• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH

Abstrak

Media internet sudah biasa digunakan dalam pendidikan tinggi jarak jauh, namun demikian mahasiswa yang tinggal di daerah perdesaan belum sepenuhnya optimal dalam mengakses dan memanfaatkan internet untuk kepentingan belajar mereka. Agar mahasiswa berhasil dalam studinya, dia perlu memiliki keterampilan belajar secara mandiri. Salah satu layanan yang disediakan bagi mahasiswa untuk mendukung kemandirian belajarnya adalah penggunaan internet sebagai media belajar. Penelitian ini berupaya melihat hubungan antara kemandirian belajar, perilaku pengaksesan internet, dan pemanfaatan internet dengan menggunakan metode analisis structural equation. Penelitian survey ini dilakukan di tujuh kabupaten/kota di wilayah karesidenan Surakarta dengan sampel sebesar 320 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku akses internet berpengaruh nyata terhadap kemandirian belajar mahasiswa, namun pemanfatan internet tidak berpengaruh nyata. Strategi yang perlu dilakukan adalah memberi bekal keterampilan kemandirian belajar secara lebih komprehensif melalui penyisipan konsep kemandirian belajar ke dalam Tutorial yang dilaksanakan di UT.

Kata kunci: perilaku akses internet, pemanfatan internet, kemandirian belajar, pendidikan jarak jauh

Pendahuluan

Pemanfaatan media internet dalam pembelajaran meningkat, namun demikian tingkat akses terhadap media ini pada mahasiswa pendidikan tinggi jarak jauh (PTTJJ) yang tinggal di perdesaan di beberapa wilayah Indonesia masih rendah.

Universitas Terbuka (UT), sebagai institusi yang menerapkan sistem PTTJJ, menggunakan media internet untuk layanan belajar tambahan yang bersifat pilihan apabila mahasiswa sulit memperoleh tutorial yang dibutuhkan di daerah mahasiswa tersebut tinggal. Rye dan Zubaidah (2008) meneliti tentang masalah pengaksesan internet pada mahasiswa pascasarjana UT di Bangka Belitung yang menyimpulkan bahwa kesulitan mahasiswa tidak hanya pada ketersedian sarana saja tetapi juga masalah belum membudayanya penggunaan internet. Hal ini justru menjadi tantangan bagi mahasiswa karena tidak tersedianya sarana pendukung lainnya yang tepat.

Media internet tersebut tepat dipergunakan sebagai bantuan belajar pada sistem belajar jarak jauh, keberadaan media tersebut dapat dijadikan referensi dan fasilitas bagi mahasiswa pada saat mereka membutuhkannya. Daulay (2008), menyatakan bahwa Forum Komunikasi Online di website yang disediakan UT mendapat sambutan baik dari para mahasiswa, dan menyimpulkan bahwa kendala terbesar mahasiswa adalah kurangnya berkomunikasi. Untuk berpartisipasi dalam tutorial maupun forum diskusi melalui online ini tentu saja mahasiswa harus mengakses media yang digunakan yaitu internet. Sebelum masuk ke dalam

informasi yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa, dia harus melalui tahap-tahap yang mungkin tidak dirasakan oleh mahasiswa.

Bucy dan Newhagen (2004) berpendapat bahwa akses ke media internet dapat dibagi menjadi empat dimensi, yaitu (1) akses fisik ke komputer, (2) akses ke internet sebagai suatu sistem, (3) akses sosial dan (4) akses kognitif menyangkut motivasi untuk menggunakan teknologi informasi dan kemampuan untuk memproses makna segera setelah pengguna terhubung ke sistem komunikasi.

Menurut pendapat Gaytan yang diuraikan dalam Stanciu dan Inca (2014) ada lima tingkatan dalam penggunaan internet dalam pendidikan yaitu, (1) penggunaan internet untuk mengumpulkan informasi, (2) berbagi informasi dengan teman yang sebidang, (3) bekerja (belajar) di internet sebagai bagian yang telah direncanakan, (4) bekerja sesuai kurikulum yang telah disiapkan tutornya yang harus dikerjakan melalui bantuan internet, dan (5) merancang suatu kegiatan dengan mengikuti proses belajar secara mandiri. Mahasiswa yang mampu belajar secara mandiri menjadi konsep penting dalam pendidikan jarak jauh (Moore & Kearsily 2012).

Berkaitan dengan media internet, kemandirian belajar merupakan dampak dari proses komunikasi. Tingkat kemandirian belajar mahasiswa menurut Williamson (2007) terdiri atas 5 (lima) aspek yaitu, Awareness, Learning Strategies, Learning Activities, Evaluation, dan Interpesonal Skill.

Berangkat dari uraian di atas masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana hubungan antara perilaku akses internet, pemanfaatan internet, dan kemandirian belajar mahasiswa PTTJJ? (2) Bagaimanakah strategi yang dirasa tepat digunakan untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa PTTJJ?

Metode

Penelitian ini menggunakan metode survei. Data primer dikumpulkan dari individu peserta Tutorial Tatap Muka (TTM) yang diselenggarakan oleh Unit Program Belajar Jarak Jauh -Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) Surakarta.

Penelitian dilaksanakan September 2013 sampai Maret 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang meregistrasi ujian pada Masa Registrasi 2013.2 di UPBJJ-UT Surakarta. Sampel yang diperoleh menggunakan metode quota sampling sebanyak 320 responden. Hasil perolehan sampel menyebar di tujuh kabupaten/kota penyelenggara TTM di wilayah Surakarta yaitu: Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen, Sukoharjo, Surakarta, dan Wonogiri. Data dianalisis menggunakan metode Model Persamaan Struktural (structrural equation model) dengan Amos 22.

Analisis diawali dengan mengidentifikasi indikator-indikator pada variabel kemandirian belajar agar diketahui kelompok-kelompok aspek dalam variabel tersebut dengan menggunakan analisis faktor pada SPSS.

Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terbentuk dalam variabel kemandirian belajar terdiri atas 5 aspek yaitu aspek kesadaran belajar, strategi belajar, kegiatan belajar, evaluai dan keterampilan interpersonal. Dengan hasil ini mengkonfirmasi pendapat Williamson (2007). Selanjutnya faktor-faktor ini digunakan sebagai pedoman untuk analisis berikutnya.

Hasil dan Pembahasan Indeks Kemandirian Belajar Mahasiswa UT

Secara umum kemandirian mahasiswa berada pada tingkatan sedang dengan rata- rata 65.17%. Kemandirian belajar pada aspek keterampilan interpersonal cukup baik dengan 83.72% dengan keadan indikator yang cukup merata. Aspek Strategi belajar pada peringkat kedua dengan indeks 74.71% dengan indikator tertinggi pada indikator mengatur rutinitas belajar (78.75%). Sedangkan aspek kemandirian belajar yang paling rendah adalah tingkat kesadaran belajar (48.65%).

Tabel 6.1 Indeks tingkat kemandirian belajar

Variabel Indikator Indeks (%)

Kesadaran belajar 48.65

Perlunya merencanakan tujuan belajar 55.10

Perlunya memotivasi belajar 50.52

Perlunya rutinitas belajar 40.31

Strategi belajar 77.15 Mengatur rutinitas 78.75 Bimbingan teman 76.98 Strategi berpengaruh 75.73 Kegiatan belajar 64.72 Membuat catatan 69.38 Menganalisis informasi 63.96 Mengidentifikasi poin 60.83 Evaluasi 54.04 Menghargai kritikan 65.73 Mengidentifikasi kekuatan 51.67 Memonitor perkembangan 50.31 Memonitor capaian 48.44 Interpersonal 83.72

Mampu bekerja sama 84.48

Berbagi informasi 84.17

Memelihara pertemanan 82.50

Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran belajar mahasiswa perlu ditingkatkan sehingga mereka mampu belajar secara mandiri. Di samping itu mahasiswa perlu meningkatkan bagaimana mengevaluasi belajar mereka. Dengan kemampuan ini diharapkan mahasiswa mampu mengendalikan kegiatan belajar mereka.

Hubungan Perilaku Akses, Pemanfaatan Internet, dan Kemandirian Belajar

Model penelitian ini menggunakan metode bootstrapping dengan cara mengatur sampel menjadi 500 sampel. Setelah dilakukan modifikasi pada model, diperoleh goodness of fit yang memenuhi syarat sebagai model yang baik yaitu denganBollen-Stine bootstrap p = 0 .052 (Gambar 6.1). Adapun skor goodness of fit yang diperoleh dari analisis sebagai berikut: 2 =740,631, df=526, p=0,000, 2 /p=1,408, GFI=0,883, AGFI=0,851, RMSEA=0,036

Model yang diperoleh melalui analisis SEM menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku akses internet dan pemanfaatan internet, dan terdapat hubungan pemanfaatan internet dan kemandirian belajar (Gambar 6.1).

Gambar 6.1 Model hubungan perilaku akses, pemanfaatan internet, dan kemandirian belajar

Hubungan yang paling penting untuk diperhatikan adalah variabel pemanfaatan internet pada aspek belajar terutama pada indikator materi pengayaan, latihan mandiri, dan bimbingan belajar. Sedangkan aspek kebutuhan informasi yang paling penting menurut mahasiswa adalah sistem registrasi dan jadwal ujian.

Perilaku akses tidak berpengaruh langsung terhadap kemandirian belajar, sehingga setiap peningkatan kemampuan mahasiswa mengakses internet akan memengaruhi peningkatan pemanfaatan internet. Dengan meningkatnya pemanfaatan internet maka kemandirian belajar turut meningkat.

Temuan ini menjawab hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu: (1) H1.5 bahwa terdapat hubungan antara perilaku akses internet dan kemandirian belajar ditolak, (2) H1.6 bahwa terdapat hubungan antara pemanfaatan internet dan kemandirian belajar diterima.

Perilaku Akses Internet

Perilaku akses internet terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif. Aspek kognitif meliputi sejauh mana mahasiswa memahami cara

mengoperasikan peralatan yang berhubungan dengan internet, memahami cara menelusur informasi melalui internet, dan memahami cara berkomunikasi melalui internet seperti email, media sosial lainnya. Umumnya mahasiswa memahami cara mengoperasikan peralatan ini karena telepon selular yang banyak dijual di pasaran kebanyakan sudah menggunakan fitur-fitur media sosial tersebut.

Aspek afektif meliputi bagaimana sikap mahasiswa atas penggunaan media internet untuk menelusur informasi dan komunikasi. Mahasiswa sebagaian besar setuju penggunaan internet untuk kepentingan pembelajaran mereka, namun beberapa tidak setuju karena alasan keterbatasan peralatan yang harus dimiliki ataupun ketersediaan fasilitas internet di lingkungan tempat tinggal mereka.

Aspek konatif adalah bagaimana mahasiswa terbiasa dengan penggunaan internet untuk menelusur informasi, dan berkomunikasi. Umumnya mahasiswa belum terbiasa dengan penggunaan media internet untuk berkomunikasi. Mahasiswa umumnya beralasan bahwa kurang praktis untuk mengirimkan email. Kontak dengan dosen pengajarnya hanya dilakukan apabila mereka benar-benar menjumpai masalah yang tidak dapat diselesaikan di UPBJJ tempat mereka belajar.

Pemanfaatan Internet

Sebagian besar mahasiswa UT sudah siap memanfaatkan media internet untuk berkomunikasi namun belum optimal untuk kepentingan pembelajaran mereka. Hal ini terutama karena tutorial online bagi mahasiswa bukan kewajiban tetapi pilihan. Selain hal tersebut, informasi mengenai bidang ilmu atau materi yang diujikan sudah diperoleh mahasiswa melalui modul (buku materi pokok) yang dimilikinya.

Kemandirian Belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa UT memiliki keterampilan belajar secara mandiri yang cukup memadai. Secara umum aspek pada kemandirian belajar mahasiswa yang paling kuat secara berurutan adalah aspek keterampilan interpersonal, aspek evaluasi, aspek kegiatan belajar, aspek strategi belajar, dan yang paling lemah aspek kesadaran belajar. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa kurang menyadari pentingnya belajar, dapat diduga bahwa mahasiswa lemah motivasi belajarnya karena kurangnya penguatan dari pengajarnya.

Hal tersebut cukup logis mengingat bahwa intensitas maupun frekuensi kontak antara mahasiswa UT dan pengajarnya masih kurang. Dengan meningkatkan aspek ini diharapkan akan mendorong meningkatnya aspek lain pada keterampilan belajar secara mandiri ini.

Hubungan antara Faktor Pengaruh pada Kemandirian Belajar dan IP

Secara umum perilaku mahasiswa dalam mengakses internet berkorelasi positif dengan pemanfaatan internet dan kemandirian belajar, namun tidak berkorelasi positif dengan Indeks Prestasi. Ternyata pemanfaatan internet tidak berkorelasi dengan kemandirian belajar dan indeks prestasi, sedangkan kemandirian belajar berkorelasi positif dengan indeks prestasi (Tabel 6.2).

Oleh karena itu setiap perubahan perilaku akses internet dan pemanfatan internet memengaruhi kemandirian belajar mahasiswa yang selanjutnya berdampak pada perubahan indeks prestasinya. Sehingga perilaku akses internet

berpengaruh pada indeks prestasi secara tidak langsung. Hal ini mirip dengan Chen dan Fu (2009) yang menemukan bahwa penelusuran melalui internet membantu meningkatkan nilai.

Tabel 6.2 Matriks korelasi antara perilaku akses internet, pemanfaatan internet, kemandirian belajar, dan indeks prestasi

Variabel Perilaku Akses

Internet Pemanfaatan Internet Kemandirian Belajar Indeks Prestasi Perilaku Akses Internet Pearson 1.000 Sig. -- Pemanfaatan Internet Pearson .467** 1.000 . Sig. 0.000 -- Kemandirian Belajar Pearson .375** .265** 1.000 Sig 0.000 0.000 --

Indeks Prestasi Pearson 0.082 0.004 .126* 1.000

Sig. 0.144 0.946 0.024 --

Analisis Kepentingan dan Performa Kemandirian Belajar

Dengan analisis importance-performance diperoleh hasil bahwa pada kuadran-1 umumnya kemandirian belajar pada aspek kesadaran dan aspek evaluasi. Sedangkan pada kuadran-2 umumnya adalah kemandirian belajar pada aspek kemampuan interpersonal.

Keterangan: sdr3 = Motivasi belajar sdr4 = Rencanakan tujuan sdr5 = Rutinitas belajar stg2 = Bimbingan teman stg4 = Mengatur rutinitas stg5 = Perlu Strategi

keg2 = Identifikasi poin keg4 = Membuat catatan keg6 = Menganalisis informasi

evl2 = Monitor perkembangan evl3 = Identifikasi kekuatan evl4 = Menghargai kritikan evl5 = Memonitor capaian

itp3 = Berbagi informasi itp4 = Memelihara teman itp5 = Bekerja sama

Secara umum kemandirian belajar pada aspek kemampuan interpersonal merupakan kelompok atribut yang perlu dipertahankan dan mendapat prioritas paling tinggi dalam perbaikan, sedangkan kemandirian belajar pada aspek kesadaran belajar dan evaluasi belajar merupakan prioritas berikutnya untuk ditingkatkan (Gambar 6.2).

