran C tabel 3.2. Koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha

kemampuan komunikasi matematis adalah 0,766 (Lampiran C Tabel 3.3). Instrumen tes ini memiliki rtabel ( = 0,05) = 0,333 dengan demikian hal ini

menunjukkan bahwa instrumen kemampuan komunikasi matematis reliabel

pada = 0,05.

2. Validitas Butir Soal

(20)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Daya Pembeda

Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dengan kata lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk

membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah.

Proses penghitungan daya pembeda untuk kelompok atas dan kelompok bawah, biasanya dilihat dari banyaknya subjek. Kelompok subjek dikatakan kecil jika dan untuk kelompok subjek yang dikatakan besar jika

. Untuk jumlah subjek yang dikatakan kelompok besar dapat diambil sampel sebesar 27% dari kelompok siswa kelas atas dan 27% kelompok siswa kelas bawah. Banyak siswa yang mengikuti tes uji coba adalah 33 siswa, sehingga untuk menentukan daya pembeda yang menggunakan teknik kelompok atas dan bawah diambil sampel 27% dari kelompok atas dan 27% dari kelompok bawah, yaitu masing-masing 9 orang siswa. Rumus menentukan daya pembeda soal uraian (Suherman, 2003) sebagai berikut:

SMI

Koefisien Daya Pembeda Kriteria

(21)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

Jelek

Cukup

Baik

Sangat Baik

(Sumber: Suherman, 2003, hlm. 161)

Hasil perhitungan daya pembeda sebagai berikut ini Tabel 3.6

Daftar Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,41 Baik

2 0,31 Cukup

3 0,50 Baik

4 0,44 Baik

5 0,39 Cukup

6 0,58 Baik

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas terlihat bahwa daya pembeda butir soal nomor 1,3, 4 dan 6 termasuk ke dalam kriteria baik dan butir soal nomor 2 dan 5 cukup. Hal ini menunjukkan bahwa soal ini mampu membedakan dengan baik antara siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang tinggi dan siswa yang kurang baik dalam kemampuan komunikasi matematisnya.

4. Indeks Kesukaran

(22)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal tipe uraian (Suherman, 2003) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

SMI X IK

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran SMI = Skor Maksimal Ideal

X = Rerata Tabel 3.7

Kriteria Indeks Kesukaran

Koefisien Indeks Kesukaran Kriteria IK = 0,00 soal terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang 0,70 < IK 1,00 soal mudah

IK = 1,00 soal terlalu mudah

(Sumber: Suherman, 2003, hlm. 170)

Hasil perhitungan daya pembeda sebagai berikut ini Tabel 3.8

Daftar Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No.

Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,62 Sedang

2 0,63 Sedang

3 0,55 Sedang

4 0,45 Sedang

5 0,63 Sedang

(23)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

Berdasarkan tabel 3.8 di atas menunjukkan bahwa seluruh butir soal termasuk ke dalam kriteria sedang.

Berdasarkan analisis reliabilitas, validitas, daya pembeda dan indeks kesukaran yang telah dilakukan, instrumen tes berupa soal kemampuan komunikasi matematis termasuk pada kriteria yang baik, sehingga soal ini akan digunakan oleh peneliti sebagai soal instrumen tes kemampuan

komunikasi matematis pada kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua. Adapun rekapitulasi hasil uji coba disajikan pada Tabel 3.9 di bawah

ini.

Tabel 3.9

Rekapitulasi Kemampuan Komunikasi Matematis

No. Soal

Reliabilitas Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran

Secara garis besar, prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan.

b. Mengidentifikasi masalah dan kajian pustaka. c. Membuat proposal penelitian.

d. Menentukan materi ajar.

e. Menyusun instrumen penelitian.

(24)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK).

h. Membuat perizinan untuk melakukan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pemilihan sampel penelitian sebanyak dua kelas, yang disesuaikan dengan materi penelitian dan waktu pelaksaan penelitian.

b. Pelaksanaan pretest kemampuan komunikasi matematis untuk kedua kelas eksperimen.

c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan mengimplementasikan model pembelajaran Problem Based Learning untuk kelas eksperimen pertama dan model pembelajaran Reciprocal Teaching untuk kelas eksperimen kedua.

d. Pelaksanaan posttest untuk kedua kelas eksperimen. 3. Tahap Pengumpulan dan Analisis Data.

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif.

b. Mengolah dan menganalisis data berupa hasil pretest dan hasil posttest. c. Membuat kesimpulan.

4. Tahap Pembuatan Laporan

Membuat laporan dari data yang diperoleh, yaitu mengenai peningkatan kemampuan komunikasis matematis siswa.

E. Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian data diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis. Dalam penelitian data yang dianalasis yaitu data yang bersifat kuantitatif. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa perlu dilakukan analisis data kuantitatif, pada kelas eksperimen pertama

dan kelas ekperimen kedua yang telah memperoleh pembelajaran/perlakuan. 1. Analisis Kualitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

(25)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan Reciprocal Teaching. Dalam penelitian ini digunakan data gain untuk mengetahui

kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang dihitung dengan menggunakan rumus (Hake, 2007) sebagai berikut :

Adapun kriteria klasifikasi indeks gain (Hake, 2007) tersebut terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.10 Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain Kriteria

g > 0,70 Tinggi 0,30< g ≤ 0,70 Sedang g ≤ 0,30 Rendah

2. Analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Analisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa digunakan untuk mengetahui perbedaan yang terdapat pada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan Reciprocal Teaching, maka untuk mengetahui

peningkatan kemampuan komunikasi matematis digunakan indeks gain. Untuk membantu pengolahan data indeks gain menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 for

Windows. Berikut langkah-langkah uji statistiknya:

(26)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Deskriptif data meliputi rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum yang digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai data yang akan diuji. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 for Windows.

b. Analisis Statistika Inferensial

Analisis statistik inferensial menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 for Windows. Adapun

langkah-langkah uji statistiknya adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah data kedua kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Saphiro-Wilk dengan taraf signifikansi 0,05. Jika skor gain

berdistribusi normal, uji statististik selanjutnya yang dilakukan adalah uji homogenitas varians. Akan tetapi jika data tidak berdistribusi normal maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan langsung saja menggunakan uji statistik non-parametrik, seperti uji Mann- Whitney U . Berikut hipotesis uji normalitas:

H0 : data indeks gain sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

 Jika nilai signifikansi 0,05, maka data berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas Varians, digunakan untuk mengetahui apakah

(27)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK

menggunakan uji Levene’s test dengan taraf signifikansi 0,05. Namun, jika terdapat minimal satu kelas tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan uji statistika non-parametrik, seperti uji Mann- Whitney U. Berikut hipotesis uji homogenitas:

H0: Tidak terdapat perbedaan varians kemampuan komunikasi

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran Reciprocal Teaching.

H1:Terdapat perbedaan varians kemampuan komunikasi matematis

antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi < 0,05, maka terdapat perbedaan varians kemampuan komunikasi matematis.

 Jika nilai signifikansi 0,05, maka tidak terdapat perbedaan varians kemampuan komunikasi matematis.

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata, digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata data gain secara signifikan antara kedua kelas. Jika kedua kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen maka, digunakan uji t atau Independent Sample T-Test. Sedangkan jika kedua kelas berasal dari

populasi yang berdistribusi normal dan tidak homogen maka, pengujian hipotesis dilakukan uji t’. Hipotesis uji perbedaan dua rata-rata sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi

(28)

Prilly Ayu Saraswati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

H1: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi

matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran Reciprocal Teaching. Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi < 0,05, maka terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kedua kelas eksperimen.

 Jika nilai signifikansi 0,05, maka tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kedua

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Soal
Tabel 3.6 Daftar Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Tabel 3.7 Kriteria Indeks Kesukaran
+3

Referensi

Dokumen terkait

1. Bagaimana desain pendidikan karakter di MTs. Roudlotul Mubtadiin Balekambang Kec. Bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan karakter di MTs. Roudlotul Mubtadiin

Analisis pengaruh persepsi faktor manajemen keperawatan terhadap tingkat kepuasan perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang.Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang..

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini, maka saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan minat membuka usaha busana pada mahasiswa

satu mahasiswa FPOK Prodi PJKR dan PGSD Penjas yang diterima melalui. jalur SNMPTN Undangan, SBMPTN dan SM-UPI tahun

Scanned by CamScanner... Scanned

[r]

jenis jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada.. malam hari dengan atau tanpa alat