• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea

brasiliensis)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Wayan Agus Yona

Nim: 111434005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea

brasiliensis)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Wayan Agus Yona

Nim: 111434005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ide Sanghyang Widhi Wase

Orang Tua

Kedua Adikku Tersayang

Keluarga dan Sanak Saudara

Para Sahabat

Program Studi Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma

(6)

v MOTTO

Selama kita masih punya tekad yang terpelihara dalam semangat, maka tiada kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET

(Havea brasiliensis)

Wayan Agus Yona Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan karet yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang.

Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya perlu dilakukan dalam pembuatan kebun karet dengan fokus pada pupuk khusus yakni pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea

brasiliensis). Pemberian pupuk probiotik Nopkor pada tanaman Karet (Havea brasiliensis) dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan

efektifitas Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet dipolibag dengan teknik stum okulasi mata tidur varietas RRIC yang dilaksanakan di desa Tugu Sempurna II pada 1 Februari dan berakhir pada tanggal 12 Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan 30 sampel tanaman yang terdiri dari 15 perlakuan Nopkor dan 15 tanaman sebagai kontrol, dengan melihat tiga parameter yaitu tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. Hasil dari pengukuran tiga parameter tersebut dihitung dengan statistika melalui uji T-Test

Independen.

Perhitungan statistik dari ketiga parameter menunjukkan tidak signifikan berarti pemberian Nopkor dan kontrol tidak terlihat perbedaan hasil. Pertumbuhan tinggi batang tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman karet diperoleh tobs = -0.58055, - 0.9179 dan - 0.6596 lebih kecil dari tcrit = 2.048 (tabel tcrit)

dengan α = 0.05. Kesimpulan yang diperoleh adalah pemberian Nopkor pada tanaman karet (Havea brasiliensis) tidak berpengaruh secara efektif dalam memenuhi nutrisi menunjang proses pertumbuhan tanaman karet.

(10)

ix ABSTRACT

THE EFFECT ON THE APPLICATION OF PROBIOTICS NOPKOR FERTILIZER UPON THE GROWTH OF SLEEP EYE OCULATION STUM (Hevea brasiliensis)

Wayan Agus Yona

Biology Education Study Program Sanata Dharma University

The agriculture of rubber (Havea brasiliensis) has a quite important role in Indonesia’s Economics, which is also being the producer country in a role of foreign exchange earnings and employment. This thing can be seen from the need of rubber which is getting higher as the time develops as human life standard follows.

Doing a research on rubber seed preparation renewal presumably have to be done in order to build rubber plantation focusing on the use of special fertilizer, which is Nopkor for the growth of rubber sleep eye oculation stum (Havea

brasiliensis). The application of Nopkor probiotics fertilizer to rubber plant

(Havea brasiliensis) on the research aimed to find out the effect and effectiveness on Nopkor to the growth of rubber seed on polybag using sleep eye oculation stum technique RRIC variety which was done in Tugu Sempurna II village on February 1, 2015 to June 12, 2015. Research method that used were experimental research using 30 sample of plants consisted of 15 Nopkor treatments and 15 plants as the control, by seeing three parameters which were the stem height, the stem diameter, and the sum of the leaves. The result of that three parameters counted statistically through T –Test Independent.

The statistical calculation of the three parameters showed that not significant, which meant the result of the application of Nopkor and control did not have different result. The growth of rubber’s stem height, diameter and the sum of the leaves were tobs = -0.58055, - 0.9179 and - 0.6596 smaller than tcrit =

2.048 (table tcrit) with α = 0.05. In conclusion, the application of Napkor upon

rubber plant (Havea brasiliensis) did not affect effectively in completing nutrition that support the growth of rubber plant.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Probiotik Nopkor Terhadap Pertumbuhan Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis)”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dorongan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Ide Sanghyang Widhi Wase yang telah memberikan rahmat kehidupan, penyertaan, kekuatan, kesehatan, dan selalu mendengarkan doa-doa penulis.

2. Bapak Rohandi Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan mengajari penulis selama perkuliahan di Pendidikan Biologi.

6. Segenap staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan melayani segala keperluan akademik penulis.

(12)

xi

7. Orang tua, saudariku, dan segenap keluarga yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun material kepada penulis untuk mendukung penulis dalam menjalankan tugas studi.

8. Putu Asrini yang selalu memberi dorongan semangat dan doa dalam menjalankan tugas studi.

9. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2011 yang selalu bersama-sama berjuang, memberikan semangat, dukungan, waktu, perhatian selama melaksanakan studi di Pendidikan Biologi dari awal masuk perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia pendidikan dan bagi pembaca umumnya.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah………..………..………...……... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Definisi Pupuk ... 7

B. Deskripsi Pupuk Probiotik ... 7

C. Deskripsi pupuk Probiotik Nopkor ... 8

D. Tanaman karet ... 9

E. Langkah-Langkah Dalam Melakukan Okulasi Tanaman Karet... 33

(14)

xiii

G. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Alat dan Bahan ... 36

C. Cara Kerja ... 37

D. Metode Analisa Data ... 43

E. Agenda penelitian... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Data dan Analisis Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 52

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJAR ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin ... 31

Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR ... 42

Tabel 3.2 Tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol... 42

Tabel 3.3 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR ... 42

Tabel 3.4 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol. ... 42

Tabel 3.5 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR ... 43

Tabel 3.6 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan control ... 43

Tabel 4.1 Rata – rata pertumbuhan tinggi batang tanaman Karet ... 47

Tabel 4.2 Rata – rata pertumbuhan diameter batang tanaman Karet ... 49

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Karet ... 19 Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet ... 39 Gambar 4.1 Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Karet (Havea

brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari. ... 45

Gambar 4.2 Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Karet (Havea

brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari. ... 48

Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Jumlah daun tanaman karet (Havea Brasiliensis) Varietas RRIC ... 50

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea

Brasiliensis) ... 70

Lampiran II. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) dengan uji T – Test Independen. ... 82

Lampiran III. Uji Normalitas ... 91

Lampiran IV. Identifikasi Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) ... 93

Lampiran V. Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan ... 94

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan yang sangat melimpah. Kekayaan alam dapat dilihat dari keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Hal ini dilihat dari tanahnya yang subur dan iklim yang tropis, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani baik dibidang sayur-sayuran, palawija maupun perkebunan. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera dan di kalimantan (Syakir, 2010).

(19)

Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Sebagai gambaran pada tahun 2006, industri karet berjenis crumb rubber berhasil meraup devisa eksport US$ 3,77 Milyar, hampir 50% dari nilai eksport produk pertanian. Tenaga kerja yang terserap dalam penyediaan bahan baku (petani karet) lebih dari 6 juta orang belum termasuk pedagang pengepul. Luas areal tanaman karet di Indonesia pada saat ini 3,309 juta ha, dimana 84,49 % (2,796 ha) merupakan perkebunan rakyat. Oleh karena itu maju mundurnya kinerja industri karet alam didalam negri akan memberikan dampak yang cukup luas bagi kesejahteraan rakyat (Haryanto, 2012).

Kebutuhan karet akan semakin meningkat seiring perkembangan zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari, produk olahan karet selalu dibutuhkan seperti untuk pembuatan ban, sepatu berbahan karet, produk rumah tangga, komponen kendaraan, komponen elektronik, dan sebagainya yang dihasilkan dari tanaman karet.

Walaupun demikian, usaha budidaya karet tidak mudah seperti dibayangkan, banyak hal yang perlu dipersiapkan, seperti penyiapan media tanam, pembibitan dan perawatan tanaman karet hingga dalam proses pemanenannya. Untuk itu diperlukan penelitian yang mendukung untuk penanaman tanaman karet salah satunya pembibitan karet, karena

(20)

pembuatan bibit karet merupakan jantung dari keberhasilan dalam pembuatan kebun karet. Maka untuk itu juga perlu adanya pembaharuan dalam penyiapan bibit seperti pengetahuan akan penyiapan media tanam dan zat tambahan yang mendukung pertumbuhan bibit yang maksimal sehingga didapatkan bibit yang berkualitas baik.

Permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam budidaya tanaman karet adalah susahnya dalam memperoleh bibit tanaman. Petani dalam membangun kebun karet harus membeli dengan harga yang mahal untuk memperoleh bibit unggul. Beberapa petani juga dalam membangun kebun menyiapkan bibit sendiri namun terkendala dalam memilih varietas mana yang akan ditanam, karena pada bibit dengan teknik okulasi tidaklah mudah. Petani harus menyiapkan entres yang baik namun keterbatasannya adalah minimnya pengetahuan petani mengenai varietas mana yang baik untuk digunakan dalam pembuatan bibit. seringkali petani terkecoh dalam pemilihan entres dalam pembuatan bibit saat mencari entres unggul didalam sebuah kebun karena hanya melihat pada tanaman mana yang terdapat lateks yang banyak dan tidak memperhatikan apakah dalam proses pemanenan penempatan lateks itu diacak atau bener-benar lateks pada karet yang dijadikan entres untuk membuat bibit unggul.

Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya perlu dilakukan dengan fokus yakni penelitian pupuk khusus yakni pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis). Alasan mengapa jenis media tanam dengan

(21)

pemberian pupuk khususnya Nopkor dipilih sebagai bahan kajian karena prospek pembaharuan yang bisa diciptakan sangatlah menjanjikan. Penyiapan bibit bisa lebih ditingkatkan keberhasilannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor?

2. Apakah media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea

brasiliensis)? C. Batasan Penelitian

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka penelitian dibatasi sebagai berikut:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah bibit karet varietas RRIC dengan teknik stum okulasi mata tidur yang dibeli di desa Tugu Sempurna II, kecamatan. Muara Kelingi, kabupaten Musirawas Sumatera Selatan.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah media tanah tanpa Nopkor dan tanah diberi Nopkor.

3. Parameter

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur yang diukur dari indikator:

(22)

tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang serta ketahanan terhadap hama dan penyakit meliputi keutuhan daun sebagai data pendukung dalam penelitian.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor

2. Mengetahui media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat membantu pemaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea

brasiliensis). E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui pengaruh Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur dan dapat memberi pengalaman baru bagi peneliti dan mengetahui permasalahan yang terjadi dalam perawatan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur, selain itu juga dapat memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang pertanian.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat dijadikan materi sumbangan dalam pembuatan LKS pada pembelajaran biologi di SMA.

(23)

3. Bagi Siswa

Siswa dapat mempraktekkan penelitian secara sederhana melalui kegiatan praktikum yang dirancang oleh guru sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi karena telah mengalami secara langsung.

4. Bagi Masyarakat

Mendapatkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang dapat dijadikan pedoman mengenai media tanam dan unsur tambahan dalam pembuatan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur.

(24)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Pupuk

Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian khusus pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Rosmarkam, 2001).

B. Deskripsi Pupuk Probiotik

Probiotik berasal dari bahasa Yunani berarti kehidupan dalam arti sempit sebagai sekumpulan mikrobia yang bersifat menguntungkan. Adapun banyak pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian probiotik. Menurut Sperti (1971), probiotik diartikan sebagai ekstrak dari jaringan yang dapat menstimulus pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Parker (1974), diartikan sebagai organisme dan substrat yang berpengaruh terhadap keseimbangan mikrobiota dalam system pencernaan. Sedangkan menurut Lily dan Stilwell (1965), probiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme lainnya, jadi merupakan kebalikan dari antibiotik.

(25)

C. Deskripsi pupuk probiotik Nopkor

Nopkor atau dengan nama trivialnya Nitrogen Phospat Kalium

Organism Recovery merupakan kultur campuran mikrobia fiksasi nitrogen,

pelarut, phospat, dan kalium yang mengandung mikrobia N-P-K.

Fungsi utama Nopkor sebagai penggembur dan pengembalian kesuburan tanah sehingga unsur hara tanah akan menjadi lebih kaya baik secara unsur makro dan mikro yang bermanfaat bagi tanaman serta berfungsi sebagai pupuk (Murwono, 2012). Jenis mikrobia yang terkandung di dalam proses pembuatan Nopkor adalah Aceto mycetes. Pemberian Nopkor pada pemupukan tanaman tidak diperbolehkan mengenai bagian tubuh tumbuhan, hal ini dikarenakan akan menyebabkan pembusukan pada bagian tumbuhan tersebut. Secara rinci fungsi Nopkor adalah sebagai berikut:

1. Dapat menstabilkan pH pupuk dan tanaman 2. Mencegah terjadinya pembusukan akar 3. Mempercepat pertumbuhan tunas

4. Meningkatkan aktivitas akar untuk berkembang dan memudahkan penyerapan unsur hara

5. Dapat membuat pupuk kompos

6. Dapat mendekomposisikan residu tanah

7. Mencegah laju pertumbuhan mikrobia bersifat pathogen

8. Dalam penggunaan yang benar, dapat dijadikan cadangan makanan bagi tanaman

(26)

9. Dapat memulihkan generasi yang hampir punah atau membantu sifat baik dari induk tanaman (Murwono, 2012).

D. Tanaman karet

1. Sejarah tanaman karet

Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara dibawa oleh Henry Wickham. Saat ini Negara - negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia (Santi, 2009).

Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta ton (Anwar, 2006).

2. Macam-macam tanaman karet

Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri-ciri beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh Balai-balai penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet dewasa ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037, PR 228, PR 255, PR 300, PR 303, dan RRIM 600 (Anonim 2013).

(27)

1. Klon GT 1

Silsilah dari klon GT1 adalah Klon Primer yang memiliki ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:

o Batang: agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok, silindris samapai agak pipih.

o Kulit batang: warna cokla tua sampai kehitam-hitaman, celah-celah berupa berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus. o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan

berbonggol.

o Payung: bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup, tangkai daun agak jarang atau sedang, jarak antar paying agak dekat sampai sedang.

o Tangkai daun: bentuk agak cembung dan hampir berbentuk huruf S, agak kurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai agak terkulai, kaki tangkai daun agak besar dan bagian atasnya agak rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, pendek, arahnya terjungkat (keatas), membentuk sudut sempit (< 60o).

o Helai daun: warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku, bentuknya elips, panjangnya 2x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor agak panjang, penampang melintang cekung, penampang memanjang lurus, letak daun ke bawah dan terkulai, helai daun

(28)

terpisah sampai bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun pinggir, daun pinggir tidak simetris.

o Warna lateks: putih. 2. Klon AVROS 2037

Memiliki silsilah AVROS 256 x AVROS 352 dengan ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak agak melengkung, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala dan sempit sekali, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya dalam lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil dan rata.

o Payung: bentuk kerucut, sedang, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya agak cembung, panjang, kurus, arahnya mendatar agak ke bawah sedikit, pangkal tangkai daun kecil dan bagian atasnya rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya pendek, lurus, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (ke atas), membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, suram, tipis tidak kaku, bentuknya elips sampai agak oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor daun pendek,

(29)

penampang melintang rata, penampang memanjang agak cembung sedikit, letak daun agak sedikit terkulai, helaian daun bersinggungan sampai tumpang tindih, daun tengah dibawah kedua daun pinggir.

o Warna lateks: putih kekuning-kuningan. 3. Klon PR 228

Memiliki silsilah BR 2 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa alur sempit tak teratur, lentisel agak banyak dan agak kasar.

o Payung: bentuk busur sampai setengah bulatan, besar, agak tertutup, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang. o Tangkai daun: bentuknya lurus hampir berbentuk huruf S, agak

panjang, agak lurus, arahnya terjungkat sampai agak mendatar, kaki tangkai sedang dengan sedikit lekukan dibagian atasnya. o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, agak pendek, gemuk,

arahnya terhadap tangkai daun ke atas, membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, agak kaku, bentuknya oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun rata, ujung daun lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata, penampang memanjang

(30)

lurus, letak daun agak terkulai, letak helai daun bersinggungan sampai sedikit tumpang tindih, daun tengah agak dibawah dari daun pinggir dan terpuntir.

o Warna lateks: putih kekuning-kuningan. 4. Klon PR 255

Memiliki silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda dari klon ini adalah sebagai berikut:

o Batang: Besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat kehitam-hitaman, celah-celah berupa alur, lebar, tak teratur, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun menonjol dan agak kecil.

o Payung: bentuk busur, agak besar, agak terbuka, tangkai daun rapat/padat, jarak antar payung agak jauh.

o Tangkai daun: bentuk lurus agak cembung, panjang, kurus, arahnya mendatar sampai agak ke atas, pangkal tangkai daun agak kecil dan bagian atasnya belekuk.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun : warna hijau agak kusam, agak kaku, bentuknya elips panjang, panjang 21/4 x lebar, pinggir daun rata, ujung

daun agak menyempit dan garis tepinya hampir lurus dengan ekor daun agak panjang, penampang melintang rata, penampang

(31)

memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, antar daun terpisah, daun tengah dibawah daun pinggir dan terpuntir. o Warna lateks: kuning.

5. Klon PR 300

Memiliki silsilah PR 226 x PR 228 dengan ciri-ciri tanaman muda adalah sebagai berikut:

o Batang: agak besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala agak lebar, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya agak menonjol, bekas pangkal tangkai daun sedang dan rata.

o Payung: bentuk busur, agak kecil, terbuka, tangkai-tangkai daun padat, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak pendek, agak lurus, arahnya mendatar sampai agak keatas, pangkal tangkai daun agak kecil dan bagian atasnya rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, agak panjang, kurus, arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (keatas), membentuk sudut sempit (< 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning - kuningan, agak kusam, tipis dan agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 2,75 x lebar, pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya lengkung dengan ekor daun agak panjang,

(32)

penampang melintang agak cekung, penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: kekuning-kuningan. 6. Klon PR 303

Yang mempunyai silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda adalah sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, celah - celah berupa alur tak teratur dan sempit.

o Mata: letaknya hampir rata, bekas pangkal tangkai daun agak besar dan rata.

o Payung: bentuk busur, agak besar, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak panjang, sedang, arahnya mendatar samapi agak ke atas, pangkal tangkai daun agak besar dan bagian atasnya berlekuk.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, agak kurus, arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun: warna hijau, kusam, tipis agak kaku, bentuknya oval agak panjang, panjang 2,5 x lebar, pinggir daun bergelombang teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung

(33)

dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata, penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak ke bawah, helaian daun terpisah sampai bersinggungan, daun tengah agak dibawah sedikit dari kedua daun pinggir dan terpuntir, helaian daun pinggir simetris.

o Warna lateks: kekuning-kuningan. 7. Klon LCB 1320

Klon ini memiliki silsilah Klon Primer dengan ciri - ciri tanaman muda adalah sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, celah-celah merupakan alur panjang dan sempit kadang - kadang terputus - putus, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya rata dan bekas tangkai daun besar dan agak berbonggol.

o Payung: bentuk setengah bulatan sampai kerucut terpotong, besar, agak terbuka, tangkai daun agak rapat, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya lurus sampai sedikit cembung, panjang, arahnya menjungkat, membentuk + 60o.

o Helai daun : warna hijau kekuning - kuningan, berkilau, agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 3 x lebar, pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar melengkung dengan

(34)

ekor daun agak panjang, penampang melintang datar sampai sedikit berbentuk huruf V, penampang memanjang agak cembung, letak daun landai, antar daun terpisah dan daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: putih. 8. Klon RRIM 600

Silsilah dari klon ini adalah Tjir 1 x PB 86 dengan ciri-ciri tanaman muda klon ini adalah sebagai berikut:

o Batang: agak besar, tumbuh meninggi, tegak lurus, sedikit bengkok, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, coklat hitam dibawah bekas pangkal tangkai daun, celah - celah berupa alur tak teratur agak sempit, lentisel sedikit sekali dan halus.

o Mata: letaknya agak rata, bekas pangkal tangkai daun kecil agak berbonggol.

o Payung: bentuk busur sampai kerucut, agak kecil, agak tertutup, tangkai-tangkai daun agak jarang, jarak antar payung jauh sekali.

o Tangkai daun: bentuknya lurus agak berbentuk huruf S, panjang, agak kurus, arahnya mendatar agak keatas, pangkal tangkai daun kecil dengan lekukan dibagian atasnya.

