• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Akses Dan Pemanfaatan Internet Dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Tinggi Terbuka Dan Jarak Jauh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Akses Dan Pemanfaatan Internet Dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Tinggi Terbuka Dan Jarak Jauh"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL AKSES DAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA

PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH

DJOKO RAHARDJO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Model Akses dan Pemanfaatan Internet dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)
(5)

RINGKASAN

DJOKO RAHARDJO. Model Akses dan Pemanfaatan Internet dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh. Dibimbing oleh SUMARDJO, DJUARA P. LUBIS, dan SRI HARIJATI.

Media internet merupakan media komunikasi yang sedang berkembang dengan pesat saat ini. Penggunaan internet juga meluas pada berbagai interest

salah satunya pada bidang pendidikan. Pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ) menjadi salah satu institusi yang memperoleh keuntungan dari berkembangnya media ini sebagai media pendidikan. Namun demikian beberapa kendala muncul manakala pengguna ingin memasuki ke dalam sistem media internet. Masalah ini kemudian menjadi bagian dari amatan para peneliti masalah komunikasi media.

Universitas Terbuka sebagai institusi PTTJJ memiliki karakteristik utama adanya jarak antara mahasiswa dan pengajar serta institusinya. Jarak tersebut menuntut mahasiswa mampu mengelola kebutuhan belajarnya secara mandiri. Tingkat kemandirian belajar mahasiswa ini menentukan keberhasilannya dalam menempuh perkuliahan yang ditempuhnya. Untuk itu berbagai upaya dilakukan agar mahasiswa dapat meningkatkan kemandirian belajarnya. Salah satu alternatif adalah dengan menerapkan internet menjadi media bagi mahasiswa untuk memenuhi berbagai kebutuhan belajarnya. Upaya ini selain bertujuan untuk mengurangi jarak tersebut, juga bertujuan untuk meningkatkan interaksi agar mahasiswa mampu belajar secara mandiri.

Dalam mengakses informasi dan sumber belajar yang diperlukan melalui internet, mahasiswa menghadapi beberapa halangan antara lain, faktor ketersediaan sistem jaringan internet, faktor ketersediaan fasilitas teknologi komputer, faktor sosial yang di dalamnya dukungan dan hambatan berperan, dan faktor pengetahuan dan kemampuan. Dalam proses ini, perilaku mahasiswa dalam mengakses internet turut dalam menentukan sejauh mana mahasiswa memeroleh apa yang dibutuhkan.

Perilaku pengaksesan internet terdiri dari tiga aspek yang saling terkait yaitu aspek kognitif, afektif, dan konatif. Sejauh mana mahasiswa memiliki pengetahuan tentang teknologi internet, apa yang dirasakan mahasiswa tentang penggunaan internet, dan tindakan apa yang dilakukan mahasiswa yang berkenaan dengan internet, ketiganya merupakan aspek utama dalam penelitian ini.

Pada dasarnya kegiatan mahasiswa dalam mengakses internet merupakan proses komunikasi, oleh karena itu komponen-komponen dalam proses komunikasi turut memengaruhi perilaku mahasiswa. Komponen-komponen proses komunikasi yang diamati antara lain, persepsi mahasiswa terhadap sumber dan pesan. Persepsi-persepsi ini menjadi faktor yang memperkuat atau memperlemah.

(6)

Bertolak dari hal-hal yang dibicarakan di atas, permasalahan yang ingin dipecahkan adalah (1) bagaimanakah faktor-faktor perilaku akses internet dan pemanfaatan internet dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa, (2) bagaimanakah strategi dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa PTTJJ.

Penelitian ini secara empiris dilaksanakan di wilayah Surakarta, yang mencakup wilayah kotamadya Surakarta, dan kabupaten-kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri. Penelitian ini bertujuan untuk, (1) menganalisis bagaimana faktor-faktor yang memengaruhi perilaku akses internet, pemanfaatan internet, dan kemandirian belajar mahasiswa; (2) merumuskan strategi untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) faktor lingkungan yang terdiri atas indikator-indikator ketersediaan internet, dukungan keluarga terhadap penggunaan internet, dan hambatan dalam mengakses internet, berhubungan nyata dengan perilaku akses internet, (2) persepsi-persepsi merupakan variabel antara yang dapat membantu meningkatkan perilaku akses internet, (3) perilaku akses internet berkorelasi nyata terhadap pemanfaatan internet, dan (4) perilaku akses dan pemanfaatan internet berkorelasi nyata dengan kemandirian belajar mahasiswa.

Simpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa model hubungan perilaku akses internet dan pemanfaatan internet dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa. Strategi yang dapat dirumuskan antara lain: (1) Perlu peningkatan kemampuan akses dan pemanfaatan internet melalui pelatihan dan sosialisasi penggunaan internet; (2) Perlu pengembangan program online yang lebih memperhatikan pada mahasiswa yang memiliki peralatan akses yang terbatas dan; (3) Agar mengurangi beban akses perlu digunakan media sosial seperti facebook atau twitter sebagai media alternatif yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi umum maupun informasi tentang tutorial.

(7)

SUMMARY

DJOKO RAHARDJO. The Model of Internet Access and Usage in Improving Self-Directed Learning Ability of Higher Open and Distance Education Student. Under guidance and direction of SUMARDJO, DJUARA P. LUBIS, and SRI HARIJATI.

Media internet is a medium of communication that is growing by leaps and bounds today. Internet use also extends to various interest one in the field of education. Distance higher education became one of the institutions that have benefited from the development of this medium. However, some problems arise when the user wants to enter into the system of internet media. The problem then becomes part of the observations researchers media communication problems.

Universitas Terbuka (Indonesian Open University) has the main characteristics of the gap between students and faculty and the institution. The distance education requires the student to be able to manage on their own learning needs. Students' self-directed learning is determining their success of study. To that end, efforts were made to allow students to improve their self-directed learning. One alternative is to apply the Internet as a medium for students to meet various learning needs. These efforts are in order to reduce the distance, also to improve the interaction so that students are able to learn independently.

In accessing information and learning resources needed through the internet, students face several impediments among others, the availability of the Internet network system, the availability of computer technology facilities, social factors which play a role of support and resistance, and the factor of knowledge and ability. In this process, the student behavior in accessing the internet helps in determining the extent to which students obtain what is needed. Internet access behavior consists of three interrelated aspects, namely cognitive, affective, and conative. The extent to which students have knowledge of Internet technology, what students feel about the use of the internet, and what action was taken with respect to the internet students, three are the main aspects of this research.

Basically the activities of students in accessing the internet is a process of communication, therefore, the components in the communication process also influence student behavior. The components of the communication process observed i.e. students' perceptions of the source and the message. These perceptions become the factors which can strengthen or weaken.

In relation with learning needs, students use the internet as a source of learning. In this case, the purpose of internet usage are to meet the needs of information, tasks, discussions with friends and tutors, communicating with various parties, as well as socializing with friends student colleagues.

Based on the matters discussed above, the problems that arise are (1) whether the behavioral factors of internet access and use of the Internet can improve students’ self-directed learning, (2) how strategies should be carried out in order to obtain the ideal relationship so as to solve the problem of students’ self-directed learning.

(8)

Boyolali. Klaten, and Wonogiri. The goals of the study are to (1) analyze how the factors that influence the internet access, internet usage, and students’ self directed learning, (2) formulate the strategy in improving the internet access , the internet usage, and mainly the students’ self-directed learning.

The results showed that (1) the environmental factors which consists of indicators: the availability of the internet, the social support for internet use, and the barriers in accessing the internet, affect significantly with the Internet access behavior, while perceptions are mediating variables, (2) source credibility and information characteristics are mediating variables contributing in improving self directed learning, (3) internet accessing is significantly correlated with the internet usage, (4) internet access and use are significantly correlated with students’ self -directed learning.

Final conclusion of this study is that the model of relationship between internet access behavior and internet usage as well as self-directed learning can increase student learning. The strategies can be formulated as follows: (1) It is necessary to promote the ability of access and internet usage through training and socialization; (2) It needs to develop an online program that tend to the students who have limited device access; (3) In order to reduce overloading, social media can be used as alternative media for dissimenating information and delivery of knowledge.

(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(10)
(11)

MODEL AKSES DAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA

PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH

DJOKO RAHARDJO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr Ir Pudji Muljono, MSi 2. Dr Tri Darmayanti, MA

Penguji pada Ujian Terbuka: 1. Dr Ir. Pudji Muljono, MSi

(13)
(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini bertemakan peran media komunikasi internet dalam pendidikan jarak jauh, dengan judul Model Akses dan Pemanfaatan Internet dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS, Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, dan Dr. Ir. Sri Harijati, MA selaku pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan kenangan bersama almarhum Prof. Ir. Darwis S. Gani, MA yang turut serta membimbing penulis.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Pudji Muljono berkenan menjadi penguji pada Ujian Tertutup dan sidang promosi doktor, dan Dr. Tri Darmayanti, MA yang berkenan menjadi penguji pada ujian tertutup, serta Dr. Nurul Huda, MA yang telah berkenan menjadi penguji preliminary lisan pada proposal disertasi saya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Daryono, SH, MA, Ph. D Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka yang telah berkenan menjadi penguji luar komisi pembimbing pada saat sidang promosi doktor.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Muhammad Kholis, M.Si Kepala UPBJJ-UT Surakarta, dan Drs. Edy Ngatmanto, M.Pd Koordinator Registrasi dan Ujian, serta Drs. Muhammad Dawam, M.M. Koordinator Bidang Bantuan Belajar dan Layanan Bahan Ajar UPBJJ-UT Surakarta yang telah sangat membantu hingga terselesaikannya disertasi ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Drs. Boedhi Oetoyo, M.A Kepala UPBJJ-UT Bogor yang memberikan ijin penulis untuk melakukan ujicoba kuesioner kepada mahasiswa UPBJJ-UT Bogor.

Penghargaan dan ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Rektor Universitas Terbuka Prof. Ir. Tian Belawati, Ph. D yang telah memberi kesempatan melaksanakan tugas belajar dan dukungan moril maupun materiil.

Tidak lupa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada istri tercinta Arifah Bintarti dan anakku tesayang Muhammad Hauzan Arifin yang telah dengan sabar mendorong hingga terselesaikannya disertasi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi ilmu dan bagi institusi dalam merumuskan kebijakan dan program pengembangan ke depan

Bogor, Agustus 2015

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

1 PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Kebaruan 4

Definisi Istilah 5

2 KERANGKA TEORI

Tinjauan Pustaka 7

Kerangka Berpikir 21

Metode Penelitian 27

Keterbatasan Penelitian 34

3 KARAKTERISTIK MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH PENGGUNA INTERNET

Abstrak 37

Pendahuluan 37

Metode 38

Hasil dan Pembahasan 38

Simpulan 45

4 PERILAKU MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH DALAM MENGAKSES INTERNET

Abstrak 47

Pendahuluan 47

Metode 49

Hasil dan Pembahasan 49

Simpulan 54

5 PEMANFAANTAN INTERNET OLEH MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH

Abstrak 57

Pendahuluan 57

Metode 59

Hasil dan Pembahasan 59

Simpulan 64

6 KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH

Abstrak 67

(16)

Metode 68

Hasil dan Pembahasan 69

Simpulan 73

7 PEMBAHASAN UMUM 75

8 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 79

Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 82

RIWAYAT HIDUP 87

DAFTAR TABEL

2.1 Hasil penelitian tentang akses media internet 11

2.2 Fitur-fitur penting pada website UT menurut kategori 17

2.3 Hasil penelitian tentang kemandirian belajar 20

2.4 Tingkat akses internet yang tinggi dan rendah 23

2.5 Tingkat pemanfaatan internet yang tinggi dan rendah 23

2.6 Tingkat kemandirian belajar yang tinggi dan rendah 24

2.7 Jumlah sampel mahasiswa per kabupaten tahun 2013 semester

genap 28

2.8 Definisi operasional dan parameter kelompok variabel

karakteristik individu responden (X1) 29

2.9 Definisi operasional dan parameter kelompok variabel faktor

lingkungan (X2) 30

2.10 Definisi operasional dan parameter kelompok variabel

karakteristik pesan/ informasi(X3) 30

2.11 Definisi operasional dan parameter kelompok variabel

kredibilitas sumber (X4) 31

2.12 Definisi operasional dan parameter kelompok variabel perilaku

akses media internet (Y1) 32

2.13 Definisi operasional dan parameter kelompok variabel

pemanfaatan internet (Y2) 33

2.14 Definisi operasional dan parameter kelompok variabel

kemandirian belajar (Y3) 34

3.1 Jumlah kecamatan dan kelurahan di wilayah Surakarta tahun

2010 39

3.2 Jumlah mahasiswa sampel berdasarkan kategori

perdesaan-perkotaan 40

3.3 Jumlah mahasiswa menurut status pekerjaan, kelompok tempat

tinggal, dan jenis kelamin 41

3.4 Jumlah mahasiswa menurut kelompok usia, tempat tinggal, dan

jenis kelamin 41

3.5 Jumlah mahasiswa yang memiliki peralatan akses intenet

menurut tempat tinggal 42

3.6 Jumlah mahasiswa yang memiliki alat akses internet dan kondisi

(17)

3.7 Jumlah mahasiswa yang memiliki alat akses dan kondisi warung

internet di tempat tinggalnya 43

3.8 Jumlah mahasiswa yang memiliki akun internet menurut

kategori tempat tinggal 44

3.9 Jumlah mahasiswa yang memiliki akun internet menurut jenis

akun, tempat tinggal dan status pekerjaan 45

4.1 Nilai skor variabel dan indikator faktor lingkungan, kredibilitas

sumber, karaktersitik informasi, dan perilaku akses internet 50

5.1 Jumlah mahasiswa menurut kepemilikan akun dan peralatan

akses 59

5.2 Indeks tingkat pemanfaatan internet 60

6.1 Indeks tingkat kemandirian belajar 69

6.2 Matriks korelasi antara perilaku akses internet, pemanfaatan

internet, kemandirian belajar, dan indeks prestasi 72

DAFTAR GAMBAR

2.1 Sintesa variabel pada proses komunikasi dari sudut pandang

komunikan 7

2.2 Akses linier terhadap makna (Bucy & Newagen 2004) 11

2.3 Sintesa model berdasarkan elemen komunikasi dan teori akses 13

2.4 Model pendidikan terbuka Kember (Moore & Kearsley 2012) 14

2.5 Halaman muka situs web UT (www.ut.ac.id) 16

2.6 Sintesa model penelitian Universitas Terbuka sebagai sumber 18

2.7 Kerangka pemikiran hubungan antar variabel pada model

perilaku akses internet dan pemanfaatan internet dalam

peningkatan kemandirian belajar mahasiswa 26

3.1 Sketsa wilayah Surakarta dan kabupaten-kabupaten sekitarnya 40

4.1 Hasil akhir model hubungan faktor lingkungan, kredibilitas sumber, karakteritik pesan, dan perilaku akses internet

mahasiswa UT dengan metode bootstrapping 51

4.2 Matriks kepentingan dan performa indikator: faktor lingkungan, kredibilitas sumber, karakteristik pesan, dan perilaku akses

internet 51

5.1 Hasil akhir model hubungan faktor lingkungan, perilaku akses internet dan pemanfaatan internet oleh mahasiswa UT dengan

metode bootstrapping 61

5.2 Matriks kepentingan dan performa indikator pemanfaatan

internet 63

6.1 Model hubungan perilaku akses internet, pemanfaatan internet,

dan kemandirian belajar 70

6.2 Matriks kepentingan dan performa indikator kemandirian belajar 72

7.1 Analisis sistem dengan pendekatan kotak hitam pada akses dan

(18)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Media komunikasi internet merupakan alat bantu yang cukup penting pada pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ), namun demikian tingkat akses mahasiswa pada teknologi ini di beberapa daerah perdesaan di wilayah Indonesia masih perlu dipertanyakan. Alasan utama yang mendukung pernyataan tersebut adalah pertama, infrastruktur yang berhubungan dengan media tersebut tersebar luas di seluruh Indonesia dengan kebijakan pemerintah yang mendukung tersebar luasnya penggunaan internet. Kedua, kesesuaian antara karakterisitik PTTJJ yaitu terpisahnya antara pebelajar dan pengajarnya (Moore & Kearsley 2012) dan kebutuhan mahasiswa dalam berkomunikasi secara mudah dan murah. Laporan yang disampaikan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII 2013) menggambarkan bahwa para pengguna internet yang dilaporkan masih terbatas pada pengguna yang tinggal di daerah kota besar di Indonesia dengan pemanfaatan akses yang terbatas pada internet untuk bisnis. Penggunaan internet untuk pendidikan terutama di daerah perdesaan Indonesia masih jarang dilaporkan.

