• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 KARAKTERISTIK MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI TERBUKA DAN JARAK JAUH PENGGUNA INTERNET

Abstrak

Pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ) memiliki kekhususan di mana mahasiswa tidak wajib hadir di kampus dalam proses belajarnya. Media komunikasi merupakan alat bantu bagi mahasiswa untuk memperoleh informasi, berinteraksi dengan pengajar maupun sejawatnya, dan memecahkan masalah belajarnya. Karakteristik tersebut memungkinkan para pekerja yang sibuk dengan tugasnya sehari-hari dan masyarakat yang tinggal jauh di pelosok desa dapat berpartisipasi mengikuti pendidikan formal ini. Namun demikian kendala muncul manakala fasilitas dan prasarana yang tersedia terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mahasiswa Universitas Terbuka UT, sebagai institusi PTTJJ, yang bertempat tinggal di perkotaan dan perdesaan di wilayah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tidak ada perbedaan antara responden yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan. Tersedianya dukungan sarana dan prasarana media komunikasi internet merupakan dukungan yang cukup berarti bagi responden untuk melakukan aktivitas belajarnya.

Kata kunci: mahasiswa, pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh, perdesaan, Surakarta

Pendahuluan

UT yang memiliki kantor cabang di seluruh penjuru tanah air Indonesia menyediakan layanan yang berhubungan dengan informasi dan pembelajaran semua bidang studi yang dimiliki. Layanan bagi mahasiswa yang jauh di pelosok sangat cocok dengan penggunaan media internet namun kendala utama bagi para mahasiswa adalah ketersediaan sarana dan prasarana di daerah mahasiswa tinggal. UPBJJ-UT Surakarta membawahi atau mengasuh mahasiswa yang berada atau bertempat tinggal di tujuh kabupaten. Titik terjauh dari tempat tinggal mahasiswa ke kantor UPBJJ-UT Surakarta kira-kira 50 km. Untuk melakukan perjalanan tersebut apabila mahasiswa tersebut bekerja tentu harus meninggalkan pekerjaan. Hal ini merupakan kelemahan pendidikan tinggi jarak jauh yang membuat mahasiswa kesulitan dalam tatap muka baik dengan staf administrasi maupun staf dosen di daerah. Namun demikian kelemahan itu sebenarnya dapat dikurangi dengan hadirnya media komunikasi, dan media komunikasi yang paling handal dalam hal ini adalah media internet.

Kegiatan komunikasi melalui internet bagi mahasiswa UT merupakan kegiatan yang penting. Namun demikian banyak kendala yang dihadapi oleh para penggunanya. Penelitian Chaudhuri et al. (2005) menyatakan bahwa penghasilan dan tingkat pendidikan menjadi prediktor yang paling kuat dalam hal pengaksesan internet. Oleh karena itu mahasiswa perlu mengelola dirinya untuk dapat melakukan pengaksesan internet. Pengelolaan ini meliputi usaha untuk mencari cara yang paling murah untuk mengakses. Omotayo (2006) mendapatkan bahwa penggunaan internet cukup tinggi terutama di warung internet. Hal ini untuk mengatasi lemahnya penyediaan fasilitas internet di rumah setiap mahasiswa.

Chen dan Fu (2009) mengkonfirmasi bahwa penelusuran informasi melalui online membantu meningkatkan nilai ujian. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya pengaksesan internet untuk kepentingan belajar, dibandingkan dengan penggunaan internet untuk kepentingan bermain dan media sosial. Seperti temuan Chen dan Fu (2009) selanjutnya yang menyatakan bahwa pengaksesan internet untuk bermain dan sosial media cenderung menurunkan performa ujian para pengguna internet.

Berangkat dari kendala-kendala yang disampaikan di atas perlu memahami gambaran yang cukup rinci mengenai, (1) sejauh mana kondisi mahasiswa yang tinggal di wilayah Surakarta? (2) sejauh mana mahasiswa memiliki alat untuk mengakses internet? (3) sejauh mana mahasiswa memiliki akun untuk kebutuhan komunikasinya?

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di 7 (tujuh) kabupaten/kota di wilayah Surakarta yaitu kabupaten-kabupaten Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen, Sukoharjo, Surakarta, dan Wonogiri. Pemilihan lokasi ini adalah untuk melihat efek jarak antara pusat sumber belajar dan tempat tinggal mahasiswa. Jarak antara wilayah yang dipilih dengan pusat sumber belajar kira-kira 600 km. Dengan demikian agar lebih efektif untuk berkomunikasi dengan pusat sumber belajarnya, mahasiswa perlu menggunakan media komunikasi.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan memberikan kuesioner kepada responden. Sampel yang ditetapkan sebanyak 320 responden guna memenuhi syarat analisis structural equation model yaitu 200 responden (Holy 1995) dan Kline (2011) atau lima kali jumlah parameter setiap model yang dianalisis (Bentler & Chou 1987).

Hasil dan Pembahasan Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Terbuka (UT) memiliki kantor daerah yang disebut sebagai Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) sebanyak 39 kantor cabang di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Pada umumnya kantor UPBJJ-UT di daerah berada di wilayah ibukota provinsi, namun demikian beberapa UPBJJ-UT berada bukan di ibukota provinsi antara lain kota Bogor, Purwokerto, Surakarta, Malang, Jember. UPBJJ-UT Surakarta sebagai salah satu kantor UPBJJ-UT sebelumnya berada kota Surakarta, namun sekarang memiliki kantor sendiri di Kabupaten Karanganyar.

Secara umum budaya masyarakat di wilayah ini baik dari segi bahasa dan budaya memiliki kesamaan. Wilayah-wilayah ini dulu pernah menjadi satu kesatuan pemerintahan sebagai “Karesidenan Surakarta” yang terdiri atas satu pusat kota yaitu Kota Surakarta yang dikelilingi oleh 6 kabupaten.

Menurut sejarah pada akhir tahun 1945 di Surakarta timbul gerakan anti Swapraja yang berkembang hingga wilayah-wilayah di bawah pemerintahan Mangkunegaran dan Kasunanan menyatakan berdiri sendiri sebagai pemerintah. Hal ini mendapat tanggapan dari Pemerintah Pusat dengan terbitnya Penetapan Pemerintah No. 16/SD tanggal 15 Juli Tahun 1946 yang antara lain menetapkan

daerah-daerah tersebut tergabung dalam Karesidenan Surakarta yang dipimpin oleh seorang Residen. Ini berarti wilayah Karesidenan Surakarta terdiri dari bekas

wilayah-wilayah Mangkunegaran yaitu Kabupaten KaranganyardanWonogiri,

serta bekas wilayah Kasunanan yaitu Kabupaten Klaten,Sragen, Boyolali, dan Sukoharjo (Kawedanan Sukoharjo, Bekonang, Kartasura), ditambah Kotamadya Surakarta (Pemerintah Kabupaten Karanganyar 2011) dan (Sejarah berdirinya Kabupaten Sukoharjo 2012)

Namun setelah terbitnya Undang-undang No. 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah yang mengatur Surakarta menjadi bagian provinsi Jawa Tengah maka secara de jure pemerintahan karesidenan sudah tidak ada lagi.

Kabupaten-kabupaten yang mengelilingi kota Surakarta adalah Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, Sragen dan Wonogiri. Jumlah total kecamatan di wilayah Surakarta 124 kecamatan dengan jumlah total kelurahan 1565 kelurahan. Tabel 3.1 Jumlah kecamatan dan kelurahan di wilayah Surakarta tahun 2010

Kabupaten Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa Jumlah kelurahan menurut kategori* perdesaan perkotaan Boyolali 19 267 204 63 Karanganyar 17 177 114 63 Klaten 26 401 148 253 Sragen 20 208 159 49 Sukoharjo 12 167 61 106 Surakarta 5 51 0 51 Wonogiri 25 294 251 43 Total 124 1565 937 628

Sumber: Diolah dari data sekunder, *Kategori berdasarkan BPS (2010)

Kategorisasi perdesaan dan perkotaan pada penelitian ini merujuk pada Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang klasifikasi perkotaan dan perdesaan di Indonesia. Kriteria wilayah perkotaan adalah persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan, yang dimiliki suatu desa/kelurahan untuk menentukan status perkotaan suatu desa/kelurahan. Fasilitas perkotaan terutama antara lain terdapatnya rumah tangga yang menggunakan telepon; dan rumah tangga yang menggunakan listrik cukup tinggi (BPS 2010).

Karakteristik Responden dan Wilayah Penelitian Tempat Tinggal

UT menerapkan sistem pendidikan jarak jauh, oleh karena itu mahasiswa tidak perlu datang ke kampus. Mahasiswa dapat belajar secara mandiri di tempat tinggal masing-masing dengan berbekal modul yang telah disediakan oleh UT. Apabila mahasiswa mengalami kesulitan, mahasiswa dapat berkonsultasi datang langsung ke kantor UPBJJ-UT Surakarta. Mahasiswa dapat juga memanfaatkan layanan belajar melalui tutorial tatap muka yang diselenggarakan di hampir semua kabupaten di wilayah Surakarta. Opsi lain adalah dengan memanfaatkan media

internet sebagai sumber belajar dan sumber informasi. Oleh karena itu dalam proses belajar mahasiswa peran media komunikasi sangat penting. Pada kenyataannya fasilitas komunikasi di beberapa daerah belum tersedia secara baik.

Gambar 3.1 Sketsa wilayah Surakarta dan kabupaten-kabupaten sekitarnya Responden pada penelitian ini bertempat tinggal tersebar di seluruh wilayah kecamatan-kecamatan di 7 (tujuh) kabupaten kota: Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen, Sukoharjo, Surakarta, dan Wonogiri. Secara rinci sebaran responden yang bertempat tinggal kelurahan/desa tersebut ditampilkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jumlah mahasiswa sampel berdasarkan perdesaan-perkotaan per kabupaten

Kabupaten/Kota Jumlah mahasiswa

Perdesaan Perkotaan Total (mahasiswa)

Boyolali 18 7 25 Karanganyar 21 26 47 Klaten 12 23 35 Sragen 37 43 80 Sukoharjo 17 32 49 Surakarta 0 7 7 Wonogiri 51 26 77 Total 156 164 320

* Kategori berdasarkan pada BPS (2010)

WONOGIRI KARANGANYAR SRAGEN BOYOLALI SURAKARTA KLATEN SUKOHARJO

Status Pekerjaan, Kategori Tempat Tinggal dan Jenis kelamin

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang bekerja lebih besar (69%) daripada yang tidak bekerja (31%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesesuaian misi yang diemban UT yang dapat memberikan solusi bagi masyarakat yang ingin memperbaiki karirnya karena tertundanya masuk perguruan tinggi. Setelah mahasiswa bekerja mereka dapat tertampung untuk melanjutkan studinya. Konsekuensi dari mahasiswa yang bekerja adalah pembagian waktu untuk kegiatan bekerja, kegiatan rumahtangga, dan kegiatan belajar mereka.

Secara umum responden laki-laki memiliki persentase lebih kecil (30,62%) dibandingkan dengan responden perempuan (69.38%), sedangkan jumlah responden yang tinggal di perdesaan (48.75%) tidak berbeda jauh dengan responden yang tinggal di perkotaan (51,25%).

Tabel 3.3 Jumlah mahasiswa menurut status pekerjaan, kelompok tempat tinggal, dan jenis kelamin

Status pekerjaan Tempat tinggal Jenis kelamin Total

(mahasiswa)

Persentase (%) Laki-laki Perempuan

Tidak bekerja Perdesaan 9 40 49 15.31

Perkotaan 12 38 50 15.63 Sub total 21 78 99 30.94 Bekerja Perdesaan 37 70 107 33.44 Perkotaan 40 74 114 35.63 Sub total 77 144 221 69.06 Total 98 222 320 100 Persentase (%) 30.62 69.38 100

Kelompok Usia, Tempat Tinggal dan Jenis kelamin

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa presentase jumlah responden yang berusia di atas 23 tahun adalah 73.44%, sedang responden yang berusia di bawah 23 tahun sebesar 26.56%. Hal ini menunjukkan bahwa responden umumnya sudah melampaui usia dewasa karena mereka pernah menunda masuk perguruan tinggi. Tabel 3.4 Jumlah mahasiswa menurut kelompok usia, tempat tinggal, dan jenis

kelamin Kelompok usia dalam tahun

Tempat tinggal

Jenis kelamin Total

(orang) Persenta se (%) Laki-laki Perempuan Usia <23 Perdesaan 8 27 35 10.94 Perkotaan 21 29 50 15.63 Sub total 29 56 85 26.56 Usia 23 - 30 Perdesaan 20 59 79 24.69 Perkotaan 22 49 71 22.19 Sub total 42 108 150 46.88 Usia >30 Perdesaan 18 24 42 13.13 Perkotaan 9 34 43 13.44 Sub total 27 58 85 26.56 Total (orang) 99 222 320 100.0

Kepemilikan Peralatan Akses Internet Menurut Tempat Tinggal

Umumnya mahasiswa memiliki peralatan akses internet yang cukup memadai. Mahasiswa yang tidak memiliki peralatan akses ini sebesar 6,56% (Tabel 3.5).

Tabel 3.5 Jumlah mahasiswa yang memiliki peralatan akses intenet menurut tempat tinggal

Kepemilikan alat akses

Kategori Tempat Tinggal

Total (orang) Persent ase (%) Perdesaan . perkotaan . TM HP TB LT PC TM HP TB LT PC TM 9 0 0 0 0 12 0 0 0 0 21 6.56 HP saja 0 77 0 0 0 0 77 0 0 0 154 48.13 TB saja 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0.31 LT saja 0 0 0 13 0 0 0 0 13 0 26 8.13 PC saja 0 0 0 0 5 0 0 0 0 3 8 2.50 TB+PC 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0.31 LT+PC 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0 3 0.94 HP+TB 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0.31 HP+LT 0 29 0 29 0 0 37 0 37 0 66 20.63 HP+PC 0 6 0 0 6 0 4 0 0 4 10 3.13 HP+TB+LT 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 2 0.63 HP+LT+PC 0 11 0 11 11 0 12 0 12 12 23 7.19 HP+TB+LT+PC 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 4 1.25 Total (orang) 320 100.00 TM 9 12 21 6.56 HP total 127 133 260 81.25 TB total 5 4 9 2.81 LT total 59 65 124 38.75 PC total 28 21 49 15.31

Keterangan: TM=Tidak memiliki, HP=handphone, TB=Tablet, LT=Laptop, PC=Komputer Mahasiswa yang memiliki handphone (HP) untuk mengakses internet 48,13% sedangkan total yang memiliki HP adalah 81,25% (Tabel 1). Hampir tidak ada perbedaan antara mahasiswa yang tinggal di perdesaan dan perkotaan dalam memiliki peralatan akses internet. Jumlah yang memiliki HP mendominasi kepemilikan peralatan akses. HP merupakan peralatan akses internet yang dapat dibawa kemana saja sehingga memungkinkan mahasiswa untuk belajar kapan saja dan di mana saja.

Ketersediaan Jaringan Internet di Daerah Responden

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa lebih dari setengah total sampel menyatakan bahwa jaringan internet di daerahnya memadai di perdesaan jumlah 65 dan di perkotaan 103, (total=52.50%) dan setengahnya tidak memiliki alat yang digunakan untuk berkomunikasi melalui internet yaitu di perdesaan 31 dan perkotaan 55. Dengan demikian walaupun memiliki alat, tanpa adanya jaringan, responden tidak dapat melakukan komunikasi melalui internet. Responden yang memiliki alat dan di daerahnya tersedia jaringan, total = 168-86=82 responden atau seperpempat dari total sampel.

Tabel 3.6 Jumlah mahasiswa yang memiliki alat akses internet dan kondisi jaringan internet di tempat tinggalnya

Tempat Tinggal

Alat tersedia Jaringan internet di daerah responden

LT PC (1) (2) (3) (4) Total %

Perdesaan tidak tidak 13 13 30 31 87 27.19

tidak ya 2 1 4 4 11 3.44

ya tidak 6 3 13 20 42 13.13

ya ya 1 0 5 10 16 5.00

Perkotaan tidak tidak 7 7 23 55 92 28.75

tidak ya 0 1 0 6 7 2.19

ya tidak 4 2 12 32 50 15.63

ya ya 1 0 4 10 15 4.69

Total (orang) 34 27 91 168 320 100.00

Persentase (%) 10.63 8.44 28.44 52.50 100.00

Keterangan: LT=laptop PC=personal computer, Jaringan= (1) tidak ada, (2) tidak memadai, (3) kurang memadai, (4) memadai

Ketersediaan Warung/Rental Internet di daerah responden

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa responden yang sama sekali tidak terdukung dengan warung internet di perdesaan dan perkotaan berjumlah =51 (15.93%). Menurut responden warung internet yang tidak memadai berjumlah=22 (6.88%), dengan demikian 73 (22,82%) responden yang mengalami kesulitan untuk menggunakan internet dan 21 dari 73 responden itu sama sekali tidak dapat berkomunikasi karena tidak memiliki alat komunikasi dan tidak tersedia warung internet. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi mahasiswa dalam proses belajarnya. Mereka hanya mengandalkan modul untuk belajar dan Tutorial Tatap Muka apabila mereka memiliki cukup dana untuk mengikutinya. Mahasiswa dengan kondisi ini tentu saja tidak dapat memperoleh informasi segera, mereka harus ke tempat yang tersedia warung internet.

Tabel 3.7 Jumlah mahasiswa yang memiliki alat akses dan kondisi warung internet di tempat tinggal responden

Tempat Tinggal

Alat tersedia Warung internet di daerah responden

HP Tab (1) (2) (3) (4) Total %

Perdesaan tidak tidak 10 2 5 11 28 8.75

tidak ya 0 0 1 0 1 0.31

ya tidak 25 9 50 39 123 38.44

ya ya 2 0 1 1 4 1.25

Perkotaan tidak tidak 5 4 10 10 29 9.06

tidak ya 0 0 0 1 1 0.31

ya tidak 9 6 40 75 130 40.63

ya ya 0 1 1 2 4 1.25

Total (orang) 51 22 108 139 320 100

% 15.93 6.88 33.75 43.44 100

Keterangan: HP=handphone Tab=Tablet

Kepemilikan Akun Internet Menurut Tempat Tinggal

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa umumnya mahasiswa memiliki akun internet yang cukup memadai karena mahasiswa yang tidak memiliki akun internet sebesar 20,63%. Jumlah mahasiswa yang memiliki email saja 35.63%, namun secara keseluruhan mahasiswa yang memiliki akun email 74,38%.

Tabel 3.8 Jumlah mahasiswa yang memiliki akun internet menurut kategori tempat tinggal

Kepemilik an akun internet

Kategori Tempat Tinggal

Total (orang) Persenta se (%) Perdesaan . Perkotaan . TM EM FB TW TM EM FB TW TM 33 0 0 0 33 0 0 0 66 20.625 EM saja 0 56 0 0 0 58 0 0 114 35.625 EM+FB 0 41 41 0 0 45 45 0 86 26.875 EM+TW 0 2 0 2 0 2 0 2 4 1.250 EM+FB+TW 0 16 16 16 0 18 18 18 34 10.625 FB saja 0 0 10 0 0 0 4 0 14 4.375 FB+TW 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0.625 Total (orang) 320 100.0 TM 33 33 66 20.62 EM total 115 123 238 74.38 FB total 67 69 136 42.50 TW total 18 22 40 12.50

Keterangan: TM=Tidak memiliki akun, EM=email, FB=facebook, TW=Twitter

Mahasiswa pengguna facebook berjumlah 42,5%, sedangkan mahasiswa pengguna twitter 12,50%. Secara umum mahasiswa yang bertempat tinggal di perkotaan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang berada di perdesaan. Perbedaan yang paling besar adalah kepemilikan email yaitu sekitar 2,6%. Mahasiswa yang tidak memiliki akun internet ini perlu didorong dan dibina untuk memiliki akun internet sehingga mereka dapat berkomunikasi melalui internet.

Pemanfaatan Internet sebagai media komunikasi

Tabel 3.9 menunjukkan bahwa responden yang sama sekali tidak memiliki akun internet berjumlah 68 responden yang tinggal di daerah perdesaan 33 dan di perkotaan 35. Sedangkan responden yang bekerja dan memiliki akun internet lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja dan memiliki akun internet. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kepemilikan akun di daerah perdesaan maupun daerah perkotaan dan responden yang bekerja dan memiliki akun internet lebih tinggi. Responden yang bekerja memiliki finansial untuk mengakses internet dan memiliki pergaulan lebih banyak.

Tabel 3.9 Jumlah mahasiswa yang memiliki akun internet menurut jenis akun, tempat tinggal dan status pekerjaan

Tempat Tinggal

Jenis akun internet Status pekerjaan

EM FB TW Tidak

bekerja Bekerja Total %

Perdesaan tidak tidak tidak 9 24 33 10.31

ya tidak tidak 22 32 54 16.88

ya tidak ya 1 1 2 0.63

ya ya tidak 12 39 51 15.94

ya ya ya 5 11 16 5.00

Perkotaan tidak tidak tidak 10 25 35 10.94

ya tidak tidak 14 44 58 18.13 ya tidak ya 0 2 2 0.63 ya ya tidak 18 32 50 15.63 ya ya ya 8 11 19 5.94 Total 99 221 320 100.00 % 30.94 68.06 100.00

Keterangan: EM=email, FB=Facebook, TW= Twitter

Simpulan

Sesuai hasil analisis deskriptif yang telah diuraika terhadap karakteristik individu responden, simpulan dapat disampaikan sebagai berikut;

1. Lebih dari dua pertiga mahasiswa responden sudah bekerja dan usia responden di atas 23 tahun mendominasi jumlah responden. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa responden memiliki kematangan untuk menghadapi masalah belajarnya.

2. Umumnya mahasiswa memiliki peralatan akses internet minimal (HP) yang cukup memadai. Ketersediaan jaringan di daerah perkotaan tidak berbeda jauh dengan ketersediaan jaringan di daerah perdesaan. Namun sebagian kecil mahasiswa responden tidak terdukung fasilitas warung internet di wilayah tempat tinggalnya (15.94%).

3.

Umumnya mahasiswa responden memiliki akun internet yang cukup

memadai, mahasiswa yang tidak memiliki akun internet sebesar 20,63%. Tidak ada perbedaan kepemilikan akun internet antara mahasiswa responden yang tinggal di daerah perdesaan maupun perkotaan. Namun demikian ada perbedaan sedikit antara kepemilikan akun bagi mahasiswa yang bekerja dan yang tidak bekerja.

4 PERILAKU MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI