• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE MAKE A MATCH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE MAKE A MATCH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TYPE MAKE A MATCH

Sri Prehaten1

Email : [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum adanya ketertarikan siswa terhadap metode yang digunakan guru dalam pembelajaran, yang menyebabkan siswa lambat memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga membuat nilai hasil belajarnya rendah di bawah KKM. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan model Cooperative Learning tipe make a match dalam meningkatkan hasil belajar PAI materi Mengenal Allah melalui Asmaul Husna di Kelas VA SDN I Sepakat kec. Mantewe Kab,Tanah Bumbu. Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN I Sepakat kec.mantewe yang berjumlah 14 siswa ,terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 10 siswi perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan soal tes dan lembar obsevasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model cooperative learning tipe make match dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna pada siswa kelas VA SDN I Sepakat Kab.Tanah Bumbu. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar dari pra siklus ke siklus I, persentase ketuntasan mencapai 35,71% yang hanya di capai oleh 5 siswa dari 14 siswa dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I siswa yang tuntas meningkat menjadi 8 anak dengan prosentase 57,14 %.

Dan prosentase meningkat lagi pada siklus II dengan ketercapaian hingga 100%

dimana seluruh siswa telah mencapai ketuntasan secara klasikal dari hasil belajar PAI materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna.

Kata Kunci : Pembelajaran PAI, Model Make A Match

Pendahuluan

Guru memegang peranan penting dalam mendidik putra putri anak bangsa di sekolah-sekolah, khususnya di dalam kelas. Agar pembelajaran lebih baik dan tidak membosankan, serta tidak ada keterpaksaan bagi sisiwa untuk mengikuti pelajaran. Sehingga proses belajar mengajar berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, terlihat dari hasil belajar yang memuaskan. Dari hasil pengamatan peneliti di SDN I Sepakat khususnya kelas VA pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran PAI materi mengenal Allah

(2)

melalui Asmaul Husna hasilnya kurang menggembirakan. Hal ini terlihat dari nilai siswa masih banyak berada di bawah standar ketuntasan yang telah di tetapkan. Siswa lebih banyak bermain dan asik berbicara sendiri dengan teman sebangkunya pada saat guru menyampaikan materi pelajaran.Setelah di telusuri, ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi dan membuat hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna di kelas VA terlihat masih rendah. Faktor-faktor tersebut antara lain: (1). Siswa masih belum tertarik dengan metode pembelajaran yang digunakan, sehingga mereka lambat untuk memahami materi yang di sampaikan. (2). Guru belum menemukan metode yang tepat untuk di gunakan dalam proses pembelajaran PAI materi asmaul husna. (3).

Usia anak sekolah dasar masih suka dengan adanya permainan-permainan yang melibatkan aktifitas fisik.

Melihat kondisi di atas maka diputuskan untuk mengambil suatu tindakan agar semua kondisi tersebut dapat berubah menjadi lebih baik.

Berawal dari hal tersebut, penulis ingin memilih suatu model pembelajaran yang mengarah pada permainan namun tidak menghilangkan isi materi yang disampaikan. Yaitu model pembelajaran kooperatif tipe “Make a Match”. suatu metode yang dikembangkan dari model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yaitu sebuah model pembelajaran yang sistematis, dimana siswa dikelompokkan untuk menciptakan tujuan pembelajaran yang efektif, berintegrasi pada keterampilan sosial yang bermuatan akademis.

Slavin (2013:4) menyatakan bahwa: “Pembelajaran kooperatif merujuk pada model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.Pemilihan model pembelajaran tipe Make a match ini didasarkan pada teori belajar kontruktivisme, yang mana pembelajaran berpusat pada siswa atau student centered, guru hanya sebagai fasilitator yang membantu pelajar membina pengetahuan dan menyelesaikan masalahnya.

