• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONSELING ISLAMI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA: Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X MA Ummul Qura Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONSELING ISLAMI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA: Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X MA Ummul Qura Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONSELING ISLAMI

UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN

INTERPERSONAL SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X MA Ummul Qura Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh SITI NURIAH

1009597

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONSELING ISLAMI

UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN

INTERPERSONAL SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X MA Ummul Qura Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh SITI NURIAH

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

© Asaretkha Adjane 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Siti Nuriah (2013). Efektivitas Pendekatan Konseling Islami Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Siswa (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X MA Ummul Qura Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

Fenomena yang terjadi di Madrasah Aliyah Ummul Qura Kota Tangerang Selatan, bahwa pada umumnya siswa mengalami permasalahan dalam penyesuaian berkomunikasi dengan lingkungannya. Fenomena ini dibuktikan dengan hasil pretest yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang berada pada kategori

rendah pada aspek “hubungan interpersonal dengan lingkungannya”.Untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa di Madarasah Aliyah Ummul Qura kota Tangerang Selatan diperlukan penelitian yang sesuai dengan keyakinan dan lingkungan mereka, yakni lingkungan pondok pesantren yaitu menggunakan pendekatan Konseling Islami. Tujuan umum penelitian adalah untuk menghasilkan pendekatan konseling islami yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan konseling islami efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Penelitian ini merekomendasikan bagi Guru BK dapat menjadikan pendekatan konseling islami sebagai referensi utama untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa, bagi pihak Sekolah, TU dapat bekerjasama menyediakan sarana dan prasarana penyelenggaraan konseling islami agar berjalan efektif, bagi Pondok Pesantren bertanggungjawab untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Al Quran dan Hadis agar terwujud pribadi siswa yang memiliki Akhlakul Karimah dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat digunakan Reasearch and Development dalam penelitian pendekatan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

(5)

ABSTRACT

Siti Nuriah (2013). The Effectiveness of Islamic Counseling Approach to

Improve the Students’ Interpersonal Intelligence (A Quasi Experimental

Study in the Tenth Grade of Ummul Qura Islamic Senior High School Tangerang Selatan of the Year 2012/2013)

Phenomena occurring in Madrasah Aliyah Ummul Qura South Tangerang City, that in general students have problems in adjusting to communicate with their environment. This phenomenon is evidenced by the pretest results indicate that there are many students who are in the low category on the aspect of "interpersonal relationship with their environment." To increase students' interpersonal intelligence in Madrasah Aliyah Ummul Qura South Tangerang city needed research in accordance with the beliefs and their environment, in example boarding school environment that is using Islamic counseling approach . The general objective of research is to generate an effective approach to Islamic counseling to improve students' interpersonal intelligence. The research method used was quasi-experimental. The results showed that the isamic counseling approach is effective to improve the students’ interpersonal intelligence. The study recommends the counselor can make Islamic counseling approach as the main reference for improving students' interpersonal intelligence, for the School, Administration can provide facilities and infrastructure in organizing Islamic counseling in order to be effective, and for the boarding school has responsibility to improve students' interpersonal intelligence based on principles of Quran and Hadith to manifest personal student who has akhlakul karimah (good behaviour and attitude) and for further research are expected to use Reasearch and Development in the study of Islamic counseling approach to improve students' interpersonal intelligence

(6)

DAFTAR ISI

BAB II PENDEKATAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA... 12

A. Definisi Kecerdasan Interpersonal... 12

B. Pendekatan Konseling Islami………... 34

C. Pendekatan Konseling Islami sebagai salah satu upaya untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Siswa ………. 54

D. Penelitian terdahulu yang Relevan………... 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………...... 138

(7)

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal……… 74

3.2 Ketentuan Pemberian Skor Angket Kecerdasan Interpersonal Siswa 75

3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ………. 78

3.4 Kategorisasi Kecerdasan Interpersonal Siswa ... 79

3.5 Kriteria Gambaran Umum Kecerdasan Interpersonal Siswa ... 76

4.1 Profil Umum Kecerdasan Interpersonal Siswa ………. 84

4.2 Profil Aspek Kecerdasan Interpersonal Siswa... 85

4.3 Uji Normalitas Data Kecerdasan Interpersonal Siswa……… 106

4.4 Hasil Uji Homogenitas varian Data Kecerdasan Interpersonal Siswa… 107 4.5 Hasil Uji t Independen Data Pretest dan Posttest Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Secara Keseluruhan………...……….. 107 4.6

4.7 4.8

Hasil Uji t Independen Data Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pada Setiap Aspek………. Hasil Uji t Independen Data Postest Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Secara Keseluruhan………... Hasil Uji t Independen Data Posttest Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pada Setiap Aspek………

(8)

DAFTAR BAGAN

3.1 Alur Penelitian Pendekatan Konseling Islami untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Siswa……… 69 4.1 Rangkuman Proses Pelaksanaan Kegaiatan Pendekatan Konseling

(9)

DAFTAR GRAFIK

4.1 Rata-Rata Skor Pretest Kecerdasan Interpersonal Antara Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol………... 108

4.2 Rata-Rata Skor Pretest Aspek Kecerdasan Interpersonal Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 109 4.3 Rata-Rata Skor Posttest Kecerdasan Interpersonal Siswa Antara

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol secara Keseluruhan

……….. 111

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat izin Penelitian ………. 1

Instrumen Penelitian ………. 2

Hasil Pengolahan Data ………. 3

Program Pendekatan Konseling Islami untuk Meningkatkan Kecerdasan

Interpersonal Siswa ……… 4

Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling ……….. 5

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Banyak orang meyakini bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada kenyataannya, tidak semua orang yang memiliki kemampuan IQ yang tinggi itu memiliki kemampuan adaptasi, sosialisasi, pengendalian emosi, dan kemampuan spiritual. Banyak orang yang memiliki kecerdasan IQ, namun ia tidak memiliki kemampuan untuk bergaul, bersosialisasi dan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Banyak juga orang yang memiliki kemampuan IQ, tapi ia tidak memiliki kecerdasan dalam melakukan hal-hal yang dapat menentukan keberhasilannya di masa depan, prioritas-prioritas apa yang mesti dilakukan untuk menuju sukses dirinya (Efendi: 2005)

Menurut Howard Gardner (Efendi:2005), temuan-temuan ilmiah bagi perkembangan teori kecedasan manusia, sesungguhnya juga sudah lama ditemukan oleh saintis, terutama neuro-saintis. Sampai akhirnya Howard Gardner yang dengan sangat serius mempelajarinya, dan ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa kecerdasan manusia itu tidak tunggal, tapi majemuk, bahkan tak terbatas. Belakangan teori kecerdasan Howard Gardner ini dikenal dengan Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk) yaitu: Linguistic Intelligence (Kecerdasan

Bahasa) Logico-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logis-Matematis); Visual-Spatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial); Bodily-Kinesthetic

(12)

Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Antarpribadi); Intrapersonal Intelligence

(Kecerdasan Intrapersonal); dan Natural Intelligence (Kecerdasan Natural).

Manusia yang diberi berbagai kecerdasan adalah makhluk yang diciptakan Allah yang paling sempurna, QS At-tiin (95):4



Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya”.

Mengacu pada ayat di atas bahwa manusia adalah sebagai makhluk sosial, maksudnya bahwa manusia tidak akan dapat hidup tanpa adanya orang di sekitarnya, dan manusia tidak akan hidup dengan baik bila tidak dapat berbuat yang baik kepada orang lain di sekitarnya. Kalau kita analisis ungkapan tersebut benar adanya dan nyata terbukti. Kebenaran dan kenyataan itu akan dapat dirasakan oleh setiap orang yang dapat berfikir dan dapat membaca keadaan sekelilingnya.

Dalam Al-Quran juga dijelaskan sebagaimana Allah SWT telah menciptakan manusia dari berbagai jenis suku dan bangsa agar manusia saling mengenal dan memahami satu sama lainnya, seperti dalam surat Al-Hujurat [49] ayat 10 dan 13 yang berbunyi:

(13)

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(Al-Hujraat:10)



Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujraat:13)

Pada surat Al-Hujurat ayat 10 dan 13, dapat dianalisis bahwa kecerdasan interpersonal merupakan keterampilan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain dalam lingkungannya. Hal ini tentu sangat dibutuhkan oleh para remaja dalam menjalani relasi interaksinya, sehingga akan memudahkan mereka dalam membangun interaksi, menciptakan dan mempertahankan hubungan antar pribadi, serta dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dengan solusi yang sama-sama menguntungkan.

(14)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan cara menganalisis hasil inventori tugas perkembangan, terutama pada aspek-aspek yang berhubungan dengan kehidupan sosial, maka hasil studi pendahuluan terhadap siswa Madrasah Aliyah Ummul Qura kota Tangerang Selatan menunjukkan bahwa pada umumnya siswa mengalami permasalahan dalam berkomunikasi dengan teman-teman di lingkungan barunya, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang berpikir negatif terhadap lingkungan dan siswa belum dapat mengidentifikasi diri sendiri dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mirna (2009:95) terhadap siswa kelas akselerasi SMA Negeri 5 Bandung, (1) secara umum siswa SMA Negeri 5 Bandung memiliki tingkat kecerdasan interpersonal yang tersebar pada setiap kategori pencapaian yaitu tinggi 47.62%, sedang 52.38%, rendah 0 %. (2) dari data penelitian secara umum siswa akselerasi SMA Negeri 5 Bandung memiliki kecerdasan interpersonal yang sedang. Maka hasil penelitian menunjukkan siswa akselerasi masih membutuhkan pengembangan dan pengoptimalan kecerdasan interpersonal.

(15)

Melihat betapa pentingnya hubungan interpersonal maka perkembangan sosial remaja merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Hal ini dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama. Perkembangan sosial remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebaya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan remaja secara positif, maka remaja akan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif maka perkembangan sosialnya akan terhambat.

(16)

Apapun masalah yang dihadapi remaja, ini sangat wajar. Seiring dengan kondisi zaman dan teknologi yang telah merubah pola dan sistem kehidupan sosial masyarakat modern. Namun demikian teknologi juga menyajikan berbagai wahana untuk mempercepat komunikasi antar individu dan berperan penting untuk kemajuan kompetensi remaja, maka untuk mengantisipasi berbagai penyimpangan diperlukan bimbingan dan konseling yang optimal, sehingga berbagai masalah kondisi sosial yang dapat menghambat perwujudan kesejahteraan sosial dapat di antisipasi sehingga pada gilirannya selalu mendorong adanya tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan.

