• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DALAM PENDIDIKAN JARAK JAUH TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA S1 PGSD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DALAM PENDIDIKAN JARAK JAUH TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA S1 PGSD."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

C. PEMBATASAN MASALAH ……….. 12

D. TUJUAN PENELITIAN ……….. 14

E. SIGNIFIKASI DAN KONTRIBUSI PENELITIAN ………. 15

F. KERANGKA PEMIKIRAN ……… 16

G. ASUMSI YANG MELANDASI PENELITIAN ……….. 18

H. HIPOTESIS ……….. 19 BAB II KEMANDIRIAN BELAJAR, PENDIDIKAN JARAK JAUH DAN KETERAMPILAN SOSIAL ……….… 29

A. KEMANDIRIAN SEBAGAI PERSPEKTIF DIRI DALAM PIPS ..… 29

B. KEMANDIRIAN BELAJAR ………..…. 44

1. Kemandirian dalam Dimensi Otonomi Pribadi (Personal Autonomy)……… 2. Kemandirian dalam Dimensi Tanggung Jawab (Responsibility)….. 3. Kemandirian dalam Dimensi Manajemen Diri (Self Management) 4. Kemandirian dalam Dimensi Monitoring Diri (Self Monitoring)... 5. Kamandirian dalam Dimensi Pendalaman Diri (Self Digesting).… 50 51 54 56 57 C. KETERAMPILAN SOSIAL ………. 58

1. Keterampilan Berkomunikasi ………... D. HAKIKAT PENDIDIKAN JARAK JAUH ……… 82

E. PERKEMBANGAN MUTAKHIR PENDIDIKAN JARAK JAUH … 101 F. PEMANFAATAN TEKNOLOGI BARU DALAM PENDIDIKAN JARAK JAUH ………... 102

(2)

I. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN ……… 111

BAB III METODE PENELITIAN ……….…………... 119

A. PENDEKATAN PENELITIAN …………..……… 119

B. PROSEDUR PENELITIAN ………. 120

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ……… 122

D. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA ………… 127

1. Strategi Pengembangan Instrumen ……… 2. Hasil Pengujian Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Isi ………... 128 130 E. TEKNIK ANALISIS DATA……….……… 138

1. Persyaratan Penggunaan Statistik Parametrik ……….. 2. Teknik Analisi Deskriptif ………. 3. Teknik Analisis Korelasi ……….. 4. Teknik Analisis Regresi Linier Ganda ………. 5. Analisis Kontribusi ………... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ………….. 146

A. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ……….. 146

B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ……….. 154

1. Hasil Penelitian Deskriptif ………... 2. Pengujian Hipotesis ……….. 154 155 C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ………. 163

1. Kemandirian Belajar dalam Pendididkan Jarak Jauh berpengaruh signifikan terhadap Pengembangan Keterampilan Sosial Mahasiswa . 2. Pengaruh Masing-masing Dimensi Kemandirian Belajar dalam Pendidikan Jarak Jauh terhadap Pengembangan Keterampilan Sosial Mahasiswa bervariasi ………... 163 173 D. TEMUAN PENELITIAN ………. 187

1. Kemandirian Belajar dalam Pendidikan Jarak Jauh Relevan dengan Kebutuhan Sosial Mahasiswa ………... 187

2. Kemandirian Belajar dalam Pendidikan Jarak Jauh perlu diimbangi Pengorganisasian Belajar Kelompok ……… 190

3. Kemandirian Belajar dalam Pendidikan Jarak Jauh merupakan Sarana Pembentukan Kepribadian yang Tangguh ……… 192

4. Kemandirian Belajar dalam Pendidikan Jarak Jauh bertujuan Sadar Nilai Personal dan Sosial ……….. 194

D. KETERBATASAN PENELITIAN……… 204

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ……….. 205

A. KESIMPULAN ……….. 205

B. IMPLIKASI ……… 209

(3)

DAFTAR PUSTAKA ………. 222

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 232

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu tantangan pendidikan nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dari waktu ke waktu yaitu akses dan pemerataan pendidikan berkualitas. Hal ini sebanding dengan angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia yang sampai tahun 2008 masih cukup rendah, baru mencapai 17,75% atau sekitar 4,5 juta penduduk yang menempuh perguruan tinggi dari seluruh penduduk Indonesia (Raker Kopertis ke VII, 2009). Pembenahan terhadap berbagai perangkat sistem pendidikan di Indonesia telah dilakukan untuk mencapai pemerataan pendidikan tersebut sebagaimana Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 31 mengamanatkan bahwa (1) Pendidikan Jarak Jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; (2) Pendidikan Jarak Jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. Model pembelajaran jarak jauh sesungguhnya adalah sebuah alternatif yang sangat cocok karena dapat ”menjangkau” dan ”dijangkau” oleh

(5)

semakin mengglobal dan kompleks merupakan salah satu faktor yang dapat mengantarkan anak bangsa menuju tahapan pada kebebasan untuk menentukan menu pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya.

(6)

Setiap orang berhak memperoleh kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pendidikan sepanjang hayatnya. Dalam belajar dibutuhkan standar pendidikan yang lebih fleksibel, lebih dinamis, dan lebih terbuka terhadap dunia dan lingkungan sekitarnya. Konsep pendidikan sepanjang hayat ini salah satunya adalah dalam hal pendidikan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa merupakan kunci dari sistem pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan orang dewasa harus dikembangkan secara maksimal, sehingga akan dapat menolong peserta program jarak jauh dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan budaya, dan memanfaatkan waktu luang seefisien mungkin.

Pemerintah Indonesia telah menyepakati kesepakatan yang menjamin setiap warga negara untuk berhak mengenyam pendidikan bermutu. Dalam deklarasinya pada tahun 1996 UNESCO mengemukakan bahwa ”Education is a

basic human right and a universal human value and should be made available

over the entire lifetime of each individual”. Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa setiap orang berhak memperoleh kesempatan untuk dapat belajar dan mendapatkan pendidikan sepanjang hayat.

(7)

dewasa dan mandiri. Manusia yang mengalami transformasi diri ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar, tetap menyadari keberadaannya yang bersifat present continuous, on going process, atau on becoming. Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan

pendidikan dianggap sebagai suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah, melainkan juga di keluarga dan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat (Sudrajat, 2008).

(8)

Keterampilan dan kemampuan jasmani pada umumnya. Pelaksanaan ketiga aspek pendidikan itu selalu dikaitkan secara serasi dengan lingkungan (Barr, 2003:144).

Pendidikan jarak jauh lebih menekankan kepada cara belajar mandiri dengan memakai antara lain bahan ajar yang cara penyajiannya dirancang secara khusus sehingga diharapkan dapat dipelajari secara mandiri baik sendiri atau bersama teman lain, karena yang menonjol dari pendidikan jarak jauh adalah strategi belajar. Menemukan cara belajar yang paling efektif adalah sebuah tantangan. Tidak akan ada yang menyuruh atau mengingatkan untuk belajar, selain diri sendiri.

(9)

Berdasarkan masalah tersebut di atas, perlu dikemukakan bahwa dalam pendidikan jarak jauh dapat ada bahkan perlu dan seringnya komunikasi langsung secara tatap muka manakala hal itu memperlancar proses pembelajaran, yang dilakukan baik antara peserta program dengan nara sumbernya maupun antarmahasiswa sendiri. Dalam kerangka untuk mengoptimalkan interaksi dan komuniaksi tersebut itulah, maka keterampilan sosial merupakan tujuan utama setelah peserta belajar dapat melakukan aktivitas belajar secara mandiri karena kemandirian merupakan basis utama untuk dapat melaksanakan keterampilan sosial. Pendidikan jarak jauh memberi kewenangan terhadap mahasiswa dalam hal (1) otonomi dan belajar mandiri; (2) interaksi dan komunikasi; serta (3) manajemen industri, artinya pendidikan jarak jauh harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat atau individu pasca industri.

(10)

diberikan oleh lingkungan dan sistem pendidikan jarak jauh bagi pengelolaan waktu belajarnya perlu senantiasa diefektifkan agar dapat mencapai sasaran secara maksimal. Dengan demikian keterlibatan lembaga pendidikan jarak jauh dapat mendorong mahasiswa untuk memahami makna dari belajar mandiri.

(11)

64), memerlukan keterampilan sosial yang harus berorientasi kepada sadar nilai personal, sosial dan kultural. Dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa sadar nilai personal yang dimaksud dapat dikategorikan sebagai tingkat kemandirian seseorang yang dapat dijadikan ukuran dalam melangkah ke jenjang berikutnya yaitu menuju kepada aktivitas kerjasama sebagai salah satu tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Pendidikan IPS menurut Jarolimek (1977:5) dikemukakan sebagai berikut: “The major mission of social studies education is to help learn about the social

world in which they live and how it got that way; to learn to cope with social

realities and to develop the knowledge, attitudes, and skills needed to help shape

an enlightened humanity”.

(12)

learn). Bahan belajar yang dipilih hendaknya mampu memberikan suatu

pekerjaan alternatif kepada peserta belajarnya (learning to do), dan mampu memberikan motivasi untuk hidup dalam era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke masa depan (learning to be). Pembelajaran tidak cukup hanya diberikan dalam bentuk keterampilan untuk dirinya sendiri, tetapi juga keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan hidup dalam pergaulan antar bangsa-bangsa dengan semangat kesamaan dan kesejajaran (learning to live together) (Delors, 1996:21). Oleh karena itu, empat pilar belajar tersebut tidak

dapat dilihat sebagai suatu yang berdiri sendiri, melainkan keempatnya merupakan suatu garis kontinum dalam proses pencapaiannya, tetapi di sisi lain dapat berbentuk hirarki karena kemampuan di bawahnya merupakan prasyarat bagi kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan tertinggi dan terakhir merupakan akumulasi dari kemampuan-kemampuan di bawahnya.

(13)

Keterampilan sosial mempunyai fungsi sebagai sarana untuk memperoleh hubungan baik dalam berinteraksi dengan orang lain (Cartledge and Milburn, 1992:3). Terlebih, sehubungan dengan penelitian ini mengenai pendidikan jarak jauh, maka keterampilan sosial mahasiswa merupakan solusi dalam memecahkan masalah sosial yang memang sering mengalami kendala dalam bersosialisasi dengan individu lain baik dengan pengajar, teman sejawat bahkan masyarakat luas. Komunitas belajar (learning community) yang dibangun secara bersama-sama atau berkelompok dalam rangka mempertinggi kuantitas pertemuan tatap muka dari individu-individu yang memiliki kemandirian yang tangguh, diyakini dapat berpengaruh terhadap efektivitas pengembangan keterampilan sosial yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengetahuan dan gagasan agar prestasi belajar dapat ditingkatkan. Dengan demikian keterampilan sosial (social skill) sesuai esensi fungsi pendidikan IPS, diharapkan dapat menyiapkan

mahasiswa jarak jauh sebagai anggota masyarakat yang memiliki moral, kesadaran, partisipasi, inovasi dan mampu memecahkan masalah sosial serta mampu bertingkah laku sesuai nilai-nilai sosial. Hal ini sejalan dengan isi Pendidikan IPS yang bermuatan ilmu sosial, nilai kebudayaan, partisipasi dalam masyarakat (masalah sosial) dan skills yang akan dikembangkan, terdiri atas keterampilan personal, keterampilan berinteraksi dan keterampilan sosial (NCSS, 1989:149).

(14)

dimensi-dimensi. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang dengan memfokuskan telaah pada pengaruh kemandirian belajar dalam dimensi otonomi pribadi (personal autonomy), tanggung jawab (responsibility), manajemen diri (self management), monitoring diri (self monitoring), dan pendalaman diri (self

digesting) terhadap keterampilan sosial peserta program pendidikan jarak jauh.

Dari kondisi tersebut, dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut. (1) Apakah gejala-gejala terbatasnya mengimplementasikan keterampilan sosial mahasiswa karena adanya ”jarak transaksi” merupakan suatu fenomena umum yang terjadi pada mahasiswa pendidikan jarak jauh?; (2) Apakah kemandirian mahasiswa berpengaruh terhadap pengembangan keterampilan sosial?.

B. RUMUSAN MASALAH

Latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas mengantarkan kepada rumusan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut. ”Bagaimana pengaruh kemandirian belajar dalam sistem pendidikan jarak jauh terhadap keterampilan

sosial mahasiswa S1 PGSD?”.

Permasalahan pokok penelitian tersebut kemudian dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah kemandirian belajar dalam dimensi otonomi pribadi (personal autonomy) pada pendidikan jarak jauh berpengaruh secara signifikan terhadap

(15)

2. Apakah kemandirian belajar dalam dimensi tanggung jawab (responsibility) pada pendidikan jarak jauh berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD?

3. Apakah kemandirian belajar dalam dimensi manajemen diri (self management) pada pendidikan jarak jauh berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD?

4. Apakah kemandirian belajar dalam dimensi monitoring diri (self monitoring) pada pendidikan jarak jauh berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD?

5. Apakah kemandirian belajar dalam dimensi pendalaman diri (self digesting) pada pendidikan jarak jauh berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD?

6. Apakah secara bersama-sama sub variabel kemandirian belajar dalam pendidikan jarak jauh: otonomi pribadi (personal autonomy), tanggung jawab (responsibility), manajemen diri (self management), monitoring diri (self

monitoring), dan pendalaman diri (self digesting) berpengaruh secara

signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD?

C. PEMBATASAN MASALAH

(16)

disebabkan keterbatasan dalam hal waktu, dana dan tenaga. Oleh karena itu untuk melaksanakan suatu penelitian yang lebih terarah dan mendalam, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut.

Pertama, kemandirian mahasiswa dalam pendidikan jarak jauh memiliki

karakteristik yang dirumuskan para ahli secara beragam. Dalam konteks penelitian ini, karakteristik kemandirian dalam jarak jauh dibatasi pada kemandirian dalam dimensi otonomi pribadi (personal autonomy), tanggung jawab (responsibility), manajemen diri (self management), monitoring diri (self monitoring), dan pendalaman diri (self digesting), sehingga dalam penelitian ini, kemandirian dilihat sebagai suatu kondisi kiat belajar yang menerapkan seluruh dimensi tersebut, dan juga dilihat karakteristik masing-masing dimensinya. Hal ini dilakukan untuk melihat dimensi mana yang dominan dan kurang dominan pada tingkat kemandirian mahasiswa dalam pendidikan jarak jauh, sebagai bahan masukan untuk pengembangan keterampilan sosial secara efektif dalam pendidikan jarak jauh, khususnya di lingkungan UPBJJ-UT Bandung.

Kedua, aspek keterampilan sosial menurut Bell (2007) terdiri atas (1)

communication, (2) assertion, (3) empathy, dan (4) self-control. Canney (2006:35)

(17)

meliputi tiga aspek: bekerja sama, kontrol diri dan sharing atau tukar gagasan. Sesuai dengan spektrum kajian dan konteks penelitian ini, maka permasalahan keterampilan sosial pada mahasiswa belajar jarak jauh dibatasi pada keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerja sama, asertif, empati dan pengendalian diri.

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh kemandirian belajar dalam pendidikan jarak jauh terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh masing-masing dimensi kemandirian dalam pendidikan jarak jauh terhadap pengembangan keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD. Oleh karena itu, secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipótesis dan menemukan sebagai berikut.

a. Pengaruh kemandirian belajar dalam dimensi otonomi pribadi (personal autonomy) pada pendidikan jarak jauh terhadap keterampilan sosial mahasiswa

S1 PGSD

(18)

c. Pengaruh kemandirian belajar dalam dimensi manajemen diri (self management) pada pendidikan jarak jauh terhadap keterampilan sosial

mahasiswa S1 PGSD

d. Pengaruh kemandirian belajar dalam dimensi monitoring diri (self monitoring) pada pendidikan jarak jauh terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD e. Pengaruh kemandirian belajar dalam dimensi pendalaman diri (self digesting)

pada pendidikan jarak jauh terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD f. Pengaruh secara bersama-sama sub variabel kemandirian belajar dalam

pendidikan jarak jauh: otonomi pribadi (personal autonomy), tanggung jawab (responsibility), manajemen diri (self management), monitoring diri (self

monitoring), dan pendalaman diri (self digesting) terhadap keterampilan sosial

mahasiswa S1 PGSD

E. SIGNIFIKANSI DAN KONTRIBUSI PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan signifikansi dan kontribusi sebagai berikut.

1. Memberikan sumbangan bagi pengembangan keterampilan sosial mahasiswa khususnya mahasiswa S1 PGSD UT sebagai hasil sistem pendidikan jarak jauh dalam konteks pendidikan IPS yang bertujuan menjadikan mahasiswa sebagai warga negara yang mempunyai keterampilan sosial dalam berkomunikasi, bekerja sama, asertif, berempati dan dapat mengendalikan diri

(19)

keterampilan sosial sebagai salah satu unsur penting dari sistem pendidikan jarak jauh dalam hal mengantisipasi kesulitan mahasiswa dalam berinteraksi dengan orang lain

3. Berguna bagi rintisan untuk penelitian lebih lanjut mengenai kemandirian sebagai modal untuk memiliki keterampilan sosial dalam sistem pendidikan jarak jauh

4. Menjadi bahan bagi pengambil kebijakan para penentu keputusan dalam meningkatkan sistem pendidikan jarak jauh sebagai upaya untuk membina dan mengembangkan pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan sosial dalam kondisi yang kompetitif dan sekaligus menuntut kemampuan kerjasama dengan semua pihak.

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk pengembangan pendidikan jarak jauh

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Paradigma dalam penelitian ini, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (1994:15) adalah pandangan atau asumsi yang berdasarkan pelatihan dan pengalaman, kematangan psikologis, masalah yang alami, dan faktor obyek penelitian. Dalam suatu paradigma diperlukan satu spesifik metode yang digunakan. Jadi, paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti.

(20)

jauh terhadap upaya mengembangkan keterampilan sosial mahasiswa. Berdasarkan deskripsi teoritis tesebut, maka dapat dibangun kerangka pemikiran seperti dikemukakan pada gambar 1.1

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long Education) dan Pendidikan untuk

Semua (Education for All)

 Perubahan ilmu dan teknologi  Peluang pendidikan orang dewasa

dan mandiri

 Sistem pendidikan fleksibel

Kecenderungan Pendidikan Jarak Jauh sebagai implikasi Life Long Education  Pemenuhan kebutuhan belajar

 Salah satu alternatif Pembelajaran (flexible) membatasi daya tampung dan daya

jangkau

Orang yang memiliki tingkat kemandirian yang tinggi adalah orang yang mampu mengontrol proses belajar, menggunakan berbagai sumber belajar, memiliki motivasi internal dan mampu mengatur waktu (Guglielmino, 1991)

Kemandirian belajar dalam Pendidikan Jarak Jauh memiliki dimensi otonomi pribadi, tanggung jawab, manajemen diri, monitoring diri, pendalaman diri (Candy, 1994)

KETERAMPILAN SOSIAL

(21)

G. ASUMSI YANG MELANDASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan atas dasar asumsi sebagai berikut:

1. Sistem belajar jarak jauh merupakan suatu pembelajaran yang dirancang khusus sehingga memberi keleluasaan kepada mahasiswa untuk dapat memilih dan menetapkan sendiri cara belajar, sehingga berkaitan dengan perilaku mahasiswanya.

2. Prinsip belajar mandiri yang menjadi fokus sistem belajar jarak jauh telah menuntut mahasiswa dalam posisi yang harus siap belajar mandiri. Belajar mandiri dianggap sebagai ketrampilan hidup yang harus dikuasai setiap individu (Chaeruman, 2003:87). Apa yang dipelajarinya hendaknya berguna bagi dirinya. Dalam konteks Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, keterampilan tersebut mencakup (1) keterampilan berpikir, (2) keterampilan akademik, (3) keterampilan ilmiah, khususnya ilmu-ilmu sosial, dan (4) keterampilan sosial (Banks, 1990:6).

3. Peserta belajar mandiri sebagai produk dari sistem pendidikan jarak jauh sangatlah penting dan dibutuhkan dalam abad ini. Kemandirian terbentuk karena kebutuhan atau motivasi yang timbul dari diri individu. Fokus penelitian ini adalah tingkat kemandirian yang ditunjukkan mahasiswa dalam menerapkan otonomi pribadi, tanggung jawab, manajemen diri, monitoring diri, dan pendalaman diri dalam belajar.

(22)

dengan penyelenggara pendidikan jarak jauh, sehingga pengelolaannya harus tetap ditangani oleh mereka yang memiliki motivasi untuk melayani orang lain melalui komunikasi yang baik agar dapat mempertahankan nilai-nilai hubungan kemanusiaan (Moore, 1997:22). Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan melalui apa yang dinamakan keetrampilan sosial. Keterampilan sosial mempunyai tiga sub bagian, yaitu: (1) Living and working together, taking turns, respecting the rights of others, and

being socially sencitive (Hidup dan bekerjasama, respek terhadap aturan dan

memahami sensitivitas sosial), (2) Learning self control and self direction (Belajar kendali diri dan memimpin diri sendiri), dan (3) Sharing ideas and experiences with others (Saling tukar gagasan dan pengalaman dengan orang

lain) (Jarolimek, 1977:208).

H. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Kemandirian belajar dalam dimensi otonomi pribadi (personal autonomy) pada pendidikan jarak jauh memiliki pengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD

(23)

3. Kemandirian belajar dalam dimensi manajemen diri (self management) pada pendidikan jarak jauh memiliki pengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD

4. Kemandirian belajar dalam dimensi monitoring diri (self monitoring) pada pendidikan jarak jauh memiliki pengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD

5. Kemandirian belajar dalam dimensi pendalaman diri (self digesting) pada pendidikan jarak jauh memiliki pengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD

6. Secara bersama-sama sub variabel kemandirian belajar dalam pendidikan jarak jauh: otonomi pribadi (personal autonomy), tanggung jawab (responsibility), manajemen diri (self management), monitoring diri (self monitoring), dan pendalaman diri (self digesting) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD

I. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Variabel Penelitian

(24)

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 1.2

Hubungan Antarvariabel

Secara lebih rinci variabel-variabel dan indikator-indikator penelitian dijelaskan pada tabel 1.1. berikut ini.

Kemandirian belajar dalam dimensi otonomi pribadi

(Variabel X1)

Kemandirian belajar dalam dimensi tanggung jawab

(Variabel X2)

Kemandirian belajar dalam dimensi manajemen diri

(Variabel X3)

Kemandirian belajar dalam dimensi monitoring diri

(Variabel X4)

Kemandirian belajar dalam dimensi pendalaman diri

(Variabel X5)

(25)

Tabel 1.1 2. Mandiri dalam memotivasi dari

dalam diri sendiri

3. Mandiri dalam menentukan pilihan

4. Mandiri dalam berinisiatif dan kreatif

1. Mandiri dalam mengerjakan tugas yang diterima

2. Mandiri dalam mempertanggung jawabkan kemampuan berpikir dan bertindak

3. Mandiri dalam bertanggung jawab atas kesempatan belajarnya

sendiri

4. Mandiri dalam bertanggung jawab untuk mengambil keputusan

1. Mandiri dalam mengelola potensi dan kapasitas belajar yang

dimiliki mahasiswa

2. Mandiri dalam mengelola setting/ waktu belajar

3. Mandiri dalam mengelola sumber belajar 2. Mandiri dalam memonitor tujuan

belajarnya sendiri

3. Mandiri dalam memonitor strategi belajar

4. Mandiri dalam memonitor evaluasi pembelajaran

(26)

Kemandirian dalam dimensi pendalaman diri (self digesting) (Variabel X5)

1. Mandiri dalam keterkaitan dengan kenyataan hidup (kontekstual) 4. Mandiri dalam mengatur diri (self

regulation)

Untuk mengukur variabel kemandirian belajar digunakan kuesioner Self-Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) yang dikembangkan oleh

Guglielmino (terjemahan Darmayanti, 1993) dan diadakan penyesuaian dengan kebutuhan penelitian. Variabel keterampilan sosial mengakomodasi (1) The Matson Evaluation of Social Skills with Youngsters (MESSY) (Teodoro, 2005) dan

Social Skill Rating Scale (Goldstein and Pollock, 1988), dan (2) SSIS (Social

Skills Rating System) (2008) yang disesuaikan dengan konteks penelitian.

2. Definisi Operasional

a. Kemandirian belajar dalam Pendidikan Jarak Jauh (Variabel X)

(27)

dapat mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain. Kemandirian belajar dalam pendidikan jarak jauh ini adalah kemandirian dalam dimensi otonomi pribadi (personal autonomy), tanggung jawab (responsibility), manajemen diri (self management), monitoring diri (self monitoring), dan pendalaman diri (self digesting).

1) Kemandirian Belajar dalam Dimensi Otonomi Pribadi (Personal Autonomy) (Variabel X1)

Kemandirian belajar dalam dimensi otonomi pribadi (personal autonomy) adalah kemampuan yang mengkondisikan mahasiswa untuk dapat melakukan proses belajarnya sendiri tanpa bantuan orang lain, mempunyai kekuatan kemauan, berdisiplin diri dan melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mandiri. Indikator kemandirian pada pendidikan jarak jauh dalam dimensi ini meliputi: (a) mandiri dalam menunjukkan kepercayaan atas kemampuan diri, (b) mandiri dalam memotivasi dari dalam diri sendiri, (c) mandiri dalam menentukan pilihan, dan (d) mandiri dalam berinisiatif dan kreatif, (e) mandiri dalam melaksanakan disiplin diri. Konsep-konsep tersebut diadopsi dari Candy (1991), Garrison (1997), Hiemstra (1994), dan Knowles (1975). Variabel ini diukur dengan instrumen kuesioner/angket berupa pertanyaan atau pernyataan yang dijawab oleh mahasiswa peserta belajar jarak jauh berdasarkan pengalaman sebagai mahasiswa Universitas Terbuka UPBJJ Bandung. Instrumen dikonstruksi oleh peneliti sendiri, dan diaplikasikan sesudah diuji validitas dan reliabilitasnya.

(28)

(Variabel X2)

Kemandirian belajar dalam dimensi tanggung jawab (responsibility) adalah kemampuan yang mengkondisikan mahasiswa untuk dapat berani menerima tanggung jawab untuk berinisiatif dan berperan aktif dalam mengatur sendiri proses belajarnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya tanpa selalu tergantung kepada orang lain.

Indikator kemandirian pada pendidikan jarak jauh dalam dimensi ini meliputi: (a) mandiri dalam mengerjakan tugas yang diterima, (b) mandiri dalam mempertanggung jawabkan kemampuan berpikir dan bertindak, (c) mandiri dalam bertanggung jawab atas kesempatan belajarnya sendiri, (d) mandiri dalam bertanggung jawab untuk mengambil keputusan dalam usaha belajarnya. Konsep-konsep tersebut diadopsi dari Candy (1991), Garrison (1997), Hiemstra (1994), dan Knowles (1975). Variabel ini diukur dengan instrumen kuesioner/angket berupa pertanyaan atau pernyataan yang dijawab oleh mahasiswa peserta belajar jarak jauh berdasarkan pengalaman sebagai mahasiswa Universitas Terbuka UPBJJ Bandung. Instrumen dikonstruksi oleh peneliti sendiri, dan diaplikasikan sesudah diuji validitas dan reliabilitasnya.

3) Kemandirian Belajar dalam Dimensi Manajemen Diri (Self Management) (Variabel X3)

(29)

Indikator kemandirian pada pendidikan jarak jauh dalam dimensi ini meliputi: (a) mandiri dalam mengelola potensi dan kapasitas belajar yang dimiliki mahasiswa, (b) mandiri dalam mengelola seting atau waktu belajar, (c) mandiri dalam mengelola sumber belajar, (d) mandiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi (self efficacy). Konsep-konsep tersebut diadopsi dari Candy (1991), Garrison (1997), Hiemstra (1994), dan Knowles (1975). Variabel ini diukur dengan instrumen kuesioner/angket berupa pertanyaan atau pernyataan yang dijawab oleh mahasiswa peserta belajar jarak jauh berdasarkan pengalaman sebagai mahasiswa Universitas Terbuka UPBJJ Bandung. Instrumen dikonstruksi oleh peneliti sendiri, dan diaplikasikan sesudah diuji validitas dan reliabilitasnya.

4) Kemandirian Belajar dalam Dimensi Monitoring Diri (Self Monitoring) (Variabel X4)

(30)

atau pernyataan yang dijawab oleh mahasiswa peserta belajar jarak jauh berdasarkan pengalaman sebagai mahasiswa Universitas Terbuka UPBJJ Bandung. Instrumen dikonstruksi oleh peneliti sendiri, dan diaplikasikan sesudah diuji validitas dan reliabilitasnya.

5) Kemandirian Belajar dalam Dimensi Pendalaman Diri (Self Digesting) (Variabel X5)

Kemandirian belajar dalam dimensi pendalaman diri adalah kemampuan yang mengkondisikan mahasiswa untuk dapat mempunyai keterampilan memperdalam sendiri proses belajarnya dengan cara menggali sendiri wawasan pengetahuannya secara proaktif tidak menunggu instruksi dari pihak lain, agar dapat dirasakan sendiri aplikasinya bagi kehidupannya. Indikator kemandirian pada pendidikan jarak jauh dalam dimensi ini meliputi: (a) mandiri dalam keterkaitan dengan kenyataan hidup (kontekstual), (b) mandiri dalam beradaptasi dengan perubahan (belajar terus menerus), (c) mandiri dalam berkolaborasi dengan orang lain (kolaboratif), (d) mandiri dalam mengatur diri (self regulation). Konsep-konsep tersebut diadopsi dari Candy (1991), Garrison (1997), Hiemstra (1994), dan Knowles (1975). Variabel ini diukur dengan instrumen kuesioner/angket berupa pertanyaan atau pernyataan yang dijawab oleh mahasiswa peserta belajar jarak jauh berdasarkan pengalaman sebagai mahasiswa Universitas Terbuka UPBJJ Bandung. Instrumen dikonstruksi oleh peneliti sendiri, dan diaplikasikan sesudah diuji validitas dan reliabilitasnya.

(31)

Keterampilan sosial dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai kemampuan mahasiswa untuk melakukan sosialisasi dan berinteraksi dengan pihak lain, baik dengan teman sejawat, dengan nara sumber maupun dengan penyelenggara pendidikan jarak jauh untuk menyelesaikan masalah proses belajarnya. Mahasiswa pendidikan jarak jauh yang memiliki keterampilan sosial ditunjukkan oleh kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara jelas dan meyakinkan, membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok, memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan mengatasi silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama dalam belajar. Variabel ini meliputi indikator-indikator:(1) kerjasama (cooperation), (2) komunikasi (communication), (3) asertif/tegas (assertiveness), (4) empati (emphaty), (5) pengendalian diri (self control).

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.PENDEKATAN PENELITIAN

(33)

Untuk melengkapi data penelitian, ditambahkan data dari hasil wawancara dan dokumentasi yang relevan. Pendapat yang membenarkan adanya penambahan melalui informasi pelengkap dengan wawancara ini dikemukakan oleh Kerlinger (2000:769) yang menyatakan: “…wawancara itu dapat digunakan sebagai

penopang atau pelengkap metode lain, tindak lanjut dalam menghadapi hasil yang tak terduga/terharapkan, memvalidasikan metode-metode lain, menyelami lebih dalam, memotivasi responden serta alasan-alasan responden memberikan jawaban dengan cara tertentu“. Meskipun demikian, sudah tentu kuesioner merupakan instrumen utama sebagaimana dikemukakan Singarimbun dan Effendi (1989:9) bahwa penelitian kuantitatif yang menggunakan kuesioner yang disiapkan sebelumnya dapat menggambarkan fenomena sosial yang disajikan menjadi jelas.

B.PROSEDUR PENELITIAN

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun prosedur penelitian dengan sistematika tertentu, sebagai berikut:

1. Perumusan masalah

2. Pengkajian dan studi terhadap penelitian dalam bidang yang sama yang telah dilakukan terdahulu yang mencakup teori-teori tentang sikap kemandirian belajar dalam pendidikan jarak jauh dan keterampilan sosial

3. Penyusunan hipotesis

(34)

5. Pemilihan unit analisis penelitian, yaitu wilayah kerja UPBJJ UT Bandung yang tersebar di 20 kabupaten/kota di Jawa Barat. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan subyek/responden penelitian yaitu dari mahasiswa program S1 PGSD di wilayah kerja UPBJJ UT Bandung tersebut

6. Pengumpulan data melalui kuesioner, dilengkapi wawancara dan dokumentasi 7. Pengolahan data dengan cara melakukan verifikasi, pengolahan data statistik,

analisis dan interpretasi hasil penelitian 8. Pengujian hipotesis

9. Perumusan temuan penelitian dan kesimpulan hasil penelitian Secara grafis, alur penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur prosedur penelitian Penyusunan

instrumen penelitian

Penyusunan Hipotesis

Pengkajian

Perumusan Masalah Pemilihan unit

analisis penelitian Pengumpulan data

Pengolahan data

Perumusan hasil penelitian

(35)

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program S1 PGSD semester IX di wilayah kerja UPBJJ UT Bandung masa registrasi 2008.1 Populasi tersebut dipilih karena memiliki karakteristik yang terkait dengan tujuan penelitian, yaitu: (1) mahasiswa S1 PGSD semester IX ini adalah mahasiswa yang telah menempuh pembelajaran menjelang akhir perkuliahan dari 10 semester yang harus ditempuh, sehingga diharapkan sudah dapat mencapai tingkat kemandirian belajar yang optimal; (2) mahasiswa semester IX telah selesai menerima materi Pendidikan IPS mata kuliah Konsep Dasar IPS dan Pendidikan IPS di SD pada semester I dan mata kuliah Materi dan Pembelajaran IPS SD di semester VIII, sehingga keterampilan sosial sebagai upaya penerapan Pendidikan IPS tersebut yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana dirumuskan dalam penelitian ini diharapkan sudah dimiliki mahasiswa. Sesuai dengan standar kompetensi guru SD, kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh lulusan Program S1 PGSD adalah sebagai berikut.

