KONSEP DIRI WANITA PEROKOK YANG BERJ ILBAB DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri Wanita Perokok yang Berjilbab
di Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Oleh:
DEBITA ARIYANTI NPM. 0943010291
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PE RUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK J URUSAN ILMU KOMUNIKASI
Disusun Oleh :
Debita Ariyanti
NPM.0943010291
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
J uwito, S. Sos. M,Si
NPT.367049500361
Mengetahui,
DEKAN
DRA.Ec.HJ . SUPARWATI, M.SI.
PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI PENELITIAN (FISIP)
J udul Penelitian :KONSEP DIRI WANITA PEROKOK
YANG BERJ ILBAB DI SURABAYA (Studi Deskr iptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri Wanita Perokok yang Berjilbab di Sur abaya)
Nmama Mahasiswa : Debita Ar iyanti
NPM : 0943010291
Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Pada Tanggal 18 J uli 2014
Menyetujui,
PembimbingUtama
J uwito,S.Sos,M.Si NPT.367049500361
Tim Penguji: 1.Ketua
J uwito,S.Sos,M.Si NPT.367049500361
2.Sekr etaris
Dra. Sumardjijati, M.Si NIP.196203231993092001
3. Anggota
Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001
Mengetahui,
DEKAN
dengan pertolonganNya penulis dapat menyelesaiakan makalah skripsi yang
berjudul “Konsep Diri Wanita Perokok yang Berjilbab”. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya,
alhamdulillah makalah skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Atas semua perhatian dari segala pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun makalah skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Bapak Saifuddin Zuhri, M.Si Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Dosen Pembimbing saya Bapak Juwito, S.Sos, M.Si yang selalu
memberikan bimbingan dan dorongan demi terselesainya penyusunan makalah
skripsi.
5. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
6. Kepada Kedua Orangtua tercinta dan tersayang yang selalu mendoakan
saya untuk kelancaran dan kesuksesan saya sekarang.
8. Sahabat terbaik dan Teman-teman Ilmu Komunikasi dan semua
teman-teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
9. Dan Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang
telah membantu penyelesaian makalah skripsi.
Semoga makalah yang saya buat ini dapat memberikan pengetahuan lebih
luas ,berguna dan dapat dijadikan pelajaran serta motivasi agar para perokok pria
maupun wanita di Indonesia ini khusus nya di Surabaya dapat perlahan-lahan
berhenti untuk tidak merokok.
24, April 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1LatarBelakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 7
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Maksud Penelitian... . 8
1.3.2 Tujuan Penelitian... 8
1.4Manfaat Penelitian... 8
1.4.1 Kegunaan Teoritis... 8
1.4.2 Kegunaan Praktis... 9
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu ... 10
2.2Landasan Teori ... 12
2.2.1 Komunikasi... 12
2.2.1.1Pengertian Komunikasi... 12
2.2.1.2Unsur-Unsur Komunikasi... 13
2.2.2 DefinisiKonsep Diri... . 13
2.2.3 Komunikasi Antar Pribadi... 17
2.2.4 Interaksi Simbolik... 19
2.3Komunikasi Verbal dan Non Verbal... 22
2.3.2 Komunikasi Non Verbal... . 25
2.4Mengenai Wanita Perokok yang Berjilbab ... 26
2.4.1 Definisi Wanita... 26
2.4.2 Wanita Berjilbab... 27
2.4.3 Wanita Perokok... 31
2.5Kerangka Berpikir ... 40
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 42
3.2Definisi Konseptual ... 44
3.2.1 Konsep Diri... 44
3.2.2 Wanita Berjilbab... 44
3.2.3 Wanita Perokok... 45
3.3Informan dan Teknik Pemilihan Informan... 45
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.5Teknik Analisis Data... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data... 52
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 52
4.1.2 Penyajian Data ... 57
Signifant Others dan Reference Groups ... 66
4.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian... ... 77
4.2.3 Wanita Perokok yang Berjilbab Memaknai Dirinya sebagai Seorang Perokok di Surabaya... ... 78
4.2.4 Significant Others Memaknai Wanita Perokok yang Berjilbab di Surabaya... ... 80
4.2.5 Reference Groups Memaknai Wanita Perokok yang Berjilbab di Surabaya... ... 83
4.2.6 Konsep Diri Wanita Perokok yang Berjilbab di Surabaya... ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... ... 89
5.2 Saran... ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
Abstr ak
DEBITA ARIYANTI, KONSEP DIRI WANITA PEROKOK YANG
BERJ ILBAB DI SURABAYA. (Studi Deskr iptif Kualitatif Mengenai Konsep Dir i Wanita Perokok yang Ber jilbab di Sur abaya).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wanita perokom yang berjilbab memaknai dirinya sebagai seorang prokok, mengetahui significant other memaknai wanita perokok yang berjilbab di Surabaya, mengetahui reference groups memaknai wanita perokok yang berjilbab di Surabaya.
Metode yang digunakan dalam pnelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian yang sedang terjadi ini dilakukan dengan metode yang lebih dalam seperti wawancara dan dokumentasi sebagai teknik dalam mendapatkan data
Hasil menunjukkan bahwa konsep diri wanita perokok yang berjilbab adalah wanita perokok khususnya yang menggunakan jilbab di Surabaya mrupakan suatu hal yang biasa dan sudah banyak dilakukan. Meskipun ada yang memandang negative, mereka menilai dirinya sebagai seorang perokok yang acuh karena aktifitas merokok yan mereka lakukan merupakan privasi diri mereka juga tidak merugikan orang lain dan tidak melanggar aturan.
Kata kunci : konsep diri, wanita perokok yang berjilbab di Surabaya.
Abstract
DEBITA ARIYANTI, THE CONCEPT OF SELF IS VEILED FEMALE SMOKERS IN SURABAYA. (Qualitative Descriptive Study of Self-Concept that Veiled Women Smokers in Surabaya).
This study purpose to determine the veiling of women smoker who interpret him as a smoker, significant other know that smokers interpret the veiled women in Surabaya.
The method used in this study is a qualitative method, Research is going on in done with methods such as interviews and more in the documentation as a technique in getting the data.
1 1.1Latar Belakang
Manusia bukan semata-mata organisme yang bergerak di bawah pengaruh perangsang, baik dari dalam maupun dari luar .melainkan organisme yang sadar akan dirinya, oleh karena ia seorang diri, maka ia mampu memandang dirinya sebagai objek pikirannya sendiri dan berinteraksi dengan dirinya sendiri ia mengarahkan dirinya kepada berbagai objek, termasuk dirinya sendiri berunding dan berwawancara dengan dirinya sendiri. Ia mempermasalahkan mempertimbangkan, menguraikan dan menilai hal hal tertentu yang telah ditarik ke dalam lapangan kesadarannya, dan akhirnya ia merencanakan dan mengorganisasikan perilakunya.
Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle). Sebagai dampaknya, hal ini menuntut setiap orang untuk selalu uptudate.
2
dan mempercepat kematian. Beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh merokok adalah kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. (Saktyowati, 2010 : 12).
Dilihat dari sudut kesehatan, bahwa rokok bagi kesehatan tidak berdampak positif. Bukan saja pada pria, perempuan pun kini sangat buruk bila melakukan kebiasaan merokok karena dapat berpengaruh negatif pada rahim dan anak yang dikandungnya. Ada beberapa penyakit yang dapat diakibatkan oleh rokok seperti: paru-paru, kanker usus, kanker hati, bronkitis, stroke, dan berbagai penyakit lain. Fenomena perempuan perokok memang sedang marak di kota-kota besar di kalangan kelas sosial menengah-atas. Bahkan beberapa komunitas perempuan menjadikannya sebagai simbol kebebasan, kemoderenan dan emansipasi. Padahal simbol kemodernan sekarang ini berorientasi kepedulian pada isu global warning dan pembangunan berkelanjutan, dimana kedua isu tersebut bermuara pada aspek kesehatan.
Diperkirakan ada sekitar 65,6 juta perempuan dan 43 juta anak-anak terpapar asap rokok. Kedua kelompok ini adalah perokok pasif dan rentan pula terkena bermacam penyakit. Dari sekitar 200 ribu kematian di Indonesia diakibatkan kebiasaan merokok, ternyata sebanyak 25.000 korban tersebut adalah perokok pasif. Selain itu, 70 persen dari sekitar 60 juta perokok berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah terjerat kebiasaan buruk itu.
Data lain menyebutkan bahwa tingkat konsumsi rokok perharinya sekitar 658 juta batang rokok pada tahun 2008. Hal ini berarti terdapat sekitar Rp 330 miliar digunakan hanya untuk membeli rokok yang merusak kesehatan. Data Susenas 2006 menunjukkan bahwa pengeluaran untuk sekedar membeli rokok 5 kali lebih besar dari pengeluaran untuk telur dan susu (2,3 persen), 17 kali lipat pengeluaran membeli daging (0,7 persen) dan 2 kali lipat pengeluaran untuk ikan (6,8 persen). Bahkan tercatat 63 persen laki-laki dewasa dari 20 persen penduduk termiskin menyumbang 12 persen penghasilan bulanannya kepada industri rokok.
4
batang selama 10 tahun atau 10 juta perokok baru. (https://yantigobel.wordpress.com/tag/wanita-perokok/)
Merokok adalah perilaku yang membahayakan bagi kesehatan karena dapat memicu berbagai macam penyakit yang mengakibatkan kematian, tapi sayangnya masih saja banyak orang yang memilih untuk menghisapnya. Satu batang rokok yang dibakar mengeluarkan sekira 4.000 bahan kimia yang 200 diantaranya bersifat oksik (beracun) dan 43 diantaranya pemicu kanker (karsinogenik). (Saktyowati, 2010 : 7)
kota – kota besar lainnya bahkan sampai mewabah ke kota – kota kecil, meskipun populasi nya tidak sebanyak di kota kota besar.
Meskipun beberapa wanita menyadari masalah ini, mereka terus merokok. Beberapa alasan populer yang dikutip oleh perempuan untuk merokok adalah bahwa hal itu memungkinkan mereka untuk bersantai dan mengekang perasaan atau potensi agresi dan kadang-kadang bahkan depresi. Stres bisa sering terjadi di tempat kerja dan di rumah, dan merokok adalah salah satu cara perempuan untuk meredakan diri dari sensasi stres. Banyak wanita juga merokok untuk menurunkan berat badan. Meskipun ini merupakan metode yang efektif, dampak negatif secara signifikan lebih besar daripada manfaatnya. (http://www.artikelpria.com/2013/01/29/mengapa-wanita-merokok-dan-apa-akibat-merokok-untuk-wanita.html)
Pada saat ini penelitian mengenai perilaku merokok tersebut menemukan bahwa jumlah wanita berjilbab dewasa dan remaja yang merokok mengalami peningkatan. Hal ini membuat banyak pihak baik pemerintah, LSM (lembaga sosial masyarakat), maupun masyarakat sadar bahwa diperlukan berbagai macam tindakan untuk menanganinya, karena perilaku merokok dapat mengakibatkan dampak negatif pada tubuh.
6
yang melengkapi dalam pergaulan mereka sehari-hari. Mungkin, untuk diakui dalam pergaulan teman-temannya, ada dorongan untuk melakukan perilaku yang sama pula, yaitu ikut menjadi perokok aktif.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh para ahli mengapa seseorang merokok, hal ini disebabkan oleh faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas social, gengsi, dan tingkat pendidikan (Levy, 2004). Alasan lain juga mengungkapkan bahwa remaja merokok, diantaranya karena pengaruh orang tua,pengaruh teman, faktor kepribadian, dan pengaruh iklan
Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari merokok tetapi kegiatan merokok bagi kehidupan manusia merupakan kehidupan yang
fenomenal.artinya meskipun sudah di ketahui dampak negatif merokok tetapi jumlah perokok khususnya pada wanita bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat.
Sampai saat ini masyarakat masih saja mendefinisikan sesuatu yang belum pernah mereka ketahui latar belakang nya, pandangan buruk terhadap wanita perokok, terkesan bahwa mereka adalah wanita nakal atau orang yang tidak baik, mereka tidak ingin dipandang sebelah mata oleh masyarakat, karena tidak semua wanita berjilbab perokok ini adalah wanita nakal.
Sebagaimana diungkapkan Pudjijogyanti (1995) bahwa konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi ini, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan jadi cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Charles Horton Cooley, kita melakukannya dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain dalam benak kita. Cooley menyebut gejala ini looking glass self (diri cermin) seakan akan kita menaruh cermin di depan kita. (Rakhmat, 2012 : 97)
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dapat merumuskan masalah, yaitu : Bagaimana Konsep Dir i Wanita Per okok Yang Ber jilbab Di Kota Sur abaya (Studi Deskr iptif Kualitatif Mengenai Konsep Dir i Wanita Per okok Yang Ber jilbab Di Kota Sur abaya).
1.2Rumusa n Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana wanita perokok yang berjilbab memaknai diri (self) nya sebagai seorang wanita perokok di kota Surabaya ?
8
3. Bagaimana reference groups memaknai wanita perokok yang berjilbab di Surabaya ?
1.3Ma ksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Ma ksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana konsep diri wanita perokok yang berjilbab di kota Surabaya (studi deskriptif kualitatatif konsep diri wanita perokok yang berjilbab di kota Surabaya)
1.3.2 Tujuan Peneltian
1. Untuk mengetahui wanita perokok yang berjilbab memaknai diri (self) nya sebagai seorang perokok di kota Surabaya.
2. Untuk mengetahui significant other memaknai wanita perokok yang berjilbab dikota Surabaya.
3. Untuk mengetahui reference groups memaknai wanita perokok berjilbab di kota Surabaya.
1.4Ma nfaat Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teor itis
konsep diri wanita perokok yang berjilbab di kota Surabaya yang saat ini semakin banyak keberadaannya.
1. 4.2 kegunaan Pr aktis 1. Kegunaan Peneliti
Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah Penelitian ini memberikan wawasan baru bagi peneliti akan berbagai macam perilaku sosial yang ada di dalam masyarakat.
2. Kegunaan Bagi Universitas
Penelitian ini berguna bagi mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur secara umum, program Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.
3. Kegunaan Untuk Masyarakat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975 : 5) sebagaimana
dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam buku “Metodologi Penelitian
Kualitatif” mengatakan bahwa, “Kualitatif didefinisikan sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” (Moleong,
2011: 4).
Pendekatan pada peneliti ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan metode deskriptif karena
peneliti ingin menjelaskan secara sistematis mengenai berbagai aspek
seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), dimana
tujuannya adalah memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam
mengenai subyek yang diteliti (Mulyana, 2001, p.20). Sedangkam
penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dijelaskan oleh
Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari gejala-gejala yang
diamati (Moleong, 2011 : 4). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
menggunakan statistik maupun angka-angka tertentu. Pendekatan
diarahkan pada latar dan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya secara menyeluruh.
Dalam penelitian ini peneliti tidak membicarakan antara hubungan
variable sehingga tidak ada pengukuran variable x dan y. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode ini dipilih dengan
tujuan untuk dapat menggambarkan fenomena tato sebagai sebagai alat
yang memiliki pesan dengan muatan-muatan makna tertentu. Penggunaan
metode deskriptif ini pada dasarnya digunakan untuk dapat lebih
memberikan keleluasaan bagi peneliti untuk dapat memberikan wacana
yang ada dalam penelitian sebagai sebuah upaya dalam memaparkan
fenomena secara utuh. Peneliti melihat metode penilitian deskriptif ini
dapat mengakomodasi kepentingan penelitian yang diarahkan untuk
menghasilkan sebuah peristiwa yang utuh secara holistik. Untuk itu pula
metode deskriptif dijadikan sebagai metode penelitian yang paling cocok
untuk peneliti gunakan. Pengertian lainnya adalah bahwa metode
penelitian deskriptif dapat dilihat sebagai suatu upaya dalam memaham
pesan yang terkandung pada diri wanita perokok yang berjilbab tersebut
guna lebih memahaminya lebih jauh.
Dari segi pengertian ini, para penulis masih mempersoalkan latar
alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan
fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah
45
yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan
pemanfaatan dokumen. (Moleong, 2011 : 5).
3.2 Definisi Konseptual
3.2.1 Konsep Dir i
Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan
sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing masing orang
mengembangkannya di dalam transaksi transaksinya dengan lingkungan
kejiwaannya danyang dia bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya.
Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan,
pendapat orang mengenai diri kita dan seperti apa diri kita inginkan.
3.2.2 Wanita Berjilbab
Definisi dari wanita berjilbab yaitu seorang wanita muslim yang
cara berpakaiannya tertutup dari ujung kepala hingga kaki terkecuali muka
dan telapak tangan bisa juga dikatakan menutup aurot nya. Wanita
berjilbab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang wanita yang
berkerudung yang berada di Surabaya dan sering di temukan di berbagai
macam tempat umum dari cafe, kampus hingga mall yang berada di
3.2.3 Wanita Perokok
Wanita merupakan panggilan untuk perempuan dewasa. Wanita
yang dilihat dari pandangan adalah sosok yang lemah lembut dan bersifat
ke ibuan. Namun disisi lain wanita juga ada yang melakukan suatu hal
layaknya seorang pria seperti merokok. Wanita perokok yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah seorang wanita perokok yang berjilbab dan
berada di Surabaya dan banyak ditemui wanita yang merokok di beberapa
tempat seperti cafe, mall, kampus, kantin atau pun di jalan umum.
3.3 Infor man dan Teknik Pemilihan Informan
Berkenan dengan tujuan penelitian kualitatif maka dalam prosedur
sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan key informan
atas situasi sosial tertentu yang syarat akan informasi sesuai dengan fokus
penelitian (Bungin, 2003 : 53). Sedangkan informasi kunci (Key informan)
itu sendiri adalah orang-orang yang pengetahuannya luas dan mendalam
tentang komunitas ( orang luar yang lama bekerja dengan satu
komunitasnya) dapat memberikan data yang berharga atau informasi
pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyanto, 2006 : 189).
Peneliti ini menggali dan mengumpulkan data yang benar dan bisa
dipercaya, maka peneliti perlu memikirkan pilihan nara sumber nya secara
tepat, sehingga informan yang dipilih haruslah sesuai dengan kriteria yang
47
dimaksud dalam menentukan nara sumber tersebut (yang dikutip dalam
Faisal, 1990, p.56-57) antara lain :
1. Subyek yang sudah lama tinggal dan menyatu dengan kegiatan yang
menjadi obyek penelitian.
2. Subyek yang masih terlibat secara aktif pada lingkungan yang menjadi
sasaran penelitian.
3. Subyek mempunyai banyak waktu atau kesempatan untuk dimintai
informasi.
4. Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah terlebih
dahulu.
Dalam penentuan informan, Peneliti akan mencari variasi informasi
sebanyak-banyaknya dari informan. Informan disini memiliki ciri-ciri antara
lain wanita yang berusia 21 tahun hingga 35 tahun seorang perokok yang
berjilbab yang berada di Kota Surabaya agar peneliti bisa mendapatkan
informasi yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini dan bersedia
untuk diwawancarai. Setelah mendapatkan seperti yang dicari oleh peneliti
yaitu seorang wanita perokok yang berjilbab yang telah menyampaikan alasan
kenapa dia merokok sebagai informan yang diteliti. Selain itu peneliti juga
menggali informasi dari orang-orang terdekatnya yaitu orang tua dan teman
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data antara lain :
1. Pengamatan (Observation)
Merupakan kegiatan yang setiap saat kita lakukan. Dengan
perlengkapan panca indera yang kita miliki, sering mengamati objek-objek
yang ada disekitar kita. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti
mamapu memahami situasi-situasi yang rumit. (Moleong, 2011 : 175)
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu, pewawancara (interviewer)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan dan yang di wawancarai
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011
: 186). Wawancara bertujuan agar peneliti dapat menggali segala informasi
baik yang tersirat dan nyata serta yang tersembunyi jauh dari subyek
penelitian (Faisal, 1990, p.62).
Dalam penelitian ini digunakan wawancara secara mendalam
(indepth interview), wawancara mendalam adalah suatu cara langsung
bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan
mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi yang tinggi secara
49
Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaandengan
sedetail-detailnya guna mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya. Bentuk
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terfokus dimana responden diwawancarai dalam waktu yang pendek dan
peneliti telah menyusu dan menyiapkan catatan secara garis besar tentang
pokok-pokok pertanyaan yang disebut interview guide (pedoman
wawancara).
3. Studi Literatur
Teknik pengumpulan data dengan mencari data penunjang dengan
mengolah buku-buku dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan
masalah penelitian ini.
3.5Teknik Analisis Data
Analisis Data merupakan proses pendeskripsian dan penyusunan data
yang telah terkumpul. Analisis data bertujuan agar peneliti dapat
menyempurnakan pengumpulan data dan kesimpulan yang dihasilkan
nantinya akan menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Teknik analiis data dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa
narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara mendalam (depth
interview) yang berkaitan dengan subyek atau orang-orang yang terkait dalam
penelitian konsep diri wanita perokok yang berhijab di kota Surabaya.
Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif.
khusus sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara
kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan
satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung
serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Menurut Huberman dan
Miles siklusnya seperti berikut:
1. Reduksi Data ( Data reduction )
Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan
terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian wanita
perokok yang berhijab, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik
masalah. Reduksi data dengan identifikasi satuan (unit). Pada mulanya
diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang yang ditemukan
dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah
penelitian.
2. Pengumpulan Data ( Data collection )
Data informasi mengenai konsep diri dan pertanyaan yang mendukung
lainnya dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi,
sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan
masalah penelitian
3. Penyajian Data ( Data Display )
Melakukan penafsiran data yaitu penggambaran data yang sudah
51
pesan yang didapat selain itu juga mengenai apa yang telah diinterpretasikan
informan terhadap masalah yang diteliti.
4. Evaluasi
Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang
didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk
menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah
informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari focus
penelitian mengenai makna dan pesan yang terkandung dalam konsep diri
4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data
4.1.1 Gambar an Umum Objek Penelitian
Berkembangnya budaya kosmopolitan di Surabaya mengakibatkan
lingkup gerak pergaulan antar manusia lebih luas dan beragam. Begitu
juga cara bergaul masyarakat khususnya wanita berjilbab yang merokok di
Surabaya. Pandanganan orang masih sangat tabu dengan hal tersebut yang
kebiasaan merokok tergambarkan dalam pikiran kita adalah seorang pria
tetapi kali ini bisa dikatakan sosok seorang wanita muslimah yang
menggunakan jilbab yang melakukan kebiasaan merokok tersebut. Di
Surabaya seorang wanita berjilbab yang merokok memang jarang kita
lihat, hanya di tempat-tempat tertentu saja bahkan mereka tidak merokok
di ruang terbuka.
Dari definisi yang saya temukan di wikipedia, di sana dikatakan,
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah
satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
53
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau
kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong.
Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga
umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker
paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya
tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Rokok pertama kali digunakan oleh orang-orang dari suku-suku di
Amerika, seperti Indian, Maya, dan Aztec. Rokok pada awalnya berupa
tembakau yang dibakar dan dihisap melalui sebuah pipa. Kegiatan ini
awalnya dilakukan pada saat berkumpunya beberapa suku untuk
mempererat hubungan antar suku yang berbeda. Namun selain sebagai
penguat hubungan antar suku, banyak juga yang menggunakan tembakau
sebagai media pengobatan. Dan suku Indian menggunakannya sebagai
media ritual terhadap dewa-dewa mereka.
Kemudian, pada abad ke-16, saat Christoper Columbus dan
rombongan nya datang ke Benua Amerika, sebagian dari mereka mencoba
untuk menghisap tembakau. Dan akhirnya tertarik untuk membawa
budaya menghisap tembaku ini ke benua asal mereka, yaitu Benua Eropa.
Setelah budaya ini dibawa ke Eropa, ada seorang diplomat Prancis yang
tertarik untuk mempopulerkannya ke seluruh Eropa. Dia lah Jean Nicot,
yang kemudian namanya digunakan sebagai istilah Nikotin. Kebiasaan
suku indian, yang menggunakannya untuk upacara ritual, para bangsawan
Eropa menggunakannya untuk kesenangan belaka.
Kepopuleran nya yang semakin meningkat di Eropa membuat John
Rolfe tertarik untuk membudidayakan tembakau dengan lebih serius. John
Rolfe adalah orang pertama yang berhasil menanam tembakau dalam skala
besar, yang kemudian diikuti oleh perdagangan dan pengiriman tembakau
dari AS ke Eropa. Secara ilmiah, buku petunjuk bertanam tembakau
pertama kali diterbitkan di Inggris pada tahun 1855.
Setelah itu, pada abad ke-17, Para pedagang dari Spanyol masuk ke
Turki, yang merupakan negara Islam. Dan akhirnya kemudian kebiasaan
merokok masuk ke negara-negara Islam. Kisah kretek bermula dari kota
Kudus. Tak jelas memang asal-usul yang akurat tentang rokok kretek.
Menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat
kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar
akhir abad ke-19. Awalnya, penduduk asli Kudus ini merasa sakit pada
bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh. Setelah itu, sakitnya
pun reda. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkeh dan
mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok.
Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria.
Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin
menghisap rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Ia
55
menyebar cepat. Permintaan "rokok obat" ini pun mengalir. Djamari
melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap,
cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi "keretek", maka rokok temuan
Djamari ini dikenal dengan "rokok kretek". Awalnya, kretek ini dibungkus
klobot atau daun jagung kering. Dijual per ikat dimana setiap ikat terdiri
dari 10, tanpa selubung kemasan sama sekali. Rokok kretek pun kian
dikenal. Konon Djamari meninggal pada 1890. Identitas dan asal-usulnya
hingga kini masih samar. Hanya temuannya itu yang terus berkembang.
Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi dagangan
memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus. Bisnis
rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi
terdaftar dengan merek "Tjap Bal Tiga". Bisa dikatakan langkah
Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di
Indonesia.
Menurut beberapa babad legenda yang beredar di Jawa, rokok
sudah dikenal sudah sejak lama. Bahkan sebelun Haji Djamari dan
Nitisemito merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro Mendut, yang
menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh
Tumenggung Wiroguno, salah seorang panglima perang kepercayaan
Sultan Agung menjual rokok "klobot" (rokok kretek dengan bungkus daun
jangung kering) yang disukai pembeli terutama kaum laki-laki karena
rokok itu direkatkan dengan ludahnya.
Rokok dapat dengan mudah ditemukan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Kita dengan mudah dapat melihat pemandangan orang-orang
yang sedang merokok di tempat-tempat umum atau bahkan mungkin di
rumah kita sendiri. Penjual rokok pun dengan mudah kita temui, dari
mulai pedagang asongan di jalan-jalan, warung-warung kecil, hingga toko
swalayan. Oleh karena itu, dengan mudah kita bisa mendapatkan rokok.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan
kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak
beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya
disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker
paru-paru atau serangan jantung.
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah
suku bangsa Indian di Amerika, yakni untuk keperluan ritual seperti
memuja dewa atau roh. Pada abad ke-16, ketika bangsa Eropa menemukan
Benua Ameriika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut
mencoba-coba mengisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa.
Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan
Eropa. Namun, berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk
keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan
semata-mata. Abad ke-17 para pedangang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu
kebiasaan merokok mulain masuk ke negara-negara Islam. Sejarah rokok
57
Raffles dan Condolle disebutkan, kebiasaan merokok di Jawa sudah ada
sejak abad ke-17. Bahkan, Raja Mataram Sutlan Agung yang memerintah
pada tahun 1613-1645 dicatat sebagai perokok berat. Catatan sejarah
menyebutkan bahwa orang yang memperkenalkan rokok secara komersial
adalah seorang haji asal Kudus bernama Djamahari. Haji Djamahari
diyakini sebagai pencipta rokok kretek dan mempopulerkannya pada
sekitar tahun 1880. Sejak saat itu, rokok tumbuh subur menjadi industri di
Indonesia. Industri ini telah menjadi ladang kehidupan banyak tenaga
kerja. (Saktyowati, 2010 4 : 5).
4.1.2 Penyajian Data
Data diperoleh saat peneliti melakukan penelitian kurang lebih
selama satu bulan di Kota Surabaya. Peneliti melakukan observasi dan
wawancara mendalam kepada informan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam wawancara ini peneliti mengambil sembilan orang informan yang
tentunya memenuhi kriteria penelitian yang diantaranya adalah wanita
berjilbab merokok yang tinggal di Surabaya.
Peneliti mendatangi satu persatu informan dengan waktu yang
telah disepakati bersama sebelumnya, sehingga informan lebih leluasa
dalam mendeskripsikan profil mereka dan diharapkan dengan pemahaman
yang lebih mendalam terhadap permasalahan yang diangkat dalam peneliti
Saat melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat bantu
berupa recorder audio handphone agar memudahkan peneliti untuk
merekam semua pernyataan saat wawancara berlangsung. Wawancara
dilakukan untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari informan dan
observasi sifatnya dilakukan untuk mengamati perkembangan serta situasi
yang akan diteliti. Data yang disajikan secara deskriptif dan analisis
dengan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran, jawaban serta
kesimpulan dari pokok permasalahan yang diangkat. Berikut ini
merupakan penyajian data dari informan yang telah diwawancara.
1. Rahma
Rahma (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita yang
bekerja di salah satu Bank di Surabaya. Dia berusia 28 tahun yang tinggal
dan berasal dari Surabaya. Rahma merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, dia memiliki adik bernama Adi. Rahma hidup di keluarga
yang sangat mampu, orang tuanya bekerja di Perusahaan BUMN yang
ditempatkan berpindah-pindah. Orang tua Rahma sangat disiplin dalam
mendidik anak-anaknya, oleh karena itu Rahma sangat tertutup kepada
kedua orang tuanya dia lebih memilih terbuka kepada Adi, karena sesuai
penuturan Rahma dia lebih nyaman bercerita kepada Adi karena menurut
Rahma adiknya lebih terbuka pemikirannya. Keputusan Rahma untuk
menjadi seorang perokok berawal ketika dia menjadi seorang model.
Ketika akan berlenggak lenggok di catwalk dia merasa gugup lalu banyak
59
lebih percaya diri sebelum tampil, dari situlah Rahma mencoba untuk
merokok .Waktu itu dia masih menjadi mahasiswi di perguruan tinggi di
Kota Malang. Setelah lulus kuliah Rahma kembali ke Surabaya ke rumah
orang tuanya dan memutuskan mencari kerja di Surabaya. Sekarang dia
menikah dan tinggal di Surabaya bersama suaminya. Keputusan dia untuk
berjilbab karena permintaan dari suaminya, sehingga sekarang Rahma
menggunakan jilbab dalam kegiatan sehari-harinya.
2. Adi
Adi adalah adik laki-laki dari Rahma tepatnya saudara kandung.
Laki-laki ini berusia 26 tahun yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di
Surabaya. Adi mempunyai postur tubuh yang tinggi, bertubuh
proporsional, berambut cepak dan berkulit putih. Adi merupakan adik
yang sangat pengertian dan memahami keinginan kakaknya. Adi juga
seorang perokok, dalam pengakuannya dia tidak melarang kakaknya
karena itu merupakan privasi nya. Menurutnya memang kurang pantas
kalau seorang wanita yang berjilbab seperti kakaknya merokok. Tapi Adi
berusaha mengerti dan menerima keputusan kakak nya itu. Namun dibalik
sepengetahuan dia kalau kakaknya seorang perokok Adi memiliki harapan
yang besar untuk kakak tersayangnya untuk berhenti merokok karena
baginya rokok kurang baik untuk kesehatan apalagi untuk wanita sangat
3. Ayu
Ayu adalah seorang wanita yang bekerja di suatu perusahaan yang
bergerak di bidang design interior di daerah Surabaya. Wanita ini berusia
25 tahun berparas manis, bertubuh tinggi, berkulit sawo matang dan
berambut pendek. Ayu merupakan teman dekat Rahma, mereka berteman
sudah hampir 10 tahun. Mereka berteman dekat ketika Ayu pindah ke
Surabaya mengikuti orang tuanya yang dinas di kota tersebut. Ayu sering
sekali berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti orang tuanya. Tapi sejak
di Surabaya Ayu tidak mau pindah mengikuti orang tuanya, dia ingin
menetap disini. Sehingga orang tuanya memenuhi keinginan Ayu untuk
tetap tinggal di Surabaya dan papa Ayu masih tetap pergi ke luar kota dan
tiap satu dua bulan sekali kembali pulang ke Surabaya untuk menengok
Ayu dan mama nya. Rahma dan Ayu sangat dekat sekali, meskipun usia
mereka terpaut 3 tahun tetapi diantara mereka tidak merasa risih bahkan
Ayu menganggap Rahma seperti kakak nya. Ayu bukan seorang perokok
tapi dia bisa menerima memiliki sahabat seperti Rahma karena menurut
pernyataan dia sabahatnya tidak pernah mempengaruhinya untuk mencoba
rokok.
4. Nonik
Nonik (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pemilik butik di
Surabaya dia berusia 26 tahun dan bertempat tinggal di Surabaya tepatnya
61
bergaul sehingga dia memiliki banyak teman. Meskipun berkrudung
Nonik juga tidak pernah merasa risih untuk bergaul dan masuk ke
tempat-tempat dugem. Selain dari pergaulan yang sangat kuat untuk membuatnya
menjadi seorang perokok dari lingkungan keluarganya juga yang
membuatnya seperti sekarang ini. Wanita berparas cantik bertubuh mungil
ini sangat ramah, suka bercanda, dan mudah membuat suasana menjadi
ramai, dapat dilihat ketika peneliti sedang melakukan wawancara
dengannya. Nonik adalah seorang perempuan berjilbab yang tampil simple
tapi elegan dalam berbicara. Awal mula dia menggunakan jilbab karena
permintaan orang tua nya, dengan banyak pertimbangan dan pemikiran
akhirnya Nonik bersedia menggunakan jilbab. Saat itu dia belum
mengenal rokok, karena saat itu Nonik masih duduk di bangku SMP.
Nonik mulai mencoba rokok ketika kondisi keluarga nya kurang harmonis
(broken home) lalu kedua orang tua nya berpisah dan ditambah lagi
dengan pergaulan di lingkungan sekitar. Nonik merupakan anak tunggal
dari Bapak Bayu yang berusia 57 tahun dan Ibu Dina 52 tahun. Dalam
keluarga Nonik di biasakan sikap terbuka antara satu sama lain. Ketika
hubungan kedua orang tuanya mulai tidak harmonis Nonik mulai menutup
diri. Kebiasaan dia yang selalu bercerita kepada orang tuanya mulai saat
itu tidak dia lakukan. Nonik merasa tidak nyaman dengan kondisi di
rumah yang selalu melihat kedua orang tuanya bertengkar. Mulai dari
peristiwa itu Nonik mulai merokok untuk pelampisaan rasa kesal dan stres
nya mengetahui bahwa anaknya itu seorang perokok. Awalnya orang tua
Nonik marah ketika mengetahui bahwa anak semata wayang nya merokok,
tapi lama-lama orang tuanya bisa memahami dan menerima keputusan
anaknya itu.
5. Bapak Bayu
Bapak Bayu adalah orang tua kandung dari Nonik, beliau berusia
57 tahun. Di umurnya yang bisa dikatakan lansia ini Bapak Bayu terlihat
seperti berusia 40 tahun, dengan struktur tubuh yang sehat dan terlihat
segar. Bapak Bayu merupakan seorang pengusaha yang bergerak di bidang
Ekspedisi yang berada di Surabaya lebih tepatnya berlokasi di Perak.
Bapak Bayu merupakan seorang perokok, dia tidak suka wanita merokok
tetapi dia suka melihat wanita merokok. Bapak Bayu sangat sayang sekali
dengan anaknya semata wayangnya yang bernama Nonik. Beliau sangat
sibuk dengan urusan pekerjaannya, karena beliau ingin membuat bahagia
dan ingin memenuhi semua kebutuhan anak dan istrinya. Tetapi sampai
begitu sibuknya beliau dengan pekerjaannya hingga istrinya berselingkuh
karena merasa kurang dapat perhatian darinya. Dari situlah mulai timbul
perselisihan dan pertengkarang hebat antara beliau dan istrinya. Tiap
pulang kerumah yang ada disambut dengan adu mulut antara dia dan
instrinya. Lalu ketika Nonik sering melihat saya ribut dengan mama nya
mungkin dia merasa riaih dan tidak nyaman berada dirumah. Kemudia
beliau melihat anaknya merokok di depan dua matanya, Bapak Bayu
63
memberikan uang saku. Menurutnya dengan parasaan yang penuh dengan
penyesalan dia menyatakan sangat kecewa dengan pilihan Nonik untuk
menjadi perokok tapi dengan kondisi dan situasi dengan sangat terpaksa
beliau akhirnya menerima keputusan anaknya itu. Didalam hati kecilnya ia
ingin sekali untuk membuat keluarganya utuh tapi apa daya nasi sudah
menjadi bubur.
6. Riza
Riza adalah seorang Entertaint (MC) yang bekerja di Surabaya.
Wanita ini berusia 27 tahun yang berasal dari Jakarta yang berdomisili di
Surabaya. Riza memiliki seorang anak laki-laki, tetapi belum lama ini dia
baru saja ditinggalkan suami tercinta menghadap Sang Maha Kuasa karena
sakit yang dideritanya. Wanita ini merupakan sosok wanita yang sangat
kuat dan tegar dalam menghadapi coban hidupnya. Disini Riza bertempat
tinggal di sebuah yang berada di tengah kota Surabaya. Dia merupakan
seorang yang sangat cablak (ceplas ceplos) dalam berbicara. Riza adalah
teman dekat Nonik dari mereka kuliah. Riza dan Nonik dulunya seorang
mahasiswi di perguruan tinngi swasta di Surabaya. Riza merupakan
seorang perokok aktif. Dia mulai merokok ketika dia masih SMP, awalnya
coba-coba dan kecanduan sampai sekarang. Bagi Riza merokok
merupakan hal yang biasa yang sudah banyak di jumpai di jaman
sekarang. Dia tidak heran dengan banyaknya kaum wanita yang merokok.
Karena hampir semua teman nya yang wanita merupakan seorang perokok
7. Rima
Rima (bukan nama sebenarnya) adalah seorang ibu rumah tangga
berusia 30 tahun ini memiliki dua orang anak laki-laki dan perempuan
bertempat tinggal di Surabaya lebih tepatnya di daerah Rungkut. Wanita
cantik berkulit putih dan bertubuh mingil ini sangat menyenangkan dan
meskipun terlihat pendiam tetapi dia orang yang supel berpenampilan
seperti ibu-ibu sosialita ini memiliki banyak teman. Bisa lihat ketika
peneliti sedang melakukan wawancara dengan Rima, dia sedang
nongkrong ramai-ramai dengan temannya. Rima memiliki seorang suami
yang begitu menyayanginya dan kedua anaknya. Rima mulai berjilbab
ketika dia memulai kehidupan rumah tangga bersama suaminya. Atas
perintah suami, Rima akhirnya menggunakan jilbab. Tapi kebiasaannya
merokok masih belum bisa dihentikan, hanya saja dia bisa mengontrol dan
mengurangi. Rima mulai merokok ketika diajak oleh seorang temannya ke
tempat dugem, waktu itu ketika Rima masih menjadi mahasiswi di salah
satu perguruan tinggi swasta di Surabaya. Suami Rima mengetahui
kebiasaan istrinya merokok dari mereka berpacaran. Begitu juga orang tua
dan saudara Rima juga mengetahui bahwa dia seorang perokok. Suaminya
tidak melarang Rima untuk merokok, karena mereka berkomitmen saling
menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dalam keluarga
Rima dibiasakan sifat saling terbuka antara satu sama lain. Di dalam
keluarganya Rima sangat dekat dengan kakak kandungnya, sumua
65
ketika Rima menjadi seorang perokok. Dia memilih lebih terbuka dengan
kakaknya karena menurut Rima kakak kandungnya dapat memahami dan
mengerti keinginannya. Meskipun orang tuanya mengetahui bahwa
anaknya merokok, Rima lebih nyaman mengutarakan dengan Nur Rahman
kakaknya. Tanggapan keluarga Rima dengan kebiasaannya itu dianggap
biasa saja karena hampir seluruh keluarga besar Rima adalah seorang
perokok. Namun terkadang dia sembunyi-sembunyi kalau merokok
dirumah, takut ketahuan anaknya. Karena pernah ketika dia merokok anak
pertama Rima memergokinya lalu memarahi ibu nya untuk tidak merokok.
Tapi Rima tidak mendengarkan ucapan anaknya, baginya rokok itu
merupakan aktivitas yang bisa membebaskan beban pikirannya. Rima juga
pernah untuk mencoba berhenti merokok dengan dia makan permen waktu
ingin merokok tapi itu gagal. Tak semudah orang berbicara untuk berhenti
merokok, tetapi Rima sekarang bisa mengurangi rokoknya. Dia memang
memiliki keinginan untuk berhenti merokok tapi bukan untuk saat ini.
8. Nur Rahman
Nur Rahman adalah seorang laki-laki yang berusia 33 tahun ini
menupakan kakak kandung dari Rima. Nur Rahman merupakan seorang
wiraswasta yang bekerja di Surabaya ini merupakan seorang yang santai
dan supel. Dia merupakan seorang pekerja keras, seorang kakak dan
memiliki satu orang anak laki-laki yang sangat di sayanginya. Sebagai
seorang Ayah dia tidak melarang anaknya merokok jika besar nanti,
asalkan merokonya di hadapan saya dan tidak sembunyi-sembunyi. Nur
Rahman awalnya dia kaget ketika tahu adiknya merokok. Dia memaklumi
karena lingkungan keluarganya merupakan seorang perokok. Sehingga
adik saya tidak pernah merokok sembunyi-sembunyi, tapi saya
menyarankan untuk dia jika merokok di tempat yang agak tertutup. Sudah
lama saya mengetahui bahwa adik saya seorang perokok. Sebenarnya
sedikit kecewa karna saya berharap dia tidak ikut merokok seperti saya
dan keluarga-keluarga saya tapi mungkin itu pengaruh dan suatu contoh
yang dia tiru. Karena keluarga dan lingkungan pergaulan merupakan
pengaruh yang sangat besar.
9. Nessa
Nessa (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wiraswasta yang
bergelut dibidang bisnis baju dan kue kering online shop ini memiliki usia
29 tahun. Wanita bertubuh bongsor ini belum menikah, dia belum
memikirkan hal tersebut karena kesibukannya mengurusi bisnisnya
tersebut. Nessa merupakan teman di masa kecil Rima, mereka berteman
hingga saat ini. Hubungan pertemanan mereka sangat dekat sekali sampai
keluarga masing-masing saling mengenal. Nessa merupakan seorang
perokok sama seperti Rima, mereka sekolah dari SD sampai SMP bersama
satu sekolah tetapi ketika di SMA Nesa bersekolah di salah satu SMA
67
Kemudian ketika menginjak Kuliah Nessa berkuliah di perguruan tinggi di
Surabaya sebur saja Unair dan Rima berjukuliah di Salah satu perguruan
tinggi swasta di Surabaya. Meskipun waktu SMA dan kuliah mereka tidak
sama tetapi mereka sering bertemu karena lokasi rumah Nessa dan Rima
sangat dekat hanya selisih beberapa rumah saja.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Pernyataan Seorang Wanita Perokok yang Berjilbab dengan Signifant
Others dan Reference Groups
Analisis deskriptif data penelitian adalah analisis pada data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan 9 orang yang terdiri dari 3 orang
mahasiswi perokok dan 3 orang significant other dan 3 orang reference
groups. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber atau informan,
maka peneliti dapat menganalis tentang konsep diri wanita perokok yang
berjilbab di Surabaya (Studi deskriptif kualitatif mengenai konsep diri
wanita perokok yang berjilbab di Surabaya) yang meliputi :
1. Informan Rahma
Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan, dan kekurangan yang
terdapat pada diri sendiri, selain diketahui oleh diri sendiri juga diketahui
oleh orang lain. Berkenan dengan kebiasaannya merokok, Rahma
memberitahukan kepada adiknya. Tapi Rahma tidak memberitahukan
dia seorang perokok pasti orang tuanya marah besar dan bisa-bisa bisa
diusir dari rumah.
Rahma mengaku kepada peneliti bahwa dia mulai merokok
sewaktu dia memulai menjadi seorang model. Waktu itu ketika dia masih
menjadi seorang mahasiswi. Awalnya Rahma takut untuk mencoba, tapi
ketika setiap kali dia mau pentas dia merasakan nervous. Akhirnya Rahma
memberanikan diri mencoba merokok sebelum pentas di mulai, dan
ternyata dia memang tidak merasakan nervous malah menjadi lebih
tenang. Dan sampai sekarang Rahma melakukan kebiasaan merokok
tersebut.
Berikut pernyataan Rahma :
“ Gimana ya... waktu itu soalnya, ehm temen-temenku kan aku
juga jadi model waktu itu, terus mereka itu awalnya aku ngeliatnya kok
tenang ya.. jadi aku ngeliat oh.. berarti ternyata mereka awalnya dengan
ngerokok itu tadi jadi biar bisa tenang akhirnya aku nyoba akhirnya
sebelum eh sebelum pentas itu aku nyoba buat ngerokok dulu ternyata
emang-emang tenang terus kebablasan sampai sekarang gitu.”
Dapat disimpulkan dari pernyataan Rahma tersebut dia merokok
untuk menghilangkan rasa demam panggung atau nervous sebelum dia
tampil di atas panggung. Jelas terlihat kalau awal mula dia menjadi
seorang perokok dari pergaulan dan dari rasa keinginan dia sendiri karena
69
yang supel dan mudah untuk bergaul sehingga hal-hal tersebut mendukung
Rahma untuk mengadopsi perilaku teman-temannya.
Adi adalah seorang laki-laki berusia 26 tahun ini merupakan adik
yang selalu mengerti apa yang diingkan oleh saudaranya. Adi adalah orang
yang santai dan selalu murah senyum kepada semua orang. Meskipun dia
jarang bertemu dengan saudaranya, dia selalu menyempatkan untuk
berkomunikasi melalui telepon, sms, dan bbm.
Kepada peneliti, Adi mengakui bahwa kakaknya seorang perokok.
Awalnya dia sangat kaget atas pengakuan kakak kandung nya tersebut.
Karena menurut Adi merokok tidak baik bagi seorang perempuan apalagi
kakak kandungnya seorang perempuan yang menggunakan jilbab. Selain
itu disisi ksehatan juga tidak baik. Tetapi Adi tidak bisa melarang karena
itu merupakan hak dan privasi kakaknya. Adi memang seorang perokok,
tapi kalau cowo ngerokok itu hal yang biasa, apalagi kalau banyak
pekerjaan hal pertama yang dilakukan adalah merokok. Karena dengan
merokok dapat membuat inspirasi dan ide-ide cemerlang saya keluar
dengan sendirinya.
Berikut Pernyataan Adi :
“ Karena dia sendiri juga sudah bilang ke saya, kalau dia seorang
perokok. Jadi biasa aja, Karna kan itu privasi dia sendiri. Jadi saya gak
Dapat disimpulkan dari pernyataan Adi bahwa keputusan kakanya
merokok merupakan hak nya. Karena menurutnya dia tidak bisa berbuat
apa-apa karena yang bisa merubah kebiasaan kakaknya hanya dirinya
sendiri bukan orang lain atau siapapun.
Ayu adalah seorang wanita yang berusia 25 tahun dia merupakan
teman dekat dari Rahma. Ayu merupakan sosok sahabat yang sangat
memahami bagaimana kepribadian dari Rahma. Sehingga apapun yang
dilakukan oleh sahabatnya Ayu selalu mendukung asal tidak menyalahi
norma. Bahkan seperti halnya sahabatnya tersebut dengan kecanduannya
dengan rokok hingga saat ini.
Kepada peneliti Ayu mengakui bahwa dia sangat menyayangkan
kalau sahabatnya tersebut kecanduan rokok. Tapi bagi Ayu itu nggak
masalah karena selama ini sahabatnya tidak pernah mengajaknya untuk
merokok. Ayu sering memberikan nasihat kepada Rahma untuk
mengurangi rokoknya.
Berikut pernyataan Ayu :
“ Yang penting gak ngajak aku ngerokok aja itu it’s okay, cuma
saya menyayangkan karena dia seorang perempuan apalagi seorang
perempuan yang pake jilbab.”
Dapat disimpulkan dari pernyataan Ayu bahwa rasa sayangnya
71
karena itu hak dari sahabtanya. Dan baginya selama sahabatnya tidak
mengajaknya untuk merokok itu tidak jadi maslah.
2. Informan Nonik
Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan kekurangan yang
terdapat pada diri diri sendiri selain diketahui diri sendiri juga diketahui
oleh orang lain. Berkenan dengan kebiasaannya merokok, pada awalnya
orang tuanya tidak mengetahui kebiasaan Nonik tapi akhirnya ayahnya
tahu bahwa anaknya merokok.
Didalam keluarga Nonik memang telah dibiasakan untuk selalu
terbuka dengan masalah apapun. Nonik mengaku kepada peneliti bahwa
dia pernah ketahuan merokok oleh Ayahnya. Semenjak kejadian itu Nonik
tidak pernah menutupi kebiasaannya merokok. Nonik juga sempat tidak
dikasih uang saku oleh orang tuanya karena dia tidak mau berhenti
merokok. Sehingga lama kelamaan orang tuanya bisa menerima keputusan
Nonik untuk merokok.
Berikut pernyataan Nonik :
“ Tau, tanggapannya.. ya awalnya marah sih tapi mereka juga
sadar diri karna apa anaknya seperti ini.”
Dapat disikpulkan dari pernyataan Nonik bahwa orang tuanya
mengetahui kalau dia seorang perokok. Ditambah dengan kondisi keadaan
untuk dia memutuskan merokok. Sehingga orang tuanya pun tidak bisa
melarang anaknya untuk berhenti merokok karena orang tuanya menyadari
keputusan anaknya merokok pada dasarnya muncul dari keadaan keluarga
yang broken home dan kurangnya kasih sayang dari orang tua Nonik.
Bapak Bayu adalah seorang laki-laki berusia 57 tahun yang
mempunyi satu orang anak perempuan. Bapak Bayu adalah seorang
pekerja keras, beliau memiliki usaha ekspedisi di Surabaya. Beliau sibuk
untuk mengurus usahanya sehungga anaknya merasa kurang diperhatikan
dan kurang mendapat kasih sangang darinya..
Kepada peneliti pria berusia 57 tahun ini mengakui bahwa awalnya
dia sangat kaget ketika memergoki anak semata wayangnya sedang
merokok. Perasaan marah dan kecewa bercampur jadi satu. Setelah sempat
memberikan hukuman kepada anaknya dengan tidak memberikan uang
saku bulanan. Tapi semakin dilarang malah semakin menjadi. Nonik
semakin sering merokok dan susah diarahkan. Tidak bisa dipungkiri sikap
Nonik seperti ini karena hubungan keluarga kami kurang harmonis. Ibunya
sibuk dengan usaha butik, saya sibuk dengan usaha saya ditambah dengan
status kami sudah berpisah ketika Nonik masih SMA. Seiring berjalannya
waktu saya dapat menerima keputusan anak saya merokok.
73
“Sangat marah, karena menurut saya merokok itu tidak baik untuk
kesehatan. Sebenernya sih kurang setuju kalau anak saya merokok. Tapi
saya menyadari memang dari keluarga kita keluarga yang broken home.”
Dapat disimpulkan dari pernyataan tersebut bahwa sebenarnya
beliau tidak mau melihat anaknya merokok, karena pada dasarnya rokok
itu tidak baik untuk kesehatan. Serta pengakuan beliau kepada peneliti
selain faktor intern keluarga juga ada faktor ekstern dari pergaulan Nonik.
Sehingga rasa kecewa akan perpisahan orang tuanya dilampiaskan dengan
merokok.
Riza adalah seorang wanita berusia 26 tahun ini merupakan teman
dekat Nonik dari waktu mereka kuliah. Riza adalah teman sekelas nonik,
kemana-mana mereka selalu berdua bahkan Riza sering menginap di
rumah Nonik karena Riza disini kost dia berasal dari Jakarta.
Kepada peneliti Riza mengakui bahwa dia tidak terkejut dengan
kebiasaan Nonik yang merokok. Tidak semua orang menilai dari
penampilan atau cover. Bagi Riza seorang wanita berjilbab yang merokok
itu tidak selalu di pandang negatif atau jelek.
Berikut pernyataan Riza:
“ Kalo menurut saya eeh.. menilai orang merokok atau tidak
merokok dari segi penampilan atau nggak berjilbab bukan penilaian yang
eeh.. maksudnya gini eehh kita gak bisa menjudge seseorang itu sekalipun
orang itu memang berjilbab pun juga baru merokoknya sudah lebih lama
atau nggak memang pada saat dia sudah berjilbab dia baru ngerokok tapi
kan balik lagi eh belum tentu orang yang merokok dengan kondisi dia
berjilbab itu pasti negatif.”
Dapat disimpulkan dari pernyataan Riza bahwa orang menilai dan
memandang negatif, ketika melihat orang perempuan berjilbab yang
merokok. Tetapi tidak semua orang yang berjilbab yang merokok itu jelek
atau buruk. Karena dalam menilai orang tidak bisa dilihat hanya dari
penampilan atau cover. Sehingga menjudge seseorang jangan dilihat dari
dia berjilbab atau tidak berjilbab.
3. Informan Rima
Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan kekurangan yang
terdapat pada diri diri sendiri selain diketahui diri sendiri juga diketahui
oleh orang lain. Berkenan dengan kebiasaannya merokok, Rima awalnya
menutupi kebiasannya merokok. Tapi akhirnya Rima memutuskan untuk
menceritakan kepada kakanya bahwa dia merokok.
Kepada peneliti Rima mengakui bahwa dia merokok awalnya
coba-coba karena pergaulan dengan temannya dulu. Dengan merokok
dapat membuat Rima tidak merarasakan suntuk. Ketika orang tuanya
mengetahui bahwa anaknya merokok, Rima menjelaskan bahwa dia
75
biasa saja, karena sebagian besar keluarga Rima merupakan seorang
perokok.
Berikut pernyattan Rima :
“ Kalo dulu orang tua saya awal nggak tau tapi sekarang tau
cuman hanya ditanya kamu ngerokok? Iya.. Toh saya beli pake uang saya
sendiri saya nggak minta orang tua.”
Dapat disimpulkan dari pernyataan Rima bahwa keluarganya
mengetahui bahwa dia seorang perokok khusunya orang tuanya. Dia
menjelaskan kepada orangtuanya kalau dia merokok menggunakan
uangnya sendiri tanpa meminta uang orang tuanya. Sehingga kebiasaan
Rima merokok sangat mudah diadopsinya. Karena dari keluarga Rima
yang mayoritas seorang perokok ditambah dengan pergaulan Rima yang
suka nongkrong dan dugem.
Nur Rahman adalah laki-laki berusia 36 tahun ini merupakan
kakak kandung Rima. Nur Rahman merupakan seorang kakak yang sayang
dan mengerti kemauan adiknya. Sehingga apa yang dilakukan Rima selalu
didukung selama dia merasa nyaman dan tidak merugikan orang lain.
Pada penelitii Nur Rahman mengakui bahwa dia tidaak terkejut
dengan adiknya yang merokok. Menurutnya merokok merupakan suatu
kenikmatan, dan semua orang memiliki hak untuk merasakan kenikmatan
itu. Tapi menurutnya lebih baik jika merokok di tempat tertutup karena
Berikut pernyataan kakak Rima :
“ Nggakpapa soalnya ya itu tadi kan saya tadi bilang soalnya kan
apa merokok itu merupakan salah satu kenikamatan ya kan.. Salah satu
kenikmatan jadi itu hak azasi manusia itu sendiri-sendiri.”
Dapat disimpulkan pernyataan dari Nur Rahman bahwa semua
orang memiliki hak azasi untuk merokok. Karena rokok itu memiliki suatu
kenikmatan tersendiri bagi orang yang mengkonsumsinya. Sehinga
menurutrnya merokok merupakan hal yang biasa saja.
Nessa adalah seorang wanita yang berusia 29 tahun ini belum
menikah. Nessa merupakan sahabat Rima di rumah. Nessa juga seorang
perokok dan juga berjilbab. Nessa sangat paham dan sangat mendukung
dengan kebiasaan sahabatnya tersebut. Selama Nessa berteman dengan
Rima, tidak pernah sekalipin Nessa mengajak Rima untuk merokok
sepertinya. Mungkin karena lingkungan Rima menjadi seorang perokok.
Banyak diluar sana perempuan yang merokok bisa disebabkan kaera
pergaulaan atau juga keinginan sendiri. Karena menurut Nessa merokok
tidak masalah selama tidak merugikan orang lain.
Berikut pernyataan Nessa :
“ Kalo menurut saya sih tergantung individunya masing-masing
77
Dapat disimpulkan dari pernyataan Nessa bahwa menurutnya
merokok bukan merupak suatu yang aneh lagi. Lagi pula banyak diluar
sana wanita yang merokok. Jadi selama tidak merugikan orang lain tidak
masalah.
Berdasarkan hal tersebut diatas berkaitan dengan fungsi keluarga
sosialisasi. Dimana keluarga dan lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangan kemampuan seseorang dalam berperilaku dan bersikap
dalam menentukan suatu keputusan. Peranan orang lain dalam memahami
diri kita, kita mengenal diri kita dengan mengenal diri orang lain terlebih
dahulu. Bagaimana anda menilai saya akan membentuk konsep diri saya.
(Rakhmat, 2012: 99).
Konsep diri merupakan turunan dari interaksi simbolik karena
melalui interaksi simbolik terjadi pertukaran symbol symbol yang diberi
makna yang lama kelamaan akan membentuk konsep diri seseorang.
Konsep diri akan mempengaruhi prilaku komunikasi seseorang karena,
melalui konsep diri akan mempengaruhi pesan yang akan di sampaikan.
Menurut Effendy (1986) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan. Jenis
komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap,
pendapat atau prilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.
Seseorang memutuskan untuk terbuka kepada orang lain untuk
diatas kebanyakan dari mereka memilih significant others dan reference
group datang begitu saja dan mereka melakukannya dengan sadar atas
keinginannya sendiri. Ketiga narasumber mengaku setelah menceritakan
kebiasaanya merokok tersebut lebih merasa nyaman, tenang dan lega
sehingga tidak menutupi lagi.
4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Telah dibahas pada bab sebelumnya tentang metode penelitian,
bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan
judul penelitian konsep diri wanita perokok yang berjilbab di Surabaya
(studi deskriptif kualitatif mengenai konsep diri wanita perokok yang
berjilbab di Surabaya).
Konsep diri merupakan turunan dari interaksi simbolik karena
melalui interaksi simbolik terjadi pertukaran symbol symbol yang diberi
makna yang lama kelamaan akan membentuk konsep diri seseorang.
konsep diri akan mempengaruhi prilaku komunikasi seseorang karena,
melalui konsep diri akan mempengaruhi pesan yang akan di sampaikan.
Menurut Effendy (1986) mengemukakan bahwa komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan
komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk
mengubah sikap, pendapat atau prilaku manusia berhubung prosesnya
79
4.2.3 Wanita Perokok yang Berjilbab Memaknai Dirinya sebagai Seorang
Perokok di Sur abaya
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di lapangan,
merokok adalah perilaku yang sangat membahayakan bagi kesehatan, laki
laki yang merokok mungkin sudah tidak asing lagi kita temui dan bukan
suatu hal yang dipermasalahkan, tapi jika perempuan yang merokok
meskipun sudah banyak kita temui akan menimbulkan suatu persepsi yang
berbeda. Di zaman yang sudah modern ini perempuan yang merokok
semakin banyak, biasa nya sering kita jumpai di kantin, tempat
tongkrongan, di cafe. Berdasarkan hasil penelitian perempuan perokok yang
berjilbab, mereka memandang merokok itu merupakan suatu hal yang wajar,
memang sudah banyak perempuan yang merokok pada zaman sekarang,
meskipun masyarakat masih saja memandang negatif pada perempuan
perokok. Mereka tidak memperdulikan statement tersebut karena
perempuan perokok itu belum tentu perempuan nakal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan peneliti menemukan
statemen bahwa mereka menilai diri mereka sebagai seorang perokok yang
memperhatikan orang yang berada di sekitar nya dan tempat dimana
memang untuk merokok. Selain itu jika mereka akan merokok juga tidak di
tempat yang dilarang merokok. Lagi pula mereka bisa membuktikan,
meskipun mereka seorang perokok akan tetapi mereka bukan perempuan
nakal seperti yang banyak orang lain memandang dan menilainya, sama hal
nya sebagai seorang perokok yang tidak sembarangan merokok di tempat
umum tapi Rahma dan Nonik lebih cuek dengan kondisi orang diluar sana,
karena menurut penuturan Rahma bahwa dia biasa merokok ditempat umum
tapi dia melakukannya di ruang tertutup. Dia mengatakan : “ Cuek aja kan
gak ngerugiin orang lain juga kan kalo gitu. Biasanya merokok di coffe
shop, kadang juga di kantin pokoknya tempat-tempat agak tertutup”. Selain
itu penuturan yang sama dari Nonik yang mengatakan : “ Biasa aja sih