Internet telah dikenal sebagai media komunikasi utama, terbukti seperti dilaporkan InternetWorldStat (2012) bahwa jumlah pengguna di Asia 44,8% dari pengguna internet di seluruh dunia. Peringkat jumlah pengguna di negara-negara Asia dimulai dari China, India, Jepang, dan peringkat keempat Indonesia dengan jumlah pengguna diperkirakan 55 juta atau 22,1% dari total penduduk Indonesia. Peningkatan akses ini mendorong perkembangan berbagai hal seperti masalah ekonomi, sosial, pendidikan, dan teknologi internet itu sendiri.

Di Indonesia akses internet sekarang ini bukan lagi monopoli masyarakat perkotaan. Akses komunikasi dengan media internet telah menjangkau masyarakat pedesaan di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 48/Per/M.Kominfo/11/2009 tentang Penyediaan Jasa Akses Internet pada Wilayah Pelayanan Universal

Telekomunikasi Internet Kecamatan dan kemudian disusul dengan

perubahanannya Nomor: 19/Per/M.Kominfo/12/2010. Dengan demikian

dukungan pemerintah terhadap pemerataan akses terhadap informasi melalui internet cukup nyata.

Komunikasi melalui internet mempunyai peranan penting dalam perkembangan pendidikan terutama pendidikan tinggi yang menggunakan sistem jarak jauh. PTTJJ menuntut peserta didiknya untuk belajar secara mandiri. Kemandirian belajar merupakan syarat akibat dari adanya jarak antara peserta didik dan pendidiknya. Dengan hadirnya internet maka akses informasi dan akses terhadap proses belajarnya menjadi lebih mudah dan lebih luas.

(19)

menyebutkan alasan mengapa digunakan PTTJJ dari sisi pemerintah adalah masalah daya tampung perguruan tinggi yang terbatas, sedangkan dari sisi calon mahasiswa adalah masalah kesempatan menikmati pendidikan yang tertunda. Secara konseptual, sistem PTTJJ merupakan sistem pendidikan yang dirancang dan dimaksudkan untuk mengatasi kendala jarak (baik dalam pengertian waktu maupun tempat), ekonomi, maupun karakteristik demografi, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada semua orang untuk belajar (Belawati dalam

Andriani et al 2009).

Setelah sekian tahun sejak berdirinya Universitas Terbuka (UT), masyarakat dan pemerintah memberikan kepercayaan melalui dituangkannya pendidikan jarak jauh ke dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Hal itu terbukti dengan adanya fakta bahwa UT yang berdiri pada tahun 1984, yang menggunakan sistem pendidikan jarak jauh tersebut tercatat memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 565.264 orang per 30 Nopember 2012 dengan perincian mahasiswa Non Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Non Pendas) 150.741 orang sedangkan selebihnya mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Universitas Terbuka, 2013).

Mahasiswa sebanyak itu tidak semua mendaftar sebagai peserta ujian pada setiap semesternya. Mahasiswa Non Pendas yang tidak mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) tahun 2013 semester gasal (disebut dengan 2013.1) tercatat 57.945 orang atau 38,45 persen. Jumlah mahasiswa yang tidak mengikuti UAS ini cukup besar untuk menjadi perhatian para peneliti. Besarnya angka tidak mendaftar UAS pada satu dan dua semester menurut model yang pernah disampaikan oleh David Kember (Moore & Kearsley 2012) menunjukkan bahwa pertimbangan pertama mengapa mahasiswa tidak melanjutkan kuliah ataupun cuti akademik adalah seberapa tingginya keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan belajar ditunjukkan oleh tingginya indeks prestasi pada semester sebelumnya. Ini berarti bahwa untuk menekan tingginya angka mahasiswa cuti adalah dengan meningkatkan indeks prestasi. Sedangkan untuk meningkatkan indeks prestasi salah satunya adalah dengan memperbaiki bagaimana mahasiswa dapat belajar secara mandiri.

(20)

mengakses internet dan bagaimana mahasiswa memanfaatkan internet perlu untuk dicermati.

Berangkat dari masalah di atas, penelitian ini menjadi penting dilakukan untuk memahami perilaku mahasiswa dalam mengakses dan memanfaatkan media internet yang tersedia untuk kepentingan proses belajarnya serta diharapkan dapat menyingkap hubungan antara perilaku mahasiswa dalam mengakses dan memanfaatkan media internet serta hubungannya dengan kemandirian belajar mahasiswa.

Perumusan Masalah

Dalam sistem PTTJJ, terdapat jarak antara mahasiswa dan pendidik dan institusinya. Adanya jarak itu mendorong mahasiswa untuk memiliki kemandirian belajar. Agar kemandirian belajar meningkat, mahasiswa tersebut perlu memenuhi kebutuhan informasi, berkomunikasi dengan tutor maupun teman sesama mahasiswa, dan berinteraksi dalam proses belajar. Dalam proses mencari dan mengelola informasi serta berkomunikasi, mahasiswa perlu mengakses media internet yang dapat menghubungkan dia dengan sumber informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Untuk mengakses media internet, mahasiswa PTTJJ harus memiliki pengetahuan tentang internet, sikap terhadap internet, dan keterampilan mengoperasikan internet yang memadai. Kegiatan tersebut dapat terlaksana bergantung pada ketersediaan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi di lingkungannya, serta dukungan dari orang lain di sekelilingnya baik di rumah, di tempat mereka bekerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Kegiatan pengaksesan dan pemanfaatan internet bergantung juga pada persepsi mereka terhadap kredibilitas sumber informasi dan karakteristik informasi itu sendiri.

Dari fenomena di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan utama sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah hubungan antara faktor-faktor lingkungan, kredibilitas sumber, karakteristik informasi dan perilaku mahasiswa dalam mengakses internet?

(2) Bagaimanakah hubungan antara faktor-faktor lingkungan, perilaku akses dan pemanfaatan internet dalam konteks belajar mereka?

(3) Bagaimana model hubungan perilaku akses, pemanfaatan internet, dan kemandirian belajar mahasiswa?

(4) Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa?

Tujuan Penelitian

(21)

(1) Menganalisis hubungan antara faktor-faktor lingkungan, kredibilitas sumber, karakteristik informasi dan perilaku mahasiswa dalam mengakses internet.

(2) Menganalisis hubungan antara faktor-faktor lingkungan, perilaku akses dan pemanfaatan internet dalam konteks belajar mereka.

(3) Mengembangkan model hubungan perilaku akses, pemanfaatan internet, dan

kemandirian belajar mahasiswa.

(4) Merumuskan strategi untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu upaya untuk mendeskripsikan kondisi mahasiswa dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi UT sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan terhadap kepentingan mahasiswa dalam hal pengaksesan dan pemanfaatan media komunikasi internet dalam meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa UT.

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan studi lanjutan yang relevan dan sebagai bahan kajian ke arah pengembangan model perilaku akses dan pemanfaatan internet dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa. Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:

(1) Masukan bagi mahasiswa UT untuk dijadikan umpan balik dan tolok ukur bagi dirinya tentang kesiapan dan kemampuan mereka dalam menghadapi masalah pembelajaran.

(2) Masukan bagi UT untuk dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan pola pengembangan manajemen informasi dalam menyediakan layanan bantuan belajar agar mahasiswa dapat meningkatkan kemandirian belajar mereka sehingga akhirnya dapat meningkatkan indeks prestasi mereka.

Kebaruan

Kebaruan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah penguatan teknologi informasi dan komunikasi dalam kemandirian belajar. Penelitian ini mengidentifikasi elemen-elemen dalam proses komunikasi yang terjadi pada mahasiswa yang mengakses dan memanfaatkan internet untuk pembelajaran pada pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh.

(22)

Definisi Istilah

Daftar ulang adalah kegiatan meregistrasi kembali yang dilakukan mahasiswa untuk mengikuti ujian (UT 2013)

Kemandirian belajar adalah proses mencari pengalaman dengan inisiatif sendiri melalui sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar terjadi perubahan pada dirinya (Knowles 1975)

Masa Registrasi 2013.1 adalah suatu periode mahasiswa melakukan proses belajar di UT angka 2013 menunjukkan tahun dan .1 menunjukkan semester gasal. Media internet adalah alat penghubung atau saluran komunikasi yang

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan sistem jaringan. Pendidikan jarak jauh adalah sistem yang menerapkan adanya jarak antara guru

dan siswa, yang ditandai dengan proses pembelajaran di kelas bukan kewajiban (Suparman 1996).

Pendidikan terbuka adalah sistem yang menerapkan penerimaan mahasiswa tanpa batas waktu, batas usia mahasiswa, dan syarat jenis lulusan (Suparman 1996).

Pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ) adalah sistem pendidikan yang menerapkan pendidikian terbuka dan pendidikan jarak jauh.

Tutorial Online (Tuton) adalah proses pembelajaran melalui internet dengan menggunakan perangkat lunak tertentu yang diasuh oleh tutor matakuliah. Tutorial Tatap Muka (TTM) adalah proses pemanduan belajar kepada mahasiswa

UT dengan cara fasilitator bertemu mahasiswa secara langsung di kelas. Ujian Akhir Semester (UAS) adalah proses evaluasi hasil belajar matakuliah pada

mahasiswa yang dilaksanakan secara serentak dengan jadwal yang telah ditetapkan UT setiap enam bulan sekali.

(23)
(24)

2 KERANGKA TEORI

Tinjauan Pustaka Elemen Komunikasi

Lasswell (Littlejohn & Foss 2009a) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu kegiatan yang melibatkan lima pertanyaan, yaitu who, says what, in which chanels to whom and with what effect. Dengan demikian menurut Lasswell, ketika seseorang menyampaikan pesan maka menghasilkan efek, baik positif maupun negatif pada diri penerima pesan. Menurut Lasswell lima unsur tersebut dapat dianalisis sebagai berikut,

(1) Who adalah komunikator atau sumber informasi dalam hal ini institusi ataupun organisasi yang memiliki informasi yang dibutuhkan.

(2) Says What adalah pesan atau informasi. Informasi dalam dunia pendidikan dapat berupa bahan belajar yang berhubungan dengan proses belajar mahasiswa.

(3) In Which Channel bermakna saluran atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator atau sumber kepada komunikan baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui media cetak atau elektronik.

(4) To Whom bermakna siapa penerimanya. Dalam proses belajar mahasiswa berperan sebagai penerima informasi.

(5) With What Effect bermakna apa dampaknya. Dampak yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan.

Menurut DeVito (1997), komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Sumber/Komunikator

Pesan/Informasi

Lingkungan/konteks

Komunikan Efek

Media

(25)

Littlejohn dan Foss (2009b) yang mengkritik model komunikasi Berlo yang cenderung linier, menjelaskan bahwa komunikasi adalah interaksi simultan terus menerus dari sejumlah besar variabel, bergerak, berubah, dan dinamis, tidak statis dan berhenti, tanpa awal atau akhir tetap, yang mana setiap variabel memengaruhi setiap variabel yang lain dan pada gilirannya dipengaruhi oleh variabel lain. Apabila dipandang dari sudut komunikan, maka komunikan dalam menerima pesan dipengaruhi oleh konteks dan lingkungan terjadinya proses komunikasi, komunikator sebagai sumber informasinya, pesan yang disampaikan oleh komunikator, dan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Sedangkan akibat dari proses tersebut memengaruhi efek atau respon dari komunikan. Sintesa dari proses komunikasi di atas, dapat digambarkan sebagai variabel-variabel yang dijelaskan seperti pada Gambar 2.1.

Media Komunikasi

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, komunikasi elektronik diharapkan dapat melengkapi dan menggantikan komunikasi tatap muka dengan keunggulan biaya rendah dan meningkatkan efisiensi dalam banyak situasi. Berbagai pihak menghabiskan banyak usaha,

waktu dan uang untuk memperkenalkan dan memanfaatkan apa yang disebut new

media beberapa di antaranya, surat elektronik (email), videokonferensi, dan

instant messaging.

Media richness theory (MRT) yang diusulkan oleh Richard Daft dan Robert Lengel di banyak artikel mereka tahun 1986 (Littlejohn & Foss 2009b) mengajukan hipotesis tentang kapasitas media dalam membawa informasi. Kapasitas ini meningkat sejauh mana media memenuhi empat kriteria sebagai berikut,

(1) Kemampuan Umpan balik - kemampuan media memfasilitasi umpan balik seketika (sinkronisitas) dan klarifikasi masalah selama hubungan itu.

(2) Pemanfaatan Saluran Komunikasi - berbagai isyarat yang difasilitasi oleh media.

(3) Variasi Bahasa - kemampuan media memfasilitasi keterlibatan angka dan bahasa alami.

(4) Fokus Pribadi / Sumber - kemampuan media untuk menyampaikan perasaan

dan emosi pribadi dari pihak yang berkomunikasi.

Media Internet

Munculnya teknologi komputer dalam dunia komunikasi merupakan jawaban dari kriteria kapasitas media yang memenuhi syarat perkembangan

komunikasi dalam MRT yang disebutkan di atas. Computer Mediated

Communication (CMC) atau komunikasi dimediasi komputer menurut Thurlow et al. (2004) pada dasarnya mengacu pada komunikasi manusia yang dicapai melalui, atau dengan bantuan teknologi komputer. Teknologi komputer ini merupakan alat bantu proses komunikasi yang paling lengkap dalam paradigma media baru (new media).

(26)

seni rupa, film, perdagangan, ilmu pengetahuan. Fokus utama yang dimaksud adalah internet.

Dalam proses perubahan menjadi media baru ini, komunikasi individu atau komunikasi sosial terjadi sehingga wawasan baru dan penemuan tentang diri kita sendiri dan dunia berlangsung. Ini adalah definisi baru yang menekankan sosial dan budaya serta pentingnya perubahan, sebuah proses yang juga dapat didefinisikan sebagai pergeseran paradigma dalam cara berpikir.

Menurut Green (2010), istilah internet mencakup, infrastruktur teknologi saling berhubungan dan jaringan yang mendukung World Wide Web; situs milik pribadi yang terhubung ke web; sumber dan pembuat perangkat lunak terbuka dan tertutup (misalnya Firefox, Wikipedia, Internet Explorer, Google); komputer dan bahasa sehari-hari dalam hal membuat internet diakses orang dari berbagai budaya dan tingkat kemahiran; email, chatting dan pesan instan; blog dan situs jejaring sosial (misalnya Facebook); game, komunitas, lingkungan dan dunia (misalnya World of Warcraft, Second Life); dan banyak hal tentang komunikasi yang dimediasi secara digital telah masuk menjadi kehidupan sehari-hari.

Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya, menurut Cantoni dan Tardini (2006) internet memiliki kelebihan sebagai berikut:

(1) Internet memungkinkan konvergensi besar dengan media sebelumnya: teks digital dapat dikombinasikan dengan gambar, suara, film, grafis.

(2) Teks digital dapat diubah dan direproduksi dengan sangat mudah. Namun dunia elektronik tampaknya sangat rapuh, dukungan fisik tidak kuat, perangkat keras dan perangkat lunak standar berubah sangat cepat, membutuhkan peningkatan terus menerus dari setiap koleksi digital.

(3) Internet, seperti banyak teknologi lain, telah diakses oleh kelompok besar masyarakat, sehingga meningkatkan rasio melek digital yang menjadikan orang-orang non-profesional pun dapat mengolah dan membuat gambar digital dan film digital, menulis dan mencetak teks, atau mempublikasikan-nya melalui internet.

(4) Internet memungkinkan untuk komunikasi dua arah dan multi arah secara cepat, di tingkat global.

Akses Media Internet

(27)

Akses memiliki enam pengaruh atau kendala antara lain, pengaruh atau kendala fisik, kognitif, afektif, ekonomi, sosial dan politik (Rice et al. 2001). (1) Kendala fisik terutama terdapat pada masalah geografis dan lingkungan, yang dapat mengarahkan kepada kenyamanan penggunaan dan ketersediaan. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan fisik, keterbatasan dan letaK georafis suatu tempat. (2) Kendala kognitif termasuk di dalamnya pemahaman, kesadaran, literasi, dan keterampilan. Kendala ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, biologis, dan pengalaman sosial. (3) Kendala afektif adalah sikap, percaya diri, kenyamanan dan tingkat motivasi. Kendala ini dipengaruhi oleh persepsi kenyamanan, ketergantungan, dan ketersediaan, serta persepsi terhadap kendali pada situasi, pengalaman, sumber daya dan kebiasaan. (4) Kendala ekonomi adalah keuntungan, dan biaya. (5) Kendala sosial terutama masalah norma budaya, pendidikan, kemampuan dan pengalaman. Kendala ini memengaruhi jenis informasi yang diakses, yang berhubungan dengan kelas sosioekononomi. (6) Kendala politik meliputi kekuasaan, kendali, dan partipasi. Kendala ini memengaruhi kemampuan individu dalam melaksanakan hak politiknya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh kompetensi berkomunikasi, lingkungan sosial, dan kesadaran akan haknya. Kendala dan pengaruh di atas cukup lengkap, namun demikian sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi beberapa kendala dapat berkurang karena berbagai upaya teknologi dan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada para pengguna internet.

