• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TARI BAMBU PADA MATA PELAJARAN SEJARAH. Desmawati Guru SMAN 9 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TARI BAMBU PADA MATA PELAJARAN SEJARAH. Desmawati Guru SMAN 9 Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TARI BAMBU PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

Desmawati Guru SMAN 9 Medan

Abstract

This study aims to determine whether the use of cooperative learning model bamboo dance can increase interest in studying history subjects. This type of research is "Class Action Research", by using cooperative learning model bamboo dance. This study consisted of two cycles, the first cycle and second cycle respectively - each have 2 meeting. Based on observations made of 30 students there were 24 students (80%) who have an interest in learning about and 6 students (20%) who have a sufficient interest. Then on the first cycle has value - average 44 (55%), while in the second cycle is equal to 69 (87%). The results of the test cycle I to cycle II, a significant increase, thus it can be concluded that by implementing cooperative learning model bamboo dance can increase student interest in the subject of History major subject Karajaan Indonesia Hindu-Buddhist period in class XI SMA 9 Medan Academic Year 2013/2014.

Keywords: Cooperative Model, Dancing Bamboo, Interests, History Lesson.

A. Pendahuluan

(2)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 18

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Yang dapat melatih keterampilan siswa baik keterampilan mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing). Selain itu model pembelajaran yang menunjang aktifitas siswa belajar dengan model pembelajaran yang aktif dan tidak monoton akan membantu meningkatkan minat belajar siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu.

Model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu merupakan model pembelajaran yang tepat dipilih dan dipergunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dalam metode ini siswa bermain seperti yang dialami dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga penerapan metode ini siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. B. Kajian Pustaka

1. Minat Belajar

Dengan adanya minat adanya penggerak atau daya ketertarikan untuk belajar. Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal – hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal – hal yang berhubungan dengan cita – cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

(3)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 19

menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat dengan hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

Menurut Suharsimi Arikunto (2007:217), “Minat adalah keasadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi yang mengandung sangkut-paut dengan dirinya”. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal – hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal – hal yang berhubungan dengan cita – cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajarinya itu.

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri – ciri sebagai berikut: (1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, (2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati, (3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati, ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati, (4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya, (5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. Berdasarkan ciri-ciri minat di atas, maka penulis simpulkan bahwa minat timbul karena adanya pengaruh rasa senang, rasa suka dan berminat terhadap sesuatu hal atau aktivitas tertentu dan kemudian dimanifestasikan kedalam suatu hal atau aktivitas yang disenangi, disukai dan diminatinya tersebut.

(4)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 20

minat. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang diberikan, mudah anak didik pahami. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi minat belajar di atas, penulis simpulkan bahwa faktor – faktor minat belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor – faktor di atas. Semakin aktif siswa tersebut di kelas, maka semakin besar minat belajar siswa.

2. Hasil Belajar

Sejak lahir manusia memerlukan dunia luar untuk mengembangkan potensi dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia juga selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Berbagai macam cara ia gunakan dalam kegiatan belajar (menyesuaikan diri dengan dunia luar) itu. Namun pada dasarnya belajar merupakan suatu proses mental yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku.

Belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pada umumnya belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu berkata adanya interaksi dengan individu lain serta dengan lingkungannya. Belajar yang sebaik – baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu dengan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu, yang akan merubah tingkah laku dalam dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat afektif. Belajar bukan hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan (intelektual, social, fisik-motorik), dan pengembangan segi – segi afektif yaitu sikap, minat, motivasi, nilai – nilai moral dan keagamaan.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

(5)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 21

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran”.

Menurut Wina Sanjaya (2008:241), “Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan pleh siswa dalam kelompok – kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”.

Tari Bambu merupakan salah satu teknik dari model pembelajaran kooperatif. Teknik ini diberi nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran dan informasi antar siswa.

Menurut Anita Lie (2010:67), “Tari bambu adalah suatu pendekatan untuk melibatkan siswa dalam kelompok–kelompok kecil untuk berdiskusi, menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”. Menurut Isjoni (2009:69), “Tari bambu adalah suatu teknik yang merupakan suatu modifikasi Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, karena keterbatasan ruang kelas”.

Teknik ini diberi nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran dan informasi antar siswa.

(6)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 22

menghadap jajaran yang pertama, (3) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi, (4) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini, kemudian bergeser. Dengan cara ini, masing – masing siswa mendapatkan pasangan baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan”.

Adapun langkah – langkah kegiatan Tipe Tari Bambu yang dilaksanakan oleh guru adalah : (1) Guru menjelaskan kepada siswa tata cara pembelajaran kooperatif tipe tari bambu, (2) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, dimana masing – masing kelompok terdiri dari 5 pasang, (3) Guru memberikan waktu sebanyak 10 menit kepada seluruh siswa untuk menuliskan hasil pikiran dan kata – katanya sendiri, (4) Guru menyuruh seluruh siswa untuk berkumpul menurut kelompok dan pasangannya masing – masing, dimana siswa saling berhadapan dengan pasangannya tersebut, (5) Guru memberikan waktu sebanyak masing – masing kelompok terdiri dari 5 menit kepada seluruh siswa per pasangan untuk saling bertukar informasi secara lisan tentang Karajaan besar Indonesia masa Hindu-Buddha sebuah tulisan dengan hasil pikiran dan kata – kata mereka sendiri sebelumnya, dimana salah satu siswa yang berada di ujung kelompok bergerak ke ujung kelompok dalam barisannya diikuti pergeseran secara otomatis teman – temannya di dalam barisannya, begitu selanjutnya sampai semua teman di dalam barisannya mendapatkan informasi dari teman (pasangan) yang berbeda.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan hasil akhir yang ditunjukkan oleh suatu angka atau nilai, akan tetapi efek lain yang dilihat dari segi tingkah laku atau sikap yaitu adalah keaktifan siswa. Siswa perlu diberikan motivasi dan perhatian agar mereka aktif dalam proses pembelajaran.

(7)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 23

bertahap – bertahap, maka seorang guru harus memberikan suatu perhatian dan motivasi agar siswa berminat dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan situasi belajar. Minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang berbagai bidang pengetahuan ilmiah.

Guru mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentuka sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru juga harus mampu menciptakan suasana belajar dalam kelas menjadi hidup, segala daya dan upaya dilakukan guru supaya kegiatan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tetap menarik, misalnya dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk materi pelajaran tertentu sehingga proses pembelajaran tidak monoton dan diharapkan siswa dapat memneyrap materi pelajaran secara maksimal yang akan berdampak terhadap hasil belajar yang diperoleh. Untuk membuat siswa lebih aktif maka sangat diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satu diantaranya adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu.

Salah satu keunggulan model ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Tari bambu bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik. Berdasarkan uraian diatas, diharapkan dengan Model Pembela jaran Tipe Tari Bambu, dapat meningkatkan minat belajar Sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 9 Medan.

C. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar Sejarah siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu.

(8)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 24

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2013/2014 dan waktu penelitian selama 3 (tiga) pada bulan Agustus sampai Oktober 2013. Proses penelitian seperti gambar berikut :

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK)

Adapun prosedur dilaksankan sebagai berikut : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi, yang dilaksnakan dalam setiap siklus.

Pengelolaan data yang dilakukan, mempergunakan model pembelajaran tipe tari bambu. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui : Observasi dilakukan untuk mengamati seluruh kegiatan dan perubahan yang terjadi saat dilakukannya tindakan. Observasi yang dilakukan berupa pengamatan terhadap seluruh kegiatan proses belajar mengajar melalui metode simulasi bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi saat dilakukan tindakan.

Lembar observasi terhadap kelas selama berlangsung kegiatan pembelajaran sebagai berikut : a) Aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru, b) Aktivitas siswa selama berlangsung pembelajaran

Instrumen penelitian ini menggunakan observasi berupa pertanyaan observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data.

(9)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 25

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dengan menggunakan rumus untuk variabel minat, menurut Rosmala Dewi (2009:114) adalah sebagai berikut :

D. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi minat belajar siswa secara individu pada siklus I dan Siklus II, ditampilkan dalam bentuk tabel di bawah ini :

Tabel 1. Siswa yang Aktif Selama Siklus I

Keaktifan Frekuensi % Keterangan

86% - 100% 0 0 Sangat Berminat

71% - 85% 1 3 Berminat

60% - 70% 5 17 Cukup Berminat

< 60 % 24 80 Kurang Berminat

Jumlah 30 100 -

(10)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 26

5 siswa (17%), siswa mengingat apa yang sudah dipelajari sebanyak 12 siswa (40%), siswa mengerjakan PR sebanyak 21 siswa (70%), 4) Observasi siswa mengenai minat menyenangi pelajaran terdiri dari 4 deskriptor, yaitu siswa cepat datang ke sekolah sebanyak 23 siswa (77%), siswa menyediakan perlengkapan untuk belajar sebanyak 13 siswa (43%), siswa memberi tanda pada hal – hal yang penting sebanyak 4 siswa (13%), siswa selalu bersemangat pada saat mengikuti pembelajaran sebanyak 8 siswa (27%), 5) Observasi siswa mengenai minat aktif di dalam kelas terdiri dari 4 deskriptor, yaitu siswa selalu menulis dan mencatat pelajaran penting sebanyak 6 siswa (20%), siswa sering bertanya sebanyak 4 siswa (13%), siswa sering menjawab pertanyaan sebanyak 4 siswa (13%), siswa selalu mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok sebanyak 7 siswa (23%)

Tabel 2. Siswa yang Aktif Selama Siklus II

Keaktifan Frekuensi % Keterangan

86% - 100% 20 67 Sangat Berminat

71% - 85% 10 33 Berminat

60% - 70% - - Cukup Berminat

< 60 % - - Kurang Berminat

Jumlah 30 100 -

(11)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 27

dengan temannya sebanyak 23 siswa (77%), siswa tidak suka bermain sebelum tugasnya selesai sebanyak 27 siswa (90%), 3) Observasi siswa mengenai minat mengulang pelajaran kembali terdiri dari 4 deskriptor, yaitu siswa membaca buku pelajaran setelah pelajaran berakhir sebanyak 24 siswa (80%), siswa membuat ringkasan setelah pelajaran berakhir sebanyak 26 siswa (87%), siswa mengingat apa yang sudah dipelajari sebanyak 28 siswa (93%), siswa mengerjakan PR sebanyak 30 siswa (100%), 4) Observasi siswa mengenai minat menyenangi pelajaran terdiri dari 4 deskriptor, yaitu siswa cepat datang ke sekolah sebanyak 29 siswa (97%), siswa menyediakan perlengkapan untuk belajar sebanyak 30siswa (100%), siswa memberi tanda pada hal – hal yang penting sebanyak 24 siswa (80%), siswa selalu bersemangat pada saat mengikuti pembelajaran sebanyak 22 siswa (73%), 5) Observasi siswa mengenai minat aktif di dalam kelas terdiri dari 4 deskriptor, yaitu siswa selalu menulis dan mencatat pelajaran penting sebanyak 27 siswa (90%), siswa sering bertanya sebanyak 24 siswa (80%), siswa sering menjawab pertanyaan sebanyak 24 siswa (80%), siswa selalu mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok sebanyak 26 siswa (87%)

Pada siklus I digunakan pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu dengan media gambar maka hasil yang di dapat pada siklus I adalah : a) Siswa yang berminat sebanyak 1 orang dengan persentase 3 %, b) Siswa yang cukup berminat sebanyak 5 orang dengan persentase 17 %, c) Siswa yang kurang berminat sebanyak 24 orang dengan persentase 80%

Pada siklus II digunakan pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu dengan media gambar maka hasil yang di dapat pada siklus II adalah : a) Siswa yang sangat berminat sebanyak 20 orang dengan persentase 67 %, b) Siswa yang berminat sebanyak 10 orang dengan persentase 33 %

Hal ini berarti dengan menerapkan pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah pokok bahasan Karajaan besar Indonesia masa Hindu-Buddha, terlihat dari peningkatan persentase minat siswa yang terjadi.

(12)

Penerapan Model … (Desmawati, 17:28) 28

Berdasarhasil hasil penelitian dapat dikemukakan kesimpulan yaitu: 1) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu, dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah pada pokok bahasan Karajaan besar Indonesia masa Hindu-Buddha di kelas XI SMA Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2013/2014, 2) hasil observasi minat belajar siswa siklus I rata – rata nilai keseluruhan yang diperoleh hanya mencapai 44, persen (%) yang diperoleh sebesar 55%. Dari hasil hitungan observasi siswa siklus I masih tergolong rendah. Pada siklus II rata – rata nilai keseluruhan yang diperoleh yaitu sebesar 69, persen (%) yang diperoleh adalah sebesar 87%. Pada siklus II dapat dilihat bahwa guru sudah meningkatkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu dengan baik dan perilaku belajar siswa sudah meningkat.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Bahri, Syaiful, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta : PT. Rineka Cipta

Gambar

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK)

Referensi

Dokumen terkait

mengetik dengan keluhan carpal tunnel syndrome pada pekerja rental di belakang..

[r]

Hani Handoko (2004 : 286), bahwa “Kegiatan manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengambilan keputusan merupakan sebuah kepompong yang tidur (tidak efektif)

[r]

Perusahaan yang berada dalam kondisi industri tumbuh lambat padahal kondisi makro sedang membaik.. *) keterangan/ contoh SPACE Matrix. Contoh Aplikasi

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DISDIK - 08/POKJA/2015 tanggal 26 Juni 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembangunan PAUD Assalam

[r]

Itulah hakikat yang tanda-tandanya tanpa saya sadari sebenarnya sudah tertera sejak dini, kebiasaan-kebiasaan semenjak kecil yang diam-diam terhimpun, yang kemudian (disadari