• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI NANDA ANUGRAH LUBIS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI NANDA ANUGRAH LUBIS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)SEBARAN, NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA MARANCAR GODANG KECAMATAN MARANCAR KABUPATEN TAPANULI SELATAN. SKRIPSI. NANDA ANUGRAH LUBIS 141201002. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019. 1. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(2) 2. SEBARAN, NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA MARANCAR GODANG KECAMATAN MARANCAR KABUPATEN TAPANULI SELATAN. SKRIPSI. Oleh : NANDA ANUGRAH LUBIS 141201002. Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(3) i. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(4) PERNYATAAN ORISINALITAS. Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nanda Anugrah Lubis NIM : 141201002 Judul Skripsi : Sebaran, Nilai Ekonomi dan Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang Kecamatan Marancar Kabupaten Tapanuli Selatan. menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.. Medan,. Juli 2019. Nanda Anugrah Lubis NIM 141201002. ii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(5) ABSTRAK NANDA ANUGRAH LUBIS : Sebaran, Nilai Ekonomi dan Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang Kecamatan Marancar Kabupaten Tapanuli Selatan, dibimbing oleh SITI LATIFAH Hasil Hutan Bukan Kayu memiliki nilai besar bagi masyarakat di sekitar hutan. Masyarakat memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu untuk makanan, obat tradisional, dan penggunaan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi dan kontribusi hasil hutan bukan kayu terhadap pendapatan masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan masyarakat setempat dan survei langsung ke desa. Total responden adalah 65 orang. Penelitian ini dilakukan pada Januari-Februari 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 produk Hasil Hutan Bukan Kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu karet, aren, coklat, Kulit manis, jengkol, kemiri dan pinang. Nilai ekonomi terbesar dari pemanfaatan HHBK adalah aren dengan total sebesar 19.52,% . Kontribusi pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu terhadap pendapatan masyarakat Desa Marancar Godang tergolong sedang. Hasil Hutan Bukan Kayu memberikan kontribusi sebesar 53,04% atau sebesar Rp 2.441.416.000/tahun. Kata kunci : HHBK, Kontribusi, Marancar Godang, Nilai Ekonomi, Pendapatan.. iii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(6) ABSTRACT NANDA ANUGRAH LUBIS: Distribution, Economic Value and Contribution of Non-Timber Forest Products to Community Revenues in Marancar Godang Village, Marancar District, South Tapanuli Regency, supervised by SITI LATIFAH. Non-timber forest product has big values for community around the forest. People used non- timber forest product for food, traditional medicine, and other uses. The purposes of research are to determine the economic value and contribution of Non-Timber Forest Products to Community Revenues in Marancar Godang Village, Marancar District, South Tapanuli Regency. The methods used in the research were in-depth interview with local people and survey directly to the village. The total respondent was 65 persons. This research was conducted in January-February 2019. Result of this research shows there are 7 Non-timber forest products used by the community, namely rubber, sugar palm, chocolate, cinnamon, jengkol, candlenut and areca nut. The biggest economic value of NTFP utilization is sugar palm with a total of 19.52%. The contribution Non-timber forest products uses to the people income of Marancar Village Godang is classified as moderate. Non-timber forest products contributed 53.04% or Rp.2,441,416,000/year. Keywords: Contributions, Economic Value, Income, Marancar Godang, NTFP.. iv. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(7) RIWAYAT HIDUP. Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 18 Agustus 1996. Penulis merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara oleh pasangan Ilman dan Isna. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 200103 Padang Sidimpuan pada tahun 2001-2008, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di MTs 1 Padang Sidimpuan pada tahun 2008-2011, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Padang Sidimpuan pada tahun 2011-201. Pada tahun 2014, penulis lulus di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur SMPTN. Penulis memilih minat Departemen Manajemen Hutan. Semasa kuliah penulis merupakan anggota organisasi HIMAS USU. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Nagalawan pada tahun 2017. Pada tahun 2018 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Bali Utara. Pada awal tahun 2019 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Sebaran, Nilai Ekonomi dan Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang Kecamatan Marancar Kabupaten Tapanuli Selatan” di bawah bimbingan Siti Latifah S.Hut, M.Si, Ph.D.. v. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(8) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Sebaran, Nilai Ekonomi dan Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan” berhasil diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dalam pendidikan Strata-1 dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.. Kedua orang tua, Bapak H. Ilman dan Ibu Hj. Isna, atas dukungan dari segi moril maupun material serta kasih sayang dan doa yang tulus. 2.. Ibu Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D, selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.. 3.. Rekan tim penelitian Jarian, Sujarwo, Adi Anggraha Tarigan, Padli Fuadi, dan. Rizkana. Bantha. yang. telah. membantu. pelaksanaan. dan. menyumbangkan semangat, serta teman-teman mahasiswa/I Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara khususnya di Manajemen Hutan angkatan 2014. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ke berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.. Medan,. Juli 2019. Penulis. vi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(9) DAFTAR ISI. Halaman. LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... PERNYATAAN ORIGINALITAS .............................................................. ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... i ii iii iv v vi ix x xi. PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................. Perumusan Masalah ...................................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................................... Manfaat Penelitian ......................................................................................... 1 2 3 3. TINJAUAN PUSTAKA Hasil Hutan Bukan Kayu ............................................................................... Klasifikasi dan Jenis-Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu .................................... Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ....................................... Kondisi Umum Lokasi Penelitian .................................................................. 4 6 7 8. METODE PENELITAN Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... Alat dan Bahan .............................................................................................. Metode Penelitian .......................................................................................... Teknik Pengambilan Data Penelitian ............................................................ Teknik Pengambilan Sampel Responden ...................................................... Pembuatan Peta Persebaran Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu ................. Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ....................................... Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) .............................................. 9 9 10 10 11 12 12 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu yang Berpotensi Secara Ekonomi ............... Sebaran Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu .................................................. Nilai Ekonomi Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu ....................................... Getah Karet .................................................................................................... Aren .............................................................................................................. Kulit Manis..................................................................................................... Coklat ............................................................................................................. Jengkol ........................................................................................................... Kemiri ............................................................................................................ Pinang ............................................................................................................. 15 16 18 19 20 21 22 23 24 25. vii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(10) Kontribusi Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ...................... 26 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................... 30 Saran .............................................................................................................. 30 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 31 LAMPIRAN .................................................................................................. 35. viii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(11) DAFTAR TABEL. No. Halaman. 1. Presentasi Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Terhadap ........................................................................................................................ Ekonomi Rumah tangga ................................................................................ 2. Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu ...................................................... 3. Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu .............................................. 4. Pendapatan Rumah Tangga Per Tahun diluar Hasil Hutan Bukan Kayu ..................................................................................................... 5. Kontribusi Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu/Tahun ................. ix. 14 15 18 26 27. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(12) DAFTAR GAMBAR. No. Halaman. 2.. Peta Lokasi Penelitian .............................................................................. 9 Peta Sebaran HHBK .................................................................................. 17. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.. Lahan Milik Saktiawan ......................................................................... Getah Karet ............................................................................................ Pemanenan aren ..................................................................................... Pembuatan Gula aren ............................................................................ Penjemuran Kulit Manis ........................................................................ Pohon Coklat ......................................................................................... Buah Jengkol .......................................................................................... Pemanenan Buah Jengkol ...................................................................... Buah Kemiri ........................................................................................... Buah Pinang ........................................................................................... Peta Persebaran Tanaman aren............................................................... Peta Persebaran Tanaman Jengkol ........................................................ Peta Persebaran Tanaman Kakao .......................................................... Peta Persebaran Tanaman Karet............................................................. Peta Persebaran Tanaman Kemiri .......................................................... Peta Persebaran Tanaman Kulit Manis .................................................. Peta Persebaran Tanaman Pinang .......................................................... Peta Sebaran HHBK ............................................................................... Lokasi Lahan Milik Roni Batubara ........................................................ Lokasi Lahan Milik Sukardi................................................................... Lokasi Lahan Milik Mulyadi ................................................................. Kegiatan Wawancara dengan Masyarakat ............................................. Penimbangan Ijuk yang Siap dijual......................................................... 1.. x. 19 19 20 20 21 22 23 23 24 25 35 35 36 36 37 37 38 39 40 40 40 41 41. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(13) DAFTAR LAMPIRAN. No. 1. 2. 3. 4. 5.. Halaman. Peta Persebaran ....................................................................................... Dokumentasi Lapangan ........................................................................... Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu ...................................................... Perhitungan Nilai Ekonomi .................................................................... Penghasilan Masyarakat diluar Hasil Hutan Bukan Kayu ....................... xi. 33 38 42 50 52. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(14) xii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(15) PENDAHULUAN. Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem lahan yang luas yang didalamnya terdapat sumberdaya alam hayati didominasi oleh pepohonan yang memiliki peran penting untuk keberlangsungan hidup. Hutan bukan semata – mata kumpulan pohon – pohon yang hanya dieksploitasi dari hasil kayunya saja, tetapi hutan merupakan persekutuan hidup alam hayati atau suatu masyarakat tumbuhan yang kompleks yang terdiri atas pohon – pohon, semak, tumbuhan bawah, jasad renik tanah, hewan, dan alam lingkungannya. Pengelolaan hutan harus dilakukan secara berkelanjutan agar dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Kawasan hutan berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat. Bagi masyarakat sekitar dan di dalam kawasan, hutan merupakan sumber daya alam yang dapat menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) bagi keluarga. Bagi masyarakat modern hutan memiliki berbagai macam fungsi yakni fungsi ekonomi, perlindungan, dan keindahan (Karyon, dkk., 2016). Hasil Hutan Bukan Kayu adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunannya dan budi daya kecuali kayu yang berasal dari hutan (P.35 / Menhut-II/2007). Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), hasil hutan bukan kayu adalah hasil-hasil biologi selain kayu yang diperoleh dari hutan. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) semula disebut Hasil Hutan Ikutan merupakan hasil hutan yang bukan kayu berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri. Pada umumnya HHBK merupakan hasil sampingan dari pohon, misalnya getah, daun, kulit, buah atau berupa tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat khusus seperti rotan, dan bambu. Pengembangan HHBK dinilai strategis, tidak hanya bagi kepentingan ekonomi, tetapi juga kelestarian hutan. Paham ini berakar dari banyaknya potensi HHBK yang mungkin dapat dimanfaatkan dari hutan, dimana beberapa diantaranya memiliki nilai pasar yang sangat kuat, sehingga mampu mendukung. 1. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(16) 2. pembangunan sosial masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan keuntungan masyarakat sekitar hutan yang selama ini terpinggirkan. Setiap jenis hasil hutan yang dimanfaatkan tentunya memiliki nilai ekonomi tersendiri dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Kontribusi yang diberikan kepada masyarakat sekitar hutan memiliki nilai yang beragam. Jika kawasan hutan tersebut memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi masyarakat sekitar maka dapat. dilakukan. pengembangan. pemanfaatan. HHBK. untuk. menambah. pendapatan masyarakat sekitar. Desa Marancar Gondang merupakan desa yang memiliki potensi alam berupa hasil hutan bukan kayu yang baik. Sebagian besar masyarakat Marancar Gondang telah memanfaatkan hasil hutan bukan kayu secara turun-temurun karena mudah diperoleh dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya, selain itu HHBK dapat diperoleh secara gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang penting. Kehidupan masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan maupun ritual dan lainnya. Hingga saat ini gambaran mengenai kontribusi pemanfaatan HHBK di Marancar Gondang belum tergambar jelas. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap pemanfaatan HHBK agar dapat mengetahui kontribusi yang diberikan terhadap pendapatan masyarakat. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dihadapi masyarakat sehingga penelitian yang berjudul Nilai Ekonomi dan Kontribusi Hasil Hutan bukan kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan dilakukan adalah : 1.. Belum diketahuinya Nilai Ekonomi Hasil Hasil Hutan Bukan Kayu terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan.. 2.. Belum diketahuinya Kontribusi Hasil Hasil Hutan Bukan Kayu terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(17) 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang berjudul Nilai Ekonomi dan Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan dilakukan adalah : 1.. Mengetahui Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu yang digunakan Masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan.. 2.. Mengetahui Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan.. 3.. Memetakan sebaran Hasil Hutan Bukan Kayu di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan.. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.. Dapat memberikan informasi berupa Nilai Ekonomi dari hasil hutan bukan kayu untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.. 2.. Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar kawasan hutan dengan tetap memperhatikan kelestarian ekosistem hutan.. 3.. Untuk mengetahui Persebaran Hasil Hutan Bukan Kayu di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(18) 4. TINJAUAN PUSTAKA. Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK merupakan jenis tanaman yang tumbuh, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang diambil dari hutan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dalam upaya mengubah haluan pengelolaan hutan dari timber extraction menuju sustainable forest management (Torres-Rojo dkk., 2016), HHBK atau Non-Timber Forest Product memiliki nilai yang sangat strategis. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan bagian dari ekosistem hutan yang memiliki peran terhadap alam maupun terhadap manusia. HHBK telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain karena beberapa jenis HHBK mudah diperoleh dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya juga karena HHBK dapat diperoleh secara gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang penting. Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling bersinggungan dengan kepentingan masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan pangan, papan maupun ritual dan lainya (Ruslan, dkk., 2018). Hasil hutan non-kayu (HHBK) adalah sumber daya penting untuk mempertahankan mata pencaharian banyak komunitas pedesaan. Sejumlah besar HHBK dijual di daerah, pasar nasional dan internasional, dengan keuntungan tahunan dari miliaran dolar AS (Nijman, 2010). Komersialisasi HHBK berperan penting dalam mengurangi kemiskinan pemanen dan pengolah lokal, tetapi juga bisa memperkaya tengkulak dengan mengorbankan yang utama pemanen dan pengolah lokal. Setiap HHBK yang dikomersialkan memiliki produksi-untukkonsumsi rute atau rantai nilai yang menghubungkan ekonomi pemanenan, pemrosesan dan pengiriman produk ke konsumen akhir. Aktor yang terlibat berkisar dari individu pemanen dan kaki tangan ke tengkulak dan pabrik komersial skala besar (Belcher and Schreckenberg, 2007). Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan bagian dari ekosistem hutan yang memiliki peranan yang beragam, baik terhadap lingkungan alam maupun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(19) 5. terhadap kehidupan manusia. HHBK secara umum berperan tidak hanya pada aspek ekologis, tetapi juga pada aspek ekonomis dan sosial budaya. Di samping itu, adanya kegiatan produksi dan pengolahan HHBK, maka dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Salah satu keunggulan HHBK disbanding dengan hasil hutan kayu adalah pemanfaatan dan pengolahannya membutuhkan modal kecil sampai menengah serta dapat memanfaatkan teknologi yang sederhana sampai menengah (Lempang, 2012). Strategi. pengembangan. HHBK. dimaksudkan. untuk. mengurangi. ketergantungan pada hasil hutan kayu, meningkatkan pendapatan masyarakat hutan dari HHBK, menumbuhkan kesadaran masyarakat akan kawasan hutan, meningkatkan devisa sektor kehutanan bukan kayu dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor kehutanan dari komoditas bukan kayu. Selain itu, lewat pengembangan hasil hutan bukan kayu ini diharapkan terjadi optimalisasi pemanfaatan HHBK, yang meliputi jumlah jenis, bentuk, tahap pengolahan, serta mutunya. Kemudian juga diharapkan optimalisasi potensi daerah dalam pengembangan HHBK sebagai alternatif sumber pangan, sumber bahan obatobatan, penghasil serat, penghasil getah-getahan yang dapat meningkatkan ekonomi lokal dan nasional (Salaka dkk., 2012). Selama ini HHBK hampir tidak tersentuh dalam kegiatan kehutanan yang masih mengandalkan hasil hutan kayu baik dari hutan alam maupun dari hutan tanaman. Padahal potensi pemanfaatan yang bernilai ekonomis sangat besar yang perlu digali dan pengelolaan perlu dioptimalkan. Pemanfaatan HHBK pada umumnya masih bersifat tradisional dan masih menghadapi banyak kendala pengembangannya baik pada aspek budidaya, skala ekonomi, penanganan pasca panen, pengolahannya sederhana, rendahnya daya saing, kualitas produk serta pemasaran lokal. Pemungutan HHBK lebih banyak dilakukan secara manual (nonmekanis). yang. tidak. menimbulkan. dampak. kerusakan. lingkungan. (Ouyang et al, 2011). Menurut FAO (2010), komoditas HHBK dapat dikelompokkan menjadi lima tujuan yaitu, makanan dan produk turunannya, ornamen tanaman, hewan liar dan produknya, bahan bangunan non kayu, dan bahan bio-organik. Sedangkan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(20) 6. untuk ekonomi, yakni mengenai penggunaan dan analisis pasar, HHBK terbagi dalam tiga kategori, yaitu tingkat subsisten (untuk konsumsi sendiri), tingkat penggunaan lokal (semi komersial), dan komersial. Klasifikasi dan Jenis-Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) HHBK dari ekosistem hutan sangat beragam jenis sumber penghasil maupun produk serta produk turunan yang dihasilkannya. Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/ Menhut-II / 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu, maka dalam rangka pengembangan budidaya maupun pemanfaatannya HHBK dibedakan dalam HHBK nabati dan HHBK hewani (Permenhut, 2007). 1. Kelompok Hasil Hutan dan Tanaman a. Kelompok Resin: agatis, damar, embalau, kapur barus, kemenyan, kesambi, rotan jernang, tusam. b. Kelompok minyak atsiri: akar wangi, cantigi, cendana, ekaliptus, gaharu, kamper, kayu manis, kayu putih. c. Kelompok minyak lemak: balam, bintaro, buah merah, croton, kelor, kemiri, kenari, ketapang, tengkawang. d. Kelompok karbohidrat : aren, bambu, gadung, iles-iles, jamur, sagu, terubus, suweg. e. Kelompok buah-buahan: aren, asam jawa, cempedak, duku, durian, gandaria, jengkol, kesemek, lengkeng, manggis, matoa, melinjo, pala, mengkudu, nangka, sawo, sarikaya, sirsak, sukun. f. Kelompok tannin: akasia, bruguiera, gambir, nyiri, kesambi, ketapang, pinang, rizopora, pilang. g. Bahan pewarna: angsana, alpokat, bulian, jambal, jati, kesumba, mahoni, jernang, nila, secang, soga, suren. h. Kelompok getah: balam, gemor, getah merah, hangkang, jelutung, karet hutan, ketiau, kiteja, perca, pulai, sundik. i. Kelompok tumbuhan obat: adhas, ajag, ajerar, burahol, cariyu, akar binasa, akar gambir, akar kuning, cempaka putih, dadap ayam, cereme. j. Kelompok tanaman hias: angrek hutan, beringin, bunga bangkai, cemara gunung, cemara irian, kantong semar, pakis, palem, pinang merah.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(21) 7. k. Kelompok palma dan bambu: rotan (Calamus sp, Daemonorops sp, Korthalsia sp), bambu (Bambusa sp, Giganthocloa sp, Euleptorhampus viridis, Dendrocalamus sp), agel, lontar, nibung. l. Kelompok alkaloid: kina, dll. 2. Kelompok Hasil Hewan a. Kelompok hewan buru : 1) Kelas mamalia : babi hutan, bajing kelapa, berut, biawak, kancil, kelinci, lutung, monyet, musang, rusa. 2) Kelas reptilia : buaya, bunglon, cicak, kadal, londok, tokek, jenis ular Kelas amfibia : bebagai jenis katak 3) Kelas aves : alap-alap, beo, betet, kakatua, kasuari, kuntul merak, nuri perkici, serindit b. Kelompok hasil penangkaran: arwana irian, buaya, kupu-kupu, rusa c. Kelompok hasil hewan: burung wallet, kutu lak, lebah, ulat sutera Hasil hutan bukan kayu merupakan sumber daya alam yang masih banyak terdapat di Indonesia dan keberadaanya dimanfaatkan sebagai mata pencaharian oleh masyarakat. Mata pencaharian adalah pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dari sumber daya yang tersedia sebagai usaha untuk membangun kehidupan yang memuaskan (peningkatan taraf hidup), dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi penggunaan sumber daya, lembaga dan hubungan politik (Imam, 2010). Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Menurut Nono, dkk (2017) nilai ekonomi adalah nilai barang dan jasa yang dapat diperjual belikan, sehingga memberikan pendapatan. Dari konsep ekonomi bahwa kegunaan, kepuasan atau kesenangan yang diperoleh individu atau masyarakat tidak terbatas kepada barang dan jasa yang diperoleh melalui jual beli (transaksi) saja, tetapi semua barang dan jasa yang memberikan manfaat akan memberikan kesejahteraan bagi individu atau masyarakat. Bahwa barang dan jasa yang dapat diperjualbelikan menyangkut sifat barang dan jasa tersebut, yaitu memiliki kegunaan, bersifat langka dan kepemilikan yang jelas. Pohan dkk (2014), menyatakan bahwa nilai ekonomi yang dihasilkan dari pemanfaatan HHBK jauh lebih besar dari kayu dan tidak menyebabkan kerusakan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(22) 8. hutan, sehingga tidak akan mengakibatkan hilangnya fungsi-fungsi dan nilai jasa dari hutan. Melihat hal tersebut, maka HHBK memberikan manfaat multiguna bagi masyarakat, khususnya masyarakat lokal di sekitar hutan. Pengelolaan hutan perlu dilakukan untuk menyediakan kesempatan kerja yang memadai dan memberikan akses bagi masyarakat sekitar hutan untuk memungut HHBK (Puspitodjati, 2011). Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dinilai berdasarkan penilaian harga pasar karena hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan oleh responden memiliki harga pasar. Harga pasar yang dimaksud adalah harga jual. dari. masing-masing. produk. hasil. hutan. yang. terjadi. ditingkat. tengkulak/pengepul dan ditingkat pasar lokal. Harga pasar diturunkan melalui interaksi antara produsen dan konsumen melalui permintaan dan penyediaan barang dan jasa (transaksi pasar). Dalam pasar yang efisien (Pasar Persaingan Sempurna) harga barang dan jasa mencerminkan kesediaan membayar setiap orang. Nilai yang diperoleh dari pasar persaingan sempurna merupakan nilai baku karena memenuhi keinginan penjual dan pembeli serta memberikan surplus kesejahteraan yang maksimal (Nurfatriani, 2016). Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Marancar terdiri dari 11 desa yaitu Desa Aek Nabara, Aek Sabaon, Gapuk Tua, Haunatas, Huraba, Marancar Gondang, Marancar Julu, Mombang Boru, Simaninggir, Sugi, Tanjung Dolok. Kecamatan Marancar berbatasan dengan Kecamatan Sipirok pada bagian Utara. Kecamatan Angkola Barat dan Kecamatan Batang Toru pada bagian Selatan. Kecamatan Batang Toru pada bagian Barat, Kecamatan Angkola Timur pada bagian Timur. Secara geografis Desa Marancar Gondang terletak di 01⁰29’70”–01⁰30’70” LU 99⁰07’30”-99⁰09’70”BT dengan ketinggian 100-1850 mdpl memiliki luas wilayah 8.911 Ha. Desa Marancar Gondang berbatasan dengan Desa Batu Horing pada bagian Utara, Desa Gapuk Jae pada bagian Selatan, Kecamatan Batu Horing Selatan pada bagian Barat, Desa Aek Pasir pada bagian Timur. Jarak Desa Marancar Gondang ke kantor camat 0,2 km dengan lama jarak tempuh 15 menit (BPS, 2018).. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(23) 9. METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januri 2019 sampai dengan Februari 2019, di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di lokasi ini masih banyak masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumberdaya hutan tersebut dan telah dimanfaatkan secara turun temurun.. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, alat tulis, meteran, kompas, GPS (Global Positioning system), unit komputer, Aplikasi ArcGIS 10.3, tali rafia, tally sheet. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta administrasi Desa Marancar Gondang, Hasil Hutan Bukan Kayu di Desa Marancar Gondang.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(24) 10. Metode Penelitian Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari hasil responden masyarakat seperti kuisioner, titik koordinat dilapangan, foto dokumentasi dan data penduduk. Data sekunder yang dikumpulkan adalah peta lokasi penelitian, data dari instansi terkait, laporan-laporan hasil penelitian terdahulu dan berbagai pustaka yang berhubungan dengan lokasi penelitian. Adapun alur kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: Teknik Pengambilan Data Penelitian Balama et al (2016) mengatakan Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.. Observasi Lapangan Observasi. lapangan. merupakan. metode. pengumpulan. data. melalui. pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai lokasi penelitian yang meliputi data penduduk dan koordinat di temukannya HHBK data lain yang berhubungan dengan tujuan penelitian dan yang tidak dapat diperoleh baik wawancara maupun kuisioner. 2.. Kuisioner Kuisioner hanya akan diajukan kepada responden terpilih. Dimana responden. yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terdapat dalam lokasi penelitian. Masing-masing responden diberikan pertanyaan (kuisioner) yang sama sesuai dengan keperluannya. Responden ditentukan secara acak. 3.. Wawancara Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi dengan mengajukan. pertanyaan sesuai dengan kuisioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan secara terstruktur menggunakan kuisioner yang ditanyakan kepada responden, tokoh yang ada pada desa tersebut dan aparat desa setempat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(25) 11. 4.. Dokumentasi Dokumentasi yang diperoleh berupa foto yang dapat menghasilkan data. deskriptif yang dapat digunakan sebagai data pelengkap untuk menunjukkan keadaan sebenarnya di lapangan. Teknik Pengambilan Sampel Responden Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yakni pengambilan secara sengaja. Penentuan responden dibagi menjadi 2 bagian yaitu responden umum dan responden kunci. 1.. Responden umum pada penelitian ini adalah masyarakat sekitar hutan di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara yang mengetahui hasil hutan bukan kayu dan memanfaatkannya.. 2.. Responden kunci adalah kepala kampung, kepala suku, tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya. Penentuan responden kunci dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Amirullah, 2015) melalui wawancara dan kuisioner secara langsung kepada masyarakat Jumlah responden diperoleh menggunakan rumus Slovin (1960) dalam. Arikunto (2010). Data primer diperoleh dengan penentuan sampel penelitian menggunakan rumus Slovin yaitu: n=. N 1 + N (e)2. dimana : n = jumlah responden yang di ambil N = jumlah unit populasi e = tingkat kelonggaran (10%) Jumlah penduduk Kepala Keluarga desa Marancar Godang adalah 182 KK, sehingga berdasarkan rumus tersebut maka jumlah responden yang diambil adalah sebagai berikut, n=. 182 1+182(0,1)2. n = 65. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(26) 12. Dengan demikian maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 65 orang dari masyarakat. Pembuatan Peta Persebaran Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu Pemetaan sebaran tanaman HHBK dilakukan dengan menggunakan metode inventarisasi dan pengambilan titik tanaman HHBK di lapangan. Data sebaran tanaman HHBK disimpan di GPS yang berbentuk dari waypoint, selanjutnya dioverlay dengan peta tempat lokasi penelitian yaitu Desa Marancar Gondang, Kecamatan Marancar. Untuk pengambilan titik koordinat Hasil Hutan Bukan Kayu dengan mengambil satu titik koordinat yang mewakili seluruh Hasil Hutan Bukan Kayu yang sejenis yang berada dalam lokasi penelitian. Pembuatan peta persebaran tanaman HHBK dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan software ArcGis 10.3. Pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut: 1. Data titik koordinat diolah dari data GPS ke komputer dengan menggunakan software DNR Garmin. 2. File diubah kedalam bentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan menggunakan software ArcGIS 10.3 3. Setelah diperoleh peta titik koordinat tumbuhan obat, selanjutnya titik tersebut di overlaykan dengan peta administrasi kecamatan Sei Bingai. 4. Memasukan data shapfile hasil overlay tumbuhan obat. 5. Klik arctoolbox-analysistools-overlay-intersect. 6. Open attribute table shapfile hasil intersect. 7. Membuat field baru dan memasukan data hasil yang sesuai yaitu jenis tanaman obat. 8. Membuat desain layout dan format peta yaitu judul, legenda, koordinat geografis dan skala. (Latifah dkk., 2018). Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Data yang diperoleh dari pengamatan dilapangan baik melalui wawancara maupun kuisioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Affandi dan Patana (2002) dalam Pardede, dkk. (2018) mengatakan Nilai barang hasil dari Hasil. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(27) 13. Hutan Bukan Kayu untuk setiap jenisnya pertahun yang diperoleh masyarakat di hitung dengan cara : 1.. Harga barang yang di hasilkan dari HHBK dianalisis dengan pendekatan harga pasar.. 2.. Menghitung nilai rata-rata jumlah HHBK yang diambil setiap responden per jenis Rata-rata jumlah HHBK yang diambil = Keterangan : Xi = Jumlah HHBK yang diambil responden N = Jumlah banyak pengambilan HHBK perjenis. 3.. Menghitung Total pengambilan per Unit HHBK per Tahun TP = RJ × FP × JP Keterangan : TP = Total pengambilan pertahun RJ = Rata-rata jumlah yang diambil FP = Frekuensi pengambilan JP = Jumlah pengambilan. 4.. Menghitung Nilai Ekonomi barang hasil hutan per jenis HHBK setiap tahun Tahun. NE = TP × HH Keterangan : NE = Nilai hasil hutan per jenis TP = Total pengambilan (unit/tahun) HH = Harga hasil hutan. 5.. Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara : %NE = NEi. x 100%. ∑ NE Keterangan : %NE = Presentase nilai ekonomi Nei = Nilai ekonomi HHBK/jenis = Jumlah total nilai ekonomi seluruh HHBK. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(28) 14. Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Untuk mengetahui kontribusi hasil hutan bukan kayu (HHBK) terhadap pendapatan dapat diketahui dengan cara menghitung seluruh pendapatan, baik dari sumber pendapatan dari halis hutan bukan kayu maupun sumber pendapatan lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Persentase pendapatan dari hasil hutan bukan kayu dihitung dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh dari hasil hutan bukan kayu dengan total seluruh sumber pendapatan responden melalui rumus sebagai berikut : R = Rhr x 100% Rt Keterangan : R. = Persentase pendapatan dari HHBK. Rhr = Pendapatan dari HHBK Rt = Pendapatan total Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu terhadap Ekonomi rumah tangga dinilai dari persentase pendapatan yang diperoleh oleh responden dari Hasil Hutan Bukan Kayu terhadap pendapatan total. Persentase pendapatan responden dibagi ke dalam lima kelas dari pendapatan sangat kecil hingga sangat besar (Tabel 1). Masing-masing kelas persentase pendapatan menunjukkan keadaan tingkat pendapatan responden dari hasil hutan bukan kayu. Tabel 1. Persentase Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Terhadap Ekonomi Rumah Tangga No 1 2 3 4 5. Persentase Kontribusi pendapatan HHBK 0%-20% 21%-40% 41%-60% 61%-80% 81%-100% Jumlah. Keterangan. Jumlah Responden. Kontribusi pendapatan sangat kecil Kontribusi pendapatan kecil Kontribusi pendapatan sedang Kontribusi pendapatan besar Kontribusi pendapatan sangat besar. Sumber : Likert 1932, Metode penelitian sosial (Usman dan purnomo, 2010). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(29) 15. HASIL DAN PEMBAHASAN. Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu yang Berpotensi Secara Ekonomi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap responden di Desa Marancar Godang, Kecamatan Maranca jenis-jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu. No 1 2. Jenis HHBK Karet Aren. Nama Latin. Manfaat. Hevea brasiliensis Arenga pinnata. Daun : Obat maag Buah : Kolangkaling, nira Batang Kulit : Mengontrol gula darah Buah : Menurunkan tekanan darah Buah : Sakit pinggang Buah : Mencegah anemia Buah : Minyak rambut. 3. Kulit manis. Cinnamomun verum. 4. Coklat. Theobroma cacao L.. 5. Pinang. 6. Jengkol. Pithecollobium jiringa. 7. Kemiri. Aleuritus moluccanus. Areca catechu. Total. Jumlah Responden 32 27. Presentase (%) 49,23 41,54. 10. 15,38. 14. 21,54. 15. 23,08. 16. 24,62. 16. 24,62. 130. 200. Secara ekonomi, hutan mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitarnya dengan memanfaatkan dan menjual hasil hutan bukan kayu. Ketergantungan masyarakat desa sekitar hutan terhadap keberadaan sumberdaya hutan terlihat dari banyaknya masyarakat yang menjadikan hutan sebagai sumber pekerjaan dan pendapatan. Salah satu bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Marancar Godang, Kecamatan Maranca adalah pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Hasil hutan non-kayu (HHBK) adalah sumber daya penting untuk mempertahankan mata pencaharian banyak komunitas pedesaan. Sejumlah besar HHBK dijual di daerah, pasar nasional dan internasional,. dengan. keuntungan. tahunan. dari. miliaran. dolar. AS. (Broad et al., 2014) Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sangat beragam ada yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (kebutuhan sehari-hari) dan ada juga yang dijual untuk menambah pendapatan rumah tangga mereka.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(30) 16. Pemungutan hasil hutan non kayu pada umumnya merupakan kegiatan tradisional dari masyarakat yang berada disekitar hutan, bahkan di beberapa tempat, kegiatan pemungutan hasil hutan non kayu merupakan kegiatan utama sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari. Disampaikan oleh Rostiwanti (2013), pengelolaan HHBK merupakan usaha yang sangat mendukung kepada upaya pengelolaan hutan yang lestari karena pada umumnya sistem pemanenan jenisjenis tanaman HHBK ini tidak bersifat merusak. Jenis hasil hutan yang paling banyak dimanfaatkan responden adalah karet. Sebanyak 32 orang atau 49,23 % dari total responden pada desa penelitian menyatakan mengambil karet untuk dimanfaatkan. Jenis Hasil hutan kedua yang paling banyak digunakan responden adalah aren, yaitu sebanyak 27 orang atau 41,54 %, dan hasil hutan berikutnya yang dimanfaatkan oleh masyarakat berturutturut yaitu jengkol dan kemiri sebanyak 16 orang (24,62 %), pinang sebanyak 15 orang (23,08%), coklat sebanyak 14 orang (21,54%), dan kulit manis sebanyak 10 orang (15,38%). Hastari dan Yulianti (2018) mengatakan bahwa semakin banyak jumlah masyarakat yang memanfaatkan jenis hasil hutan nilai arti penting jenis tersebut juga semakin rendah terhadap kebutuhan masyarakat, dan sebaliknya semakin sedikit jumlah masyarakat yang memanfaatkan jenis hasil hutan maka nilai arti penting jenis tersebut juga semakin rendah terhadap kebutuhan masyarakat. Sebaran Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu Sebaran tanaman HHBK dilakukan untuk mengetahui koordinat tanaman HHBK di Desa Marancar Gondang yang didokumentasikan dalam bentuk peta. Menurut Nopelina (2006) ditinjau dari peranannya, peta adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan bumi untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Hasil inventarisasi tanaman HHBK disajikan dalam bentuk peta dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem ini. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(31) 17. merekam, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Dengan adanya peta, ketika melakukan tinjauan ke lapangan, masyarakat lebih mudah menemukan tanaman HHBK di Desa Marancar Gondang. Peta persebaran seluruh tanaman HHBK dapat dilihat pada Gambar 2. Persebaran HHBK untuk setiap jenisnya di Desa Marancar Godang tersebar secara tidak merata karena jenis yang paling banyak ditemukan pada setiap lokasi penelitian berbeda. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor biotik maupun faktor abiotik, serta kemampuan adaptasi jenis tersebut di habitatnya. Sebaran HHBK untuk setiap jenisnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Dimana tanaman aren tumbuh secara menyebar hampir diseluruh desa. Untuk tanaman jenis jengkol banyak terdapat di bagian sebelah selatan Desa Marancar Gondang. Tanaman kakao tumbuh mengumpul disebelah timur yang berbatasan dengan Desa Simanggir. Pada tanaman karet banyak tumbuh merata dan menyebar hampir di seluruh desa. Lain hal nya dengan tanaman kemiri tumbuh menyebar ke arah timur Desa Marancar Gondang. Tanaman kulit manis tumbuh dibagian barat Desa Marancar Gondang dengan jumlah yang sedikit atau jarang, Sedangkan tanaman pinang tumbuh secara mengelompok di bagian tengah Desa Marancar Gondang.. Gambar 2. Peta Persebaran HHBK di Marancar Godang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(32) 18. Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu Menurut Heubes, et al., (2012) Hasil Hutan Nontimber (HHBK) memainkan peran penting dan perputaran dalam meningkatkan perekonomian sebagian besar penduduk dunia khususnya pada saat ini. Nilai ekonomi HHBK diperoleh dari perkalian total pengambilan perjenis pertahun dengan harga hasil hutan perjenis. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan kepada 65 orang responden dari masyarakat Desa Marancar Godang, Kecamatan Maranca, diperoleh bahwa nilai ekonomi dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang ada di Desa Marancar Godang sebesar Rp. 2.441.416.000,-/tahun. Nilai ekonomi setiap jenis HHBK dalam satu tahun dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu No Jenis HHBK. 1 2 3 4 5 6 7. Karet Aren Kulit Manis Coklat Pinang Jengkol Kemiri Total. (1) Total Pengambilan (Kg/tahun) 66.240 28.896 740 23.520 30.528 18.912 12.864. (2) Harga Satuan (Rp/Kg) 7.000 16.500 38.000 20.000 14.000 10.000 30.000. (3) Nilai Jumlah Ekonomi Responden (Rp) 463.680.000 32 476.784.000 27 28.120.000 10 470.400.000 14 427.392.000 15 189.120.000 16 385.920.000 16 2.441.416.000 130. (4) Presentasi NE (%) 18,99% 19,52% 1,15% 19,26% 17,52% 7,74% 15,82% 100%. Nilai ekonomi terbesar dari pemanfaatan HHBK adalah aren dengan total persentase yaitu sebesar 19.52,% dan untuk nilai ekonomi terkecil adalah Kulit manis dengan persentase 1,15% dari seluruh komoditi HHBK yang dimanfaatkan. Komersialisasi HHBK memainkan peran penting dalam mengurangi kemiskinan pemanen dan pengolah lokal, tetapi juga bisa memperkaya tengkulak dengan mengorbankan yang utama pemanen dan pengolah lokal. Setiap HHBK yang dikomersialkan memiliki produksi untuk konsumsi rute atau rantai nilai, yang menghubungkan ekonomi pemanenan, pemrosesan dan pengiriman produk ke konsumen akhir. Masyarakat yang terlibat berkisar dari individu pemanen dan kaki tangan ke tengkulak dan pasar (Belcher and Schreckenberg, 2007). Ketika permintaan untuk HHBK meningkat pesat, pedesaan masyarakat sering didorong untuk mengeksploitasi mereka secara berlebihan karena. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(33) 19. oportunisme, ketidakamanan ekonomi, dan kurangnya aturan manajemen atau mengamankan hak properti. Karena itu, praktik pemanenan dapat memiliki ekologi negatif dampak. Populasi seluruh spesies dapat terancam punah sambil menangkap dan merusak hasil panen teknik dapat menyebabkan dinamika populasi target yang tidak stabil, ketidakseimbangan ekosistem dan perusakan habitat. Komersialisasi HHBK seharusnya tidak fokus hanya pada akses pasar, nilai tambah, pengentasan kemiskinan, atau rantai produsen ke konsumen tetapi juga pada yang negatif dampak ekologis dan populasi yang dapat dihasilkan dari praktik pemanenan berlebihan atau merusak (Toledo et al., 2014). Getah Karet. Gambar 3. Lahan Milik Saktiawan. Gambar 4. Getah Karet. Getah karet merupakan hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan masyarakat Desa Marancar Godang, Kecamatan Maranca. Getah karet yang diambil masyarakat merupakan hasil dari kebun yang telah dimiliki dan diwariskan keluarga turun temurun. Sebanyak 49,23 % responden penelitian ini memanfaatkan getah karet. Namun, saat ini harga getah karet kurang menguntungkan sehingga permintaan getah karet menurun. Harga getah karet per kg saat ini (di lokasi penelitian) sebesar Rp 7.000,-/ kg. Rendahnya harga getah karet menyebabkan penyadap tidak lagi antusias untuk memanfaatkan getah karet, namun masih ada responden yang tetap melakukan kegiatan rutin menyadap karet. Getah karet yang telah disadap oleh responden biasanya akan dijual ke “pengepul” yaitu orang yang akan menampung hasil sadapan karet masyarakat. Rata-rata penyadapan getah karet dilakukan oleh responden selama 3-6 hari kerja. Saat penyadapan relatif mudah sehingga penyadap tidak menemukan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(34) 20. kesulitan, tidak ada perbedaan aktivitas maupun hasil saat musim kemarau maupun hujan. Hasil satu kali menyadap mencapai 15-30 kg sehingga setiap minggunya responden dapat menghasilkan getah karet sadapan sebanyak 60-120 kg/bulan. Jika harga getah karet sebesar Rp. 7.000,-/kg maka nilai manfaat getah karet yang dimanfaatkan masyarakat responden per tahun mencapai Rp. 463.680.000,Pengelolaan getah karet ini berkaitan dengan siklus perkebunan karet mulai dari penanaman, perawatan, pemanenan, pengolahan, hingga pemasaran. Saat ini sangat minim sekali upaya penanaman, perawatan, pemanenan sehingga produktivitas lahan semakin menurun dari tahun ke tahun. Kondisi pohon karet juga kurang terawat oleh masyarakat sekitar. (Nurhayadi et al., 2016) Jika karet dikembangkan sebagai produk unggulan, sarana dan prasarana pendukung kegiatan perkebunan karet rakyat ini juga sangat terbatas. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan perkebunan karet diantaranya untuk produksi karet dan pemasaran karet. Petani tidak memiliki modal besar dalam menjalankan dan mengelola perkebunan karet. Itulah sebabnya pengolahan hanya dapat menghasilkan bal karet kualitas rendah. Aren. Gambar 5. Pemanenan aren. Gambar 6. Pembuatan Gula aren. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(35) 21. Aren secara ekonomis mempunyai nilai cukup tinggi karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan dan produknya beragam. Gula aren atau yang biasa disebut gula merah dihasilkan dari nira pohon enau atau pohon aren (Arenga pinnata). Nira ini diperoleh dari bunga jantan pohon enau dan diolah secara tradisional oleh sebagian masyarakat Desa Marancar Godang menjadi gula aren atau gula merah. Dalam 1 (satu) tahun produksi, jumlah bulan yang efektif untuk proses pembuatan gula aren berkisar antara 9 bulan sampai dengan 11 bulan. Hal ini disebabkan oleh mayang pohon aren tidak berproduksi sepanjang tahun. Tiap mayang pohon aren dapat berproduksi kira – kira sampai tiga bulan. Responden biasanya memanfaatkan pohon aren lebih dari 1 pohon untuk memperbanyak produksi. Selain itu Bunga betina dari tumbuhan aren yang masih muda dapat diolah menjadi kolang-kaling. Dan bagian lain aren yaitu daun bisa dimanfaatkan untuk di jadikan ijuk. Kontribusi aren merupakan kontribusi paling tinggi bila dibandingkan dengan jenis HHBK yang lain, dimana nilai ekonomi aren mencapai 476.784.000,- dengan persentasi sebesar 19,52% . Kulit manis. Gambar 7. Penjemuran Kulit manis. Pemanfaatan kulit manis menjadi komoditi yang paling sedikit memiliki nilai ekonomi terkecil. Produk kulit kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis, produk ini berupa potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkan produk. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(36) 22. kayu manis sangat sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau dibersihkan dari kulit luar, lalu dibelah-belah menjadi berukuran lebar 3-4 cm. selanjutnya kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama 2-3 hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah hilang sekitar 50% artinya kalau bobot sbelum dijemur sekitar 1 kg maka kayu manis harus berbobot 0,5 kg. Bagi masyarakat Desa Marancar Godang, kulit manis dimanfaatkan oleh responden untuk dijual kembali dan sebagian di pakai sendiri. Jumlah responden yang memanfaatkan kulit manis adalah sebanyak 10 KK. Pemanfaatan kulit manis oleh responden pertahun mencapai 740 kg. Dengan harga jual Rp 38.000,/kg maka nilai yang didapat dari hasil pemanfaatan kayu manis oleh responden adalah Rp 385.920.000,-. Coklat. Gambar 8. Pohon coklat Tanaman coklat ini berasal dari Amerika Selatan yang kemudian menyebar luas ke daerah – daerah beriklim tropis termasuk ke Indonesia. Tanaman coklat ini merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku sterculiaceae, yang diusahakan secara komersil. Tanaman coklat ini di daerah asalnya yaitu Amerika Selatan, merupakan tanaman kecil yang hidup di kawasan hutan hujan tropis, dan juga tumbuhnya selalu dilindungi oleh pohon – pohon besar. Di kawasan hutan hujan tropis ini merupakan ekologi yang cocok untuk pertumbuhan Tanaman coklat. Tanaman coklat dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 m, namun ada kecenderungan tumbuh lebih pendek bila ditanam tanpa pohon peneduh. Tanaman yang diperbanyak dengan biji, mula-mula akan tumbuh membentuk. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(37) 23. batang yang lurus sebelum menumbuhkan cabang primer. Tempat tumbuhnya cabang primer disebut jorquette, biasanya terletak pada ketinggian 1 - 2 m. dengan ketinggian jorquette yang ideal adalah 1,2 - 1,5 m. Buah yang siap dipanen atau dipetik adalah buah-buahan yang masak optimal. Kriteria buah masak umumnya berdasarkan warna luarnya. Warna ini dipengaruhi oleh jenis atau varietas tanaman coklat. Buah yang siap dipanen atau dipetik adalah buah-buahan yang masak optimal. Kriteria buah masak umumnya berdasarkan warna luarnya. Warna ini dipengaruhi oleh jenis atau varietas tanaman coklat. Manfaat buah coklat bahan dasar pembuat coklat, menurunkan tekanan darah tinggi, memperbaiki mood, dan anti aging. Bagi masyarakat Desa Marancar Godang, coklat dimanfaatkan oleh responden untuk dijual kembali dan sebagian di pakai sendiri. Jumlah responden yang memanfaatkan coklat adalah sebanyak 14 KK. Pemanfaatan coklat oleh responden pertahun mencapai 23.520 kg. Dengan harga jual Rp 20.000,-/kg maka nilai yang didapat dari hasil pemanfaatan coklat oleh responden adalah Rp 470.400.000,-. Jengkol. Gambar 9. Buah Jengkol. Jengkol. yang memiliki. Gambar 10. Pemanenan Buah Jengkol nama latin Pithecollobium. jiringa. atau. Pithecollobium labatum, merupakan buah yang terkenal dengan aromanya yang khas dan banyak dihindari sebagian masyarakat, namun tidak sedikit juga yang menyukai buah ini, karena di Indonesia sendiri jengkol sudah menjadi makanan khas. Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae). Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Jengkol dapat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(38) 24. menimbulkan bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, terutama bila dimakan segar sebagai lalap. Jengkol diketahui memiliki manfaat untuk mencegah diabetes dan bersifat diuretik dan baik untuk kesehatan jantung. Sebanyak 15 KK memanfaatkan jengkol untuk dikonsumsi sendiri dan ada juga yang dijual kembali. Pemanfaatan jengkol oleh responden pertahun mencapai 18.912 kg. Dengan harga jual Rp 10.000,-/kg maka nilai yang didapat dari hasil pemanfaatan jengkol oleh responden adalah Rp 189.120.000,-. Kemiri. Gambar 11. Buah Kemiri. Buah kemiri berasal dari pohon kemiri yang ketinggiannya mencapai 10 sampai 40 meter. Tumbuhan yang berasal dari Maluku ini kadang ditemukan tumbuh liar pada ketinggian 150 sampai 1200 meter dari permukaan laut. Kemiri sebetulnya tergolong bumbu dapur. Bijinya yang berwarna putih kekuningan selain digunakan untuk menggurihkan masakan juga dalam perkembangan modern ini kebanyakan diambil untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing – masing pohon dapat menghasilkan sekitar 30 – 80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 – 20 persen dari berat tersebut dapat menghasilkan minyak (Istriyani, 2011). Seorang petani kemiri akan menjual kemirinya dengan kondisi dikupas dan tidak dikupas. Kemiri yang dikupas dijual lebih mahal dari kemiri yang belum dikupas. Untuk kemiri yang tidak dikupas, biasanya dibeli oleh pihak lain untuk kemudian dikupas agar harga jualnya lebih tinggi dari harga belinya. Bagi masyarakat Desa Marancar Godang, kemiri dimanfaatkan oleh responden untuk. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(39) 25. dijual kembali dan sebagian di manfaatkan sendiri. Jumlah responden yang memanfaatkan kemiri adalah sebanyak 16 KK. Pemanfaatan kemiri oleh responden pertahun mencapai 12.864 kg. Dengan harga jual Rp 30.000,-/kg maka nilai yang didapat dari hasil pemanfaatan kayu manis oleh responden adalah Rp 28.120.000,-. Pinang. Gambar 12. Buah Pinang. Tumbuhan pinang memiliki banyak manfaat, penggunaan pinang paling popular pada masyarakat adalah kegiatan menyirih dengan bahan campuran biji pinang, daun sirih dan kapur. Sedangkan air rebusan biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, mimisan, koreng, mencret dan bisul (Agoes, 2010). Sebanyak 15 responden memanfaatkan pinang untuk dikonsumsi sendiri dan ada juga yang dijual kembali. Dalam 1 tahun masyarakat yang bisa menghasilkan 30.528 kg/tahun. Dan dijual sebesar Rp. 14.000,-/kg, sehingga nilai yang didapat dari hasil pemanfaatan kayu manis oleh responden adalah 427.392.000,-. Harga jual setiap komoditi didapatkan dari rata-rata harga yang disebutkan responden pada saat wawancara. Pengambilan harga setiap komoditi tidak disamakan dengan harga di lokasi lain karena akan menyebabkan perbedaan harga yang cukup berpengaruh. Penetapan harga jual berdasarkan rata-rata harga yang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(40) 26. disebutkan responden dinilai lebih tepat karena harga tersebut merupakan harga yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Pemanfaatan HHBK oleh masyarakat memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp 37.560.000/kk dalam setiap tahunnya berdasarkan asumsi nilai ekonomi (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan bahwa pemanfaatan HHBK memberikan kontribusi pada pendapatan setiap masyarakat di Desa Maracar Godang. Nilai ekonomi hasil hutan tinggi jika hutan tersebut mudah diakses dan sebaliknya nilai yang rendah atau bahkan bisa mencapai nol jika hutan tersebut susah untuk diakses sehingga biaya aksesnya tinggi dan ditambah dengan biaya pengolahan. Kilozo (2009) mengatakan bahwa jarak dari rumah ke hutan meningkat Dapat menghalangi laju pengumpulan HHBK jumlah HHBK yang dikumpulkan berkurang dengan meningkatnya jarak. Ini berarti bahwa biaya peluang waktu tenaga kerja dihabiskan untuk koleksi bertambah dengan jarak, menyiratkan bahwa orang tinggal lebih dekat ke hutan lebih tergantung pada HHBK meskipun diberlakukan pembatasan. Kontribusi Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) HHNK berkontribusi signifikan terhadap ekonomi manfaat rumah tangga pedesaan di negara berkembang dalam tiga cara utama: pertama, menyediakan subsistensi domestik dan persyaratan konsumsi untuk peningkatan disposable pendapatan untuk rumah tangga. kedua, melayani segera jaring pengaman terhadap dampak buruk perubahan iklim yang dialami, merupakan bagian penting dari kapasitas adaptif. dan, ketiga, berkontribusi untuk mengarahkan manfaat moneter melalui perdagangan (Sumukwo et al., 2013) Masyarakat Desa Marancar Godang memiliki berbagai macam profesi, sehingga mereka tidak hanya mengandalkan pendapatan hanya dari HHBK saja, namun masyarakat juga mengandalkan pendapatan dari pekerjaan lain seperti dari buruh tani, wirausaha, peternakan, dan PNS yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 4. Pendapatan Rumah Tangga Per Tahun diluar Hasil Hutan Bukan Kayu No Pekerjaan Jumlah (Rp/tahun) Presentasi Jumlah Responden 1. 2. 3. 4.. PNS Wirausaha Petani Peternak Total. 8 14 32 11 65. 366.000.000,540.000.000,894.000.000,361.200.000,2.161.200.000,-. 16,93% 24,98% 41,36% 16,71% 100%. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(41) 27. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sumber pendapatan terbesar selain HHBK di Desa Marancar Godang adalah berasal dari pekerjaan petani yakni sebesar Rp. 894.000.000,-/tahun atau dengan persentase 41,36% dan sumber pendapatan terendah berasal dari Peternak sebesar Rp. 361.200.000,- /tahun atau dengan persentase 16,71%. Nilai ekonomi pendapatan dari luar pemanfaatan HHBK sebesar Rp.2.161.200.000,-/tahun, bersumber dari pendapatan pertanian, wirausaha, peternakan, dan PNS. Pengumpulan HHBK masyarakat Desa Marancar Godang adalah aktifitas ekonomi tradisional yang diduga bahwa faktor yang mempengaruhi intensitas pengambilan HHBK dipengaruhi oleh kebiasaan turun temurun. Semakin besar kemungkinan untuk pemungutan HHBK sebagai alternatif pemenuhan ekonomi. Peluang-peluang ekonomi yang ada juga mempengaruhi pemungutan HHBK, karena makin tinggi permintaan akan hasil HHBK makin tinggi juga eksploitasi terhadap HHBK itu sendiri. Tabel 5. Kontribusi Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu/Tahun Pendapatan diluar HHBK/KK Rp. 2.161.200.000. Pendapatan HHBK/KK Rp. 2.441.416.000. Total Pendapatan. Kontribusi HHBK. Rp. 4.602.616.000. 53,04%. Pendapatan total responden diluar HHBK pada penelitian ini adalah sebesar Rp 2.161.200.000,-/tahun dengan rata-rata pendapatan setiap responden adalah sebesar Rp 2.770.000,-/bulan. Pendapatan total dari HHBK responden pada penelitian ini adalah sebesar Rp 2.441.416.000,-/tahun dengan rata-rata pendapatan setiap responden adalah sebesar Rp 3.130.000,-/bulan. Berdasarkan uraian tersebut maka total pendapatan masyarakat Desa Marancar Godang adalah sebesar Rp 5.900.000,-/bulan/kk dengan kontribusi HHBK yang dimanfaatkan sebesar 53,04 %. Kontribusi pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) terhadap pendapatan masyarakat Desa Marancar Godang tergolong sedang. HHBK memberikan kontribusi sebesar 53,04% dan memberikan penambahan pendapatan yang sedang terhadap masyarakat Desa Marancar Godang. Berdasarkan Rensis Likert dalam Usman dan Purnomo (2010) kontribusi pendapatan HHBK termasuk ke dalam kontribusi pendapatan sedang yaitu 41%60% dapat dilihat pada Tabel 1.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(42) 28. Berdasarkan hal tersebut, maka pihak terkait yaitu pihak pemerintah maupun pengelola sudah seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap sektor pemanfaatan HHBK agar nantinya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar, serta perlu dilakukan pelatihan tentang teknik pemanfaatan dan budidaya agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari kelestarian HHBK yang ada. Namun sayangnya keberadaan HHBK ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal, kalaupun pemanfaatan HHBK dilakukan secara maksimal itu hanya terjadi pada jenis-jenis tertentu saja oleh karena itu HHBK ini sifatnya masih lokal seperti yang dinyatakan oleh Diniyati dan Budiman (2015) Keberadaan HHBK diyakini sepenuhnya paling bersinggungan dengan kepentingan masyarakat di sekitar hutan. HHBK terbukti menjadi penopang kelangsungan hidup masyarakat secara lintas generasi, sekaligus memberi dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan. Masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar hutan memanfaatkan sumber daya hutan berupa hasil hutan bukan kayu untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan lainlain. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang dipungut maupun dibudidayakan merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyarakat sekitar hutan baik sebagai mata pencaharian utama maupun sampingan. Pemanfaatan HHBK oleh masyarakat yang tidak diikuti dengan pengelolaan secara berkelanjutan juga akan mempengaruhi ketersediaan HHBK yang ada. Pengurangan hasil hutan yang disebabkan oleh kegiatan tersebut tentu akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih mengandalkan HHBK sebagai sumber pendapatannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemanfaatan hasil hutan pada Desa Marancar Godang memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Hal ini berarti, keberadaan hutan masih menjadi penopang kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi. Pendapatan utama masyarakat berasal dari pertanian. Pendapatan dari pertanian juga tidak dapat disamakan setiap waktu. Karena, sering terjadi gagal panen ataupun hasil panen yang tidak dapat mengembalikan modal ladang. Selama wawancara terhadap responden, alasan yang menyebabkan suatu pekerjaan dijadikan sebagai pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan adalah besar kecilnya kontribusi pekerjaan tersebut terhadap pendapatan rumah tangga sehari-hari.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(43) 29. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Batubara dan Affandi (2017) HHBK memberikan kontribusi yang nyata terhadap pendapatan masyarakat. Hal ini terlihat jelas bahwa pendapatan dari HHBK lebih besar dibandingkan dengan hasil dari luar HHBK seperti hasil pertanian, PNS, dagang, wirausaha, buruh tani dan agen. Masyarakat memiliki ketergantungan yang besar terhadap HHBK, hal ini dikarenakan HHBK terus berproduksi setiap tahunnya, dan apabila kebutuhan akan HHBK dari pihak konsumen meningkat maka harga jual juga cenderung meningkat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian penilaian nilai ekonomi pada masyarakat di sekitar Cagar Alam Dolok Sibual–buali yang dilakukan oleh Affandi dan Patana (2002), bahwa masyarakat yang berada di sekitar hutan menggantungkan hidupnya pada hasil hutan sehingga membawa dampak nilai ekonomi dari hasil hutan khususnya HHNK yang dimanfaatkan mereka adalah tergolong besar.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(44) 30. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan 1.. Nilai Ekonomi setiap HHBK yang dimanfaatkan yaitu: karet sebesar 463.680.000,-, aren sebesar Rp 476.784.000,-, kulit manis sebesar Rp 28.120.000,-, coklat sebesar Rp 470.400.000,-, pinang sebesar Rp 427.392.000,-, jengkol sebesar Rp 189.120.000,-, dan kemiri sebesar Rp 385.920.000,-.. 2.. Kontribusi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu terhadap pendapatan masyarakat Desa Marancar Godang adalah sebesar 53,04% atau sekitar Rp. 2.441.416.000,-/tahun.. 3.. Persebaran HHBK di Desa Marancar Gondang tidak merata karena jenis yang paling banyak ditemukan pada setiap lokasi penelitian berbeda, disebabkan oleh faktor-faktor biotik maupun faktor abiotik, serta kemampuan adaptasi jenis tersebut di habitatnya.. Saran. Perlunya dilakukan penyuluhan pemanfaatan atau pengadaan pengawasan HHBK oleh pemerintah setempat sehingga pemasarannya dapat dilakukan lebih luas.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(45) 31. DAFTAR PUSTAKA. Affandi, O. dan Patana, P., 2002. Penelitian Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. USU, Medan. Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia Buku 3. Salemba Medika. Jakarta Amirullah. 2015. Populasi dan Sampel. Penerbit Bayumedia Publishing Malang. Malang. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 256p. Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Marancar Dalam angka 2018. BPS Kabupaten Tapanuli Selatan. Balama, C., S. Augustino, D. Mwaiteleke, L. P. Lusambo, and F. B. S.Makonda. 2016. Economic Valuation of Nontimber Forest Products under the Changing Climate in Kilombero District, Tanzania. International Journal of Forestry Research. 2016 : 1-13 Batubara, R. dan affandi, O. 2017. Nilai Ekonomi Hasil Hutan Non Kayu Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus Pada Dua Desa Sekitar Taman Wisata Sibolangit). Jurnal Kehutanan. 12 (2) : 149-162. Belcher, B., K. Schreckenberg. 2007. Commercialisation Of Non-Timber Forest Products: A Reality Check. Dev Policy Rev. 25 : 355–77. Broad, S., T. Mulliken, D. Roe. 2014. The Nature And Extent Of Legal And Illegal Trade In Wildlife. In: Oldfield S, editor. The trade in wildlife: regulation for conservation. UK: Earthscan Publications. 39–77. Diniyati, D., dan Budiman, A. 2015. Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Usaha Hutan Rakyat Pola Agroforestri Di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Hutan. 9 (1) : 23-31. Hastari, B. dan Yulianti, R. 2018. Pemanfaatan Dan Nilai Ekonomi Hasil Hutan Bukan Kayu Di Kphl Kapuas-Kahayan. Jurnal Hutan Tropis. 6(4) : 147. Heubes, J., K. Heubach, M. Schmidt et al. 2012. “Impact of future climate and land use change on non-timber forest product provision in Benin,West Africa: linking niche-based modeling with ecosystem service values,” Economic Botany. 66 (4) : 383–397.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(46) 32. Latifah, S., Syamsuri dan Rahmawaty. 2018. Pengantar analisis Spasial dengan ArcGIS. USU Press. Medan Lempang, M. 2012. Pohon Aren dan Manfaat Produksinya. Info Teknis EBONI. 9 (1) : 37 – 54. Imam, P. 2010. Perubahan Mata Pencaharian dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Hubungan Perubahan Mata Pencaharian Dengan Nilai Sosial Budaya Masyarakat di Desa Membalong, Kecamatan Membalong, Belitung) [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. Ismenni, B, N., Defri, Y., dan Yossi, O. 2015. Kontribusi Pelestarian Hutan Mangrove terhadap Tingkat Pendapatan Anggota Kelompok Pengelola (KPM) Belukap Dea Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jom Faperta. 2 : 2. Istriyani, Y. Y. 2011. Pengujian kualitas minyak kemiri dengan mengukur putaran optic menggunakan polarimeter. Tugas akhir. Program Studi Diploma III Teknik Kimia, Program Diploma Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. Karyon, E. Y., Emi, R., dan Joko, N. R. 2016. Pendapatan Masyarakat Dari Hasil Hutan Bukan Kayu Disekitar Kawasan Cagar Alam Raya Pasi Kelurahan Nyarumkop Kecamatan Singkawang Timur. Jurnal Hutan Lestari. 4 (3) : 314 – 321. Kilozo, M. 2009. Valuation Of Non-Timber Forest Products Used By Communities Around Nyanganje Forest Reserve, Morogoro, Tanzania [M.S. Dissertation]. Sokoine University of Agriculture, Morogoro, Tanzania. Nijman, V. 2010. An Overview Of International Wildlife Trade From Southeast Asia. Biodivers Conserv. 19 (11) : 01–14. Nono, Farah. D., dan Fahrizal. 2017. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Oleh Masyarakat Di Desa Labian Ira’ang Dan Desa Datah Diaan Di Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari. 5 (1) : 76 – 87. Nurfatriani, F. 2016. Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian Sumberdaya Hutan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Bogor. Nurharyadi, Ichsan N.A., Cindy D.L., Dan Evi G. 2016. Kawasan Perdesaan DAS Penghasil Karet Di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Jakarta : Balitbang, Diklat dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(47) 33. Ouyang Z., J.Yu, Z.Tongqian dan Z.Hua. 2011. Ecosystem Regulating Services And Their Valuation Of Hainan Island, China. Journal of Resources and Ecology, 2 (2) : 132-140. Pardede, K. N., E. Sribudiani, dan D. Yoza. 2018. Kontribusi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap Pendapatan Masyarakat Sekitar Suakamargasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling. Skripsi. Universitas Riau. Permenhut. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No.: P.35/Menhut-II/2007 Tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta. Pohan, R. M., Purwoko, A, dan Martial, T. 2014. Kontribusi hasil hutan bukan kayu dari hutan produksi terbatas bagi pendapatan rumah tangga masyarakat. Peronema Forestry Science Journal. 3 (2). Puspitodjati, T. 2011. Persoalan Definisi Hutan Dan Hasil Hutan Dalam Hubungannya Dengan Pengembangan HHBK Melalui Hutan Tanaman. 8 (3) : 210-227. Rostiwanti T. 2013. Rencana dan progres penelitian pengelolaan HHBK FEMO (Food, Energy, Medicine, Others) lingkup Badan Litbang Kehutanan. Prosiding Seminar Nasional HHBK. Peranan hasil Litbang Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Mendukung Pembangunan Kehutanan. 12 September 2012, Mataram. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan, Bogor. 11-19. Ruslan, S. M., Baharuddin, dan Ira T. 2018. Potensi Dan Pemanfaatan Tanaman Aren (Arenga Pinnata) Dengan Pola Agroforestri Di Desa Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Jurnal Perennial. 14 (01) : 24-27. Salaka, F. J., Nugroho, B., dan Nurrochmat, D. R. 2012. Strategi kebijakan pemasaran hasil hutan bukan kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 9 (1) : 50–65. Simorangkir, R. H., S. S. Mansjoer, M. Bismark. 2010. Struktur Dan Komposisi Pohon Di Habitat Orangutan Liar (Pongo Abelii), Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara Jurnal Primatologi Indonesia. 6 (2) : P.10-20. Sumukwo, J., A. Wario, M. Kiptui, G. Cheserek, and A. K. Kipkoech. 2013. “Valuation of natural insurance demand for non-timber forest products in South Nandi, Kenya,” Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences. 4 (1) : 89–97. Toledo A. T., M. H. Apolinar, T. Valverde. 2014. Potential Impact Of Harvesting On The Population Dynamics Of Two Epiphytic Bromeliads. Acta Oecol. 59 : 52–61.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(48) 34. Torres-Rojo, J. M., Moreno-Sánchez, R., Martín, dan Mendoza-Briseño, A. 2016. Sustainable Forest Management in Mexico. Curr Forestry Rep. 2 : 93–105. Usman, P. 2010. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo Persada. Jakarta.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(49) 35. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Persebaran. Gambar 1. Peta Persebaran Tanaman Aren. Gambar 2. Peta Persebaran Tanaman Jengkol. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(50) 36. Lampiran 1. Lanjutan. Gambar 3. Peta Persebaran Tanaman Kakao. Gambar 4. Peta Persebaran Tanaman Karet. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(51) 37. Lampiran 1. Lanjutan. Gambar 5. Peta Persebaran Tanaman Kemiri. Gambar 6. Peta Persebaran Tanaman Kulit Manis. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(52) 38. Lampiran 1. Lanjutan. Gambar 7. Peta Persebaran Tanaman Pinang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(53) 39. Gambar 8. Peta Sebaran Hasil Hutan Bukan Kayu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(54) 42 Lampiran 2. Dokumentasi Lapangan. Gambar 9. Lokasi Lahan Milik Roni Batubara. Gambar 10. Lokasi Lahan Milik Sukardi. Gambar 11. Lokasi Lahan Milik Mulyadi Lampiran 2. Lanjutan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(55) 43. Gambar 12. Kegiatan Wawancara Dengan Masyarakat. Gambar 13. Penimbangan Ijuk yang Siap Dijual. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(56) 44 Lampiran 3. Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu Tabel 1. Pendapatan Getah Karet/Tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(57) 45 Tabel 2. Pendapatan Aren/Tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(58) 46. Tabel 3. Pendapatan Kulit Manis/Tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(59) 47. Tabel 4. PendapatanKakao/Tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(60) 48. Tabel 5. Pendapatan Pinang/Tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(61) 49. Tabel 6. Pendapatan Jengkol/Tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(62) 50. Tabel 7. Pendapatan Kemiri/Tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(63) 51. Tabel 8. Total Pendapatan HHBK/Tahun. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(64) 52. Lampiran 4. Perhitungan Nilai Ekonomi. Tabel 8. Perhitungan Nilai Ekonomi Nama tanaman Karet Aren Kulitmanis Coklat Pinang Jengkol Kemiri. 6.. (1) Jumlah responden yang memanfaatkan 32 27 10 14 15 16 16 130. (2) Presentase. (3) N. (4) RJ. (5) FP. (6) JP. (7) TP. (8) HH. (9) NE. 49.23 41.54 15.38 21.54 23.08 24.62 24.62. 33120 14448 370 11760 15264 9456 6432. 1035 535.1 37 840 1017.6 591 402. 2 2 2 2 2 2 2. 32 27 10 14 15 16 16. 66240 28896 740 23520 30528 18912 12864. 7000 16500 38000 20000 14000 10000 30000. 463680000 476784000 28120000 470400000 427392000 189120000 385920000 2441416000. (10) NE 100% 18.99 19.53 1.15 19.27 17.51 7.74 15.81. Menghitung Total pengambilan per Unit HHBK per Tahun TP = RJ × FP × JP Keterangan : TP = Total pengambilan pertahun = (4) x (5) x (6) RJ = Rata-rata jumlah yang diambil = (3) / (2) FP = Frekuensi pengambilan = Total (1) / total semuaresponden JP = Jumlah pengambilan. 7.. Menghitung Nilai Ekonomi barang hasil hutan per jenis HHBK setiap tahun Tahun. NE = TP × HH. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(65) 53. Keterangan : NE = Nilai hasil hutan per jenis = (7) x (8) TP = Total pengambilan (unit/tahun) HH = Harga hasil hutan 8.. Menghitung persentase nilai ekonomi dengan cara : %NE = Keterangan : %NE = Presentase nilai ekonomi Nei = Nilai ekonomi HHBK/jenis = Jumlah total nilai ekonomi seluruh HHBK. Lampiran 5. Penghasilan Masyarakat diluar HHBK Tabel 9. Penghasilan Masyarakat diluar HHBK No 1 2 3. Nama Fitra Nasution saiful asri Sangkot. Penghasilan / bulan. PNS. 3500000 2500000 2000000. 42000000. Wirausaha. Pekerjaan Petani. Peternak. 30000000 24000000. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian  Alat dan Bahan
Gambar 2. Peta Persebaran HHBK di Marancar Godang
Gambar 7. Penjemuran Kulit manis
Gambar 8. Pohon coklat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rangkaian bandpass filter yang akan dirancang akan diaplikasikan pada Mobile WiMAX dengan menggunakan standard IEEE 802.16e dimana frekuensi tengah yang akan digunakan

Indo Plastik Semarang juga menunjukkan kategori tinggi yang artinya pimpinan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan

Kebebasan dasar dan hak-hak dasar manusia disebut Hak Asasi Manusia.Hak asasi manusia melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah tuhan yang maha esa yang tidak dapat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: kemampuan pemecahanmasalah matematis siswa menggunakan model pembelajaran sinektik secara

Algoritma dinamis digunakan untuk menyelesaikan permasalahan penjadwalan pekerjaan baru yang kedatangannya pada saat proses produksi sedang berlangsung. Secara umum

Molekul air, lemak, dan gula dalam makanan akan menyerap energi dari gelombang mikro tersebut dalam sebuah proses yang disebut pemanasan dielektrik.. Kebanyakan molekul adalah dipol

Proses pemulihan akhlak telah dijalankan dengan memanfaatkan pelbagai platform yang diwujudkan iaitu kelas pengajian agama dan kemahiran, pelaksanaan pengisian yang

Perencanaan, Pertemuan kelima pada siklus III materi pembelajaran diawali dengan sedikit mengulang materi pada siklus II kemudian dilanjutkan pada materi Mencontohkan