DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR iv
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GRAFIK xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah 11
C. Tujuan Penelitian 15
D. Manfaat Penelitian 15
E. Asumsi Penelitian 16
BAB II SELF-EFFICACY KARIR DAN TEKNIK ROLE PLAYING
A. Konsep Self-efficacy 18
B. Karaketiristik Perkembangan Karir SMK 40
C. Self-efficacy Karir 45
D. Konsep Teknik Role Playing 56
E. Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing Untuk
Meningkatkan Self-efficacy Karir 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian 74
C. Defenisi Operasional Variabel 76
D. Pengembangan Instrumen Penelitian 78
E. Pengembangan Program Bimbingan Melalui Teknik
Role Playing 83
F. Teknik Analisa Data 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 91
B. Pembahasan Hasil Studi Pendahuluan 110
C. Pembahasan Keefektifan Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing Untuk Meningkatkan Self-efficacy Karir 116
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 125
B. Rekomendasi 126
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1.1 Klasifikasi self-efficacy 32
1.2 Tahapan Perkembangan Karir 43
1.3 Tugas perkembangan karir Remaja Tahap Eksplorasi 44 3.1. Populasi Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Masohi 76
3.2. Pola Skor Opsi Alternatif Respons 79
3.3. Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy karir Peserta Didik 80
3.4. Hasil Reliabilitas Self-Efficacy Karir 83
3.5. Kategori Self-efficacy Karir 87
3.6. Uji normalitas data kelompok eksperimen dan kelompok control 88
3.7. Uji homogenitas varian data gain 89
4.1. Profil Umum Self-Efficacy Karir Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 1 Masohi Tahun Ajaran 2011/2012
4.2. Profil Self-efficacy Karir Peserta Didik Setiap Indikator 93 4.3. Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin 94 4.4. Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua 94
4.5. Hasil Penimbangan Pedoman Rasional Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self-Efficacy Karir 96 4.6. Hasil Penimbangan Pedoman Pelaksanaan Program Bimbingan 98
Melalui Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self-Efficacy Karir
4.7. Hasil Uji t Independen Data Gain Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol 107
4.8. Hasil Uni t Independent Per Indikator Per Eksperimeen dan
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
88 4.1 Profil Umum Self-Efficacy Karir Peserta Didik Kelas X SMK
Negeri 1 Masohi Tahun Ajaran 2011/2012 94
4.2 Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin 95 4.3 Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua 96
4.4 Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Urutan Anak
Dalam keluarga 97
4.5 Profil Self-Efficacy Peserta Didik SMK Negeri 1 Masohi
Per Dimensi 98
4.6 Profil Indikator Self-efficacy Karir Peserta Didik SMK Negeri 1
Masohi Pada Dimensi Magnitude 100
4.7 Profil Indikator Self-efficacy Karir Peserta Didik SMK Negeri 1
Masohi Pada Dimensi Strength 101
4.8 Profil Indikator Self-efficacy Karir Peserta Didik SMK Negeri 1
Masohi Pada Dimensi Generality 102
4.9 Perbandingan Capaian Skor Indikator Pada kelompok
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan kemampuan dan kecakapan hidup, menghargai informasi serta mampu berkompetensi secara positif. Perubahan dan perkembangan informasi di bidang teknologi, industri, sosial, ekonomi dan budaya terjadi dengan sangat cepat. Kemajuan tersebut akan menimbulkan dampak yang positif dan negatif, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan perilaku manusia dan gaya hidup manusia. Situasi yang diungkapkan di atas akan menimbulkan sebuah pertanyaan yang mendasar, yaitu bagaimanakah upaya orang tua, guru atau pendidik untuk mempersiapkan generasi baru yang dapat berkembang melalui interaksi antara perkembangan pribadi dan perubahan yang terjadi.
Tiga pilar ini diyakini mampu secara berkesinambungan meningkatkan kualitas sisten pendidikan nasional.
Selanjutya, ketiga pilar utama pemerintah tesebut menjadi referensi pengembangan pendidikan kejuruan yang merupakan pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dibidang tertentu dalam bentuk satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini didukung sepenuhnya dengan misi dari pendidikan kejuruan yang dinyatakan dalam Undang–Undang Republik Indonesia No,29 Tahun 2003 pasal 15, yaitu: “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
pendidikan peserta didik, terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.
Misi dari pendidikan kejuruan ini mengimplikasikan akan perlunya suatu bentuk pendidikan yang secara khusus membentuk lulusannya sebagai pribadi yang harus memiliki kualifikasi tertentu sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Secara rinci, pemerintah yang dalam hal ini, adalah Departemen Pendidiakan Nasional (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), juga telah menjabarkan tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai berikut: 1. Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan pekerjaan serta dapat
mengembangkan sifat profesionalitas.
3. Menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang mandiri (bekerja untuk dirinya sendiri) dan atau mengisi kebutuhan dunia kerja dan dunia usaha.
4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga Negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut diatas, dibutuhkan pendidikan kejuruan yang bermutu dan mampu mencetak tenaga produktif menengah yang terampil dan kreatif dalam mengembangkan sikap professional dalam dunia kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKN).
seyogyanya sudah ditanamkan sejak tahun pertama di SMK. Kemandirian serta kepribadian siswa SMK yang unggul memicu kesiapan mental mereka untuk siap bekerja atau membuka lapangan usaha sendiri.
Satu hal terpenting yang menjadi sorotan seputar permasalahan siswa di SMK adalah kontribusinya dalam angka pengangguran di Negara kita. Meskipun SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi pada kenyataannya pengangguran terbuka paling banyak justru dari SMK. Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Wynandin Imawan mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan secara umum pada Agustus 2011 untuk tingkat pendidikan SMA dan SMK masih tetap menempati posisi tertinggi yakni masing-masing sebesar 10,66 persen dan 10,43 persen. (http://www.tribunnews.com, 13 November 2011).
Jery Uweubun (Kepala Dinas Nakertrans Provinsi Maluku) mengatakan berdasarkan data yang dirilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku ternyata angka pengangguran di Provinsi Maluku hingga akhir bulan Februari 2011 mencapai 53.490 orang. Dijelaskan, dari struktur pendidikan yang paling banyak mengganggur itu lulusan SMA/SMK yang tidak memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (http://www.siwalimanews.com, 14 Oktober 2011).
SMK sudah di bekali dengan pengalaman bekerja pada program Pendidikan system Ganda (PSG) dengan tujuan untuk member pengalaman bekerja untuk memasuki dunia kerja. Namun demikian, PSG tidak menjadi satu-satunya tolak ukur kesiapan kerja peserta didik. Dalam mempersiapkan lulusan SMK yang siap kerja, pihak sekolah harus dapat mengembangkan potensi peserta di secara akademik dan psikologis.
Peserta didik SMK tahun pertama atau kelas X telah dihadapkan pada pemilihan jurusan yang akan nantinya mempengaruhi jalur karir yang akan ditempuhnya. Dan jika dilihat dari teori perkembangan karir, peserta didik SMK berada pada tahap eksplorasi (usia 15-24 tahun) yaitu tahap dimana individu memperoleh informasi karir, pilihan karir, memutuskan karir dan siap untuk masuk dunia kerja. Namun pada kenyataan banyak pesertra didik SMK yang masih mengalami kesulitan menentukan bidang pendidikan karir mereka.
Menurut Mamat Supriatna (2009:23) masalah karir yang dirasakan oleh Peserta didik itu, antara lain:
1. Peserta didik kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat.
2. Peserta didik tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup. 3. Peserta didik masih bingung untuk memilih pekerjaan.
5. Peserta didik merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah.
6. Peserta didik belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu, bila setelah tamat tidak masuk dunia kerja.
7. Peserta didik belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya.
Peserta didik dalam usahanya untuk mencapai karir yang diinginkan sering mengalami hambatan, banyak keraguan sebelum mantap pada satu jalur karir. (creed, Patton, Prideaux 2006). Keraguan tersebut termanifestasikan sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi individu ketika memutuskan karir. Kesulitan-kesulitan ini dapat menjadikan individu menyerahkan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada orang lain atau menunda dan menghindar dari tugas mengambil keputusan, yang dapat mengakibatkan pengambilan keputusan tidak optimal (Bandura, 1997).
dicarinya. Untuk mengatasi ketidakpastian mengenai kemampuan, individu harus memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri atau self-efficacy.
Self-efficacy adalah hal penting bagi setiap seorang untuk menghadapi
suatu permasalahan yang harus dihadapi. Hal ini diperkuat dengan bukti bahwa self-efficacy sangat mempengaruhi kehidupan kita. Self-efficacy sangat
mempengaruhi kepercayaan diri, sedangkan kepercayaan diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia, yang terbentuk melalui proses belajar dalam interaksinya dengan lingkungan. Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Tanpa adanya kepercayaan diri maka banyak masalah yang akan timbul. (Betz, 2004).
Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan bahwa mereka dapat membuat keputusan karir, maka dia berusaha untuk menghindari tugas tersebut. Self-efficacy yang rendah tidak hanya dialami oleh individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar, tetapi memungkinkan dialami juga oleh individu berbakat. Dengan adanya self-efficacy, individu mempunyai dorongan untuk berusaha mengatasi hambatan, mencari informasi sehingga dapat menentukan keputusan dan mencapai hasil yang diinginkan.
mengikuti program pelatihan kerja. Misalnya, rendahnya tingkat ekspektasi self-efficacy dapat disertai “negative self-talk” atau respon kecemasan, yang
menganggu konsentrasi pada tugas yang sedang dikerjakan dan akibatnya menurunkan kualitas kinerja. Rendahnya self-efficacy sejauh tertentu dapat mengakibatkan individu mempunyai ramalan negatif tentang hasil pekerjaannya dan terbukti.
Berdasarkan penelitian Betz dan Heckett bahwa rendahnya tingkat self-efficacy karir terkait dengan rendahnya kemungkinan mereka mempertimbangkan
karir tradisional terkait dengan rendahnya kemungkinan mereka mempertimbangkan karir tradisional, yaitu karir yang tradisional didominasi oleh laki-laki.
Betz dan Hackett juga menemukan bahwa self-efficacy dalam matematika mempengaruhi pilihan karir dalam bidang sains. Jadi, penelitian mereka mendukung teori bandura tentang konseluensi approach/avoidance, baik dalam persepsi tentang pilihan karir atau pendidikan sesungguhnya.
Sehubungan dengan itu serangkaian penelitian telah dilakukan, seperti penelitian Tuckman dan Sexton, 1990 (Feldman, 1998); Locke dan Latham, 1990; serta McIntire dan Levine, 1991 (Spector, 1996) yang membuktikan bahwa siswa dengan self-efficacy yang tinggi akan melakukan dengan baik setiap aktivitas di sekolah, sebenarnya dilakukan dengan lebih baik di luar dugaan mereka, dan dievaluasi oleh mereka secara positif. Ini membuktikan bahwa peserta didik dengan self-efficacy yang tinggi dapat berprestasi dengan baik. Dan diharapkan para peserta didik dalam memilih karir akan melakukan hal yang sama, bahwa ia yakin dengan kemampuannya (dalam Sawitri, 2009).
Pendapat di atas dikuatkan dengan hasil penelitian Mulyana (2009) self-efficacy memiliki peranan yang penting dalam pengambilan keputusan karir.
Self-efficacy terhadap pengambilan keputusan karir adalah keyakinan individu bahwa
ia dapat sukses menilai kemampuan dirinya dengan tepat, mengumpulkan informasi-informasi mengenai karir, menyeleksi tujuan karir, membuat rencana-rencana karir untuk masa depan, dan memecahkan permasalahan karir. Hasil temuan penelitian (Consiglio, 2010) memberikan dukungan positif role playing untuk self-efficacy dan kepuasan kerja, bersama dengan tuntutan pekerjaan dan sumber daya.
mencari dan mendapatkan berbagai pekerjaan, dan memahami proses perencanaan karir (Lapan, Gysbers, Multon, & Pike, 1997; O'Brien, Dukstein, Jackso, Tomlinson, & Kamatuka, 1999).
Berdasarkan studi pendahuluan di SMK Negeri 1 Masohi Tahun Ajaran 2011/2012, dari 114 peserta didk kelas X terdapat 50 peserta didik (43.86%) dengan self-efficacy karirnya berada pada kategori tinggi, 56 peserta didik (56. 14%) berada pada kategori sedang, dan 0 peserta didik (0 %) berada pada kategori rendah. Secara umum peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi sebagaian besar peserta didik memiliki tingkat self-efficacy karir yang sedang. Artinya banyak peserta didik belum mampu mencapai self-efficacy karir yang optimal sehingga perlu dilakukan peningkatan self-efficacy karir.
Self-efficacy karir memainkan peranan penting bagi cita-cita karir dan
aneka pilihan karir peserta didik. Peningkatan self-efficacy karir merupakan mungkin dapat membantu peserta didik menghadapi resiko dan permasalahan dalam menentukan pilihan untuk memasuki dunia kerja sehingga dibutuhkan program bimbingan yang dapat mengembangkan dan meningkatkan self-efficacy karir.
Untuk itulah, mereka seyogyanya dapat dibimbing guna memperoleh pemahaman yang berhubungan dengan self-efficacy karir tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik tentang bakat, minat, cita-cita, berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini, tentunya tidak cukup hanya sekedar memahami diri. Namun juga harus disertai dengan pemahaman akan kondisi yang ada dilingkungannya, seperti kondisi sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan, serta hal-hal lainnya yang bertautan dengan dunia kerja. Sehingga pada gilirannya siswa dapat mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karier yang akan ditempuhnya kelak.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan seseorang dalam kemampuan
untuk menghasilkan pencapaian tertentu (Bandura, 2006: 307). Tidak dapat dipungkiri, manusia memerlukan penguasaan dalam setiap bidang kehidupannya, termasuk karir. Setiap orang memiliki self-efficacy berbeda, tergantung kepada lingkungan dimana mengelolah self-efficacy serta tingkat pengembangan self-efficacy sesuai dengan kesempatan yang telah mereka dapatkan.
Self-efficacy karir di defenisikan sebagai usaha suatu keyakinan atau
Lent (2005:102) memperkenalkan social cognitive career theory sebagai kerangka kerja sosial kognitif untuk memahami minat karier, pilihan karier, dan proses kinerja seseorang. Lent, Brown, dan Hackett (2000) memfokuskan penggunaan variabel-variabel cognitive-person untuk mempengaruhi perkembangan karier, dengan penekanan pada variabel-variabel kontekstual yang mempengaruhi individual. Beberapa variabel-variabel kontekstual dan individual yaitu jenis kelamin, ras, etnis, keturunan genetik, status sosial ekonomi, dan situasi ekonomi (Lent, Brown, dan Hackett, 2000).
Self-efficacy karir rendah dapat menyebabkan orang menunda
membuat keputusan karir, dan dapat menunda mereka dari tindak lanjut dengan keputusan setelah telah dibuat (Betz, 1992). Bahkan jika keyakinan self-efficacy karir rendah didasarkan pada penilaian yang realistis dan akurat
ditingkatkan, sedangkan self-efficacy karir tinggi harus didukung dan diperkuat.
Dalam mempersiapkan peserta didik SMK setelah lulus sekolah agar bekerja dan berwiraswasta, walaupun tetap memberi kesempatan melanjutkan ke perguruan tinggi, guna membantu peserta didik untuk mempersiapkan diri yang berkenaan dengan kariernya, maka di SMK perlu diadakan pelaksanaan bimbingan.
Bimbingan diperlukan guna memberikan intervensi untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik. Salah satu bentuk intervensi yang dapat diupayakan ialah melalui pengembangan yang mengacu pada dimensi dari Bandura (1997) yang digambarkan dalam self-efficacy karir apabila merujuk pada magnitude, strength dan generality.
Strategi untuk meningkatkan self-efficacy karir adalah menggunakan teknik bermain peran (role playing). Role Playing dalam penelitian adalah mendramatisasi tingkah laku untuk meningkatkan self-efficacy karir dengan cara memainkan peran tokoh–tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut cerita bersama, sehingga berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan atau model. Bimbingan melalui role playing ini dibuat dengan tujuan untuk membantu peserta didik agar mengembangkan self-efficacy karir kearah yang lebih positif dengan memerankan peran yang
mengatasi potensi-potensi negatif, seperti peserta didik akan mudah frustasi karena ada tekanan-tekanan dan tuntutan untuk berprestasi atau tidak yakin harus menentukan keputusan karir lebih dini dari biasanya dan diharapkan peserta didik tidak akan menemui kesulitan dalam hal melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi maupun memasuki dunia kerja.
Consiglio (2010) melaporkan bahwa teknik role playing memberikan dukungan positif untuk self-efficacy dan kepuasan kerja, bersama dengan tuntutan pekerjaan dan sumber daya.
Model role playing ini juga sangat efektif untuk memfasilitasi peserta didik. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa: (1) kehidupan nyata dapat dihadirkan dan dianalogikan ke dalam skenario permainan peran, (2) role playing dapat menggambarkan perasaan otentik siswa, baik yang hanya
dipikirkan maupun yang diekspresikan, (3) emosi dan ide-ide yang muncul dalam permainan peran dapat digiring menuju sebuah kesadaran, yang selanjutnya akan memberikan arah menuju perubahan, dan (4) proses psikologis yang tidak kasat mata yang terkait dengan sikap, nilai, dan sistem keyakinan dapat digiring menuju sebuah kesadaran melalui pemeranan spontan dan diikuti analisis (Saftel & Saftel, 1967).
Sesuai dengan batasan masalah yang telah ditetapkan, maka diperoleh beberapa pertanyaan penelitian yang terangkum dalam perumusan masalah berikut ini
a. Bagaimana profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi secara umum dan berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua
b. Seperti apa rumusan program hipotetik bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK
Negeri 1 Masohi?
c. Bagaimana efektivitas program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Masohi?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini dilakukan adalah menghasilkan program bimbingan melalui teknik role playing yang efektif untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada rumusan masalah, yaitu
a. Memperoleh profil self-efficacy karir peserta didik X SMK Negeri 1 Masohi secara umum dan berdasarkan jenis kelamin, dan status sosial ekonomi orang tua
b. Memperoleh rumusan program hipotetik bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X di
SMK Negeri 1 Masohi.
c. Memperoleh efektivitas program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Masohi.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan bimbingan dan konseling, terutama tentang pengembangan program bimbingan melalui teknik role playing dalam konteks peningkatan kualitas pendidikan, khususnya dalam bidang self-efficacy karir.
penelitian ini, diharapkan dapat membantu para guru bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah, untuk dapat memberikan bantuan layanan bimbingan yang dapat membantu peserta didiknyanya untuk mempersiapkan diri untuk pencapaian karir yang sukses.
E. Asumsi Penelitian
Asumsi yang melatarbelakangi pentingnya program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik SMK adalah sebagai berikut:
1. Tingginya angka pengangguran pada tingkat SMK diduga sebagai akibat rendahnya tingkat pencapaian kompetensi peserta didik lulusan SMK. (http://www.siwalimanews.com, 14 Oktober 2011).
2. Permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik SMK, pada umumnya menunjukan gejala yang sama yaitu mengalami hambatan dalam self-efficacy pengambilan keputusan karir. Oleh karena itu, intervensi yang tepat melalui bimbingan karir. ( Mulyana, 2009).
3. Self-efficacykarir memainkan peran penting dalam aspirasi karir dan pilihan karir remaja (Bandura, Barbaranelli, Vittorio Caprara, & Pastorelli, 2001; Rotberg, Brown, & Ware, 1987; Turner & Lapan, 2002).
self-efficacy karir rendah didasarkan pada penilaian yang realistis dan akurat
kemampuan individu atau pengalaman masa lalu, sering menyebabkan kurangnya kesadaran penuh potensinya untuk berhasil mengejar karir yang berbeda (Betz & Hackett, 1981).
5. Apabila permasalahan self-efficacy karir tidak segera diatasi secara tepat, akan menghambat masa depan karir (Warsito, H., 2010).
6. Bermain merupakan aktivitas untuk mendapatkan kegembiraan atau kesenangan tanpa memikirkan hasil akhir, dan dilakukan tanpa paksaan dari luar atau dilakukan dengan senang hati. (Hurlock, 2002).
7. Melalui teknik role playing, peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. (Mulyasa, 2004).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Alasan pengambilan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan penelitian adalah memungkinkan dilakukannya pencataian data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan perhitungan statistik, yang kemudian penafsirannya digunakan untuk mengungkap self-efficacy karir siswa.
Sementara itu untuk melihat efektivitas program bimbingan melalui teknik role playing digunakan metode Quasi-Eksperimentals: Nonequivalent Control
Group Designs Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group
design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok control
tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2010: 79). Hal ini disebabkan penelitian ini kurang memenuhi syarat sebagai penelitian eksperimental namun mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil. Peneliti bermaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai fenomena yang terjadi sebelum dan sesudah mendapat perlakuan (treatment). Dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana self-efficacy karir sebelum dan sesudah mendapatkan program bimbingan melalui
teknik role playing. Skema disain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 O3
X -
Keterangan:
O1 dan O3 : Pengukuran sebelum treatment (pengukuran awal), pengukuran tentang self efficacy karir sebelum mendapatkan program bimbingan melalui teknik role playing
O2 : Pengukuran sesudah treatment (pengukuran dilakukan kembali), pengukuran tentang self efficacy karir sesudah mendapatkan program bimbingan melalui teknik role playing
O4 : Pengukuran tidak diberikan treatment (pengukuran dilakukan kembali), pengukuran tentang self-efficacy karir tidak menggunakan treatment
X : Treatment (perlakuan), pemberian program bimbingan melalui teknik role playing
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Sugiyono (2008: 117) mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1Masohi dengan populasi adalah peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi tahun ajaran 2011-2012.
Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Masohi
No Kelas Populasi Jumlah
L P
1. Administrasi perkantoran
17 9 26
2. Akuntasi a 7 18 25
3. Akuntasi b 13 10 23
4. Tata niaga 8 14 22
5. Usaha jasa parawisata 8 10 18
Jumlah 54 61 114
Pengambilan sampel dalam penelitian yaitu sejumlah 30 pesera didik, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh hasil self-efficacy karir yang sedang.
C. Defenisi Operasional Variabel
1. Program bimbingan Melalui Teknik Role Playing
a. Pedoman Rasional antara lain: (1) rasional; (2) asumsi; (3) tujuan program; (4) sasaran program; (5) peran dan tugas konselor; (6) struktur dan tahapan pelaksanaan program; (7) evaluasi dan indikator keberhasilan. b. Pedoman Pelaksanaan antara lain: (1) deskripsi; (2) tujuan pelaksanaan; (3) norma kelompok role playing; (4) komposisi kelompok role playing; (5) syarat dan aturan role playing; (6) Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK).
2. Self efficacy karir
Self–efficacy karir Adalah keyakinan peserta didik terhadap
karirnya, peserta didik mampu mengembangkan ketrampilan karir, peserta didik mampu merencanakan penyelesaian tugas–tugas perkembangan karir, peserta didik mampu mengambil keputusan karir; (b) dimensi kekuatan
(strength) merupakan dimensi yang berhubungan dengan tingkat kekuatan atau
kelemahan keyakinan tentang kompetensi yang dipersepsinya antara lain: peserta didik mampu meningkatkankan usaha dengan tekun, peserta didik mampu berkomitmen terhadap pencapaian karir; (c) dimensi generalisasi
(generality) merupakan dimensi yang berhubungan dengan luas bidang
perilaku atau tingkat pencapaian keberhasilan seseorang dalam mengatasi atau menyelesaikan masalah atau tugas-tugasnya dalam kondisi tertentu antara lain: peserta didik mampu menyikapi situasi yang berbeda secara positif, peserta didik berpedoman pada pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan.
D. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen
Bandura (2006: 307-319), yaitu Guide for Constructing Self-Efficacy Scales dan memodifikasi dari Dadang Sudrajat (2008) berdasarkan tiga dimensi magnitude /level, strength/ kekuatan dan generalisasy/ generalisasi
Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah skala psikologi yang diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian) dengan alternatif respon pernyataan subyek skala 5 (lima). Kelima alternatif respons tersebut diurutkan dari kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kemungkinan kesesuaian terendah, yaitu: (1) Sangat Yakin/SY; (2) Yakin/Y; (3) Cukup Yakin/CY; (4) Tidak Yakin/TY; (5) Sangat Tidak Yakin/STY Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Model Summated Ratings (Likert) Pada Instrumen Penelitian Pernyataan Skor Lima Opsi Alternatif Respons
SY Y CY TY STY
Favorabel (+) 5 4 3 2 1
Dalam metode interval, jarak interval dan kategori yang satu ke kategori berikutnya adalah sama. Hal ini tidak semata-mata untuk menjelaskan pernyataan sesuai atau tidak sesuai kepada isi pernyataan pada kontinum psikologis dan nilai skala yang yang diniginkan dan nilai skala yang diperoleh adalah independen.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap Self-Efficacy Karir Peserta Didik
No Dimensi Indikator/Faktor Jml
Item
No Item
1. Magnitude/ Level a. Optimis terhadap
pendidikan dan pekerjaan
15 1,2,3,4,10,11, 21, 23,32,39, 48,58,68,69,71
b. Mampu menilai minat untuk pencapaian karir
7 5,6,12,13,22,4 9,59
c. Mampu mengembangkan ketrampilan karir
13 7,8,14,15,24, 25,33,40,41, 50,60,70,72 d. Mampu merencanakan
penyelesaian tugas-tugas perkembangan karir
7 9,16, 26, 34, 42, 51, 61
e. Mampu mengambil keputusan karir
6 17,27, 35, 43, 52, 63 2. Strength/
Kekuatan
2.1.Mampu meningkatkan usaha dengan tekun
7 18, 36, 44, 47, 53, 62, 64 2.2.Mampu berkomitmen
terhadap pencapaian karir
5 19, 29, 37, 45, 54,
3. Generality/ Generalisasi
3.1.Mampu menyikapi situasi yang berbeda dengan cara yang positif
8 20, 28, 30, 31,38, 55, 65, 66
3.2.Bepedoman pada
pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan
4 46, 56, 57 67
Jumlah 72 72
2. Penimbangan (Judgment) Instrumen.
rasional dari segi konstruk, isi, dan redaksi pernyataan, serta ditelaah kesesuaian setiap butir pernyataan dengan dimensi-dimensi dan indikator yang akan diungkap. Penimbang instrumen terdiri dari Dr. Ipah Sarifah, Dr. Mubiar Agustin M.Pd, Nurhudaya, M.Pd, Dadang Sudrajat, M.Pd. Keempatnya merupakan pakar/ dosen yang ahli dalam bidang instrumen dan bimbingan konseling.
Setelah setiap penimbang memberikan pertimbangan, diperoleh 72 yang layak dari 78 butir pernyataan yang disusun. Terhadap pernyataan yang menurut penimbang perlu perbaikan secara konstruk dan kebahasaan, dilakukan revisi seperlunya. Langkah berikutnya sebelum dilakukan uji coba instrumen, di hadirkan peserta didik SMK kelas X yang tidak menjadi sampel penelitian, sebanyak sepuluh orang untuk melakukan uji keterbacaan terhadap setiap butir pernyataan dalam instrumen. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik SMK kelas X sehingga instrumen layak untuk diuji-cobakan.
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat memberikan gambaran data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Dari hasil uji coba angket diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan digunakan sebagai alat pengumpul data.
Sebelum inventori diberikan kepada subyek penelitian maka perlu dilakukan uji coba. Uji coba inventori diberikan disekolah yang berbeda dari lokasi penelitian.
Langkah uji validitas butir pernyataan (item) dilakukan dengan menggunakan teknik item-total product moment. Dalam penghitungan validitas butir pernyataan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Dari hasil analisis
didapat nilai skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel. r tabel dengan uji 2 sisi dan n 70, maka di dapat r tabel sebesar 0. 235 . Dalam penelitian ini item dinyatakan valid jika memiliki kooefisien validitas signifikan pada total aspek maupun total perangkat instrument, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil 0.05 (p-value <0.05), sehingga yang diperoleh hasil bahwa seluruh butir pernyataan (72) valid (terlampir).
kosistensi instrument. Reliabilitas berarti bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrument telah teruji ketetapannya. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam pengujian reliabilitas instrumen digunakan rumus Crombach’s Alpha (α), dan data proses pengujian reliabilitas menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows (terlampir). Dalam penelitian ini, kooefisien
[image:32.595.114.510.229.604.2]reliabilitas dianggap signifikan pada total aspek maupun total perangkat intrumen, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05). Adapun hasil reliabilitas self-efficacy karir peserta didik, dapat dilihat pada Tabel 3.4. sebagai berikut
Tabel 3.4
Hasil Reliabilitas self-efficacy karir
Cronbach's Alpha N of Items
.964 72
E. Pengembangan Program Melalui Teknik Role Playing 1. Studi Pendahuluan
X, berdasarkan jurusan, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan urutan anak dalam keluarga, kemudian instrumen pengungkapan self-efficacy karir yang telah di validasi dilakukan uji empirik untuk melihat profil dan perencanaan desain program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.
2. Perencanaan
Setelah masalah self-efficacy karir dapat ditunjukkan secara faktual dan update, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanan program bimbingan melalui role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir.
3. Desain Program
Desain program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir dibagi ke dalam dua bagian, yaitu: pedoman teoritik dan pedoman pelaksanaan.
Pedoman Pelaksanaan program bimbingan teknik role playing untuk meningkatkan self- efficacy karir peserta didik kelas X dibuat dalam bentuk Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK). Pedoman pelaksanaan merupakan panduan teknis bagi konselor dalam melaksanakan intervensi. Pedoman pelaksanaan disusun berdasarkan: (a) deskripsi; (b) tujuan; (c) norma kelompok; (d) komposisi kelompok; (e) syarat dan aturan role playing; (f) SKLBK.
4. Penimbang (Judgment) Validasi Program Hipotetik
Validasi program dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang dudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang
Penimbang (judgment) validitas program dilakukan oleh pakar atau ahli antara lain: (a) Dr. Mamat Supriatna, M.Pd; (b) Dr Mubiar Agustin, M.Pd; (c)Dr. Ipah Saripah, M.Pd. Ketiganya nya merupakan pakar/ dosen yang ahli dalam bidang bimbingan konseling. Kemudian penimbang praktisi dilakukan oleh (a) Dra. Christina dan (b) Dra. Hj. Neneng Tintin. Keduanya merupakan praktisi dilapangan atau guru Bimbingan dan Konseling di SMK yang telah bertugas lebih dari 10 tahun.
Setelah desain program, divalidasi melalui diskusi dengan pakar atau para ahli dan praktisi, maka akan dapat diketahui kekurangannya. Kekurangan program tersebut peneliti selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki program.
6. Pengujian Empiris Program
Pengujian empiris program dilakukan dengan metode Quasi-Eksperimentals: Nonequivalent Control Group Designs. Desain hampir sama
dengan pretest-posttest control group design, hanya desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (random).
7. Revisi
Revisi program ini dilakukan, apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan.
8. Finalisasi
Program hipotetik bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir yang telah dilakukan uji coba dinyatakan efektif atau signinifikan.
F. Teknik Analisis Data
1. Pertanyaan pertama mengenai profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi akan di jawab melalui patokan skor ideal sehingga menghasilkan 3 kategori yaitu: rendah, sedang dan tinggi (Saifudin, 2000). Perhitungan kategorisasi jenjang untuk instrument penelitian self-efficacy karir tersebut dilakukan sebagai berikut:
a. Menentukan skor maksimal ideal (SMI) yaitu skor maksimal x jumlah item
b. Menentukan rata-rata/mean ideal (MI) yaitu SMI : 2 c. Menentukan standar deviasi ideal yaitu MI : 3
Dengan menggunakan rumus diatas, dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, pengelompokkan data untuk profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi berdasarkan jenis
kelamin, dan status sosial ekonomi sebagai berikut: Tabel 3.5
Kategori Self-efficacy Karir
Rantang Skor Kategori
264 - 360 Tinggi
168 – 263 Sedang
72 – 167 Rendah
2. Pertanyaan kedua tentang rumusan program hipotetik bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK
self-3. Pertanyaan ketiga mengenai perubahan gambaran efektivitas tentang proses pelaksanaan teknik role playing yang diberikan peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Masohi untuk meningkatkan self-efficacy karir.
Data penelitian yang diperoleh dari tahap uji lapangan dianalisis dengan prosedur kuantitatif untuk mengukur efektivitas model yang dikembangkan. Pengujian efektivitas model menggunakan desain quasi eksperimen dalam bentuk non-equivalent control group pretest-postest design. Bentuk analisis yang
dilakukan adalah membandingkan hasil pretes dan postes self-efficacy karir peserta didik pada kelompok eksperimen kontrol. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini, baik pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dilakukan pemilihan sampel secara random.
Pengujian efektivitas program bimbingan melalui teknik role playing menggunakan teknik uji perbedaan dua kelompok berpasangan dari data rata-rata skor gains, yaitu:
H0 : µ ekperimen = µ kontrol H1 : µ ekperimen> µ kontrol a. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
normalitas data gains dilkukan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnov (p>0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0.
[image:38.595.118.512.228.500.2]Hasil uji normalitas data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah pemberian intervensi, tampak pada Tabel 3.6 sebagai berikut.
Tabel 3.6
Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Tahap Kelompok Z Nilai p Keterangan
Pre-Tes
Eksperimen 0.192 0,140 Normal Kontrol 0.132 0,200 Normal
Pos-Tes
Layanan 0,157 0,200 Normal
Kontrol 0,108 0,200 Normal
Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa semua data self-efficacy karir peserta didik baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol berdistribusi normal karena mempunyai nilai p > 0,05.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas untuk menilai apakah data hasil penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varians yang sama atau tidak. Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen), maka bisa dikatakan bahwa sampel-sampel dari kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang sama/seragam. Menguji homogenitas varians data gains kedua kelompok (p>0,05) dengan bantuan SPSS 16.0.
Tabel 3.7
Statistic
Eksperimen 5.332 1 28 0.29 Homogen
Kontrol 4.25 1 28 0.49 Homogen
Tabel 3.7. menunjukan varians data gain homogen karena memiliki nilai p(sig) > 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa varians data kedua sampel pada kelompok eksperimen dan kontrol homogen dapat dilanjutkan. b. Pengujian efektivitas
Pengujian efektivitas tersebut diuji dengan metode independent sample t-test dari data gain menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Dasar pengambilan
keputusanya dengan melihat perbandingan nilai Sig. (2-tailed) α, yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) <α (0,005) maka H0 ditolak.
Uji perbedaan (efektivitas) model menggunakan uji t independent (Independent sample t-test) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Hipotesis
H0 : µ ekperimen = µ kontrol
Kedua rata-rata gain populasi adalah identik (rata-rata gain populasi kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen adalah tidak berbeda secara nyata)
H1 : µ ekperimen > µ control
[image:39.595.108.496.114.157.2]2. Dasar Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan α=0.05.
Berdasarkan nilai t hitung:
Terima H0 jika – t 1-1/2 α < t hitung t 1-1/2 α, dimana t 1-1/2 diperoleh daridaftar tabel t dengan dk = (n1+n2-1) dan peluang 1 -1/2 α. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.
[image:40.595.114.512.230.617.2]BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi Tahun
Ajaran 2011/2012 secara umum belum cukup memiliki kecenderungan untuk meyakini kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang berhubungan dengan self-efficacy karir, baik dari dimensi level, strength, dan generality. Dengan demikian peserta didik memerlukan layanan
yang bersifat responsif untuk menangani hal tersebut.
Program bimbingan melalui teknik role playing yang diberikan kepada peserta didik efektif untuk membantu meningkatkan ketiga dimensi self-efficacy karir pada kelompok eksperimen, kecuali pada satu indikator berpedoman pada pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan sehingga indikator yang tidak efektif tersebut sama efektifnya dengan program lain yang diterima pada kelompok kontrol.
B. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ditujukan kepada pihak-pihak, yaitu (1) Pihak kepala sekolah; (2) guru pembimbing; dan (3) penelitian selanjutnya.
1. Pihak kepala sekolah
Kepala sekolah sebagai penangung jawab kegiatan pendidikan di sekolah secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas kepala sekolah adalah mengkordinasi segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan berlangsung disekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis. Program bimbingan dan konseling sekolah termasuk juga dalam penelitian ini yaitu program bimbingan melalui teknik role playing ini hendaknya menjadi acuan dan pedoman untuk membantu meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.
Dengan profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi yang telah dijelaskan pada pembahasan program bimbingan melalui teknik role playing, dikatakan bahwa sangat penting sekali bagi pihak guru BK untuk
memberikan layanan bimbingan melalui teknik role playing berupa layanan responsif melalui bimbingan kelompok dan digunakan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.
Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat memadukan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dengan tujuan dapat menciptakan bimbingan yang menyenangkan
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan peneliti dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :
a) Mengadakan penelitian mengenai self-efficacy karir melalui pendekatan dan teknik lain, seperti action research, Research and Development, dan Eksperimen murni.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, SL, & Betz, NE (2001). Sources of social self-efficacy expectations: their measurement and relation to career development. Journal of Vocational Behavior, 58, 98-117
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S (2002). Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badan Pusat Statistik Maluku. (2011). Pengangguran Terbuka Menurut
Pendidikan Tertinggi di Maluku Yang Ditamatkan 2004-2011. [Online]. Tersedia: http://maluku.bps.go.id/file/ produk199.pdf. (03 Juli 2011). Bandura, A. (2009). Self-efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge
University Press.