Menurut Bucy dan Newhagen (2004) akses ke media internet dapat dibagi menjadi empat dimensi. Akses teknologi yang berbicara masalah-masalah perangkat keras dan infrastruktur serta memiliki dua dimensi, yaitu akses fisik ke komputer dan akses ke Internet sebagai suatu sistem. Akses konten menyangkut motivasi untuk menggunakan teknologi informasi dan kemampuan untuk memproses makna segera setelah pengguna terhubung ke sistem komunikasi. Akses konten juga memiliki dua dimensi, akses sosial dan kognitif.

(1) Akses sistem merupakan bagian penting di mana Internet berbeda dari teknologi komunikasi lain, seperti televisi.

(2) Akses fisik memerlukan benar-benar mampu untuk duduk di depan

komputer siap dengan jaringan internet.

(3) Akses sosial adalah terdapatnya kesenjangan, yaitu beberapa kelompok sosial tertentu atau kelompok yang secara demografis dikecualikan dari berkembangnya era informasi.

(4) Akses kognitif menggambarkan kemampuan pengguna yang berhadapan

dengan antarmuka komputer dan berbicara tentang bagaimana individu berorientasi kepada media, proses informasi, dan terlibat dalam pemecahan masalah ketika menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

(28)

tertentu. Dengan internet, pengguna membutuhkan modem atau saluran telepon dan komputer. Dalam kasus apapun, pada umumnya dapat dikatakan bahwa akses teknologi adalah linear dalam arti bahwa antarmuka fisik yang dapat dilihat biasanya komputer pribadi, harus hadir untuk mengakses konten yang berada dalam sistem informasi yang terhubung.

Pemanfaatan Internet

Dalam konteks pendidikan terutama pada pendidikan tinggi jarak jauh, tujuan pemanfaatan internet lebih ditekankan pada pemenuhan kebutuhan informasi, komunikasi yang konvergen antara pendidik dan peserta didik dalam proses penyampaian ilmu pengetahuan secara formal, wadah bagi para peserta untuk berdiskusi baik materi ajar maupun administrasi akademik lainnya, serta komunikasi sosial yang lebih terbuka di antara para mahasiswa yang digunakan sebagai ajang pengungkapan pribadi maupun kepentingan proses belajar mereka.

Tabel 2.1 Hasil penelitian tentang akses media internet

Masalah Temuan

Dampak bervariasinya sosio ekonomi yang memengaruhi keputusan rumah tangga dalam membayar akses internet (Chaudhuri et al.

2005).

Penghasilan dan tingkat pendidikan merupakan prediktor yang paling kuat dalam akses internet. Memiliki pekerjaan dan masalah gender tidak berasosiasi dengan akses internet, dan tarif bulanan internet hanya berdampak kecil terhadap akses.

Survei terhadap penggunaan internet di kalangan

mahasiswa tingkat sarjana (Omotayo 2006).

Penggunaan internet cukup tinggi terutama di warung internet. Penggunaan internet tidak memengaruhi penggunaan perpustakaan. Masalah umum yang dihadapi mahasiswa

Access to

Meaning

Content Access Technological Access System

Physical

Social

Cognitive

System Physical Social Cognitive

(29)

Masalah Temuan

adalah lemahnya sinyal penerimaan dari server dan masalah biaya.

Perbedaan gender dalam pengaksesan internet remaja, motivasi menggunakan, dan kegiatan online (Lin & Yu 2008)

Gap dalam perbedaan gender semakin menurun. Tidak ada perbedaan gender dalam motivasi penggunaan internet. Perbedaan gender nampak pada kegiatan online.

Hubungan antara pengguna-an internet dpengguna-an prestasi akademik (Chen & Fu 2009)

Temuan mengkonfirmasi bahwa penelusuran informasi melalui online membantu

meningkatkan nilai ujian. Sedangkan internet yang digunakan sosialisasi dan bermain dan pengaksesan melalui warung internet

menurunkan performa ujian mereka. Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan pola dalam menggunakan internet.

Penggunaan internet untuk tujuan akademik masih jarang di kalangan mahasiswa. Dugaan utama biaya adopsi teknologi dan membangun pendekatan pragmatis untuk menyesuaikan visi pendidikan menjadi tantangan utama dalam mengintegrasikan internet ke dalam pendidikan tinggi di Kamboja.

Penelitian ini menemukan bahwa hambatan utama dari para penyuluh dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi adalah biaya tinggi, ketiadaan listrik, kurangnya akses ke internet, lemahnya ke-mampuan memahami TIK

Perbandingan keterampilan penggunaan internet antara mahasiswa dan instrukturnya pada Pusat pelatihan guru di kota Isfahan Iran. (Zamani 2012)

Instruktur tidak dapat menyampaikan

pengetahuan komputernya karena antara lain kurangnya infrastruktur, tidak tersedianya internet bandwidth yang memadai dan tidak cukupnya dukungan pada pemecahan masalah teknis serta tidak cukupnya dukungan finasial dan dukungan moral.

(30)

melakukan komunikasi terdiri dari ketersediaan fasilitas yang digunakan sebagai alat komunikasi.

Gambar 2.3 Sintesa berdasarkan elemen komunikasi dan teori akses

Pendidikan Jarak Jauh

Menurut Suparman (1996) pendidikan jarak jauh memiliki pengertian pendidikan yang ditandai dengan jauhnya jarak antara orang yang belajar baik dengan pengajar maupun dengan pusat pengelola pendidikan. Dengan adanya jarak antara mahasiswa dan pengajar serta institusinya itu, sistem ini mengandalkan kepada media cetak dan audiovisual. Dalam proses belajar, mahasiswa dituntut untuk dapat belajar mandiri.

Selain kebiasaan membaca, disiplin dan tekun merupakan sikap yang diperlukan sebagai mahasiswa pendidikan jarak jauh disamping itu juga memiliki keterampilan mengelola sendiri (Suparman 1996). Apabila diterjemahkan pengeloaan ini meliputi bagaimana mahasiswa mengelola informasi yang dibutuhkan, memilih sumber informasi yang representatif serta memilih saluran komunikasi yang sesuai dengan kondisinya.

Peningkatan jumlah mahasiswa yang meregistrasi juga dibarengi dengan angka cuti akademik mahasiswa cukup tinggi. Berbagai upaya lembaga pendidikan jarak jauh untuk meningkatkan efektif dan efisiennya proses pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Sayangnya pemanfaatan itu belum seiring dengan meningkatnya angka keberhasilan mahasiswa. Harapan banyak pihak yaitu tingkat keberhasilan yang baik nampaknya menjadi sorotan berbagai pakar untuk menelitinya. Sebagai contoh tingkat dropout atau putus kuliah mahasiswa cukup tinggi seperti yang dilaporkan oleh Pierrakeas et al (2004) yang meneliti mahasiswa Greek Distance Education University di Yunani. Beberapa faktor penyebab tingginya angka

dropout tersebut adalah karena faktor intrinsik seperti adanya konflik antara pekerjaan dan kuliah, serta faktor ekstrinsik seperti cara belajar, pendekatan pendidikan dan pengaruh tutor.

Institusi Pendidikan Komunikan/Mahasiswa

Sumber Informasi

Faktor Lingkungan

Perilaku akses internet

Efek komunikasi Pesan /

Informasi

(31)

Penelitian Yuen et al. (2011) menunjukkan penyebab lain tingginya angka

dropout. Yuen melaporkan bahwa tingkat retensi mahasiswa Open University of Hongkong tahun 2007 dari 72,9% semester 1 dan 46% pada semester berikutnya. Alasan mengapa mahasiswa itu tidak meregistrasi pada semester berikutnya itu terbagi dalam tiga kategori yaitu, kategori pertama mahasiswa dropout yang

‘tidak bisa diupayakan lagi’ karena alasan tidak cocok, kategori kedua mahasiswa

dropout yang ‘tidak mudah diupayakan’ karena masalah biaya pendidikan dan beratnya matakuliah, dan kategori ketiga mahasiswa dropout yang ‘dapat

diupayakan’ karena disebabkan oleh motivasi mahasiswa yang rendah. Secara

manajemen, mahasiswa kategori ini lah yang masih mungkin untuk ditindak lanjuti.

