• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas merupakan masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pasca persalinan, melalui perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi sebelum hamil. Masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali seperti keadaan sebalum hamil. Sebagai acuan, rentang masa nifas ,berdasarkan penanda tersebut adalah 6 minggu atau 42 hari (Astuti, Judistiani, Rahmiati, & Susanti, 2015)

Menurut (Mari, 2012) masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.

Masa nifas adalah (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

(2)

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi (Dewi & Sunarsih, 2011)

2. Tahapan Masa Nifas a. Puerperium dini

Merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial

Merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote puerperium

Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih sehat dan sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu minggu, bulanan, bahkan tahunan (Sulistyawati, 2009). 3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikis berupa organ reproduksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya

(3)

hubungan antara orang tua adan bayi dengann memberi dukungan (Marmi,2012)

Pitriyani (2015), adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah : a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis b. Melakukan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. c. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu dan memungkinkan

ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

e. Memberikan pelayanan keluarga berencana. f. Mempercepat involusi alat kandungan.

g. Melancarkan fungsi gastrointesinal atau perkemihan. h. Melancarkan pengeluaran lokhea.

i. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme.

(4)

4. Kunjungan Masa Nifas

Tabel 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas (Andina, 2018)

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam pasca persalinan 1. Mencegah pendarahan pada

masa nifas

2. Memberikan konseling jika

terjadi pendarahan 3. Pemberian ASI awal

4. Melakukan hubungan antara ibu dan bayinya

5. Mencegah hipotermi pada bayi

6. Jika petugas kesehatan

menolong persalinan, ia harus tinggal selama 2 jam bersama dengan ibu dan bayinya sampai keadaannya stabil.

2 6 hari pasca persalinan 1. Memastikan involusi uterus

berjalan dengan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal.

2. Memastikan nutrisi dan istirahat ibu cukup

3. Memastikan ibu menyusui bayi dengan baik tanpa penyulit

4. Memberikan konseling

perawatan bayi

3 2 minggu pasca

persalinan

Sama seperti kunjungan ke 2

4 6 minggu pasca

persalinan

1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan yang ia atau bayinya alami

2. Memberikan konseling KB

(5)

5. Komplikasi pada Masa Nifas

a. Pendarahan postpartum seperti, atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, inversion uteri.

b. Infeksi postpartum seperti, infeksi trauma vulva, perineum, vagina atau serviks, endometritis, mastitis, trombofeblitis.

c. Pre-eklamsia dan eklamsia masa nifas d. Emboli masa nifas

e. Infeksi saluran kemih

f. Komplikasi lainnya seperti, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, merasa sedih atau tidak mampu mengasih diri dan bayinya, kemurungan nifas, post partum blues, depresi postpartum (Astuti, Judistiani, Rahmiati, & Susanti, 2015).

6. Involusi Uteri

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu prosses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil den gan berat sekitar 60 gram. proses ini dimulai setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Sulistyawati, 2009).

(6)

Tabel 2.2 Perubahan Uterus pada masa nifas Involusi Uterus TFU Berat Uterus Diameter Uterus Palpasi Serviks Plasenta lahir

Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak

7 hari Pertengahan pusat-shympisis

500 gr 7,5 cm 2 cm

14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm

6 minggu

Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

1. Proses Involusi Uteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan fundus bersandar pada promotorium sarkalis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel yang sudah ada. Pada masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisi.

(7)

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : a. Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang sudah mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

b. Atrofi Jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang baru (Sulistyawati, 2009).

2. Efek Oksitosin (Kontraksi)

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat besar. Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh

(8)

darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi luka implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan.

Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus bias berkurang dan menjadi teratur karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuscular segera setelah kepala bayi lahir.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya : a. Mobilisasi dini ibu post partum

Mobilisasi dini merupakan suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal. Dengan mobilisasi dini, kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi menyempitkan pembuluh darah yang terbuka.

b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya proses involusi karena dengan memberikan ASI kepada bayi segera

(9)

setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi pada otot polos uterus. Dengan IMD maka akan terjadi kontak kulit segera setelah bayi lahir yang memberikan keuntungan: optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi, menstabilkan pernafasan, mengendalikan temperature tubuh bayi, mendorong keterampilan bayi menyusu lebih cepat dan efektif, bilirubin akan cepat normal dan meconium lebih cepat keluar, meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi, kadar gula dan parameter biokimia akan lebih baik pda jam pertama kehidupan. c. Gizi

Gizi merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yang dikonsumsi sevara normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan metabolism dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan kehidupan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy.

d. Psikologis

Terjadi pada pasien post partum blues merupakan perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal, kadar estrogen, progesterone, prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu post partum memberikan efek supresi pada aktifitas enzim mono amineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja

(10)

menginaktifkan baik nor adrenalin maupun serotonin yang memberikan efek pada suasana hati dan kejadian depresi pada ibu post partum.

e. Faktor usia

Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat melahirkan. Usia 20-30 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini disebabkan karena elastisitas otot uterus pada usia lebih dari 35 tahun keatas elastisitas ototnya berkurang. Begitu pula pada usia kurang dari 20 tahun elastisitasnya belum maksimal karena organ reproduksi yang belum matang.

f. Faktor paritas

Ukuran uterus primipara dan multipara juga mempengaruhi proses berlangsungnya involusi uterus (Ambarwati, 2015).

B. Mobilisasi Dini

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing ibu bersalin keluar dari tempat tidur dan membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ambulasi dini dilakukan secara berangsur-angsur. Pada persalinan normal, sebaiknya ambulasi dini dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosit) (Andina, 2018)

(11)

2. Keuntungan Menjalankan Ambulasi Dini bagi Ibu Bersalin a. Melancarkan pengeluaran lochea

b. Mengurangi infeksi puerperium c. Mempercepat involusi uterus

d. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.

e. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

f. Ibu merasa lebih kuat dan sehat

g. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

h. Kesempatan untuk mengajari ibu merawat bayinya i. Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal

j. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomy dan luka di perut. (Andina, 2018)

C. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan TFU

Mobilisasi dini merupakan aktivitas segera yang dilakukan secepat mungkin setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu pada persalinan normal. Karena mobilisasi dini penting ketika terjadinya penurunan TFU dan mempercepat proses penyembuhan pada ibu nifas sehingga mobilisasi dini sangat tepat untuk dijadikan terapi yang menjadikan tindakan nonfarmakologios yang harus diintervensikan pada ibu nifas. Ibu nifas mengalami penurunan TFU setelah melakukan mobilisasi dini karena

(12)

mobilisasi dapat memperlancar darah ke dalam uterus sehingga kontraksi uterus akan baik dan fundus uteri akan menjadi keras. Mobilisasi dini dapat langsung dilakukan setelah melahirkan asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak masa pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti sebelum melahirkan dapat dipersingkat. Hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penurunan TFU.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabrina Dwi Prihartini (2014) di Paviliun Melati RSUD Jombang dengan populasinya adalah ibu nifas yang melahirkan secara pervaginam 2 jam setelah melahirkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap penurunan TFU pada ibu nifas sebelum dan sesudah mobilisasi dini.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Rista Apriana, Priharyanti Wulandari, Novita Putri Aristika (2016) di RSUD Tugurejo Semarang dengan populasinya adalah ibu post partum spontan. Sebelum melakukan mobilisasi dini peneliti melakukan pengukuran tinggi fundus uteri pada dua kelompok berbeda yaitu kelompok intervensi dengan tinggi fundus uteri 13,90 cm dan kelompok kontrol dengan tinggi fundus uteri 13,60 cm. Setelah melakukan mobilisasi dini, rata-rata tinggi fundus uteri pada

(13)

kelompok intervensi mengalami penurunan menjadi 12,75 cm dan pada kelompok kontrol menjadi 11,60 cm.

Dari dua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu nifas secara bertahap. Dimulai setelah 2 jam post partum sesuai dengan kemampuan ibu, supaya proses involusi uterus dapat berjalan dengan baik yang ditandai dengan adanya penurunan tinggi fundus uteri.

Gambar

Tabel 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas (Andina, 2018)
Tabel 2.2 Perubahan Uterus pada masa nifas   Involusi  Uterus   TFU   Berat  Uterus   Diameter Uterus   Palpasi Serviks   Plasenta  lahir

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Senam Nifas terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum di RSUP Dr.. Perbedaan Efektivitas Senam Nifas dan Mobilisasi Dini terhadap

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan involusi uterus pada ibu post partum di Klinik Linda Silalahi Pancur Batu

Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu, jika ibu mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua (wanita hamil pertama dengan usia ibu lebih dari

Masa nifas dimulai setelah 2 jam post partum dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,

Berdasarkan hasil penelitian di peroleh percepatan involusi uterus pada ibu post partum dengan faktor mobilisasi dini bahwa sebagian besar responden yang

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Idadianani (2009) dalam penelitiannya hubungan antara menyusui dini dengan involusi uterus pada ibu post partum di Rumah

Pada saat akan dimulai fase pengeluaran bayi dan selama pengeluaran dengan penurunan (descent), gaya dorong berasal dari kontraksi uterus yang memiliki transmisi

Involusi uterus ibu post-partum kelompok intervensi yang diberikan pijat oksitosin di PMB Kuswatiningsih Sleman Yogyakarta Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas involusi