• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012707 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012707 Full text"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

SANTO BERNARDUS PEKALONGAN

OLEH DESTALIA PUTRI

80 2012 707

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah

gaya belajar atau learning style. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris

hubungan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo

Bernardus Pekalongan. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo

Bernardus Pekalongan yang berjumlah 95 siswa. Pengumpulan data menggunakan

instrumen berupa angket KLSI (Kolb Learning Style Inventory) untuk mengukur

variabel gaya belajar siswa, sedangkan prestasi belajar matematika diukur berdasarkan

studi dokumentasi yang diambil dari nilai asli hasil tes sub sumatif Tahun Ajaran

2013-2014 mata pelajaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara gaya belajar keseluruhan yang terdiri dari diverger,

assimilator, converger, maupun accomodator dengan prestasi belajar matematika pada

kelas XI SMA Santo Bernardus dengan koefisien hubungan sebesar 0,594 dengan p =

0,000 (p < 0,05). Gaya belajar converger merupakan gaya belajar paling berperan

terhadap prestasi belajar matematika di Kelas XI SMA Santo Bernardus.

(6)

ii

Abstract

Learning achievement is influenced by many factors, one of which is included learning

style. The objective of this study was to test empirically the relationship between

learning style with mathematics achievement in student grade XI SMA Santo Bernadus

Pekalongan. Samples were numbered 95 students grade XI from SMA Santo Bernadus

Pekalongan. Collecting data was using measuring instrument KLSI (Kolb Learning

Style Inventory) to measure the student’s learning style, whereas the student’s

mathemathics achievement measured by documental study taken from mathema thics

sub-summative test resut 2013-2014 school year. The results showed a positive and

significant relationship between the overall learning styles comprising diverger,

assimilator, Converger, nor accomodator with mathematics achievement in grade XI

SMA Santo Bernadus with a coefficient of correlation of 0.594. Converger learning style

is the most instrumental learning styles to mathematics achievement in grade XI SMA

Santo Bernadus Pekalongan.

(7)

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting

dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada

hakekatnya merupakan cermin dari usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang

telah dicapai setelah siswa mendapat pengajaran dalam waktu tertentu. Semakin baik

usaha belajar semakin baik pula prestasi yang dicapai. Dengan kata lain, prestasi siswa

merupakan cerminan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.

Menurut Slameto (2003) bahwa prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan sejauhmana

pengetahuan anak terhadap materi yang diterima. Dari pengertian tersebut, dapat

dikatakan bahwa prestasi merupakan hal yang penting dalam pendidikan karena menjadi

salah satu alat ukur sejauhmana tingkat pemahaman siswa dalam memahami suatu

materi. Selain itu, tinggi rendahnya prestasi belajar sering pula dikaitkan dengan baik

buruknya mutu pendidikan. Prestasi belajar yang baik pasti ditentukan oleh bagaimana

proses belajar, proses atau gaya belajar pasti berbeda-beda dan masing-masing gaya

belajar memiliki nilai positif dan negatif. Tetapi yang paling mempengaruhi pola belajar

terhadap prestasi belajar adalah murid itu sendiri. Jika dia punya motivasi yang tinggi

untuk mengembangkan pola belajar maka pola belajar tersebut akan membaik dan hasil

prestasinya pun juga akan membaik (Sularso, 2006).

Prestasi belajar matematika adalah prestasi belajar yang berkaitan dengan

kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan lambang bilangan atau

simbol-simbol, ketajaman penalaran atau pembuktian, dan menggunakan konsep untuk

menganalisa dan menyelesaikan masalah-masalah matematis atau non matematis

(Gunartomo, 2003). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil

belajar atau prestasi belajar yaitu: faktor dari dalam diri dan faktor dari lingkungan.

(8)

2

belajar. Sedangkan faktor dari lingkungan meliputi : keluarga, sekolah, masyarakat, dan

lingkungan sekitar (Djaali, 2007). Kossay (2005), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempunyai hubungan dengan prestasi belajar matematika antara lain: keteraturan

belajar, jarak tempat tinggal, dan cita-cita. Keteraturan belajar adalah kadar konsistensi

kegiatan belajar harian di luar jam sekolah pada hari sekolah. Sedangkan jarak tempat

tinggal adalah jarak tempuh yang dilakukan siswa dalam mencapai lokasi sekolah.

Prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya

adalah gaya belajar atau learning style. Learning style atau gaya belajar adalah suatu

karakteristik afektif, kognitif dan psikomotoris. Gaya belajar merupakan indikator

supaya pembelajar merasa paling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan

belajar pembelajar (NASSP dalam Widiyanti, 2011). Handayani (dalam Ramlah dkk.,

2014) juga mengungkapkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua agar

anaknya memiliki prestasi yang baik adalah dengan menemukan gaya belajar anak dan

menerima anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Ardi (2007) menyatakan bahwa hasil belajar optimal akan diperoleh apabila

beragam perbedaan seperti kebiasaan, minat, dan gaya belajar pada siswa lebih

ditekankan oleh guru melalui pilihan metoda mengajar dan materi ajar yang sesuai

dengan gaya belajar peserta didik. Di kalangan pendidik telah dipahami bahwa setiap

peserta didik memiliki berbagai macam cara dalam belajar. Dua individu yang tumbuh

dalam lingkungan yang sama, mendapat perlakuan yang sama, belum tentu mempunyai

pemahaman, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap lingkungan sekitar.

Masing-masing mempunyai cara sendiri terhadap setiap peristiwa yang dibuat dan dialami

(Suradi, 2007). Sama halnya setiap siswa mempunyai cara sendiri yang disukai dalam

(9)

berbeda dalam mengolah informasi berkaitan dengan proses belajar.

Menurut Kolb (1984), gaya belajar melibatkan pengalaman baru siswa,

mengembangkan observasi atau merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan

teori untuk memecahkan masalah. Batasan pengertian gaya belajar model Kolb, terdapat

dua aspek, yaitu: pengalaman konkret pada suatu pihak dan konseptual abstrak pada

pihak lain, serta eksperimentasi aktif pada suatu pihak dan observasi reflektif pada

pihak lain. Gaya belajar model Kolb terdiri dari empat kutub kecenderungan yaitu:

Kutub perasaan atau Concrete Experience (CE) adalah belajar melalui perasaan, dengan

menekankan segi-segi pengalaman konkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama

dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Kutub pengamatan atau Reflection

Observation (RO) adalah belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati

sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu

menyimak makna dari hal-hal yang diamati.

Kutub pemikiran atau Abstract Conceptualization (AC) adalah belajar melalui

pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis,

dan pemahaman intelektual dari situasi yang dihadapi, dan kutub tindakan atau Active

Experimentation (AE) adalah belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi

kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang

lain lewat perbuatannya. Keempat kutub tersebut membentuk empat kombinasi gaya

belajar, yaitu: gaya belajar Diverger perpaduan antara Concrete Experience (CE)

dan Reflective Observation (RO), gaya belajar Assimillator perpaduan antara Abstract

Conceptualization (AC) dan Reflective Observation (RO), gaya belajar Converger

perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective Observation (RO),

(10)

4

Experimentation (AE).

Kolb (1984), mengemukakan bahwa tidak ada individu yang gaya belajarnya

secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tersebut. Biasanya yang terjadi

adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi

belajar. Dari dua kutub membentuk empat kombinasi gaya belajar, yaitu:

1. Gaya belajar divergen merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling

and watching), yaitu gaya belajar individu yang membentuk pengalaman belajar

melalui menghayati sendiri secara konkret, kemudian mentransformasikan ke dalam

pengamatan reflektif. Individu dengan gaya belajar divergen unggul dalam melihat

situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap

situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Individu seperti ini menyukai

tugas belajar yang menuntutnya untuk curah ide-ide (brainstorming), biasanya juga

menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.

2. Gaya belajar assimillator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati

(thinking and watching), yaitu gaya belajar individu yang menangani pengalaman

melalui konseptualisasi abstrak dan mentransformasi ke dalam pengamatan reflektif.

Individu dengan gaya belajar asimilasi memiliki kelebihan dalam memahami

berbagai sajian informasi serta merangkumnya dalam suatu format yang logik,

singkat, dan jelas. Biasanya individu dengan gaya belajar ini kurang perhatian

kepada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga

cenderung lebih teoritik.

3. Gaya belajar convergen merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking

and doing), yaitu gaya belajar dengan membentuk pengalaman melalui

(11)

Individu dengan tipe konvergen unggul dalam menemukan fungsi praktis dari

berbagai ide dan teori. Individu biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, cenderung lebih menyukai tugas-tugas

teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.

4. Gaya belajar accomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan

(feeling and doing), yaitu gaya belajar yang menafsirkan pengalaman melalui

menghayati sendiri secara konkret dan mentransformasi pengalamannya ke

eksperimentasi aktif. Individu dengan gaya belajar akomodasi memiliki kemampuan

belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Individu

membuat rencana dan melibatkan diri dalam berbagai pengalaman baru yang

menantang. Individu cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati

daripada berdasarkan analisis logik. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka

biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/

informasi) dibanding analisis teknis.

Gaya belajar diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar. Terbukti dari

penelitian yang dilakukan oleh Sadwika (2005), yang menemukan bahwa semua gaya

belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar bidang kognitif pada 127 siswa

kelas X di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Begitu pula dengan hasil penelitian

Missa (2005) juga menemukan hal serupa bahwa ada hubungan yang positif antara gaya

belajar Asimilator dengan prestasi belajar siswa pada 68 siswa kelas 1 di SMKN 2 Soe.

Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Utami (2008) bahwa ada hubungan yang

positif antara gaya belajar dengan hasil belajar pada 60 mahasiswa Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Prof. DR. Moestopo. Selanjutnya hasil penelitian Kolb (dalam

(12)

6

gaya belajar dengan spesialisasi pendekatan tertentu, misalnya gaya belajar Diverger

dengan bidang sejarah atau psikologi, gaya belajar Assimilator dengan kimia,

matematika, sosiologi, dan ekonomi. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Aoetpah

(2005) mendapati hasil penelitiannya yaitu tidak ada hubungan yang positif antara gaya

belajar dengan prestasi belajar pada 61 siswa kelas II Pekerjaan Sosial SMK N 2 Soe.

Supeno (2003) juga menemukan bahwa tidak mendapati korelasi yang signifikan antara

gaya belajar dengan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar yang baik pasti ditentukan oleh bagaimana proses belajar

individu untuk menuju hasil prestasi yang baik tadi. Proses atau gaya belajar pasti

berbeda-beda dan masing-masing memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Gaya belajar

memiliki nilai positif dan negatif begitu juga dengan dampaknya kepada orang tersebut

dan di sekelilingnya. Memang betul ada pola belajar yang tidak baik dan karena itu

menghasilkan prestasi belajar yang buruk tetapi kalau pola belajar baik sudah dijamin

mendapat hasil yang memuaskan (Sularso, 2006).

Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara pada tanggal 29 Oktober 2011

terhadap salah satu staf pengajar matematika di SMA Santo Bernardus Pekalongan yaitu

siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran yang pada akhirnya

berdampak pada hasil belajar mereka khususnya pada Mata Pelajaran Matematika.

Siswa juga kerap kesulitan menyesuaikan cara belajar mereka dengan cara mengajar

guru di sekolah. Demikian juga di rumah, siswa kadang harus belajar dengan aturan

yang sudah ditetapkan oleh orang tua.

Proses pembelajaran yang dilakukan siswa kelas XI SMA Santo Bernardus

Pekalongan dalam penilaiannya khususnya pada pelajaran matematika, penilaian yang

(13)

dihasilkan oleh para siswa. Apabila tingkat keberhasilan masih berada di bawah

rata-rata, maka mata pelajaran yang telah diberikan guru belum diserap baik oleh kelas.

Untuk itu perlu dikaji kembali apakah soalnya terlalu sulit, atau soalnya sudah

benar-benar sesuai dengan indikator, atau cara pembelajarannya kurang baik sehingga siswa

kurang memahami materi pelajaran. Jika soalnya tidak terlalu sulit maka perlu

memperbaiki kegiatan pembelajarannya termasuk metodenya, media atau strategi

pembelajarannya. Adapun harapan yang ingin dicapai pihak sekolah adalah dengan

menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dapat meningkatkan nilai dan tingkat

pemahaman siswa dalam pelajaran matematika sehingga nilai yang diperoleh dan

prestasi yang didapatkan dapat meningkat. Keadaan tersebut menjadi perhatian bagi

semua guru matematika di SMA Santo Bernardus Pekalongan untuk berusaha mencari

jalan keluar agar hasil belajar siwa dapat ditingkatkan.

Gaya belajar merupakan faktor internal yang terdapat dalam diri siswa yang dapat

mendukung prestasi belajarnya. Gaya belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah

Gaya belajar dalam kegiatan pembelajaran matematika. Apabila guru menyesuaikan

metode belajarnya dengan gaya belajar siswa, kemungkinan siswa akan mendapatkan

prestasi belajar matematika yang optimal. Siswa akan dengan mudah menyerap,

memahami dan mengolah segala informasi dalam pembelajaran matematika dengan

baik. Uraian di atas dapat digunakan sebagai arahan berpikir, bahwa gaya belajar

matematika siswa secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dengan prestasi

belajar matematikanya (Handayani dalam Ramlah dkk., 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini adalah:

adakah hubungan yang signifikan antara jenis gaya belajar dengan prestasi belajar

(14)

8

bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara jenis gaya belajar

dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo Bernardus

Pekalongan.

Hipotesis

Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: “Ada hubungan positif

antara gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo

Bernardus Pekalongan”

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pada

penelitian ini terdapat dua variabel, gaya belajar sebagai variabel bebas dan prestasi

belajar matematika sebagai variabel terikat.

Partisipan

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo Bernardus

Pekalongan yang berjumlah 95 siswa. Subjek dari kelas IPA berjumlah 29 terdiri dari

subjek perempuan sebesar 17 orang (17,9%) dan subjek laki-laki sebesar 12 orang

(12,6%). Kemudian subjek dari kelas IPS berjumlah 66 terdiri dari subjek perempuan

sebesar 41 orang (25,3%) subjek laki-laki sebesar 42 orang (44,2%).

(15)

Teknik sampel menggunakan sa mpling jenuh atau studi populasi karena

mengambil semua populasi sebagai sampel.

Pengukuran

Gaya belajar diukur menggunakan instrumen berupa angket KLSI (Kolb Learning

Style Inventory) 1985 yang diadaptasi dari Sulistyaningrum (2011), sedangkan prestasi

belajar matematika diukur berdasarkan studi dokumentasi yang diambil dari nilai asli

dari hasil tes sub sumatif Tahun Ajaran 2013-2014 mata pelajaran matematika. Nilai

diperoleh dari guru mata pelajaran matematika dari kelas XI.

Sebelum pengambilan data penelitian, instrumen berupa angket KLSI (Kolb

Learning Style Inventory) terlebih dahulu dilakukan seleksi item dan reliabilitas. Hasil

seleksi item dari masing-masing kelompok model belajar baik CE, AE, AC dan RO

mempunyai r hitung yang ditunjukkan oleh nilai Corrected Item Total Correlation

masing-masing itemnya lebih besar dari 0,3. Diperoleh kisaran r hitung model belajar

CE antara 0,341 – 0,578; kisaran r hitung model belajar AE antara 0,313 – 0,658;

kisaran r hitung model belajar AC antara 0,336 – 0,704; dan kisaran r hitung model

belajar RO antara 0,327 – 0,578. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa

semua item pada penelitian ini valid dan semua dapat digunakan untuk penelitian.

Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan batas nilai 0,6.

Instrument model gaya belajar dikatakan Reliabel apabila nilai Alpha Cronbach lebih

besar dari 0,6 dan instrument model gaya belajar dikatakan tidak Reliabel apabila nilai

Alpha Cronbach lebih kecil dari 0,6. Hasil uji reliabilitas instrument model gaya belajar

diperoleh nilai Alpha pada CE sebesar 0,837; AE sebesar 0,804; AC sebesar 0,845; dan

(16)

10

dipersyaratkan, yang berarti seluruh instrumen dapat digunakan untuk penelitian. Teknik

analisis yang digunakan untuk uji hipotesis adalah analisis korelasi dengan bantuan

komputer.

HASIL

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara

normal atau tidak. Uji normalitas sebaran data penelitian ini menggunakan teknik

Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test. Hasil selengkapnya dari uji normalitas

Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Berdasarkan hasil uji normalitas prestasi belajar menunjukkan skor Kolmogorov

Smirnov Z adalah 0,451 dengan p = 0,451 (p > 0,05) yang berarti data berdistribusi

normal, dan hasil uji normalitas gaya belajar menunjukkan skor Kolmogorov Smirnov Z

adalah 1,084 dengan p = 0,532 (p > 0,05) yang berarti data berdistribusi normal.

Uji Liniearitas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang linier

antara kedua variabel. Hasil uji linearitas pada kedua variabel dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

(17)

dengan Prestasi Belajar Matematika Nilai F Signifikansi

(p<0,05)

Keterangan

50,744 0,000 Linear

Uji linieritas hubungan antara variabel gaya belajar dengan prestasi belajar

menghasilkan Flin = 50,744 dengan nilai signifikan 0,000 (p<0.05). Keterangan tersebut

menunjukkan adanya hubungan linier antara gaya belajar dengan prestasi belajar.

Analisis Deskriptif Gaya Belajar

Gaya belajar siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tidak didominasi

oleh keempat model gaya belajar, tetapi perpaduan keempatnya. Kemudian membentuk

empat kuadran, yaitu Diverger, Assimillator, Converger, dan Accomodator. Distribusi

klasifikasi model belajar sebagai berikut:

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Klasifikasi Model Belajar Kelas IPA dan IPS Klasifikasi Gaya

Model belajar siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan pada kelas IPA,

dari 29 orang siswa (30,5%), sebagian besar mempunyai gaya belajar accommodator

sebesar 14 orang (14,7%), disusul gaya belajar assimilator, gaya belajar converger dan

gaya belajar diverger masing-masing sebesar 5 orang (5,3%). Selanjutnya pada kelas

IPS, dari 66 orang siswa (69,5%), sebagian besar mempunyai gaya belajar diverger dan

(18)

12

assimilator sebesar 11 orang (11,6%), kemudian gaya belajar converger sebesar 7 orang

(7,4%).

Prestasi Belajar

Gambaran mengenai prestasi belajar berdasarkan gaya belajar, nampak pada tabel

berikut ini.

Tabel 4

Deskripsi prestasi belajar berdasarkan gaya belajar siswa Kelas IPA dan IPS

Berdasarkan tabel 4, kategori prestasi belajar di kelas IPA, sebagian besar masuk

kategori rendah dan sedang masing-masing sebesar 13 orang (13,7%). Pada kelas IPS,

sebagian besar masuk kategori rendah sebesar 50 orang (52,6%). Secara keseluruhan

kategori prestasi belajar masuk kategori rendah sebesar 63 orang (66,3%).

Uji Korelasi

Hubungan antara gaya belajar dan prestasi belajar matematika pada siswa-siswi

kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan diketahui melalui uji korelasi, selengkapnya

(19)

signifikansi sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari 5%, yang berarti ada hubungan positif

antara gaya belajar dengan prestasi belajar matematika pada siswa-siswi kelas XI SMA

Santo Bernardus Pekalongan.

Hasil uji korelasi masing-masing gaya belajar dengan prestasi belajar matematika

pada siswa-siswi kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan diketahui pada tabel

berikut:

Tabel 6

Hasil Uji Korelasi Antara Masing-masing Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika

Diverger 29 0,127 0,511 Tidak ada hubungan

Assimillator 16 0,282 0,291 Tidak ada hubungan

Converger 12 0,902 0,000 Ada hubungan

Accommodator 38 0,337 0,039 Ada hubungan

Berdasarkan hasil uji korelasi masing-masing gaya belajar dengan prestasi belajar

matematika, diketahui gaya yang mempunyai hubungan paling kuat adalah gaya belajar

converger dengan r sebesar 0,902 yang masuk kategori hubungan yang sangat kuat,

kemudian gaya belajar accomodator dengan nilai sebesar 0,337 masuk kategori

hubungan lemah.

PEMBAHASAN

Hasil uji korelasi didapatkan ada hubungan positif antara gaya belajar dengan

prestasi belajar matematika (r = 0,594; p < 0,05). Jadi hipotesis yang mengatakan bahwa

ada hubungan positif antara gaya belajar dengan prestasi belajar matematika pada

siswa-siswi kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan diterima. Hal tersebut

(20)

14

kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan.

Menurut Slameto (2003), penggunaan gaya belajar yang tepat dan maksimal

akan membuat siswa lebih mudah dalam mempelajari suatu ilmu dengan cara sendiri.

Windura (2009) mengatakan bahwa mengetahui gaya belajar peserta didik adalah suatu

cara jitu untuk dapat meningkatkan prestasinya di sekolah atau menumbuhkan

kecintaannya dalam belajar. Arifin (1990) menyebutkan bahwa penggunaan cara yang

tepat sesuai dengan gaya belajarnya akan membantu siswa dalam menyerap informasi

secara baik, optimal, dan efektif sehingga akan membantu peningkatan prestasi belajar

siswa.

Pada penelitian ini ditemukan kecenderungan gaya belajar di SMA Santo

Bernardus Pekalongan adalah acomodator dan faktor yang paling kuat berhubungan

dengan prestasi belajar matematika adalah gaya belajar converger. Menurut Kolb

(1984), gaya belajar converger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking

and doing), yaitu gaya belajar dengan membentuk pengalaman melalui konseptualisasi

abstrak dan mentransformasi ke dalam eksperimentasi aktif. Individu dengan tipe

converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Individu

biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah, pengambilan

keputusan, cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah

sosial atau hubungan antar pribadi.

Orang-orang yang memiliki gaya belajar Converger lebih menyukai hal-hal yang

sifatnya teknis dan aplikatif, walaupun kurang suka menyukai hal-hal yang sifatnya

konsep. Matematika pada dasarnya adalah sebuah pelajaran yang dapat diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa dengan gaya belajar converger sangat

(21)

Individu dengan gaya belajar converger sangat baik dalam menemukan kegunaan

praktis dari suatu ide dan teori (Kolb, et al.,2000). Dalam situasi belajar formal, siswa

dengan gaya belajar converger lebih suka bereksperimen dengan gagasan baru,

simulasi, tugas laboratorium, dan aplikasi praktik (Kolb dan Kolb, 2005). Individu

dengan gaya belajar converger merespon suatu tantangan sebagai sebuah kesempatan

apa yang akan diperbuatnya tetap melalui suatu pemikiran yang logis, runtut, matang,

objektif, analitis. Dalam melakukan sesuatu atau mengaplikasikan suatu teori akan

mencoba mengadaptasikan dan mengintegrasikan apa yang diamatinya terlebih dahulu

ke dalam sebuah teori (Ghufron dan Risnawita, 2012).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ramlah, Firmansyah dan Zubair

(2014) yang menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap

prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukkan dengan nilai sig = 0,001 < 0,05.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan

positif antara gaya belajar keseluruhan yang terdiri dari diverger, assimilator,

converger, maupun accomodator dengan prestasi belajar matematika (r = 0,594; p <

0,05). Kecenderungan gaya belajar siswa kelas XI di SMA Santo Bernardus adalah

accomodator. Gaya belajar converger merupakan gaya belajar paling berperan terhadap

prestasi belajar matematika di Kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan.

(22)

16

Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan yang positif antara gaya

belajar dengan prestasi belajar matematika dan gaya belajar yang berhubungan paling

kuat adalah gaya belajar converger, oleh karena itu saran pada penelitian ini sebagai

berikut:

a. Kepada siswa-siswi kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan agar mengubah

gaya belajarnya yang selama ini accommodator dengan gaya belajar converger.

Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah memahami mata pelajaran yang

diterima siswa, khususnya mata pelajaran matematika sehingga prestasi matematika

siswa lebih meningkat lagi. Cara mengubah gaya belajar siswa menjadi gaya belajar

converger adalah agar siswa menghindari gaya belajar yang semata-mata teoritis.

Siswa harus menyeimbangkan gaya belajar antara teoritis dan praktis.

b. Disarankan kepada Guru perlu mengenali jenis gaya belajar para siswanya sehingga

dapat mengarahkan siswanya untuk menggunakan gaya belajar yang lebih tepat dan

guru dapat menerapkan metode mengajar yang tepat melalui strategi pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika. Tujuannya adalah

untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa-siswi.

c. Kepada peneliti selanjutnya, karena penelitian ini terbatas pada siswa kelas XI IPA

dan kelas XI IPS, maka perlu dilakukan penelitian pada tingkatan kelas yang lain.

d. Selain itu perlu dilakukan penelitian pada variabel lain yang berperan pada prestasi

belajar matematika selain gaya belajar.

(23)

Ardi, H. (2007). Profil Gaya Belajar Bahasa Inggris Siswa SMA Negeri 7 Kota Padang.

Jurnal Bahasa dan Sastra dan Seni Vol 1. Edisi Januari-April.

Arifin, Z. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Aoetpah, D. (2005). Hubungan Motif Berafiliasi dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Pekerjaan Sosial SMK N 2 Soe Tahun Pelajaran 2004-2005. Tesis. Salatiga. Pps MP. UKSW Salatiga.

Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gunartomo. (2003). Pengaruh Kreatifitas Kognitif, Motivasi Berprestasi, Dan Kecemasan Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa MTsN Grabag Magelang. Tesis PPs UKSW Salatiga (Tidak dipublikasikan)

Kolb, D.A. (1984). Experiential learning: experience as the source of learning and development .Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Kolb, Alice. Y., Kolb, David. A. (2005). The Kolb Learning Style Inventory-version 3.1 Technical Specifications. Case Western Reserve University. HayGroup.

Kossay, U. (2004). Prestasi Belajar Matematika SMU Negeri 3 Salatiga Semester Tahun Pendidikan Tahun Ajaran 2003-2004. Skripsi Ekonomi. UKSW Salatiga.

Missa, S.P.A. (2005). Hubungan antara Gaya Belajar dan Minat Pekerjaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas I SMK Negeri 2 Soe. Tesis. Salatiga. Pps MP. UKSW Salatiga.

Ramlah, Firmansyah, D., & Zubair, H., (2014). Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika (Survey Pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang). Jurnal Ilmiah Solusi Vol.1 No. 3.

Sadwika, D. (2005). Hubungan Antara Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Bidang Kognitif pada Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Skripsi. Fakultas Psikologi. UKSW Salatiga.

Setyowati. (2006). Hubungan antara Disiplin Belajar dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 9 Semarang. Tesis. Salatiga. Pps MP. UKSw Salatiga

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sularso, B. (2006). Prestasi Belajar Mahasiswa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Supeno. (2003). Korelasi Gaya Belajar dan Kecerdasan Majemuk dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa SMU Masehi 1 PSAK Semarang. Tesis. Salatiga. Pps M UKSW Salatiga.

Suradi. (2007). Gaya Berpikir Siswa SMP dalam Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.67 ke-13. Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.

(24)

18

Matematika. Jurnal Pendidikan UNIROW. 10(2):206-215

Utami, E.D. (2008). Hubungan Motivasi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Mata Ajar Periodonsia pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof DR. Moestopo. Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. UNS Surakarta Windura., (2009), Mind Map: Langkah Demi Langkah, Penerbit PT Elex Media

Gambar

Tabel 1 Uji Normalitas
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Model Belajar Kelas IPA dan IPS
Gambaran mengenai prestasi belajar berdasarkan gaya belajar, nampak pada tabel
Tabel 6 Hasil Uji Korelasi Antara Masing-masing Gaya Belajar

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dan dalam penelitian yang dilakukan Henry Miller (2009) tentang penggunaan limbah plastik sebagai pengganti bahan baku beton, dapat diketahui bahwa limbah plastik dapat

Keturen Kota Tegal Tahun Anggaran 2016 dalam waktu 3 (tiga) hari setelah pengumuman pemenang, terhitung mulai hari Sabtu tanggal 27 Agustus 2016 sampai dengan hari

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

BAGI YAYASAN YANG DIAKUI SEBAGAI BADAN HUKUM UNTUK YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM

Kelangsungan khidupan pikiran dari pertalian pikiran satu sama lain, sebagaimana yang ditetapkan oleh Ibnu Sina, sama dengan hasil pemikiran tokoh-tokoh pikir modern seperti

Setelah menyelesaikan praktek ini mahasiswa telah dapat:  Melatih dan menguji kemampuan teori AutoCAD..  Mampu menggunakan semua perintah dan fasilitas dalan AutoCAD

Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Manufaktur Di