Dengan demikian, sebagai makhluk sosial, kecerdasan interpersonal memang merupakan satu hal yang penting yang harus kita miliki dalam kehidupan ini. Kecerdasan interpersonal merupakan sebuah kemampuan untuk bisa memahami keadaan lingkungan sosial kita. Karena dengan memahami lingkungan sosial maka kita akan mampu memahami setiap timbal balik yang kita terima, dan juga kita akan paham apa yang sedang dibutuhkan di lingkungan sosial kita, dimana dalam hidup ini kita harus mengetahui hukum tabur tuai. Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Maksudnya adalah, kita harus paham jika kita ingin menerima hal-hal yang baik dalam hidup kita, maka niatkanlah dan lakukanlah hal-hal yang baik pula untuk lingkungan kita begitu pula sebaliknya. Kita harus berusaha menjadi pribadi yang peka terhadap lingkungan sosial kita.

(17)

sudah bisa memulai menerapkan kecerdasan interpersonal, terutama jika siswa tersebut ingin sukses. Salah satuya yang menjadi fokus pada subjek penelitian kali ini, yaitu siswa berada pada kesamaan latar belakang yakni memiliki keyakinan yang sama dan tergabung dalam satu pesantren yang dapat mempermudah siswa dalam menyatukan tujuan bersama khususnya dalam meningkatkatkan jiwa sosialnya. Meningkatkan keterampilan sosial dibutuhkan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah pendekatan bimbingan dan konseling islami sebagai upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah. Dari rumusan tersebut nampak, bahwa konseling Islami

adalah aktivitas yang bersifat “membantu”, dikatakan membantu karena pada

hakekatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai tuntunan Allah (jalan yang lurus) agar mereka selamat. Karena posisi konselor bersifat membantu, maka konsekuensinya individu sendiri yang harus aktif belajar memahami dan sekaligus melaksanakan tuntunan islam (Al-Quran dan sunnah Rasul-Nya).

(18)

Pentingnya pendekatan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa salah satunya adalah mengacu pada pendapat Az-Zahrani (2005:6) bahwasanya konseling yang bersumber pada Al-Quran, sunnah. Ijma (kesepakatan) kaum muslimin, dan ijtihad para ulama dalam mengarahkan, memberikan kesadaran penuh, memperbaiki dan memberikan bantuan/pertolongan terhadap individunya untuk mengubah prilaku tertentu menuju prilaku yang lebih baik atau mengubah satu keadaan jiwa tertentu menuju keadaan jiwa yang lebih baik.

Hal ini sesuai dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Uman Suherman (2006), menjelaskan bahwa pada umumnya individu (santri) yang memiliki penguasaan keterampilan hubungan sosial yang baik, mereka mampu survive pada lingkungannya, memiliki keterampilan sosial yang baik, memiliki

keterampilan hubungan interpersonal, mampu memecahkan masalah serta mampu menghindarkan diri dari situasi konflik.

Berdasarkan ungkapan tersebut di atas, maka sangat penting diadakannya penelitian yang berjudul pendekatan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

(19)

dari kebudayaan masing-masing menjadikan ketidakefektifan siswa dalam berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah maupun di linkungan sekitarnya.

Semakin efektif seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, maka semakin banyak kesempatan untuk mempelajari diri sendiri dan semakin memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan interpersonal yang memadai. Belajar untuk berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik itu penting, karena kebutuhan psikologis yang paling mendasar dapat dipenuhi melalui hubungan interpersonal dimana manusia itu tidak hanya memiliki tanggung jawab pribadi.

Fenomena tersebut di atas mengantarkan pada perlunya penelitian tentang pendekatan konseling islami untuk membantu mengembangkan kecerdasan interpersonal untuk remaja khususnya siswa sekolah menengah atas. Penelitian ini setidaknya akan menjawab permasalahan yang dihadapi siswa dalam upaya mengembangkan kecerdasan interpersonal. M.D. Dahlan (Lubis:2005), mengemukakan bahwa konseling islami adalah bimbingan kehidupan yang pada intinya tertuju kepada realisasi do’a rabbana atina fi ad-dunya hasanah wa fil

al-akhirati hasanah wa qina ‘azaba an-nar. Berisikan rintisan jalan ke arah

penyadaran kepribadian manusia sebagai makhluk Allah, dengan menumbuhkan rasa tentram dalam hidup karena selalu merasa dekat dengan Allah dan ada dalam lindungannya.

(20)

dipengaruhi beberapa fakta. Sebagaimana Hurlock (1990:231) mengemukakan bahwa: “Penyesuaian sosial siswa di sekolah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri siswa maupun dari luar dirinya”.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pendekatan konseling islami yang efektif untuk meningkatan kecerdasan interpersonal pada siswa Madrasah Aliyah Ummul Qura Kota

Tangerang Selatan melalui pendekatan konseling islami.

Secara khusus, rumusan masalah penelitian ini dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil kecerdasan interpersonal siswa di Madrasah Aliyah Ummul Qura Kota Tangerang Selatan ?

2. Seperti apa rancangan dan pelaksanaan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa Madrasah Aliyah Ummul Qura kota Tangerang Selatan ?

3. Bagaimana efektivitas pendekatan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa ?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pendekatan konseling islami yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

(21)

2. Memperoleh rancangan dan pelaksanaan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa Madrasah Aliyah Ummul Qura kota Tangerang Selatan.

3. Memperoleh pendekatan konseling islami yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Hasil akhir penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang Bimbingan dan Konseling, khususnya mengenai upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa melalui pendekatan konseling islami.

b. Hasil penelitian ini menjadi rujukan bagi pengembangan teori dan pendekatan konseling yang menggunakan pendekatan agama.

2. Manfaat praktis a. Bagi Guru BK

(22)

melalui pendekatan konseling islami kepada siswa, terutama dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal.

b. Bagi Tata Usaa dan Pondok Pesantren

mempersiapkan sarana dan prasaran untuk terselenggaranya konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Al Quran dan Hadis agar terwujud pribadi siswa yang memiliki Akhlakul Karimah.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendekatan konseling islami dalam membantu meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Pada penelitian ini yang akan ditingkatkan adalah kecerdasan interpersonal siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan pada data berupa angka-angka (numerical) yang pengolahan datanya dilakukan dengan analisis statistik. Penelitian kuantitatif dilakukan untuk memperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam konteks penelitian ini pendekatan kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan interpersonal siswa antara sebelum dilakukan tindakan (treatment) dengan setelah dilakukan tindakan.

(24)

Sesuai dengan penelitian dengan menggunakan metode quasi experiment, maka peneliti menggunakan desain penelitian nonequivalent pretest-posttest control group design, Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sugiyono, 2010:116) Keterangan:

X = Pendekatan konseling islami - = Perlakuan Konvensional O1,3 = Pretest

O2,4 = Posttest

KE = Kelompok Eksperimen KK = Kelompok Kontrol

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Madrsasah Aliyah Ummul Qura, terletak di Jln raya Pondok Cabe Pamulang kota Tangerang Selatan.

Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah Ummul Qura kota Tangerang Selatan yang berjumlah 105 orang, tahun pelajaran 2012/2013. Adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi adalah sebagai berikut:

1. Siswa berada dalam rentang usia remaja, yaitu antara 15-16 tahun berada pada periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

KE O1 X O2

(25)

2. Siswa termasuk kategori “remaja” yang memiliki kecenderungan untuk mencari identitas diri.

3. Berdasarkan ciri utama metode penelitian quasi experiment yang tidak menggunakan sampel random (random assigment), melainkan melakukan pengelompokkan subjek penelitian berdasarkan kelompok yang sudah ada, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan

sekelompok subjek dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2006:91).

(26)

C. Alur Penelitian

(27)

Bagan 3.1

Alur Penelitian Pendekatan Konseling Islami untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Siswa

(28)

D. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini memuat dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan Konseling Islami, sedangkan variabel terikatnya adalah Kecerdasan Interpersonal. Untuk menghindari kesalah-pahaman dalam memahami masalah penelitian, maka istilah-istilah dalam penelitian ini dijelaskan secara operasional dalam uraian berikut: 1. Pendekatan Konseling Islami

Pendekatan konseling islami adalah cara pandang yang digunakan konselor sebagai pedoman dalam proses melakukan layanan kegiatan konseling kepada klien/konseli untuk menumbuh kembangkan kemampuannya, memahami dan menyelesaikan masalah serta membangun kesadarannya untuk menempatkan Allah sebagai konselor yang Maha Agung, dan sekaligus mengarahkan konseli untuk melakukan self counseling bagi dirinya dan orang lain.

Pendekatan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa merupakan upaya merekontruksi serta aktualisasi kembali konsep diri agar dapat mencapai an-nafs al-mutmainnah (jiwa tentram) tersebut ( Lubis:2007).

Adapun pendekatan konseling islami yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan yang dilakukan peneliti melalui: Teknik Spiritualism method. Dalam teknik ini, klien/konseli diarahkan untuk mencari ketenangan hati

dengan mendekatkan diri kepada Allah sebaga sumber ketenangan hati, sumber kekuatan dan penyelesaian masalah, sumber penyembuhan penyakit mental.

(29)

dan ujian dari Allah yang hikmahnya untuk menguji dan mempertaruhkan keteguhan imannya, bukan sebagai wujud kebencian Allah kepadanya. Selanjutnya, konselor menegakan prinsip tauhid dengan meyakinkan klien/konseli bahwa Allah adalah satu-satunya tempat mengembalikan masalah, tempat ia berpasrah, tempat ia memohon pertolongan untuk menyelesaiakan masalah. Dengan sifat Maha Kuasa Allah, bagi Nya permasalahan itu bukanlah hal yang berat untuk diselesaikan.

Teknik Client-Centered Method (non directive approach), dalam teknik ini

konselor berupaya mendorong klien/konseli untuk berusaha sendiri memahami masalahnya, menemukan kesadaran baru, dan memilih alternative penyelesaian masalah. Dalam hal ini, konselor harus berperan sebagai orang yang membantu menyediakan kondisi-kondisi terbaik dengan memberikan kemudahan bagi klien/konseli untuk mengembangkan perilakunya secara lebih produktif.

Dari penjelasan di atas, kegiatan berlangsung selama enam sesi intervensi berdasarkan pendekatan konseling islami sebagai layanan fasilitasi konselor kepada siswa melalui proses berkesinambungan yang berisi tahapan aktivitas untuk memodifikasi kepribadian siswa dengan cara bertanya, menganalisis, mengambil keputusan dan memutuskan kembali dalam rangka membantu meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

2. Kecerdasan Interpersonal

(30)

dan konstruktif berdasarkan norma norma kehidupan yang mencakup aspek kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain, ketegasan diri, menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, menjadi diri yang bebas, Harapan yang realistis terhadap diri sendiri dan orang lain, perlindungan diri dalam situasi antar pribadi.

