• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH POTENSI EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TESIS. Oleh: PUGUH SETIANDONO /PWD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH POTENSI EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TESIS. Oleh: PUGUH SETIANDONO /PWD"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh:

PUGUH SETIANDONO 197003009/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh:

PUGUH SETIANDONO 197003009/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(3)

Nama Mahasiswa : Puguh Setiandono Nomor Pokok : 197003009

Program Studi : Magister (S2) Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. H.B Tarmizi, SE, SU Ketua

Dr. Rujiman, MA Anggota

Ketua Program Studi,

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec

Direktur,

Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D

Tanggal Lulus : 15 Oktober 2021

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. H.B Tarmizi, SE, SU Anggota : 1. Dr. Rujiman, MA

2. Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE 3. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

(5)

Judul Tesis

ANALISIS PENGARUH POTENSI EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 15 Oktober 2021 Penulis

Puguh Setiandono

(6)

i

ANALISIS PENGARUH POTENSI EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil dari pertumbuhan ekonomi akan dapat dinikmati masyarakat. Pemerintah daerah harus memiliki potret potensi perekonomian sehingga dapat menentukan arah pembangunan yang lebih produktif dan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi dan menentukan sektor unggulan yang menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten Deli Serdang. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Location Quotient (LQ), analisis Dynamic Location Quotient (DLQ), analisis Shift Share dan analisis Tipologi Klassen.

Hasil analisi LQ menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) sektor basis yaitu sektor transportasi dan pergudangan; sektor industri pengolahan; sektor konstruksi; sektor penyediaan akomodasi dan makan minum; dan sektor pengadaan listrik dan gas. Hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) terdapat 10 (sepuluh) sektor basis di masa mendatang yaitu sektor industri pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; sektor transportasi dan pergudangan;

sektor penyediaan akomodasi dan makan minum; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor jasa pendidikan; dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa terdapat 10 (sepuluh) sektor yang merupakan sektor kompetitif atau memiliki daya saing atau memiliki nilai differential shift positif, yaitu sektor sektor industri pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor konstruksi;

sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor;

penyediaan akomodasi dan makan minum; sektor jasa keuangan dan asuransi;

sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor jasa pendidikan; dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) sektor andalan yaitu sektor industri pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor konstruksi; sektor transportasi dan pergudangan;

dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.

Berdasarkan hasil perhitungan dari keempat alat analisis yaitu LQ, DLQ, Shift Share dan Tipologi Klassen menunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor unggulan adalah sektor industri pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas, sektor konstruksi; dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.

Kata kunci: Location Quotien, Dynamic Location Quotien, Shiftshare, Tipologi Klassen, Sektor Unggulan.

(7)

ii

ANALYSIS OF THE EFFECTS OF ECONOMIC POTENTIAL ON ECONOMIC GROWTH OF DELI SERDANG REGENCY

ABSTRACT

Economic growth is the main standard of the success of the success in development which can be beneficial for the people. Local government should have the map of economic potentials in order to get more productive direction of the development and to increase economic growth.

The objective of the research is to analyze economic potential, economic growth rate, and high-ranking sectors which prioritize the development in Deli Serdang Regency. The data are analyzed by using Location Quotient (LQ) analysis, Dynamic Location Quotient (DLQ) analysis, Shift Share analysis, and Klassen Typology.

The result of LQ analysis shows that there are 5 (five) basic sectors:

transportation and warehousing sector, processing industry sector, construction sector, accommodation and food and beverage supply sector, and electricity and gas supply sector. The result of DLQ analysis shows that there are 10 (ten) basic sectors in the future: processing industry sector, electricity and gas supply sector, wholesale and retail sector, automobile and motorcycle reparation sector, transportation and warehousing sector, accommodation and food and beverage supply sector, financial service and insurance sector, real estate sector, company service sector, education service sector, health service and social activity sector.

The result of Shift Share analysis shows that there are 10 (ten) basic sectors which are competitive sector which has positive differential values: processing industry sector electricity and gas supply sector, construction sector, wholesale and retail sector, automobile and motorcycle reparation sector, accommodation and food and beverage supply sector, financial service and insurance sector, real estate sector, company service sector, education service sector, and health service and social activity sector. The result of Klassen Typology shows that there are 5 (five) prioritized sectors: processing industry sector, electricity and gas supply sector, construction sector, transportation and warehousing sector, and accommodation and food and beverage supply sector.

Based on the four analyses above, it is concluded that the prioritized sectors are processing industry sector, electricity and gas supply sector, construction sector, and accommodation and food and beverage supply sector.

Keywords: location quotient, dynamic location quotient, shift share, Klassen typology, prioritized sector.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Analisis Pengaruh Potensi Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, petunjuk, nasehat dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak DR. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. H.B Tarmizi, SE, SU, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Dr. Rujiman, MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE dan Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian tesis ini.

7. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

8. Kepada almarhum/almarhumah kedua orang tua saya yang telah memberikan segalanya selama masa hidupnya.

9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada istri tercinta Novita Ismaweny, S.Sos. atas segala dukungan moril, kesabaran dan dorongan yang diberikan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

10. Anak-anak saya Rizki Amanda Puspita, Bagas Dwi Prayoga dan Luthfiyyah Amira atas pengertiannya karena berkurangnya perhatian dan waktu bersama kalian.

11. Kedua mertua saya Bapak Ok. Iskandar MS. dan Ibu Norma atas doa dan dukungannya.

(9)

iv

12. Kakak/Abang kandung Penulis, Sri Iswardani, Yono Tri Andonoworo, Patno Sukandono yang turut mendukung dan mendoakan kesuksesan penyusunan tesis ini.

13. BPS Provinsi Sumatera Utara, BPS Kabupaten Deli Serdang, Bappeda Kabupaten Deli Serdang, dan Dinas terkait lainnya, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data penelitian sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

14. Semua rekan satu angkatan yang telah senantiasa memberi sumbangsih, saran dan masukan.

15. Seluruh staf administrasi pascasarjana USU pada program studi PWD untuk segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun dalam hal penyajiannya. Oleh karena itu dengan hormat penulis mengharapkan masukan dan saran dari berbagai pihak agar tesis ini dapat lebih disempurnakan kedepannya.

Akhir kata, saya berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2021 Penulis

Puguh Setiandono

(10)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Nganjuk pada tanggal 8 Juli 1974 yang merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan dari Bapak Suradjiman Sukohadidjojo dan Ibu Warijem.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar tahun 1987 di SD Negeri Kauman Utara II Nganjuk, SMP Negeri 1 Nganjuk lulus pada tahun 1990, dan SMA Negeri 2 Nganjuk lulus tahun 1993. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan tinggi di Akademi Ilmu Statistik Jakarta lulus tahun 1997, tahun 2000 melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta dan lulus tahun 2001 dengan menyandang gelar Sarjana Sain Terapan.

Sejak tamat dari Akademi Ilmu Statistik tahun 1997 penulis aktif bekerja di Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun. Selanjutnya sebagai Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2006-2009, kemudian menjadi Kepala Seksi Statistik Sosial di BPS Kabupaten Asahan sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2011-2018 sebagai Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik di BPS Kabupaten Deli Serdang, kemudian sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha di BPS Kabupaten Deli Serdang sampai dengan tahun 2020, selanjutnya sebagai Kepala Subbagian Umum di BPS Kabupaten Deli Serdang sampai dengan saat ini.

Penulis melanjutkan pendidikan S2 (Pascasarjana) pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) USU Medan pada tahun 2019.

(11)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pembangunan Ekonomi ... 9

2.2. Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2.3. Pengembangan Wilayah ... 12

2.4. Keunggulan Komparatif ... 14

2.5. Produk Domestik Regional Bruto ... 14

2.6. Teori Basis Ekonomi ... 16

2.7. Penelitian Sebelumnya ... 18

2.8. Kerangka Pemikiran ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 24

3.3 Metode Analisis Data ... 25

3.3.1 Analisis Location Quotient (LQ) ... 25

3.3.2 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) ... 26

3.3.3 Analisis Shift Share (SS) ... 27

3.3.3 Analisis Tipologi Klassen... 29

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

4.1.1 Letak Geografis ... 32

4.1.2 Demografi ... 34

4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Deli Serdang ... 36

4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang ... 38

4.4 Sektor Unggulan Kabupaten Deli Serdang ... 40

4.4.1 Analisis Location Quotient (LQ) ... 40

4.4.2 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) ... 44

4.4.3 Analisis Shift Share ... 46

(12)

vii

4.4.4 Analisis Tipologi Klassen... 50

4.4.5 Analisis Per Sektor ... 55

4.5 Sektor Unggulan dan Pengembangan Wilayah ... 79

4.5.1 Sektor Industri Pengolahan... 80

4.5.2 Sektor Pengadaan Listrik Dan Gas ... 81

4.5.3 Sektor Konstruksi ... 82

4.5.4 Sektor Penyediaan Akomodasi Dan Makan Minum ... 83

4.6 Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan Daerah . 84 4.6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Deli Serdang .... 85

4.6.2 Arah Kebijakan Kewilayahan... 88

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(13)

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2020 (Miliar Rupiah) ... 4

1.2 PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2020 (Miliar Rupiah) ... 6

3.1 Matriks Analisis Tipologi Klassen... 30

4.1 Luas Wilayah Kabupaten Deli Serdang Menurut Kecamatan…….… 33

4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020……….. 35

4.3 Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Dasar Berlaku Tahun 2014-2020 (persen)………..……. 37

4.4 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2020………. 37

4.5 Hasil Perhitungan Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2020..………. 45

4.6 Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-202……….………. 48

4.7 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Rata-Rata Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi Sumatera Utara 2014-202……….………. 52

4.8 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang 2014-2020 Berdasarkan Tipologi Klassen………….……….... 54

4.9 Analisis Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan..……….... 56

4.10 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian……....……….... 58

4.11 Analisis Sektor Industri Pengolahan ………...……....……….... 59

4.12 Analisis Sektor Pengadaan Listrik dan Gas ....……....……….... 60

4.13 Analisis Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang………... 62

(14)

ix

4.14 Analisis Sektor Konstruksi……….. 63

4.15 Analisis Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ……….. 65

4.16 Analisis Sektor Transportasi dan Pergudangan ……….. 66

4.17 Analisis Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum ...…….. 68

4.18 Analisis Sektor Informasi dan Komunikasi………...…….. 69

4.19 Analisis Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi ………...…….. 70

4.20 Analisis Sektor Real Estate ………...…….. 72

4.21 Analisis Sektor Jasa Perusahaan ………...…….. 73

4.22 Analisis Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib ………...…….. 75

4.23 Analisis Sektor Jasa Pendidikan ………...…….. 76

4.24 Analisis Sektor Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial ....…….. 77

4.25 Analisis Sektor Jasa Lainnya………...…….. 79

4.26 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2020...…….. 81

4.27 Jumlah Pelanggan, Daya Terpasang dan Daya Terjual Tenaga Listrik PLN Area Lubuk Pakam 2016-2020………...……. 82

4.28 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Konstruksi Terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2020 ………...…….. 83

4.29 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2020 ...……...………... 84

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 23 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Deli Serdang ... 32 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2014 – 2020... 38 4.3 Rata-Rata Sumber Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2014 – 2020... 39

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2014 – 2020 (miliar rupiah) ……… 99 2 PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2014 – 2020 (miliar rupiah) ……… 100 3 Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 – 2020

(persen)………...……… 101 4 Distribusi PDRB Sumatera Utara Tahun 2014 – 2020

(persen)………...……… 102 5 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2014-2020 (persen)……...………...………… 103 6 Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara

Tahun 2014-2020 (persen)…………..……… 104 7 Sumber Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2014 – 2020………...………..……… 105

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sesuai dengan potensi dan kemampuan daerah itu sendiri. Dengan pengalihan kewenangan tersebut, maka pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan dituntut untuk lebih memahami potensi daerah yang menjadi dasar pengembangan ataupun peningkatan kinerja ke depan khususnya dalam peningkatan kinerja pembangunan di sektor perekonomian. Pemerintah daerah harus memiliki potret potensi perekonomian sehingga dapat menentukan arah pembangunan yang lebih produktif dan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan peningkatan kesejahteraan dari pada penduduknya.

Upaya Pemerintah untuk mendorong peningkatan partisipasi dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan daerah, Pemerintah mengeluarkan kebijakan otonomi daerah melalui Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang sistem penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah merupakan perwujudan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri yang berdasarkan aspirasi dari masyarakat yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Arsyad, 1992:12).

Pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan pada pemerintah kabupaten/kota, sehingga pemerintah kabupaten/kota mampu mandiri didalam

(18)

penyelenggaraan pemerintahan, menentukan kebijakan pembangunan sendiri, termasuk dengan masalah anggaran pendapatan daerah dalam pembiayaan pembangunan. Dengan demikian pemerintah daerah mampu meningkatkan dan mengelola sumber-sumber potensi yang dimiliki daerah, sehingga ketergantungan pada pemerintah pusat diusahakan seminimal mungkin. Kunci keberhasilan sistem desentralisasi melalui otonomi daerah adalah dimana kebijakan pembangunan daerah ditekankan pada kekhasan karakteristik daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. (Munir, 2002:10)

Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi dan aktifitas sosial budaya serta bagaimana pemanfaatannya. Oleh sebab itu penyusunan kebijakan pembangunan daerah tidak hanya dapat meniru kebijakan nasional atau kebijakan daerah lain yang dianggap berhasil. Untuk membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan masalah, kebutuhan dan potensi daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan-kebijakan dari pemerintah daerah agar dapat memajukan daerahnya. Kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi yang dimiliki daerah yang bersangkutan. Karena itu, penelitian yang mendalam tentang keadaan daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan. (Arsyad,1992:23)

(19)

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolok ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010), pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Perekonomian Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto terus mengalami kenaikan pada kurun waktu tujuh tahun terakhir (2014-2020). Perkembangan PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2014 sebesar Rp.69.674,06 miliar, tahun 2015 meningkat menjadi Rp.76.734,63 miliar tahun 2016 meningkat menjadi Rp.85.152,02 miliar, tahun 2017 meningkat menjadi Rp.93.193,89 miliar, tahun 2018 meningkat menjadi Rp.101.060,21 miliar, tahun 2019 meningkat menjadi Rp.109.334,14 miliar dan tahun 2020 meningkat menjadi Rp.110.145,24 miliar. PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Deli Serdang didominasi oleh kategori industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 31,05 persen. Kategori lain yang juga memberikan kontribusi yang besar adalah Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (17,53 persen), Konstruksi (16,32 persen) dan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (10,46 persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.

(20)

Tabel 1.1

PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2020 (Miliar Rupiah)

No Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 %

(2020) 1 Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 8.163,10 8.575,18 9.221,09 9.959,73 10.369,79 11.020,53 11.519,12 10,46 2 Pertambangan dan

Penggalian 538,95 595,66 658,67 687,20 729,25 774,91 770,15 0,70 3 Industri Pengolahan 22.765,07 24.814,77 27.250,99 30.107,29 32.113,39 33.813,08 34.197,98 31,05 4 Pengadaan Listrik dan

Gas 82,48 90,16 97,38 115,24 122,33 131,38 137,78 0,13

5

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

31,43 34,95 39,06 43,51 44,91 47,10 49,06 0,04

6 Konstruksi 10.441,30 11.629,64 13.052,47 14.556,57 15.943,65 17.594,63 17.973,83 16,32

7

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

10.862,05 12.198,29 13.812,59 15.025,17 16.831,15 18.838,60 19.307,43 17,53

8 Transportasi dan

Pergudangan 6.244,14 6.999,31 7.838,52 8.346,21 9.033,11 9.802,16 8.591,35 7,80 9 Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 1.777,27 1.996,59 2.225,96 2.499,94 2.733,52 3.011,95 2.759,81 2,51 10 Informasi dan

Komunikasi 813,99 873,50 941,93 1.025,54 1.109,03 1.242,53 1.373,82 1,25 11 Jasa Keuangan dan

Asuransi 1.992,91 2.210,62 2.472,52 2.614,48 2.739,01 2.804,81 2.853,00 2,59 12 Real Estate 2.337,13 2.696,83 3.114,39 3.464,71 4.136,82 4.551,13 4.735,64 4,30 13 Jasa Perusahaan 292,54 333,01 374,58 420,37 458,66 524,97 543,68 0,49

14

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1.422,46 1.574,23 1.701,69 1.823,38 1.964,13 2.160,44 2.224,95 2,02

15 Jasa Pendidikan 1.115,08 1.205,68 1.318,68 1.374,12 1.488,59 1.644,64 1.710,51 1,55 16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 603,11 692,14 791,66 866,38 956,10 1.055,27 1.085,91 0,99 17 Jasa lainnya 191,06 214,08 239,84 264,07 286,79 316,01 311,22 0,28 PDRB 69.674,06 76.734,63 85.152,02 93.193,89 101.060,21 109.334,14 110.145,24 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang

(21)

Sedangkan struktur ekonomi Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir juga mengalami kenaikan dan memiliki struktur ekonomi yang berbeda dengan Kabupaten Deli Serdang. PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga berlaku pada tahun 2020 sebesar Rp.811.282,84 miliar dimana kontribusi terbesar ada pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan dengan nilai sebesar Rp.173.083,47 miliar atau memberi kontribusi sebesar 21,33 persen.

Kontribusi terbesar kedua adalah kategori industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp.156.503,61 atau memberi kontribusi sebesar 19,29 persen. Kontribusi terbesar ketiga adalah kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai sebesar Rp. 153.138,15 miliar atau memberi kontribusi sebesar 18,88 persen. Kontribusi terbesar keempat adalah kategori Konstruksi dengan nilai sebesar Rp. 110.277,34 atau memberi kontribusi sebesar 13,59 terhadap perekonomian Sumatera Utara. Selain 4 (empat) kategori diatas 13 kategori lainnya memberi kontribusi masing-masing dibawah 10 (sepuluh) persen dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.2.

Perbedaan struktur ekonomi suatu daerah berdasarkan pada potensi yang ada pada daerah tersebut. Semakin besar peranan potensi ekonomi yang dimiliki akan memberikan nilai tambah yang besar pada pembentukan PDRB di suatu daerah sehingga laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh potensi daerah masing-masing, dimana setiap daerah mempunyai karakteristik sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kebijakan pengelolaan yang berbeda pada tiap-tiap daerah.

(22)

Tabel 1.2

PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2020 (Miliar Rupiah)

.

No Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 %

(2020) 1 Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 121.418,98 125.487,51 134.915,80 146.368,52 155.077,17 164.152,75 173.083,47 21,33 2 Pertambangan dan

Penggalian 6.899,06 7.662,92 8.474,41 8.903,21 9.552,00 10.160,53 10.373,47 1,28 3 Industri Pengolahan 104.239,00 115.720,02 125.513,75 138.815,93 148.430,31 152.246,63 156.503,61 19,29 4 Pengadaan Listrik dan

Gas 642,53 639,59 668,83 788,32 840,59 908,22 935,69 0,12

5

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

501,06 572,26 654,34 729,84 754,75 796,70 831,19 0,10

6 Konstruksi 69.460,77 77.801,96 84.232,50 93.489,48 102.921,37 113.764,69 110.277,34 13,59

7

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

89.597,00 99.822,01 111.678,02 120.071,75 134.161,14 150.445,28 153.138,15 18,88

8 Transportasi dan

Pergudangan 25.898,44 28.511,91 31.832,84 34.336,75 37.043,61 40.566,53 36.382,80 4,48

9

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

12.283,32 13.786,21 14.934,25 16.251,79 17.636,58 19.379,42 17.692,13 2,18

10 Informasi dan

Komunikasi 10.287,35 11.124,25 12.194,59 13.791,85 15.154,95 17.139,67 18.467,11 2,28 11 Jasa Keuangan dan

Asuransi 17.057,99 19.119,58 20.729,72 21.685,14 22.643,29 23.344,41 23.529,58 2,90 12 Real Estate 22.786,42 25.712,58 29.716,16 34.019,87 37.338,81 40.942,91 42.721,95 5,27 13 Jasa Perusahaan 4.836,42 5.452,33 6.287,02 7.037,83 7.649,07 8.667,23 8.710,09 1,07

14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

18.832,08 21.234,54 22.949,55 25.373,65 27.127,84 29.505,60 30.254,29 3,73

15 Jasa Pendidikan 9.930,06 10.723,83 11.799,10 12.463,38 13.527,65 14.767,59 15.423,49 1,90 16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 4.594,43 5.328,76 5.958,50 6.569,94 7.273,25 8.155,28 8.366,12 1,03 17 Jasa lainnya 2.690,05 3.021,75 3.523,51 3.937,18 4.215,04 4.665,51 4.592,38 0,57 PDRB 521.954,95 571.722,01 626.062,91 684.634,43 741.347,43 799.608,95 811.282,84 100,00

Sumber: BPS Provinsi Sumtera Utara

Pemilihan obyek penelitian ini adalah Kabupaten Deli Serdang karena secara geografis dan demografis cukup potensial untuk dikembangkan. Deli

(23)

Serdang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara dan berada di kawasan pantai timur Sumatera Utara.

Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1984 tentang Undang-Undang Pokok- Pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 7 Darurat Tahun 1965.

Sesuai dengan dikeluarkan UU Nomor 36 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, Kabupaten Deli Serdang telah dimekarkan menjadi dua wilayah yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, secara administratif Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kini terdiri atas 22 Kecamatan yang di dalamnya terdapat 14 kelurahan dan 380 desa.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah adalah:

1. Bagaimana potensi sektor-sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

2. Sektor apa saja yang menjadi sektor basis dan non basis pada perekonomian Kabupaten Deli Serdang.

3. Bagaimana laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis potensi sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Deli Serdang.

(24)

2. Menganalisis sektor unggulan yang menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

3. Menganalisis laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Memberikan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan.

2. Mengetahui dan mengembangkan potensi ekonomi di Kabupaten Deli Serdang.

3. Sebagai bahan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa lainnya jika diperlukan.

(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang (Sadano Sukirno, 1985).

Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi memiliki 3 (tiga) sifat penting yaitu :

a) suatu proses yang berarti terjadinya perubahan terus menerus.

b) adanya usaha untuk menarik pendapatan per kapita masyarakat.

c) kenaikan pendapatan per kapita masyarakat yang terjadi dalam jangka panjang.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan penduduk lebih

(26)

dari PDRB, maka ini mengalami perubahan terhadap pendapatan per kapita, oleh sebab itu pertambahan PDRB tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat karena terdapat kemungkinan timbulnya keadaan tersebut maka dalam konteks pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi harus dibedakan.

Ada empat model pembangunan (Suryana, 2000:73) yaitu model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan, dan model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasar empat model pembangunan tersebut, semua bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang-barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian sampai batas maksimal.

Todaro (2008:21) mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan pada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

Dalam pembangunan, Rodineli (1961) menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditunjukan untuk mengubah cara berpikir, selalu memikirkan perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenangwenang. (Sirojuzilam, 2015).

(27)

Adapun tujuan pembangunan menurut Gant (1971) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya. (Sirojuzilam, 2015).

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.

Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat dinikmati sampai pada lapisan masyarakat yang paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. (Rizky, 2017)

Menurut Simon Kuznets dalam Jhingan (2004:57) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya.

(28)

Menurut Boediono (1992:21) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi tiga aspek:

a. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses ekonomi, suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

b. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita, dalam hal ini ada dua aspek penting, yaitu output total dan jumlah penduduk.

c. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan prespektif waktu, suatu perekonomian dikatakan tumbuh jika dalam jangka waktu yang cukup lama (lima tahun) mengalami kenaikan output perkapita.

Formula untuk menghitung pertumbuhan ekonomi dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan :

Yt = Pertumbuhan Ekonomi

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto t = Periode Waktu

2.3 Pengembangan Wilayah

Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi mayarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat

(29)

kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Menurut Mulyanto (2008), pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi – potensi wilayah yang ada, untuk mendapatkan kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih baik untuk kepentingan masyarakat khususnya dan dalam skala nasional.

Pelaksanaan pengembangan wilayah sering terhambat kelancarannya baik dalam fase permulaan maupun dalam fase – fase lanjutan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti tersebut dibawah ini :

1. Landasan hukum.

2. Tidak lengkapnya/tersedianya data dan informasi penunjang yang diperlukan dalam merencanakan program-program pengembangan wilayah yang tepat sasaran.

3. Tidak tersedianya/tercukupinya sumber daya dan anggaran yang dibutuhkan.

4. Ketersediaan sumber daya manusia para pelaku pengembangan wilayah baik dibidang kuantitas, keahlian, wawasan, etos kerja maupun integritas untuk pelaksanaan pengembangan wilayah serta keterbatasan kemampuan merencanakan dan melaksanakan koordinasi.

5. Perlunya diciptakan situasi keamanan dan sikap mental masyarakat yang menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan program-program pengembangan wilayah yang direncanakan (Mulyanto, 2008).

(30)

Pengembangan wilayah akan berhasil baik bila ditunjang dengan kerja terpadu dari para pelaku – pelakunya dengan kemampuan dan integritas yang baik dan dapat bekerja dan menyusun program masing – masing secara sinkron yaitu terjadi kesatuan arah program tanpa terjadi tumpang tindih dan sinergik yaitu masing – masing akan mampu membuat program, melaksanakan aktivitas yang saling memperkuat satu terhadap lainnya (Mulyanto, 2008).

2.4 Keunggulan Komparatif

Istilah comparative advantage (keunggulan komparatif) mula-mula dikenalkan oleh David Ricardo (1917) sewaktu membahas perdagangan antara dua negara. Dalam teori tersebut, Ricardo membuktikan bahwa apabila dua negara yang saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri maka kedua negara tersebut akan beruntung. Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dari komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah rill. Apabila keunggulan itu dalam bentuk nilai tambah rill maka dinamakan keunggulan absolut. Komoditi yang memiliki keunggulan walaupun hanya bentuk perbandingan, lebih menguntungkan untuk dikembangkan dibanding dengan komoditi lain yang sama-sama diproduksi oleh kedua negara atau daerah.

(Tarigan, 2006).

2.5 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik adalah nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktifitas ekonomi

(31)

dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non residen.

Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar konstan disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

PDRB adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data PDRB adalah:

1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

(32)

4. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk.

5. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu wilayah.

2.6 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi (economic base theory) menyatakan bahwa faktor penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah atau besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi dua yakni kegiatan basis dan kegiatan non- basis, namun hanya kegiatan basis saja yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan teori basis ekonomi, kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis dapat juga disebut sebagai kegiatan ekspor, yaitu kegiatan menjual barang atau jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara itu maupun ke luar negeri, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan konsumsi lokal. Dalam Adisasmita (2008), dijelaskan bahwa menurut basis ekspor, suatu wilayah bertumbuh atau berkembang sebagai akibat dari spesialisasi dalam kegiatan ekspor, dengan ekspor akan diperoleh pendapatan, hal ini dapat meningkatkan kekayaan dan kemampuan

(33)

suatu wilayah untuk melaksanakan pembangunan dan membayar harga barang- barang yang diimpornya dari luar wilayah.

Menurut Tarigan (2007), ada beberapa cara dalam memilah kegiatan basis dan nonbasis, yaitu:

1. Metode Langsung

Metode langsung adalah metode yang dilakukan dengan cara survei langsung kepada pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. Dari jawaban yang diberikan, dapat ditentukan berapa persen produk yang dijual ke luar wilayah dan berapa persen yang dipasarkan di dalam wilayah.

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah mengukur kegiatan basis dan nonbasis secara tidak langsung. Salah satu metode tidak langsung adalah dengan menggunakan asumsi atau disebut metode asumsi. Dalam metode ini, berdsarkan kondisi di wilayah tersebut (berdasarkan data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai kegiatan basis dan kegiatan lainnya sebagai kegiatan nonbasis. Kegiatan yang mayoritas produknya dijual ke luar wilayah atau mayoritas uang masuknya berasal dari luar wilayahlangsung dianggap basis, sedangkan ynag mayoritas produknya dipasarkan lokal dianggap nonbasis.

3. Metode Campuran

Metode campuran adalah gabungan dari metode langsung dan tidak langsung.

Dalam metode campuran diadakan survei pendahuluan, yaitu pengumpulan

(34)

data sekunder, biasanya dari instansi pemerintah atau lembaga pengumpul data seperti BPS. Dari data sekunder berdasarkan analisis ditentukan kegiatan mana yang dianggap basis dan nonbasis. Apabila porsi basis dan nonbasis tidak begitu kontras, porsi itu harus ditaksir dengan cara melakukan survei lagi dan harus ditentukan sektor mana yang surveinya cukup dengan pengumpulan data sekunder dan sektor mana yang mungkin membutuhkan sampling pengumpulan data langsung dari pelaku usaha.

4. Metode Loqation Quotient

Metode Loqation Quotient(LQ) dilakukan dengan cara membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah kita dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional.

2.7 Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian yang dilakukan Muhammad Arsyad Siregar, tahun 2011, dengan judul Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Deli Serdang Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, sektor basis dan kompetitif, yaitu sektor jasa-jasa.

2. Penelitian yang dilakukan Purnama Sinaga tahun 2012, dengan judul Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten Labuhan Batu Utara setelah pemekaran. Hasil analisis Tipologi Klassen pendekatan sektoral menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang maju dan cepat tumbuh (sektor prima) di Kabupaten Labuhanbatu Utara setelah pemekaran adalah

(35)

sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor basis atau sektor unggulan Kabupaten Labuhanbatu Utara setelah pemekaran adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan, hasil analisis Shift-Share menunjukkan bahwa sektor yang memiliki daya saing (Diferential Shif) yang tinggi di Kabupaten Labuhanbatu Utara setelah pemekaran adalah sektor pertanian sektor industri pengolahan.

3. Penelitian yang dilakukan Rizal Endi, I Wayan Suparta, dan Muhammad Husaini (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Sektor Unggulan Dan Pengembangan Wilayah Di Kota Bandar Lampung 2000- 2012”. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis Klassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share. Dari hasil penellitian diperoleh: Analisis Klassen Tipology Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung yang tergolong maju dan tumbuh pesat adalah (1) sektor industri pengolahan dan (2) sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Location Quotient menunjukkan bahwa, Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung yang tergolong sektor basis adalah (1) sektor industri pengolahan, (2) sektor listrik, gas, dan air bersih, (3) sektor bangunan, (4) sektor perdagangan, hotel, dan restoran, (5) sektor pengangkutan dan komunikasi, (6) sektor keuangan, persewaan, dan jasa. Sedangkan analisis Shift Share Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung yang memiliki kemampuan bersaing (kompetitif) adalah (1) Pertanian, (2) Industri pengolahan, dan (3) Keuangan, real estat, dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor ekonomi Kota Bandar Lampung yang tidak memiliki kemampuan bersaing adalah (1) Pertambangan dan penggalian, (2)

(36)

Gas, listrik, dan air bersih, (3) Konstruksi, (4) Perdagangan, hotel, dan restoran, (5) Pengangkutan dan komunikasi, dan (6) Jasa-jasa.

4. Penelitian oleh E. Julianti, S. Martha. Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 19 – 24. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kota Pontianak Dengan Metode Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), dan Gravitasi. Hasil dari analisis diketahui terdapat 6 sektor basis yang berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak, sektor-sektor basis tersebut yaitu sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa yang kemudia didistribusikan diluar daerah.

5. Penelitian yang dilakukan Saifullah Hanif tahun 2015, dengan judul Analisis potensi sektor perekonomian dalam pengembangan wilayah Kota Subulussalam. Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis dan kompetitif adalah sektor pertanian, sektor konstruksi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

2.8 Kerangka Pemikiran

Analisis faktor penentu pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang.

Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah.

(37)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil yang diperoleh pada setiap tahapan rencana pembangunan. Oleh Sebab itu, strategi pembangunan diharapkan dapat membantu untuk menggali potensi yang ada sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi kewilayahan dan pembangunan di daerah.

Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:

1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor

Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relatif tertinggal dan sektor maju akan tetapi tertekan dari sisi pembangunan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi.

2. Sektor Basis dan Non basis

Kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan

(38)

non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.

3. Perubahan dan Pergeseran Sektor

Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi.

Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.

Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral, keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan perekonomian. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan pembangunan suatu daerah.

Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan

(39)

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sektor ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektorsektor lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan.

Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 2.1.

BA

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Perekonomian

Kabupaten Deli Serdang

Produk Domestik Regional Bruto

Klasifikasi Pertumbuhan

Sektor

Sektor Basis dan Non Basis

Perubahan dan Pergeseran

Sektor

Sektor Unggulan

Pertumbuhan Ekonomi

Pengembangan Wilayah Deli Serdang

(40)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang dimana kabupaten ini mempunyai potensi ekonomi tidak hanya dari sumber daya alam, namun juga dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi. Sumber daya manusia yang banyak dan berkualitas merupakan investasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai sumber informasi terutama sektor-sektor unggulan yang akan menjadi prioritas dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variable-variabel dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Menurut Nawawi dan Martini (1994), metode deskriptif adalah metode yang melukiskan suatu kejadian objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang, dan instansi lain yang terkait serta melalui studi kepustakaan, buku-buku, artikel ilmiah, jurnal, data dari internet dan lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

(41)

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan potensi internal yang dimiliki oleh suatu wilayah yaitu sektor basis dan non basis.

Rumus LQ adalah sebagai berikut:

Keterangan :

LQ : Nilai Location Quotient

Si : Produksi sektor tertentu i di Kabupaten Deli Serdang S : Produksi sektor seluruhnya di Kabupaten Deli Serdang Ni : Produksi sektor tertentu di Provinsi Sumatera Utara N : Produksi sektor seluruhnya di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan diatas, maka ada tiga kemungkinan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-Val dalam kuncoro, 2004), yaitu :

1. Nilai LQ = 1, ini berarti bahwa produksi sektor tertentu di Kabupaten yang bersangkutan sama dengan produksi sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini memperlihatkan bahwa Kabupaten yang bersangkutan memiliki produksi sektor yang sama sehingga Kabupaten tersebut menjadi basis daerah tersendiri.

2. Nilai LQ > 1, ini berarti bahwa produksi sektor tertentu di Kabupaten bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan produksi sektor yang sama di

(42)

Provinsi Sumatera Utara. Hal ini memperlihatkan kondisi bahwa Kabupaten yang bersangkutan memiliki produksi sektor yang lebih baik sehingga Kabupaten tersebut menjadi basis daerah tersendiri dan di Provinsi Sumatera Utara.

3. Nilai LQ < 1, ini berarti bahwa produksi sektor tertentu di Kabupaten yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan produksi sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan kondisi yang kurang baik sehingga Kabupaten tersebut bukan menjadi basis daerah tersendiri maupun di Sumatera Utara.

3.3.2 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui suatu sektor perekonomian apakah dapat diharapkan bisa menjadi sektor basis di masa yang akan datang.

Adapun rumus DLQ adalah sebagai berikut:

Keterangan:

gij : rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) sektor i di Kabupaten Deli Serdang gj : rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) di Kabupaten Deli Serdang

Gi : rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) sektor i di Provinsi Sumatera Utara G : rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) di Provinsi Sumatera Utara

t : periode waktu penelitian

Apabila hasil DLQ ≥ 1 maka sektor tersebut masih bisa diharapkan untuk menjadi sektor basis di di Kabupaten Deli Serdang pada masa yang akan datang.

Kemudian apabila nilai DLQ < 1 maka sektor tersebut tidak bisa diharapkan menjadi sektor basis di di Kabupaten Deli Serdang pada masa yang akan datang.

(43)

3.3.3 Analisis Shift Share (SS)

Metode Shift-Share adalah salah satu teknik analisis dalam ilmu ekonomi regional yang bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor utama yang mempengaruhi dan menentukan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi tersebut dapat berasal dari luar daerah maupun dari dalam daerah bersangkutan sendiri. Faktor luar daerah dapat berasal dari perkembangan kegiatan ekonomi nasional maupun internasional yang dapat mempengaruhi karena terdapatnya hubungan ekonomi yang cukup erat dengan perekonomian nasional dan bahkan juga internasional. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam daerah biasanya timbul dari struktur perekonomian daerah serta potensi khusus yang dimilki daerah yang bersangkutan (Sjafrizal, 2014 : 189)

Jhon P.Blair (1991), formulasi analisis Shift-Share ini dengan menggunakan perhitungan matematika sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:

Δyi = [yi (Yt/Y0-1)] + [yi(Yit/ Yi0) – (Yt/Y0)] + [yi (yit / yi0 ) – (Yit/ Yi0)]

Dimana :

Δyi = perubahan nilai tambah sektor i;

yi0 = nilai tambah sektor i di daerah pada awal periode;

yit = nilai tambah sektor i di daerah pada akhir periode;

Yi0

= nilai tambah sektor i di tingkat nasional pada awal periode;

Yit

= nilai tambah sektor i di tingkat nasional pada akhir periode.

Formulasi yang dibutuhkan untuk penghitungan tingkat kabupaten/kota, maka data yi yang digunakan adalah dari nilai tambah sektor i pada PDRB kabupaten/kota. Sedangkan nilai PDRB untuk tingkatan yang lebih tinggi, Yi0

dan Yit

dari PDRB pada tingkat provinsi.

(44)

Formulasi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah suatu daerah dapat diuraikan (decompose) atas tiga bagian yaitu:

1. Regional Share : [yi (Yt /Y0 - 1)] adalah merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh dorongan faktor luar yaitu : peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional yang berlaku kepada seluruh daerah, atau karena dorongan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dengan daerah tetangga;

2. Proportionality Shift (Mixed Shift) : [yi(Yit / Yi0) – (Yt/Y0)] adalah komponen pertumbuhan ekonomi dari dalam daerah sendiri yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang relatif baik, yaitu berspesialisasi pada sektor- sektor yang secara nasional pertumbuhannya cepat seperti sektor industri.

3. Differential Shift (Competitive Shift) : [yi (yit

/ yi0

) – (Yit

/ Yi0

)] adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan inilah yang merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah bersangkutan.

Dengan mengikuti formulasi tersebut akan dapat diketahui komponen atau unsur pertumbuhan mana yang telah berperan terhdap pertumbuhan ekonomi wilayah bersangkutan. Nilai masing – masing komponen dapat saja negatif atau positif , tetapi jumlah keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif dan demikian pula sebaliknya.

Jika Proportionality Shift hasilnya positif maka sektor tersebut tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian nasional atau dalam hal ini adalah provinsi dan

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka PemikiranPerekonomian
Tabel 3.1. Matriks Analisis Tipologi Klassen

Referensi

Dokumen terkait

Analisis tipologi klassen menggunakan nilai shift-share (Cij) yang digabungkan dengan nilai LQ, terdapat satu daerah memiliki 1 sektor unggulan, lima daerah memiliki

Adapun sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan terspesialisasi di Kabupaten Madiun berdasarkan analisis Shift Share Esteban Marquillas adalah sektor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sektor unggulan di kota Madiun berdasarkan hasil uji analisia shift share klasik, shift share Estaban Marquillas, dan shift share Arcelus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi keunggulan dan memiliki daya saing kompetitif serta spesialisasi sebagai potensi ekonomi

analisis Shift Share , yang berguna untuk mengetahui perkembangan sektor basis serta kemampuan masing – masing sektor atau sub sektor basis dalam menyumbang pertumbuhan

Berdasarkan hasil analisis Shift-Share diperoleh sektor yang menjadi spesialisasi di Kabupaten Simalungun adalah sektor yang memiliki nilai S-S positif yaitu Sektor

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa terdapat beberapa sektor yang sangat kuat dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Manggarai yaitu sektor

Untuk menganalisis tingkat pertumbuhan pada masing-masing sektor yang ada di Kabupaten Solok, maka teknik yang akan digunakan adalah analisis shift share, dimana