• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED DAN WEBBED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKAITKAN KONSEP IPA DAN KETERAMPILAN BERINKUIRI PESERTA DIDIK KELAS III SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED DAN WEBBED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKAITKAN KONSEP IPA DAN KETERAMPILAN BERINKUIRI PESERTA DIDIK KELAS III SEKOLAH DASAR."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Definisi Operasional ... 10

G. Asumsi Penelitian ... 12

H. Hipotesis Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Terpadu ... 15

B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar... 27

C. Kemampuan Mengkaitkan Konsep IPA ... 32

D. Keterampilan Berinkuiri dalam pembelajaran IPA ... 38

E. Disain Model Pembelajaran Connected Pada Tema Bumi Kita ... 43

(2)

vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Disain Penelitian ... 60

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61

C. Variabel Penelitian ... 62

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 62

E. Teknik Pengumpulan Data ... 71

F. Teknik Pengolahan Data ... 71

G. Prosedur Penelitian ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 79

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Model Connected 79

2. Kemampuan Mengkaitkan Konsep IPA ... 102

3. Keterampilan Berinkuiri ... ... 120

B. Pembahasan ... 132

1. Keterlaksanaan Pembelajaran Terpadu Model Connected dan Model Webbed dalam Pembelajaran IPA ... 132

2. Kemampuan Mengkaitkan Konsep ... 137

3. Keterampilan Berinkuiri Peserta Didik ... 148

4. Perbandingan Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Connected dan Model Webbed ... 162

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 189

B. Saran-saran ... 190

DAFTAR PUSTAKA ... 192

(3)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Aspek Inkuiri yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran . 42

Tabel 2.2 Pengembangan KD pada Tema “Bumi Kita” ... 50

Tabel 2.3 Analisis Materi Tema Bumi Kita ... 51

Tabel 3.1 Disain Penelitian. ... 61

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Tes ... 66

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat kesukaran... 67

Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda Butir Soal. ... 67

Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Instumen Tes Keterampilan Berinkuiri. ... 68

Tabel 3.6 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Instumen Tes Keterkaitan Konsep IPA. ... 69

Tabel 3.7 Klasifikasi Gain yang Dinormalisasikan. ... 72

Tabel 4.1 Data Nilai Hasil Tes Kemampuan Mengkaitkan Konsep IPA. .. 103

Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Statistik Nilai Kemampuan Mengkaitkan Konsep IPA Pada Kedua Kelas ... 106

Tabel 4.3 Keterkaitan Konsep IPA – IPA Dalam Setiap Butir Soal... 115

Tabel 4.4 Keterkaitan konsep IPA- Mata Pelajaran lain dalam setiap Butir Soal ... 116

Tabel 4.5 Keterkaitan Konsep IPA- Aplikasi Konsep Dalam Setiap Butir Soal ... 119

Tabel 4.6 Data Hasil Nilai Test Keterampilan Berinkuiri ... 120

(4)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pemetaan KD IPA Model Connected tema “Bumi Kita” ... 46 Gambar 2.2 Pemetaan KD IPA Model Webbed tema “Bumi Kita” ... 47 Gambar 3.1 Diagram Alur Proses Penelitian ... 78 Gambar 4.1 Rerata Nilai Keterkaitan Konsep IPA Pada Kedua Kelas . 104 Gambar 4.2 N-Gain Tes Keterkaitan Konsep IPA ... 105 Gambar 4.3 Diagram Rata-Rata N-Gain Kemampuan Mengkaitkan

Konsep IPA Setiap Aspek Pada Kedua Kelas ... 110 Gambar 4.4 Diagram Kemampuan Mengkaitkan Konsep IPA Pada

Kedua Kelas ... 113 Gambar 4.5 Rerata Nilai Keterampilan Berinkuiri Kedua Kelas ... 121 Gambar 4.6 N-Gain Keterampilan Berinkuiri Pada Kedua Kelas ... 122 Gambar 4.7 N-Gain Keterampilan Berinkuiri Setiap Aspek Pada Kedua

Kelas ... 127 Gambar 4.8 Diagram Persentase Jumlah Pesrta Didik Keterampilan

(5)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

A1. Kisi-kisi Aspek Keterampilan Berinkuiri Yang Dikembangkan A2. Kis-kisi Soal Mengkaitkan Konsep

A3. Soal Tes Keterampilan Berinkuiri

A4. Soal Tes Kemampuan Mengkaitkan Konsep IPA A5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) A6. Lembar Kerja Siswa (LKS)

A7. Bahan Ajar IPA Terpadu Model Connected A8. Lembar Observasi

A9. Pedoman Wawancara Untuk Guru

Lampiran B

B1. Rekapitulasi Hasil, Validitas Butir Soal Keterampilan Berinkuiri

B2. Rekapitulasi Hasil, Validitas Butir Soal Kemampuan Mengkaitkan Konsep IPA

B3. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Tes Keterampilan Berinkuiri B4. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Tes Kemampuan Mengkaitkan

Konsep IPA

B5. Analisis Perolehan Skor

B6. Tabel Nilai Tes Keterampilan Berinkuiri Peserta Didik pada Kedua Kelas B7. Tabel Nilai Tes Tes Kemampuan Mengkaitkan Konsep IPA Peserta Didik

pada Kedua Kelas

B8. Hasil Uji Statistik Keterampilan Berinkuiri

(6)

xi Lampiran C

C1. SK Pembimbing C2. SK Izin Observasi

Lampiran D

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu saja berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA. IPA dan pembelajaran IPA tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting yang menjadi bagian dari IPA, yaitu muatan IPA (content of science), keterampilan proses (science process skills) dan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah (BSNP, 2006)

(8)

IPA haruslah memuat hakikat IPA yang terdiri dari content-process-value. Namun kondisi pendidikan kita, tidaklah demikian pada kenyataannya.

Rendahnya mutu hasil pembelajaran IPA dapat dilihat pada hasil pengukuran mutu sains secara internasional yang dilakukan oleh Programme for Internasional Student Assessment (PISA) pada tahun 2000, 2003 dan 2006 yang menunjukkan bahwa rerata prestasi IPA siswa Indonesia berada pada tahapan terendah/low international benchmark (Hadi,et.al, 2009). Demikian pula hasil pengukuran yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Pada tahun 1999 Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara, tahun 2003 peringkat 37 dari 46 negara, dan tahun 2007 peringkat 35 dari 49 negara (Umar, et.al, 2009).

Hal tersebut menuntut untuk segera dilakukan pembenahan dan pembaharuan untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA khususnya di jenjang pendidikan dasar. Rustaman (2005) menyatakan bahwa upaya pembaharuan pendidikan dasar perlu lebih memperhatikan perkembangan kognitif dan afektif peserta didik. Pembaharuan pendidikan ilmu pengetahuan alam pada pendidikan dasar tidak cukup semata-mata menekankan pada produk dan proses, melainkan pada perimbangan antara produk-proses-sikap. Konteks ini berkenaan dengan individu (keterlibatan dan konstruktivisme), dan dengan kurikulum keseluruhan (bahasa, matematika dan lain-lain).

(9)

menjawab tantangan yang dihadapi, tentunya pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi dan belajar peserta didik dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat.

Sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebaiknya dilakukan secara inkuri ilmiah, artinya dalam hal ini peserta didik dilatih untuk berinkuiri seperti yang telah dilakukan oleh para ilmuwan. Kemampuan inkuiri yang dilakukan di Sekolah Dasar secara sederhana dapat diartikan sebagai “kegiatan menemukan” namun dilandasi oleh beberapa langkah yang disusun secara sistematis, mulai dari mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, melakukan eksperimen, menguji hipotesis dan menyimpulkan hasil eksperimen serta membuat atau menyusun laporan sederhana. Dengan demikian pembelajaran IPA tidak sekedar mentransfer pengetahuan saja tetapi menemukan dan membuktikan sendiri kebenaran pengetahuan yang telah ada sebelumnya, maka pengetahuan yang mereka dapatkan dengan proses yang sistematis ini cenderung akan tersimpan lebih lama dan dapat membekali peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.

(10)

terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan peserta didik untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Pada rentang usia di kelas rendah menurut Piaget berada pada tahap operasional konkrit yang ditandai dengan mulai digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya penggunaan bahasa. Kecenderungan pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik (Developmentally Appropriate Practice). Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak driil sebagai dasar pembentukan intelektual peserta didik. Para Gestalist adalah tokoh-tokoh yang dirujuk berkenaan dengan pembelajaran yang harus bermakna, di samping juga teori Piaget dan para kognitivis lain yang menekankan pentingnya program pembelajaran yang berorientasi DAP (Developmentally Appropriate Practice).

(11)

Demikian pula dengan keterampilan berinkuiri peserta didik perlu untuk dikembangkan karena karakteristik pembajaran IPA harus dilakukan dengan inkuiri ilmiah hal ini menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan berinkuiri. Untuk itu pembelajaran IPA secara terpadu dengan model connected

dapat memfasilitasi dua aspek kemampuan peserta didik yaitu kemampuan mengkaitkan konsep-konsep IPA dan aspek keterampilan berinkuiri.

Kenyataannya pembelajaran IPA di lapangan juga ditemukan Depdiknas (2008) menyatakan bahwa kecenderungan pembelajaran IPA di Indonesia adalah sebagai berikut: (1).Pembelajaran hanya berorientasi pada hasil tes/ujian, pengalaman belajar yang diperoleh dikelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) Pembelajaran bersifat

(12)

Oleh sebab itu pembelajaran terpadu yang berkarakter discovery inkuiri

sehingga sangat tepat diterapkan di Sekolah Dasar terutama dalam pembelajaran IPA SD, karena pada jenjang ini peserta didik menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial (Sa’ud, 2006). Hal ini sejalan dengan yang dianjurkan Puskur bahwa pembelajaran IPA sebaiknya disajikan dalam IPA terpadu. Sehingga model pembelajaran terpadu dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran IPA dengan model connected. Serta pembelajaran terpadu syarat dengan aktivitas peserta didik dalam menemukan sebuah konsep, sehingga sejalan dengan hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru untuk peserta didik di Sekolah Dasar sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Pembelajaran terpadu yang dikembangkan di Sekolah Dasar pada umumnya adalah model tematik khususnya webbeb. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran tematik dengan model webbed

(13)

untuk lebih meningkatkan kompetensi peserta didik Sekolah Dasar khususnya kelas rendah. Penelitian lain terkait dengan pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran terpadu model connected bahwa model ini dapat menghasilkan berupa desain permbelajaran IPA terpadu connected dan beberapa pedoman dalam mengimplementasikan pengembangan desain ini terbukti telah mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik (Hidayat, 2008).

Menurut Collin dan Dixon (1991) bahwa pembelajaran terpadu berdasarkan pada pendekatan inkuiri dengan melibatkan peserta didik ke dalam perencanaan, eksplorasi dan berbagi pengetahuan bersama. Hal ini sejalan dengan landasan filosofis pembelajaran terpadu yang berdasarkan paham konstruktivisme artinya bahwa pembelajaran bermakna dikonstruksi oleh peserta didik sebagai hasil dari pengalamannya dalam menghadapi lingkungannya, melalui skema atau struktur kognitif yang akan menyatakan pemahaman dunianya (Saunders, 1992). Dengan demikian pembelajaran IPA dapat dikembangkan dengan pembelajaran lainnya salah satunya dalam model pembelajaran terpadu, sehingga pembelajaran IPA dilaksanakan sesuai dengan hakikatnya. Berdasarkan fenomena pembelajaran IPA dan pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik menggunakan model

(14)

perlu untuk melakukan penelitian ini di tingkat Sekolah Dasar khususnya kelas rendah. Salah satu pertimbangan penulis adalah bahwa materi IPA menurut kurikulum di Sekolah Dasar memiliki keterkaitan atau keterhubungan antara satu materi dengan materi lainnya. Pertimbangan lainnya adalah bahwa pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar dilakukan oleh guru kelas dan bukan guru bidang studi sehingga guru kelas memiliki otoritas dan kewenangan yang demikian luas dan besar dalam mengembangkan pembelajaran di kelasnya.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran terpadu model connected dan

model webbed dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas III Sekolah Dasar ?

2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan kemampuan mengkaitkan konsep IPA pada peserta didik Sekolah Dasar kelas III antara yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dibandingkan dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed ?

3. Bagaimanakah perbandingan peningkatan keterampilan berinkuiri peserta didik Sekolah Dasar kelas III antara yang mendapatkan pembelajaran terpadu model

(15)

C.Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada hal-hal berikut:

1. Pembelajaran terpadu model connected (keterhubungan) dan model webbed

(jaring laba-laba) mengangkat sebuah tema yaitu “Bumi Kita” yang diperuntukkan bagi peserta didik kelas III semester 2.

2. Pembelajaran model connected yang diterapkan di kelas eksperimen merupakan pembelajaran terpadu intra bidang studi yang khusus mengkaitkan konsep-konsep pada Kompetensi Dasar utama dengan konsep-konsep yang terdapat dalam mata pelajaran IPA saja.

3. Pembelajaran model webbed yang diterapkan di kelas kontrol merupakan pembelajaran terpadu lintas bidang studi yang mengintegrasikan 5 mata pelajaran yaitu IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS dan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

4. Penelitian ini hanya mengkaji proses dan hasil pembelajaran IPA dan tidak mengkaji mata pelajaran lain yang dikaitkan. Data hasil observasi pembelajaran yang dikumpulkan dalam penelitian ini dimanfaatkan sebagai data pendukung.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran terpadu model connected

(16)

2. Untuk mengetahui perbandingan peningkatan pada kemampuan mengkaitkan konsep IPA antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed.

3. Untuk mengetahui perbandingan peningkatan pada keterampilan berinkuiri antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model

connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed.

E.Manfaat Penelitian

Hasil studi ini dapat dijadikan bukti empiris tentang potensi pembelajaran terpadu model connected dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA ditinjau dari aspek kemampuan peserta didik dalam mengkaitkan konsep-konsep terkait dan aspek keterampilan berinkuiri peserta didik yang kelak dapat memperkaya hasil–hasil penelitian dalam kajian sejenis dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti guru, praktisi pendidikan, lembaga-lembaga terkait, para peneliti dan lain-lain.

F. Definisi Operasional

(17)

connected hanya mengintegrasikan beberapa kompetensi dasar terkait tema “Bumi Kita” yang terdapat dalam pelajaran IPA. Keterlaksanaan model

connected dalam pembelajaran IPA kelas III SD ini dipantau melalui kegiatan observasi dan didokumentasikan dengan menggunakan rekaman video.

2. Pembelajaran terpadu model webbed didefinisikan sebagai pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait dalam satu tema, sehingga tidak nampak pemisahan mata pelajaran dan penentuan alokasi waktu setiap mata pelajaran. Pada pembelajaran terpadu model webbed mengintegrasikan beberapa kompetensi dasar pada 5 mata pelajaran terkait tema “Bumi Kita” yaitu IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, dan SBK. Keterlaksanaan pembelajaran model webbed

dalam pembelajaran IPA kelas III SD ini dipantau melalui kegiatan observasi dan didokumentasikan dengan menggunakan rekaman video

3. Kemampuan mengkaitkan konsep IPA didefinisikan sebagai kemampuan peserta didik dalam menghubungkan konsep konsep IPA pada kompetensi dasar utama dengan konsep-konsep pada Kompetensi dasar terkait pada tema “Bumi Kita“ yang keterkaitannnya menyatakan hubungan konsep sebab akibat dan hubungan konsep dengan sub konsep. Kemampuan mengkaitkan konsep ini diukur dengan menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda dengan 3 pilihan jawaban yang digunakan sebelum dan sesudah pembelajaran.

(18)

kejadian yang terjadi di lingkungan, 2) merencanakan dan melakukan sebuah percobaan sederhana, 3) menggunakan data yang diperoleh untuk menjawab

pertanyaan atau menjelaskan fenomena yang ditemukannya, dan 4) mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan menjelaskan hasilnya.

Kemampuan ini diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda dengan 3 pilihan jawaban yang digunakan pada sebelum dan sesudah pembelajaran.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi atau anggapan dasar yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran terpadu diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan mengkaitkan konsep IPA dan keterampilan berinkuiri peserta didik mengingat proses pembelajaran terpadu berbasis inkuiri (Collin & Dixon: 1991) dan memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk berpikir holistik, melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang bahkan dari berbagai disiplin ilmu (Sa’ud: 2006)

2. Waktu belajar peserta didik di rumah dan di sekolah baik pada kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected

maupun pada kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran terpadu model

webbed dianggap sama.

(19)

kontrol yang melaksanakan pembelajaran terpadu model webbed dianggap sama.

4. Sarana dan prasarana sekolah yang ada pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianggap sama.

5. Daya tangkap pesertra didik terhadap pelajaran baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol dianggap sama.

H. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka terdapat dua buah hipotesis penelitian sebagai berikut:

H01 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan mengkaitkan konsep IPA yang signifikan antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed.

(µA1=µA2 )

Ha1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan mengkaitkan konsep IPA

yang signifikan antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed.

(µA1≠ µA2 )

H02 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berinkuiri yang

(20)

terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed.

(µB1 = µB2 )

Ha2 : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berinkuiri yang signifikan

antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model

(21)

60 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain yang digunakan matching pretest-postest control group design (Syaodih, 2005). Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen yang mendapatkan pembelajaran IPA terpadu dengan model Connected dan kelompok kontrol yang mendapatkan pembelajaran IPA terpadu model Webbed.

(22)

Tabel 3.1 Disain Penelitian

Kelas Tes Awal Perlakuan Tes akhir

Eksperimen O X O

Kontrol O Y O

Keterangan:

X = Model Pembelajaran terpadu model connected

Y = Model Pembelajaran terpadu model webbed

O = Tes untuk mengukur kemampuan mengkaitkan konsep IPA dan keterampilan berinkuiri peserta didik

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Dr. Cipto yang berada di jalan Dr. Cipto kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas III A, III B, dan guru kelasnya masing-masing. Peserta didik Kelas III A sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas B sebagai kelas kontrol, dengan guru yang berbeda. Latar pendidikan guru dari kedua kelas tersebut dari PGSD S-1 UPI Bandung.

Pemilihan sekolah tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah tersebut pada awal penerapan model pembelajaran tematik di kota Bandung termasuk ke dalam sekolah yang menjadi pilot project pengembangan pembelajaran terpadu khususnya model webbed sejak tahun 2004. Dengan demikian secara empirik, baik guru maupun peserta didik telah terbiasa menerapkan model webbed dalam pembelajaran sehari-hari.

(23)

yang disajikan dalam bentuk bahan ajar sederhana. Adapun pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol didasarkan atas kemiripan karakteristik ditinjau dari kemampuan hasil belajar peserta didik, kualifikasi guru, latar belakang peserta didik dan lingkungan sekolahnya.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas yaitu pembelajaran terpadu model Connected dan model

Webbed

2. Variabel terikat yaitu kemampuan peserta didik dalam mengkaitkan konsep-konsep IPA dan keterampilan berinkuiri peserta didik.

3. Variabel kontrol yaitu kompetensi dasar utama yang dipelajari pada kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah KD yang sama

D. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu tes kemampuan mengkaitkan kosep IPA dan tes keterampilan berinkuiri, RPP dan LKS, bahan ajar sebagai perangkat pembelajaran terpadu model connected.

(24)

dua instrumen yaitu; tes dan non tes. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:

1) Perangkat Pembelajaran terpadu model connected

Perangkat disain pembelajaran terpadu model connected terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi di dalamnya LKS sebagai sarana penunjang proses pembelajaran dan bahan ajar pembelajaran terpadu model connected. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai pedoman acuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk membekali keterampilan berinkuiri, serta arahan atau petunjuk bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan percobaan.

2) Tes kemampuan mengkaitkan konsep IPA

(25)

3) Tes keterampilan berinkuiri

Tes keterampilan berinkuiri dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan keterampilan berinkuiri dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan IPA. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat sebelum (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest) yang bertujuan untuk mengukur penguasaan keterampilan berinkuiri peserta didik sebagai hasil belajar dari penerapan model pembelajaran terpadu. Tes ini disusun dalam bentuk pilihan ganda dengan 3 pilihan.

4). Lembar Observasi

Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Akdon, 2008). Observasi ini dilakukan sebagai data penunjang untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model connected pada kelas eksperimen dan model webbed pada kelas kontrol, peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang menarik, melakukan analisis dan kemudian membuat kesimpulan.

5). Pedoman Wawancara Guru

Pedoman wawancara guru digunakan sebagai panduan wawancara dengan guru untuk mengungkapkan tanggapan guru terhadap penerapan pembelajaran terpadu model connected. Hal-hal yang dipertanyakan dalam wawancara mencakup: pengalaman menggunakan pembelajaran model

(26)

connected, kelebihan dan kekurangan dari penggunaan pembelajaran terpadu model connected. Kemudian pedoman wawancara untuk guru yang menerapkan pembelajaran terpadu model webbed untuk mendapatkan tanggapan mengenai pembelajaran terpadu model webbed.

2. Analisis Instrumen Penelitian

Untuk keperluan pengumpulan data, dibutuhkan suatu instrumen berupa tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk mengetahui karateristik kualitas tes yang digunakan tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya dengan menggunakan Anates.V.4.0 dengan klasifikasi soal tes kemampuan mengkaitkan konsep IPA dan keterampilan inkuiri. Adapun tahapan pengujian instument sebelum diuji coba maka sebaiknya dijugdgement oleh ahli dan selanjutnya pengujian hasil tes dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a) Validitas butir soal

Menurut Akdon (2008) alat tes dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan data itu valid sehingga instument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

(27)

b)Reliabilitas Tes

Suatu alat ukur (instrumen) memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), di manapun dan kapanpun berada. Pengujian Reliabilitas setiap butir soal dengan menggunakan Sofware Anates for wimdows Versi 4.0. hasil perhitungan koefisien reliabilitas tes, kemudian ditafsirkan dan interpretasikan, seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi (baik) 0,40 < r ≤ 0,60 Cukup (Sedang) 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah (kurang)

r ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

c) Tingkat kesukaran

(28)

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran

Indeks Kesukaran Kategori Soal 0,00 – 0,30

0,31 – 0,70 0,71 – 1,00

Sukar sedang mudah

d) Daya Pembeda

Untuk mengetahui sebuah soal baik atau tidak, maka soal tersebut perlu dianalisis daya pembedanya. Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk dapat membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan dalam menjawab soal dengan siswa yang tidak mampu menjawab soal. Hasil penghitungan daya pembeda diinterpretasikan seperti pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda Butir Soal

Koefisien Kategori

0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

(29)

Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Tes Keterampilan berinkuiri

Rata-rata : 14,9 Simpang baku: 4,52

Korelasi XY : 0,81 Reliabilitas Tes: 0,9

Butir Soal : 23 Jumlah Subjek: 50

No

Soal Validitas

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Keputusan

1 Tidak Valid Mudah Cukup Tidak Dipakai

2 Valid sedang Baik Dipakai

3 Valid Mudah Baik sekali Dipakai

4 Valid Sedang Baik Dipakai

5 Valid Sedang Baik Dipakai

6 Valid Sukar Baik Dipakai

7 Tidak Valid Sedang Jelek Tidak Dipakai

8 Valid Sedang Baik Dipakai

9 Tidak Valid Mudah Cukup Tidak Dipakai

10 Valid Mudah Baik Dipakai

11 Valid Sedang Baik Dipakai

12 Valid Sedang baik Dipakai

13 Valid Sedang Baik sekali Dipakai

14 Valid Mudah Baik sekali Dipakai

15 Valid Sedang Baik Dipakai

16 Tidak Valid Mudah Cukup Tidak Dipakai

17 Valid Sedang Baik Dipakai

18 Valid Mudah Baik Dipakai

19 Tidak Valid Mudah Baik Tidak Dipakai

20 Valid Sedang Baik Dipakai

21 Tidak Valid Sedang Baik Tidak Dipakai

22 Valid Mudah Baik Dipakai

(30)
[image:30.595.117.511.150.710.2]

Tabel 3.6 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Tes Keterkaitan Konsep IPA

Rata-rata : 34,38 Simpang baku: 7,18

Korelasi XY : 0,66 Reliabilitas Tes: 0,79

Butir Soal : 50 Jumlah Subjek: 73

No

Soal Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keputusan

1 Valid Sangat Mudah Jelek Dipakai

2 Tidak valid Mudah Cukup Tidak dipakai

3 Tidak valid Sedang Jelek Tidak dipakai

4 Tidak valid Mudah Jelek Tidak dipakai

5 Valid Mudah Cukup Dipakai

6 Valid Sedang Baik Dipakai

7 Tidak valid Sedang Cukup Tidak dipakai 8 Tidak valid Sedang Jelek Tidak dipakai

9 Tidak valid Mudah Cukup Tidak dipakai

10 Valid Sedang Baik Dipakai

11 Tidak valid Sukar Jelek Tidak dipakai 12 Tidak valid Mudah Cukup Tidak dipakai

13 Valid Sangat Mudah Cukup Dipakai

14 Valid Sangat Mudah Cukup Dipakai

15 Tidak valid Sangat Mudah Jelek Tidak dipakai

16 Valid Mudah Baik Dipakai

17 Valid Mudah Cukup Dipakai

18 Valid Mudah Cukup Dipakai

19 Tidak valid Sedang Baik Tidak dipakai

20 Valid Sedang Baik Dipakai

21 Tidak valid Mudah Jelek Tidak dipakai

22 Valid Sangat Mudah Cukup Dipakai

23 Tidak valid Sukar Jelek Tidak dipakai 24 Tidak valid Mudah Cukup Tidak dipakai

25 Valid Sangat Sukar Cukup Dipakai

26 Tidak valid Sangat Mudah Jelek Tidak dipakai

27 Valid Sedang Baik Dipakai

28 Tidak valid Mudah Jelek Tidak dipakai

29 Valid Sedang Baik Dipakai

30 Valid Sedang Baik Dipakai

31 Valid Mudah Baik Dipakai

32 Tidak valid Sedang Cukup Tidak dipakai

33 Valid Sedang Baik Dipakai

34 Valid Sedang Baik Dipakai

35 Valid Sedang Baik Dipakai

36 Valid Mudah Baik Dipakai

37 Valid Sedang Baik Dipakai

38 Valid Mudah Cukup Dipakai

39 Valid Mudah Cukup Dipakai

40 Valid Mudah Baik Dipakai

41 Valid Sedang Cukup Dipakai

42 Valid Mudah Baik Dipakai

43 Valid Sedang Baik Dipakai

44 Valid Mudah Baik Dipakai

45 Valid Sedang Baik Dipakai

46 Valid Sedang Sangat baik Dipakai

47 Valid Mudah Baik Dipakai

48 Valid Sedang Baik Dipakai

49 Valid Sedang Baik Dipakai

(31)

Berdasarkan data pada Tabel 3.5 di atas, dari 23 soal yang diujicobakan terdapat 17 soal yang dinyatakan valid yakni soal no 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 22 dan 23. Sedangkan untuk soal keterkaitan konsep seperti data pada Tabel 3.6 dari 50 soal yang diujicobakan maka yang dinyatakan valid adalah 34 soal atas pertimbangan banyaknya jumlah soal untuk kelas rendah maka yang digunakan hanya 25 soal.

Hasil analisis memberikan gambaran bahwa secara keseluruhan reliabilitas instrumen soal uji coba keterkaitan konsep IPA sebesar 0,79, demikian pula untuk reliabilitas instrumen soal uji coba keterampilan berinkuiri yang mencapai 0,90 (tinggi). Setelah ditentukan beberapa soal yang layak digunakan dari kedua aspek tersebut, maka melalui Anates V.4. diperoleh reliabilitas yang berbeda yaitu untuk soal keterampilan berinkuiri dengan reliabilitas tes menjadi 0,88 (tinggi), sedangkan untuk soal keterkaitan konsep memiliki reliabilitas 0,85 (tinggi). Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut layak digunakan, adapun butir soal mana yang diujicobakan dapat dilihat secara detail pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6.

(32)

keterkaitan konsep dan keterampilan berinkuiri peserta didik dapat dilihat pada lampiran A.2 dan A.4.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang. Data utama yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif berupa skor tes keterkaitan konsep IPA dan skor tes keterampilan berinkuiri peserta didik pada kedua kelas. Data tersebut dapat memberikan gambaran mengenai pencapaian peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran di kelasnya masing-masing.

Data selanjutnya yang dikumpulkan adalah data hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada kedua kelas, yang kemudian dideskripsikan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran yang berlangsung sehingga dapat memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan perolehan skor peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran. Data pendukung lainnya adalah hasil wawancara dengan guru mengenai proses pembelajaran yang dilaksanakan.

F. Teknik Pengolahan Data

1. Data Kuantitatif kemampuan mengkaitkan konsep IPA dan keterampilan berinkuiri

(33)

a. Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.

b. Membuat tabel skor dan nilai tes kemampuan mengkaitkan konsep dan keterampilan berinkuiri peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

dihitung dengan rumus g factor (N-Gains) dengan rumus dari (Meltzer, 2002) :

g = e Maks e Post S S S S Pr Pr − − Keterangan:

SPost = Skor Postes

SPre = Skor pretes

SMaks = Skor maksimum

[image:33.595.118.511.249.597.2]

Hasil perhitungan gain yang dinormalisasikan kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Meltzer yaitu:

Tabel 3.7 Klasifikasi Gain yang dinormalisasikan (g)

Basarnya g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi 0,3 < g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah Sumber: Meltzer (2002)

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan terlebih dahulu ditentukan normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS versi 12.

a. Menguji normalitas data tes kemampuan mengkaitkan konsep IPA dan keterampilan berinkuiri menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov Z b. Menguji homogenitas varians tes kemampuan mengkaitkan konsep IPA dan

(34)

c. Melakukan uji komparatif, Jika sebaran data normal dan homogen, maka digunakan uji statistik parametrik dengan statistik uji t sampel berpasangan (paired sampel t- test) dan jika sebaran data tidak memenuhi uji statistik

parametrik menggunakan uji statistik non parametrik dengan uji Wilcoxon. Selanjutnya, teknik analisis data statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut.

H01 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan mengkaitkan konsep IPA yang signifikan antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed.

(µA1=µA2 )

Ha1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan mengkaitkan konsep IPA

yang signifikan antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed.

(µA1≠ µA2 )

H02 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berinkuiri yang

signifikan antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model webbed.

(35)

Ha2 : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berinkuiri yang signifikan

antara peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model connected dengan yang mendapatkan pembelajaran terpadu model

webbed. (µB1≠ µB2 )

Uji hipotesis menggunakan uji beda rerata yang sebelumnya dilakukan normalitas, uji homogenitas dengan menggunakan SPSS versi 12.

2. Data Hasil Observasi

Data hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Mengenai yang dilaporkan dalam lembar observasi adalah sesuatu yang ada dalam keadaan wajar (Ruseffendi, 1994). Namun demikian tetap ada kelemahannya, yaitu subjektivitas observer, misalnya: observer dapat bertindak kurang objektif, kurang cekatan, lupa, tidak terawasi, dan lain-lain.

(36)

pembelajaran, yang dicatat yaitu aktivitas belajar peserta didik dan aktivitas guru serta interaksi yang terjadi antara peserta didik dan guru pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan kajian terhadap Standar Isi yang memuat kurikulum IPA Sekolah Dasar khususnya Kelas III semester 2, mengidentifikasi dan menganalisis Kompetensi Dasar serta mengembangkan indikator pembelajaran dilanjutkan dengan membuat matrik pembelajaran terpadu.

b. Menentukan tema sentral yang akan dikembangkan serta menentukan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

c. Menyusun disain pembelajaran terpadu khususnya model connected beserta perangkatnya, meliputi RPP, menentukan media dan sumber belajar dengan menyusun bahan ajar tematik serta membuat prosedur evaluasi pembelajaran. Sedangkan disain pembelajaran model webbed yang diterapkan di kelas kontrol dirancang sendiri oleh guru kelasnya. Namun penetapan KD dilakukan secara bersama oleh peneliti dan guru kelas kontrol.

d. Menyusun instrumen berupa tes yang akan digunakan sebagai tes awal

(37)

coba instrumen yang dilakukan pada sekolah yang berbeda untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Hasil ujicoba akan dianalisis menggunakan program anatest V.4. Kemudian melakukan revisi dan penyempurnaan instrument tes. Selain Ujicoba secara empirik, instrument ini juga divalidasi oleh ahli sehingga instrument yang digunakan benar-benar memiliki keterandalan dan kelayakan.

e. Melakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran bersama guru dengan cara diskusi untuk menambah bekal wawasan kepada guru dalam mengimplementasikan pembelajaran terpadu. Selain daripada itu, sebagai upaya peneliti untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada guru mengenai pembelajaran terpadu, maka peneliti melakukan pelatihan pembelajaran terpadu kepada kedua guru tersebut dengan melibatkan nara sumber yang merupakan praktisi pembelajaran terpadu yang telah memiliki pengalaman di bidangnya yaitu Sri Hendrawati, M.Pd.

2. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, langkah-langkah yang ditempuh adalah

sebagai berikut:

(38)

b. Implementasi pembelajaran terpadu model connected pada kelas eksperimen sementara kelas kontrol sebagai kelas pembanding diterapkan pembelajaran tematik model Spider webbed

c. Observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran connected pada kelas eksperimen dan model pembelajaran webbed pada kelas kontrol dengan menggunakan video dan pengisian lembar observasi sebagai data pendukung dalam penelitian.

d. Pemberian tes akhir (posttest) untuk melihat peningkatan kemampuan mengkaitkan konsep-konsep IPA dan keterampilan berinkuiri peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.

e. Melakukan wawancara terhadap guru mengenai penerapan pembelajaran terpadu model connected dan model webbed untuk memperkaya pembahasaan dari penelitian ini.

3. Tahapan Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan penilaian tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) tentang kemampuan mengkaitkan konsep-konsep IPA dan keterampilan berinkuiri peserta didik

b. Menghitung N-gain kemampuan mengkaitkan konsep-konsep IPA dan keterampilan berinkuiri peserta didik

(39)

4. Alur Penelitian

Secara ringkas, tahapan penelitian yang telah dipaparkan tersebut dapat digambarkan melalui sebuah bagan alur penelitian pada Gambar 3.1.

IdentifikasitMasalaht

StuditLiteraturtModeltPembelajarantTerpadutdant AnalisistStandartIsitKTSPt

PenyusunantInstrument

1. Soalttesttkemampuantmengkaitkant konseptIPAt

2. Soalttestketerampilantinkuirit

PenyusunantPerangkattPembelajarantt terpadutmodeltConnected

Judgement,tUjitCoba,tRevisittest

KelastKontrolt TestAwalt KelastEksperiment

PembelajarantTerpadut ModeltWebbed

Pembelajarant Terpadut

Modelt

Connected

TestAkhirt

ObservasitKeterlaksanaantt ModeltWebbed

AnalisistDatat Observasit Keterlaksanaantt

Modelt Connected

[image:39.595.114.511.187.711.2]

Hasiltdant Kesimpulan

(40)

189 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pada umumnya hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran terpadu pada tema ”Bumi Kita” memberikan konstribusi yang sangat berarti bagi kebermaknaan pembelajaran IPA bagi peserta didik, terutama untuk meningkatkan kemampuan mengkaitkan konsep-konsep IPA dan keterampilan berinkuiri peserta didik pada kedua kelas. Secara khusus ada tiga hal mendasar yang dapat disimpulkan berdasarkan hasil hipotesis penelitian yang diajukan dan juga hasil observasi yang dilakukan pada kedua model tersebut sebagai berikut.

1. Pembelajaran terpadu model connected memadukan beberapa Kompetensi dasar dalam mata pelajaran IPA yang memiliki keterkaitan antara satu lingkup materi IPA dengan ruang lingkup lain dalam satu mata pelajaran IPA, dan model webbed terpadu antara beberapa mata pelajaran diantaranya mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, Matematika dan Seni Budaya dan kerajinan (SBK). Pada kedua model tersebut terlaksana dengan baik sesuai tahapan dan karakteristik pembelajaran terpadu, walaupun ada hambatan kecil secara teknis tidak berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan mengkaitkan

(41)

3. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan berinkuiri peserta didik kelas III yang mendapatkan pembelajaran terpadu model

connected dibandingkan dengan peserta didik yang mendapatkan

pembelajaran terpadu model webbed pada tema “Bumi Kita”.

B. Saran-saran

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran-saran berkaitan dengan penerapan pembelajaran terpadu khususnya pada tingkat Sekolah Dasar.

1. Pembelajaran terpadu model connected dapat dijadikan sebagai alternatif penerapan model pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik di Sekolah Dasar selain model webbed, khususnya kelas rendah. Hal ini dapat menghindarkan peserta didik dari kebosanan dan kejenuhan dari proses pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar. Ditinjau dari aspek guru, penerapan pembelajaran terpadu dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi-materi atau konsep-konsep yang memiliki tingkat kesukaran yang cukup tinggi dan sukar dikuasai oleh peserta didik (Hendrawati, 2009).

(42)

terpadu model webbed dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis peserta didik kelas III.

(43)

192

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.

Alberta. (2004). Focus On Inquiry. A Teacher Guide to Implementing Inquiry-Based Learning. Canada: Alberta

Alpusari, M. (2008). Dampak Kemampuan Inkuiri Guru terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung : Tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Ausubel.D.P, Novak. J.D. & Hanesian H. (1978). Educational Pyschology A Cognitive vieu (2.nd.ed). New York : Holt Rinehart and Winston.

Berlin, D.F. (1994). The Integration of Science and Mathematics Education.

Highligh from NSF/SSMA Wingspread Conference Plenary Papers. School Science and Mathematics. 94. 32.35

Budiastra, A.A Ketut. (2001). Sejauhmana Guru telah menguasai konsep Keterampilan proses dan Sejauhmana Keterampilan proses tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran IPA di SD. Laporan Penelitian. FKIP Universitas Terbuka ; tidak diterbitkan.

Budiastra, K. (2008). Core Business Pembelajaran IPA: Meningkatkan Kreativitas Guru Mengajar IPA dengan inkuiri di SD dalam konteks Pendidikan Jarak Jauh. (Jurnal). Disampaikan pada Seminar Internasional II Pendidikan Sains. “Current Issues on Research and Teaching in Science Education”. Bandung: SPs UPI

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar. Jakarta: BNSP.

Carin (1997). Teaching Science Through Discovery. Columbus Ohio: Merril Publishing Company

Collins, Gilian & Dixon, Hezel (1991). Integrated learning ; Planned Curriculum Units Australia ; Bookshelf Publishing Australia ISBN 086896844 7 Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

(44)

Depdiknas. (2006). Standar Isi, Jakarta; Permendiknas No.22 tahun 2006

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi lulusan, Jakarta; Permendiknas No.23 tahun 2006

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Pembelajaran Tematik Kelas

Awal Sekolah Dasar. Jakarta : PUSKUR BALITBANG DEPDIKNAS.

Depdiknas. (2006). Pelaksanaan standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan,

Jakarta : Permendiknas No 24 tahun 2006

Depdiknas. (2006). Pedoman memilih dan Menyusun Bahan Ajar

Depdiknas. (2008). Strategi Pembelajaran MIPA. Directorat Tenaga Kependidikan . Directorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Furchan, Arief. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Furqon. (1999). Statitiska Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Fogarty, Robin. (1991). The mindfull School. How to Integrate The Curircula.

Palatine, Illinois: IRI/ Skylight Publishing. Inc.

Foulds, W. Et al. (1996). The Enhancement of Science Process Skill in Primary Teacher Education Students. Edith Cowan University. Australian Journal of Teacher Education. 1(21). p 16.

Ginting, A. (2008) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora

Gunawan W, S.(2009) Analisis Kesesuaian RPP yang dibuat Guru SD Dengan Pelaksanaan Pembelajaran Sains, Tesis pada pasca sarjana UPI Bandung: tidak di terbitkan

Halimah, Lely. (2000). Pengembangan Model Kurikulum terpadu dan Implementasinya di Sekolah Dasar dan menengah dengan menggunakan Bidang studi Bahasa Indonesia sebagai unsur Pemandu

(45)

Hausfather, Samuel J. (1993). Integrating Instruction around Themes : knowledge Construction in an Elemantary Classroom “. Paper Presented at the Annual meeting of the American Educational Reasearch Association

(Atlanta, GA, April 12-16, 1993)

Hendracipta, N. (2008). Analisis Kemunculan Aspek Inkuiri pada Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri di Sekolah Dasar. Tesis PPs UPI. Bandung : Tidak diterbitkan

Hendrawati, Sri. (2007). Berpikir Sistemik. Sebuah Tinjauan Teori dan Aplikasi dalam Pendidikan. Jakarta Timur: Visindo Media Persada

Hendrawati, Sri. (2009). Penerapan Model Tematik Spider Webbed untuk Meningkatkan Penguasaan konsep IPA dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar. Tesis SPs UPI : tidak diterbitkan. Bandung

Hidayat, Nuruddin. (2006). Pengembangan Pembelajaran Terpadu Model Connected untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Tesis : SPs UPI: tidak diterbitkan . Bandung

Indrawati. (2008). Pembelajaran IPA Di SD Berorientasi Pakem. Bandung; PMPTK. Depdiknas.

Jacobson. Williard J. & Bergman, Abby Barry. (1980). Science for children. A Book for Teacher. London : Prentice Hall International. Inc

Jannah, M. (2008). Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri dalam Pembelajaran IPA dan hubungannya dengan Ketrampilan Proses Sains Siswa. Bandung: PPS-UPI, Tesis tidak diterbitkan

Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Learning, Menjadikan kegiatan Belajar mengajar yang Mengasyikkan dan Bermakna. Penerjemah Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan Learning Center (MLC)

Karli, Hilda. (2000). Pengembangan Model Terpadu tentang Makhluk Hidup dan Benda-Benda di Sekitar Kita Untuk Meningkatkan Keterampilan berpikir Rasional siswa SD kelas III, Tesis PPs UPI : tidak diterbitkan. Bandung. Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer

Anates). Bandung : FIP IKIP Bandung

(46)

Khalil, A. (2008). Permudah Pemahaman Konsep Pembelajaran dengan Inkuiri. Tersedia:http://anwarholil.blogspot.com.[Online] [12 Maret 2010]

Maktub, M.(2008). Implementasi Pembelajaran Terpadu model connected pada mata pelajaran IPS di MTS Kelas VIII Mts Jaya Pura, Tesis PPs UPI. Bandung.

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible

“Hidden Variable” in Diagnostics

PretestScores.[OnLine].Tersedia:http;//www.physics.iastate.edu/per/docs/ Addendum_on_normalized_gain.[Online]. [9 Februari 2010].

Mulyasa,E. (2004). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

NRC. (2000). Inquiry and The National Science Education Standarts. A Guide for Teaching ang Learning. Washington DC: National Academic Press

NRC. (2005). How Student Learn Science in the Classroom. Washington DC: National Academic Press

NRC. (1996). National Science Education Standards Observe Interact Change Learn. Washington DC: National Academic Press

National Science Foundation/NSF. (2004). Inquiry Thoughts, Views, and Strategies for the K–5 Classroom. Arlington: Division of Elementary, Secondary, and Informal Education.

Novak, J.D .(1979). Meaningful Reception Learning As A Basis Rational Thinking

( science education information report) AETS years book Ohio: The Ohio University.

Nuraeni, (2006). Pengembangan media Pembelajaran genetika mikroba

berbantuan komputer untuk meningkatkan penguasaan konsep,

kemampuan inkuiri dan sikap Mahasiswa. Tesis PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Piaget. (1977), Psychology and Epismology, New york : The Viking Press

(47)

Reif, F. (1995). Millican Lecture 1994: Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. American Journal of Physics. 63(1). p 17-32.

Rustaman, N. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia III (HISPPIPAI). Bandung: 22-23 Juli 2005

Rustaman, Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang (UM Press)

Rustaman, N. (2007). Basic Scientific Inquiry in Science Education and Its Assesment (Makalah). Disampaikan pada Seminar Internasional 1 Pendidikan Sains. Bandung: SPs UPI

Rutherford. F.J & Andre.A. (1979). The Implementation of integrated science. New trend integrated science teaching, UNESCO vol v Mayene : Printed by impremen de la Manutention

Ruseffendi, E.T. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang:IKIP Semarang Press.

Sadiman, A. (2006). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Samatowa, U.(2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorietasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, W. (2009). Buku Materi Pokok: Kajian Kurikulum dan Pembelajaran.

Bandung: SPs- UPI .

Satori. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar. Disertasi PPs IKIP. Bandung : Tidak diterbitkan

Sa’ud, U.S. (2006). Pembelajaran terpadu. Bahan Belajar Mandiri I Pada Program Peningkatan Kualifikasi Guru SD/MI di Bandung.

Sa’ud, U.S. (2006). Bahan Ajar Mandiri III: Jenis pengembangan Model

Pembelajaran Terpadu di Indonesia, UPI: Program Peningkatan

(48)

Saunders, W.L.(1992). The Constructivist perspective; Implication and teaching strategies for science. School science and mathematics. Science Education 61 : 491- 502

.

Slameto. (1988). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).Bandung: Alfabeta.

Sujana, M. (2009). Pembelajaran Kontekstual Berbasis Karyawisata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Topik Unsu-Unsur Logam Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sulistyorini, S. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar, Dan Penerapan Dalam KTSP. Yogyakarta: Unnes dan Tiara Wacana.

Sumarno. (2001). Pembelajaran Terpadu Model Webbed (Jaring Laba-Laba) Dengan Tema Krisis Energi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Sikap Di Sekolah Dasar : Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan Sund, R.B, R.W. Trowbridge, L.W. (1981). Becomming Secondary Shcool

Science Teachers. Columbus. Ohio: Charles E. Meril Publishing Company.

Supriatin, Atin. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Tematik sebagai upaya untuk menungkatkan Kemampuan koneksi Matematis dan sikap siswa SD : Tesis SPs UPI Bandung. Tidak dterbitkan.

Susanti, Dwi Yuli.(2008). Penelitian Tindakan Kelas Untuk meningkatkan Hasil Belajar Matemetika Siswa kelas 3 SD Negeri 034 Samarinda Ulu Melalui Pembelajaran Tematik pada pokok bahasan Operasi hitung Bilangan dan pengukurankelas III. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Suryanti, Widodo dan Wahono. (2007). Developing Of Science Learning Material On Lower Class Of Elementary Students : Integrating With Another Subjecct. Procceding the second International seminar on science education “ current issues on reaseach and teaching in science education ISSBN : 978-979-98546-4-2

Susanto, Pudyo. (2000). Keterampilan Dasar Mengajar IPA berbasis konstruktivisme, FPMIPA. Universitas Malang, Jurusan Biologi.

(49)

Sutrisno. (2002) Ketrampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme.

Malang: Universitas Negeri Malang

Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosda karya. Bandung.

Tim Pengembang PGSD. 1997. Pembelajaran Terpadu D-II dan S-II Pendidikan Dasar. Jakarrta: Dirjen Dikti, Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Turpin & Cage. (2004). The effects of an integrated, activity based science curriculum on student achievement, science process skill and science attitudes: electronic Journal of literacy through science, volume 3

Umar, J. Luthfi, I. Dan Mahmudin. (2009). Trend Prestasi Matematika dan IPA tahun 1999, 2003, dan 2007. Suatu Analisis dengan memperhitungkan faktor Psikologis Siswa. Makalah Seminar Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Hasil penelitian Puspendik. Jakarta: Puspendik Depdiknas. Wahana Komputer. (2004). Pengolahan data Statistik dengan SPSS 12. Yogyakarta : Andi Offset

Widodo, A. et al. (2007). Pendidikan IPA Di SD. Bandung: UPI Press.

Widodo, Ari. (2004). Constructivist oriented Lessons. Frankfurt: Peter Lang GmbH

Gambar

Tabel Nilai Tes Keterampilan Berinkuiri Peserta Didik pada Kedua Kelas
Tabel 3.1 Disain Penelitian
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Tes
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

825 Peremajaan Terbatas Undang-undang Nomor 14 Tahun tahunan terbit 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pejabat

Disamping itu, belum pernah dilakukan penelitian mengenai prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Universitas Sumatera Utara dan juga

Teknologi intensif dilakukan pada proses pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) pada tambak tanah dan tambak lining

Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,.. Analisis Semiotika dan

bahan ajar untuk mata pelajaran lain di SMK yang sesuai dengan kurikulum 2013.. Ai Fitri

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Setiap Pernyataan Sikap Negatif Tentang Aborsi di Madrasah Aliyah Swasta PAB 2 Helvetia. Tahun

Sehubungan dengan Pelelangan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi yang di laksanakan oleh Panitia Pengadaan barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan untuk

Alfian Bumi Agung yang bergerak dibidang barang dan jasa selain itu pelamar masih menggunakan kertas untuk mengisi lamaran pekerjaan untuk datang langsung ke perusahaan