(35)

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, penek, kurus, arahnya terhadap tangkai daun lurus agak keatas sedikit, menbentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun : warna hijau, agak mengkilat sedikit, agak lemas, bentuknya oval agak panjang, panjang 21/3 x lebar, pinggir daun

rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor dan agak panjang, penampang melintang rata, penampang memanjang lurus sedikit melengkung, letak daun terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: putih.

Keterangan tentang singkatan nama-nama klon GT : Gondang Tapen

WR : Wangun Reja PR : Proefstation Rubber

LCB : Landbouw Caoutchuc Bedrijf

AVROS: Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra

PPN : Perusahaan Perkebunan Negara Tjir : Tjirandji

GYT : Good Year Type

RRIM : Rubber Research Institute of Malaysia RRIC : Rubber Research Institute of Ceylon

(36)

IAN : Instituto Agronomico dede Norte (Brazil) BPM : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Medan BPPJ : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Jember RCG : Rubber Research Center Getas

IRR : Indonesian Rubber Research

3. Klasifikasi tanaman karet

Tanaman karet (Havea brasiliensis Mull Arg), merupakan tanaman tergolong tanaman tahunan berbentuk pohon cukup besar. Menurut Tjitro Soephomo (1991) Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika berikut:

Divisi: Spermatophyta Kelas: Dikotiledoneae Ordo: Euphorbiales Famili: Euphorbiaceae Genus: Havea Spesies: Havea brasiliensis

Gambar 2.1 Tanaman Karet

4. Marfologi dan fisiologi tanaman karet

Menurut Budiman (2012), tanaman karet diperbanyak melalui okulasi, untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan batang bawah berupa tanaman pesemaian biji-biji klon anjuran, sedangkan untuk batang atas berasal dari mata klon-klon anjuran.

(37)

Untuk mendapatkan bibit yang bermutu perlu mempersiapkan kebun batang bawah dan atas (entres) dibangun sesuai dengan standar yang dianjurkan, memulai dari pemilihan lokasi sampai dengan pengelolahannya. Setelah membangun batang bawah dan kebun batang atas dapat dilakukan okulasi dengan menempel mata dari satu tanaman sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan sifat unggul, hasil tersebut akan diperoleh bibit unggul seperti stum mata tidur, stum mini, stum tinggi, dan bibit dalam polibag namun yang sering digunakan petani adalah stum mata tidur dan bibit dalam polibag. Pengenalan ciri-ciri karet pada tanaman muda dilakukan pada tanaman berumur 10-18 bulan dengan jumlah 4-6 payung, ciri-ciri tanaman muda okulasi yang entresnya berasal dari klon tertentu, dapat ditentukan dengan memperhatikan bagian-bagian tanaman (Setyamidjaja, 1993) :

1. Batang

Dalam mengidentifikasi batang perlu diperhatikan:

 Pertumbuhan batang : dapat tumbuh besar tegap atau kurus

 Ketegakan batang: dapat tumbuh tegak lurus, bengkok, lengkung atau miring (condong).

 Bentuk batang: dapat silindris, pipih lurus, atau pipih spiral (terpuntir).

2. Kulit batang

Dalam mengidentifikasi kulit batang menggunakan ciri pada bagian yang berwarna coklat dengan memperhatikan:

(38)

 Corak kulit gabus: dilihat retak-retak kulit gabus dengan celah-celahnya. Bentuk celah ada yang panjang dan teratur, terputus-putus, seperti jalan, ada yang lebar dan ada pula yang sempit.

 Warna kulit gabus: coklat muda, coklat tua kehitam-hitaman.

 Banyaknya lentisel: banyak, sedang atau sedikit, bila diraba dengan tangan terasa kasar atau halus.

3. Mata

 Mata adalah primordia tunas yang terletak diatas bekas kedudukan pangkal tangkai daun. Dari primordial ini akan keluar tunas baru. Letak mata didalam lekukan, terlihat rata atau menonjol. Berkas pangkal tangkai daun: ada yang rata atau menonjol.

4. Payung

Ciri-ciri yang diperhatikan adalah:

 Bentuk payung: ada yang berbentuk setengah bulat, busur kerucut, atau kerucut terpotong.

 Ukuran payung hanya dapat ditentukan ukuran relatifnya, yaitu besar, kecil atau besar.

 Kepadatan payung: dengan memperhatikan letak tangkai-tangkai daun dalam satu payung, seperti padat, jarang, agak padat, atau agak jarang.

 Kerapatan permukaan payung : dengan memperhatikan keadaan permukaan payung yang dibedakan sebagai : payung tertutup,

(39)

(jika kita memandang dari samping tidak tembus ke sebrang) atau payung terbuka (jika keadaan sebaliknya)

 Jarak antar payung: dengan melihat letak payung yang di atas dan dibawahnya dan bagian payung yang tidak berdaun yang terletak diantara payung, dibedakan sebagai berikut: jauh, dekat atau agak dekat.

5. Tangkai daun

Yang diperhatikan dalam mengidentifikasi tangkai daun adalah tangkai-tangkai yang terletak dalam payung termuda yang pertumbuhannya sempurna, demikian pula untuk mengidentifikasi anak tangkai daun, helaian dan ciri-ciri yang diperhatikan ialah:

 Posisi tangkai daun : terjungkit (membentuk sudut runcing), terkulai (membentuk sudut tumpul ), mendatar/ horizontal

 Bentuk tangkai daun, yaitu benyuk tangkai secara memanjang: lurus, cembung, cekung, berbentuk huruf S.

 Ukuran tangkai daun : untuk ukuran panjang : panjang, sedang, pendek dan ukuran besar : gemuk, kurus, agak gemuk, dan agak kurus

 Ukuran pangkal tangkai (kaki tangkai): pada pangkal ada yang berbentuk besar, kecil atau sedang. Bagian atas: ada yang berlekuk, rata atau cembung.

(40)

6. Anak tangkai daun

Posisi anak tangkai daun terhadap tangkai daun: terjungkat, dan searah dengan arah tangkai daun. Ukuran anak tangkai daun: dilihat dari panjangnya dan ukuran besarnya. Bentuk anak tangkai daun: lurus atau melengkung. Besarnya sudut yang dibentuk oleh anak tangkai daun yang ditengah, pinggir, dengan besar sudut: besar bila sudut lebih dari 600, kecil jika kurang dari 600, dan sedang bila sudutnya antara 600.

7. Helaian daun

Warna kilau dan lekukan daun yakni hijau muda, hijau tua, dan hijau kekuningan, berkilau atau kusam, lekukan kaku atau tidak. Bentuk helaian daun: elip, bulat telur, belah ketupat. Pada bagian pinggir daun dan ekor daun: agak rata bergelombang atau bergelombang. Penampang daun: bentuk penambang memanjang dari daun sampai ekor lurus atau cembung dan bentuk penampang melintang daun: datar, cembung, cekung, atau berbentuk huruf V. letak daun terhadap permukaan payung terkulai, dan tegak standar dan tembus pandang, atau antara keadaan terkulai dan mendatar.

Letak helai daun dan posisi letak daun tengah: letak helaian daun dipengaruhi oleh ukuran panjang anak tangkai daun, besarnya sudut yang dibentuk oleh anak daun, dan besarnya bagian lebar dari helaian daun. Letak helaian daun ada yang terpisah, bersinggungan atau saling tumpang tindih, untuk simetris helaian

(41)

daun pinggir ada yang simetris (setangkup) dan ada yang tidak. Pada daun helaian pinggir yang tidak simetris, bagian helaian daun sebelah kiri tulang daun utama tidak sama lebarnya dengan bagian sebelah kanan tulang daun utama.

8. Warna lateks

Klon karet mempunyai warna latek putih, putih kekuning-kuningan atau kuning. Warna latek juga dapat membedakan klon yang satu dengan yang lain.

9. Akar

Perakaran tanaman karet tersusun atas akar tunggang, akar lateral dan akar baru. Akar lateral pertumbuhannya menyebar ke segala arah. Ketiga akar ini adalah sistem dari tanaman yang berada pada bagian bawah permukaan tanah dan berperan besar dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Perkembangan perakaran tanaman pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu energi yang tersedia dalam jaringan tanaman dan keadaan lingkungan pertumbuhan akar.

Pada mulanya pertumbuhan akar hanya terbatas pada daerah sekitar pohon setelah lebih dari lima tahun, akar mulai menyebar lebih jauh lagi dari pohon. Panjang akar tunggang mampu mencapai kedalaman dua meter atau lebih, sedangkan akar lateralnya mampu menyebar hingga 20 meter atau lebih. Fungsi utama akar tanaman karet yaitu sebagai penopang berdirinya

(42)

tanaman dan sebagai organ yang berfungsi dalam pengambilan air dan unsur hara dari dalam tanah. Akar merupakan organ tanaman yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman karet, maka dari itu akar tanaman karet harus tumbuh dengan baik agar dihasilkan tanaman yang baik.

Kulit batang tanaman karet memiliki struktur anatomi seperti tanaman dikotil lainnya. Pada bagian kulit batang karet terdapat pembuluh latek, yang banyak mengandung getah atau latek.

10. Ciri-ciri khusus

Kadang-kadang pada klon tertentu memiliki ciri khusus seperti: lelehan lateks, helaian daun tengah yang terpuntir, lateks yang berubah warna menjadi ungu, dan lain-lain. Mengenai ciri - ciri diatas hampir semuanya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya seperti: jenis tanah, tinggi tempat, kesuburan tanah, pemupukan, iklim, dan lain-lain.

Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri - ciri beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh balai-balai penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet dewasa ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037, PR 228, PR 255, PR 300, PR 303, dan RRIM 600 (Anonim, 2013).

(43)

5. Syarat tumbuh

Menurut Syakir (2010), membangun kebun karet diperlukan teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yaitu: syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan tanam, pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama serta penyadapan/panen.

Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh diuraikan sebagai berikut:

a. Iklim

Daerah yang cocok adalah pada zona antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian 25-30 oC.

b. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000- 2.500mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam/hari.

c. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200-400 m dari permukaan laut. Pada ketinggian >400 m dpl dan suhu harian lebih dari 30oC, mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik.

(44)

d. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m, batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.

e. Tanah

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah - tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik. Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah terganggu.

Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5 - 6. Batas toleransi pH tanah

(45)

adalah 4-8. Sifat - sifat tanah yang cocok pada umumnya antara lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan <16% serta permukaan air tanah < 100 cm.

6. Hama dan penyakit

Beberapa penyakit gugur daun yang banyak dijumpai di pembibitan antara lain; Penyakit gugur daun oidium, colletotrichum, corynespora dan Helminthosporium.

a. Penyakit gugur daun Oidium

Gejala pada daun terdapat masa tepung berwarna putih melekat pada permukaan bawah daun, kemudian berkembang menyebabkan bercak transparan sehingga pertumbuhan daun tidak normal, agak berkeriput. Masa tepung jamur tersebut dapat juga menutupi permukaan atas daun. Daun muda yang masih berwarna coklat tembaga jika terserang akan gugur, sedangkan daun-daun yang lebih dewasa tidak gugur akan tetapi fungsi untuk berfotosintesis tidak maksimal. Serangan pada pembibitan batang bawah menyebabkan tanaman gundul dan pertumbuhan terhambat sehingga waktu okulasi tertunda. b. Penyakit gugur daun Corynespora

Jamur Corynespora cassiicola terutama menyerang daun, baik pada tanaman muda maupun tanaman tua. Gejala diawali dengan ditandai adanya bercak hitam, terutama pada

(46)

tulang-tulang daun selanjutnya bercak berkembang dan meluas, berbentuk bulat atau tidak teratur. Bagian tepi bercak berwarna coklat dengan bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang. Disekitar bercak biasanya terdapat daerah yang berwarna kuning agak lebar. Pada daun muda serangan Corynospora tidak menimbulkan bercak yang nyata, tetapi tampak kuning merata di seluruh permukaan daun. Kejadian ini disebabkan karena toksin yang dibentuk oleh jamur Corynospora, dimana dengan hanya bercak yang kecil pada tulang daun, karena adanya toksin maka daun dapat menguning, menjadi coklat dan gugur. c. Penyakit gugur daun Colletotrichum

Colletotrichum gloeosporioides menyebabkan bercak bundar

pada daun dengan diameter 2 mm dan mula-mula berwarna coklat, selanjutnya bagian pusat menjadi abu-abu sampai putih, nekrotis dan sering membelah. Daun-daun muda menjadi kehitaman dan gugur, infeksi pada daun yang lebih tua akan mengakibatkan defoliasi. Bercak dapat berkembang pada tangkai daun dan menginfeksi pada daun muda menyebabkan daun berwarna hijau tua, sporulasi terjadi pada keadaan yang lembab yang ditandai dengan koloni spora yang berwarna merah jambu.

Pada daun-daun yang lebih dewasa infeksi Colletotrichum mengakibatkan tepi serta ujung daun berkeriput dan pada permukaannya terbentuk bercak-bercak bulat berwarna coklat

(47)

dengan tepi kuning bergaris tengah 1 - 2 mm. Bila daun-daun bertambah umur maka bercak akan berlubang ditengahnya dan bercak-bercak ini menonjol dari permukaan daun. Infeksi

Colletotrichum hebat mengakibatkan matinya pucuk tanaman.

d. Penyakit gugur daun Helminthosporium

Gejala yang khas dari penyakit ini adalah bercak-bercak bulat, bergaris tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus cahaya dan tepi coklat sempit yang jelas, yang mirip dengan mata burung. Gejala seperti ini terjadi bila infeksi berlangsung pada saat daun sudah mencapai ukurannya yang penuh, tetapi masih tergantung lemas. Sering kali pada daun yang sama terdapat tiga macam gejala yaitu; pucuk keriput, mata burung yang khas, dan bercak coklat tua. Ketiga gejala tersebut menunjukkan bahwa daun mendapat infeksi berulang-ulang selama perkembangannya, dipusat bercak yang tembus cahaya pada sisi bawah daun sering terlihat tepung hitam yang terdiri dari konidium jamur.

Intensitas serangan patogen penyebab penyakit gugur daun karet sangat dipengaruhi oleh kondisi dan sifat ketahanan tanaman serta keadaan lingkungan (cuaca atau iklim). Untuk penyebaran sporanya dibantu oleh angin dan hujan. Kondisi tanaman yang kekurangan unsur hara, kurang pemeliharaan, kelembaban udara yang tinggi, serta adanya air pada permukaan daun sangat memudahkan jamur untuk dapat berkembang cepat

(48)

dan menginfeksi tumbuhan sehingga menimbulkan penyakit yang kronis. Sebaliknya penyakit gugur daun kurang dijumpai pada tanaman yang terawat serta lahan dengan drinasi yang baik.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit gugur daun adalah:

 Menanam klon - klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun di daerah yang rawan serangan penyakit gugur daun. Klon - klon tahan dan rentan terhadap beberapa penyakit gugur daun karet dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin

Klon Ketahanan terhadap Penyakit Ketahanan terhadapan

angin

Colletotrichum Corynespora Oidium

BPM24 Peka Moderat Moderat Moderat BPM107 Toleran Toleran Toleran Toleran BPM109 Toleran Toleran Toleran Moderat IRR104 Moderat Moderat Moderat -

PB217 Moderat Toleran Peka Toleran PB260 Toleran Toleran Toleran Peka PR255 Peka Toleran Moderat Toleran PR261 Peka Toleran Moderat Toleran BPM1 Moderat Toleran Toleran Toleran AVROS20

37

Peka Toleran Moderat Toleran PB330 Toleran Toleran Peka Peka RRIC100 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR5 Toleran Toleran Moderat Toleran IRR21 Toleran Toleran Toleran Toleran

(49)

Klon Ketahanan terhadap penyakit Ketahanan terhadapan

angina

Colletotrichum Corynespora Oidium

IRR32 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR39 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR42 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR118 Toleran Toleran Moderat Toleran Sumber: Balit Sembawa (2003) dlm Boerhendhy & Amypalupy (2011).

Perawatan karet tentunya perlu dilakukan pemupukan, pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut.

Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan, karena itu sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum tidak dapat dimanfaatkan tanaman dan memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui cara aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman.

(50)

E. Langkah-langkah dalam melakukan okulasi tanaman karet

Salah satu cara mendapatkan bibit tanaman karet unggul yaitu melalui teknik okulasi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan okulasi yakni dalam penyiapan batang bawah dan kayu okulasi (entres). Menurut Setyamidjaja (1993) mengatakan batang bawah yang baik dalam okulasi adalah batang yang berumur 9-18 bulan dengan diameter berkisar antara ± 2 cm diukur 10 cm diatas permukaan tanah dan tidak berada pada stadium membentuk payung. Begitu juga pada entres yang dipilih adalah tanaman karet yang diambil kulitnya yang berwarna antara hijau tua dan coklat, berdiameter 1,5-3 cm. berikut langkah – langkah dalam melakukan okulasi tanaman karet:

1. Membersihkan pangkal bawah batang dari tanah terutama pada tempat keratan (jendela) yang akan dibuat. Selanjutnya membuat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm dengan menyayat kulit sampai batas kayu.

2. Mempersiapkan mata okulasi (entres) yang baik dan membuat perisai dengan memisahkan kayu dari kulit selanjutnya memasukkan perisai ke dalam jendela.

3. Membalut perisai yang sudah dimasukkan kedalam jendela dengan menggunakan pita plastik dan memastikan balutan tidak kena air hujan.

4. Memerikasa balutan pada tanaman karet yang diokulasi, dan memastikan jika hasilnnya berhasil dengan baik ditandai perisai yang

(51)

menempel pada jendela yang dibalut berwarna hijau segar, waktu yang dibutuhkan ± 30 hari.

5. Jika hasil okulasi jadi maka bibit hasil okulasi tanaman karet dipindahkan dengan memotong batang bawah ± 10 cm diatas okulasi dan memulai penyemaian kedalam polibag.

F. Hasil Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relavan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014) dengan judul PENGARUH PUPUK PROBIOTIK NOPKOR DALAM PEMUPUKAN SECARA ORGANIK TERHADAP HASIL PANEN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dengan menggunakan NOPKOR berpengaruh terhadap hasil panen tanaman cabai rawit. Hal ini dilihat dari berat kering yang diukur pada hasil panen tanaman cabai.

2. Penelitian yang dilakukan Galuh (2014) dengan judul PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinivera) VARIETAS PROBOLINGGO BIRU. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan jenis tanah dengan penambahan Nopkor berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman.

(52)

G. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea

brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian

Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor.

2.

Media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis).

(53)

36 BAB III METODOLOGI

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model rancangan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif yang sangat kuat mengukur sebab akibat yaitu membandingkan efek variansi variabel bebas terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel bebas tersebut (Taniredja & Mustafidah, 2011).

Penelitian ini menggunakan tiga variabel terdiri atas variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tanam dan pemberian Nopkor. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tanaman. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah umur bibit, pemeliharaan, penyiraman dengan dosis yang sama, suhu, kelembaban dan intensitas cahaya.

B. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, cangkul, semprotan kecil, meteran, penggaris, benang, ember, takaran air, karung, kawat, timbangan, dan buku.

(54)

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit karet hasil dari stum okulasi mata tidur, Nopkor, tanah, pupuk NPK (sebagai pakan mikrobia) dan air.

C. Cara Kerja

1. Penyiapan lahan

Dalam penelitian tanaman karet ditanam di dalam polibag yang diletakkan dalam lahan, oleh karena itu lahan perlu disiapkan secara intensif. Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari pohon-pohon atau gulma serta rumput yang tidak berguna. Sekeliling lahan dibuat pagar pembatas untuk mencegah adanya ganguan dari luar lahan selanjutnya lahan dipola untuk penempatan polibag dan pengaturan pengairan.

2. Penyiapan sarana tanam

Penyiapan sarana penanaman yang diperlukan meliputi penyiapan polibag, media tanam, Nopkor, dan bibit karet.

a. Penyiapan wadah tanam

Wadah tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag berukuran 50 cm x 25 cm, tebal 0.10-0.15 mm dan berwarna hitam. Penggunaan polibag berfungsi untuk mempermudah pemindahan tanaman karet sehingga mempermudah dalam pengambilan data. b. Penyiapan media tanam

(55)

Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah alluvial, dan pupuk Nopkor. Sedangkan untuk pupuk NPK itu diberikan sama dengan setiap polibagnya dimana fungsi dari NPK sebagai makanan dari mikroba yang ada didalam media tanah dan Nopkor itu sendiri.

c. Penyiapan bibit

Bibit karet yang digunakan yang digunakan berasal dari salah satu varietas unggul yaitu RRIC didatangkan dari penangkar bibit dari Tugu Sempurna 2, Sumatera Selatan. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini telah berumur 30 hari, tumbuh sehat dan mempunyai tunas

3. Penanaman tanaman karet a. Pengisian polibag

Tanah yang digunakan untuk mengisi polibeg adalah tanah lapisan atas (top soil) yang subur dan mengandung bahan organik. Tanah tersebut kemudian diayak untuk memisahkan dari sisa-sisa akar dan kayu yang dapat menjadi sumber penyakit. b. Menyusun polibag dan penanaman bibit karet

polibag disusun sejajar yang telah dibuat dengan ukuran lebar 40 cm x 20 cm memanjang sesuai dengan pembandingnya yaitu penelitian A (degan Nopkor) menjadi 2 baris dan penelitian B (tanpa Nopkor) menjadi 2 baris. Penyusunan dengan pemberian jarak pada tiap polibagnya berfungsi sebagai pemerataan

(56)

tanaman dalam memperoleh cahaya sehingga proses fotosintesis pada tiap tanaman baik. Jarak antara penelitian A dan B yaitu 60cm sehingga lebih membantu dalam pengontrolan. Adapun gambar penyusunan polibag dibuat seperti gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet

c. Penanaman bibit Karet

Media dalam polibag yang sudah tersusun sebelum ditanami bibit terlebih dahulu didiamkan selama tiga hari terlebih dahulu, pada penelitian A (diberi Nopkor) media diberi Nopkor terlebih dahulu sebelum didiamkan. Kemudian memulai penanaman bibit karet, arah mata okulasi karet dihadapkan ke Timur untuk memudahkan pemeliharaan.

20

cm

40 cm

(57)

4. Pemeliharaan tanaman karet a. Penyiraman

Penyiraman tanaman karet di dalam polibag menjadi sangat penting karena pada awal pertumbuhan tanaman karet membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Pada fase awal pertumbuhan, penyiraman tanaman karet dilakukan sebanyak dua kali sehari. Media tanam di polibag harus tetap dijaga agar tidak mengalami kekurangan atau kelebihan air.

Oleh karena pada saat penanaman merupakan awal musim hujan, penyiraman tidak dapat dilakukan. Penyiraman dilakukan menyesuaikan kondisi kelembaban media tanam didalam polibag.

b. Pemberian Nopkor

Pemberian Nopkor tanaman karet pada perlakuan A1-A15, dilakukan setiap dua minggu sebanyak satu kali dengan takaran ± 150 cc setiap polibag. Nopkor yang digunakan adalah hasil pengenceran dengan air. Perbandingan 40 cc Nopkor diencerkan dengan 1 liter air sesuai dengan dosis standar yang tertera pada Nopkor yang dibeli. Pemberian Nopkor dilakukan dengan menyemprot pada media tanamnya sehingga akan memperkaya nutrisi media tanam yang dibutuhkan tanaman karet yang diujikan. Sedangkan perlakuan kontrol tidak diberikan Nopkor, media tanam hanya berupa tanah.

(58)

Sebelum media ditanamami dengan bibit terlebih dahulu media dengan perlakuan Nopkor diberikan pupuk Nopkor terlebih dahulu, kemudian didiamkan selama tiga hari agar Nopkor pada media tanam bekerja, sehingga diharapkan mampu memperoleh hasil yang baik. Setelah itu, media dalam polibag bisa dipakai untuk menanam bibit karet.

c. Cara pengambilan data

Pengambilan data dalam penelitian untuk pengukuran tinggi batang dan diameter batang menggunakan benang dan meteran. Benang dibentangkan sesuai tinggi tanaman karet lalu diukur dengan menggunakan meteran dan hasilnya dicatat dalam lembar pengamatan, begitu juga dengan pengambilan data untuk diameter batang dan untuk mengukur jumlah daun tanaman karet dengan cara mengitung banyaknya tangkai dan dicatat sebagai data hasil penelitian.

d. Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang akan dianalisis. Pengambilan data dilakukan setiap tiga hari sekali selama empat bulan. Dalam penelitian, pengumpulan data dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman karet yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang sebagai indikator pertumbuhan tanaman serta keutuhan daun sebagai indikator ketahanan tanaman karet. Untuk membantu dalam

(59)

pencatatan data hasil pengamatan maka data dimasukan kedalam tabulasi data seperti berikut:

1. Tabulasi data tinggi tanamam karet

Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal

Pengambilan data

Tinggi Tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR (cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

Tabel 3.2 Tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol Hari/tanggal

Pengambilan data

Tinggi Tanaman karet dengan perlakuan Kontrol (cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

2. Tabulasi data diameter batang tanamam karet

Tabel 3.3 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal

Pengambilan data

Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

Tabel 3.4 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol. Hari/tanggal

Pengambilan data

Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

(60)

3. Tabulasi data jumlah daun tanamam karet

Tabel 3.5 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal

Pengambilan data

Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

Tabel 3.6 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan kontrol Hari/tanggal

Pengambilan data

Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan kONTROL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

D. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan T-test untuk dua grup independent. T-test independent digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen yakni membandingkan apakah hasil penambahan pupuk Nopkor dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit karet lebih baik dari pada tanpa ditambahkan Nopkor, yang diperlukan adalah: mean, dari sampel, standar deviasi dari sampel, dan besarnya sampel untuk kedua kelompok yang dibandingkan (Suparno, 2010 ).

(61)

E. Agenda penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari dan diakhiri bulan juni 2015 dilokasi pembibitan petani desa Tugu Sempurna II Kec. Muara Kelingi, Kab. Musirawas, Sumatera Selatan, waktu penelitian dihitung dari awal mulai persiapan hingga pengambilan data.

(62)

45 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data dan Analisis Hasil Penelitian

Data hasil pengukuran pertumbuhan tanaman karet (Havea

brasiliensis) varietas RRIC dengan penambahan Nopkor adalah sebagai

berikut:

1. Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis)

Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat dibuat grafik pertumbuhan batang karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC pertiga hari sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari.

Grafik diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi batang tanaman karet pada tiap tiga harinya memiliki pola pertumbuhan berbeda.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 Nopkor Kontrol

(63)

Jika dilihat bentuk garis pada grafik, ada dua bentuk pertumbuhan pada perlakuan Nopkor dan kontrol yaitu pertumbuhan meningkat dan pertumbuhan merata. Pertumbuhan meningkat pada perlakuan kontrol dapat dilihat pada garis yang naik dimulai dari tanggal 17 Maret sampai tanggal 16 April dan tanggal 16 Mei sampai tanggal 12 Juni. Sedangkan pada perlakuan Nopkor pertumbuhan meningkat terjadi pada 17 Maret sampai 07 April dan 13 Mei sampai 06 Juni. Untuk tahapan pertumbuhan merata pada perlakuan kontrol terjadi pada tanggal 16 April sampai 13 Mei. Sedangkan pada perlakuan Nopkor terjadi pada tanggal 07 April sampai 13 Mei dan 06 Juni sampai 12 Juni.

Pada tanaman karet dengan perlakuan kontrol pertumbuhan tinggi batang lebih maksimal dengan tinggi maksimal mencapai 37.13cm sedangkan yang diberikan perlakuan Nopkor mencapai 33.64cm. Rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman karet pada tanggal 10 April sampai dengan tanggal 16 Mei memiliki rata-rata pertumbuhan yang hampir sama dimana pada tanggal tersebut merupakan puncak dari pertumbuhan tanaman karet untuk payung pertama. Grafik dari kedua perlakuan tampak konstan dan menunjukkan adanya pertambahan tinggi batang tanaman karet relatif sama.

Dari hasil penelitian berdasarkan grafik diatas didapatkan rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC seperti pada tabel 4.1 berikut:

(64)

Tabel 4.1 Rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman Karet

R

Pertumbuhan Tinggi Batang tanaman karet (cm) Nopkor (X1) Kontrol (X2) 1 21.00 30.00 2 21.60 24.80 3 26.07 26.50 4 25.44 14.00 5 27.80 28.20 6 18.67 26.00 7 23.09 26.90 8 21.55 33.00 9 28.64 28.10 10 23.00 13.20 11 26.04 22.00 12 25.50 24.00 13 26.40 26.00 14 30.40 37.60 15 18.11 19.80 1= 24.24 2= 25.34 Keterangan:

Nopkor: Tanaman dengan penambahan Nopkor Kontrol: Tanaman yang tidak diberikan perlakuan R: Pengulangan

x 1: Rata – rata tanaman dengan penambahan Nopkor

x 2: Rata – rata tanaman dengan perlakuan kontrol

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman karet pada perlakuan dengan penambahan Nopkor dan Kontrol yaitu 1 = 24.24cm dan 2 = 25.34cm. Setelah dianalisis dengan

menggunakan uji T - test independen hasil menunjukan tobs = - 0.58055

(65)

perbedaan yang berarti pada pertumbuhan tinggi batang tanaman karet yang diberikan perlakuan nopkor dan control.

2. Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC

Berdasarkan data hasil penelitian pola pertumbuhan diameter batang tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC pertiga harinya dapat ditampilkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari.

Grafik diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang tanaman karet pada tiap tiga harinya memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Pada tanaman karet dengan perlakuan kontrol pertumbuhan diameter batang tanaman lebih maksimal mencapai 3.29 cm sedangkan yang diberikan perlakuan Nopkor mencapai 3.20 cm. Penambahan diameter batang pada kedua perlakuan dari grafik menunjukkan sangat

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Nopkor Kontrol

(66)

lambat. Pada tanggal 19 Mei sampai dengan 31 Mei pertumbuhan diameter batang tanaman karet cenderung konstan. Dari hasil penelitian berdasarkan grafik diatas didapatkan rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC seperti pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman Karet

R

Pertumbuhan diameter batang tanaman karet (cm) Nopkor (X1) Kontrol (X2) 1 2.5 3.0 2 2.3 3.0 3 3.0 2.5 4 2.9 2.5 5 2.8 3.0 6 1.0 2.63 7 3.0 3.0 8 3.5 3.0 9 2.3 2.5 10 2.9 1.8 11 3.0 2.8 12 1.8 2.8 13 2.5 2.4 14 1.6 3.0 15 2.14 2.0 2= 2.483 2= 2.662 Keterangan:

Nopkor: Tanaman dengan penambahan Nopkor Kontrol: Tanaman yang Tidak diberikan perlakuan R: Pengulangan

x 1: Rata – rata tanaman dengan penambahan Nopkor

x 2: Rata – rata tanaman dengan perlakuan kontrol

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman karet pada perlakuan dengan penambahan

Gambar

Gambar 2.1 Tanaman Karet .................................................................................
Tabel  2.1  Ketahanan  klon  karet  anjuran  terhadap  penyakit  utama dan angin
Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet
Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

The stem structure consist of epidermal (one layer), cortex (7-8 cell layers), extra xilary fiber (I-2 cell layers) and vascular bundles (amphicribral type) in three circum-ference.

yang mengikuti semua standarisasi peralatan listrik seperti cara penggambaran dan kode- kode pengaman dalam pemasangannya, maka menjadi tanggung jawab kita untuk. menggunakan

Denagan aneka makanan dan minuman yang enak dan segar dengan harga yang bias dicapai oleh semua golongan masyarakat sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan ketertarikan saya

Fasilitas yang disediakan oleh penulis dalam perancangan ini adalah kapel sebagai tempat berdoa baik bagi komunitas maupun masyarakat sekitar, biara dengan desain interior

Kata hasud berasal dari berasal dari bahasa arab ‘’hasadun’’,yang berarti dengki,benci.dengki adalah suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan

[r]

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

[r]