Bandura, A. (2006). Guide for Contructing Self-Efficacy Scales. USA: Age Publising.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy. The exercise of control. New York. Freeman and Company. [Online].Tersedia: http://www.emory.edu/ EDUCATION/ mfp/BanGrowingPri.pdf. (04 Juli 2011).
Bandura, A. (1993). Perceived self-efficacy in cognitive development and functioning.
Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory.New York, NJ: Prentice Hall.
Betz, N.E. (2004). Basic Confidence predictors of career decision making self efficacy. The Career Development Quarterly. 52 (4), 354-362.
Betz, NE (1992). Counseling uses of career self-efficacy theory. Career Development Quarterly, 41, 22-27.
Betz, NE (1994). Self-concept theory in career development and counseling. Career Development Quarterly, 43, 32-43.
Borg, W.R. & Gall, M.D. (2003). Educational Research: An Introduction. 7th ed. London: Longman, Inc.
Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Terjemahan). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi ketiga cetakan ke tujuh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brown & Associates (2002) Career Chice And Development. 4th ed. San Fransisco: Jossey Bass.
Brown & Lent R (2005). Career Development And Counseling. Canada: John Wiley & Sons, Inc
Bruce,Joyce et al (2009). Model of Teaching. (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Consiglio. (2010). Self-efficacy, Job Satifaction and Absenteeism. A Multilevel Study on Call Center Handler. Departement of Psychology, University of Roma Sapienza.
Creed, Peter and Patton, Wendy and Prideaux, Lee-Ann (2006) Causal Relationship Between Career Indecision and Career Decision-Making Self-Efficacy: A Longitudinal Cross-Lagged Analysis. Journal of Career Development 33(1):pp. 47-65.
Creed, I., & Saka, N. (2001). High School Students’ Career-related Decision-making Difficulties. Journal Of Counseling and Development, 79(3), 331-340.
Chung., B. (2002) Career Decision-Making Self-Efficacy and Career Commitment: Gender and Ethnic Differences Among College Students. Journal of Career Development 28(4), 277-284.
Gysbers, N., C. and Henderson, P. (2006). Developing & Managing: Your School Guidance and Counseling Program Fourth Edition. Alexandria: American Counseling Association.
Herr,El. & Crammer, S.H.(1984). Career Guidance and Counseling Through The Life Span. Sistematic. Approaches. Boston. Little, Brown & Company.
Imawan Wynandin. (2011). Lulusan SMA-SMK Dominasi Tingkat Pengangguran Terbuka. Tribunnews. [Online]. Tersedia: http://www.tribunnews.com /2011/11/07/lulusan-sma-smk-dominasi-tingkat-pengangguran-terbuka [13 November 2011].
Kunandar. (2007). Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Lent, R., W., Brown, S.D., and Hackett, G. 2000. Contextual Supports and Barriers to Career Choice: A Social Cognitive Analysis. Journal of Counseling Psychology, 47, 36-49.
Santoso, S. (2001). Buku Latihan Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Kompotindo.
Shaftel & Shaftel. (1967). Role-Playing for Social Values Desion-Making in The Social Studies. New Jersey. Prentice Hall. Inc.
Supriatna M. (………) Bimbingan Karir Di SMK. [Online]. Tersedia: http://www
file.upi.edu/Direktori/.../BIMBINGAN_KARIER_DI_SMK.pdf [ 08 Agustus 2011)
Susetyo, B. (2010) Statistik Untuk Analisis Data Penelitian–Dilengkapi Cara Penghitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: Refika Aditama
Schultz, D., Schultz, S. E. (1994). Theories of personality. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole Publishing Company.
Mardiah , H. (2010). Profil Self-efficacy Karir siswa kelas VIII. Skripsi. Bandung FIB UPI: Tidak di Terbitkan.
Marliyah, dkk. (2004). Persepsi Terhadap Dukungan Orang Tua dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja. Jurnal Provitac 1(1), 59-78.
Mulyana,O.P. (2009). Peningkatan Efikasi Diri Terhadap Pengambilan Keputusan Karir Melalui Pelatihan Perencanaan Karir. Tesis. Yogyakarta. UGM: tidak diterbitkan.
Patel. S.G., (2005). Career Self-Efficacy Of Vietnamese Adolescents: The Role Of Individual,Microsystem, Exosystem, And Macrosystem Variables.Thesis submitted to the Faculty of the Graduate School of the University of Maryland, College Park, in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Arts.
Sawitri, D.R. (2009). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir Pada mahasiswa Tahun Pertama di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 5(2), Desember 2009.
Situs Resmi Pendidikan Menengah dan Kejuruan. (2006). Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan. Tersedia: http://www.dikmenjur.go.id /v06 /?d=pages&h=14. [03 Juli 2011].
Stipek, D. (1997). Motivation and Instruction. In D. C. Berliner & R. C. Calfee (Eds.), Handbook of Educational Psychology. NY: Simon & Shuster-Macmillan.
Sudrajat, Dadang. (2005). Program Pengembangan Self-Efficacy Bagi Konselor Sekolah. Tesis. Pascasarjana UPI: Tidak di publikasikan.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta
.
Syamsu Yusuf L.N. (2009) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung. Rizqi.
Tang, M., and Russ, K. (2007). Understanding and Facilitating Career Development of People of Appalachian Culture: an Integrated Approach. Career Development Quarterly. http://thefreelibrary.com/understand, [06 Agustus 2011).
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Uweunubun Jery. (2011). 53.490 Penduduk Maluku Mengganggur. Siwalimanews [Online]. Tersedia: http://www.siwalimanews.com/post/53.490 penduduk maluku pengangguran [14 Oktober 2011).