Adapun penjelasan dari masing-masing aspek kecerdasan interpersonal siswa dan indikatornya dikemukakan dalam batasan sebagai berikut. Aspek Kepekaan Terhadap Diri Sendiri mempunyai makna berbicara dan mendengarkan, yaitu menyadari pikiran dan perasaan dan menggunakannya sebagai data dalam memberi respon. Menjadi peka terhadap orang lain mempunyai makna memiliki rasa empati terhadap orang lain dalam berbagai hal, seperti: siswa mampu menyesuaikan dengan keadaan diri sendiri, mampu menyesuaikan dengan keadaan orang lain, mampu berkomunikasi dengan lisan dan tulisan, mampu merasakan apa yang orang lain rasakan, mampu bersikap tidak egois.

Aspek Ketegasan diri berarti berkomunikasi dengan cara-cara jujur secara

konstruktif yang di tandai dengan berkata jujur, berbicara sesuai dengan keadaan yang dihadapi, teguh pendirian, bertanggung jawab, berperilaku sesuai dengan norma, menghindari sikap pura-pura. Aspek menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain mempunyai makna sebagai suatu kondisi psikolog, yang bersifat

(31)

Aspek menjadi diri yang bebas adalah membiarkan orang lain berada dalam suasana nyaman dengan dirinya dan membiarkan orang lain menentukan kebutuhannya dengan cara dan tempat yang mereka pilih seperti: Memberikan kebebasan kepada orang lain, berfikir positif terhadap orang lain, bersikap ramah, berbagi rasa dengan orang lain, belajar menjadi pendengar, merespon pembicaraan orang lain, bersikap tegas, berbagi cerita kepada orang lain. Aspek harapan yang realistis terhadap diri sendiri dan orang lain adalah sebagai suatu

keadaan diri sendiri atau orang lain yang sesuai dengan keadaan sebenarnya yang ditunjukkan dengan indikator: mengenal keadaan diri sendiri dan orang lain secara tepat sesuai keadaannya. Aspek Perlindungan diri dalam situasi antar pribadi berarti mampu menghadapi kejadian apapun dalam hubungan dengan

orang lain, mampu bertindak dengan cara yang tepat, sehingga tidak membuat dirinya merasa terancam dengan indikator tegar dalam menghadapi persoalan dan pantang menyerah.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dikembangkan alat pengumpul data seperti: skala kecerdasan interpersonal, digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan interpersonal siswa sebelum dan sesudah mengikuti proses konseling melalui Pendekatan konseling islami.

1. Pengembangan kisi-kisi Instrumen

(32)

menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, menjadi diri yang bebas, mempunyai harapan yang realistik terhadap diri sendiri dan orang lain serta perlindungan diri dalam situasi antar pribadi, berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Cavanagh (1982). Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) model Guttman untuk mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Berikut disajikan dalam tabel kisi-kisi instrument.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kecerdasan Interpersonal

ASPEK INDIKATOR - ITEM +

1.Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain

a. Mampu menyesuaikan dengan keadaan diri sendiri

- 1,2 2

b. Mampu menyesuaikan dengan keadaan orang lain

- 3,4 2

c. Mampu berkomunikasi dengan lisan - 5,7 2

d. Mampu berkomunikasi dengan tulisan - 6 1

e. Mampu merasakan apa yang orang lain rasakan

- 8,9,10 3

f. Mampu bersikap tidak egois 11 12 2

2.Ketegasan diri a. Berkata jujur - 13,14 2

b. Berbicara sesuai dengan keadaan yang dihadapi

e. Berperilaku sesuai dengan norma - 23,24, 25, 26

a. Memahami kelebihan dan kelemahan yang dimiliki

d. Mampu menyesuaikan diri di tempat yang baru

- 35 1

4.Menjadi diri yang bebas

a. Memberikan kebebasan kepada orang lain

(33)

c. Bersikap ramah - 39,40 2

a. Mengenal keadaan diri sendiri secara tepat sesuai keadaannya

- 52,53,

54 55,56

5

b. Mengenal keadaan orang lain secara tepat sesuai dengan keadaan

a. Tegar dalam menghadapi persoalan 58 57,59 3

b. Pantang menyerah - 60 1

Jumlah total 6 54 60

2. Pedoman Skoring

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur kecerdasan interpersonal rendah siswa. Item pernyataan kecerdasan interpersonal siswa menggunakan bentuk skala likert, dengan pilihan sangat sesuai (SS) Sesuai (S) Kurang Sesuai (KS) Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) Adapun kriteria penskoran untuk mendapat skor angket Kecerdasan Interpersonal siswa dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.2

Ketentuan Pemberian Skor Angket Kecerdasan Interpersonal Siswa

Pernyataan Skor

SS S KS TS STS

Positif 5 4 3 2 1

(34)

3. Penimbangan Instrumen (Expert Judgment) dan Uji Keterbacaan

Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item-item yang valid yang dapat mengukur permasalahan kecerdasan interpersonal siswa. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga orang pakar untuk dikaji dan ditelaah dari segi isi, redaksi kalimat, serta kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap (apakah item layak digunakan untuk mengungkapkan atribut yang dikehendaki oleh peneliti sebagai perancang instrumen).

Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut. Setelah itu instrumen yang telah direvisi, kemudian dilakukan uji keterbacaan oleh tujuh responden untuk mengetahui apakah setiap item dapat dan mudah dipahami oleh responden.

Ketiga penimbang tersebut adalah Drs. KH Syarif Rahmat, SQ, MA yang merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling Islami, serta Dr. Ir. Nurbaiti yang merupakan pakar dalam testing psikologis dan statistik.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas instrumen dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS version 17.0 for Windows.

Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 2 (pengolahan data).

(35)

menggunakan software SPSS version 17.0 for Windows diperoleh koefisien Alpha Cronbach untuk kecerdasan interpersonal siswa sebesar α = 0, 872..

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2010: 149) yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.3

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh (α = 0, 872) dan mengacu pada titik tolak ukur pada Tabel 3.6, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen kecerdasan interpersonal siswa memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.

F. Teknik Analisis Data

Data mengenai masalah kecerdasan interpersonal rendah siswa yang akan diintervensi melalui Pendekatan Konseling Islami akan dianalisis dengan cara kuantitatif. Teknik analisis data dalam hal ini dimulai dengan mengukur validitas instrumen yang melibatkan pakar dalam bidang bimbingan dan konseling, dan reliabilitas instrumen dengan melibatkan siswa.

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t atau t-test. Uji t ini adalah pengujian perbedaan rata-rata yang biasa dilakukan oleh

peneliti yang bermaksud mengkaji efektivitas suatu perlakukan (treatment) dalam mengubah suatu perilaku dengan cara membandingkan antara keadaan sebelum dengan keadaan sesudah perlakuan itu diberikan (Furqon, 2009: 174).

(36)

a. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah dengan menggunakan angket untuk melihat kondisi kecerdasan interpersonal siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari data yang mengukap tentang kecerdasan interpersonal siswa yang rendah. Proses pengambilan data dilakukan dengan memberikan instrumen atau angket kepada siswa kelas X Madrasah Aliyah Ummul Qura kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2012/2013.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan: 1) angket kecerdasan interpersonal, yaitu untuk melihat gambaran mengenai kecerdasan intepersonal siswa; dan 2) Kajian pustaka, yaitu dengan membaca dan menelaah, mempelajari dan mengutip pendapat dari berbagai buku sumber sebagai pendukung analisis dan interpretasi.

b. Kriteria gambaran umum kecerdasan interpersonal

Gambaran umum kecerdasan interpersonal siswa dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu Kecerdasan interpersonal tinggi, sedang dan rendah, yang dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini.

Tabel 3.4

Kategorisasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Kriteria Rentang

Tinggi X > Min Ideal + 2.Interval

Sedang Min Ideal + Interval < X ≤ Min Ideal + 2.Interval

Rendah X ≤ Min Ideal + Interval

Sumber: (Sudjana, 1996:47)

(37)

Tabel 3.5

Kriteria Gambaran Umum kecerdasan interpersonal siswa Kriteria Rentang Penjelasan

Tinggi X > 173 Siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan menyesuaikan diri dengan orang lain, memiliki rasa empati, berprilaku baik serta mampu menghadapi kejadian apapun dalam hubungan interpersonal

Sedang 110 < X ≤ 173 Siswa mampu mengidentifikasi dirinya, tetapi ketika siswa melakukan komunikasi dalam kegiatan sehari-hari dipengaruhi oleh kondisi yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

Rendah X ≤ 110 Siswa tidak dapat berfikir positif dan tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain dalam berbagai hal. Siswa belum dapat berkomunikasi secara baik dan tidak mampu memberi kenyamanan kepada orang lain dan lingkungannya.

c. Uji hipotesis

Dalam menjawab pertanyaan penelitian tentang Pendekatan Konseling Islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa dilakukan dengan teknik uji t independent (independent sample t-test) melalui analisis data kecerdasan interpersonal siswa sebelum dan sesudah mengikuti konseling melalui

(38)

(a) Hipotesis

H0 : µeksperimen = µkontrol

Tidak ada perbedaan rata-rata kecerdasan interpersonal siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

H0 : µeksperimen < µkontrol

Ada perbedaan rata-rata kecerdasan interpersonal siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

(b) Dasar pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan α = 0,05.

Jika pengambilan keputusan berdasarkan nilai t hitung, maka kriterianya adalah terima H0 jika (t1-1/2 α < t hitung < t1-1/2 α), dimana t1-1/2 α

didapat dari daftar tabel t dengan dk = (n1 + n2 – 1) dan peluang 1-1/2 α. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

Jika pengambilan keputusan berdasarkan angka probabilitas (nilai p), maka kriterianya adalah:

Jika nilai p < 0,05, maka H0 ditolak Jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima G. Langkah-langkah Penelitian

(39)

1. Tahap Persiapan

a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang kecerdasan interpersonal dan pendekatan konseling islami.

b. Menentukan subjek penelitian.

c. Berdiskusi dengan guru bimbingan dan konseling di sekolah tempat penelitian untuk melaksanakan eksperimen dengan menggunakan pendektan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas X Madrasah Aliyah Ummul Qura kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.

d. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa kuesioner kecerdasan interpersonal.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan tes awal (pretest) untuk mengetahui kecerdasan interpersonal siswa kelas X Madrasah Aliyah Ummul Qura kota Tangerang Selatan sebelum dilaksanakan perlakuan.

b. Pelaksanaan teknik pendekatan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

1) Menetapkan jadwal pelaksanaan treatmen yang sesuai dengan hasil kesepakatan dengan siswa yang menjadi sampel penelitian pada kelompok eksperimen dan pertimbangan pihak sekolah.

(40)

3) Melaksanakan teknik pendekatan konseling islami kepada kelompok eksperimen yang dirancang 8 kali perlakuan/treatmen.

c. Observasi terhadap pelaksanaan pendekatan konseling islami pada kelompok eksperimen untuk mengetahui keefektifan layanan dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal Siswa Kelas x Madrasah Aliyah Ummul Qura Kota Tangerang Selatan.

d. Pelaksanaan tes akhir (posttest) untuk mengetahui efektivitas pendekatan konseling islami pada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional pada kelompok kontrol.

3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data

a. Mengolah skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) self esteem siswa. b. Melakukan uji persyaratan statistik (keefektifan) tes awal (pretest) dan tes

akhir (posttest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melakukan analisis data dengan menggunakan uji t-test untuk mengetahui tingkat efektivitas sebelum dan sesudah perlakuan/treatmen.

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Penelitian berjudul Pendekatan Konseling Islami untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal siswa kelas x Madrasah Aliyah Ummul Qura dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Profil kecerdasan interpersonal siswa kelas x di Madrasah Aliyah Ummul Qura Kota Tangerang Selatan secara umum berada pada ketegori sedang, artinya siswa mampu mengidentifikasi dirinya, tetapi ketika siswa melakukan komunikasi dalam kegiatan sehari-hari dipengaruhi oleh kondisi yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan profil kecerdasan interpersonal pada setiap aspek sebagian besar berada pada kategori sedang, hanya aspek ke enam yang berada pada kategori rendah yakni perlindungan diri dari situasi interpersonal.

(42)

(Holqu haalati); (g) penghargaan terhadap orang lain (Ihtaromu dzaati wal aakhoriin); dan (i) refleksi atau pengungkapan akhir (Kasyful nihaaii).

3. Pendekatan konseling islami efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas x Madrasah Aliyah Ummul Qura. Peningkatan terjadi baik secara umum, aspek dan indikator kecerdasan interpersonal secara signifikan. Aspek kecerdasan interpersonal yaitu mencakup: (a) kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain; (b) ketegasan diri; (c) nyaman dengan diri sendiri dan orang lain; (d) menjadi diri yang bebas; (e) harapan yang realistik terhadap diri sendiri dan orang lain; dan (f) perlindungan diri dalam situasi interpersonal.

B. REKOMENDASI

Pendekatan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal

siswa kelas x Madrasah Aliyah Ummul Quro direkomendasikan agar bermanfaat untuk:

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah khususnya pada Madrasah Aliyah Ummul Qura dalam membantu mengembangkan potensi siswa khususnya peningkatan kecerdasan interpersonal dapat menggunakan pendekatan konseling islami yang telah dilaksanakan pada penelitian ini. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling yaitu :

a. Menyebarkan instrumen tentang kecerdasan interpersonal

(43)

c. Menganalisis bersama hasil yang diperoleh dari guru bidang studi atau wali kelas tentang kecerdasan interpersonal siswa di sekolah.

d. Membangun relasi yang baik antara konselor dengan siswa, terlebih dalam pertemuan pertama, karena sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya satu sama lain demi terciptanya suasana kondusif dalam layanan konseling islami.

e. Menumbuhkan empati siswa dengan tujuan membuka perasaan pekanya terhadap orang lain.

f. Siswa dilatih untuk memberikan penghargaan terhadap orang lain.

g. Memotivasi diri siswa dan orang lain, bertujuan agar menciptakan kondisi nyaman dan tidak ada saling merendahkan satu sama lain.

h. Menciptakan situasi kondusif antara siswa, hal ini penting untuk menjalin rasa saling membutuhkan satu sama lain.

i. Refleksi program dilakukan bersama-sama antara konselor dan siswa, dengan memberikan instrumen kecerdasan interpersonal kembali kepada siswa dan membandingkan hasil awal dan hasil akhir untuk melihat keberhasilan pendekatan konseling islami.

2. Pihak Sekolah, Tata Usaha dan Pondok Pesantren

(44)

fasilitas berupa sarana dan prasarana sebagai sistem penunjang teknik pelaksanaan pendekatan konseling islami, dan mengkordinasikan pendekatan konseling islami kepada seluruh siswa. Kemudian siswa yang ingin mendapatkan layanan bimbingan diharapkan datang ke ruangan Bimbingan dan Konseling untuk mendapatkan pelayanan yang optimal dari konselor.

a. Bekerjasama dengan konselor untuk memberikan pelayanan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

b. Menginformasikan kondisi siswa di sekolah kepada konselor sebagai dasar kebutuhan empirik layanan konseling islami.

c. Memberikan semangat pada setiap karyawan yang ingin maju terutama dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal.

d. Melayani siswa untuk meningkatkan kompetensinya terutama kecerdasan interpersonal.

e. Menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka pelaksanaan konseling islami untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal.

f. Bertanggungjawab untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Al Quran dan Hadis agar terwujud pribadi siswa yang memiliki Akhlakul Karimah

3. Peneliti selanjutnya

(45)

a. Metode penelitian yang menggunakan kuasi eksperimen diharapkan peneliti selanjutnya mengembangkan metode penelitian menjadi Reasearch and Development.

b. Pengambilan populasi dan sampel penelitian yang hanya menggunakan satu jenjang saja, untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini menjadi untuk seluruh siswa di Madrasah Aliyah Ummul Qura.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, H.Bakran (2001) Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

Amin, Samsul Munir.(2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta:Sinar Grafika Offset

Amstrong, Tomas. (2009). Multiple intelligences in the classroom. 3rd ed. Virginia-USA:ASCD publication

Arifin, A.M Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan di Luar Sekolah (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)

Azwar, Saifudin. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Az-Zahrani, Musfir bin Said. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Cavanagh, Michael & Levitov. Justin E. (2002). The Counseling Experience A

Theoritical and Practical Approach. USA: Wafeland Press, Inc

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Departemen Agama RI (1995), Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra.

Depdiknas (2002) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai pustaka

De Vito, J A. (1997). Komunikasi Antar Manusia (cetakan kelima). Jakarta: Proffesional Books.

Dodi Syihab (2010) Al-Qur’an sandi kecerdasan. Aldi Prima: Jakarta

Djumhur I. & Surya Moh. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan diSekolah. Bandung: CV ILMU: Bandung

Effendy, Uchyana Otong (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosda Karya

(47)

Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. UII Press. Yogyakarta.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences (Kecerdasan majemuk Teori dan Praktek)Terjemahan Alexander Sindoro. Batam Centre: Interaksa.

Hadi, Sutrisno. (2006). Statistik Jilid 2 & 3. Yogyakarta: UGM.

Hayati Dahlan, Tina (2011) Model Konseling Singkat Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa, disertasi: UPI

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hellen, A (2002). Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Jakarta: Ciputat Press. Hikmawati,Fenti (2008), Model Konseling Islami Untuk Meningkatkan Komitmen

Beragama. Disertasi Pasca sarjana Prodi BK UPI Bandung

Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Konseling Religi. Volume 1, Nomor 02, Juli-Desember 2009. Jurusan Dakhwah Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam . Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.

Lubis, saiful akhyar,(2007) Konseling islami:Kyai dan pesantern. Yogyakarta: eLSAQ Press.

Mubarok, Ahmad (2002), Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta; Fajar Pustaka Baru

Munandir, (1987), Beberapa Pikiran Mengenai Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta : UII

Musnamar, Tohari (1992) Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta : UII Press.

Nashori, Fuad (1994) Membangun Paradigma Psikologi Islami, Yogyakarta: SIPRESS

Nurihsan.(2006). Bimbingan dan Konseling dalam berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama.

(48)

Nurmelly, Mely. 2011. Peran Agama Dalam Bimbingan dan Konseling. Widyaswara Muda bdk. Palembang.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung. Rizai.

Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsono (2005) Mencerdaskan anak . depok: Inisiasi Press

Suherman, Uman (2006) Disertasi: Pendekatan Konseling Qurani untuk mengembangkan Keterampilan Sosial. Disertasi Pasca sarjana Prodi BK UPI Bandung

Sujarwo. (2010). Efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung

Spitzberg, B. H., & Cupach, W. R. (1984). Interpersonal communication. (http://www.uky.edu/drlane/capstone/interpersonal/competence.htm). 2007. Suranto.(2011) Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta:Graha Ilmu

Surya, Moh. (1987) Dasar-dasar Konseptual Penanganan Masalah-masalah Karir/Pekerjaan dalam Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta: UII

Surya, Moh., (1988), Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Teori dan Konsep), yogyakarta: kota kembang.

Surya, moh (1990) Psikologi Perkembangan, bandung: jurusan PPB FIP IKIP Surya, moh (1990), Kesehatan Mental, Bandung: PPB FIP IKIP

Sutoyo, Anwar. (2009) Bimbingan dan Konseling Islami: Teori dan Praktik. Semarang: CV Widya Karya

Suyono, Hadi. (2007). Social Intelligence:cerdas meraih sukses bersama orang lain dan Lingkungan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

(49)

Winkel,W S (1997) Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Yusuf, Syamsu.(2009). Konseling spiritual Teistik. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, syamsu dan Juntika Nurihsan,juntika, (2005), Landasan Bimbingan dan Konseling Jakarta: Rosydakarya.

Yusuf, Syamsu LN. 2004. Psikologi Perkembangan anak dan ramaja, Remaja rosda karya: Bandung

http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kecerdasan Interpersonal
Tabel 3.2 Ketentuan Pemberian Skor Angket Kecerdasan Interpersonal Siswa
Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Gambaran umum kecerdasan interpersonal siswa dibagi menjadi tiga

Referensi

Dokumen terkait

RENCANA UM UM PENGADAAN BARANG DAN JASA BADAN KEPEGAW AIAN DAN DIKLAT KAB.

Pengujian sistem dilakukan dengan menguji fitur-fitur yang tersedia pada sistem yakni admin bank dapat login sistem, melihat daftar perusahaan kreditur, memperoleh data

2) Komunikasi antar individu dengan lingkungan yang lebih luas 3) Komunikasi antar individu dengan dua kelompok atau lebih.. Hambatan Teknis. 1) Tidak adanya rencana atau prosedur

Dari kedua artikel tersebut terdapat satu benang merah bahwa perkembangan teknologi salah satunya dengan cara industrialisasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan sehingga

Seperti yang telah dilakukan oleh lembaga non pemerintah / yaitu nawakamal yogyakarta / dalam usahanya untuk melestarikan keberadaan sumber air / di gunung kidul / khususnya di

Faktor memenuhi kebutuhan terdiri atas variabel berpikir pendapatannya tidak akan pernah cukup sehingga perlu selalu mengambil utang, mudah terpengaruh untuk

Pada Tabel 5, siswa yang memiliki karakteristik pesan non verbal rendah dan kepuasan rendah berjumlah tiga belas orang dengan persentase 21,7 persen.. Siswa yang

Dalam kurikulum 2013 pada jenjang SMK, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan memiliki bobot yang sama besar, sedangkan penilaian sikap memiliki bobot yang