• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Konsep Tentang Prestasi Belajar

2.1.1 Defenisi Prestasi

Prestasi belajar adalah proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitandengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial (Arifin, 2011)

Slameto (2013) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru.

Prestasi belajar merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Prestasi belajar ini merupakan salah satu alat ukur tingkat keberhasilan seorang siswa di dalam kegiatan proses belajar mengajar yang diikutinya di sekolah. Dengan demikian, seorang siswa mendapat prestasi belajar minimal dalam batas rangking tertentu, sering dikatakan siswa tersebut berhasil.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kata prestasi diartikan sebagai, “hasil yang telah dicapai”, prestasi sebagai hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan defenisi prestasi belajar adalahmerupakan sebagai hasil suatu kegiatan yang telah

(2)

dikerjakan, dikatakan siswa tersebut berhasil diciptakan dalam batas rangking tertentu, baik individual maupun kelompok.

2.1.2 Beberapa prinsip dalam belajar yaitu:

Menurut Arifin (2011) prinsip belajar meliputi : 2.1.2.1 Pertama

Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2.1.2.2 Kedua

Kontruksi makna adalah proses yang terus menerus.

2.1.2.3 Ketiga

Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.

2.1.2.4 Keempat

Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

2.1.2.5 Kelima

Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, siswa belajar, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

2.1.3 Faktor yang Mmempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2013) faktor yang mmpengaruhi prestasi belajar yaitu :

2.1.3.1 Siswa sendiri

2.1.3.2 Guru dan perangkatnya

(3)

2.1.3.2 Bahan pengajaran

2.1.3.3 Metode mengajar dan sistem evaluasi 2.1.3.4 Sarana penunjang

2.1.3.5 Sistem administrasi.

2.1.4 Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2011), prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

2.1.4.1 Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2.1.4.2 Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

2.1.4.3 Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

2.1.4.4 Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

2.1.4.5 Dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap anak didik.

2.1.5 Tujuan Prestasi Belajar Tujuan prestasi belajar menurut

2.1.5.1 Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan

2.1.5.2 Untuk mengetahui kecapakan, motivasi, bakat, minat, dan sikap siswa terhadap program pembelajaran.

2.1.5.3 Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar atau prestasi belajar siswa dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

2.1.5.4 Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

(4)

2.2.5.5 Untuk seleksi yaitu memilih dan menentukan siswa yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu.

2.2.5.6 Untuk menentukan kenaikan kelas.

2.2.5.7 Untuk menempatkan siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2.1.6 Ukuran Prestasi Belajar

Alternatif norma pengukuran prestasi belajar menurut Arifin (2011) sebagai indikasi keberhasilan belajar siswa setelah proses belajar mengajar. Diantaranya norma pengukuran tersebut adalah:

2.1.6.1 Norma skala angka 0 sampai 10 2.1.6.2 Norma skala angka 0 sampai 100

2.1.6.3 Norma skala angka 0,0- 4,0

2.1.6.4 Norma skala huruf dari A sampai E

Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar skala 0-10 adalah 5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60, untuk skala 0,0–4,0 adalah 1,0 atau 1,2 dan untuk skala huruf adalah D.

Penilaian prestasi belajar pada kelas XI di SMAN 3 Kapuas a) Kurang, jika nilai rata-rata dibawah 75

b) Cukup baik, jika nilai rata-rata 75-83 c) Baik,jika nilai rata-rata 84-91

d) Sangat Baik > 91-100

2.1.7 Dasar Proses Belajar Mengajar

Dasar dari proses belajar mengajar menurut Quinn. (2014), yaitu . 2.1.7.1 Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2.1.7.2 Faktor yang tergolong internal, adalah:

(5)

2.1.7.3 Faktor yang tergolong internal, adalah: Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.

2.1.7.4 Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari faktor intelektif dan non – intelektif

2.1.7.5 Faktor yang tergolong eksterna meliputi :

a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.

b) Faktor budaya seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, belajar dan iklim.

d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

2.1.8 Faktor yang mempengaruhi prestasi

Menurut Tulus Tu”u (2011) faktor belajar siswa antara lain:

2.1.8.1 Kecerdasan

Artinya bahwa tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seseorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain sesuai macam kecerdasan yang menonjol yang ada dalam dirinya.

2.1.8.2 Bakat

Bakat diartikan sebagai kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang tuanya.

2.1.8.3 Minat dan perhatian

(6)

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu.

Perhatian adalahmelihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat danperhatian biasanya berkaitan erat.

Minat dan perhatian yang tinggi pada suatu materi akan memberikan dampak yang baik bagi prestasi belajarnya.

2.1.8.4 Motif

Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motif selal umendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dalam belajar, jika siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.

2.1.8.5 Cara belajar

Keberhasilan studi siswa dipengaruhi pula oleh cara belajarnya. Cara belajar yang efisien memungkinkan siswa mencapai prestasi yang tinggi dibandingkannya dengan cara belajar yang tidak efisien.

2.1.8.6 Lingkungan keluarga

keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif member pengaruh pada prestasi siswa.

2.1.8.7 Sekolah

Selain keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa.

2.1.9 Cara belajar yang efisien

Cara belajar menurut Quinn(2014).sebagai berikut:

2.1.9.1 Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar.

2.2.9.2 Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.

(7)

2.2.9.3 Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha menguasai sebaik-baiknya.

2.2.9.4 Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal.

Prestasi belajar akan mempengaruhi terhadap perilaku bullying.

Seseorang dengan prestasi belajar yang baik tidak terpengaruh terhadap perilaku bullying yang terjadi di sekitarnya.Penelitian yang dilakukan oleh Septrina, Liow, Sulistiyawati dan Andriani (2009) yang menghasilkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self esteem dengan perilaku bullying, jika self esteem tinggi maka bullying akan semakin rendah, hal ini menunjukan bahwa prestasi belajar juga dipengaruhi oleh sikap remaja terhadap perilaku bullying, demikian sebaliknya jika alam pandangannya, perasaan rendah diri pada anak akan menyebabkan anak menghindari banyak tugas atas pembelajaran khususnya proses pembelajaran yang lebih kompleks, sehingga remaja yang mengalami tekanan di sekolah seperti tindakan bullying, kemungkinan anak tersebut tetap dapat mencapai prestasinya dengan baik, karena anak mempunyai daya tahan dan hampir seluruh kegiatan waktunya habis dipakai untuk belajar dan melakukan hal-hal yang bersifat positif.

2.2 Konsep Tentang Perilaku Bullying 2.2.1 Defenisi Perilaku Bullying

Bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang di-dalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta

(8)

dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain (Wicaksana, 2014)

Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang berarti banteng. Secara etimologi kata "bully" berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia disebut

"menyakat" yang artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain (Wiyani, 2012).

Bullyingmerupakan sebuah hasrat untuk menyakiti, hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi tersebut dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebuh kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang (Pozzoli, 2013)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bullyingmerupakan tindakan sengaja yang dilakukan dengan cara mengancam, menekan, merintangi orang lain dan menganiaya lawan yang dianggap lemah secara terus-menerus dan dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.

2.2.2 Unsur-unsur Bullying

Menurut Coloroso (2011), terdapat empat unsur dalam perilaku bullying kepada seseorang, yaitu sebagai berikut:

2.2.2.1 Ketidakseimbangan kekuatan.

Pelaku bullying dapat saja orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status sosial, berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis

(9)

kelamin yang sama. Sejumlah besar kelompok anak yang melakukan bullying dapat menciptakan ketidakseimbangan.

2.2.2.2 Niat untuk mencederai.

Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional dan/atau luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.

2.2.2.3 Ancaman agresi lebih lanjut.

Baik pihak pelaku maupun pihak korban mengetahui bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali.

Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja.

2.2.2.4 Teror.

Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror yang menusuk tepat di jantung korban bukan hannya merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan tindakan bullying, teror itulah yang merupakan tujuan dari tindakan bullying tersebut.

2.2.3 Jenis dan bentuk bullying

Jenis dan bentuk bullying menurut Wicaksana (2014), sebagai beikut:

2.2.3.1 Bullying secara verbal

Bullying dalam bentuk verbal adalah bullying yang paling sering dan mudah dilakukan. Bullying ini biasanya menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut.

Contoh bullying secara verbal antara lain yaitu: julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-

(10)

pernyataan pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak- kusuk yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya.

2.2.3.2 Bullying secara fisik

Bullying ini paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan- tindakan kriminal yang lebih lanjut. Contoh bullying secara fisik adalah: memukuli, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas, dan lain-lain.

2.2.3.3 Bullying secara relasional

Bullying secara relasional dilakukan dengan memutuskan relasi-hubungan sosial seseorang dengan tujuan pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Bullying dalam bentuk ini paling sulit dideteksi dari luar. Contoh bullying secara relasional adalah perilaku atau sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek.

2.2.3.4 Bullying elektronik

Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e- mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan

(11)

rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.

2.2.4 Ciri Pelaku Bullying

Ciri-ciri pelaku bullying adalah memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku dapat mengatur orang lain yang dianggap lebih rendah. Menurut Astuti (2012), ciri-ciri pelaku bullying antara lain adalah sebagai berikut:

2.2.4.1 Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di sekolah.

2.2.4.1 Menempatkan diri ditempat tertentu di sekolah/sekitarnya.

2.2.4.2 Merupakan tokoh populer di sekolah.

2.2.4.3 Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai, yaitu sering berjalan di depan, sengaja menabrak, berkata kasar, menyepelekan/melecehkan.

2.2.5 Ciri-ciri korban bullying

Sedangkan menurut Susanto (2010), ciri-ciri korban bullying antara lain adalah sebagai berikut:

2.2.5.1 Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.

2.2.5.2 Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka.

2.2.5.3 Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga.

Kepercayaan diri mereka rendah dan tingkat kecemasan sosial mereka tinggi..

(12)

2.2.5.4 Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki- laki lebih sering mendapat siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik. Dibandingkan korban laki-laki, korban

2.2.5.5 sosial. Anak korban bullying kurang diperhatikan oleh perempuan lebih sering mendapat siksaan secara tidak langsung misalnya melalui kata-kata atau bullying verbal.

2.2.5.6 Secara antar perorangan, walaupun korban sangat menginginkan penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah pembina, karena korban tidak bersikap aktif dalam sebuah aktivitas.

2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying

Faktor-faktor yang mempngaruhi perilaku bullying menurut Yusuf dan Fahrudin (2012) yaitu :

2.2.6.1 Faktor Individu

Terdapt dua kelompok individu yang terlibat dalam tindakan bullying,yaitu pembuli dan korban bully. Kedua kelompok ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku buli.

Ciri kepribadian dan sikap seseorang individu mungkin menjadi penyebab kepada suatu perilaku buli.

2.2.6.2 Faktor keluarga

Latar belakang keluarga turut memainkan peranan yang penting dalam membentuk perilaku bullying. Orang tua yang sering bertengkar cenderung membentuk anak-anak yang beresiko untuk menjadi lebih agresif. Anak-anak yang mendapat kasih sayang yang kurang, didikan yang kurang baik juga dapat mebentuk anak menjadi pembuli.

(13)

2.2.6.3 Faktor teman sebaya

Teman sebaya memainkan peranan yang tidak kurang pentingnya terhadap perkembangan dan pengukuhan tingkah laku buli,tingkah anti sosial di kalangan anak-anak.Kehadiran teman sebaya dianggap sebagai pendukung dan dapat mebantu memperlancar dalam melakukan tindakan buli. Dalam banayak kasus, saksi atau teman sebaya yang melihat umumnya mengambil sikap diam dan tidak ingin ikut campur.

2.2.6.4 FaktorMedia

Paparan aksi dan tingkah laku kekerasan yang sering ditayangkan oleh televisi dan media elektronik akan mempengaruhi tingkah laku kekerasan anak-anak dan remaja.

Beberapa waktu lalu masyarakat oleh perdebatan mengenai dampak tayangan Smack-Down di sebuah televisi swasta yang dipercaya sangat mempengaruhi pikiran dan perilaku anak- anak. Meskipun belum ada kajian empiris dampak tayangan Smack-Down di Indonesia, namun para ahli sosialumumnya menerima bahwa tayangan yang berisi kekerasan akan memberi dampak baik jangka pendek maupun jangka panjang kepada anak-anak.

2.2.7 Faktor yang Mempengaruhi Bullying di Sekolah

Perilaku Bullying di sekolah menurut Paranti, (2014) dipengaruhi oleh faktor yaitu:

2.2.7.1 Faktor internal

Faktor internal bullying pada individu meliputi faktor biologis dan psikologis yang termasuk faktor biologis adalah kondisi fisik yang sehat sedangkan faktor psikologis yaitu masalah

(14)

mental yang di antaranya inteligensi/ kecerdasan dasar, kemauan, bakat, serta konsentrasi.

2.2.7.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pergaulan anak, lingkungan sekolah.

2.2.8Peran dan Skenario Bullying

Menurut Salmivalli (2010), terdapat beberapa peran terjadinya skenario bullying di sekolah yaitu sebagai berikut:

2.2.8.1 Bully yaitu pelaku langsung bullying. Siswa yang biasanya dikategorikan sebagai pemimpin, dia berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying.

2.2.8.2 Assisting the bully yaitu orang yang menemani temannya melakukan bullying. Dia juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung bergantung mengikuti perintah bully.

2.2.8.3Reinforcing the bully adalah mereka yang mendukung temannya melakukan bullying. Ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, menertawakan korban, memprovokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya.

2.2.8.4 Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantu korban, tetapi seringkali mereka menjadi korban juga.

2.2.8.5 Outsideradalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli pada korban karena takut menjadi korban bully selanjutnya.

(15)

2.2.8.6 Victimadalah orang yang seringkali menjadi sasaran bully.

Mereka biasanya memiliki fisik yang lemah, dan memiliki suatu kekurangan sehingga sering menjadi korban bully.

2.2.9 Kategori Perilaku Bullying

Menurut Avin (2016), ada 6 kategori perilaku bullying yang kerap terjadi pada anak-anak di sekolah antara lain:

2.2.9.1 Kontak fisik langsung

Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.

2.2.9.2 Kontak verbal langsung

Mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama, merendahkan, mengejek, mengintimidasi, memaki, dan menyebarkan gosip masukdalam kategori ini.

2.2.9.3 Perilaku non-verbal langsung

Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam;

biasanya disertai oleh bullyingfisik atau verbal.

2.2.9.4 Perilaku non-verbal tidak langsung

Contoh nyata dari kategori perilaku ini adalah mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, dan mengirimkan surat kaleng.

2.2.9.5 Pelecehan seksual

(16)

Bullyingyang sering dialami oleh anak perempuan, misal:

dirayu, diciumsecara paksa, menyentuh bagian-bagian tubuh tertentu ataupun menerima pesan-pesan berbau seksual, diperlihatkan gambar atau video porno, dipaksa melakukan hubungan seksual. Tipe bullyingseksual seperti ini dapat terjadi di sekolah, dikomunitas umun ataupun online

2.2.9.6 Kekerasan melalui media elektronik

Merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, ponsel, internet, website, chatting roomdan e-mail. Perilaku yang termasuk antara lain menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban.

2.3 Hubungan Prestasi belajar Dengan Perilaku Bullying

Seseorang, terutama remaja yang mendapatkan konflik dan masalah pada dirinya serta lingkungannya, prestasi belajar yang diperoleh oleh anak sering membuat anak cenderung cuek dengan lingkungannya dimana seorang anak dengan prestasi belajar yang baik yang mampu mengenali dan menerima dirinya apa adanya, cenderung memiliki sifat rendah hati dan memiliki harapan yang realistis dan harga diri yang tinggi.Apabila remaja yang menjadi korban bullyingdapat memandang positif tindakan bullyingyang diterima dengan membuktikan diri kepada pelaku dengan prestasi, maka remaja tersebut cenderung memiliki konsep diri yang baik pada dirinya, begitu pula sebaliknya.

Menurut Djamarah (2011) salah satu cara menangkal perilaku bullying pada sesorang yaitu dengan memperkuat faktor internal, yakni faktor- faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat memengaruhi

(17)

prestasi belajarnya, diantara faktor-faktor internal yang dapat memengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain kecedersan/

intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

Menurut Yayasan Semai Jiwa Amini (2016) dampak bullying yang umum terjadi antara lain: mengurung diri (school phobia), anak jadi penakut,dampak tidak langsung yaitu semangat untuk pergi ke sekolah dan tidak memperhatikan apa yang guru ajarkan, sehingga dapat menurunkan prestasi belajar.

Prestasi belajar dan kedewasaan intelektual mempengaruhi tingkat penerimaan seorang remaja terhadap perilaku bullying, dimana kedewasaan intektual seseorang akan mampu mengenali dan menerima dirinya apa adanya, cenderung memiliki sifat rendah hati dan memiliki harapan yang realistis dan harga diri yang tinggi, seinggga tidak terpengaruh dengan perilaku bullying yang terjadi padanya juga yang terjadi di sekitarnya.

(18)

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka teori Prestasi Belajar

1. Norma skala angka 0 sampai 10

2. Norma skala angka 0 sampai 100

3. Norma skala angka 0,0- 4,0

4. Norma skala huruf dari A sampai E

(Arifin, 2011)

Perilaku Bullying Siswa

Prilaku Bullying Siswa di sekolah 1. Kontak fisik

langsung

2. Kontak verbal langsung

3. Perilaku non-verbal langsung

4. Perilaku non-verbal tidak langsung 5. Pelecehan seksual 6. Kekerasan melalui

media elektronik (Avin, 2016) Faktor yang

mempengaruhi 1. Kecerdasan 2. Bakat

3. Minat Perhatian 4. Motif

5. Cara Belajar 6. Lingkungan

keluarga 7. Sekolah

(Tulus Tu”u, 2011)

(19)

2.5Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori dan menghubungkan seacara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat,2014)

Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka konsep

2.6. Hipotesis

H0: Ada hubungan prestasi belajar dengan perilaku bullying siswa di SMAN 3 Kapuas.

Perilaku bullying 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Prestasi belajar

1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

4. Sangat Baik

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka teori  Prestasi  Belajar
Gambar 2.2 Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut panggabean (2001 : 15) manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang terdiri atas

Data faktor penyebab perceraian yang diperoleh dari kantor Pengadilan Agama Kota Semarang, dapat dilihat dalam tabel berikut:.. Ada 14 penyebab terjadinya perceraian,

dalam rangkaian acara yang digelar hingga 12 Februari ini juga terdapat prosesi pengangkatan jabatan yang dilakukan langsung oleh Dirut Sumber Daya Manusia

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: (1) Peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang