• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi dan Tolok Ukur Pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) dalam Konstitusi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi dan Tolok Ukur Pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) dalam Konstitusi di Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI DAN TOLOK UKUR PEMBENTUKAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

UNDANG-UNDANG (PERPPU) DALAM KONSTITUSI

DI INDONESIA

Tesis

Diajukan Kepada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

Untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum

Disusun Oleh:

VICTOR HALBAT GAGALY NIM: 322012008

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

(2)

i

EKSISTENSI DAN TOLOK UKUR PEMBENTUKAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

UNDANG-UNDANG (PERPPU) DALAM KONSTITUSI

DI INDONESIA

Tesis

Diajukan Kepada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

Untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum

Disusun Oleh:

VICTOR HALBAT GAGALY NIM: 322012008

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Tesis ini membahas eksistensi peraturan pemerintah pengganti

undang-undang (Perppu) dalam konstitusi di Indonesia serta tolok ukur

dalam pembentukan peraturan pemerintah pengganti undang-undang

(Perppu). Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)

merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan dalam sistem

norma hukum negara Republik Indonesia. Perppu dikonsepsikan sebagai

suatu peraturan yang dari segi isinya seharusnya ditetapkan dalam bentuk

undang-undang, tetapi karena keadaan kegentingan memaksa ditetapkan

dalam bentuk peraturan pemerintah. Melalui Tesis ini penulis berargumen

bahwa tolok ukur “hal ikhwal kegentingan yang memaksa” dalam penerbitan

Perppu seyogyanya adalah murni penilaian subjektif Presiden sesuai amanat

konstitusi. Cakupan “hal ikhwal kegentingan yang memaksa” sangat luas dan

tidak terbatas (atau dapat dibatasi) pada tolok ukur yang diamanatkan oleh

Putusan Mahkamah Konstitusi atau doktrin ahli hukum saja—karena

senantiasa fleksibel menyesuaikan substansi keadaan itu sendiri.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucap syukur kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Penulis menyadari sepenuhya, tanpa

bantuan dan partisipasi dari semua pihak, penulisan Tesis ini tidak mungkin

dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Keluargaku tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, doa, serta

dukungan.

2. Bapak Dr. Krishna Djaya Darumurti, SH., MH selaku pembimbing

yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti dan

(7)
(8)

vii

ABSTRAKSI

Penelitian ini membahas eksistensi peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) dalam konstitusi di Indonesia serta tolok ukur dalam pembentukan Perppu. Pada Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 menyatakan: “Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang.” Hal yang selalu menjadi kontroversi hingga saat ini adalah tolok ukur mengenai “kegentingan yang memaksa” sebagai dasar bagi pembentukan Perppu. Tolok ukur “kegentingan yang memaksa” selalu bersifat multitafsir.

Perppu pada hakikatnya adalah peraturan yang dibentuk Presiden dalam “hal ikhwal kegentingan yang memaksa”, namun proses pembentukannya berbeda dengan pembentukan Undang-Undang—meskipun memiliki materi muatan yang sama. Secara umum materi yang dapat diatur dengan instrumen Perppu pada prinsipnya adalah sama dengan materi dalam Undang-Undang (vide Pasal 11 UU No 12 tahun 2011). Keduanya merupakan jenis peraturan perundangan memiliki kekuatan dan derajat setara (vide Pasal 7 ayat (1) UU No 12 tahun 2011). Perppu memiliki sifat provisional (sementara) karena jangka waktunya terbatas, maka secepat mungkin harus dimintakan persetujuan pada DPR, yaitu pada persidangan berikutnya (vide Pasal 52 ayat 1 UU No 12 Tahun 2011).

Semenjak adanya Putusan MK No 138/ PUU-VII/2009 ada tiga syarat sebagai tolok ukur adanya “hal ikhwal kegentingan yang memaksa” bagi Presiden untuk menetapkan Perppu. Berdasarkan hal tersebut, penulis tidak sependapat dengan Putusan MK. Makna konsep tolok ukur “hal ikhwal kegentingan yang memaksa” merujuk pada refleksi kekuasaan diskresi Presiden sebagai kepala pemerintahan sesuai amanat konstitusi yaitu

noodverordeningsrecht Presiden. Sehingga tolok ukur “hal ikhwal

kegentingan yang memaksa” seyogyanya adalah murni penilaian subjektif Presiden. Cakupan “hal ikhwal kegentingan yang memaksa” sangat luas dan tidak terbatas (atau dapat dibatasi) pada tolok ukur yang diamanatkan oleh Putusan MK atau doktrin ahli hukum saja—karena senantiasa fleksibel menyesuaikan substansi keadaan itu sendiri. Selain itu, setelah keluarnya Perppu, DPR diberikan amanah oleh konstitusi untuk melakukan legislative

review terhadap Perppu yang dikeluarkan Presiden tersebut pada persidangan

DPR yang berikutnya. Pada tahapan inilah norma subyektif Perppu yang diterbitkan Presiden dalam “hal ikhwal kegentingan yang memaksa” diuji konstitusionalitasnya.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAKSI ... v

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A Latar Belakang Masalah ... 1

B Rumusan Masalah ... 6

C Tujuan Penelitian ... 6

D Manfaat Penelitian ... 7

E Landasan Teori... 7

1. Teori PERPPU ... 7

2. Teori Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ... 9

3. Teori Kekuasaan Legislasi Presiden ... 13

4. Teori Prinsip Kegentingan yang Memaksa ... 15

F Metode Penelitian ... 16

1. Jenis Penelitian... 16

2. Pendekatan ... 17

3. Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum dan Sumber Penelitian ... 18

4. Metode Analisis ... 19

(10)

ix

BAB II EKSISTENSI PERPPU DALAM KONSTITUSI

DI INDONESIA ... 22

A Hirarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia ... 22

B PERPPU Dalam Sistem Perundang-Undangan Indonesia ... 28

C Kekuasaan Legislasi Presiden ... 33

D Hakikat PERPPU Di Indonesia ... 44

1. Mekanisme Pembentukan PERPPU ... 44

2. Materi Muatan PERPPU ... 48

3. Sifat PERPPU ... 52

4. Syarat “Kegentingan Yang Memaksa” Dalam Penerbitan PERPPU ... 54

BAB III TOLOK UKUR “HAL IKHWAL KEGENTINGAN YANG MEMAKSA” DALAM PEMBENTUKAN PERPPU ... 59

A Penerbitan PERPPU Di Indonesia ... 59

B Frasa “Hal Ikhwal Kegentingan Yang Memaksa” (Pasal 22 UUD 1945) Vs “Keadaan Bahaya” (Pasal 12 UUD 1945) ... 66

C Makna Konsep Tolok Ukur “Hal Ikhwal KegentinganYang Memaksa” ... 73

BAB IV PENUTUP ... 91

A Kesimpulan ... 91

B Saran ... 93

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu penulis merumuskan rumusan masalah yaitu bagaimanakah pemenuhan syarat hal ihwal kegentingan yang memaksa dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

original intent , tekstual dan gramatikal yang komprehensif yang tidak boleh menyimpang dari apa yang telah secara jelas tersurat dalam UUD Negara RI 1945

Pasal 22 UUD 1945 memberikan kewenangan kepada Presiden secara subjektif menilai keadaan negara atau hal ihwal yang terkait dengan negara yang menyebabkan suatu

Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka di Indonesia secara konstitusional telah diletakkan pengaturannya dalam Pasal 22 UUD 1945, sebagai berikut: (1) dalam hal ihwal

Pemohon berpendapat bahwa prasyarat utama lahirnya PERPPU yang terdapat dalam ketentuan pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juncto Pasal 1 dan

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak dan hal ihwal kegentingan yang memaksa perlu menetapkan Peraturan Pemerintah

dikatakan bahwa peraturan pemerintah pengganti Undang–Undang adalah Peraturan Perundang–Undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal menyikapi kegentingan yang memaksa, Perpu

25 Pengganti Undang-Undang Sebagai Objek Pengujian Perundangan di Mahkamah Konstitusi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perppu merupakan satu jenis peraturan