• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi pada suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi yang menghasilkan barang dan jasa, yang selanjutnya akan menghasilkan aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang ada dalam masyarakat. Pertumbuhan ekonomi selalu ditunjukkan oleh pertumbuhan atau perubahan peranan dari masing-masing sektor ekonomi yang dimiliki daerah tersebut.

Gambar 4.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 – 2020

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Deli Serdang 7,50 5,24 5,32 5,10 5,15 5,18 -1,78

Sumatera Utara 5,23 5,10 5,18 5,12 5,18 5,22 -1,07

-4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00

Pada periode 2014 – 2020 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang rata-rata mencapai 4,53 persen berada diatas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yaitu 4,28 persen pada periode waktu yang sama. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Deli Serdang sebesar 7,50 persen dan pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Deli Serdang mengalami kontraksi sebesar 1,78 persen. Hal ini disebabkan oleh pandemi covid19 yang berlangsung sejak awal 2020 yang memberikan dampak pada perubahan tatanan kehidupan sosial serta penurunan kinerja ekonomi. Pada periode 2014 – 2020 pertumbuhan ekonomi Deli Serdang mengalami fluktuasi dari 5,24 persen di tahun 2015 naik menjadi 5,32 persen tahun 2016, turun tahun 2017 menjadi 5,10 persen, naik pada tahun 2018 menjadi 5,15 persen, naik lagi pada tahun 2019 menjadi 5,18 persen dan 2020 turun menjadi minus 1,78 persen.

Gambar 4.3

Grafik Rata-Rata Sumber Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 – 2020

Dari grafik diatas terlihat bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor tertinggi penyumbang pada sumber pertumbuhan ekonomi Deli Serdang pada periode tahun 2014-2020 yaitu sebesar rata-rata 0,99 persen, disusul sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai rata-rata sebesar 0,86 persen. Sektor berikutnya adalah sektor konstruksi sebesar 0,76 persen, sektor transportasi dan pergudangan sebesar 0,65 persen dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,43 persen.

4.4. Sektor Unggulan Kabupaten Deli Serdang 4.4.1. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi alam PDRB yang dapat digolongkan ke dalam sektor-sektor basis dan non basis. LQ merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Deli Serdang terhadap besarnya peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi Sumatera Utara.

Nilai LQ>1 berarti bahwa peranan suatu sektor di Kabupaten Deli Serdang lebih dominan dibandingkan sektor di tingkat Provinsi Sumatera Utara dan hal ini meunjukkan bahwa Kabupaten Deli Serdang surplus akan produk sektor tersebut.

Sebaliknya bila nilai LQ < 1 berarti peranan sektor tersebut lebih kecil di Kabupaten Deli Serdang dibandingkan peranannya di tingkat Provinsi Sumatera Utara.

Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Deli Serdang dari kurun waktu tahun 2014-2020 yang disajikan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) sektor basis atau LQ>1, yang terdiri dari sektor transportasi dan

pergudangan, dengan rata-rata LQ sebesar 1,75; yang diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan LQ rata sebesar 1,66; sektor konstruksi dengan LQ rata-rata sebesar 1,20; sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan LQ rata-rata sebesar 1,17; dan sektor pengadaan listrik dan gas dengan LQ rata-rata sebesar 1,13. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor tersebut pada daerah Kabupaten Deli Serdang lebih baik daripada peranan sektor tersebut apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dan sektor tersebut menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan, memiliki keunggulan komparatif serta hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di Kabupaten Deli Serdang tetapi juga dapat di ekspor ke luar wilayah penelitian.

Hal-hal yang menyebabkan kelima sektor tersebut memiliki peranan yang lebih baik dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sektor Transportasi dan Pergudangan

Sektor transportasi dan pergudangan mempunyai nilai LQ yang tertinggi diantara sektor lain selama tahun 2014-2020 dengan LQ rata rata sebesar 1,75 menunjukkan bahwa peranan sektor ini lebih menonjol hal ini disebabkan telah beroperasinya Bandara Kualanamu di Kabupaten Deli Serdang sejak pertengahan tahun 2013. Dengan adanya Bandara Kualanamu akan menjadi salah satu penggerak bagi perekonomian untuk sektor lainnya.

b. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan merupakan sektor kedua yang memiliki LQ>1 dimana nilai LQ rata-ratanya sebesar 1,66. Sektor ini merupakan sektor yang mempunyai peranan atau kontribusi terbesar dalam pembentukan perekonomian Kabupaten Deli Serdang.

c. Sektor Konstruksi

Sektor konstruksi merupakan sektor ketiga yang memiliki LQ>1 dimana nilai LQ rata-ratanya sebesar 1,20. Percepatan pembangunan infrastruktur merupakan salah satu faktor pendukung tingkat kesejahteraan masyarakat dan daya saing suatu daerah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana dimaksud diantaranya adalah pembangunan/perbaikan jalan, irigasi, perumahan, jalan tol, dan pekerjaan gedung dan bangunan sipil baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya.

d. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan sektor keempat yang memiliki LQ>1 dimana nilai LQ rata-ratanya sebesar 1,17. Seiring dengan pembangunan Bandara Kualanamu sektor penyediaan akomodasi dan makan minum juga ikut berkembang dengan bertambahnya sarana akomodasi dan penyediaan makan minum.

e. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas

Sektor pengadaan listrik dan gas merupakan sektor kelima yang memiliki LQ>1 dimana nilai LQ rata-ratanya sebesar 1,13. Sektor ini merupakan sektor yang menjadi sunber energi bagi kegiatan ekonomi sektor-sektor lainnya terutama sektor industri pengolahan sehingga permintaan sektor ini terus meningkat.

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2020

Sedangkan sektor yang memiliki LQ<1 yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor

administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; sektor jasa pendidikan dan sektor Jasa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor - sektor tersebut di daerah penelitian ternyata lebih kecil apabila dibandingkan peranan sektor – sektor tersebut secara regional (terhadap Provinsi Sumatera Utara) dan produksi komoditas pada daerah penelitian tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga memerlukan pasokan atau impor dari luar wilayah tersebut.

4.4.2. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)

Metode Location Quotient (LQ) mempunyai kelemahan yang harus diatasi, kelemahan LQ yaitu analisanya yang bersifat statis sehingga tidak dapat menangkap kemungkinan perubahan-perubahan yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Karena sektor unggulan pada saat ini belum tentu tetap menjadi sektor unggulan di tahun yang akan datang dan begitu juga sebaliknya, sektor non unggulan pada saat ini kemungkinan akan berubah menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang.

Metode DLQ adalah metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan posisi sektor perekonomian dimasa yang akan datang. Dalam artian bahwa suatu sektor yang ada pada saat ini terjadi sektor unggulan belum tentu akan menjadi sektor unggulan pada masa yang akan datang. Apabila nilai DLQ ≥ 1, maka suatu sektor perekonomian tersebut merupakan sektor unggulan dimasa yang akan datang, sedangkan jika nilai DLQ < 1, maka suatu sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan dimasa yang akan datang.

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2020

No Lapangan Usaha DLQ Keterangan

1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 0,17 Non Basis

2 Pertambangan dan Penggalian 0,35 Non Basis

3 Industri Pengolahan 1,58 Basis

4 Pengadaan Listrik dan Gas 2,02 Basis

8 Transportasi dan Pergudangan 734,59 Basis 9 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 1,26 Basis

10 Informasi dan Komunikasi 0,23 Non Basis

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,06 Basis

12 Real Estate 3,52 Basis

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 1,27 Basis

17 Jasa lainnya 0,35 Non Basis

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel hasil perhitungan Dynamic Location Quotient menunjukkan bahwa terdapat 10 (sepuluh) sektor basis yaitu sektor industri pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; sektor transportasi dan pergudangan;

sektor penyediaan akomodasi dan makan minum; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor jasa pendidikan; dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sedangkan 7 (tujuh) sektor lainnya merupakan sektor non basis yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan;

sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; sektor konstruksi; sektor informasi dan komunikasi; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; dan sektor jasa lainnya.

4.4.3. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui proses pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang dikaitkan dengan perekonomian daerah yang menjadi referensi, yaitu Provinsi Sumatera Utara. Analisis Shift Share dalam penelitian ini menggunakan data PDRB untuk menguraikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang. Pertumbuhan PDRB total (ΔY) dapat diuraikan menjadi komponen shift dan komponen share, yaitu:

a. Komponen Regional Share (RS) merupakan komponen pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang yang disebabkan oleh dorongan faktor luar yaitu: peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional/provinsi yang berlaku kepada seluruh daerah, atau karena dorongan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dengan daerah tetangga.

b. Komponen Proportional Shift (PS), mengukur besarnya net shift Kabupaten Deli Serdang yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang yang berubah. Apabila Proportional Shift positif,

artinya Kabupaten Deli Serdang berspesialisasi pada sektor-sektor yang pada tingkat Provinsi Sumatera Utara tumbuh relatif cepat dan apabila Proportional Shift negatif, berarti Kabupaten Deli Serdang berspesialisasi pada sektor-sektor di tingkat Provinsi Sumatera Utara pertumbuhannya lebih lambat atau sedang menurun.

c. Komponen Differential Shift (DS), merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif.

Unsur pertumbuhan inilah yang merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah bersangkutan. Jika Differential Shift hasilnya positif maka sektor tersebut memiliki daya saing yang kuat dan jika Differential Shift hasilnya negatif maka sektor tersebut tidak memiliki daya saing.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis shift share, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp. 14.806,08 milyar. Besaran pertumbuhan tersebut diciptakan oleh pengaruh positif dari kontribusi dan peranan pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara serta kegiatan ekonomi daerah tetangga sebesar Rp.15.181,61milyar, nilai proportional shift bernilai sebesar negatif Rp. 1.411,49 milyar serta pengaruh persaingan atau differential shift bernilai sebesar Rp.

1.035,95 milyar. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Shift Share

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2020

No Lapangan Usaha RS PS DS Total

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.869,14 243,62 -384,28 1.728,48 2 Pertambangan dan Penggalian 125,28 -2,99 -10,65 111,63 3 Industri Pengolahan 4.956,43 -2.000,88 514,22 3.469,77

4 Pengadaan Listrik dan Gas 22,69 2,28 7,24 32,21

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 6,81 1,99 -1,44 7,36

6 Konstruksi 2.204,62 226,81 368,95 2.800,38

7 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2.491,62 143,13 377,68 3.012,43 8 Transportasi dan Pergudangan 1.216,19 -417,38 -95,18 703,63 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 383,91 38,20 57,63 479,74

10 Informasi dan Komunikasi 226,41 257,48 -90,10 393,79 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 417,18 -145,19 38,67 310,66

12 Real Estate 478,27 139,09 234,55 851,91

13 Jasa Perusahaan 64,69 7,00 16,74 88,42

14 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 285,04 20,08 -50,27 254,85

15 Jasa Pendidikan 257,00 34,09 37,68 328,77

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 136,29 33,50 19,97 189,76

17 Jasa lainnya 40,06 7,70 -5,46 42,30

Jumlah 15.181,61 -1.411,49 1.035,95 14.806,08

Sumber: Data diolah

Hasil perhitungan analisis shift share PDRB Kabupaten Deli Serdang tahun 2014-2020 pertumbuhan komponen Proportional Shift ada yang bernilai negatif dan positif. Nilai PS positif, berarti perekonomian Kabupaten Deli

Serdang berspesialisasi pada sektor yang sama yang tumbuh cepat dari perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya apabila nilai PS negatif, berarti perekonomian Kabupaten Deli Serdang berspesialisasi pada sektor yang sama dan tumbuh lambat dari perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Nilai proportional shift negatif di Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp. -1.411,49 milyar, besaran ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan sektor – sektor perekonomian di Kabupaten Deli Serdang lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan di Provinsi Sumatera Utara.

Sektor-sektor yang memiliki nilai komponen pertumbuhan Proportional Shift positif terdapat sebanyak 13 (tiga belas) sektor, yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; sektor konstruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; sektor penyediaan akomodasi dan makan minum; sektor informasi dan komunikasi;

sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; sektor jasa pendidikan; sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan sektor jasa lainnya.

Sedangkan sektor–sektor yang memiliki nilai komponen pertumbuhan Proportional Shift negatif sebanyak 4 (empat) sektor yang terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor transportasi dan pergudangan; dan sektor jasa keuangan dan asuransi.

Differential shift digunakan untuk mengukur pengaruh persaingan/daya saing sektor – sektor ekonomi dalam kurun waktu tertentu dalam suatu wilayah.

Efek persaingan digunakan untuk mengetahui bagaimana daya saing sektor –

sektor di Kabupaten Deli Serdang dibandingkan dengan sektor – sektor di Provinsi Sumatera Utara. Bila dilihat berdasarkan hasil perhitungan selama kurun waktu 2014 - 2020, besaran nilai differential shift di Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp. 1.035,95 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Deli Serdang memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan Provinsi Sumatera Utara.

Nilai differential shift (DS) dari sektor/lapangan usaha PDRB Kabupaten Deli Serdang selama kurun waktu tahun 2014 – 2020 ada yang bernilai positif dan negatif. Jika nilai differential shift positif, maka sektor ekonomi Kabupaten Deli Serdang memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Jika nilai differential shift negatif, maka sektor tersebut memiliki daya saing yang lebih rendah dibandingkan sektor yang sama di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Terdapat 10 (sepuluh) sektor dalam perekonomian Kabupaten Deli Serdang dengan nilai differential shift positif, yaitu: sektor industri pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor konstruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; penyediaan akomodasi dan makan minum; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor jasa pendidikan; dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Sedangkan 7 (tujuh) sektor lainnya, yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; sektor transportasi dan pergudangan;

sektor informasi dan komunikasi; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; dan sektor Jasa lainnya memiliki nilai differential shift

negatif, hal ini menunjukkan bahwa sektor - sektor tersebut memiliki daya saing yang rendah.

4.4.4. Analisis Tipologi Klassen

Analisis tipologi klassen dapat digunakan untuk menganalisis pengelompokan potensi sektor-sektor ekonomi menurut masing-masing daerah.

Dalam hal ini indikator yang digunakan adalah laju pertumbuhan dan kontribusi dari masing-masing sektor pada setiap daerah. Dengan demikian dapat diketahui sektor-sektor ekonomi yang pertumbuhannya bersifat andalan, potensial, berkembang dan terbelakang/tertinggal. Posisi sektor perekonomian Kabupaten Deli Serdang dapat ditentukan dengan memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 4.7. menyajikan nilai rata-rata laju pertumbuhan dan rata-rata kontribusi masing – masing sektor yang diolah dari data PDRB Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi Sumatera Utara. Sektor yang memiliki kontribusi rata-rata paling besar terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang adalah sektor industri pengolahan; diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; dan sektor konstruksi. Sedangkan sektor yang mempunyai rata-rata kontribusi paling kecil adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; dan sektor pengadaan listrik dan gas. Untuk pertumbuhan rata-rata terbesar ditunjukkan oleh sektor transportasi dan pergudangan; diikuti oleh sektor real estate; dan sektor informasi dan komunikasi. Sedangkan rata-rata pertumbuhan paling kecil adalah sektor jasa keuangan dan asuransi; dan sektor industri pengolahan.

Tabel 4.7

Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Rata-Rata Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi Sumatera Utara 2014-2020

No Lapangan Usaha 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,52 10,74 4,55 21,56

2 Pertambangan dan Penggalian 3,70 0,74 4,20 1,31

3 Industri Pengolahan 3,06 31,87 2,62 19,84

4 Pengadaan Listrik dan Gas 6,16 0,12 5,17 0,11

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 4,46 0,05 5,28 0,10

6 Konstruksi 5,13 15,61 4,86 13,68

7 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,18 16,46 4,72 17,97 8 Transportasi dan Pergudangan 10,87 8,85 3,41 4,94 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 5,42 2,63 4,92 2,36

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,89 2,00 4,75 3,68

15 Jasa Pendidikan 5,30 1,53 4,84 1,87

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,83 0,93 5,29 0,97

17 Jasa lainnya 4,57 0,28 5,18 0,56

Sumber: Data diolah

Untuk Provinsi Sumatera Utara yang memiliki rata-rata kontribusi terbesar adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; diikuti oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. Sedangkan rata-rata kontribusi terkecil adalah sektor pengadaan listrik dan gas; diikuti oleh sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang. Untuk rata-rata pertumbuhan ekonomi yang paling besar di Sumatera Utara adalah sektor informasi dan komunikasi; diikuti oleh sektor real estate; dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sedangkan rata-rata pertumbuhan terkecil berada pada sektor jasa keuangan dan asuransi; dan sektor industri pengolahan.

Selanjutnya dengan analisis Tipologi Klassen diperoleh sektor-sektor yang yang termasuk dalam sektor ekonomi andalan, sektor ekonomi potensial, sektor ekonomi berkembang dan sektor ekonomi tertinggal di Kabupaten Deli Serdang.

Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen pada tabel 4.8. menunjukkan bahwa sektor ekonomi andalan di Kabupaten Deli Serdang ada 5 (lima) sektor andalan yaitu sektor industri pengolahan; sektor pengadaan listrik dan gas; sektor konstruksi; sektor transportasi dan pergudangan; dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum.

Sementara itu sektor ekonomi berkembang yang ada Deli Serdang ada 6 (enam) sektor adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor jasa pendidikan; dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Tabel 4.8

Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang 2014-2020 Berdasarkan Tipologi Klassen

 Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

 Sektor Real Estate

 Sektor Jasa Perusahaan

 Sektor Jasa Pendidikan

 Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Sedangkan sektor ekonomi tertinggal di Deli Serdang ada 6 (enam) sektor yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan

penggalian; sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;

sektor informasi dan komunikasi; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; dan sektor jasa lainnya. Selain itu Deli Serdang tidak memiliki sektor yang termasuk pada kuadran II yaitu sektor ekonomi potensial.

Dari hasil tersebut diatas pemerintah bisa menfokuskan sasaran utama pembangunan dan membuat prioritas sektor apa yang perlu ditingkatkan dan sektor-sektor yang perlu dikembangkan agar pertumbuhan ekonomi meningkat dan pemerataan pembangunan bisa dirasakan oleh masyarakat.

4.4.5. Analisis Per Sektor

Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian di Kabupaten Deli Serdang dengan menggabungkan hasil analisis dan perhitungan dari masing–masing sektor atau lapangan usaha dengan menggukanan keempat alat analisis, yaitu : analisis Location Quotient (LQ), analisis Dynamic Location Quotient (DLQ), analisis Shift Share, dan analisis Tipologi Klassen, yang akan digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan.

4.4.5.1.Analisis Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Berdasarkan hasil analisis sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, nilai LQ rata-rata sebesar 0,48 atau LQ< 1 yang berarti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor non basis. Sedangkan untuk nilai DLQ sebesar 0,17 atau DLQ< 1 yang berarti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor non basis dimasa mendatang.

Hasil perhitungan shift share sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, nilai proportional shift sebesar Rp.243,62 milyar, menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lebih cepat dibandingkan di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan nilai komponen differential shift sebesar negatif Rp.384,28 milyar, nilai differential shift negatif menunjukkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki daya saing yang rendah daripada di tingkat Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 4.9

Analisis Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

No. Aspek Parameter Makna

1 Location Quotient < 1 Sektor Non Basis 2 Dynamic Location Quotient < 1 Sektor Non Basis 3 Proportional Shift Positif (+) Tumbuh lebih cepat 4 Differential Shift Negatif (-) Daya saing lebih rendah 5 Tipologi Klassen Kuadran 4 Sektor ekonomi tertinggal

Sumber: Data diolah

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang memberikan peranan penting terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang. Hal ini ditunjukkan oleh besaran rata-rata kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencapai 10,74 persen dan menempati urutan keempat dalam kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Deli Serdang. Laju pertumbuhan rata-rata sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mencapai 3,52 persen dibawah laju pertumbuhan rata-rata di tingkat provinsi yang mencapai 4,55

persen, maka berdasarkan analisis Tipologi Klassen sektor ini diklasifikasikan sebagai sektor ekonomi tertinggal.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dapat digolongkan sebagai sektor bukan unggulan karena sektor ini tergolong sektor non basis, tumbuh lebih cepat namun

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dapat digolongkan sebagai sektor bukan unggulan karena sektor ini tergolong sektor non basis, tumbuh lebih cepat namun

Dokumen terkait