DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... v
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II MERENCANAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 7
B. Langkah-langkah Yang Harus Dilakukan Guru Dalam Penyusunan RPP... 11
C. Inkuiri ... 16
E. Jenis-jenis Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 30
F. Beberapa Mitos Tentang Pembelajaran Berbasis Inkuiri... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 38
B. Metode Penelitian ... 39
C. Subjek Penelitian ... 40
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
E. Instrumen Penelitian ... 40
F. Validitas Instrumen ... 41
G. Prosedur Penelitian ... 41
H. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Rencana PelaksanaanPembelajaran 47
2. Hasil Analisis Kuesioner ... 54
B. Pembahasan 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Inkuiri... 59
a. Kemampuan Merumuskan Indikator Berbasis Inkuiri... 59
b. Kemampuan Merumuskan Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 64
d. Kemampuan Menentukan Alokasi Waktu ... 71
e. Kemampuan Memilih Pendekatan dan Metode Pembelajaran... 71
f. Kemampuan Menyusun Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri .. 72
g. Kemampuan Menentukan Penilaian Hasil Belajar Berbasis Inkuiri ... 75
h. Kemampuan Menentukan Sumber Belajar ... 79
2. Hasil Kuesioner ... 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.KESIMPULAN ... 83
B.SARAN ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains.
Menurut Trowbridge et.al (1973) : Sains adalah batang tubuh dari
pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan
secara ilmiah. Sains baru berkembang melalui tahap-tahap observasi,
klasifikasi dan eksperimentasi. Dasar filosofi dari sains dapat dibedakan
berdasarkan pendekatan yang digunakan untuk menemukan pengetahuan.
Sains didasarkan pada data empiris yang diperoleh dari observasi fenomena
alam.
Kemampuan siswa yang lemah dalam bidang sains khususnya literasi
sains terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada
level internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for
Economic Co-operation and Development) melalui program PISAnya. Pada
tahun 2000 Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 41 negara peserta untuk
bidang sains dan ke-39 untuk matematika maupun kemampuan membaca.
Pada tahun 2003 berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains dan
matematika, urutan ke-39 pada bidang kemampuan membaca (Puskur, 2007).
Siswa hanya mampu mengingat pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta
sederhana, dan menggunakan pengetahuan ilmiah umum untuk menarik atau
mengevaluasi suatu kesimpulan. Siswa diduga belum mampu menggunakan
belum mampu mengenali pertanyaan yang dapat dijawab dengan
penyelidikan ilmiah, belum mampu memilih informasi yang relevan dari
sekian banyak data dan argumentasi yang digunakannya untuk menarik
kesimpulan dari suatu fenomena sains (Rustaman, 2009).
Rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalam bidang sains, tidak
terlepas dari kemampuan guru melakukan suatu percobaan yang bersifat
menguji atau bahkan menemukan suatu konsep biologi. Masih banyak guru
biologi yang belum mahir mengemukakan materi pembelajaran melalui
pembelajaran berbasis inkuiri. Seorang guru seharusnya mempersiapkan diri
untuk terlibat di laboratorium secara substantif dan signifikan,
keterlibatannya meliputi pengalaman belajar inkuiri secara aktif seperti
merumuskan pertanyaan penelitian, mengembangkan prosedur,
mengimplementasikannya, mengumpulkan dan memproses data kemudian
melaporkan dan mempertahankan hasilnya (National Science Teachers
Association, 1998). NSTA (1998) juga menyatakan bahwa guru yang belajar
sains secara didaktik dan abstrak tidak dapat diharapkan mengajar siswanya
secara konstruktif dan konkrit. Guru-guru yang tidak pernah melakukan
penelitian atau penyelidikan tidak akan menyukai model investigasi dalam
pembelajaran terhadap siswanya. Pengalaman belajar seorang calon guru
semasa perkuliahan dalam berinkuiri akan berpengaruh ketika menjadi
seorang guru di lapangan.
Guru sebagai suatu profesi yang dituntut bersikap profesional, perlu
3
berlangsung. Menurut BSNP (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) menekankan pembelajaran inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dalam
sains guna membekali kecakapan hidup peserta didik, yang memerlukan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi.
Dalam konteks penyelenggaraan proses belajar mengajar, guru merencanakan
kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat
aturan dan rencana tentang pendidikan. Sebagai seorang guru, apa yang akan
dilakukan di dalam kelas telah direncanakan dalam suatu bentuk RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Di dalam RPP dimuat tujuan yang
ingin dicapai dari proses pembelajaran tersebut, materi apa yang akan
disampaikan, metode apa yang akan digunakan, dan bagaimana
mengevaluasinya.
Kenyataan di lapangan masih banyak guru dalam mengajar tidak
membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu, diantaranya adalah
membuat RPP. Kalaupun ada bentuknya hanya sekedar untuk memenuhi
tugas rutin saja. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan fasilitas serta
ketidakmampuan guru dalam membuat RPP yang sesuai, apalagi RPP
berbasis inkuiri yang merupakan hal baru bagi sebagian besar guru.
Depdiknas (2003) mengungkapkan bahwa sejauh ini pendidikan di
Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai
kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus kepada guru
sebagai sumber pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama
Telah dilakukan suatu program pendampingan guru-guru MGMP
Biologi SMA di Kota Bandung, agar dapat meningkatkan kemampuannya
berinkuiri dan merencanakan pembelajaran berbasis inkuiri. Program
pendampingan guru-guru Biologi tersebut dilakukan oleh Tim Dosen dari
Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung. Oleh karena itu penting untuk
diteliti bagaimana kemampuan guru membuat perencanaan pembelajaran
berbasis inkuiri melalui program pendampingan ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : Bagaimanakah kemampuan guru-guru biologi SMA di Kota
Bandung dalam merencanakan Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri setelah
mengikuti program pendampingan?
Rumusan masalah tersebut dapat dikembangkan menjadi pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kemampuan guru-guru dalam membuat RPP Biologi
Berbasis Inkuiri ?
2. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh guru-guru Biologi SMA
Kota Bandung dalam membuat RPP Berbasis Inkuiri?
3. Bagaimanakah tanggapan guru-guru terhadap Program Pendampingan
5
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan tujuan
penelitian, maka diadakan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Guru-guru Biologi SMA Kota Bandung adalah guru-guru yang tergabung
dalam MGMP Biologi SMA Kota Bandung yang mengikuti program
pendampingan.
2. RPP yang dibuat adalah RPP berbasis inkuiri dengan tipe yang
dikehendaki oleh masing-masing guru Biologi SMA setelah mengikuti
program pendampingan.
3. Program pendampingan guru dalam membuat RPP biologi berbasis inkuiri
dilakukan oleh Tim Dosen dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung
sebanyak 3 orang dan dilakukan selama 12 kali pertemuan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran kemampuan guru-guru
Biologi SMA di Kota Bandung dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang berbasis inkuiri setelah mengikuti program
pendampingan, dan mendeskripsikan kendala-kendala guru Biologi dalam
menyusun RPP, sehingga dapat menjadi salah satu sumber bacaan bagi yang
memerlukan dalam membuat RPP berbasis inkuiri
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru-guru
biologi khususnya dan guru IPA pada umumnya, untuk mempermudah
dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis inkuiri,
mengembangkan kemampuan guru dalam berinkuiri, dan memotivasi guru
untuk menggunakan inkuiri dalam perencanaan pembelajarannya.
2. Bagi Peneliti
Bagi peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai kemampuan guru
dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pengajaran berbasis inkuiri, serta
dapat menyampaikan hasil penelitian tentang RPP inkuiri kepada
guru-guru MGMP Biologi di tingkat sekolah maupun tingkat wilayah yang lebih
luas.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain dapat memberikan data dan kajian permasalahan guru
dalam merencanakan pembelajaran berbasis inkuiri, serta dapat digunakan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Penjelasan definisi operasional dari variabel penelitian ini untuk
menghindari berbagai macam penafsiran yang berbeda. Variabel penelitian
ini adalah
1. Kemampuan guru dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaran
berbasis inkuiri, diukur dari RPP yang dikembangkan guru sesuai dengan
tuntutan Permen 41, sintaks dan proses inkuiri dengan
komponen-komponen Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),
indikator-indikator penyusunan tujuan pembelajaran sesuai proses inkuiri,
kesesuaian materi ajar dengan SK dan KD, penyesuaian alokasi waktu,
pemilihan metode pembelajaran, menyusun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran berbasis inkuiri dengan sintaks inkuiri berupa tahap
undangan, perencanaan percobaan, pelaksanaan percobaan dan
mengkomunikasikannya, membuat evaluasi yang sesuai dengan
pembelajaran berbasis inkuiri, serta pemilihan sumber belajar.
Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran diukur dengan
menggunakan matriks baris dan kolom yang dikembangkan oleh peneliti
yang sudah dijudgement oleh ahli pendidikan.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut BSNP (2006) adalah
penjabaran dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
mata pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari
pendahuluan, inti, dan penutup, selanjutnya adalah penilaian hasil belajar
dan sumber belajar. RPP berbasis inkuiri adalah beberapa komponen RPP
harus sesuai dengan sintaks dan proses inkuiri.
3. Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri adalah pembelajaran Biologi yang
sesuai dengan karakter inkuiri, yaitu memberikan pengalaman belajar
seperti mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis,
menggunakan alat dan bahan dengan baik dan benar, menggali dan
menghimpun data, menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta
mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan maupun tulisan (BSNP,
2006).
4. Program Pendampingan Guru adalah suatu program dalam rangka
meningkatkan profesi guru bidang studi biologi dengan cara memberikan
bimbingan, pelatihan untuk merencanakan pembelajaran Biologi berbasis
inkuiri dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh Tim Dosen dari
Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang
bertujuan menjelaskan suatu situasi secara sistematis, faktual dan teliti.
40
fenomena-fenomena yang ditemukan dan dideskripsikan apa adanya, tidak
dimodifikasi atau diberi perlakuan (Arikunto,2010).
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian diambil secara purposive sampling. Subyek penelitian
adalah guru Biologi SMA di Kota Bandung yang tergabung dalam MGMP
Biologi dan mengikuti program pendampingan pembelajaran berbasis inkuiri
sebanyak 10 orang. Satu orang guru mengundurkan diri, sehingga hanya 9
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dianalisis. Guru-guru
tersebut direkomendasikan oleh Ketua MGMP Biologi Kota Bandung
didasarkan dari keaktifan guru dalam mengikuti MGMP Biologi.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan program pendampingan terhadap guru-guru MGMP
Biologi Kota Bandung dilaksanakan di Gedung JICA UPI, SMA Negeri VII
dan SMA Angkasa Bandung. Pelaksanaan Program Pendampingan
Pembelajaran Berbasis Inkuiri berlangsung dari Bulan April 2011 sampai Juli
2011.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui pemahaman guru-guru tentang pembuatan RPP
berbasis inkuiri setelah mengikuti program pendampingan, maka dibuat
1. Matriks komponen RPP
Matriks berupa baris dan kolom berisi komponen RPP yang dipakai
berdasarkan Permendiknas No.41 tahun 2007 yang dimodifikasi dengan
pembelajaran berbasis inkuiri (dapat dilihat pada lampiran A7).
2. Angket
Angket berupa pertanyaan tertutup dan terbuka untuk guru yang berkaitan
dengan kegiatan yang mereka lakukan selama program pendampingan
inkuiri. Hal ini dirasa penting untuk melengkapi analisis hasil akhir.
Angket ini diberikan setelah guru menyelesaikan pembuatan RPP
(Lampiaran B.2 dan B.4).
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara disediakan untuk memperoleh informasi tentang
tanggapan guru terhadap kebermanfaatan pelaksanaan program
pendampingan pembelajaran berbasis inkuiri dan kendala-kendala yang
dihadapi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
berbasis inkuiri (Lampiran B5).
F. Validitas Instrumen
Validitas instrumen berupa angket dan matriks komponen RPP
dilakukan dengan cara meminta penilaian (judgement) dari 3 orang dosen ahli
pendidikan dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian mengenai analisis kemampuan guru-guru membuat
42
tahap pelaksanaan program pendampingan inkuiri, dan tahap penyusunan
RPP.
1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan proposal
b. Melaksanakan seminar proposal
c. Menyempurnakan proposal dengan bantuan dosen pembimbing
d. Mengurus perizinan
e. Menyusun instrumen disertai dengan proses bimbingan dengan dosen
pembimbing.
f. Meminta pertimbangan profesional (judgement) oleh beberapa dosen
ahli di Jurusan Pendidikan Biologi terhadap instrumen.
g. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan yang
dilakukan guru-guru
2. Tahap Pelaksanaan
Mengikuti pelaksanan pendampingan pembelajaran berbasis inkuiri
guru-guru. Pada akhir pelaksanaan dilakukan pengambilan data utama berupa
RPP .
3. Tahap Pengambilan Kesimpulan
a. Analisis Data
b. Menarik Kesimpulan
c. Menyusun Laporan
4. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
H. Teknik Analisis Data
Untuk melihat sejauh mana penelitian ini menunjukkan suatu profil Studi Pendahuluan dan Observasi : Identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, studi literatur. dll
Penyusunan Proposal Penelitian
Seminar Proposal
Mengamati kegiatan guru-guru MGMP Biologi yang mengikuti program pendampingan terdiri dari melakukan mini riset dan menyusun RPP Berbasis
Inkuiri
Pelaksanaan Pengumpulan Data melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru selama
mengikuti program pendampingan, angket dan wawancara
Membuat Kesimpulan
Menyusun Laporan
Pembuatan Instrumen dan judgement ke dosen ahli
44
Yang diharapkan, maka dilakukan proses mengidentifikasi kesalahan atau
ketidakmampuan membuat rencana pembelajaran berbasis inkuiri bagi
guru-guru Biologi SMA di Kota Bandung setelah mengikuti program
pendampingan.
Untuk mengidentifikasi kesalahan guru-guru dalam membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri, digunakan pedoman analisis yang
berisi indikator kemampuan guru –guru dalam membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran setelah mengikuti program pendampingan.
nm
Untuk menganalisis data digunakan rumus : X 100%, dimana N
nm : adalah jumlah item yang dicek dari tiap aspek daftar cek.
N : adalah jumlah seluruh item dari tiap aspek dalam daftar cek.
Transformasi persentase dalam tingkat kategori ketidakmampuan membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran, digunakan dengan menggunakan tabel 3.1
dari Slameto (1988) di bawah ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kemampuan guru-guru Biologi Kota Bandung dalam membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis inkuiri berdasarkan
Permendiknas No 41 tahun 2007 yang dimodifikasi dengan indikator inkuiri
memiliki kemampuan cukup dengan rata-rata 87.4%. Beberapa rincian
kemampuan guru-guru dalam menyusun komponen RPP :
Pertama, memiliki kemampuan sangat baik dalam mengalokasikan waktu,
memilih pendekatan dan metode pembelajaran, memilih sumber belajar,
mencantumkan identitas mata pelajaran dengan rata-rata persentase mencapai
100%. Kedua, memiliki kemampuan baik dalam menyusun materi ajar
dengan persentase 91.1%. Ketiga, memiliki kemampuan cukup untuk
pembuatan rumusan indikator pembelajaran dengan rata-rata 76.8%,
menyusun tujuan pembelajaran dengan rata-rata 80.3%, menentukan
penilaian hasil belajar berbasis inkuiri dengan rata-rata 83.4%, memilih
standar kompetensi 88.9%, dan memilih kompetensi dasar 88.9%. Tetapi
untuk sub komponen menyusun rumusan indikator pembelajaran berbasis
inkuiri dengan berdasarkan pada indikator inkuiri memiliki kemampuan
kurang dengan persentase rata-rata 51.4%, dan untuk sub komponen
menyusun tujuan pembelajaran berbasis inkuiri berdasarkan indikator inkuiri,
84
memiliki kemampuan kurang dalam menyusun kegiatan pembelajaran
berbasis inkuiri, dengan persentase rata-rata 62.2%.
Tipe inkuiri yang digunakan adalah terstruktur sebayak 88.9% dan
terbimbing sebanyak 11.1%. Kendala yang dihadapi guru dalam membuat
RPP inkuiri adalah waktu yang tersedia sangat terbatas, kesulitan dalam
mencari bahan-bahan untuk apersepsi yang tepat, menentukan indikator dan
tujuan dengan kata kerja operasional harus bercirikan inkuiri dan menuntut
keterampilan proses sains, dalam mengemas kegiatan pembelajaran yang
harus mewujudkan ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran berbasis
inkuiri, dalam memilih materi ajar, serta dalam membuat evaluasi yang harus
bernuansa inkuiri dan evaluasi harus mencerminkan adanya keterampilan
proses.
Pandangan guru-guru Biologi terhadap Program Pendampingan
Pembelajaran Berbasis Inkuiri yang dibimbing oleh Tim Dosen dari
Pendidikan Biologi UPI sangat positif. Guru-guru beranggapan, bahwa
program tersebut sangat bermanfaat, dapat memberikan kesadaran bahwa
“Ruh Sains” adalah inkuiri, merangsang guru-guru untuk mempersiapkan
proses pembelajaran berbasis inkuiri, memberikan pencerahan/motivasi untuk
bisa lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran dengan metode inkuiri,
serta memberikan layanan pelatihan bagi guru-guru Biologi.
B. Saran
Kemampuan membuat RPP adalah suatu kewajiban yang melekat pada
pelatihan pembelajaran berbasis inkuiri lebih dalam bagi guru-guru sampai
keterlaksanaan RPP, sehingga dapat mengatasi permasalahan pada saat
membuat RPP berbasis inkuiri. Program Pendampingan sebaiknya diadakan
di awal tahun ajaran, sehingga RPP dapat dilaksanakan dengan waktu yang
lebih leluasa. Bagi peneliti lain yang akan meneliti sebaiknya dilakukan pada
sampel yang lebih besar dan jenjang sekolah yang lebih bervariasi, sehingga
diperoleh hasil penelitian yang lengkap serta dalam menganalisis data
DAFTAR PUSTAKA
Alpusari,M .(2008). Dampak Kemampuan Inkuiri Guru terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis PPs UPI Bandung :Tidak diterbitkan.
Amien, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry” bagian I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Anderson.L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Taxonomy for Learning , Teaching and Assessing (a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). N.Y.: Addison Wisley Longman Inc.
Anggraeni, S. (2006). Pengembangan Model Perkuliahan Biologi Umum berdasarkan Pembelajaran Inkuiri pada Mahasiswa Calon Guru Biologi.Disertasi Doktor. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Anggraeni,S. ( 2009). Sudahkan Calon Guru Biologi Merencanakan Pembelajaran Biologi yang Sesuai dengan Hakekat Sains ?. Proceding
Arikunto, S. (2000). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta, Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara.
Behiye , A. (2000). Effectiveness of Professional Development Program on a Teacher’s Learning to Teach Science as Inquiry. University of IOWA Departement of Science Education. Asia Pasifik Forum on Science Learning and Teaching vol88.issue2.article2 (Online).
BSNP, (2007), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tentang STANDAR Proses UNTUK SATUAN PENDIDIKAN
DASAR DAN MENENGAH, Depdiknas .Jakarta.
Cheung. (2007). Facilitating Chemistry Teachers to Implemen Inquiry- Based Laboratory Work (International Journal of Science and Mathematics Education). Taiwan : National Science Council.
Curriculum Planning & Development Division. (2007). Science Syllabus lower Secondary Express/Normal (Academic). Singapore.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dahlan. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung : Dipenogoro.
Departemen Pendidikan Nasional (2003). Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.
Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Jarret .(1997). Inquiry Strategies for Science and Mathematics Learning. Its Just Good Teaching.Oregon :Northwest Regional Educational Laboratory
Joyce, B. at.al. (1992). The Developing Intellect. Adjusting Models to Cognitive
Development Models of Thinking 4th
Ed. Massachusetts : Allyn and Bacon.
Joyce B. at.al. (2000). Model of Teaching. The United State of AmericaP: Needham Heights, Massachussetts 02194
Kemp.J.E. (1994). Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: ITB.
Muslich, M. (2009a). KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, M. (2009b), KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa ,E. (2009), Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
88
National Research Council. (1996). National Science Education Standars. Washington, D.C: National Academy Press
National Research Council . (2000). Inquiry and the National Science Education Standards A Guide for Teaching and Learning , Washington, D.C: National Academy Press
NSTA & AETS . (1998). Standars for Science Teacher Preparation.
Pusat Kurikulum. (2007). ). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, Jakarta: Depdiknas.
Rustaman, N. (2007). Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya . Proseding Seminar Nasional Biologi : Perkembangan Biologi dan Pendidikan Biologi untuk Menunjang Profesionalisme Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Rustaman, N. et.al. (2009). Laporan Hasil Kajian Analisis Konten dan Capaian Sains Siswa Indonesia Dalam TIMSS (Trends In International Mathematics And Science Study . Pusat Penilaian Pendidikan dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Shymansky, J.A.et.al (1988). Science Education . (Journal) “A Summary of Research in Science Education 1986.72(3)267. Ohio:Eric.
Slameto. (1998). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.
Supriadi,D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bandung : Alfabeta.
Trowbridge, et al. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus, Ohio : A Bell & Howell Co.
Willoughby.J. (2005). Using Inquiry in Science Instruction.Glencoe/Mc Graw-Hill http:www.glencoe.com/sec/teaching today/subject/using inquiry.Sci.pht ml [4 Agustus 2005].