(36)

Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasi di UPBJJ-UT Bandung diperoleh data bahwa pada masa registrasi 2008.1 terdapat program studi S1 PGSD yang tersebar di 20 kabupaten/kota wilayah kerja dengan jumlah mahasiswa sebanyak 15.511 orang. Khusus untuk semester IX jumlah mahasiswa sebanyak 4984 orang (UPBJJ-UT Bandung, 2008). UPBJJ-UT Bandung memiliki tiga wilayah perluasan yang meliputi Tasikmalaya, Cirebon dan Purwakarta, namun dalam konteks penelitian ini, penulis membagi wilayah kerja menjadi empat wilayah semata-mata untuk memudahkan penentuan sampel.

2. Sampel

Berdasarkan gambaran populasi di atas, maka subyek penelitian ini sangat besar dan tersebar luas secara geografis di seluruh wilayah kerja di Jawa Barat, oleh karena itu perlu dilakukan pengambilan sampel. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan menurut area/daerah sederhana (Simple Cluster Sampling) dengan prosedur yang dilakukan meliputi tahapan

sebagai berikut:

Pertama, menentukan sampel wilayah. Pengambilan sampel didasarkan

(37)

Gambar 3.2

Peta Wilayah Kerja UPBJJ UT Bandung Sumber: UPBJJ UT Bandung, 2008.

1. Wilayah kerja I (Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi)

2. Wilayah kerja II (Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Subang)

3. Wilayah kerja III (Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka)

4. Wilayah kerja IV (Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar)

Dari masing-masing wilayah kerja diambil secara acak perwakilan di antara kabupaten/kota yang ada untuk dijadikan sampel penelitian yakni: (1) Kota Bandung, (2) Kabupaten Bandung Barat; (3) Kabupaten Karawang, (4) Kota Bekasi, (5) Kabupaten Cirebon, (6) Kabupaten Indramayu, (7) Kabupaten

(38)

Majalengka. (8) Kabupaten Sumedang, (9) Kabupaten Garut, (10) Kabupaten Ciamis.

Kedua, menentukan sampel orang. Dari 10 kabupaten/kota terpilih

terdapat jumlah keseluruhan mahasiswa S1 PGSD Semester IX yang telah mendapatkan materi IPS adalah 2883 orang. Dengan menggunakan tabel Krejcie-Morgan (1970); Sugiyono (2005:62) dengan tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel penelitian ini adalah 338 orang. (lihat lampiran 3.1) Oleh karena masing-masing kabupaten/kota terpilih tersebut jumlah mahasiswanya tidak sama, maka teknik pengambilan sampel harus secara stratified Random Sampling. Dengan demikian sampel untuk setiap kabupaten atau kota harus proporsional, sehingga didapat perhitungan sebagai berikut.

(1) Kota Bandung, 89/2883 x 338 = 10,43 = 10 (2) Kabupaten Bandung Barat; 369/2883 x 338 = 43,26 = 43 (3) Kabupaten Karawang, 192/2883 x 338 = 22,51 =23 (4) Kota Bekasi Kabupaten, 75/2883 x 338 = 8,79 = 9 (5) Kabupaten Cirebon, 777/2883 x 338 = 91,09 = 91 (6) Kabupaten Indramayu, 235/2883 x 338 = 27,55 = 28 (7) Kabupaten Majalengka. 239/2883 x 338 = 28,02 = 28 (8) Kabupaten Sumedang, 158/2883 x 338 = 18,52 = 19 (9) Kabupaten Garut, 455/2883 x 338 = 53,34 = 53 (10) Kabupaten Ciamis. 294/2883 x 338 = 34,46 = 34 ---

338

Teknik pengambilan sampel secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

(39)

No

Dari 20 wilayah kerja di kabupaten/kota di Jawa 2. Cluster unit analisis:

10 kabupaten/kota yang mewakili wilayah kerja UPBJJ UT Bandung

Proporsional Jumlah 10 kabupaten/kota dengan jumlah mahasiswa

3. Sampel responden 338 mahasiswa dari 10

Gambaran sebaran sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Sebaran Sampel Penelitian

(40)

Bandung terpilih mahasiswa Sumber: Diolah dari data UPBJJ-UT Bandung, masa registrasi 2008.

D. Instrumen Pengumpulan Data

(41)

berbentuk skala Likert yang mempunyai gradasi nilai kisaran 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut : tidak pernah (=1), jarang (=2), kadang-kadang (=3), sering (=4), dan selalu (=5). Sebagai data pendukung dilakukan studi dokumentasi sesuai dengan kebutuhan dan wawancara untuk memperkaya analisis hasil penelitian angket.

1. Strategi Pengembangan Instrumen

Strategi pengembangan instrumen dilakukan melalui prosedur sebagai berikut.

a. Melakukan analisis deduktif, yaitu mengembangkan instrumen berdasarkan

(42)

b. Melakukan analisis induktif, dengan mengumpulkan data terlebih dahulu melalui penyebaran instrumen uji coba yang kemudian dianalisis dengan teknik korelasi product moment dari Pearson. Angket disebarkan kepada 30 responden mahasiswa S1 PGSD UPBJJ-UT Bandung. Hal ini dilakukan untuk melakukan pengujian validitas internal atau konstruk (construct validity). Untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts) (Sugiyono, 2005:273). Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan skala instrumen yang harus mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur.

(43)

M.Pd (54 tahun, widyaiswara PPPPTK TK dan PLB serta tutor S1 PGSD UPBJJ-UT Bandung, sarjana Pendidikan IPS dan magister Pendidikan Umum UPI); Drs. Hermansyah, M.Pd (45 tahun, widyaiswara PPPPTK TK dan PLB serta tutor S1 PGSD UPBJJ-UT Bandung, sarjana Pendidikan IPS dan magister Pendidikan Umum UPI); Dr. Susanto (57 tahun, widyaiswara PPPPTK PKn dan IPS, doktor Teknologi Pembelajaran UNM Malang)

d. Langkah berikutnya adalah melakukan pengujian reliabilitas instrumen pada seluruh item yang sudah dinyatakan valid. Pengujian dilakukan dengan model internal consistency melalui teknik belah dua yang dianalisis dengan rumus

Spearman Brown. Jika koefisien korelasi hasil perhitungan > 0,7 maka

instrumen dinyatakan reliabel.

Seluruh pengolahan data uji coba untuk pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan software Microsoft Excel dan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 11.0

2. Hasil Pengujian Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Isi

a. Hasil Pengujian Validitas

Validitas Instrumen Variabel X1 kemandirian dalam pendidikan jarak jauh

yang menerapkan otonomi pribadi (personal autonomy). Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel (lihat lampiran 3), tampak bahwa dari sejumlah 14 pertanyaan yang mewakili 5 indikator penelitian pada variabel X1

(44)

sebagai angket penelitian. 3 item pertanyaan lainnya dinyatakan tidak valid yaitu nomor 5, 9 dan 14. Item yang secara konstruk dinyatakan tidak valid ini, dianalisis lebih lanjut dengan metode content analysis oleh panel ahli, apakah item ini tetap digunakan atau dibuang. Analisis isi ini dilakukan pada seluruh item yang tidak valid pada semua variabel. Setelah dianalisis isi dan kemudian diperbaiki, maka item pertanyaan tersebut diujicobakan lagi dan data diolah sampai menghasilkan semua item menjadi valid.

Validitas Instrumen Variabel X2 kemandirian belajar dalam dimensi

tanggung jawab (responsibility). Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel (lihat lampiran 3), tampak bahwa dari sejumlah 12 pertanyaan yang mewakili 4 indikator penelitian pada variabel X2 kemandirian dalam

pendidikan jarak jauh yang menerapkan tanggung jawab (responsibility), terdapat 9 item pertanyaan yang dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai angket penelitian. Tiga item pertanyaan lainnya dinyatakan tidak valid yaitu nomor 16, 18, 25.

Validitas instrumen variabel X3 kemandirian belajar dalam dimensi

manajemen diri (self management). Merujuk kepada hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel (terlampir), ternyata dari sejumlah 15 item yang mewakili 4 indikator penelitian pada variabel X3 kemandirian dalam pendidikan jarak jauh

(45)

Validitas instrumen variabel X4 kemandirian belajar dalam dimensi

monitoring diri (self monitoring). Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel (lihat lampiran 3), dapat disimpulkan bahwa dari sejumlah 12 item pertanyaan yang mewakili 5 indikator penelitian pada variabel X4

kemandirian dalam pendidikan jarak jauh yang menerapkan monitoring diri (self monitoring), terdapat 8 item yang dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai

angket penelitian. Sementara itu empat item pertanyaan lainnya dinyatakan tidak valid yaitu nomor 42, 43, 50, dan 51.

Validitas instrumen variabel X5 kemandirian belajar dalam dimensi

pendalaman diri (self digesting). Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel (lampiran 3), dapat disimpulkan bahwa dari sejumlah 12 item pertanyaan yang mewakili 4 indikator penelitian pada variabel X5 kemandirian

dalam pendidikan jarak jauh yang menerapkan pendalaman diri (self digesting), terdapat 9 item pertanyaan yang dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai angket penelitian. Sementara itu, tiga item pertanyaan lainnya dinyatakan tidak valid yaitu nomor 54, 57, dan 58.

(46)

b.Hasil Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas Instrumen Variabel X1 kemandirian belajar dalam dimensi

otonomi pribadi (personal autonomy). Berdasarkan pengujian pada seluruh item pertanyaan variabel X1 yang sudah dinyatakan valid, menghasilkan koefisien

korelasi 0,8006 yang berarti lebih besar 0,7. Dengan demikian, instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

Reliabilitas Instrumen Variabel X2 kemandirian belajar dalam dimensi

tanggung jawab (responsibility). Berdasarkan pengujian pada seluruh item pertanyaan variabel X2 yang sudah dinyatakan valid, menghasilkan koefisien

korelasi 0,70229 yang berarti lebih besar 0,7. Dengan demikian, instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

Reliabilitas instrumen variabel X3 kemandirian belajar dalam dimensi

manajemen diri (self management). Merujuk kepada pengujian pada seluruh item pertanyaan variabel X3 yang sudah dinyatakan valid, menghasilkan koefisien

korelasi 0,7421 yang berarti lebih besar 0,7. Dengan demikian, instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

Reliabilitas instrumen variabel X4 kemandirian belajar dalam dimensi

monitoring diri (self monitoring). Berdasarkan pengujian pada seluruh item pertanyaan variabel X4 yang sudah dinyatakan valid, menghasilkan koefisien

korelasi 0,7335 yang berarti lebih besar 0,7. Dengan demikian, instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

Reliabilitas instrumen variabel X5 kemandirian belajar dalam dimensi

(47)

pertanyaan variabel X5 yang sudah dinyatakan valid, menghasilkan koefisien

korelasi (p value) 0,7942 yang berarti lebih besar 0,7. Dengan demikian, instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

Reliabilitas instrumen variabel Y (Ketrampilan Sosial). Mengacu pada pengujian pada seluruh item pertanyaan variabel Y yang sudah dinyatakan valid, menghasilkan koefisien korelasi (p value) 0,9141 yang berarti lebih besar 0,7. Dengan demikian, instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

c. Hasil Analisis Isi

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas, tampak bahwa seluruh instrumen angket pada variabel X dan Y memiliki koefisien korelasi di atas 0,7 yang berarti sesungguhnya seluruh item pertanyaan reliabel untuk digunakan. Namun demikian, untuk meninjau sejauhmana hasil analisis kontruk ini sesuai dengan konsep dam variabel yang diteliti, maka pengujian dilanjutkan dengan content analysis oleh para pakar seperti telah disebutkan di atas. Hasil analisis

dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Konten oleh Panel Ahli

Nomor Item yang Tidak

Valid

Analisis Isi menurut Panel Ahli Kesimpulan

Variabel X1

Kemandirian belajar dalam dimensi otonomi pribadi (personal autonomy) Nomor 5 Pertanyaan tentang belajar yang tidak

akan terganggu relevan dengan

indikator , tapi pernyataan selanjutnya

(48)

tentang hal-hal yang kurang jelas, sulit dimengerti maksudnya masih bersifat general tidak fokus, sehingga perlu perbaikan Nomor 9 Pertanyaan ini perlu disempurnakan

kalimatnya sehingga perlu perbaikan

Nomor 14 Relevan dengan indikator Tetap dipertahankan Variabel X2

Kemandirian belajar dalam dimensi arti tanggung jawab (responsibility) Nomor 16 Pertanyaann perlu disederhanakan

agar lebih simpel dan jelas dimengerti responden

Pertanyaan menjadi: Saya tahu apa yang harus saya lakukan dalam belajar Nomor 18 Item sesuai dengan indikator tapi

bentuk pertanyaan harus diperbaiki, misalnya ”Saya perlu belajar setiap ada kesempatan terutama ketika ada tugas atau menghadapi ujian”

Tetap dipertahankan dengan perbaikan bentuk pernyataan

Nomor 25 Relevan dengan indikator Tetap dipertahankan

Variabel X3

Kemandirian belajar dalam dimensi manajemen diri (self management) Nomor 32 Pertanyaan seharusnya tidak

kontradiktif dengan mengemukakan

Nomor 41 Pertanyaan menjadi rancu dengan munculnya kata ’tidak’ sehingga perlu diperbaiki dengan cara menghilangkan

(49)

kata tersebut

Variabel X4

Kemandirian belajar dalam dimensi monitoring diri (self monitoring) Nomor 42 Pernyataan tentang ”akan

menghindar” kurang relevan dengan pertanyaan, sehingga terkesan tidak setara, oleh karena itu perlu perbaikan

Sesuai dengan saran ahli

Nomor 43 Relevan dengan indikator Tetap dipertahankan Nomor 50 Item sesuai dengan pernyataan sesuai

dengan indikator tetapi perlu

Nomor 51 Pertanyaan perlu lebih diperjelas Menambahkan

pernyataan penguatan

Kemandirian belajar dalam dimensi pendalaman diri (self digesting) Nomor 54 Sesuai indikator Tetap dipertahankan Nomor 57 Item sesuai dengan indikator, tetapi

perlu perbaikan sehingga jelas

Nomor 58 Sesuai indikator Tetap dipertahankan Variabel Y

Keterampilan Sosial (Social Skills) Nomor 26 Pernyataan perlu diubah dengan

menggunakan pernyataan positif misalnya Saya bebas mengemukakan pikiran dan pendapat sesuai dengan yang diinginkan, baik melalui

(50)

kata maupun tindakan

Nomor 27 Pernyataan perlu disempurnakan agar lebih dapat dimengerti maksudnya

Nomor 35 Item pernyataan sesuai indikator tetapi perlu perbaikan

Saya meneladani sikap positif dari ungkapan atau penampilan orang lain Nomor 36 Sesuai indikator Tetap dipertahankan Nomor 39 Item pernyataan ini sesuai indikator

dan perlu dipertahankan tetapi bentuk pernyataan perlu diperbaiki misalnya ”Saya akan menerima hukuman atas kesalahan yang saya perbuat”

Item dipertahankan dengan perbaikan

Merujuk pada hasil pengujian validitas instrumen melalui analisis konten oleh para pakar tersebut, maka item-item pertanyaan yang sebelumnya dinyatakan tidak valid berdasarkan pengujian validitas konstruk, tetap dipertahankan dengan perbaikan, tidak dibuang sehingga menghasilkan seluruh item menjadi valid. Hasil pengumpulan data dengan instrumen yang sudah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas ini, kemudian diolah dan dianalisis. Pertama kali, analisis dilakukan untuk melihat apakah data memenuhi persyaratan untuk diuji dengan analisis parametrik atau non parametrik, dilanjutkan dengan uji persyaratan regresi, dan baru kemudian pengujian hipotesis.