David Kember (Moore & Kearsley 2012) mengajukan model perkembangan mahasiswa dalam pendidikan jarak jauh seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4. Model ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan putus kuliah atau cuti akademik yang cukup tinggi tersebut. Dalam model ini sebagai entri mahasiswa yang menentukan keberhasilan adalah (1) pendidikan sebelum masuk menjadi mahasiswa pendidikan jarak jauh, (2) status keluarga, dan (3) status pekerjaan. Faktor yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam model ini ada dua jalur yaitu jalur positif dan jalur negatif. GPA (Grade Point Average) atau IPK merupakan titik tempat seorang mahasiswa menentukan untuk melanjutkan studinya atau berhenti.

Gambar 2.4 Model pendidikan terbuka Kember (Moore & Kearsley 2012)

Universitas Terbuka

(32)

Karena mahasiswa pendidikan jarak jauh yang sebagian adalah pekerja, mereka jarang bertatap-muka secara langsung dengan sesama mahasiswa seperti layaknya mahasiswa pada umumnya yang dapat bertemu di kampus. Oleh karena itu, keterampilan mengelola diri sendiri antara lain mencari informasi, berkomunikasi baik dengan pengelola pendidikan maupun dengan sesama mahasiswa tersebut di atas merupakan suatu hal yang amat penting.

Agar mampu mengelola diri sendiri mahasiswa UT didukung oleh beberapa layanan yang bertujuan untuk mebantu para mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikannya.

Layanan Mahasiswa

Untuk mendukung proses belajar mahasiswanya, UT menyediakan berbagai pelayanan mahasiswa. Pelayanan mahasiswa diberikan dalam bentuk layanan informasi, bantuan belajar, bimbingan akademik, administrasi akademik, keluhan pelanggan, dan perpustakaan. Layanan ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa mengatasi masalah akademik dan administrasi akademik yang dihadapi selama belajar di UT. Layanan dapat dilakukan baik secara langsung bertatap-muka maupun layanan melalui online (Universitas Terbuka 2013).

Beberapa bantuan belajar yang disediakan oleh UT antara lain Tutorial Tatap Muka (TTM) dan Tutorial Online (Tuton). TTM diselenggarakan oleh Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) yang berada kota propinsi di seluruh Indonesia dan beberapa kota besar di Jawa. Tutor direkrut dari universitas negeri maupun swasta yang berada di kota tempat UPBJJ berada. Tutorial ini umumnya diselenggarakan 8 sesi pertemuan yang dilaksanakan pada hari Sabtu atau Minggu dalam setiap minggunya. Materi tutorial sudah dalam bentuk dan struktur yang dibakukan dan mengacu pada modul (buku pegangan matakuliah) yang diterbitkan oleh Universitas Terbuka. Dalam tutorial ini tutor berfungsi sebagai fasilitator saja bukan sebagai dosen matakuliah.

Sedangkan Tuton merupakan tutorial yang diselenggarakan melalui internet yang dikelola oleh UT Pusat. Tutor pada tutorial online dilaksanakan oleh dosen UT baik di pusat maupun dari UPBJJ serta dibantu oleh dosen dari perguruan tinggi mitra baik negeri maupun swasta dengan ketentuan matakuliah yang menjadi ampuannya sesuai dengan bidang studinya. Tutorial ini juga dilaksanakan dalam 8 sesi kegiatan tutorial. Karena tutorial ini menggunakan sistem internet yang tertunda, antara tutor dan peserta tutorial tidak berkomunikasi pada saat yang sama (real time), sehingga mahasiswa dapat belajar kapanpun dalam seminggu pada sesi yang berjalan. Fungsi tutor dalam Tuton sama dengan fungsi tutor dalam TTM yaitu sebagai fasilitator yang membimbing mahasiswa untuk memahami isi modul (buku pegangan matakuliah).

Walaupun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi sudah demikian pesat, namun demikian tingkat partisipasi mahasiswa UT dalam mengikuti Tuton masih belum memuaskan. Hal ini karena pemanfaatan semua fasilitas yang telah disediakan bergantung pada kebutuhan mahasiswa sendiri.

(33)

ke nilai UAS, sedangkan orientasi outputnya dapat dilihat pada hasil belajar mereka melalui Ujian Akhir Semester (UAS).

Situs Web Universitas Terbuka

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di UT dimulai sejak tahun 1990 an. Seiring dengan masuknya teknologi berbasis internet ke Indonesia pada pertengahan tahun 1990-an, UT secara bertahap mulai mengembangkan dan menggunakan aplikasi TIK untuk berbagai keperluan, baik akademik maupun administrasi. Perkembangan pemanfaatan TIK oleh UT secara signifikan tampak dengan diluncurkannya portal UT online yang mulai dikembangkan pada tahun 2001. UT online mengandung berbagai layanan akademik bagi mahasiswa, mulai

dari bahan ajar suplemen (web-based supplement, computer-assisted

instruction/CAI dan video streaming), tutorial dan konseling online, latihan mandiri (self-test) online, pengumuman ujian, transkrip sementara (lembar kemajuan akademik mahasiswa), ujian online, jurnal online, fasilitas pencarian hasil penelitian, serta yang terakhir yang masih dalam taraf finalisasi adalah perpustakaan digital. Gambar 2.5 menampilkan halaman muka situs web UT dengan alamat http://www.ut.ac.id.

Gambar 2.5 Halaman muka situs web UT (www.ut.ac.id)

Tabel 2.2 merupakan daftar fitur-fitur penting pada situs web UT yang berisi antara lain: (1) informasi yang dapat diakses oleh mahasiswa dan masyarakat umum, (2) informasi akademik, dan (3) informasi administratif.

(34)

Tabel 2.2 Fitur-fitur penting pada website UT menurut kategori

Fitur Website

Mode Komunikasi Sifat/jenis Informasi Satu

Salah satu variabel dalam sebuah situasi komunikasi yang secara khusus dapat dikontrol oleh komunikator adalah pemilihan sumber (Severin & Tankard 2005). Pada sumber yang sama tidak akan memiliki kredibilitas yang sama tingginya bagi semua penerimanya. Menurut Chiou (2012) kredibilitas sumber mengacu pada persepsi terhadap kemampuan sumber atau motivasi suatu sumber untuk memberikan informasi yang akurat dan benar. Pada tingkat kredibilitas yang lebih tinggi sumber informasi apabila sumber dinilai memilki keahlian atau kepercayaan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa sumber yang sangat kredibel lebih persuasif dan dianggap lebih dapat dipercaya daripada sumber rendah kredibilitasnya. Oleh karena itu sumber online yang kredibel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap informasi yang dihasilkan.

(35)

pelanggan tetap yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Seorang calon pembeli produk melihat iklan di televisi akan menilai kredibilitas iklan tersebut untuk memutuskan membeli produk yang diiklankan tersebut atau tidak. Sedangkan seorang mahasiswa yang memiliki tingkat loyalitas tertentu sejak dia mendaftar sebagai mahasiswa akan menilai lebih tinggi terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh universitas tempat mereka belajar.

Karakteristik Pesan

Sebagai sumber yang memproduksi pesan dan informasi, UT harus mengikuti kaidah-kaidah dalam menghasilkan informasi. Informasi yang dihasilkan harus memiliki karaktersitik yang tertentu yang dapat digunakan sebagi acuan bagi penerimanya. Karakteristik informasi yang dimaksud adalah: (1) Bagaimana informasi segera dapat diterima oleh mahasiswa, (2) Sejauh mana informasi yang dihasilkan mudah dimengerti oleh penerima pesan, (3) Sejauh mana keakuratan informasi, (4) Sejauh mana informasi relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima pesan, dan (5) Bagaimana kelengkapan informasi yang disampaikan.

Gambar 2.6 Sintesa model dengan Universitas Terbuka sebagai sumber

Kemandirian Belajar (Self-Directed Learning)

Menurut Knowles et al (2005), setiap diskusi tentang definisi pembelajaran harus diawali dengan yang penting dan sering membuat perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan atau dimulai oleh satu atau lebih agen yang dirancang untuk memengaruhi perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu, kelompok, atau masyarakat. Istilah pendidikan menekankan pada pendidik, agen perubahan yang menyajikan rangsangan dan penguatan untuk kegiatan belajar dan desain untuk menyebabkan adanya perubahan. Sebaliknya istilah pembelajaran menekankan pada orang yang mengalami perubahan atau diperkirakan akan terjadi. Belajar

Universitas Terbuka Komunikan/Mahasiswa

Kredibilitas Sumber

Faktor Lingkungan

Perilaku akses internet

Efek komunikasi Karakteristik

Informasi

(36)

adalah tindakan atau proses terjadinya perubahan perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Pada abad ketujuh di Eropa (Knowles 2005) sekolah diselenggarakan untuk mengajar anak-anak, terutama untuk mempersiapkan anak-anak muda untuk menjadi imam. Oleh karena itu, mereka menjadi dikenal sebagai katedral dan sekolah monastik. Karena indoktrinasi siswa dalam keyakinan, iman, dan ritual gereja adalah misi utama dari guru-guru ini, mereka mengembangkan asumsi-asumsi tentang belajar dan strategi untuk pembelajaran yang kemudian disebut

dengan ‘pedagogi’. Secara harfiah pedagogi berarti "seni dan ilmu mengajar anak-anak" (berasal dari kata Yunani “paid”, yang berarti "anak," dan “agogus”, yang berarti "pemimpin"). Model pendidikan ini bertahan selama berabad-abad hingga abad kedua puluh dan merupakan dasar organisasi sistem pendidikan berbagai negara.

Kemandirian belajar didefinisikan oleh Gibbons (2002) adalah semua peningkatan pengetahuan, keterampilan, prestasi, atau perkembangan pribadi yang dipilih dan didapat oleh individu dengan usaha sendiri dengan menggunakan metoda apapun dalam keadaan apapun serta pada waktu kapanpun. Sedangkan konsep self-directed learning atau pembelajaran yang diarahkan oleh diri sendiri

kemudian di kalangan pendidikan jarak jauh menyebut dengan istilah “belajar mandiri” (Suparman 1996). Konsep ini lahir didasarkan pada teori belajar

andragogi (berasal dari kata Yunani “andr”, yang berarti "orang dewasa”) yang

didefinisikan sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa untuk belajar.

Knowles (1975) mendefinisikan belajar secara mandiri sebagai suatu proses individu berinisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam (1) mendiagnosis kebutuhan belajarnya, (2) merumuskan tujuan pembelajaran, (3) mengidentifikasi sumber daya manusia dan bahan untuk belajar, (4) memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, dan (5) mengevaluasi hasil belajar. Sebagai pencetus belajar secara mandiri, pendapat ini banyak diikuti oleh para peneliti. Sesuai perkembangan jaman, para peneliti mengubah faktor-faktor sesuai dengan lingkungan tempat penelitian dilakukan.

Hiemstra (1994) menguraikan beberapa hal yang perlu diketahui tentang

self-directed learning:

(1) pebelajar secara individu dapat diberdayakan menjadi lebih bertanggung- jawab untuk berbagai keputusan yang berkaitan dengan usaha pembelajaran; (2) pengarahan diri sendiri paling baik dipandang sebagai suatu kontinum atau

karakteristik yang ada dalam hal tertentu pada setiap orang dan situasi belajar;

(3) pengarahan diri sendiri tidak berarti semua pembelajaran berlangsung terpisah dari orang lain,

(4) pebelajar mandiri tampaknya mampu mentransfer pembelajaran, baik dari segi pengetahuan dan keterampilan belajar, dari satu situasi ke situasi yang lain;

(5) studi belajar mandiri dapat melibatkan berbagai kegiatan dan sumber daya, seperti self-guided reading, partisipasi dalam kelompok belajar, magang, dialog elektronik, dan kegiatan menulis reflektif;

(37)

(7) beberapa lembaga pendidikan yang mencari cara untuk mendukung self-directed studi melalui program pendidikan jarak jauh, pilihan studi individual, tawaran matakuliah non-tradisional, dan program inovatif lainnya.

Pendapat yang disampaikan Hiemstra banyak menjadi pijakan bagi para peneliti yang kenudian khusus mendirikan jurnal bidang self-directed learning sehingga bidang ini kemudian berkembang pesat sampai saat ini.

Chou (2012), yang meneliti dampak kemampuan belajar secara mandiri terhadap hasil pada pembelajaran melalui online, menggunakan instrumen belajar mandiri dengan delapan faktor pada belajar mandiri yaitu: (1) keterbukaan terhadap kesempatan belajar, (2) konsep diri sebagai pebelajar yang efektif, (3) inisiatif dan mandiri dalam belajar, (4) memiliki pengetahuan tentang tanggungjawab pada pembelajarannya sendiri, (5) menyukai belajar, (6) kreativitas, (7) berorientasi positif terhadap masa depan, dan (8) menggunakan keterampilan dasar pembelajaran dan keterampilan memecahkan masalah.

Lai (2011) meniliti pengaruh kesiapan belajar mandiri pebelajar dewasa dan Literasi Jaringan terhadap efektifitas pembelajaran online. Pada variabel kesiapan belajar mandiri, dia memilah menjadi empat dimensi yaitu: (1) active learning, (2)

independent learning, (3) love learning, dan (4) creative learning.

Williamson (2007) mengembangkan skala kemandirian belajar menjadi lima bagian yaitu: Awareness, Learning strategies, Learning Activities, Evaluation, dan

Interpersonal skill. Skala kemandirian belajar yang dikembangkan oleh Wlliamson tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar terdiri lima variabel utama yaitu kesadaran belajar, strategi belajar, kegiatan belajar, evaluasi, dan keterampilan individu. Pendapat Williamson ini menjadi acuan pada penelitian ini.

Tabel 2.3 Hasil penelitian tentang kemandirian belajar (self directed learning)

Masalah Temuan

Hubungan antara kesiapan belajar mandiri dan hasil belajar dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Stewart 2007).

Analisis regresi linier memberikan bukti bahwa kesiapan belajar mandiri adalah kunci untuk mencapai hasil belajar dari

pembelajaran berbasis proyek. Keterampilan manajemen diri yang tinggi terbukti menjadi prediktor yang paling signifikan dan dapat diandalkan untuk mencapai hasil belajar dari pembelajaran berbasis proyek.

Pengaruh kesiapan belajar mandiri (KBM) pada pegawai negeri sipil (PNS) dan literasi jaringan pada efektivitas pembelajaran online dalam program pelatihan berbasis web (Lai 2011).

Analisis data mengungkapkan bahwa tiga faktor KBM (pembelajaran aktif, suka belajar, dan belajar mandiri) dan dua konstruksi (keterampilan internet dan evaluasi informasi) literasi jaringan adalah prediktor yang signifikan dalam memprediksi secara online efektivitas belajar PNS. Selain itu, KBM dari PNS tampaknya menjadi unsur paling penting dalam menentukan

(38)

Masalah Temuan

Hubungan antara pengalaman bekerja dan SDLR pekerja industri (Phairacul & Mungkung 2011)

Tidak ada hubungan nyata antara pengalaman bekerja dengan self-directed learning

readiness.

Sejauh mana pendidikan tinggi kompatibel dengan belajar mandiri (Francis & Flanigan 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa belajar mandiri tidak langsung berkaitan dengan prestasi akademik atau pemilihan teknik instruksional

Korelasi dan hubungan sebab akibat antara kemampuan belajar mandiri siswa dan hasil belajar (Chou 2012).

Hasil studi menunjukkan bahwa kemampuan belajar mandiri siswa tidak memengaruhi hasil belajar. Temuan yang dihasilkan tidak konsisten antara dua studi tersebut

disebabkan randomisasi latar belakang

Ada perbedaan secara siginifikan antara mahasiswa yang menempuh dua jenis kurikulum tradisional dan hybrid (campuran antara tradisional dan online).

Penelitian pada kemandirian belajar umumnya meningkatkan indeks prestasi pebelajarnya (Stewart 2007) dan (Lai 2011). Sedangkan Francis dan Flanigan (2012) menemukan sebaliknya bahwa kemandirian belajar tidak berhubungan dengan indeks prestasi. Chou (2012) menemukan bahwa kemandirian secara tidak langsung berhubungan dengan indeks prestasi.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini dilatarbelakangi suatu teori komunikasi bahwa elemen-elemen pada proses komunikasi saling memengaruhi. Dari sudut pandang penerimaan pesan, elemen-elemen dalam proses komunikasi seperti komunikator sebagai sumber informasi, pesan atau informasi yang disampaikan dan diterima oleh komunikan, media yang digunakan oleh komunikator dan komunikan, dan faktor lingkungan tempat media itu tersedia dan digunakan, serta dampak dari proses komunikasi memengaruhi perilaku komunikan dalam berinteraksi secara konvergen dengan komunikatornya.

Internet sebagai media yang digunakan komunikator berfungsi untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Dalam kaitannya dengan proses belajar komunikan, internet berperan tidak hanya komunikasi satu arah namun juga dua arah dan juga bukan hanya antar pribadi melainkan juga komunikasi kelompok dan komunikasi sosial. Internet sebagai media komunikasi dalam hal ini digunakan dalam konteks pendidikan.

(39)

Aspek-aspek tersebut bermakna bagaimana komunikan memiliki pengetahuan tentang mengakses internet, bagaimana sikap komunikan terhadap media internet dan bagaimana komunikan tergerak dan berusaha untuk mewujudkan pengetahuan dan sikapnya menjadi perbuatan yang nyata. Perilaku akses internet komunikan ini menentukan bagaimana dia bertindak menggunakan internet untuk kepentingan komunikasinya.

Dalam konteks pendidikan jarak jauh, komunikasi berperan dalam penyampaian informasi dan materi akademik. Jarak antara pendidik dan peserta didik menjadi kendala dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Media internet mendekatkan jarak keduanya dan membantu terjadinya komunikasi yang lebih interaktif antara mahasiswa dengan tutornya, ataupun mahasiswa dengan teman sejawatnya. Dengan interaksi ini proses belajar mahasiswa bisa menjadi lebih aktif. Oleh sebab itu media internet menyebabkan perubahan cara belajarnya.

Proses komunikasi melibatkan beberapa variabel antara lain: (1) komunikator yang berfungsi sebagai sumber informasi bagi komunikannya, (2) pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh komunikan yang dikirimkan melalui media, (3) media yang berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, (4) komunikan atau penerima pesan yaitu mahasiswa, (5) efek atau dampak yaitu akibat dari proses komunikasi itu sendiri, (6) konteks dan lingkungan tempat proses komunikasi terjadi yaitu situasi tertentu yang menyebabkan terjadinya proses komunikasi. Unsur-unsur dalam proses komunikasi saling berkaitan sehingga membentuk suatu sistem yang berproses berulang-ulang untuk saling memperbaiki. Dengan proses yang berulang diharapkan diperoleh suatu model yang ideal sehingga tercapai tujuan komunikasi itu sendiri.

Komunikator sebagai sumber informasi memiliki peranan penting agar diperoleh proses komunikasi yang efektif. Syarat komunikator yang baik agar diperoleh komunikasi yang efektif meliputi antara lain (1) bagaimana kredibilitas sumber informasi menurut persepsi penerima pesan sehingga penerima pesan menjadi merasa yakin bahwa sumber informasi dapat dipercaya, (2) apakah sumber informasi memiliki daya tarik bagi penerima pesan merupakan syarat agar penerima termotivasi untuk melanjutkan proses komunikasinya, (3) sejauh mana sumber informasi memiliki keahlian sebagai kekuatan untuk memengaruhi penerima pesan dalam mengubah perilakunya.

Pesan adalah materi informasi yang disampaikan kepada penerima. Beberapa faktor agar pesan atau materi informasi dapat diterima dengan baik oleh penerima, antara lain, (1) kejelasan informasi terhadap informasi yang disampaikan, (2) jadwal yang teratur dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan menentukan keteraturan penerima untuk melakukan komunikasi, (3) tingkat keakuratan informasi, (4) tingkat kebutuhan penerima terhadap informasi, dan (5) kelengkapan suatu informasi bagi penerima agar proses komunikasi menjadi lebih efisien.

(40)

pengaksesan media internet, dan (3) aspek konatif yaitu sejauh mana keterampilan penerima informasi mengakses internet untuk kepentingan belajarnya (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Tingkat akses internet yang tinggi dan rendah

Perilaku Akses Tingkat akses media internet yang tinggi

Tingkat akses media internet yang rendah

Aspek Kognitif Memiliki wawasan tentang

internet, menelusur informasi

Aspek Afektif Menyukai akses komputer

yang terhubung internet dan setuju terhadap akses media internet untuk menelusur dan berkomunikasi.

Belum tertarik untuk meng-akses komputer yang

terhubung internet dan kurang setuju terhadap akses media internet untuk menelusur informasi dan berkomunikasi.

Aspek Konatif Dapat menggunakan

komputer berinternet dan kebutuhan informasi, (2) melaksanakan proses belajar, (3) berkomunikasi secara interpersonal maupun kelompok. Tingkat pemanfaatan media internet ditunjukkan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Tingkat pemanfaatan internet yang tinggi dan rendah

Pemanfaatan belajar dan atau tutorial.

Jarang atau tidak pernah media social pada media internet untuk menerima dan mengirim informasi.

(41)

Komunikan adalah penerima pesan atau informasi dalam hal ini mahasiswa. Karakter individu penerima pesan merupakan faktor-faktor dalam diri penerima informasi yang memengaruhi seberapa efektif suatu proses komunikasi. Adapun faktor tersebut antara lain, (1) jenis kelamin, (2) umur, (3) jenis tempat tinggal, (4) status pekerjaan, (5) kepemilikan akun, dan (5) kepemilikan alat.

Faktor Lingkungan merupakan aspek cukup penting dalam memengaruhi efektifitas proses komunikasi. Faktor lingkungan meliputi antara lain, (1) ketersedian sarana dan prasarana misalnya sistem jaringan internet dan alat akses (2) besarnya dukungan lingkungan tempat tinggal, serta (3) banyaknya hambatan dihadapi mahasiswa.

Efek atau dampak dari proses komunikasi dalam konteks ini adalah bagaimana komunikan atau mahasiswa memiliki kemandirian dalam belajar. Mahasiswa yang mampu belajar secara mandiri menjadi konsep penting dalam pendidikan jarak jauh (Moore & Kearsily 2012). Williamson (2007) mengembangkan instrumen untuk menguji tingkat kemandirian belajar mahasiswa. Tingkat kemandirian belajar menurut Williamson terdiri dari 5 (lima) aspek yaitu, Awareness, Learning Strategies, Learning Activities, Evaluation, dan

Interpesonal Skill. Adapun gambaran mengenai mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi dan yang rendah dipaparkan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Tingkat kemandirian belajar yang tinggi dan rendah (diadopsi dari Williamson 2007)

(42)

Aspek

Kegiatan belajar Mampu mengidentifikasi

poin penting dengan

Evaluasi Mampu mengukur

Gambar

Gambar 2.3  Sintesa berdasarkan elemen komunikasi dan teori akses
Gambar 2.5 Halaman muka situs web UT (www.ut.ac.id)
Tabel 2.2  Fitur-fitur penting pada website UT menurut kategori
Gambar 2.6 Sintesa model dengan Universitas Terbuka sebagai sumber
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PROFIL GAYA ORANG LAIN Tip-tip Menghadapi Pemimpin/Pelopor.. KECEPATAN

 Fu Mu Bang, aplikasi untuk aktivitas parenting memiliki momentum pertumbuhan yang tinggi dengan kepemilikian lebih dari 1,7 juta pelanggan pada akhir 2016. Bonnie Bears Armor

‐ disebabkan karena kegagalan dalam rekanalisasi duktus

bahwa dalam rangka penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebagai bahan penyusunan

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan ibu dengan pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan 2,160 lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi implant, faktor

Jika dilihat lebih rinci dari skor total masing-masing subjek, maka terlihat subjek penelitian paling banyak berada pada kategori depresi ekstrim yang sebesar 38 persen (37

Mutu pelayanan kesehatan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar profesi yang baik

Secara teoretis, penelitian "Sintaksis Bahasa Paser" bertujuan (1) mengetahui struktur frasa, klausa, dan kalimat bahasa Paser; (2) mengungkapkan hubungan makna