• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralatan akses internet yang dimiliki mahasiswa cukup memadai. Hanya 6.88% mahasiswa yang tidak memiliki peralatan akses ini. Namun demikian tantangan itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap dapat mengakses internet terbukti bahwa setengah dari mahasiswa yang tidak memiliki peralatan memiliki akun internet (Tabel 5.1). Untuk mengakses internet diduga mahasiswa memanfaatkan warung internet atau internet yang tersedia di tempat kerjanya. Tabel 5.1 Jumlah mahasiswa menurut kepemilikan akun dan peralatan akses

Kepemilikan alat akses internet

Kepemilikan akun internet

TPA EM EM+FB EM+FB+TW Total (orang)

Persentase (%)

Tidak punya alat 10 8 3 1 22 (6.88)

HP saja 39 66 38 12 155 (48.44)

PC+Tablet+Laptop 5 12 18 2 37 (11.56)

HP + PC+Tablet+Laptop 14 41 36 21 106 (33.13)

Total (orang) 68 127 95 36 320 (100.00)

Persentase (%) (21.25) (39.69) (29.69) (11.25) (100)

Keterangan: TP=Tidak punya akun, EM=Email, FB=Facebook, TW=Twitter, HP=Handphone, PC=Komputer Pribadi

Seperlima (21.24%) jumlah mahasiswa tidak memiliki akun, walaupun sebagian besar memiliki peralatan akses internet. Hal ini berarti bahwa sejumlah mahasiswa belum terbiasa berkomunikasi melalui internet.

Indeks Pemanfaatan Internet

Secara umum mahasiswa dalam memanfaatkan informasi dan komunikasi melalui internet pada tingkat sedang. Hal ini seperti ditujukkan Tabel 5.2 bahwa rerata total indeks pemanfaatan internet sebesar 32.85%. Mahasiswa mencari informasi melalui internet atau website UT berperingkat paling tinggi yaitu 36,09%, sedangkan dalam mahasiswa memanfaatkan internet untuk kepentingan belajar pada tingkatan 27.60% dan yang paling rendah adalah pemanfaatan internet untuk

berkomunikasi yaitu 25.87%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa belum sepenuhnya memanfaatkan internet sebagai media komunikasi baik formal maupun informal melalui media sosial seperti facebook dan twitter.

Tabel 5.2 Indeks tingkat pemanfaatan internet

Dimnesi dan Indikator Indeks (%) Rerata

Pencarian dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi 36.09

Membaca informasi tentang sistem pendidikan 42.81

Membaca informasi tentang sistem registrasi 38.85

Mencari informasi tentang Jadwal ujian 44.06

Mencari informasi tentang Toko Buku Online 18.65

Pemenuhan Kebutuhan Belajar 27.60

Memanfaatkan fitur bimbingan belajar 30.63

Mempelajari materi pengayaan 25.31

Memanfaatkan Latihan mandiri 26.04

Mencari refernsi pada Perpustakaan digital 23.23

Mengikuti Tutorial online 32.81

Pemenuhan Kebutuhan Komunikasi 28.56

Menggunakan email ke teman UT 35.31

Menggunakan email ke dosen UT 24.27

Menggunakan email ke tenaga kependidikan UT 11.88

Berpartisipasi dalam Forum diskusi 24.48

Berpartisipasi aktif di media sosial 46.88

Rerata total 30.75

Hubungan antara Perilaku Akses dan Pemanfaatan Internet

Model penelitian ini menggunakan metode bootstrapping dengan cara mengatur sampel menjadi 500 sampel. Setelah dilakukan modifikasi pada model diperoleh goodness of fit yang memenuhi syarat sebagai model yang baik yaitu denganBollen-Stine bootstrap p = 0 .066 (Gambar 5.1). Adapun skor goodness of fit yang diperoleh dari analisis sebagai berikut: 2 =448,915, df=326, p=0,000, 2 /p=1,377, GFI=0,913, AGFI=0,884, RMSEA=0,034

Secara umum faktor lingkungan mahasiswa kurang mendukung mahasiswa dalam pemanfaatan internet. Namun faktor lingkungan berkorelasi cukup nyata dengan perilaku mahasiswa dalam mengakses internet (Gambar 5.1).

Model ini menggambarkan bahwa untuk memperbaiki tingkat pemanfaatan internet perlu meningkatkan faktor lingkungan, namun demikian faktor lingkungan seperti: dukungan pemerintah, dukungan keluarga, merupakan indikator yang tidak dapat dijangkau oleh institusi.

Model ini juga menyingkapkan bahwa perilaku akses yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan internet adalah kemampuan menelusur informasi melalui internet. Kemampuan menelusur menjadi aspek yang penting untuk diperbaiki agar pemanfaatan internet meningkat.

Temuan ini menjawab hipotesis yang diajukan pada penelitian ini H1.4 bahwa terdapat hubungan antara perilaku akses internet dan pemanfaatan internet diterima.

Gambar 5.1 Hasil akhir model hubungan faktor lingkungan, perilaku akses internet dan pemanfaatan internet oleh mahasiswa UT dengan metode bootstrapping

Faktor Lingkungan

Secara umum lingkungan mahasiswa mendukung pengaksesan internet tetapi tidak mendukung pemanfaatan internet secara langsung (Gambar 5.1). Ketersediaan warung internet merupakan aspek yang paling tinggi loading factornya. Hal ini sesuai dengan pengakuan beberapa mahasiswa bahwa di daerah tempat tinggal mahasiswa belum tersedia fasilitas jaringan telepon.

Dukungan lingkungan keluarga merupakan unsur penting bagi kemajuan pendidikan mahasiswa PTTJJ. Dengan adanya dukungan kepada mahasiswa, mereka menjadi termotivasi untuk belajar lebih baik. Dukungan ini umumnya karena masalah ekonomi. Biaya yang digunakan untuk mengakses internet tidak lah murah.

Hambatan jarak ke warung internet dan hambatan waktu mengakses adalah faktor lingkungan yang paling kuat korelasinya dengan variabel laten. Hal ini disebabkan oleh kondisi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, sehingga waktu mengakses dan jarak ke warung internet cukup menghambat. Mahasiswa harus

pandai membagi waktu untuk mengakses internet untuk mencari informasi atau belajar dan bekerja.

Perilaku Akses Internet

Secara umum mahasiswa dalam menggunakan komputer berinternet, menelusur informasi, dan berkomunikasi melalui internet memengaruhi mahasiswa dalam memanfaatkan internet. Hal ini terbukti bahwa koefisien jalur terhadap variabel-variabel ini 0,68 (Gambar 5.1). Dimensi konatif dari variabel perilaku mahasiswa dalam mengakses internet memiliki koefisien jalur yang paling kuat. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan mengakses internet merupakan basis dari pemanfaatan internet.

Perilaku mahasiswa dalam mengakses internet pada aspek kognitif umumnya cukup baik. Ini merupakan modal dasar bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dalam pemanfaatan internet. Bagi institusi modal dasar yang dimiliki mahasiswa merupakan titik tolak yang cukup baik, karena institusi tidak perlu memberikan pelatihan khusus mengenai penggunaan internet. Namun pada aspek konatif yaitu aspek kebiasaan mahasiswa dalam mengakses internet rata- rata memiliki nilai sedang.

Pemanfaatan Internet

Secara umum mahasiswa telah pemanfaatan internet untuk kepentingan belajar mereka dengan nilai loading factor >0.70. Pemanfaatan internet untuk pemenuhan kebutuhan informasi pada taraf sedang. Namun demikian pemanfaatan internet untuk berkomunikasi memiliki loading factor yang rendah (Gambar 5.1). hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih jarang menggunakan internet sebagai media komunikasi.

Indikator-indikator pada dimensi pembelajaran menunjukkan korelasi yang cukup kuat dengan variabel latennya. Korelasi yang paling lemah adalah indikator

mengikuti aktif Tutorial Online pada Website UT. Hal ini diduga mahasiswa tidak memanfaatkan opsi tutorial online ini, mahasiswa lebih suka memanfaatkan layanan belajar Tutorial Tatap Muka (TTM). Mahasiswa pengguna Tutorial Online umumnya mahasiswa yang mengulang matakuliah karena untuk mengikuti TTM mahasiswa harus memenuhi quota jumlah peserta TTM dan ketersediaan tutor bidang studi di daerah mereka.

Indikator-indikator pada dimensi pemenuhan kebutuhan informasi menunjukkan korelasi yang cukup kuat dengan variabel latennya. Namun demikian indikator memanfaatkan Toko Buku Online memiliki loading factor

yang paling lemah.

Indikator-indikator pada dimensi komunikasi menunjukkan korelasi yang sedang dengan variabel latennya, namun demikian indikator menggunakan email untuk menerima dan mengirim pesan kepada teman paling lemah. Hal ini diduga mahasiswa tidak menggunakan email untuk mengirim pesan kepada temannya.

Analisis Kepentingan dan Performa pada Pemanfaatan Internet

Menurut Pike (2004) importance-performance analysis adalah teknik analisis yang dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan menurut skala prioritas. Analisis ini menghasilkan matriks yang terbentuk oleh

dua sumbu yaitu, sumbu X adalah nilai skor jawaban responden, sedangkan sumbu Y adalah loading factor yang diperoleh melalui analisis SEM. Matriks membentuk empat kuadran yang diinterpretasikan sebagai prioritas-prioritas. Kuadran-1 memiliki prioritas tinggi dan kuadran-2 memiliki prioritas paling tinggi, sedangkan kuadran-3 dan kuadran 4 memiliki prioritas rendah yang bisa diabaikan.

Secara umum pemanfaatan internet pada aspek informasi merupakan kelompok atribut yang perlu dipertahankan dan mendapat prioritas paling tinggi dalam perbaikan, sedangkan pemanfatan internet pada aspek belajar merupakan prioritas berikutnya untuk ditingkatkan (Gambar 5.2).

Keterangan:

inf1 =sistem pendidikan inf2 =sistem registrasi inf3 =jadwal ujian/tutorial inf5 =toko buku online blj1 =bimbingan belajar blj2 =materi pengayaan blj3 =latihan mandiri blj4 =perpustakaan digital blj5 =Tutorial online kom1 =email ke teman kom3 =email ke dosen kom4 =email ke staf kom5 =aktif fi facebook

Gambar 5.2 Matriks kepentingan dan performa indikator pemanfaatan internet

Strategi Peningkatan Pemanfaatan Internet

Sistem pendidikan jarak jauh yang menerapkan jarak antara pengajar dan mahasiswa menuntut mahasiswa untuk aktif dalam proses belajarnya. Aktif dalam hal ini dapat diartikan sebagai aktif dalam memanfaatkan media, baik media cetak, tatap-muka, maupun media elektronik seperti internet. Pemanfaatan internet dalam pendidikan memiliki beberapa dimensi antara lain pemanfaatan untuk: (1) pemenuhan kebutuhan informasi, (2) proses pembelajaran, (3) pemenuhan kebutuhan komunikasi, (4) sosialisasi dengan teman-teman sejawat mahasiswa.

Berdasarkan hal itu dapatlah disusun suatu strategi dalam rangka peningkatan pemanfaatan internet untuk pendidikan mahasiswa.

(1) Pemenuhan kebutuhan informasi bagi mahasiswa merupakan kebutuhan

pokok agar proses belajar mahasiswa dapat berlangsung dengan sebaik- baiknya. UT sebagai institusi telah menyiapkan berbagai sarana untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Sebagai peserta didik dewasa,

mahasiswa UT sendirilah yang dapat menentukan sendiri kebutuhan belajarnya.

(2) Pemanfaatan internet untuk proses pembelajaran merupakan langkah yang cukup penting dalam pendidikan jarak jauh. Internet memiliki karakteristik yang paling sesuai dengan sistem pendidikan jarak jauh. Oleh karena itu, institusi memahami keperluan mahasiswa dalam penerapan internet untuk kepentingan proses belajar mahasiswa. Hal yang paling nyata adalah ketersediaan jaringan internet ditingkat kecamatan pada umumnya masih rendah. Untuk hal tersebut, dibutuhkan pengembangan program internet yang lebih murah misalnya pemanfaatan internet melalui HP untuk kepentingan pemberian motivasi yang berkelanjutan.

(3) Pemanfaatan internet untuk kebutuhan komunikasi mahasiswa merupakan unsur penting. Mahasiswa pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh dalam proses perkuliahannya akan merasa sendiri tanpa bantuan orang lain. Perasaan ini harus dikurangi agar meningkatkan motivasi mereka. Oleh karena itu komunikasi yang kontinyu kepada mahasiswa dibutuhkan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara kelompok melalui media sosial. Dengan demikian proses ini tidak membebani teknologi yang sudah berjalan dan mahasiswa tidak lagi terhubung dengan internet melalui komputer pribadi (PC) tetapi dapat langsung melalui perangkat jinjing (HP) mereka. Pemanfaatan internet untuk diskusi kelompok berfungsi untuk melatih mahasiswa untuk berbagi pengetahuan dengan teman sejawatnya dan dapat dipandu oleh para dosen di bidang ilmunya. Mahasiswa yang umumnya adalah pekerja sehingga waktu untuk belajar mereka terbatas. Oleh karena itu ruang diskusi yang paling tepat adalah secara online dengan mode tertunda (asynchronous), sehingga kapanpun ada kesempatan mahasiswa dapat ikut berpartisipasi dalam forum ini. Pemanfaatan media sosial sebagai media pendamping media utama merupakan salah satu langkah yang dapat memecahkan masalah keterbatasan teknologi. Beban akses yang terlalu besar mengakibatkan melemahnya tingkat respon komputer server. Penambahan fitur pendamping tutorial pada sistem yang sudah mapan tentu akan menambah beban komputer server. Oleh karena itu pemanfaatan media sosial sebagai fitur diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut.

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Faktor lingkungan tidak secara langsung memengaruhi Pemanfaatan internet. Dimensi yang paling kuat memengaruhi pemanfaatan internet adalah dukungan pemerintah dan dukungan keluarga.

(2) Perilaku mahasiswa dalam mengakses Internet memengaruhi mahasiswa dalam memanfatkan internet. Aspek kognitif dalam perilaku akses internet merupakan aspek yang paling kuat memengaruhi pemanfaatan internet. Wawasan, kemauan, dan keterampilan menelusur informasi merupakan faktor yang kuat memengaruhi pemanfaatan internet

(3) Aspek pemenuhan kebutuhan belajar merupakan faktor yang paling kuat dalam pemanfaatan internet. Pemanfaatan internet pada pemenuhan kebutuhan berkomunikasi merupakan faktor yang paling lemah.

(4) Strategi yang diharapkan dapat membantu meningkatkan mahasiswa dalam memanfaatkan internet adalah penggunaan media sosial sebagai media pendamping serta penggunaan HP sebagai alternatif yang fleksibel bagi mahasiswa karena jauh lebih murah dan mudah pengaksesan di hampir semua tempat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran berikut:

(1) Rendahnya performa pemanfaatan internet dapat ditingkatkan dengan jalan memperluas penggunaan alat dengan konsekuensi penyelenggara internet menyediakan perangkat lunak yang sesuai dengan peralatan yang dimiliki mahasiswa.

(2) Untuk meningkatkan pemanfaatan internet perlu perlu dikembangkan sistem yang menggunakan media sosial sebagai media pendamping media utama. Upaya ini diarahkan agar mahasiswa dapat lebih intens dalam berkomunikasi serta memperoleh informasi dengan segera.

6 KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN