• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERITAAN TENTANG KASUS DISTRIBUSI NASKAH SOAL UNAS SMA ( Analisis Framing Berita Kasus Keterlambatan Distribusi Naskah Soal Unas SMA Tahun Ajaran 2012 – 2013 di Harian Umum Jawa Pos dan Koran Kompas Edisi 14 April – 20 April 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERITAAN TENTANG KASUS DISTRIBUSI NASKAH SOAL UNAS SMA ( Analisis Framing Berita Kasus Keterlambatan Distribusi Naskah Soal Unas SMA Tahun Ajaran 2012 – 2013 di Harian Umum Jawa Pos dan Koran Kompas Edisi 14 April – 20 April 2013)."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SMA Tahun Ajaran 2012 – 2013 di Harian Umum J awa Pos dan Koran Kompas

Edisi 14 Apr il – 20 Apr il 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sar janapada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

MOCH. HIKMAN TAMMA ASJ ARIWATA NPM. 0843010037

PROGDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR SURABAYA

(2)

Oleh :

MOCH. HIKMAN TAMMA ASJ ARIWATA 0843010037

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas

Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 24 Desember 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Dra. Dyva Claretta, M.Si J uwito, S. Sos, M.Si

NPT. 36601 94 00251 NPT. 3 6704 95 00361

2. Sekretaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199309 2001

3. Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 36601 94 00251

Mengetahui,

DEKAN

(3)

April 2013 )

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Dyva Claretta. M.Si. NPT : 36601 94 00251

Mengetahui, DEKAN

(4)

dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Analisis Framing Berita Tentang Kasus Keterlambatan

Distribusi Naskah Soal Unas SMA Tahun Ajaran 2012 – 2013 Pada Surat Kabar

Jawa Pos dan Kompas edisi 14 April – 20 April 2013”.

Dalam proses penyelesaian penelitian ini, penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Ibu Dra. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” Jatim.

3. Ibu Drs. Dyva Claretta, M.Si, selaku Dosen Pembimbing penulis. Terima kasih

atas segala bimbingan dan masukannya.

4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP

hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

5. Terima kasih kepada kedua orang tua saya, nenek dan adik yang telah banyak

mendukung saya selama ini.

6. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyusun laporan ini, Luki,

Bondan, Rosyadi, Picha dll.

7. Buat teman-teman rumah satu komplek yang memberikan semangat, dukungan,

(5)

9. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,

untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal

terbaik dari penelitian ini. Besar harapan penulis, semoga penelitian ini dapat

memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, 26 Juni 2013

(6)

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 10

2.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa ... 10

2.1.1 Konstruksi Realitas ... 14

2.1.2 Berita Dan Ideologi Media ... 17

2.2 Teori Politik – Ekonomi Media ……… ... 20

2.3 Paradigma Konstruksionis ... 22

2.3.1 Berita Dalam Paradigma Konstruksionis ………. 23

2.4 Analisis Framing ... 24

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Definisi Operasional ... 32

3.2 Subyek dan Objek Penelitian ... 33

3.3 Unit Analisis ... 33

3.4 Korpus Penilitian ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.6 Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38

4.1.1. Profil Jawa Pos ... 38

4.1.1.1. Kebijakan Redaksional Jawa Pos ... 41

4.1.2. Gambaran Umum Surat Kabar Harian Kompas ... 41

4.1.2.1. Sejarah Perkembangan Surat Kabar Kompas ... 41

4.1.2.2 Kebijakan Redaksional Kompas ... 45

4.2 Hasil dan Penelitian ... 46

4.2.1. Analisis Framing Surat Kabar Harian Jawa Pos ... 48

4.2.1.1. Framing Berita Jawa Pos Tanggal 14 April 2013 .. 48

4.2.1.2. Framing Berita Jawa Pos Tanggal 15 April 2013 .. 51

4.2.1.3. Framing Berita Jawa Pos Tanggal 17 April 2013 .. 54

(8)

4.2.2.3. Framing Berita Kompas Tanggal 17 April 2013 ... 66

4.2.2.4. Frame Pada Surat Kabar Harian Kompas ……….. 69

4.2.3. Perbandingan Frame Surat Kabar Harian Jawa Pos Dan Kompas ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

(9)

2. Desak KPK Usut Tender Naskah Soal Unas…. ... 78

3. Sebelas Provinsi Tunda Unas SMA………. ... 80

4. Ditunda Kamis, UN Dibayangi Kebocoran ... 81

5. Pelaksanaan Ujian Nasional Kacau ... 83

(10)

Penelitian ini dilatar belakangi oleh pemberitaan keterlambatan distribusi naskah soal unas SMA yang menjadi perbincangan serius di Negara kita. Pada penelitian ini dijelaskan media membingkai berita tentang bagaimana kinerja Mendikbud dalam menangani hal ini, serta reaksi kebijakan pemerintah terhadap kasus ini, melalui penonjolan maupun penekanan isu.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis framing. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep model Entman yang menggunakan empat cara tentang menganalisis framing. Adapun empat cara yang digunakan dalam analisis

framing model Robert N. Entman, yaitu : Define Problem, Diagnose Causes, Make Moral Judgement, Treatment Recommendation. Penelitian ini adalah berita – berita tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal unas SMAdi surat kabar Jawa Pos dan Kompas tanggal 14 April – 20 April 2013.

Hasil analisis peneliti dapat diketahui bahwa di Surat Kabar Jawa Pos memandang keterlambatan distribusi naskah soal unas ini sebagai masalah politik dan masalah teknis. Jawa Pos juga membahas dari narasumber pakar-pakar pendidikan, bahkan melibatkan KPK karena adanya kasus yang mengganjal dalam tender penggandaan dan distribusi soal unas. Selain itu Jawa Pos juga mengulas masalah kebijakan pemerintah dalam menangani kasus ini seperti segera melakukan investigasi serta penyelidikan agar segera terungkap dimana letak kesalahannya. Sedangkan Kompas memiliki pandangan bahwa keterlambatan distribusi naskah soal unas ini sebagai murni masalah teknis. Ini dapat dilihat dari berita-berita yang diulas dengan mengambil narasumber dari pakar-pakar pendidikan, serta lebih banyak mengkritisi kinerja Mendikbud Mohammad Nuh. Kompas juga mengulas bahwa untuk menghindari kasus ini terjadi kembali maka diperlukan sistem manajemen yang baik serta dibutuhkan bantuan dari jajaran Polri dan TNI.

Kata kunci : Berita, framing

ABSTRACT

MOCH HIKMAN ASJARIWATA TAMMA, framing NEWS ABOUT CASE DELAY DISTRIBUTION DRAFT High School National Examination (News Framing Analysis Study On Case Delay Distribution Script Problem Unas High School Academic Year 2012-2013 In Jawa Pos and Kompas Issue 14 April to 20 April 2012-2013)

The research was motivated by news about unas delay distribution SMA manuscript that became serious conversation in our country. In this study explained how the media frame the news about the performance of the Education Minister in dealing with this case, as well as the government's policy response to this case, through the assertion or suppression issues.

The method used is a qualitative method of analysis framing. The analysis used in this study is the concept Entman models that use four ways of analyzing framing. The four methods used in the analysis of models framing Robert N. Entman, namely: Define Problem, Diagnose Causes, Make Moral Judgment, Treatment Recommendation. This study is the news - the news of the delay distribution of cases the script about unas SMAdi newspaper Jawa Pos and Kompas dated 14 April to 20 April 2013.

Results of our analysis can be seen that in Jawa Pos Newspaper distribution of delay look unas manuscript about this as a political issue and technical issues. Jawa Pos also discusses resource experts from education, even the Commission because the case involves a tender lump in the multiplication and distribution of matter unas. Additionally Jawa Pos also review government policy issues in this case as promptly conduct an investigation and the investigation soon revealed that where lies his mistake. Meanwhile, Compass has the view that the delay in distribution of text about this unas as a purely technical issue. It can be seen from news sources are reviewed by taking from education experts, as well as more critical of the performance of the Education Minister Mohammad Nuh. Compass also review that case to avoid this happening again we need a good management system and needed the help of the police and military ranks.

(11)

1.1. Latar Belakang Masalah

Peran media massa dalam kehidupan sosial kerap dipandang secara

berbeda-beda, namun tidak ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan

dalam masyarakat modern. Media dipandang sebagai jendela yang

memungkinkan khalayak “melihat” apa yang terjadi di luar sana. Selain itu, media

massa sebagai filter atau gate keeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi

perhatian atau tidak. Media massa senantiasa memilih issue, informasi atau

bentuk konten lain berdasarkan standar para pengelolanya. Khalayak ‘dipilihkan”

oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian. Disini,

pentingnya peran media massa sebagai realitas simbolik yang dianggap

mempresentasikan realitas objektif sosial dan berpengaruh pada realitas subjektif

yang ada pada pelaku interaksi sosial.

Kehadiran media massa ditengah masyarakat merupakan salah satu sarana

untuk memenuhi kebutuhan informasi. Setiap institusi media mencoba

menghadirkan realitas kehidupan yang ada disekitar masyarakat. Mereka berusaha

menyajikan aktual sesuai dengan segmentasi khalayak sarannya namun tidak

terlepas dari visi industri media itu sendiri. Pada dasarnya, pekerjaan sebuah

media massa adalah mengkonstruksi realitas isi media massa adalah hasil para

(12)

Ketika produk media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya

merupakan hasil “rekonstruksi realita”, bahwa peristiwa yang disaksikan ataupun

dialami oleh reporter dan juru kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin

redaksi. Suatu proses yang cukup unik meskipun berlangsung begitu cepat. Ini

yang disebut sebagai proses rekonstruksi atas realita (Pareno, 2005 : 4).

Salah satu media massa yang dibingkaikan adalah surat kabar, karena

surat kabar memiliki sebuah ideologi dan ciri khas yang dibawa dalam setiap

pemberitaannya sesuai dengan karakter dari surat kabar tersebut.. Surat kabar

sebagai salah satu alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran

umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai

institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain karena media juga dapat

berkembang menjadi kelompok penekan atau suatu ide atau gagasan, dan bahkan

suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam

konteks kehidupan yang lebih empiris (Sobur, 2009 :31).

Berita dalam pandangan Fishman (Eriyanto, 2004 : 100) bukanlah refleksi

atau distorsi dari realitas yang seakan berada diluar sana. Titik perhatian tentu saja

bukan apakah berita merefleksikan realitas atau apakah berita distorsi atas

realitas. Berita yang muncul di media massa merupakan hasil saringan dan

kebijakan redaksi atas suatu peristiwa yang diliput dan disesuaikan dengan tujuan

dan sikap dari media. Media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang

syarat dengan kepentingan berbagai kepentingan, konflik dan fakta yang komplek

dan beragam. Menurut pandangan Antonio Gramci (Eriyanto,2004 : 47) media

(13)

yang membicangkan hubungan realitas dengan media massa singkat kata

disebutkan bahwa yang kita dengar kita baca dan pandangan dimedia massa

merupakan kontruksi (bangunan) dalam bentuk wacana yang bermakna (Hamad

dalam Oareno,2005 : 3).

Dalam menyajikan berita yang akan disampaikan kepada khalayak,

tentunya ada kebijakan-kebijakan yang ditentukan oleh keredaksian yang dapat

membatasi kebebasan wartawan dalam menulis berita. Kebijakan redaksional

tersebut menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan kejadian macam apa

yang oleh surat kabar ini patut diangkat serta dipilih untuk menjadi berita maupun

bahan komentar. Visi pokok yang dijabarkan menjadi kebijakan radaksional

tersebut menjadi kerangka acuan serta kriterian dalam menyeleksi dan

mengelolah menjadi berita (Oetama, 2001 : 146).

Berita merupakan laporan fakta dari suatu peristiwa,namun tidak semua

berita aktual yang terjadi dapat menjadi sebuah berita. Redaksi akan menyeleksi

terlebih dahulu laporan-laporan mengedai peristiwa aktual kemeja redaksi untuk

dipilih laporan-laporan mengenai peristiwa aktual kemeja redaksi untuk dipilih

laporan peristiwa yang dianggap dapat menarik perhatian pembaca dan dirasa

penting untuk diketahui oleh pembaca serta memiliki nilai berita yang tinggi

sehingga layak untuk disajikan menjadi berita. Berita pada dasarnya dibentuk

melalui proses aktif dari pembuat berita.peristiwa yang kompleks dan tidak

beraturan, disederhanakan dan dibuat bermakna oleh sipembuat berita. Tahap

paling awal produksi berita adalah bagaimana wartawan mempresepsikan

(14)

masyarakat, merupakan perwujudan dari sebuah informasi atau berit yang selaras,

seimbang dan dipercaya. Oleh karena itu setiap perspektif media dalam mengelola

dan menyusun berita, akan selalu berbeda-beda, baik itu dalam kemasan ataupun

dalam tampilannya. Hal tersebut dikarenakan adanya segmentasi yang

berbeda-beda, serta visi dan misi yang dibagun dan diciptakan oleh masing-masing media.

Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana surat kabar Kompas dan Jawa

Pos dalam membingkai berita suatu peristiwa atau fakta, terutama dalam menulis,

menyajikan, serta memberi penekanan terhadap fakta. Salah satu berita dari

permasalahan ini pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas yaitu berita tentang

kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas Sekolah Menengah Atas (SMA)

pada tahun ajaran 2012/2013. Berita yang beredar dimasyarakat tersebut

merupakan hal yang sangat fenomenal. Betapa tidak, hampir disetiap media baik

lokal maupun nasional, memuat dan memberitakan kasus keterlambatan distribusi

naskah soal Unas SMA pada tahun ajaran 2012/2013. Selain itu banyak

bermunculan argumen-argumen serta pro dan kontra dikalangan masyarakat dan

pemerintah. oleh karena alasan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui lebih

jauh bagaimana media Jawa Pos dan Kompas dalam menframe berita-berita

tersebut.

Pada harian Jawa Pos, diberitakan bahwa distribusi naskah soal Unas

SMA pada tahun ajaran 2012/2013 belum beres. Ini terlihat dari tertundanya Unas

SMA di sebelas provinsi, Jawa Pos juga memberitakan bahwa Presiden Susilo

(15)

mendesak KPK usut tender naskah Unas, diduga terlibat kasus korupsi

didalamnya.

Sedangkan pada surat kabar Kompas, pemberitaan distribusi naskah soal

Unas SMA pada tahun ajaran 2012/2013 terkesan lebih condong menceritakan

kepada kegagalan Mendikbud Mohammad Nuh didalam kepemimpinannya terkait

keterlambatan distribusi naskah soal Unas. Surat kabar Kompas lebih

memberitakan bahwa kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas

semata-mata karena kacaunya sistem manajemen dari Departemen Pendidikan Nasional.

Alasan peneliti memilih surat kabar Jawa Pos, karena Jawa Pos

merupakan surat kabar pertama dan sampai sekarang satu-satunya yang

berkembang menjadi konglomerat pers melalui konsentrasi secara eksklusif di

pasar provinsi. selain itu, Jawa Pos adalah karena Jawa Pos adalah surat kabar

harian terbesar di Jawa Timur, dan merupakan salah satu harian dengan oplah

terbesar di Indonesia, dan juga Pada Oktober 2011, Jawa Pos dikukuhkan sebagai

koran anak muda dunia dengan predikat Newspaper of The Year oleh World

Young Reader Prize 2011. Penghargaan ini diterima oleh Azrul Ananda,

Pemimpin Redaksi Jawa Pos, di Wina pada 12 Oktober 2011

Sedangkan alasan peneliti memilih surat kabar Kompas kerana surat kabar

kompas dinilai merupakan surat kabar yang terkenal dan netral secara objektif

dalam menulis beritanya (Flourney dalam sugihari,2002 : 17). Harian Kompas

sangat diakui keberadaannya di Indonesia, dengan penulisannya yang tegas dan

(16)

prestisius dan paling laku di indonesia (lebih setengah juta kopi terjual setiap

harinya) dan juga surat kabar berkualitas terbesar d Asia Tenggara. Selain itu

Kompas memiliki repurasi kedalam analistis dan gaya penulisannya yang rapi.

Kompas juga memiliki kerajaan bisnis yang terjadi dari 38 perusahaan yang

dikenal sebagai Kompas-Gramedia Group. Melalui berbagai buku, majalah, dan

surat kabar, Kompas-Gramedia Group mendominasi industri penerbitan (Send

and Hill,2001: 68-69).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian

analisis framing. Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang

berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang

realitas kehidupan sosial bukan realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi.

Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah

menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara

apa konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2004 : 37)

Analisis framing juga merupakan pendekatan untuk mengetahui

bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika

menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya

menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan

dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto, 2004 :68).

Analisis framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa

mengungkapkan rahasia dibalik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam

mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas

(17)

kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan dan siapa

dirugikan, siapa membentuk dan siapa dibentuk dan seterusnya (Eriyanto, 2004 :

xv). Dalam analisis framing tidak lepas tokoh-tokohnya, antara lain Murray

Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki (Eriyanto, 2004 : xiv).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik Robert

N. Entman. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi isu

dan fakta yang diberitakan oleh media. Fakta ini ditampilkan apa adanya, namun

di beri bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik.

Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi

pernyataan dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi

menjadi lebih menyolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain (Sobur, 2001

: 165).

Sedangkan proses framing itu sendiri dalam hal ini didefinisikan sebagai

proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih

daripada yang lain. sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut hal ini

seperti yang dinyatakan oleh Robert N Entman (Eriyanto, 2004 : 252). Metode

Robert N. Entman merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis teks media

disamping analisis isi kuantitatif, dengan cara apa wartawan menonjolkan

permaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari empat

cara yaitu define problems (pendefinisian masalah), diagnose causes

(18)

(membuat keputusan moral), treatment recommendation (menekankan

penyelesaian). (Eriyanto, 2004 : 254).

Membandingkan beberapa pemberitaan dimedia sangat mungkin akan

menentukan kesimpulan yang setara, bahwa tidak mungkin media ataupun dapat

lepas dari bias-bias, baik yang terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial,

politik, bahkan budaya. Media bukanlah saluran yang bebas, media tidak

sepenuhnya sama persis seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya,

cerminan dari realitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Media yang ada

justru mengkonstruksi sedemikian rupa terhadap realitas yang ada. Ini semua

terkait dengan bagaimana cara pandangan media untuk membingkai atau

mengkonstruksi suatu realitas tertentu.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan uraikan

di atas, maka penilitian ini dirumuskan sebagai berikut “ Bagaimana

Pembingkaian Berita Kasus Keterlambatan Distribusi Naskah Soal Unas SMA

Pada Tahun Ajaran 2012/2013 dalam berita media cetak harian Jawa Pos dan

Kompas “

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita tentang Berita kasus

(19)

dalam berita media cetak harian Jawa Pos dan Kompas selama tanggal 14 April

sampai dengan 19 April 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi tentang

pembingkaian berita dengan mengaplikasikan teori – teori khususnya teori

komunikasi tentang pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis

framing, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan

pemikiran untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Memberikan wawasan / cara pandang khalayak media dalam melihat media

mengkontruksi realitas senagai sebuah berita sehingga khalayak lebih kreatif dan

(20)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Sur at Kabar Sebagai Media Massa

Media massa seperti yang dikemukakan oleh althusser danGramsci dalam

Sobur (2004:30) merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat

atau aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau

negara. Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang

merupakan perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidaupan bermasyarakat

dan bernegara, dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan

yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan

keberlangsungan lapangan pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya.

Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha

mempengaruhi khalayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan

penting dalam usaha memberikan informasi penting bagi masyarakat,

pengetahuan yang dapat memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas

ketegangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan media sebagai

kontrol sosial untuk memberikan kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah

agar memotivasi masyarakat.

Sedangkan pengertian kontrol sosial itu sendiri merupakan bagian dari

fungsi media massa, yang menerangkan bahwa media massa mempunyai

(21)

pemerintah kepada khalayak atau masyarakatnya. Disisi lain, pada dasarnya

masyarakat dibentuk oleh berbagai pengaruh kekuatan ekonomi, baik oleh aneka

kekuatan yang terdapat pada suatu kelompok maupun oleh adanya tarik-menarik

kekuatan antar kelompok yang berkepentingan. Oleh karena itu dalam kaitanya

dengan hal tersebut media massa berperan aktif sebagai penyalur (Desiminator)

dan “Toko” informasi (McQuil, 1991 : 4). Pada pernyataan lainnya McQuill juga

menegaskan, bahwa media massa juga berfungsi sebagai filter yang menyaring

sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya, sekaligus kendala yang

menghalangi kebenaran (Littlejhon, 1996 : 324, Eriyanto : xii). Sehingga terlihat

bahwa media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen, dan

inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan.

Media massa merupakan institusi baru yang berkaitan dengan produksi

dan distribusi pengetahuan dalam arti luas. Media massa mempunyai sejumlah

ciri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif

maju untuk produksi (massal) dan penyebaran pesan, mempunyai organisasi yang

sistematis dan aturan-aturan sosial serta sasaran pesan yang mengarah pada

audiens dalam jumlah besar yang tidak bisa ditentukan apakah meraka menerima

pesan yang disampaikan, atau malah menolaknya. Institusi media massa pada

dasarnya terbuka, beroperasi dalam dimensi publik untuk memberikan saluran

komunikasi reguler dari berbagai pesan yang mendapat persetujuan sosial dan

dikehendaki oleh banyak individu.

Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada

(22)

setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa,

kelima komponen tersebut adalah:

1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang

mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan.

2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,

yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat heterogen dan anonim.

3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya adalah setiap

orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari media massa.

4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: 1) Komunikasi massa

merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari sumber ke penrima dan

tidak secara langsung dikembalikan kecuali dalam bentuk umpan balik tertunda.

2) Komunikasi massa merupakan proses dua arah (Proses seleksi). Baik media

ataupun khalayak melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau

penerima menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka

ikuti.

5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Media

mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial masyarakat

mempengaruhi media massa. (Winarni, 2003 : 4-5).

Setiap disiplin ilmu dalam komunikasi memiliki ciri-ciri dan karakteristik

yang berbeda-beda, adapun beberapa karakteristik komunikasi massa yang sering

(23)

1. Sifatnya satu arah, walaupun beberapa media massa terkadang melibatkan

khalayak secara langsung dengan diadakannya dialog interaktif, namun itu hanya

untuk kepentingan terbatas.

2. Selalu ada proses seleksi, misalnya setiap media memilih khalayaknya, demikian

juga dengan khlayak yang juga menyeleksi medianya, baik jenis maupun isi

siaran dan berita, serta waktu untuk menikmatinya.

3. Menjangkau khalayak secara luas. Dengan adanya satuu stasiun pemancar pesan

atau informasi dapat disampaikan dalam cakupan satu negara. Namun dalam

karakteristik ini sistem ekonomi dan sosial juga ikut berperan.

4. Berusaha membidik sasaran tertentu, informasi yang disampaikan harus menarik

minat orang-orang sehingga informasi tersebut disalurkan kepada orang lain

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi

lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara media dan

masyarakat. Untuk memahami sebuah masyarakat kita harus menelaah latar

belakang, asumsi dan keyakinan-keyakinan dasarnya. Untuk itu diperlukan

penguasaan atas sejarah, sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat demi memahami

sebuah masyarakat secara benar. (Rivers, 2004 :18)

Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat

tunda, komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan

secara segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar

terbuka yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara

(24)

Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan

sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan

secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali

(Djuroto, 2002: 11).

Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi,

khususnya pada study komunikasi massa. Dalam buku ”Ensiklopedia Pers

Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit

pers yang masuk dalam media cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi

berita-berita, karanga-karangan, dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bisa

harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi:

1991:257).

Surat kabar pertama kali diterbitkan dan diperjual belikan untuk pertama

kali di Amerika Serikat, menurut sejarahnya surat kabar ditemukan dan dicetak

pertama oleh seorang imigran dari Inggris pada tahun 1690, bernama Benyamin

Harris (Djuroto, 2002:5).

Surat kabar pada perkembangannya saat ini menjelma sebagai salah satu

bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi

sebuah konstrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut

disebabkan karena falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial,

budaya dan politik.

2.1.1 Konstruksi Realitas

Istilah konstruksi relaitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter

(25)

Realitas menurut Berger tidak di bentuk secara ilmiah. Tidak juga sesuatu yang

diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan dikonstruksi.Dengan pemahaman ini

realitas berwujud ganda atau prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang

berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan

dan lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu.

Lebih lanjut gagasan Berger mengenai konteks berita harus dipandang

sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang

sama dikonstruksi secara berbeda. Setiap wartawan mempunyai pandangan dan

konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana

wartawan mengkonstruksi peristiwa dalam pemberitaannya.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang

riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta. Realitas sosial tidak

begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses internalisasi

dimana wartawan dilanda oleh realitas yang diamati dan diserap dalam

kesadarannya. Kemudian proses selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses

ini wartawan menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah

produk dari proses interaksi dan dialektika ini.

Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan

memandang realitas tapi kehidupan politik tempat media itu berada. Sistem

politik yang diterapkan sebuah Negara ikut menentukan mekanisme kerja media

massa Negara itu mempengaruhi cara media massa tersebut mengkonstruksi

(26)

Karena sifat dan faktanya bahwa tugas redaksional media massa adalah

menceritakan peristiwa-peristiwa, maka tidak berlebihan bahwa seluruh isi media

adalah relitas yang telah dikonstruksikan. Pembangunan konstruksi realitas pada

masing-masing media berbeda, walaupun realitas faktanya sama. Hal

mengkonstruksikan realitas fakta ini tergantung pada kebijakan redaksional yang

dilandasi pada politik media itu. Salah satu cara yang bisa dipahami atau

digunakan untuk menangkap cara masing-masing media membangun sebuah

realitas berita adalah dengan framing.

Menurut Eriyanto, terdapat dua penekanan karakteristik penting pada

pembuatan konstruksi realitas. Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan

bagaimana politik pemaknaan dan bagaimana seseorang membuat gambaran

tentang realitas politik. Makna bukanlah sesuatu yang absolute, konsep static yang

ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan

seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan konstruksi memandang kegiatan

konstruksi sebagai proses yang terus menerus dan dinamis.

Kedua karakteristik ini menekankan bagaimana politik pemaknaan dan

bagaimana cara makna tersebut ditampilkan, sebab dalam penekanan tersebut

produksi pesan tidak dipandang sebagai “mirror reality” yang hanya

menampilkan fakta sebagaimana adanya.

Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan

instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi

dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita ataupun

(27)

Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata

untuk menggambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra)

yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai media, ternyata

mampu mempengaruhi cara melafalkan (pronounciation), tata bahasa (grammar),

susunan kalimat (syntax), perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan

akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan (Speech), bahasa

(language) dan makna (meaning).

Dengan begitu, penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap

kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut

menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang

muncul darinya.

2.1.2 Berita dan Ideologi Media

Menurut Eriyanto berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan

menyortir (memilah-milah) dan menetukan peristiwa dan tema-tema tertentu

dalam satu kategori tertentu (Eriyanto, 2005 : 102). Sehingga berita dalam

pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti

yang rill.

Oleh karena itu sebuah media dalam menyajikan berita pada pembacanya

sudah seharusnya dapat menarik perhatian. Unsur yang bisa menarik perhatian

khalayak disebut dengan unsur berita. Ahli jurnalistik menyebutkan unsur-unsur

(28)

1. Aktualitas / Timelines : berita baru yang masih hangat menarik perhatian

pemabaca daripada yang sudah basi. Oleh karena itu, aktualitas menjadi nilai

berita utama yang harus dijaga.

2. Kedekatan / Proximity : kedekatan secara emosi dan fisik akan membuat berita

menarik perhatian pembacanya.

3. Tokoh public / Prominence : peristiwa diseputar tokoh idola, panutan dan

pemimpin masyarakat selalu menarik, karena dengan ketokohannya mereka telah

menjadi public.

4. Konflik / Conflict : kontrovensi antar tokoh, peristiwa perang, bentrokan,

peristiwa criminal sangat menarik perhatian pembaca.

5. Kemanusiaan / Human Interest : berita-berita yang menyentuh rasa kemanusiaan

seperti pengungsi dan kelaparan sangat bernilai untuk semua orang. Selain dengan

menggugah empati, juga membangun sikap simpatik.

6. Sensational / Unique : keanehan, keganjilan dan hal-hal yang spektakuler dalam

kehidupan manusia, selain memiliki unsure hiburan dapat juga memberikan

dorongan prestasi sekaligus penyadaran dalam dinamika kehidupan.

7. Seks : seks merupakan unsure berita yang sangat diminati oleh khalayak

pembacanya, seks membuat produk pers dicari dan dibaca orang.

Pada proses produksi sebuah berita, sebuah media selalu melibatkan

pandangan dan ideology wartawan, juga kepentingan media itu sendiri. Ideology

ini menentukan aspek fakta yang dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang.

Artinya jika seseorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan

(29)

dilakukan dalam rangka pembenaran tertentu. Sehingga dapat dikatakan media

bukan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam

masyarakat secara apa adanya.

Suatu konsep ideology media juga dapat membantu menjelaskan

mengenai mengapa waktu memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan, daripada

fakta yang lain, walaupun hal tersebut dapat merugikan pihak lain. Kemudian

menempatkan sumber beritanya yang satu lebih menonjol dari pada sumber berita

yang lain ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada

pihak-pihak tertentu, artinya ideology wartawan dan media bersangkutan erat yang

secara strategis menghasilkan berita-berita yang sesuai dengan karakter media

tersebut. Berdasarkan hal tersebut media merupakan inti instrument ideology yang

tidak dipandang sebagai zona netral, dimana berbagai kelompok dan kepentingan

dapat ditampung.

Akan tetapi medialebih sebagai subyek yang mengkonstruksikan realitas

atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarluaskan kepada

khalayak (Eriyanto, 2000 : 92). Media massa sebagai pendefensi realitas tidak

dapat dipisahkan dari keterkaitan antara bahasa yang digunakan dalam

pemberitaanya. Dengan kata lain perbincangan mengenai media selalu berkaitan

tentang ideology yang membentuknya, dimana pada akhirnya ideology tersebut

akan mempengaruhi bahasa (gaya, ungkapan, dan kosa kata), serta pengetahuan

(30)

2.2 Teori politik – Ekonomi Media

Setiap media massa memiliki kekuatan untuk menyampaikan peristiwa

atau informasi yang mereka kemas dalam dalam bentuk berita. Dalam media,

tidak hanya memiliki kekuatan itu saja, media juga memiliki kekuatan politik dan

kekuatan dalam bentuk ekonomi yang mereka gunakan dalam setiap kali mereka

menyampaikan berita. Yang tidak dapat kita pungkiri kekuatan tersebut yang

berperan besar dalam setiap isi dari beritanya.

Perkembangan dan modernisasi komunikasi massa, terutama modernisasi dalam

industrialisasi media massa, mengalami kemajuan yang sedemikian pesat.

Perkembangan media massa semakin pesat ketika terjadi perubahan dramatis

dalam teknologi komunikasi. Perkembangan industri media ini takterelakan,

demikian juga perkembangan dampak dan efek media menjadi sangat penting

dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan juga

bahwa pemahaman manusia mengenai media massa tidak lagi diletakkan dalam

perspektif tunggal, dalam arti bahwa media massa berikut industrinya dilihat

sebagai totalitas yang didalamnya terdapat interaksi dinamis antara pelaku media,

masyarakat dan Negara.

Teori politik – ekonomi mempertanyakan hubungan antara masyarakat,

massa, dan media massa. Sebab teori ini banyak dipengaruhi oleh paham

Neo-Marxis dan New Left. Teori tersebut mengemukakan bahwa, media massa tidak

selalu menjadi sebab atau faktor pembentukan budaya massa. Media massa hanya

(31)

mengisi sel-sel struktur social yang telah memliki karakteristik massa (Liliwer,

2001 : 72).

Teori ini mengemukakan ideology pada kekuatan ekonomi dan

mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur

pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media. Dalam tinjauan ini

institusi media harus dinilai sebagai bagian dari system ekonomi yang juga

berkaitan erat dengan system politik. Menurut Mordock dan Golding (1977 : 37),

efek kekuatan ekonomi tidak langsung secara acak, tetapi terus menerus :

“Mengabaikan suara kelompok yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi dan

sumber daya. Pertimbangan untung rugi diwujutkan secara sistematis dengan

memantapkan kedudukan kelompok-kelompok yang sudah mapan dalam pasar

media massa besar dan mematikan kelompok-kelompok yang tidak memiliki

modal dasar yang dibutuhkan untuk mampu bergerak. Oleh karena itu, pendapat

yang dapat diterima kebanyakan berasal dari kelompok yang cenderung tidak

melancarkan kritik terhadap distribusi kekayaan dan kekuasaan yang berlangsung.

Sebaliknya mereka yang cenderung menentang kondisi semacam itu tidak dapat

mempublikasikan ketidak puasan atau ketidak setujuan mereka karena tidak

mampu menguasai sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan komunikan

efektif terhadap khalayak luas.” (McQuail,1991 : 63).

Teori Ekonomi – Politik Media (political economy media theory). Menurut

Vincent Moscow dalam bukunya The political Economy of communication (1998),

pendekatan dengan teori ini pada intinya berpijak pada pengertian ekonomi politik

(32)

kekuasaan, baik dalam produksi, distribusi dan konsumsi sumberdaya

(resourches). Dalam ekonomi politik komunikasi, sumberdaya ini dapat berupa

surat kabar, majalah, buku, kaset, film internet dan sebagainya (Mosco, 1998 :

25). Seperti teori Marxisme Klasik, teori ini menganggap bahwa kepemilikan

media pada segelintir elit pengusaha telah menyebabkan patologi atau penyakit

sosial. Dalam pemikiran ini, kandungan media adalah komuditas yang dijual

dipasar, dan informasi yang disebarluaskan dikendalikan oleh apa yang pasar

akan tanggung. System ini membawa implikasi mekanisme pasar yang tidak

ambil resiko, suatu bentuk mekanisme pasar yang kejam karena membuat media

mendominasi wacana publik dan lainnya terpinggirkan. Beberapa realitas

kontenporer di dalam media menjadikan kajian ekonomi – politik menjadi penting

(McQuail, 2002 : 83).

2.3 Paradigma Konstruksionis

Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana

media, wartawan dan berita dilihat. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat

subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan.

Disini tidak realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat

konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada

bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai

pandangan berbeda (Eriyanto, 2005 : 19).

Pandangan konstruksionis sangat bertolak belakang dengan pandangan

positivistik. Dalam pandangan positivistik, ada fakta yang riil yang diatur oleh

(33)

berita. Berita adalah cerminan dan refleksi dari kenyataan. Karena itu, berita

haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang hendak yang diliput. Berita

bersifat objektif, menyingkirkan opini dan pandangan subjektif dari pembuat

berita. Wartawan sebagai pelapor. Nilai, etika, opini dan pilihan moral yang

berada diluar proses peliputan berita. Berita diterima sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh pembuat berita. Sedangkan dalam pandangan konstruksionis,

fakta merupakan konstruksi atas realitas. Kebenaran suatu fakta bersifat relatif,

berlaku sesuai konteks tertentu. Media sebagai agen konstruksi pesan. Berita tidak

mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas. Karena berita yang

terbentuk merupakan konstruksi atas realitas. Berita bersifat subjektif, opini tidak

dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan

pertimbangan subjektif. Wartawan sebagai pasrtisipan yang menjebatani

keragaman subjektifitas pelaku sosial. Nilai, etika atau keberpihakan wartawan

tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.

Khalayak mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat

berita (Eriyanto, 2005 : 19-35).

2.3.1 Berita Dalam Par adigma Konstruksionis

Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas

yang natural, tetapi hasil konstruksi (Eriyanto, 2005 : 37). Konstruksionis atau

paradigma transmisi melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis. Pertama, lebih

menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat

(34)

proses yang dinamis. Memeriksa pembentukan pesan dari sisi komunikator dan

dalam sisi penerima mengkonstruksi makna (Eriyanto, 2005 : 40-41).

Pekerjaan media pada hakekatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Isi

media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang

dipilihnya, diantaranya realitas politik. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa

pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi

media adalah realitas yang dikonstruksikan (constructed reality). Pembuatan

berita dimedia pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga

membentuk suatu “cerita” (Tuchman dalam Sobar, 2006 : 88). Jarang ada media

yang membuat berita peristiwa secara utuh, mulai dari menit pertama kejadian

hingga kemenit paling akhir. Atas nama kaidah jurnalistik, peristiwa yang

panjang, lebar, rumit dicoba “disederhanakan” melalui pembingkaian (framing)

fakta-fakta dalam bentuk berita sehingga layak terbit (Sobur, 2006 : 167).

2.4 Analisis Framing

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis

untuk mengetahui bagai mana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja)

dikonstruksikan oleh media. Dan bagaimana media memahami dan memakai

realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditandakan, hal ini lah yang menjadi

pusat perhatian dari analisis framing. Praktisnya, ia digunakan untuk melihat

bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan oleh media.

Dalam analisis framing kita juga melihat bagaimana cara media memakai,

(35)

tentusaja berusaha mengerti dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan jalan

menguraikan bagaimana media mengkonstruksi issu.

Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita

(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita ini tergambar pada

“cara melihat” terhadap realita yang dijadikan berita, “cara melihat” ini

berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Tiap hari kita membaca,

menyaksikan bagaimana pristiwa yang sama diberitakan secara berbeda oleh

media. Kenapa berbeda? Perbedaan ini terjadi karena peristiwa tersebut dipahami

dan dikonstruksikan secara berbeda oleh media.Ada dua esensi utama dari

framing. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai.Ini berhubungan dengan bagai

mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu

tertulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kat, kalimat, dan gambar

untuk mendukung gagasan. (Eriyanto, 2002:10).

2.4.1 Pr oses Framing

Framing didefinisikan sebagai proses membuat pesan lebih menonjol,

menempatkan informasi lebih daripada yang lain, sehingga khalayak lebih tertuju

pada pesan tersebut. Cara penyajian tersebut secara umum memiliki dua dimensi

dalam framing. Pertama, seleksi issu. Dalam penyajian sebuah peristiwa

wartawan atau awak media telah melakukan pemilihan terhadap fakta dilapangan,

hal ini diasumsikan bahwa pekerjaan media tidak mungkin melihat peristiwa

tanpa perspektif. Kedua, penekanan isu. Hal ini dapat teramati bagaimana

pekerjaan media menuliskan fakta, proses ini berhubungan dengan bagaiman

(36)

Menurut Robert N. Entman ada dua dimensi besar dari framing yang

saling berkaitan. Pertama, seleksi isu. Kedua, penekanan atau penonjolan

aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi

menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak.

realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan

lebih besar untuk diperhatikan dalam mempengaruhi khalayak dalam memahami

suatu realitas. Dalam prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan

menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek

isu tersebut dengan menggunakanvberbagai strategi wacana penempatan yang

mencolok (menempatkan di headline atau bagian belakang), pengulangan,

pemakaian grafis tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang

diberitaukan, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi simplikasi, dan

lain-lain. Semua aspek itu dipakai untuk mebuat dimensi tertentu dari konstruksi berita

menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. (Eriyanto, 2002:252-253).

Dalam lingkup komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang

mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis

fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep tentang frami ngbukan murni dari

ilmu komunikasi itu sendiri, tetapi meminjam dari ilmu kognitif (psikologi).

Analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep

sosiologis, politik dan kultur untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga

suatu fenomena dapat diapresiasikan dan dianalisis berdasarkan konteks

(37)

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah

cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta.Analisis ini mencermati

strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih

bermakna. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya

mengunakan konsep yang ada dalam pikiranya semata. Pertama, proses

konstruksi juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan.

Nilai-nilai sosial yang tertanam mempengaruhi bagaimana kebenaran diterima

secara taken for granted oleh wartawan. Kedua, ketika menulis dan

mengkonstruksi suatu berita, wartawan bukanlah berhadapan dengan public yang

kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis dan kata mualai disusun, khalayak

menjadi pertimbangan bagi wartawan. Hal ini disebabkan wartawan tidak menulis

untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca.

Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu

melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik dan standar professional dari

wartawan (Eriyanto, 2005 : 254).

2.4.2 Perangkat Framing

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari model

Robert N. Entman, model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame

yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang

dihubungkan dengan makna (bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa,

dapat dilihat dari perangkat yang dimunculkan dalam teks).

Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat structural teks

(38)

diagnose causes (penjelasan); Ketiga, make moral judgement (evaluasi);

Keempat, treatment recommendation (rekomendasi). (Sobur, 2006 : 175).

1. Define Problem (Pendefinisian masalah) adalah elemen yang merupakan

master frame atau dibingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana

peristiwa dipahami oleh wartawan ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana

atau isu tersebut dapat dipahami. Karena peristiwa yang sama dapat dipahami

secara berbeda.

2. Diagnose Causes (Memper kirakan masalah atau sumber masalah)

merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor

dari suatu peristiwa. Penyebab disini berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti

siapa (who), bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa

yang dianggap sebagai sumber masalah, karena itu masalah yang dipahami juga

berbeda.

3. Make Moral J udgement (Membuat keputusan moral). adalah elemen

framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada

pendefinisian masalah yang sudah dibuat. ketika masalah susah didefinisikan,

penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk

mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan

sesusatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

4. Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) dipakai untuk

menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan yang dipilih untuk

(39)

peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

(Eriyanto, 2005 : 257).

Perangkat framing Robert N. Entman

Define Pr oblems

(Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa atau isu

dilihat?

Atau sebagai masalah apa?

Diagnose Causes

(Memper kir akan masalah atau sumber

masalah)

Peristiwa itu dilihat dan disebabkan oleh

apa?

Apa yang dianggap sebagai penyebab dari

suatu masalah?

Siapa (aktor) yang dianggap sebagai

penyebab masalah?

Make Moral J udgement

(Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk

menjelaskan masalah?

Nilai moral apa yang dipakai untuk

melegitimasi atau mendelegitmasi

suatu tindakan?

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan

untuk mengatasi masalah atau isu?

Jalan apa yang ditawarkan dan harus

ditempuh untuk mengatasi masalah?

(40)

2.5. Kerangka Berpikir

Dari uraian kerangka teori di atas, dapat diasumsikan bahwa ide dasar dari

model framing ini adalah bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi

sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan

dengan elemen yang berbeda dalam teks berita, kutipan, sumber, latar informasi,

pemakaian kata atau kalimat tertentu dalam teks secara keseluruhan yang ada

dalam surat kabar Jawa Pos dan Kompas.

Pemuatan berita tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas SMA

pada tahun ajaran 2012/2013 di media cetak kususnya harian Jawa Pos dan

Kompas yang cenderung berbeda sehingga dipilih oleh peneliti sebagai subjek

penelitian. Dasar dipilihnya surat kabar Jawa Pos dan Kompas, dikarenakan Jawa

Pos merupakan surat kabar pertama dan sampai sekarang satu-satunya yang

berkembang menjadi konglomerat pers melalui konsentrasi secara eksklusif di

pasar provinsi. Selain itu, Jawa Pos adalah karena Jawa Pos adalah surat kabar

harian terbesar di Jawa Timur, dan merupakan salah satu harian dengan oplah

terbesar di Indonesia, dan juga Pada Oktober 2011, Jawa Pos dikukuhkan sebagai

koran anak muda dunia dengan predikat Newspaper of The Year oleh World

Young Reader Prize 2011. Penghargaan ini diterima oleh Azrul Ananda,

Pemimpin Redaksi Jawa Pos, di Wina pada 12 Oktober 2011.

Sedangkan alasan dipilihnya surat kabar Kompas karena surat kabar

kompas dinilai merupakan surat kabar yang terkenal dan netral secara objektif

dalam menulis beritanya (Flourney dalam sugihari,2002 : 17). Harian Kompas

(41)

realitis. Dipilihnya harian Kompas karena kompas adalah harian yang paling

prestisius dan paling laku di indonesia (lebih setengah juta kopi terjual setiap

harinya) dan juga surat kabar berkualitas terbesar di Asia Tenggara. Selain itu

Kompas memiliki repurasi kedalam analistis dan gaya penulisannya yang rapi.

Kompas juga memiliki kerajaan bisnis yang terjadi dari 38 perusahaan yang

dikenal sebagai Kompas-Gramedia Group. Melalui berbagai buku, majalah, dan

surat kabar, Kompas-Gramedia Group mendominasi industri penerbitan (Send

and Hill,2001: 68-69).

Berita-berita tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas

Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun ajaran 2012/2013 yang muncul

diharian Jawa Pos dan Kompas tersebut, dianalisis mengunakan analisis framing

model Robert N. Entman, dimana model framing tersebut terbagi menjadi empat

struktur yaitu: Define Problem, Diagnose Causes, Make Moral Judgement,

Treatment Recommendation.

Keempat dimensi struktur ini membentuk tema yaitu mempertautkan

elemen-elemen sematik narasi berita dalam suatu koherensi global. Keempat

struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat mewujudkan framing

dari suatu media.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini :

Berita kasus Keterlambatan distribusi naskah soal Unas SMA pada tahun ajaran 2012/2013 di

harian surat kabar Jawa

Pos dan Kompas

Analisis framing Robert N.

Entman

Framing devices (perangkat framing) :

1. Define Problem 2. Diagnose Causes

3. Make Moral Judgement

(42)

3.1. Definisi Operasional

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan paradigma

konstruktivisme, maka penelitian ini akan bersifat kualitatif, dengan metode

analisis framing. Penelitian ini pada dasarnya mencoba untuk menangkap

perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana pemberitaan itu

memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara tertentu memperlakukan

realitas atau fakta. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara khas berkait

dengan observasi, menelaah terhadap teks-teks dari berbagai teknik kebahasaan

seperti percakapan dan analisis data.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks kasus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Lexy.J.Moleong, 2004 : 6). Metode penelitian kualitatif ini sering disebut dengan

metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting) disebut juga sebagai netode ertnograpi, karena pada

awalnya metode ini lebih banya digunakan untuk penelitian bidang antropologi

budaya, disebut metode kualitatif karena data yang dikumpulkan dan analisisnya

(43)

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis framing, yang

memiliki instrument metodologis atau perangkat framing yang dipakai untuk

melihat cara media mengkonstruksi sebuah wacana berita dengan melakukan

penonjolan-penonjolan tertentu. Metode analisis framing sangat tepat digunakan

untuk menangkap kecenderungan sikap dan perspektif media dalam cara

pemeberitaannya.

Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi

ditampilkan dan bagaimana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat

teks. Dengan menggunakan analisis framing, peneliti ingin melihat bagaimana

subyektifitas surat kabar Jawa Pos dan Kompas melakukan frame pemberitaan

dengan masing-masing dari surat kabar tersebut memberitakan sebuah realitas

yang sama tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas SMA pada

tahun ajaran 2012/2013.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos dan Kompas

edisi 14 April 2013 sampai dengan 20 April 2013. Sedangkan Obyek penelitian

ini adalah berita-berita tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas

SMA pada tahun ajaran 2012/2013.

3.3. Unit Analisis

Pada penelitian ini unit analisis yang dugunakan adalah unit reference.

Yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat

dalam teks berita tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas SMA

(44)

Analisis teks dengan melihat hubungan antara kalimat, foto, grafik, dan

ungkapan narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif

pemberitaan media surat kabar Jawa Pos dan Kompas, dalam melihat berita

tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas SMA pada tahun ajaran

2012/2013 yang diberitakan pada tanggal 14 April sampai dengan 20 April 2013.

3.4. Korpus Penelitian

Definisi Korpus adalah data yang dipakai sebagai sumber berita.

Korpus penelitian pemberitaan pada surat kabar Jawa Pos dan pemberitaan

pada surat kabar Kompas edisi Kamis 15 April 2013, yaitu :

Korpus Harian Jawa Pos :

1. Berita 14 April 2013

Judul berita “Sebelas Provinsi Tunda Unas SMA”

2. Berita 15 April 2013

Judul berita “SBY Perintahkan Investigasi Kasus Penundaan Unas”

3. Berita 17 April 2013

Juduk berita “Desak KPK Usut Tender Naskah Unas”

Korpus Harian Kompas :

1. Berita 15 April 2013

Judul berita “Ditunda Kamis, UN Dibayangi Kebocoran”

2. Berita 16 April 2013

(45)

3. Berita 17 April 2013

Judul berita “Distribusi Soal Belum Tuntas”

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari sumber data dan jenis data

primer berupa berita tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas

SMA pada tahun ajaran 2012/2013 yang dimuat surat kabar Jawa Pos dan

Kompas pada edisi 14 April – 20 April 2013.

3.6. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini

adalah analisis framing. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui

bagaimana media mengemas suatu peristiwa untuk dituangkan dalam bentuk

berita. Sisi mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak dibawa kemana

berita tersebut. Karenanya berita menjadi manipulative dan bertujuan

mendominasi keberadaan subyek sebagai sesuatu yang legitimate, obyektif,

alamiah, wajar atau tidak terelakkan. ( Sobur, 2001 : 162 ).

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep dari model

Entman yang menggunakan empat cara tentang menganalisis framing, sehingga

akan dapat diketahui bahwa bagaimana frame atau pembingkaian berita yang

dilakukan oleh harian Jawa Pos dan Kompas dalam mengangkat isu maupun

(46)

Adapun empat cara yang digunakan dalam analisis framing model Robert N.

Entman, yaitu :

1. Define Problem (Pendefinisian masalah) adalah elemen yang merupakan

master of frame atau bingkai yang paling utama ia menekankan bagaimana

berita tentang kasus keterlambatan distribusi naskah soal Unas SMA pada

tahun ajaran 2012 – 2013 pada harian Jawa Pos dan Kompas edisi 14 – 20

Maret 2013 dipahami oleh wartawan, sebagai apa atau sebagai masalah

apa? karena peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda.

2. Diagnose Causes (Memperkirakan masalah atau sunber masalah)

merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap

sebagai aktor dalam berita kasus keterlambatan distribusi naskah soal

Unas SMA pada tahun ajaran 2012 – 2013. Penyebab disini berarti apa

(what), tetapi juga berarti siapa (who). Dengan kata lain sumber masalah

ini menyertakan siapa yang dianggap pelaku dan siapa yang dipandang

sebagai korban.

3. Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) adalah elemen

framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada

pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah susah

didefinisikan, penyebab masalah susah ditentukan, dibutuhkan

argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang

dikutip sesuatu yang familiar dan dikenal khalayak.

4. Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) dipakai untuk

(47)

menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja tergantung pada

bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai

(48)

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Pr ofil J awa Pos

Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949, sehingga Jawa Pos

terhitung sebagai salah satu surat kabar yang tertua di Indonesia. Saat awal

kemunculannya Jawa Pos masih bernama Java Post, lalu berganti menjadi Djawa

Post lalu menjadi Jawa Pos dan bertahan hingga sekarang.

Pendiri Jawa Pos adalah The Chung Sen, sejarahnya beliau yang seorang

WNI kelahiran Bangka, tengah bekerja disebuah kantor film di Surabaya. Pada

saat itu beliaulah yang bertugas untuk selalu menghubungi surat kabar agar

pemuatan iklan filmnya lancer. Dari sini pula The Chung Sen mengetahui bahwa

memiliki surat kabar ternyata menguntungkan, maka didirikanlah Java Post. Saat

itu, harian ini tentunya juga dikenal sebagai harian Melayu – Tionghoa. Sebab

dari pengolaan hingga modal usahanya berasal dari kalangan tersebut. Harian ini

tentunya bukan satu – satunya harian Melayu – Tionghoa yang terbit di Surabaya.

Yang merupakan saingan Java Post dan merupakan harian beroplah besar saat itu

adalah Pewarta Soerabaia Terompet Masyarakat dan Perdamaian. The Chung Sen

tentunya melirik keuntungan yang berhasil diraih oleh harian Pewarta Soeirabaia

yang sudah berhasil memantapkan diri sebagai Koran dagang di Surabaya. Tetapi

cita – cita dan impiannya itu rasanya tidak pernah tercapai. Dalam perjalanan

(49)

pernah terkenal di kalangan pembacanya, terutama keturunan Tionghoa. Mereka

misalnya lebih suka membaca Pewarta Soerabaia yang kiblatnya masih kearah

tanah leluhur mereka. Sedang harian Melayu – Tionghoa yang terbit di Jakarta

kebanyakan berhaluan yang sama dengan Pewarta Soerabaia. Jadi bias dikatakan

harian Jawa Pos saat itu sebagai harian Melayu – Tionghoa yang memiliki cirri

khas tersendiri.

Masalah tentang persaingan itu tentu saja bukan satu – satunya masalah

yang dihadapi oleh Jawa Pos saat itu. Karena waktu itu, masalah mereka baru

diatur sekitar tahun enam puluhan. Sehingga memihak kepada Republik dalam

situasi masih jauh dari konferensi Meja Bundar tentunya satu gagasan yang

menarik untuk dikaji. Ini tentunya tak lepas dari wawasan The Chung Sen yang

jauh ke depan. Jika hanya untuk memperoleh uang, ia tentunya bisa memerintah

pemimpin redaksinya untuk berorientasi ketanah leluhur. Tapi itu tak pernah

dilakukan, pemimpin redaksi pertama Goh Tjing Ilok. Yang kedua yang

memangku itu sejak tahun 1953 adalah Thio Oeb Sik. Keduanya memang dikenal

sebagai orang – orang republikein yang tak pernah goyang pendiriannya.

Dalam perkembangan selanjutnya The Chung Sen bisa disebut “Raja”

Gambar

Gambar 1. Perangkat framing Robert N. Entman
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Deskripsi Ringkas Berita “SBY Perintahkan Investigasi Kasus Penundaan Unas”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pembuatan serbuk simplisia, skrining fitokimia, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak daun senduduk dengan cara perkolasi menggunakan

Kekurangan perhatian dan tidak adanya kebijakan pembangunan kemaritiman yang komperhensif, mengakibatkan timbulnya berbagai masalah ekologi kelautan dan konflik sosial

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti dan seluruh staf karyawan

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di

1) Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia

Dilihat dari sisi lembaga tempat penelitian, sebagai upaya memperkaya hasanah pemikiran dan wawasan baru yang berhubungan dengan Kepemimpinan Transformasional Kepala

Untuk menjawab permasalahan yang muncul tersebut mengenai bagaimana sebuah alat penampil informasi selain dapat menampilkan informasi dapat memiliki kesan artistik

CHAPTER III. The Meaning of Research Method ... The Strategy of Research Method ... The Data and the Source of the Data ………. The Technique of Collecting the Data ... Validity