• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH: DEWI NIRMALA SARIE NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OLEH: DEWI NIRMALA SARIE NIM:"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA(BPH) DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

OLEH:

DEWI NIRMALA SARIE NIM: 1408016

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MAKASSAR 2017

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA(BPH) DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapat gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

OLEH:

DEWI NIRMALA SARIE NIM: 1408016

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MAKASSAR 2017

(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Dewi Nirmala Sarie

Tempat / Tanggal Lahir : Ujung Pandang / 27 Maret 1996 Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat lengkap : Jl. Syekh Yusuf 5 No.14a Gowa B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pada Tahun 2002-2008 SD Inpres Malengkeri II 2. Pada Tahun 2008-2011 SMP Negeri 21 Makassar 3. Pada Tahun 20011-2014 SMAN 03 Sungguminasa

4. Pada Tahun 2014-2017 AKPER Mappa Oudang Makassar

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA(BPH) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR” ini dapat terselesaikan. Tak lupa penulis mengirim salam dan shalawat kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan kehambatan dalam mencari sumber penulisan, dan proses pengetikan namun dengan ketekunan dan kesabaran serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan, untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberi bantuan, bimbingan, dan do’a sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat dirampungkan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ketua Yayasan Brata Utama Bhayangkara Makassar bapak KOMBES POL DR. Aris Budiyanto, Sp. THT, direktur AKPER Mappa Oudang Makassar ibu dr. Hj. A. Nurhayati, DFM, M.Kes dan ketua Program Studi AKPER Mappa Oudang Makassar ibu Rezeki Nur, S.Kep., Ns., M.Kes.

(7)

2. NS.H.Hataul Madja, S.Kep, M.Kes dan Sudirman, S.Kep, NS selaku pembimbing, yang memberikan arahan, bimbingan, serta motivasi kepada kami tentang Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Kepada penguji NS. Indriyani Mathius, S.Kep, M.Kep dan Andi Suriani, S.Kep, M.Kes yang banyak memberikan kritikan dan masukan yang sangat berarti demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ayahanda tercinta M.Irwan Idris dan Ibunda tercinta St.Rohani yang telah merawat, membesarkan, dan menyekolahkan penulis sehingga penulis memperoleh pendidikan dan dukungan baik moril dan material serta do’a yang telah beliau panjatkan setiap saat, saudara-saudaraku serta keluarga yang telah memberikan bantuan dan motivasi.

5. Semua teman-teman angkatan 8 AKPER Mappa Oudang Makassar yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Terakhir kepada almamaterku tercinta “AKPER Mappa Oudang Makassar”

yang telah menjadikanku insan yang berarti.

Kata terima kasih mungkin tidaklah cukup, mengingat jasa-jasa saudara(i) yang telah diberikan kepada penulis begitu besar, Namun sebait do’a tak lupa dipanjatkan kepada-Nya agar senantiasa menjadi bekal untuk menyongsong kehidupan di hari akhir nanti.Akhir kata penulis mengharapkan, mudah- mudahan Karya Tulis Ilmiah ini bagi rekan-rekan insan kesehatan khususnya praktisi keperawatan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 20 Juli 2017

DEWI NIRMALA SARIE

(8)
(9)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

SAMPUL DALAM ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xiv

BAB I (PENDAHULUAN) A. Latar Belakang ... 01

B. Rumusan Masalah ... 03

C. Tujuan Penulisan ... 03

a. Tujuan umum ... 03

b. Tujuan khusus ... 03

c. Manfaat Penulisan ... 04

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) A. Tinjauan Tentang Subyek Masalah ... 05

B. Tinjauan Tentang Focus Masalah ... 06

1. Anatomi fisiologi ... 06

2. Konsep dasar medis... 08

a. Pengertian ... 08

b. Etiologi ... 09

c. Patofisiologi ... 11

d. Manifestasi klinis ... 13

e. Pemeriksaan penunjang ... 16

f. Penatalaksanaan ... 18

g. Komplikasi ... 20

3. Konsep dasar keperawatan ... 20

(10)

a. Pengkajian ... 21

b. Penyimpanan KDM ... 24

c. Diagnosa Keperawatan... 25

d. Rencana keperawatan ... 25

e. implementasi ... 27

f. Evaluasi ... 28

BAB III (METODE PENELITIAN) A. Pendekatan Penelitian ... 29

B. Subyek Penelitian ... 29

C. Fokus Studi... 29

D. Definisi Operasional Fokus Studi ... 29

E. Instrumen Penelitian... 30

F. Metode Pengumpulan Data ... 30

G. Lokasi & Waktu Penelitian ... 31

H. Analisis Data dan Penyajian Data ... 31

I. Etika penelitian... 32

BAB IV (HASIL DAN PEMBAHASAN) A. Hasil ... 33

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 33

2. Karakteristik Partisipan (identitas klien) ... 33

3. Data Asuhan Keperawatan ... 34

a. Pengkajian ... 34

b. Diagnosa ... 49

c. Intervensi ... 49

d. Implementasi ... 51

e. Evaluasi ... 54

B. Pembahasan ... 56

1. Pengkajian ... 56

2. Diagnosa ... 57

3. Intervensi ... 58

4. Implementasi ... 62

5. Evaluasi ... 63

(11)

BAB V (PENUTUP)

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Letak Anatomi Prostat ... 6 Gambar 2.2 Penyakit Kanker BPH ... 9 Gambar 2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga ... 35

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Dx 1 ... 25

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Dx 2 ... 26

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Dx 3 ... 26

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Dx 4 ... 26

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Dx 5 ... 26

Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan Dx 6 ... 27

Tabel 2.7 Intervensi Keperawatan Dx 7 ... 27

Tabel 3.1 Nutrisi... 43

Tabel 3.2 Cairan ... 43

Tabel 3.3 Eliminasi BAB ... 43

Tabel 3.4 Eliminasi BAK ... 43

Tabel 3.5 Istrahat/Tidur ... 44

Tabel 3.6 Olahraga ... 44

Tabel 3.7 Pemeriksaan Laboratorium ... 45

Tabel 3.8 Data Fokus ... 47

Tabel 3.9 Analisa Data ... 47

Tabel 3.10 Diagnosa Keperawatan ... 49

Tabel 3.11 Intervensi Keperawatan... 49

Tabel 3.12 Implementasi ... 51

Tabel 3.13 Evaluasi ... 54

(14)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA(BPH) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO

INFEKSI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR Penulis : Dewi Nirmala Sarie

ABSTRAK

Latar belakang : Benign Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika. Jumlah populasi pria diatas usia 65 pada tahun 2010 di Indonesia, menempati urutan ke-4 dengan 6,1%

dari jumlah umur lebih dari 65 tahun di Negara-negara asia tenggara (Departemen Kesehatan RI, 2010). Angka kejadian penyakit Benigna Prostat Hiperplasia(BPH) di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar 137 orang pada tahun 2016. Tujuan : Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH). Metode yang dilakukan yaitu dengan menggunakan kasus langsung ke objek pengkajian melalui observasi dan wawancara. Hasil : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3×24 jam didapatkan hasil resiko tinggi infeksi tidak teratasi karena masih merasakan nyeri pada bagian bekas operasi, gangguan eliminasi urine tidak teratasi karena kateter masih terpasang, nyeri klien sudah sedikit menurun dengan skala 3 (ringan) tetapi klien masih tampak meringis. Kesimpulan : Pada kasus Tn. “S” mengalami Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dan didapatkan diagnose antara lain Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan statis urine, Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sumbatan saluran pengeluaran pada kandung kemih: Benigna Prostat Hiperplasia, Nyeri berhubungan dengan agent injuri (spasme kandung kemih). Hasil yang didapatkan setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama tiga hari mendapatkan hasil yaitu dari tiga diagnosa keperawatan yang ditegakkan oleh penulis diagnosa nomor 1 masalah tidak teratasi dan diagnose nomor 2 dan 3 masalah teratasi sebagian.

Kata kunci : Benigna Prostat Hiperplasi (BPH), resiko tinggi infeksi, gangguan eliminasi urin, dan nyeri.

(15)

NURSING CARE CLIENTS WHO HAVE POST-SURGERY BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA(BPH) WITH NURSING RISK PROBLEMS IN HOSPITALIS

BHAYANGKARA MAKASSAR Author : Dewi Nirmala Sarie

ABSTRACT

Blackground : Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) is a benign enlargement of the prostate gland, caused by hyperplasia of some or all of the prostate components including the fibromuscular tissue/gland causing blockage of the prostatic parse urethra. The total population of males over the age of sixty-five in two thousand ten is Indonesia, ranks fourth with six point one percent of the total ege of more than sixty-five years in southeast asia countries (Ministry of Health of the republic of Indonesia, two thousand and ten). The incidence rate of Benigna Prostat Hiperplasia(BPH) disease at Bhayangkara Makassar Hospital is one hundred and thirty seven people in year two thousand sixteen. Objectives : To determine Nursing Care in patientswith Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) includes assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation of nursing on Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) clients. The method that is done is by using the direct case of the object of assessment through observation and interview. Results : After three weeks of nursing care, the result of high risk of infection is not resolved because it still feels pain in the former surgery, the elimination of the urine is not resolved because the catheter is still installed, the pain of the client has decreased slightly with the scale of three (light) But the client still looks grimacing. Conclusion : In your case. “S” experienced Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) and diagnosed, among others, High risk of infection associated with static urine, Urinary elimination disorders associated with obstruction channel discharge in the bladder:

Benign Prostatic Hyperplasia, Pain associated with agent injuri (bladder specimen). The results obtained after Nursing Care for three days to get the results of three diagnoses enforced by the author of diagnosis number one problem is not resolved and diagnosis number two and three problem partially resolved.

Keywords : Benign Prostatic Hyperplasia(BPH), high risk of infection, urinary elimination disorder, and pain.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar prostat dibentuk oleh evaginasi pada uretra posterior dan karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan memerlukan aksitrifik dari esterogen dan androgen. Saat lahir, kelenjar masih imatur dan baru bertambah hingga mencapai ukuran normal pada waktu pubertas saat sekresi androgen dimulai. Pertumbuhan selanjutnya, atrofi dan neoplasia agaknya juga bergantung kepada perbandingan androgen:estrogen (Nasar,dkk. 2010).

Hasil penelitian di Amerika 20% penderita Benigna Prostat Hiperplasia terjadi pada usia 41-50 tahun, 50% terjadi pada usia 51-60 tahun dan 90% terjadi pada usia 80 tahun. Pasien biasanya datang ke rumah sakit setelah keadaan Benigna Prostat Hiperplasia semakin berat, pasien yang mengalami hambatan pada saluran air seni atau uretra didekat pintu masuk kandung kemih seolah-olah tercekik, karena itu secara otomatis pengeluaran air seni terganggu. Pasien sering kencing, terutama pada malam hari, bahkan ada kalanya tidak dapat ditahan. Bila jepitan pada uretra meningkat, keluarnya air seni akan makin sulit dan pancaran air seni melemah, bahkan dapat mendadak berhenti. Akibatnya, timbul rasa nyeri hebat pada perut. Keadaan ini selanjutnya dapat menimbulkan infeksi pada kandung kemih. Jika sudah terjadi infeksi, aliran air seni

(17)

berhenti, untuk mengeluarkan air kencing harus menggunakan kateter, yang akibatnya pasien akan mengalami rasa sakit atau dengan kasus yang parah sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan rencana operasi atau prosedur bedah. Hal ini kemungkinan disebabkan ketidak tahuan masyarakat terhadap penyakit Benigna Prostat Hiperplasia yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan yang keadaan darurat atau terlalu parah dan harus dilakukan tindakan pembedahan (Suharyanto, 2011).

Angka kejadian di Indonesia, bervariasi 24-30% dari kasus urologi yang dirawat dibeberapa rumah sakit. Tahun 1994-1997, jumlah penderita Benign Prostat Hiperplasia di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 462. Hasan Sadikin Bandung tahun 1976-1985 sebanyak 1.185 kasus, 1993-2002 sebanyak 1.038 kasus. Di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya terdapat 1.948 kasus Benign Prostat Hiperplasia pada periode tahun 1993-2002 dan di Rumah Sakit Sumber Waras sebanyak 602 kasus pada tahun 1993-2002 (Rahardjo, 2013).

Jumlah populasi pria diatas usia 65 pada tahun 2010 di Indonesia, menempati urutan ke-4 dengan 6,1% dari jumlah umur lebih dari 65 tahun di Negara-negara asia tenggara (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Tingginya jumlah dengan umur lebih dari 65 tahun, merupakan resiko prevalensi tingginya penderita Benigna Prostat Hyperplasia di Indonesia.

Berdasarkan hasil survey yang ditemukan oleh penulis di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dari data rekam medik tahun 2016 sebanyak 137 orang pada penderita BPH,

(18)

A. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada Klien yang mengalami Post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan masalah keperawatan Resiko Infeksi di RS Bhayangkara Makassar.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan masalah keperawatan Resiko Infeksi di RS Bhayangkara Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan Resiko Infeksi di RS Bhayangkara Makassar

b. Untuk menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan Resiko Infeksi di RS Bhayangkara Makassar

c. Untuk menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami Post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan Resiko Infeksi di RS Bhayangkara Makassar

d. Untuk melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan Resiko Infeksi di RS Bhayangkara Makassar

(19)

e. Untuk melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan Resiko Infeksi di RS Bhayangkara Makassar

C. Manfaat

1. Bagi Akademik

a) Sebagai salah satu persyaratan dalam penyelesaian program Diploma III Keperawatan di Akademik Keperawatan Mappa Oudang Makassar program khusus Diploma III.

b) Sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan program Diploma III Keperawatan pada masa yang akan datang.

c) Sebagai informasi referensi bacaan bagi mahasiswa.

2. Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi Tenaga Keperawatan Rumah Sakit Bhayangkara Mappa Oudang Makassar dalam meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan khususnya dalam penanganan klien yang mengalami Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).

3. Klien dan Keluarga

Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai cara pencegahan perawatan dan pengobatan pada Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).

4. Tenaga Keperawatan

Masukan bagi perawat dalam meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan khususnya bagi klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) untuk membantu penyembuhan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Subyek Masalah 1. Definisi

Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi ketika mikroorganisme dari kulit, bagian tubuh lain atau lingkungan masuk kedalam insisi yang terjadi dalam waktu 30 hari dan jika ada implant terjadi 1 (satu) tahun pasca operasi yang ditandai dengan adanya pus, inflamasi, bengkak, nyeri dan rasa panas (Awad et al, 2009 daam PP Hipkabi, 2010).

Kasus infeksi nosokomial di Indonesia yaitu pada 10 RSU pendidikan, cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2010. Infeksi nasokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2- 18% dari keseluruhan prosedur pembedahan. Ini dibuktikan pada penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan bulan April s/d September 2010, dari jumlah sampel 534 pasien, diperoleh angka prevalensi ILO sebesar 5,6% dengan kelompok usia terbesar pada usia lebih dari 65 tahun yaitu 33,3% (Dharshini J., 2010).

Hasil survey Departemen Kesehatan RI didapatkan bahwa kasus laparatomi meningkat dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006, dan 1.281 kasus pada tahun 2007. Studi pendahuluan

(21)

yang peneliti lakukan di RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada tanggal 06 Februari 2013 didapatkan bahwa mulai bulan januari sampai Desember 2012 terdapat 120 tindakan laparatomi, dan 5% diantaranya mengalami ILO.

B. Tinjauan Tentang Focus Penelitian 1. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 letak anatomi prostat

Kelenjar prostat terletak tetap dibawah leher kandung kemih.

Kelenjar ini mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius, yang merupakan kelanjutan dari vas deferan. Kelenjar ini berbentuk seperti buah kenari. Normal beratnya ± 20 gram, di dalamnya berjalan uretra posterior ± 2,5 cm. pada bagian anterior difikasi oleh ligamentum pubroprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragma urogenital. Pada prostat bagian posterior berumuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada verumontarum pada dasar uretra eksterna. Secara embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi epitel urethra posterior. Suplai darah prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis interior dan masuk pada sisi postero lateralis leher vesika. Drainase vena.

(22)

Prostat bersifat difus dan bermuara ke dalam pleksus santorini.

Persarafan prostat terutama berasal dari simpatis pleksus hipogastrikus dan serabut yang berasal dari nervus sakralis. Drainase limfe prostat ke nodi limfatisi obturatoria, iliaka eksterna dan presakralis, serta sangat penting dalam mengevaluasi luas penyebaran penyakit dari prostat.

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran, panjangnya sekitar 4-6 cm, lebih 3-4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2-3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.

Prostat terdiri dari :

a. Jaringan kelenjar 50-70 %

Jaringan stroma (penyangga) & Kapsul/Musculer 30-50 %.

b. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar melalui uretra.

Sel-sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10-30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain

(23)

seperti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memgang peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing.

Kelainan yang di sebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.(KMB, Vol 1 Hal 96 : 2013)

2. Konsep Dasar Medis a. Pengertian

Benign Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda, NIC, NOC, Hal 113 : 2012).

Benign prostat hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat. (Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi jilid 1 Hal 91 : 2015 )

BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra). (Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam, Hal 116 : 2012)

Benign prostat hyperplasia adalah kondisi patologi yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling

(24)

sering untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun (KMB 1, Hal 97 : 2013).

Benigna prostate hyperplasia adalah pertumbuhan nodul- nodul fibriadenomatosa majemuk dalam prostate dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa (KMB 1, Hal 97 : 2013).

Pembesaran jinak kelenjar prostate yang disebabkan karena hyperplasia beberapa / semua komponen prostate.(Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam, Hal 169 : 2011)

Gambar 2.2 penyakit kanker BPH b. Etiologi

Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron esterogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adiposa diperifer. Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan, efek perubahan juga terjadi perlahan- lahan. (Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1, Hal 91 : 2015)

(25)

Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut.

Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :

1) Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia.

2) Ketidak seimbangan estrogen – testoteron

Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormone Estrogen dan penurunan testosterone sedangkan estradiol tetap, yang dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.

3) Interaksi stroma – epitel

Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblast gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel.

4) Penurunan sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.

(26)

5) Teori stem cell

Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.(Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda, NIC, NOC, Hal 113 : 2012)

c. Patofisiologi

BPH terjadi pada umur yang semakin tua (> 45 tahun) dimana fungsi testis sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan hormone testosterone dan dehidrotesteosteron sehingga memacu pertimbuhan / pembesaran prostat.

Makrokospik dapat mencapai 60-100 gram dan kadang- kadang lebih besar lagi hingga 200 gram atau lebih.

Tonjolan biasanya terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak mengenai bagian posterior dari pada lobus medialis, yaitu bagian yang yang dikenal sebagai lobus posterior, yang sering merupakan tempat berkembangnya karsinoma (moore)

Tonjolan ini dapat menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra menyerupai celah, atau menekan dari bagian tengah.

Kadang-kadang penonjolan itu merupakan suatu polop yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen urethra.

Pada penampung, tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan jaringan prostat yang masih baik. Warnanya bermacam-macam tergantung kepada unsure yang bertambah.

(27)

Apabila yang bertamah terutama unsure kelenjar, maka warnanya kuning kemerahan, berkonsistensi lunak dan terbatas tegas dengan jaringan prostat yang terdesak, yang berwarna putih keabu-abuan dan padat. Apabila penonjolan itu ditekan maka akan keluar cairan seperti susu.

Apabila unsure fibromuskuler yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkan cairan seperti halnya jaringan prostat yang terdesak sehingg batasnya tidak jelas.

Gambaran mikroskopik juga bermacam-macam tergantung pada unsure yang berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsure kelenjar sehingga terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel torak atau koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil- papil ke dalam lumen, membrane basalis masih utuh.

Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecil- kecil sehingga menyerupai adenokarsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat secret granuler, epitel yang terlepas dan corpora anylacea

Apabila unsure fibromuskuler yang bertambah, maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang letaknya saling berjauhan.

Gambaran ini juga dinamai hiperplasi fibrimatosa atau hiperplasi leiomymatosa. Pada jaringan ikat atau jaringan otot biasanya terdapat serbukan limfosit.

(28)

Selain gambaran diatas sering terdapat perubahan lain berupa : 1) Metaplasia skwamosa epitel kelenjar dekat uretra

2) Daerah infark yang biasanya kecil-kecil dan kadang-kadang terlihat dibawah mikroskop.(Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.(Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam, Hal 117-118 : 2012)

d. Menifestasi klinis

1) Pasien BPH dapat menunjukkan berbagai macam tanda dan gejala. Gejala BPH berganti-ganti dari waktu-kewaktu dan mungkin dapat semakin parah, menjadi stabil, atau semakin buruk secara spontan.

2) Berbagai tanda dan gejala dapat dibagi dalam dua kategori:

obstruksi (terjadi ketika faktor dinamik dan/atau faktor static mengurangi pengosongan kandung kemih) dan iritatif (hasil dari obstruksi yang sudah berjalan lama pada leher kandung kemih). (Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 1, Hal 91 : 2015) 3) Pada awalnya atau saat terjadinya pembesaran prostat, tidak

ada gejala, sebab tekanan otot dapat mengalami kompensasi untuk mengurangi resistensi uretra.

4) Gejala obstruksi, hesitensi, ukurannya mengecil dan menekan pengeluaran urine

(29)

5) Terdapat gejala iritasi, berkemih mendadak, sering dan nokturia.(Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Hal 136 : 2008)

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hypertrofi dalam teori (KMB 1, Hal 100 : 2013)

1) Retensi urine

2) Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing 3) Miksi yang tidak puas

4) Frekuensi kecing yang bertambah terutama malam hari (nocturia)

5) Pada malam hari miksi harus mengejan

6) Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria) 7) Massa pada abdomen bagian bawah h. Hematuria

8) Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)

9) Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi 10) Kolik renal

11) Berat badan turun

12) Anemia kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter, karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.

(30)

Walaupun hyperplasi prostat slalu terjadi pada orang tua, tetapi ti dak selalu disertai gejala-gejala klinik.

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi dua yaitu :

1) Gejala Obstruktif yaitu :

a) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.

b) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.

c) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.

d) Pancara lemah : kelemahan kekuatan dan caliber pancaran destrussor memerlukan waktu dapat melampaui tekanan di uretra.

e) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

(31)

2) Gejala iritasi yaitu :

a) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.

b) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.

c) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan colok dubur (Recta Toucher)

Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi pelican kedalam lubang dubur. Pada pemeriksaan colok dubur dinilai:

a) Tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernosus (BCR) b) Mencari kemungkinan adanya masa di dalam lumen rectum c) Menilai keadaan prostate

2) Laboratorium

a) Urinalisa untuk melihat adanya infeksi, hematuria

b) Ureum, creatinin, elektrolit untuk melihat gambaran fungsi ginjal.

3) Pengukuran derajat berat obstruksi

a) Menentukan jumlah sisa urin satelah penderita miksi spontan (normal sisa urin kosong dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc).

(32)

b) Pancaran urin (uroflowmetri)

Syarat : jumlah urin dalam vesika 125 s/d 150 ml. Angka normal rata-rata 10 s/d 12 ml/detik, obstruksi ringan 6-8 ml/detik.

4) Pemeriksaan lain

a) BNO/IVP untuk menentukan adanya divertikel, penebalan bladder

b) USG dengan Transuretral ultrasonoggrafi prostat (TRUS P) untuk menentukan volume prostat

c) Trans-abdomen USG : untuk mendeteksi bagian prostat yang menonjol ke buli-buli yang dapat dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu dalam vesika.

- Cystoscopy untuk melihat adanya penebalan pada didinding bladder.(KMB 1, Hal 100-101 : 2013)

5) Pemeriksaan fisik

a) Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkat pada tekanan pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok-septik.

b) Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis.

Pada daerah supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien

(33)

akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin.

c) Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis

d) Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis

e) Rectal touch/pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi system persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu:

- Derajat I = beratnya ± 20 gram

- Derajat II = beratnya antara 20-40 gram

- Derajat III = beratnya >40 gram.(Keperawatan Medikal Bedah, Hal 232 : 2012)

f. Penatalaksanaan

Modalitas tetapi BPH adalah : 1) Observasi

Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien

2) Medikamentosa

Terapi ini diindikasi pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya: Hipoxisrosperi, serenoa

(34)

repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen.(Keperawatan Medikal Bedah, Hal 233-234 : 2012) a) Konservatif

b) Obat-obatan : Antibiotik, jika perlu c) Self care :

- Kencing dan minum teratur

- Rendam hangat, seksual intercourse d) Pembedahan

e) Retropubic Prostatectomy f) Perineal Prostatectomy

g) Suprapubic/open prostatectomy

h) Trans Uretrhal Resectio (TUR), yaitu suatu tindakan untuk menghilangkan obstruksi prostat dengan menggunakan cystoscope melalui urethra.(Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Hal 120 : 2012)

3) Pengelolaan

a) Pasien dengan gejala ringan BHP tidak berbahaya bagi semua pasien

b) Penatalaksaan pasien terapi:

- Penghalang a-Adrenergik seperti doksasosin (Caradura), Prazozin (Minipress), Terasozin (Hytrin), serta relaksasi otot kandung kemih dan prostat.

- Finasteride (Proscara), efek antiandrogen pada sel prostat, dan mencegah hiperplasia.

(35)

c) Dilatasi balon pada uretra prostat dalam waktu yang singkat dapat menghilangkan gejala

d) Bedah TURP, TIUP, atau open prostatctectomy untuk prostat yang terlalu besar, biasanya melalui suprapubik e) Bedah laser

f) Microwame hyperthermia treatments.

g) Gross hematuria dan urineary tract infection (UTI).

(Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Hal 137 : 2008)

g. Komplikasi

1) Retensi urin akut dan involusi kontraksi kandung kemih 2) Refluks kandung kemih, hidroureter, dan hidronefrosis 3) Urinary traktus infection

4) Retensi urin akut

5) Obstruksi dengan dilatasi uretra, hydronefrosis dan gangguan fungsi ginjal.(Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam, Hal 120 : 2012)

3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang membutuhkan perawatan tidak terlepas dari pendekatan dengan proses keperawatan. Proses keperawatan yaitu suatu proses pemecahan yang dinamis dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien sampai kataraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal, membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan

(36)

melalui langkah-langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan yang berkesinambungan.

Berikut ini merupakan tindakan teoritis tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Benigna Prostat Hiperplasia:

a. Pengkajian lengkap 1) Data biografi

Meliputi :

a) Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, atau bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, catatan kedatangan

b) Keluarga terdekat yang dapat dihubungi yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber informasi, beserta nomor telfon.

2) Riwayat kesehatan atau perawatan Meliputi :

a) Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien mengeluh nyeri pada saat miksi, pasien juga mengeluh sering BAK berulang-ulang (anyang-anyangan), terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang sangat mendesak, kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan, kencing terputus-putus.

(37)

3) Riwayat kesehatan sekarang

a) Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan harus mengedan

b) Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual

c) Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa d) Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang

e) Pasien sering terbangun untuk miksi pada malam hari 4) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah pasien pernah menderita BPH sebelumnya dan apakah pasien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.

6) Pola fungsi kesehatan Meliputi :

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolism, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola koknitif dan persepsi, persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan, pola seksual dan reproduksi, pola koping dan toleransi stress, keyakinan dan kepercayaan.

(38)

7) Pemeriksaan fisik

a) Perhatikan Khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.

b) Distensi kandung kemih

c) Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik ® retensi urine

d) Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan pasien ingin buang air kecil ® retensi urine e) Perkusi : Redup ® residual urine

f) Pemeriksaan penis : Uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose meatus, striktur uretra batu uretra/femosis.

g) Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) ® posisi knee chest

Syarat : buli-buli kosong/ dikosongkan

Tujuan : menentukan konsistensi prostat

Menentukan besar prostat.

(39)

Penyimpangan KDM Hormon estrogen &

testosterone tidak seimbang Faktor usia Sel prostat umur panjang

Prolikerasi abnormal sel strem

Produksi stroma dan epitel berlebihan Sel stroma

pertumbuhan berpasu

Sel yang mati kurang

Prostat membesar

TURT

Pemasangan folley cateter

Obstruksi oleh jendolan darah post

op Gangguan Eliminasi Urine

Kurangnya informasi terhadap

pembedahan Ansietas Resiko

Pendarahan Penekanan

serabut-serabut saraf Nyeri Menghambat lumen ureter

prostatika

Retensi Urine

Penyempitan lumen ureter prostatika

Peningkataan resistensi leher V.U dan daerah V.U

Pe ketebalan otot destruksor (fase

kompetensasi) Terbentuknya sakula/trabekula

Kelemahan otot destruktor

Pe kemampuan fungsi V.U

Refluk urine

Iritasi mukosa kandung kencing,

terputusnya jaringan, trauma

bekas insisi Kerusakan mukosa

urogenital

Penurunan pertahanan tubuh

Rangsangan syaraf diameter kecil

Gate kontrole terbuka

Nyeri Akut Resiko Infeksi

Media pertumbuhan

kuman

Residu urin berlebih hidronefrosis

Resiko Ketidakefektifan Perfusi Ginjal

(40)

b. Diagnosa keperawatan

1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan statis urine

2) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sumbatan saluran pengeluaran pada kandung kemih: Benigna Prostat Hiperplasia

3) Nyeri berhubungan dengan agent injuri (spasme kandung kemih).

4) Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma efek samping pembedahan

5) Resiko ketidak efektifan perfusi ginjal 6) Retensi urine

7) Ansietas berhubungan dengan perasaan takut terhadap tindakan pembedahan.

c. Rencana keperawatan

1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan statis urine Tabel 2.1

NIC NOC

1. Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan

1. Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi/ sepsis lanjut

2. Ambulasi dengan kantung drainase dependent

2. Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih

3. Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi, dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi

3. Pasien yang mengalami sistoskopi atau TUR prosta beresiko untuk syok bedah/septik

sehubungan dengan

manipulasi/instrumentasi 4. Berikan anti biotic sesuai

indikasi

4. Mungkin diberi secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan risiko infeksi pada prostatektomi

2) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sumbatan saluran pengeluaran pada kandung kemih: Benigna Prostat Hiperplasia

(41)

Tabel 2.2

NIC NOC

1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia

1. Kandung kemih kosong secara penuh

2. Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau disiram toilet

2. Tidak ada residu urine >100- 200cc

3. Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)

3. Intake cairan dalam rentang normal

4. Gunakan spirit wintergreen di pispot atau urinal

4. Bebas dari ISK

3) Nyeri berhubungan dengan agent injuri fisik (spesme kandung kemih)

Tabel 2.3

NIC NOC

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri) 2. Observasi reaksi nonverbal dari

ketidak nyamanan

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manjemen nyeri

3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

3. Mampu mengenali nyeri (Skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

4. Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

4) Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma efek samping pembedahan

Tabel 2.4

NIC NOC

1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan

1. Tidak ada hematuria dan hematernesis

2. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan

2. Kehilangan darah yang terlihat

3. Monitor TTV ortostatik 3. Tekanan darah dalam batas normal systol dan diastole 4. Pertahankan bed rest selama

perdarahan aktif

4. Tidak ada perdarahan pervagina

5) Resiko ketidak efektifan perfusi ginjal Tabel 2.5

NIC NOC

1. Observasi status hidrasi 1. Tekanan systole dan diastole

(42)

(kelembaban membrane mukosa, TD ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi)

dalam batas normal

2. Monitor HMT, ureum, albumin, total protein, serum osmolatitas dan urine

2. Tidak ada gangguan mental, orientasi kognitif dan kekuatan otot

3. Observasi tanda-tanda cairan berlebih/retensi (CVP meningkat, oedem, distensi vena leher dan asites)

3. Tidak ada distensi vena leher

4. Pertahankan intake dan output secara akurat

4. Intake dan output seimbang

6) Retensi urine

Tabel 2.6

NIC NOC

1. Monitor intake dan output 1. Kandung kemih kosong secara penuh

2. Monitor penggunaan obat antikolianergik

2. Tidak ada residu urin >100-200 cc

3. Monitor derajat distensi bladder 3. Bebas dari ISK 4. Instruksikan pada pasien dan

keluarga untuk mencatat output urine

4. Tidak ada spesme bladder

7) Ansietas berhubungan dengan perasaan takut terhadap tindakan pembedahan

Tabel 2.7

NIC NOC

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

1. Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas 2. Nyatakan dengan jelas harapan

terhadap perilaku pasien

2. Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

3. Vital sign dalam batas normal

4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

d. Implementasi Keperawatan

Merupakan penatalaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

Penatalaksanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien, perawat secara mandiri, atau bekerja dengan

(43)

tim kesehatan lain. Dalam hal ini perawat adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatanya itu memberikan pelayanan perawatan dengan menggunakan proses keperawatan. Adapun langkah-langkah dalam tindakan keperawatan terdiri dari 3 tahap yaitu persiapan, penatalaksanaan dan dokumentasi untuk berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.

1) Tindakan mandiri 2) Tindakan observasi 3) Tindakan health education 4) Tindakan kolaborasi e. Evaluasi

Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan tercapai atau tidak, yaitu: Retensi urin hilang/berkurang

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitiaan ini mengunakan desain studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan masalah keperawatan Resiko Infeksi di RS. Bhayangkara Makassar

B. Subyek Penelitian

Diarahkan kepada masalah keperawatan Resiko Infeksi pasien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).

C. Fokus studi

Diarahkan kepada kasus pasien post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dengan masalah Resiko Infeksi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yaitu diantaranya sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

a) Bersedia menjadi responden

b) Klien yang mengalami Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) c) Klien yang mengalami resiko infeksi

2. Kriteria eksklusi

a) Pasien yang dipulangkan sebelum 3 hari perawatan D. Definisi operasional fokus studi

BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada

(45)

jalan urine (urethra). (Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam, Hal 116 : 2012)

Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi ketika mikroorganisme dari kulit, bagian tubuh lain atau lingkungan masuk kedalam insisi yang terjadi dalam waktu 30 hari dan jika ada implant terjadi 1 (satu) tahun pasca operasi yang ditandai dengan adanya pus, inflamasi, bengkak, nyeri dan rasa panas (Awad et al, 2009 daam PP Hipkabi, 2010)

E. Instrumen penelitian

1. Format Asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi)

2. Lembar obstruksi skala nyeri dengan metode visual analog skala F. Metode pengumpulan data

Untuk melengkapi data atau informasi dalam pelaksanaan studi kasus digunakan tehnik :

1. Wawancara

Melakukan pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab secara langsung pada penderita, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

2. Pemeriksaan fisik

Tehnik yang digunakan pada pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

(46)

3. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan melakukan tindakan pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan perkembangan klien.

4. Studi dokumentasi

Mengumpulkan data melalui dokumen atau catatan tenyang hasil pemeriksaan klien yang medical record.

G. Lokasi & waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diruang rawat inap Cendrawasi di RS.

Bhyangkara Makassar yang merupakan rumah sakit pendidikan yang memungkinkan peneliti untuk menemukan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan selama 3 hari saat melaksanakan praktek di RS.

Bhyangkara makassar mulai tanggal 30 Maret – 01 April 2017.

H. Analisis data dan penyajian data

Setelah melakukan pengumpulan data, maka dilakukan analisis data yaitu sebagai berikut :

a. Statistik deskriktif

Analisa deskriptif statik digunakan untuk menyajikan data-data tentang jenis kelamin, usia, status, suku bangsa, pendidikan, diagnosa penyakit, data pengalaman hospitalisasi, serta jenis obat yang diberikan saat pasien dirawat. Analisa deskriptif statistik ini juga digunakan untuk menyajikan data.

(47)

I. Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin peneliti dari institusi AKPER Mappaoudang Makassar dan RS. Byangkara Makassar.

Sebelum menyerahkan informed consent (lembar persetujuan sebagai klien). Peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden, jika responden bersedia untuk diteliti maka peneliti menyerahkan informed consent untuk ditanda tangani sebagai bukti kesediaanresponden untuk berpastisipasi dalam penelitian ini. Pasien memiliki hak untuk menolak keikut sertaanya dalam penelitian atau mengundurkan diri, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya memberikan kode atau inisial tertentu pada lembar data,. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di RS. Bhayangkara Makassar.

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar merupakan Rumah Sakit Polri yang berada di Kota Makassar (Sulawesi Selatan). Terletak di Jln. Letjen Mappa Oudang No. 63 Makassar 90223 telpone 0411-830841. Rumah Sakit Bhayangkara Makassar memiliki 17 Ruangan dimana salah satu ruangan yang di lakukan penelitian adalah ruang perawatan Cendrawasi pada tanggal 30 Maret-01 April 2017.

2. Karekteristik Partisipan (identitas klien)

a. Nama : Tn “S”

b. Umur/Tanggal lahir : 58 Thn/08-09-1958 c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Pekerjaan : Wira Swasta

f. Alamat : Komp. Ikip Gunung Sari, Blk 63/31 g. Status Perkawinan : Menikah

h. No. Rekam Medic : 259100 i. Tanggal Masuk : 23-03-2017 j. Tanggal Pengkajian : 30-03-2017

k. Diagnosa Medik : Retensi urine c susp. BPH

l. Therapy : - Ranitidine

(49)

- Ketorolac - Ceftriaxone j. Penanggung jawab

1) Nama : Nn. “S”

2) Usia : 35 tahun

3) Pekerjaan : Wira Swasta

4) Agama : Islam

5) Alamat : Jl. Rutan Perum. Millennium Residence Blok B/3

6) Hubungan dengan klien : Anak 3. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Keluhan utama Nyeri

2) Riwayat keluhan utama

Klien mengatakan nyeri dan sulit saat BAK yang di alami sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan pada daerah abdomen bagian bawah. Lamanya keluhan dirasakan 3-5 menit, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk.

3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri dan sulit saat berkemih di daerah penis, Nampak terpasang kateter pada penis, urine bag berisi 500 cc dan terpasang infuse ditangan bagian kanan klien

(50)

b) Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS. Awal bros, RS. Pelamonia dan RS. Grestelina dengan penyakit yang sama.

c) Riwayat kesehatan keluarga Genogram 3 generasi

G1

G2

G3

Gambar 2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram 3 Generasi)

Keterangan :

: Laki-laki : Garis perkawinan

: Perempuan : Garis keturunan

? : Usia tidak diketahui : Klien

X : Meninggal : Garis serumah

G1 : Kedua kakek dan nenek telah meninggal

G2 : Ibu dan ayah klien telah meninggal karna faktor usia

G3 : klien berumur 58 tahun, klien anak ke lima dari 8 bersaudara

× × × ×

? ? ? ?

?

? ? ?

×

× ×

58 54

(51)

4) Riwayat Psikososial a) Pola Konsep Diri

Klien tampak tenang karena keluarga selalu mendampingi klien.

b) Pola Kognitif

Klien mengetahui penyakit yang diderita dan klien dapat mengingat hal-hal yang disampaikan.

c) Pola Koping

Klien mampu menerima keadaannya dan klien mengatakan ingin cepat sembuh.

d) Pola Interaksi

Klien dapat berinteraksi dengan baik dengan keluarga maupun perawat.

5) Riwayat Spiritual

a) Keadaan klien beribadah

Selama sakit klien menjalankan sholat 5 waktu diatas tempat tidur.

b) Dukungan keluarga klien

Keluarga sangat mendukung akan kesembuhan klien dibuktikan dengan berkumpulnya anggota keluarga Tn”S”.

c) Ritual yang biasa dijalankan klien

Selama sakit klien tetap menjalankan ritual membaca doa sebelum tidur dan nonton tv sbelum tidur.

(52)

6) Pemeriksaan Fisik : a) Keadaan Umum Klien

- Penampilan klien sesuai dengan dengan usianya

- Klien tampak lemah dan terpasang kateter pada penis klien, klien mampu berbicara dengan baik tetapi tidak begitu lancer/sedikit lambat.

- Tinggi badan: 160 cm - Berat Badan: 65 kg b) Tanda-Tanda Vital

Suhu : 36,0°C

Nadi : 84×/Menit

Pernafasan : 20×/Menit Tekanan Darah : 130/70 mmHg c) Sistem Pernapasan

- Hidung

Inspeksi : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada epistaksis, dan tidak ada secret yang menghalangi pernafasan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan - Leher

Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak tidak ada tumor

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher

(53)

- Dada

Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada Auskultasi : Bunyi nafas klien vasikular dimana

inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi d) Sistem cardiovaskuler

- Conjungtiva

Inspeksi : Tidak anemis - Jantung

Inspeksi : Tidak dilakukan pengkajian Auskultasi : Suara jantung normal - Tidak ada pembesaran vena jugularis e) Sistem pencernaan

- Mulut

Inspeksi : Klien tidak mempunyai stomatitis pada mulut, kemampuan menelan baik - Lambung

Inspeksi : Tidak ada luka

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan

- Abdomen

Inspeksi : Abdomen bentuknya datar, simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba

(54)

benjolan

Perkusi : Klien tidak kembung Auskultasi : Bising usus normal f) Sistem indra

- Mata

Inspeksi : Refleks berkedip baik, klien dapat melihat dengan jelas, klien dapat mengenal orang - Hidung

Inspeksi : Klien dapat membedakan bau dengan baik seperti bau parfum, bau alcohol dan bau makanan, tidak terdapat secret yang menghalangi penciuman

- Telinga : Fungsi pendengaran klien baik, klien dapat mendengarkan dengan baik, tidak ada serumen

g) Sistem syaraf

- Fungsi cerebral orientasi baik, klien mengenal perawat dan dokter, daya ingat baik dan bahasa mudah dimengerti Kesadaran: Komposmentis

E : 4 mampu membuka mata secara spontan M : 6 klien mampu melaksanakan perintah V : 5 orientasi baik

(55)

- Fungsi cranial

Nervus I(Olfaktorius) : Klien dapat membedakan bau alcohol dan parfum

Nervus II(Optikus) : Klien dapat melihat dengan jelas, Klien dapat menghitung jari dari

jarak 5 meter

Nervus III, IV, VI(Okulomotorius, Thruchlear, Abdusen):

klien dapat menggerakkan bola mata dengan baik Nervus V(Trigeminus) : Klien dapat merasakan

sentuhan

Nervus VII(Facialis) : Klien dapat tersenyum

Nervus VIII(Akustikus) : Fungsi pendengaran baik, klien dapat mendengar dengan baik

Nervus IX(Glosopharingeus) : Klien dapat membedakan rasa manis dan asam

Nervus X(Vagus) : Klien dapat menelan dengan baik

Nervus XI(Aksesorius) : Klien dapat menggerakkan wajah

Nervus XII(Hypoglosus) : Klien dapat menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan

dengan baik

(56)

- Fungsi motorik : Kekuatan otot baik, klien dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah dengan baik

- Fungsi sensorik : Dapat merasakan nyeri - Fungsi serebellum : Keseimbangan diri bagus h) Sistem musculoskeletal

- Kepala

Bentuk kepala klien bulat, klien dapat menggerakkan kepala kekiri dan kekanan

- Vertebrae Tidak lordosis

- Fungsi gerak terbatas, klien sulit beraktifitas karena terpasang infuse pada tangan bagian kanan dan terpasang kateter pada alat reproduksi klien

- Gaya berjalan klien baik, hanya saja klien harus diawasi saat bergerak atau beraktivitas

- Tidak terdapat edema i) Sistem integument

- Rambut

Inspeksi : Warna rambut hitam putih karena klien mempunyai uban pada rambut

- Kulit

Inspeksi : Warna kulit sawomatang, tidak terdapat riwayat alergi

(57)

Palpasi : Suhu tubuh 36,0°C - Kuku

Inspeksi : Kuku berwarna merah muda dan pendek j) Sistem endokrin

- Kelenjar thyroid

Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar thyroid

Palpasi : Tidak teraba benjolan pada leher - Eksresi urine

Inspeksi : Jumlah urine 500cc berwarna kuning, riwayat bekas air seni tidak dikelilingi semut

- Suhu dalam batas normal 36,0°C k) Sistem perkemihan

- Klien mengatakan nyeri pada penis saat buang air kecil - Tampak terpasang kateter pada alat reproduksi klien - Pengeluaran urine 500cc/hari dengan warna kuning l) Sistem reproduksi

- Klien tidak melakukan hubungan seksual karena terpasang kateter pada penis klien.

m) Sistem imun

Tidak ada riwayat alergi dengan makanan atau minuman tertentu, tetapi klien pernah mengalami flu dan batuk pada saat perubahan cuaca.

(58)

7) Aktivitas Sehari-hari a) Nutrisi

Tabel 3.1

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan 2. Menu makan 3. Frekuensi makan 4. Makanan yang

disukai

5. Makanan pantangan 6. Pembatasan pola

makan 7. Cara makan 8. Ritual saat makan

Baik

Nasi, sayur, dan lauk pauk

3× sehari Bakso Tidak ada Tidak ada Makan sendiri Berdo’a

Baik

Nasi, sayur, lauk pauk, dan buah 3×sehari Bakso Tidak ada Tidak ada Disuap anaknya Berdo’a

b) Cairan

Tabel 3.2

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jenis minuman 2. Frekuensi minuman

3. Kebutuhan ciran

4. Cara pemenuhan

Air putih, kopi 3-5 kali/hari

±25000cc/hari Minum sendiri

Air putih 3-5 kali/hari

±2500 cc/hari Infuse dan minum sendiri

c) Eliminasi BAB dan BAK - BAB

Tabel 3.3

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Tempat pembuangan 2. Frekwensi 3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar

WC 1× sehari Padat Tidak ada Tidak ada

WC

Belum pernah BAB

Belum pernah Belum pernah

- BAK

Tabel 3.4

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Tempat pembuangan 2. Frekwensi 3. Konsistensi 4. Kesulitan 5. Obat pencahar

WC

±3× sehari Cair Tidak ada Tidak ada

Melalui kateter - Cair

Nyeri saat BAK Tidak ada

(59)

d) Istrahat tidur

Tabel 3.5

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jam tidur a) Siang b) Malam 2. Pola tidur

3. Kebiasaan sebelum tidur

4. Kesulitan tidur

14.00 wita 22.00 wita Teratur

Nonton dan baca alqur’an

Tidak ada

12.30 wita 21.30 wita Teratur

Nonton dan baca alqur’an

Tidak ada

e) Olahraga

Tabel 3.6

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Tempat

2. Olahraga yang disukai

3. Durasi

Lapangan Lari 15-30 menit

Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah

Referensi

Dokumen terkait

keperawatan pada pasien BPH sesuai dengan diagnosa yang muncul.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus dan ada di teori yaitu terdapat 5 diagnosa, antara lain: bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

Yang menjadi permasalahan pada asuhan keperawatan pada kasus BPH (Benigna Prostat Hipertropi) saat ini antara lain:.. Pasien belum paham

perawatan(LOS) pasien jamkesmas pada kasus penyakit benigna prostat hyperplasia (BPH) di RSI Sultan Agung Semarang Tahun 2012 Penelitian deskriptif dengan metode observasi

Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis mendapatkan 5 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose medis Pneumonia yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan

Dalam tinjauan teori ada 7 diagnosa keperawatan, dari 7 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus hanya 5 diagnosa keperawatan yaitu risiko penurunan curah jantung berhubungan

Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasia yang diberikan dapat tepat, peneliti selanjutnya diharapkan harus benar-benar menguasai konsep

Menurut aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan web of caution WOC Erdin 2018 dan SDKI DPP PPNI 2017 terdapat 10 diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Dengue Hemorrhagic Fever