E. Teknik Analisis Data

(51)

Untuk melakukan analisis statistik melalui uji parametrik, maka data harus memenuhi kriteria-kriteria asumsi tertentu. Data harus memenuhi persyaratan normalitas dan homogenitas. Sedangkan untuk keperluan analisis regresi linier maka perlu dilakukan uji linieritas.

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data yang diperoleh termasuk ke dalam data yang berdistribusi normal. Untuk uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Selanjutnya pengujian homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

data dari sampel adalah diperoleh dari populasi yang memiliki dispersi data yang homogen atau tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas ini digunakan Levene Statistic Test.

a. Hasil Pengujian Normalitas

Dalam melakukan uji normalitas data, maka notasi hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut. Ha ; Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut. Terima Ha jika nilai Asymp.sig

(2-tailed) < dari nilai alpha (α) yang ditetapkan sebesar 5%. Sebaliknya terima Ho dan tolak Ha jika nilai Asymp.sig (2-tailed) > dari nilai alpha (α) yang ditetapkan sebesar 5%.

Berdasarkan hasil pengujian Kolmogorov-Smirnoff (lampiran) memperlihatkan bahwa nilai nilai Asymp.sig (2-tailed) masing-masing variabel > dari nilai alpha (α) yang ditetapkan sebesar 5%, yaitu X1 = 0,404, X2 = 0,168, X3

= 0,096, X4 = 0,212, X5 = 0,072 dan Y = 0,109. Hasil pengujian memperlihatkan

(52)

b. Hasil Pengujian Homogenitas

Untuk melakukan pengujian homogenitas varians ini, diajukan hipotesis statistik sebagai berikut. Ha : Data berasal dari populasi dengan varians tidak homogen. Terima Ha jika nilai sig (Levene Test) < dari nilai alpha (α) yang

ditetapkan sebesar 5%. Sebaliknya tolak Ha jika nilai sig (Levene Test) > dari nilai alpha (α) yang ditetapkan sebesar 5%.

Hasil pengujian Levene Test, menunjukkan nilai Sig. masing-masing variabel adalah X1 = 0,337, X2 = 0,200, X3 = 0,232, X4 = 0,619, X5 = 0,396 dan Y

= 0,415. Dengan demikian nilai sig. seluruh variabel > dari nilai alpha (α) = 5%, jadi tolak Ha, data adalah homogen untuk seluruh variabel.

2. Teknik Analisis Deskriptif

Untuk memberikan gambaran mengenai masing-masing variabel X dan Y, digunakan analisis deskriptif, dengan menampilkan data frekuensi, means, mode, dan median. Selanjutnya dilakukan uji kecenderungan untuk menafsirkan data tersebut.

Penafsiran data melalui uji kecenderungan didasarkan kepada means masing-masing vaniabel yang dibandingkan dengan parameter tertentu. Parameter ini ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti dengan mengacu kepada konsep judgement theory. Parameter ini adalah rerata dari perkalian antara nilai tengah (3)

(53)

Tabel 3.4 Kriteria Penafsiran Pengukuran Deskriptif

Kriteria Kesimpulan

M = P + 1.5 SD ke atas Sangat baik/ Sangat tinggi/ Sangat kuat M = P + 0.5 SD sampai dengan P + 1.49 SD Baik/ Tinggi/ Kuat

M = P - 0.49 SD sampai dengan P + 0.49 SD Cukup baik/ Sedang M = P - 1.49 SD sampai dengan P - 0.50 SD Buruk/Rendah/Lemah

M = P - 1.5 SD ke bawah Sangat buruk/ Sangat rendah/ Sangat lemah

M : mean P : Parameter

\

3. Teknik Analisis Korelasi

Uji hipotesis hubungan antar vaniabel penelitian dilakukan melalui uji korelasi sederhana (zero order, bivariat) dan parsial dengan teknik analisis Pearson Correlations. Interpretasi terhadap hubungan antar variabel, dilakukan

bukan saja dengan mengkaji signifikasi hubungan antar variabel tetapi juga dengan menelaah kuat atau lemahnya korelasi. Untuk mendeskripsikan hal terakhir ini, dirumuskan kriteria besaran angka korelasi dan penafsirannya, dengan merujuk kepada pedoman sebagai berikut.

0.00 - +0.25 Korelasi sangat lemah • +0.26 - +0.50 Korelasi cukup

(54)

• +0.76 -+1.00 Korelasi sangat kuat

Sementara itu, untuk melihat signifikasi hubungan antara variabel, dianalisis dengan menggunakan parameter: (1) Jika probabilitas/nilai Sig (two-tailed) <α = 0.05, maka hubungan kedua variabel signifikan; (2). Sebaliknya, jika niiai Sig > 0.05, maka hubungan antar kedua variabel tidak signifikan.

4. Teknik Analisis Regresi Linier Ganda

a. Persyaratan Penggunaan Teknik Anatisis Regresi Linier Ganda

Dalam menganalisis pengaruh variabel bebas atau prediktor (X) terhadap variabel terikat atau kriterium (Y), dan untuk mengujilmembuktikan hipotesis yang telah dirumuskan, digunakan teknik analisis regresi ganda (multiple regression). Dalam konteks ini, data dikelompokkan dalam satu atau lebih

variabel bebas serta variabel tenikat. Secara konseptual, akan dibuktikan bahwa variabel terikat memiliki hubungan dengan variabel bebas yang telah diidentifikasi. Sejumlah persyaratan harus dipenuhi untuk dapat menggunakan teknik analisis regresi liniear ganda ini, yaitu: uji liniearitas garis regresi, uji multikolinearitas, uji autokolerasi, uji heteroskedastisitas.

(55)

hubungan linear diantara variabel-variabel independen tersebut. Pengujian ini menggunakan statistik korelasi product moment Pearson. Uji autokolerasi yang menggunakan uji Durbin Watson, dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir memiliki vanians tidak minimum, dan uji t tidak dapat digunakan karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas mi tidak terpenuhi, maka penaksir menjadi tidak efisien dan estirnasi koefisien menjadi kurang akurat. Analisis uji heteroskedastisitas mi menggunakan korelasi rank dan Spearman.

b. Hasil Pengujian Persyaratan Regresi Linier

1) Linieritas

Dalam melakukan pengujian linienitas garis regresi mi, diajukan hipotesis sebagai berikut: Ha : Model regresi berbentuk linier. Kritenia pengujian adalah sebagai benikut: terima Ha jika nilai Signifikansi dan Deviation from Linearity> dani nilai α yang ditetapkan sebesar 5%.

Hasil uji liniearitas garis regresi, dengan menggunakan Anova tersebut, diperlihatkan dalam ringkasan berikut. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5

(56)

Keterangan Signifikansi Alpha Kondisi Kesimpulan

X1*Y 0,068 0,05 S > A Linier

X2*Y 0,671 0,05 S > A Linier

X3*Y 0,077 0,05 S > A Linier

X4*Y 0,075 0,05 S > A Linier

X5*Y 0,080 0,05 S > A Linier

Merujuk kepada data tersebut, tampak bahwa seluruh hubungan antara variabel dependen (Y) dan vaniabel independen (X) yang berbentuk linier, sehingga analisis regresi linier valid dilakukan terhadap data yang ada.

2) Autokorelasi

Dalam melakukan pengujian ada tidaknya autokorelasi, diajukan hipotesis sebagai berikut: Ha : terdapat autokorelasi dalam model regresi. Dari hasil estimasi ordinary least square, maka dengan menggunakan metode pengujian Durbin-Watson (DW) diperoleh angka DW = 2.295. Ini tidak terdapat aoutokorelasi di dalam model yang akan diuji. Sebagai patokan nilai DW berada sekitar 2, mengindikasikan tidak adanya auotokorelasi., berarti model regresi

aman dari kondisi heteroskedastisitas (Gujarati, 1991; Kutner, 2004). Mengingat tabel memperbandingkan hasil DW perhitungan dengan DW dari tabel

tidak memungkinkan, dengan keterbatasan nilai tabel yang hanya untuk banyaknya observasi (n) = 200.

3). Heteroskedastisitas

(57)

Pengujian dilakukan berdasarkan korelasi rank Spearman antara masing-masing variabel bebas dengan nilai residu hasil regresi. Nilai korelasi yang besar (sig.>0,05) menunjukkan adanya hetersoskedastisitas. Hasil korelasi diperoleh nilai sig. korelasi rank Spearman masing-masing variabel bebas sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil uji heteroskedastisitas

Keterangan Signifikansi Alpha Kondisi Kesimpulan

X1*Residual 0,718 0,05 S > A Tidak ada

heteroskedastisitas X2* Residual 0,717 0,05 S > A Tidak ada

heteroskedastisitas X3* Residual 0,727 0,05 S > A Tidak ada

heteroskedastisitas X4* Residual 0,894 0,05 S > A Tidak ada

heteroskedastisitas X5* Residual 0,799 0,05 S > A Tidak ada

heteroskedastisitas 4) Multikolinieritas

Multikolinieritas terjadi apabila terdapat korelasi yang sangat besar antar variabel bebas. Untuk mendeteksi terjadi atau tidak terjadinya korelasi adalah dengan membandingkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel bebas. Apabila nilai VIF>10, berarti telah terjadi multikolinieritas antar variabel bebas (Gujarati, 1991; Kutner, 2004). Hasil nilai VIF adalah:

Tabel 3.7 Hasil Nilai VIF

Keterangan VIF Standar Kondisi Kesimpulan

X1 1,122 10 V < S Tidak ada

multikolinieritas

X2 1,213 10 V < S Tidak ada

(58)

X3 1,249 10 V < S Tidak ada multikolinieritas

X4 1,251 10 V < S Tidak ada

multikolinieritas

X5 1,154 10 V < S Tidak ada

multikolinieritas

Hal ini pun terbukti dengan rendahnya korelasi antar variabel bebas (tabel Korelasi antar variabel), sehingga tidak ada multikolinieritas dalam model regresi ini.

5. Analisis Kontribusi

(59)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, kemandirian belajar dalam pendidikan jarak jauh berpengaruh

signifikan terhadap keterampilan sosial mahasiswa S1 PGSD UPBJJ UT Bandung. Hal ini karena kemandirian belajar dalam pendidikan jarak jauh dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dibangun atas inisiatif sendiri dan melalui interaksi dengan pihak lain dalam komunitas belajar, sehingga memerlukan keterampilan sosial untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi, bekerjasama, bersikap asertif, empati, dan pengendalian diri.

Kedua, kontribusi masing-masing dimensi kemandirian belajar dalam

pendidikan jarak jauh terhadap pengembangan keterampilan sosial mahasiswa bervariasi. Di antara kelima dimensi kemandirian belajar, dimensi tanggung jawab memberikan kontribusi terbesar disusul dengan dimensi pendalaman diri, otonomi pribadi dan monitoring diri, sedangkan dimensi manajemen diri memberi kontribusi yang sangat kecil, sehingga tidak signifikan.

Ketiga, kemandirian belajar dalam dimensi tanggung jawab dan

(60)

kemajuan belajar yang dicapainya. Mahasiswa yang memiliki tingkat kemandirian yang tinggi adalah yang dengan pendalaman diri dapat menghayati proses belajarnya secara mandiri. Belajar mandiri tidak selalu berarti bahwa mahasiswa harus belajar sendiri tetapi prakarsa atau inisiatif untuk belajar harus datang dari dirinya sendiri. Mahasiswa dapat belajar sendiri, mengikuti tutorial, membentuk/mengikuti suatu kelompok belajar atau menanyakan langsung hal-hal yang berkaitan dengan materi belajar kepada penyelenggara pendidikan. Lebih penting lagi mahasiswa mampu mengontrol proses belajar, menggunakan berbagai sumber belajar, memiliki motivasi internal dan mampu mengatur waktu dan juga memiliki konsep diri yang positif. Melalui tanggung jawab akan mengubah konsep ketergantungan menuju kemandirian, karena mahasiswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam menentukan apa yang dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.

Keempat, dimensi otonomi pribadi dan monitoring diri saling melengkapi

(61)

dari 3 aspek: (1) kemandirian dalam menentukan tujuan belajar, (2) metode belajar, dan (3) kemandirian dalam menentukan evaluasi.

Kelima, belajar bukan hanya memerlukan pengembangan konseptual dan

(62)

Pada variabel manajemen diri, dinilai tidak signifikan secara parsial terhadap keterampilan sosial. Hal ini dapat dipahami bahwa manajemen diri dalam belajar merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajarnya secara sistematis. Dalam melakukan aktivitas manajemen tersebut diperuntukkan untuk pembinaan disiplin diri dalam merencanakan, melakukan serta mengevaluasi hasil belajarnya sendiri untuk kemajuan hasil belajar. Dalam setiap perencanaan, seperti diungkapkan Sudirwo (2002:45) harus mengandung unsur dasar perencanaan sebagai berikut: (1) tujuan apakah yang akan dicapai dalam pembuatan perencanaan tersebut (what); (2) mengapa hal tersebut perlu dilakukan (why); (3) oleh siapakah rencana itu akan dibuat (who); (4) kapan akan dilakukan

(when); (5) dimanakah perencanaan itu akan dilakukan (where); dan (6) dengan cara bagaimana dan dengan sumber apa yang diperlukan untuk merealisasikan (how). Upaya disiplin diri dengan sistematis ditujukan untuk pembiasaan dalam

melakukan strategi belajar, meskipun sering terhalang kendala. Faktor-faktor penghambat seperti dikemukakan Kaufman (1985:8) adalah sukarnya atau ketidak mampuan mengadakan perubahan (inability to change) dalam dirinya. Konsep manajemen diri pada diri mahasiswa perlu disertai motivasi tinggi, sehingga lebih memacu upaya kompetitif untuk mencapai prestasi lebih baik.

Keenam, berdasarkan hasil pengujian hipotesis, variabel X, mencakup

dimensi variabel X1 (otonomi pribadi); X2 (tanggung jawab); X3 (manajemen

diri); X4 (monitoring diri) dan X5 (pendalaman diri), secara bersama-sama

(63)

tingkat kemandirian belajar yang baik, maka keterampilan sosial yang ditunjukkan mereka juga akan baik. Sebaliknya, apabila seorang mahasiswa memiliki tingkat kemandirian belajar yang kurang optimal, maka keterampilan sosialnya juga akan kurang berkembang secara maksimal. Hal ini karena konsep belajar jarak jauh dengan segala paradigma operasionalnya kini merupakan alternatif belajar yang sangat menjanjikan sebagai wahana pemberdayaan dan pembudayaan manusia. Teori pembudayaan (konstruktivisme) sosial Vygotsky menghendaki setiap individu mahasiswa dengan pihak lain memainkan peranan penting memiliki keterampilan sosial ketika bekerjasama atau bersosialisasi. Pembelajaran menjadi suatu pengalaman dimana penyelenggara pendidikan jarak jauh perlu menciptakan lingkungan yang kondusif ketika melakukan interaksi sosial. Pendidikan jarak jauh menyediakan lingkungan yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi dengan pihak lain yang relevan. Dengan keterlibatan ini dapat menolong mahasiswa untuk memahami makna dari belajar mandiri karena belajar mandiri bukan berarti tidak membutuhkan bantuan orang lain. Mahasiswa yang tahu kapan dia harus belajar, kapan dia harus bertemu dengan teman-temannya, atau kapan harus berkonsultasi dengan dosennya. Semua interaksi dan kerjasama tersebut akan terlaksana maksimal melalui keterampilan sosial, mencakup keterampilan berkomunikasi, kerjasama, asertif, empati dan kendali diri.

B.IMPLIKASI

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka Pemikiran Penelitian
Hubungan AntarvariabelGambar 1.2
Tabel 1.1
Gambar 3.1 Alur prosedur penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan temuan di lapangan, dihasilkan data yaitu tahapan pembelajaran yang terdiri dari 5 tahap yaitu tahap pertama pengenalan guzheng , tahap kedua pemasangan kuku

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak etanol 70% dan 96% herba kemangi dapat mempengaruhi penurunan kadar asam urat pada dosis efektif pemberian sebagai

Pencemaran udara yang disebabkan oleh gas polutan dari kendaraan bermotor merupakan presentase paling besar dalam pencemaran udara keseluruhan yaitu mencapai 60 –

SSP Khusus dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerjasama Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3).. 22 dengan Direktorat Jenderal Pajak. SSP Khusus

Perindukan vektor malaria juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan kimiawi yaitu kadar garam yang terdapat dalam zona perindukan, contohnya beberapa jenis nyamuk

Mutu pelayanan kesehatan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar profesi yang baik

Pada suatu hari Toba pergi memancing, setelah lama menunggu Toba merasakan pancingannya ada yang menarik, dengan sekuat tenaga dia menariknya, ternyata ada seekor ikan besar

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan deskriptif sebagai bagian dari penelitian pemerintahan, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas