• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

47 BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Provinsi Jawa Tengah

Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah propinsi yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 10/1950 tanggal 4 Juli 1950, letaknya diapit oleh dua Propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya 5

o

40' dan 8

o

30' Lintang Selatan dan antara 108

o

30' dan 111

o

30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa).

Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).

Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 sebesar 4.07% dan 2004 sebesar 4,41 % dengan tingkat inflasi berturut turut 4.19% dan 5.76%. Pendapatan perkapita berturut- turut Rp.4.471.548 dan Rp 5.172.393 dengan indeks gini 0,2827 dan 0,2507. Untuk produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai Rp 193.261,07 milyar pada tahun 2004 atas dasar harga berlaku atau Rp 47.565,93 milyar atas dasar harga konstan 1993.

Jawa Tengah berpotensi oleh sektor pertanian, industri, perikanan, dan

perkebunan. Komoditi unggulan dari sektor tersebut adalah jagung (1,836,233.00 ton),

karet (665.00 ton), kopi (14,427.00 ton), perikanan tangkap (236,235.00 ton), teh

(19,954.76 ton), kelapa (290,552.31 ton), tebu (2,288,304.00 ton), kakao (2,028.00 ton),

(2)

48

industri sabut kelapa (300,000.00 kilo),industri pengalengan ikan (51,546.60 ton), and industri gula tumbu (9 163,421.00 ton /year).

Hampir seluruh daerah di Jawa Tengah menghasilkan jagung, kecuali Magelang dan Pekalongan. Pengembangan komoditas karet dipusatkan di Kecamatan Wanareja dan Dayeuh Luhur Kabupaten Cilacap. Banyumas, Banjarnegara, dan Kendal .

Kopi dihasilkan oleh perkebunan rakyat di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Kudus, Semarang, Temanggung, Tegal, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Brebes, Semarang and Salatiga.

Brebes, Cilacap, Tegal, Kebumen, Pemalang Pekalongan, Batang, Jepara, Pati, dan Rembang merupakan sentra perikanan tangkap Jawa Tengah. Kabupaten Demak memiliki daerah pantai dibagian utara Pulau Jawa dengan kehidupan masyarakat sebagian besar bermata pencaharian dibidang perikanan, baik bidang budidaya tambak maupun bidang penangkapan di laut. Pemasaran hasil penangkapan selama ini dalam bentuk ikan segar/basah dan ikan olahan, untuk usaha pengolahan ikan sebagaian besar berskala rumah tangga dengan menggunakan teknologi pengolahan yang bersifat sederhana/tradisional. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu serta kualitas olahan perlu didirikan pabrik pengalengan ikan yang berskala besar dengan teknologi yang modern, sehingga nilai harga jual ikan olahan bisa tinggi, disisi lain dengan adanya pabrik pengalengan ikan diharapkan dapat menyerap semua semua hasil tangkapan nelayan terutama pada musim ikan melimpah dengan harga stabil.

Wonosobo, Karanganyar, Tegal, Batang, Temanggung, Kendal, Pekalongan,

Pemalang, Tegal, Brebes, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Magelang, dan Boyolali

merupakan sentra produksi teh.

(3)

49

Sebagian besar daerah di Jawa Tengah menghasilkan kelapa. Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Pati, Sragen, Karanganyar, dan Klaten merupakan sentra produksi tebu. Pemalang, Jepara, Batang, and Cilacap merupakan sentra komoditi kakao, baik berasal dari perkebunan rakyat, swasta, maupun negara.

B. Analisis SWOT

Di negara-negara maju, pasar untuk obligasi pemda sudah berkembang dengan baik. Melihat dari kepentingan berinvestasi, ada tiga jenis investor yang bisa memanfaatkan obligasi pemda. Pertama, investor ritel, yag terdiri dari para investor individu atau melalui suatu lembaga. Kedua, dikelola oleh perusahaan reksadana. Ketiga, lembaga-lembaga, terutama bank, perusahaan asuransi untuk properti dan asuransi kerugian.

Dari kerangka format APBD yang baru dapat dilihat bahwa pada kolom Dana Perimbangan terdapat Pinjaman Daerah yang berdasar pada UU No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah pasal 11 ayat 1 yang menyatakan: Daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri untuk membiayai sebagian anggarannya, ini berarti bahwa dalam format APBD yang baru dimungkinkan untuk menerbitkan Obligasi Pemda. Hal itu juga tercermin dalam UU RI No. 25 tahun 1999 pasal 11 ayat 2 yang menyatakan bahwa ”Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana yang merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaam untuk pembayaran kembali pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat”.

Meskipun penerbitan obligasi pemda dimungkinkan oleh peraturan

perundang-undangan, namun patut diperhatikan, bahwa sumber utama APBD bagi

(4)

50

pemda adalah Pendapatan Asli Daerah, pemda harus dapat memaksimalkan sumber-sumber pendapatan yang dipergunakan untuk pengeluaran rutin, dimana setelah anggaran pengeluaran rutin terpenuhi, maka kelebihan pendapatan yang ada dapat dipergunakan untuk melakukan pembangunan.

Berikut ini adalah analisa SWOT terhadap kelayakan obligasi daerah sebagai alternatif pembiayaan pembangunan di daerah.

1. Strength

Semangat membangun daerah merupakan kekuatan utama dari dalam penerbitan obligasi daerah. Terlebih lagi bila hasil penjualan obligasi akan digunakan untuk membangun infrastruktur yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat setempat. Kekuatan kedua, masyarakat masih berpotensi untuk membeli obligasi daerah, terlihat dari proporsi dana yang mengendap di bank di mana sebagian besar merupakan dana milik perorangan.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat Indonesia pada saat ini memiliki potensi sebagai calon pembeli obligasi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2003 menghasilkan simpulan bahwa beberapa kelompok masyarakat berpotensi sebagai calon pembeli obligasi, antara lain kelompok manajer senior, kelompok professional, serta kelompok wirausaha. Kekuatan berikutnya adalah jaringan kantor-kantor perbankan yang tersebar di daerah-daerah, potensial sebagai outlet untuk melayani masyarakat yang ingin menjual atau membeli obligasi daerah.

2. Weakness

(5)

51

Pengalaman default obligasi Negara pada masa pemerintahan Presiden Sukarno memberikan citra negatif atas obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.

Sebagian masyarakat masih mengkhawatirkan pengalaman tersebut akan berulang kembali. Demikian juga dengan pengalaman default pada obligasi korporasi, yang terjadi beberapa waktu yang lalu, seakan melengkapi pengalaman negatif masyarakat dalam berinvestasi dalam bentuk obligasi. Masa jabatan kepala daerah serta DPRD yang dibatasi lima tahun untuk satu masa jabatan dikhawatirkan akan menimbulkan praktek-praktek moral hazard. Para pejabat daerah dan anggota DPRD dikawatirkan akan berlomba-lomba untuk menerbitkan obligasi dalam masa jabatan mereka, dan membebani pejabat daerah generasi berikutnya dengan pembayaran kupon dan pelunasan obligasi. Kelemahan lain adalah tingginya nilai nominal obligasi yang ada saat ini, sehingga tidak terjangkau masyarakat pada umumnya.

3. Opportunity

Obligasi daerah berpeluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Infrastruktur yang dibiayai dengan obligasi daerah diharapkan mampu memicu masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha, yang mampu memberikan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja. Bunga obligasi dapat dinikmati oleh masyarakat setempat, yang berarti kegiatan ekonomi daerah akan bertambah.

Di sisi lain, Undang-undang keuangan negara juga telah memberikan peluang

kepada daerah untuk melakukan pinjaman, antara lain dalam bentuk obligasi

daerah.

(6)

52 4. Threat

Penerbitan obligasi daerah akan meningkatkan volume utang pemerintah,

yang dapat menjadi pemicu meningkatnya country risk. Penerbitan obligasi

daerah juga dapat menimbulkan moral hazard bagi pejabat daerah. Menerbitkan

obligasi berarti memberikan beban utang kepada generasi berikutnya. Penerbitan

obligasi daerah dapat mempertajam kesenjangan antar daerah. Obligasi daerah

yang diterbitkan oleh daerah yang potensi ekonominya maju akan lebih diminati

masyarakat dibandingkan dengan obligasi daerah yang diterbitkan oleh daerah

yang kurang maju. Dikhawatirkan, daerah maju akan semakin maju, sementara

daerah miskin akan semakin tertinggal. Gambar berikut ini memberikan ringkasan

tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari obligasi daerah sebagai

alternatif pembiayaan infrastruktur daerah.

(7)

53 Tabel 4.1 Analisa SWOT

Obligasi Pemda Sebagai Alternatif Pembiayaan Pembangunan Di Daerah

Berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di atas, maka strategi yang seyogyanya ditempuh dalam rangka penerbitan obligasi daerah sebagai alternatif pembiayaan infrastruktur daerah adalah sebagai berikut:

Strategi Memanfaatkan Kekuatan Untuk Menangkap Peluang

Memanfaatkan semangat membangun yang dimiliki masyarakat daerah serta potensi masyarakat daerah untuk membangun infrastruktur daerah, melalui penerbitan obligasi daerah.

(8)

54

Strategi Memanfaatkan Kekuatan Untuk Mengeliminasi Ancaman

Memanfaatkan semangat membangun yang dimiliki masyarakat daerah untuk meringankan beban APBD dalam rangka pembangunan infrastruktur daerah Mengikutsertakan masyarakat dalam mekanisme pengawasan proyek pembangunan infrastruktur dalam rangka meminimize kemungkinan terjadinya moral hazard oleh pejabat daerah

Strategi Memperbaiki Kelemahan Untuk Menangkap Peluang a. Perlu segera dibuat aturan/aspek legal dari penerbitan obligasi daerah

b. Perlu disiapkan infrastruktur dan outlet untuk melayani penjualan dan pembelian obligasi daerah

c. Agar dapat dijangkau oleh masyarakat daerah, penerbitan obligasi daerah dibuat dalam bentuk retail/nilai nominal kecil

Strategi Memperbaiki Kelemahan Untuk Mengeliminasi Ancaman

a. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya moral hazard , obligasi daerah seyogyanya tidak diterbitkan oleh Pemerintah Daerah, tetapi oleh Badan otorita Daerah atau BUMD. Pemerintah Daerah lebih tepat berfungsi sebagai badan pengawas, sedangkan pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur atau aset daerah dilakukan oleh Badan Otorita Daerah atau BUMD.

b. Pembayaran kupon dan pelunasan Obligasi sepenuhnya menjadi tanggung

jawab Penerbit Obligasi, sehingga tidak membebani APBD.

(9)

55

C. Analisis Kelayakan Kemampuan Keuangan / Analisis DSCR

Dalam rangka penerbitan obligasi daerah salah satu hal yang harus dilakukan Pemerintah daerah adalah membuat perhitungan Debt Service Coverage Ratio (DSCR) dengan formulasi perhitungan sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Pasal 12 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah. Formulasi perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:

DSCR = {PAD + (DBH – DBHDR) + DAU} – Belanja Wajib > 2,5 Angsuran pokok pinjaman + bunga + biaya lain

Keterangan :

DSCR : Debt Service Coverage Ratio atau Rasio Kemampuan Membayar Kembali Pinjaman

PAD : Pendapatan Asli Daerah DAU : Dana Alokasi Umum

DBH : Dana Bagi Hasil

DBHDR : Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi

Belanja Wajib : Belanja pegawai dan belanja anggota DPRD

Biaya Lain : Biaya administrasi, biaya provisi, biaya komitmen, asuransi dan denda.

Dengan asumsi bahwa pemerintah daerah harus membayar pinjaman setiap tahun

(meskipun untuk obligasi dibayar pada saat jatuh tempo), perhitungan DSCR

harus dibuat untuk setiap tahun hingga tahun obligasi daerah jatuh tempo. Hal ini

dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa rasio kemampuan membayar

(10)

56

kembali pinjaman tetap berada pada posisi yang diperbolehkan selama obligasi daerah belum jatuh tempo.

Sebagai ilustrasi, pemerintah daerah propinsi Jawa Tengah berencana untuk melakukan penambahan terminal peti kemas di pelabuhan Tanjung Mas dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan sehingga dapat meningkatan pendapatan daerah. Untuk merealisasikan rencana tersebut dibutuhkan biaya sebesar Rp. 7 Triliun, namun saat ini pemerintah daerah propinsi Jawa Tengah hanya memiliki modal investasi sebesar Rp. 2 Triliun pada kas daerah. Untuk menutupi kekurangan pembiayaan sebesar Rp. 5 Triliun, pemerintah memutuskan untuk mencari pembiayaan yang bersumber dari masyarakat yaitu dengan cara penerbitan obligasi daerah. Untuk mencari skema pembayaran yang paling baik dan memenuhi persyaratan keuangan, maka disusun skema obligasi daerah sebagai berikut:

- Tenor 10 Tahun

- Tanggal Penerbitan : 1 Januari 2009 - Tanggal Jatuh Tempo : 31 Desember 2018 - Tingkat Kupon : 10% per tahun

Skema tersebut mengambil skema dari Obligasi Republik Indonesia (ORI) seri 006 yang diterbitkan pada tahun 2008.

Maka dengan menggunakan data APBD Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 – 2008

dapat disusun perkiraan arus kas sebagai berikut:

(11)

57 Tabel 4.2

Arus Kas Tahun Anggaran 2006 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH        2,534,534,025,000      % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐    2  DANA ALOKASI UMUM         983,761,820,000  

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐    3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)         280,482,963,800   a  Dana Bagi Hasil Pajak         276,920,765,000      % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐    b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        3,562,198,800  

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐    c  DBH Dana Reboisasi        ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐       Jumlah Penerimaan Daerah        3,798,778,808,800  

        

BELANJA WAJIB    

1  Belanja Pegawai         627,432,089,812  

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐    2  Belanja Anggota DPRD         15,892,674,000  

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐       Jumlah Belanja Wajib         643,324,763,812  

        

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan    

   Data dari DJPK, DEPKEU RI         654,887,607  

        

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah    

1  Pokok        ‐    2  Bunga        ‐    3  Front End Fee        ‐    4  Commitment Charge        ‐   

Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah 

        

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR)         4,818  

(12)

58 Tabel 4.3

Arus Kas Tahun Anggaran 2007 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH           3,001,641,710,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya        18.43 

2  DANA ALOKASI UMUM           1,050,732,000,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya         6.81 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)         328,634,240,000 

a  Dana Bagi Hasil Pajak         324,914,740,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya        17.33  b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        3,719,500,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  4.42 

c  DBH Dana Reboisasi         ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya         ‐       Jumlah Penerimaan Daerah           4,381,007,950,000       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai         710,772,754,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  13.28 

2  Belanja Anggota DPRD         17,779,452,257 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib         728,552,206,257       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI         654,887,607       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok         ‐   

2  Bunga         ‐   

3  Front End Fee         ‐    4  Commitment Charge         ‐    Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah         ‐         

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2006  5,577.23 

(13)

59 Tabel 4.4

Arus Kas Tahun Anggaran 2008 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH           3,365,222,676,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  12.11 

2  DANA ALOKASI UMUM           1,053,491,870,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  0.26 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)         374,547,620,750 

a  Dana Bagi Hasil Pajak         370,393,640,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  14.00 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        4,153,980,750 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.68 

c  DBH Dana Reboisasi         ‐      % Kenaikan dari tahun sebelumnya         ‐       Jumlah Penerimaan Daerah           4,793,262,166,750       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai         855,466,425,000 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  20.36 

2  Belanja Anggota DPRD         19,890,228,829 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib         875,356,653,829       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI         602,374,161       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok         ‐   

2  Bunga         ‐   

3  Front End Fee         ‐    4  Commitment Charge         ‐    Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah         ‐         

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2008  6,504.11 

(14)

60 Tabel 4.5

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2009 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH           3,879,133,627,187 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM           1,090,733,977,192 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)         432,901,306,469 

a  Dana Bagi Hasil Pajak         428,412,992,459 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        4,488,314,010 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi         ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya         ‐       Jumlah Penerimaan Daerah           5,402,768,910,848       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai         999,356,100,167 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD         22,251,596,796 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib           1,021,607,696,963       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI         368,685,778       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok         500,000,000,000 

2  Bunga         500,000,000,000 

3  Front End Fee         ‐    4  Commitment Charge         ‐    Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah           1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2009  4.38 

(15)

61 Tabel 4.6

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2010 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH           4,471,525,110,326 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM           1,129,292,634,220 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)         500,370,192,212 

a  Dana Bagi Hasil Pajak         495,520,636,121 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        4,849,556,091 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi         ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya         ‐       Jumlah Penerimaan Daerah           6,101,187,936,758       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai           1,167,448,056,119 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD         24,893,306,367 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib           1,192,341,362,486       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI         167,041,120       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok         500,000,000,000 

2  Bunga         500,000,000,000 

3  Front End Fee         ‐    4  Commitment Charge         ‐    Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah           1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2010  4.91 

(16)

62 Tabel 4.7

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2011 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH           5,154,382,069,270 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM           1,169,214,382,581 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)         578,380,055,574 

a  Dana Bagi Hasil Pajak         573,140,182,822 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        5,239,872,752 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi         ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya         ‐       Jumlah Penerimaan Daerah           6,901,976,507,426       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai           1,363,813,122,777 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD         27,848,639,699 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib           1,391,661,762,477       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI         156,362,106       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok         500,000,000,000 

2  Bunga         500,000,000,000 

3  Front End Fee         ‐    4  Commitment Charge         ‐    Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah           1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2011  5.51 

(17)

63 Tabel 4.8

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2012 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH           5,941,519,696,414 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM           1,210,547,409,069 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)         668,579,846,451 

a  Dana Bagi Hasil Pajak         662,918,242,390 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        5,661,604,061 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi         ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya         ‐       Jumlah Penerimaan Daerah           7,820,646,951,934       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai           1,593,206,844,717 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD         31,154,830,205 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib           1,624,361,674,921       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI         145,844,010       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok         500,000,000,000 

2  Bunga         500,000,000,000 

3  Front End Fee  4  Commitment Charge 

Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah           1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2012  6.20 

(18)

64 Tabel 4.9

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2013 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH           6,848,862,934,190 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM           1,253,341,603,930 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)         772,876,632,011 

a  Dana Bagi Hasil Pajak         766,759,353,585 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        6,117,278,426 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi         ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya         ‐       Jumlah Penerimaan Daerah           8,875,081,170,131       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai           1,861,184,650,345 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD         34,853,531,646 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib           1,896,038,181,992       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI         135,186,080       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok         500,000,000,000 

2  Bunga         500,000,000,000 

3  Front End Fee  4  Commitment Charge 

Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah           1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2013  6.98 

(19)

65 Tabel 4.10

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2014 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH        7,894,768,659,882 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM        1,297,648,621,090 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)        893,476,014,460 

a  Dana Bagi Hasil Pajak        886,866,386,705 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        6,609,627,755 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi        ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐       Jumlah Penerimaan Daerah        10,085,893,295,433       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai        2,174,236,392,573 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD        38,991,342,923 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib        2,213,227,735,497       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI        124,325,067       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok        500,000,000,000 

2  Bunga        500,000,000,000 

3  Front End Fee  4  Commitment Charge 

Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah        1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2014  7.87 

(20)

66 Tabel 4.11

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2015 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH        9,100,397,072,033 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM        1,343,521,940,497 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)        1,032,928,878,799 

a  Dana Bagi Hasil Pajak        1,025,787,274,964 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        7,141,603,835 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi        ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐       Jumlah Penerimaan Daerah        11,476,847,891,329       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai        2,539,943,519,260 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD        43,620,395,155 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib        2,583,563,914,415       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI        113,646,053       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok        500,000,000,000 

2  Bunga        500,000,000,000 

3  Front End Fee  4  Commitment Charge 

Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah        1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2015  8.89 

(21)

67 Tabel 4.12

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2016 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH        10,490,139,792,127 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM        1,391,016,932,673 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)        1,194,185,461,999 

a  Dana Bagi Hasil Pajak        1,186,469,065,975 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        7,716,396,024 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi        ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐       Jumlah Penerimaan Daerah        13,075,342,186,799       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai        2,967,162,679,765 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD        48,799,008,468 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib        3,015,961,688,234       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI        103,010,928       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok        500,000,000,000 

2  Bunga        500,000,000,000 

3  Front End Fee  4  Commitment Charge 

Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah        1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2016  10.06 

(22)

68 Tabel 4.13

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2017 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH        12,092,113,342,675 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM        1,440,190,925,551 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)        1,380,657,890,370 

a  Dana Bagi Hasil Pajak        1,372,320,439,991 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        8,337,450,379 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi        ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐       Jumlah Penerimaan Daerah        14,912,962,158,596       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai        3,466,240,214,175 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD        54,592,426,754 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib        3,520,832,640,929       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan 

   Data dari DJPK, DEPKEU RI        47,467,918       

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok        500,000,000,000 

2  Bunga        500,000,000,000 

3  Front End Fee  4  Commitment Charge 

Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah        1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2017  11.39 

(23)

69 Tabel 4.14

Perkiraan Arus Kas Tahun Anggaran 2018 Pemda Provinsi Jawa Tengah

No  Uraian   Jumlah (Rp.)  

PENERIMAAN DAERAH    

1  PENDAPATAN ASLI DAERAH        13,938,727,985,477 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.27 

2  DANA ALOKASI UMUM        1,491,103,273,671 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  3.54 

3  DBH ‐ DBHDR (a+b‐c)        1,596,292,511,467 

a  Dana Bagi Hasil Pajak        1,587,284,021,155 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  15.66 

b  Dana Bagi Hasil Bukan Pajak        9,008,490,312 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  8.05 

c  DBH Dana Reboisasi        ‐       % Kenaikan dari tahun sebelumnya        ‐       Jumlah Penerimaan Daerah        17,026,123,770,614       

BELANJA WAJIB 

1  Belanja Pegawai        4,049,262,719,668 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  16.82 

2  Belanja Anggota DPRD        61,073,639,658 

   % Kenaikan dari tahun sebelumnya  11.87 

   Jumlah Belanja Wajib        4,110,336,359,326       

Kewajiban Pembayaran Pinjaman Berjalan     Data dari DJPK, DEPKEU RI 

     

Kewajiban Pembayaran atas Obligasi Daerah 

1  Pokok        500,000,000,000 

2  Bunga        500,000,000,000 

3  Front End Fee  4  Commitment Charge 

Jumlah Kewajiban Pembayaran Obligasi Daerah        1,000,000,000,000       

DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR) 2018  12.92 

(24)

70

Dari simulasi perkiraan arus kas tersebut di atas, maka diperoleh nilai DSCR Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut:

Tahun DSCR Keterangan

2006 4,818.31 DSCR sebelum

Obligasi Daerah diterbitkan

2007 5,577.23

2008 6,504.11

2009 4.38

DSCR setelah Obligasi Daerah diterbitkan 2010 4.91

2011 5.51 2012 6.20 2013 6.98 2014 7.87 2015 8.89 2016 10.06 2017 11.39 2018 12.92

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan analisa DSCR dapat dianggap mampu dan layak untuk menerbitkan obligasi daerah dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Asumsi Kenaikan PAD sebesar 15,27 % yang merupakan rata-rata kenaikan PAD pada tahun 2006 – 2008.

b. Asumsi kenaikan DAU sebesar 3,54 % yang merupakan rata-rata kenaikan DAU tahun 2006 – 2008.

c. Asumsi kenaikan DBH Pajak sebesar 15,66 % yang merupakan rata-rata

kenaikan DAU tahun 2006 – 2008.

(25)

71

d. Asumsi kenaikan DBH Bukan Pajak sebesar 8,05 % yang merupakan rata-rata kenaikan DAU tahun 2006 – 2008.

e. Asumsi kenaikan Belanja Pegawai sebesar 16,82 % yang merupakan rata-rata kenaikan DAU tahun 2006 – 2008.

f. Asumsi kenaikan Belanja Anggota DPRD sebesar 11,87 % yang merupakan

rata-rata kenaikan DAU tahun 2006 – 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Antara kesilapan-kesilapan yang terdapat dalam periwayatan Asbab al-Nuzul di dalam Tafsir Nurul Ihsan. Pertama: Per’anggahan antara sebab turun dan ayat al-Qur’an dari sudut

Kisi-kisi instrument untuk mengukur kelompok teman sebaya merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel kelompok teman sebaya dan juga

[r]

Level air yang dipelihara pada titik diantara 1 dan 2 yang terlihat pada indikator secara visual dan parameter kontrol masih diperkenankan yaitu berada sedikit diatas dasar

Bila dilihat dari sumber penciptaan pertumbuhan ekonomi Aceh ( y-on-y ) triwulan III-2016, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

mendemonstrasikan proses menggunakan media muatan, (b) belajar dalam kelompok dengan berlatih mandiri dan menjawab pertanyaan menggunakan media muatan, (c) pelaksanaan game

Tanggal Pembayaran atas Pembelian Saham Publik 30 Juni 2012 Tanggal Efektif Penggabungan Usaha 01 Juli 2012 Tanggal Awal Perdagangan Saham Hasil Penggabungan di Bursa 01 Juli

ini untuk memecahkan masalah tersebut adalah model Problem Based Learning (PBL) melibatkankeaktifan siswa dalam bentuk kerja dalam tim karena memberikan kesempatan siswa