Strategi Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa

Kemandirian belajar merupakan syarat bagi mahasiswa agar mahasiswa dapat efektif dan efisien dalam proses belajarnya. Keterampilan ini memang tidak diajarkan kepada mereka dalam bentuk matakuliah khusus, namun demikian UT memberikan keterampilan kemandirian belajar melalui bahan ajar cetak yang interaktif. UT melalui website-nya telah memberikan informasi mengenai keterampilan kemandirian belajar. Selain itu pada saat tahun pertama mahasiswa baru masuk ke UT, UPBJJ-UT di daerah masing-masing mengadakan pelatihan singkat mengenai bagaimana sistem belajar di UT pada saat orientasi studi mahasiswa baru (OSMB). Agar kemandirian belajar meningkat sesuai dengan harapan, perlu disusun strategi sebagai berikut:

(1) Fungsi tutorial di samping untuk menyampaikan ilmu pengetahuan juga dapat dimanfaatkan untuk informasi tentang perlunya keterampilan kemandirian belajar kepada mahasiswa. Pada setiap kesempatan tutorial baik Tutorial Tatap Muka maupun Tutorial Online perlu disampaikan mengenai kemandirian belajar secara lengkap sehingga mahasiswa akan selalu mendapatkan pencerahan tentang pentingnya kemandirian belajar terutama bagi mahasiswa pendidikan jarak jauh.

(2) Fungsi pembelajaran melalui media internet akan lebih efektif dan efisien apabila mahasiswa dapat berinteraksi secara optimal. Oleh karena itu Tutorial Online yang diberikan kepada mahasiswa diarahkan agar mahasiswa mengaplikasikan konsep-konsep kemandirian belajar. Dengan demikian kemandirian belajar secara perlahan dapat diserap menjadi suatu kebiasaan mahasiswa.

Simpulan dan saran Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut,

(1) Kemampuan, kemauan, dan tindakan mahasiswa pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh untuk mengakses internet ternyata telah mendukung mahasiswa dalam proses belajar mereka. Layanan informasi dan layanan belajar melalui internet sudah dirancang dan disiapkan untuk dapat dimanfaatkan mahasiswa. Walaupun demikian tingkat akses mahasiswa rendah namun layanan ini berguna bagi mahasiswa terutama bila mereka mengalami kesulitan bahkan ketika tidak ada dosen/tutor atau staf lainnya yang dapat diakses secara fisik.

(2) Internet atau website UT berkaitan dengan bidang pembelajaran yang telah disediakan jarang dimanfaatkan mahasiswa UT. Hal tersebut terjadi karena informasi penting yang disajikan di website UT berfungsi sebagai informasi yang dapat digunakan kapan pun mahasiswa memerlukannya. Rendahnya tingkat pemanfaatan pada Tutorial Online disebabkan tutorial ini belum

merupakan kewajiban bagi mahasiswa. Hal tersebut mengingat bahwa layanan ini disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa sesuai dengan kebutuhan mereka.

(3) Kemandirian belajar bagi mahasiswa pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh merupakan kemampuan yang harus dimiliki. Kemampuan ini menjadi dasar bagi mahasiswa agar keberlanjutan proses pendidikan mereka dapat terjaga. Keterampilan mahasiswa mengakses dan memanfaatkan internet merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemampuan ini.

Saran

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dirumuskan saran sebagai berikut

(1) Kemandirian belajar mahasiswa pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh mahasiswa perlu ditingkatkan melalui upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya belajar. Mahasiswa secara berkala perlu disapa melalui berbagai media untuk memotivasi mereka. Informasi melalui media yang paling segera berada di tangan mahasiswa adalah media melalui telepon selular. Dengan membuat mahasiswa merasa nyaman dalam berkomunikasi diharapkan akan membuat mereka dengan senang hati melakukan hal lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran mereka.

(2) Strategi yang perlu dilakukan adalah memberikan mahasiswa bekal

keterampilan yang cukup tentang upaya mewujudkan kemandirian belajar. Walaupun langkah ini sudah dilakukan oleh UT melalui orientasi mahasiswa baru, namun tahap ini masih pada batas pemahaman saja. Oleh karena itu diperlukan tahapan berikutnya untuk mempraktekkan pemahaman yang diperolah mahasiswa pada saat pelatihan dalam tindakan nyata. Tahapan ini dilakukan di dalam kelompok belajar tempat mahasiswa berkumpul. Selain itu praktek peningkatan kemandirian belajar dapat dilakukan dalam tutorial-tutorial yang diselenggarakan dengan menerapkan konsep kemandirian belajar ini dalam bentuk yang lebih praktis.