Yang dikembangkan oleh seorang filsafat yang bernama Piaget dan dikenal dengan teori Peaget kontruktivism kognitif. Dalam penelitian ini, peneliti juga memperkuat hasil penelitiannya dengan melihat beberapa hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang dilakukan oleh Nurtaqwa (2018), bahwa penerapan metode make a match pada mata pelajaran fiqih untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas IV MIN I Kota Makasar” telah menunjukkan hasil dan mengalami peningkatan. Hasil serupa juga telah ditunjukkan oleh Siti Khofiyah (2020), bahwa “Peningkatan motivasi

(3)

belajar PAI melalui model make a match: studi terhadap siswa SMPN 01 Kesesi, Pekalongan, Jawa Tengah. Dari kedua hasil penelitian di atas sudah cukup untuk menjadi landasan bagi peneliti dalam melakukan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran tipe make a match sebagai “upaya meningkatkan hasil belajar PAI pada materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna di SDN I Sepakat Kab.Tanah Bumbu”.

Dalam proses pembelajaran di SDN I Sepakat pada mata pelajaran PAI dalam penyampaian pembelajarannya guru belum didukung dengan adanya alat bantu mengajar. Sehingga guru cenderung lebih dominan, sedangkan siswa cenderung pasif. Sehingga berpengaruh pada nilai siswa masih belum mencapai KKM. Siswa masih kesulitan dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru tanpa adanya objek yang konkret. Oleh sebab itu guru memerlukan alat bantu mengajar untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat memudahkan siswa dalam menerima dan memahami pelajaran. Alat bantu tersebut yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran sebagai pendukung kegiatan belajar siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran cooperative learning tipe make a match tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Berdasarkan, permasalahan diatas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai beirikut: (1). Bagaimana penerapan model cooperative learning type make a match pada mata pelajaran PAI materi mengenal Allah melalui asmaul husna ? (2). Apakah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning type Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna di SDN I Sepakat kab. Tanah Bumbu?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (a). Guru dapat menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match p a d a pembelajaran PAI materi mengenal Allah melalui Asma’ul husna secara optimal di SDN I Sepakat Kab.Tanah Bumbu. (b). Pembelajaran melalui model cooperative learning tipe Make a match dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada materi mengenal Allah melalui asma’ul husna di SDN I sepakat Kab. Tanah Bumbu.

Menurut Jean Peaget seorang psikolog pertama yang menggunakan filsafat teori belajar kontruktivisme untuk menganalisis fenomena proses belajar (dunia pendidikan) memiliki pokok-pokok pikiran bahwa pengetahuan yang diperoleh seorang anak merupakan hasil dari kontruksi pengetahuan awal yang telah dimilikinya dengan pengetahuan yang baru diperolehnya melalui asimilasi yaitu integrasi konsep yang merupakan tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang dimiliki. Asimilasi adalah penyatuan informasi, persepsi, konsep dan pengalaman baru ke dalam yang sudah ada dalam benak seseorang.(Wina sanjaya, 2010:123). Setiap proses pembelajaran pasti akan menghasilkan hasil belajar yang baik berupa sikap,tingkah laku,

(4)

pengetahuan, maupun ketrampilan. Hasil belajar yaitu suatu hasil yang diperoleh siswa sesudah proses pembelajaran dalam beberapa waktu tertentu.

Menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setelah selesai menerima pengalaman belajar.Sedangkan menurut Muhammad Thobroni dkk( 2011), berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang bersifat internal (a purely internal event) yang tidak dapat dilihat dengan nyata.proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar. Dari pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, untuk memperoleh sebuah wawasan yang belum pernah diketahuinya. Maka dari itu dengan cara belajar seseorang akan dapat mengetahui apa yang belum pernah di ketahuinya. Menurut Muhammad Thobroni, dkk, (2011) hasil belajar adalah pola pola perbuatan, nilai-nilai,pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Sedangkan menurut Nana Sudjana, (2010) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Agus Suprijono (2012), hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada siswa setelah melakukan proses pembelajaran yang diperoleh siswa yang berupa nilai dari mengerjakan tes (Surawan : 2020). Hasil belajar itu meliputi semua aspek prilaku (aspek kognitif, afektif dan psikomotorik), hasil belajar itu sangat penting dalam proses pembelajaran, karna dengan adanya hasil belajar seorang guru dapat mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah disampaikan.

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu. Demikian juga dengan mata pelajaran PAI. Karakter paling menonjol adalah proses pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mentranfer pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi juga sebagai upaya mentransfer nilai (transfer of value) ajaran islam sehingga terintegrasi dalam diri anak didik. Pada dasarnya tidak ada model pembelajarahn yang paling terbaik semua memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan tertentu.

Model type Make a Match merupakan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning),yang artinya pembelajaran sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektive. Parker dan miftahul Huda (2014:29) mendifinisikan, pembelajaran kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok kecil-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran tipe make a match pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran pad tahun 1994.Arti Make a Match dalam bahasa indonesia adalah mencari pasanagan. Make a

(5)

Match adalah pembelajaran dimana siswa mencari pasangan sambil mempelajarai konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan.

Teknik ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.”(Miftahul Huda,2014:135). Setiap siswa mendapat sebuah kartu (soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang di pegang. Suasana pembelajaran pada make a match akan riuh. Tetapi asik dan menyenangkan.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran make a match sebagai berikut (Rusman, 2011: 223).

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu.

3. Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang di pegang

4. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartumya (soal jawaban).

5. Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Siswa mempersentasikan hasil mencocokan kartu yang telah di dapatkan.

7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya.

8. Kesimpulan.

Kelebihan dan kelemahan model make a match (a).Kelebihan model make a match

Kelebihan pembelajaran make a match antara lain: a). Dapat menigkatkan aktifitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik. b). Dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa. c). Cocok untuk tugas sederhana. d).

Interaksi lebih mudah. e). Lebih mudah dan cepat membentuknya.

(b).Kekurangan model make a match

Kelemahan model make a match ini adalah: 1). Jika guru tidak menggunakan dengan baik maka akan banyak waktu yang terbuang. 2). Jika guru kurang menguasai kelas maka kelaas akan riuh. 3). Banyak kelompok yang

melanggar dan perlu dipantau.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe Make a match merupakan model pembelajaran yang berkembang dari teori belajar kontruktivistik yaitu pendekatan yang dianggap relevan untuk menyiapkan dan membangun peserta didik agar dapat membangun sikap mental kooperatif sesama siswa, karena model pembelajaran ini lebih banyak menuntut kerja sama dengan teman atau kelompok.

(6)

Metode/Method

Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Sepakat kec.Mantewe Kab.Tanah Bumbu. Pada kelas VA. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VA dengan jumlah 14 orang yang terdiri dari 4 laki-laki dan 10 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun pelajaran 2020/2021 semester ganjil dari bulan Juli sampai Agustus 2021. Penentuan waktu penelitian ini mengacu pada kalender pendidikan di sekolah karena dalam pelaksanaan tindakan ini memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar menjadi efektif di kelas. Kegiatan penelitian ini meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Obyek penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berkaitan dengan materi mengenal Allah melalui Asmaul’Husna pada mata pelajaran PAI untuk siswa kelas VA semester ganjil.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan mereflessikan permasalahan –permasalahan yang ada di dalam kelas.Sumber data pada penelitian ini ada dua jenis yaitu sumber data primer yang berasala dari siswa dan guru yang meliputi: RPP , lembar obsevasi, dan hasil ulangan siswa. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang masih berkaitan dengan siswa seperti daftar nilai sebelum tindakan data pribadi dalam buku induk sekolah dan foto-foto. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa tes, observasi dan dokumentasi. Indikator kinerja dari penelitian ini adalah selain siswa adalah guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi.

Siklus I

a. Tahap perencanaan: Mengidentifikasi masalah, Merancang RPP tentang materi mengenal Allah melalui asmaul Husna, Pada pertemuan pertama guru akan membahas tentang memahami makna Asmaul husna, : al mumit, alhayyu, al-qoyyum dan al-ahad, Pertemuan kedua guru menjelaskan tentang cara membaca asmaul husna Al mumit, al hayyu, al qoyyum dan al ahad, Menerapkan model pembelajaran tipe make a match, Menyusun lembar kegiatan guru dan siswa, Menyusun kisi-kisi soal, Menyusun soal tes hasil belajar dan jawabannya.

b. Tahap Pelaksanaan: Menyiapkan RPP siklus 1 ,Menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban, Menyiapkan rekaman vidio untuk merekam kegiatan pembelajaran yang digunakan sebagai bahan observasi untuk mengamati proses pembelajaran,Guru menyampaikan materi asmaul husna, Guru membentuk kelompok. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok besar, masing-masing siswa diberi kartu soal dan kartu jawaban secara acak, Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu, Setiap peserta didik

(7)

memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang di pegang, Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartumya (soal jawaban),Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, Siswa mempersentasikan hasil mencocokan kartu yang telah didapatkan, Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran, Pada alur siklus 1 siswa mengerjakan tes hasil belajar.

c. Pengamatan (Observasi) Observasi di fokuskan pada:

Penerapan model cooperative learning tipe make a match yang digunakan pada kegiatan proses belajar mengajar.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1).

Menganalisis data maupun informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan mengenai hasil dan aktivitas belajar siswa serta perfoman guru.

(2).Memberi pejelasan terhadap informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan mengenai hasil dan aktivitas siswa serta perfoma guru. (3).

Menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan, s u p a y a p e n e l i t i dapat menentukan langkah selanjutnya dalam upaya menghasilkan perbaikan. (4), Merancang tindak lanjut.

Siklus II

Pada siklus kedua ini tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan sama dengan siklus pertama, tetapi berdasarkan pada hasil refleksi pada siklus pertama atau perbaikan-perbaikan yang terdapat pada siklus pertama, sehingga pada siklus kedua ini diharapkan bisa berjalan lebih baik dari sebelumnya. Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua kejadian yang dilakukan pada siklus II. Selain untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa, analisis juga dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam proses belajar mengajar di kelas pada siklus II.

Berdasarkan hasil analisis refleksi pada siklus I dan II terhadap hasil dan aktifitas siswa maka akan dapat disimpulkan keberhasilannya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan/Result and Discussion Deskripsi Pra Siklus

Pra siklus merupakan tahap orientasi yaitu sebelum peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan melihat penilaian Harian siswa. Kegiatan pra siklus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dalam

pembelajaran PAI materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna di kelas VA SDN I Sepakat Kab. Tanah Bumbu. Observasi dilaksanakan dengan

memperhatikan guru mengajar, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa tentang materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna.

(8)

a. Hasil Penelitian Siklus I N

O Nama Siswa

Siklus I Pre tes

Ketuntasa n

Postest Ketuntasan

1 Alya Fatin

rifdah 60 TT 80 T

2 Annisa J 60 TT 80 T

3 Asyifa yuan 80 T 80 T

4 Gilang angga R 60 TT 60 TT

5 Ikhfi Rafan H 60 TT 60 TT

6 Irmada setia

putri 60 TT 60 TT

7 Laili Nur Q 80 T 80 T

8 Mellan agustin

F 80 T 80 T

9 Moza Anaya M 60 TT 80 T

10 Nadiya Fitria 80 T 80 T

11 Risma Audia M 80 T 80 T

12 Reza Pratama 60 TT 60 TT

13 Umar efendi 60 TT 60 TT

14 Zaskiya Adilla P 60 TT 60 TT

Jumlah Nilai 940 - 1000 -

Rata-rata 67,14 - 71,42 -

Presentasi

Tuntas 5 35,71% 8 57,14%

Berdasarkan hasil belajar siswa pada tes siklus I menunjukkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sebanyak 8 siswa dengan presentase 57,14%, sedangkan pada pretes ada 5 siswa dengan presentase 35,71% mencapai ketuntasan belajar.

b. hasil belajar siklus II

Tabel 4.11 Hasil belajar siswa Siklus II

NO Nama Hasil

Belajar

Keterangan

1. Alya Fatin rifdah 100 Tuntas 2 Annisa jamilatunnisa 80 Tuntas

3 Asyifa yuan 100 Tuntas

4 Gilang angga Ramadhan

80 Tuntas

5 Ikhfi Rafan Husdaen 80 Tuntas 6 Irmada setia putri 80 Tuntas

(9)

7 Laili Nur qomariah 80 Tuntas 8 Mellan agustin

Febiolla

80 Tuntas

9 Moza Anaya mukhlis 80 Tuntas

10 Nadiya Fitria 100 Tuntas

11 Risma Audia Meika 100 Tuntas

12 Reza Pratama 80 Tuntas

13 Umar efendi 100 Tuntas

14 Zaskiya Adilla Putri 100 Tuntas

Jumlah 1240 14 siswa

Rata-rata 88,57 100%-

Keterangan KKM: 70

Keterangan: T= Tuntas, TT = Tidak Tuntas

Pada tabel siklus II di atas menunjukkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan secara klasikal sebanyak 14 siswa dengan presentase (100%),. angka ini sudah memenuhi bahkan melebihi KKM yang ditentukan oleh SDN I Sepakat yaitu 70 pada pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Oleh karena itu, hasil belajar siswa pada pelajaran PAI materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna untuk siklus II telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe Make a Match telah berhasil, hal ini membuktikan ketuntasan siswa mengalami peningkatan dan lebih baik untuk setiap siklusnya. Berdasarkan paparan diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata- rata tingkat ketuntasan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe Make a Match pada mata pelajaran PAI materi mengenal Allah melalui Asmaul Husna di kelas VA SDN I Sepakat Kec.

Mantewe Kab.Tanah Bumbu. Hal ini menggambarkan adanya upaya-upaya guru meningkatkan hasil belajar dan kualitas pembelajaran yang dilakukan, yang ditunjukkan dari adanya peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa.

Hasil belajar siswa untuk setiap siklusnya mengalami peningkatan antara siklus I dan siklus II.

Tabel 4.12 hasil penelitian keseluruhan NO Hasil Penelitian Pra

Siklus

Siklus I Siklus II Presentase Perubahan (%)

Ket

1 Jumlah 940 1000 1240

2 Rata-rata 67,14 71,42 88,57

3 Prosentase

Tuntas 35,71 % 57,14 % 100 % 42,86 % Berhasil

(10)

0 50 100 150

Siklus I Siklus II

Prosentase ketuntasan

Prosentase ketuntasan

Grafik 1.5 Ketuntasan belajar siswa siklus I dan II

Berdasarkan hasil analisis secara umum hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut terjadi karena guru maupun siswa memahami bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan yaitu pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe make a match. Pada model ini, siswa dapat dilihat sejak awal pembelajaran untuk dapat menyelesaikan soal. Baik siswa maupun guru telah melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan baik, sehingga aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dalam kelas, namun mereka perlu juga membaca, menulis, berdiskusi untuk memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di atas, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini dapat dijadikan alternatif baru yang dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Diharapkan penggunaan model pembelajaran tipe make a match ini tidak hanya untuk mata pelajaran PAI saja, akan tetapi bisa diterapkan pada mata pelajaran lain.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan berkaitan dengan “ Upaya meningkatkan hasil belajar PAI menggunakan model cooperative learning tipe make match pada materi mengenal Allah melalui asmaul Husna di kelas VA SDN I Sepakat kec. Mantewe kab.tanah bumbu diperoleh hasil sebagai berikut: Model pembelajaran Cooperatif Learning type Make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat bahwa pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 71,42 dengan ketuntasan klasikal 57,14%. Dan meningkat pada siklus II dengan rata-rata nilai mencapai 88,57 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%, terjadi peningkatan sebesar 42,86%. Peningkatan tersebut terjadi karena dalam model cooperative learning tipe make a match memiliki karakteristik seperti kerjasama, permainan, dan penghargaan (hadiah) sehingga siswa dapat bekerja sama

(11)

dalam memecahkan masalah serta tercipta suasana belajar yang menyenangkan, asyik, dan aktif.

Rekomendasi

Dari penelitian Tindakan kelas ini dapat direkomendasikan bahwa penerapan model pembelajaran tipe make a Match dapat di gunakan di semua jenjang sekolah bukan hanya tingkat SD saja, dan dengan menerapkan model tipe make a match dapat dijadikan alternative baru bagi guru dalam upaya memperbaiki pembelajaran di kelas agar siswa lebih cepat dalam memahami materi pelajaran serta lebih bersemangat, aktif, kreatif dan menyenangkan dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru juga bisa menggunakan model pembelajaran apapun yang disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran yang sedang di ajarkan, sebab tidak ada model pembelajaran yang sempurna, semua model atau metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Referensi

Djumiati, 2010, “Model pembelajaran Make a match, Jurnal Kependidikan Dasar, Vol.1 No 2

Huda, Miftahul. 2014.”Cooperative Learning”.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hanafi,H. 2018. “Penggunaan Metode Make match untuk meningkatkan hasil belajar

Pkn siswa sekolah Dasar.journal Widyagogik.

P.159.https://journal.trunojoyo.ac.id.

Isjoni, H.Drs. 2016.“Cooperative learning.”Penerbit Alfabeta Bandung: cetakan 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2018. “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.” kurikulum 2013 kelas V sekolah Dasar.Edisi Revisi 2018.

Khofiyah, Siti. 2020. “Peningkatan motivasi belajar PAI melalui Model Make a match:

studi terhadap siswa SMPN 01 Kesesi, Pekalongan, Jawa Tengah. Jurnal Pendidikan Agama Islam, http://ejournal.uin- suka.ac.id/tarbiyah/index.php/jpai/index

Nurtaqwa, 2018”Penerapan metode Make A Match pada mata pelajaran fiqih untuk Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik di Kelas IV MIN I Kota Makasar Pelajaran”. Repository.uin-alauddin.ac.id

(12)

Purwanto, M. Ngalim.2 0 1 7 . ” Psikologi Pendidikan.” Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cetakan ke 28.

Rusminawati.eprinuraini dan Nani Mediatati. (2017), “Penerapan model Make a match dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Kadirejo 02

semester II, Tahun ajaran 2016/2017”.

https://www.researchgate.nate>publication7325291905

Rusman, 2011 “ Model-model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru”, Jakarta: Rajawali pers.

Sanjaya, Wina. 2010.”Strategi Pembelajaran.” Jakarta : Kencana.

Suprijono, Agus. 2012.”Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. P.7

Sudjana, Nana. 2010 .” Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. P.22

Slavin, Robert E.(2013).”Cooperative learning: Teori,Riset dan Praktik”. Bandung:

Nusa Media

Surawan. (2020). Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian.

Yogyakarta : K-Media.

Thobroni, Muhammad.dkk. 2013.”Belajar &Pembelajarannya Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional.”

Jogjakarta: AR-Ruzz Media. P.17

Topandra, Melchano.Hamimah. (2020).”Model kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar”. Jurnal Pendidikan Tambusai.V.4 Nomor.2

Gambar

Tabel 4.11 Hasil belajar siswa Siklus II
Tabel  4.12  hasil penelitian keseluruhan  NO  Hasil Penelitian  Pra
Grafik 1.5 Ketuntasan belajar siswa siklus I dan II

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan (Lembaran Negara Republik

[r]

Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi misi Gubernur berdasarkan Undang-Undang Nomor

Kompetensi SDM mempengaruhi kepuasan kerja dan kualitas pelayanan, terbukti melalui keahlian, sifat dan motivasi dokter dan perawat yang baik, maka kualitas pelayanan

[r]

B   Informasi merupakan kebutuhan sehari- hari, sehingga harus tersedia secara. cepat, mudah,

Based on result of the analysis, it was found that there was insignificant influence between the control treatment and reduced micronutrients of B, Fe, and Zn on the

Fenomena yang terjadi saat ini adalah jual beli atau pengalihan fung- si harta benda wakaf yang dikarena- kan sudah tidak dapat difungsikan lagi secara