ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI
ASMA BRONKIAL DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAFAS DI IGD
RSUD KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
RETNA BINTARI
NIM.P.14101
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
▸ Baca selengkapnya: perbedaan pola nafas tidak efektif dan bersihan jalan nafas tidak efektif
(2)i
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI
ASMA BRONKIAL DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAFAS DI IGD RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan
DISUSUN OLEH :
RETNA BINTARI
NIM.P.14101
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :Retna Bintari
NIM : P14101
Program studi : D3 Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pasien yang mengalami Asma Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di IGD RSUD Karanganyar
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran saya sendiri
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 26 Juli 2017 Yang Membuat Pernyataan
RETNA BINTARI NIM.P.14101
iii
Motto
Jangan mundur sebelum melangkah, setelah melangkah jalani dengan cara terbaik yang bisa kita lakukan.
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI
ASMA BRONKIAL DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAFAS DI IGD
RSUD KARANGANYAR
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (AMd. Kep.)
Oleh :
RETNA BINTARI
NIM.P.14101
Surakarta, 26 Juli 2017 Menyetujui, PembimbingIka Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK 201189097
v
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI
Telah Di Uji Pada Tanggal : 04 Agustus 2017
Dewan Penguji :
Ketua :
1. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep.,Ns.,M.Kes ( ) NIK : 201188087
2. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. ( ) NIK : 201189097
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Retna Bintari
NIM : P14101
Program studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pasien yang mengalami Asma Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di IGD RSUD Karanganyar
Telah diajukan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Di tetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta
Hari / tanggal : Jumat, 04 Agustus 2017
DEWAN PENGUJI
Ketua : Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns., M.Kep ( ) NIK. 201188087
Anggota : Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep ( ) NIK. 201189097
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M. Kep NIK. 200981037
vii
KATA PENGANTAR
Puji sukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien yang Mengalami Asma Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di IGD RSUD Karanganyar”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat
1. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studikasus ini. 5. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Direktur RSUD Karanganyar yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan pengelolaan kasus.
viii
7. Dewi Diyatmini, S.Kep., Ns selaku pembimbing lahan yang sudah membimbing dan memfasilitasi serta memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar dan melakukan pengelolaan kasus.
8. Kedua orang tuaku, bapak Parnowo dan Almh. Ibu Ninik Sumarti yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
10. Pasien dan keluarga pasien yang telah memberikan ijin, waktu dan kesempatan penulis untuk mengambil informasi pasien dan melakukan pengelolaan.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 26 Juli 2017
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii
MOTTO ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Batasan Masalah ... 4 1.3 Rumusan Masalah ... 4 1.4 Tujuan ... 4 1.4.1 Tujuan Umum ... 4 1.4.2 Tujuan Khusus ... 4 1.5 Manfaat ... 5 1.5.1 Manfaat Teoritis ... 5 1.5.2 Manfaat Praktis ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asma Bronkial ... 7
2.1.1 Pengertian ... 7
2.1.2 Klasifikasi ... 7
2.1.3 Etiologi ... 8
x 2.1.5 Patofisiologi ... 14 2.1.6 Penatalaksanaan ... 15 2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ... 19 2.1.8 Komplikasi ... 20 2.2Asuhan Keperawatan ... 12 2.2.1 Pengkajian ... 21 2.2.2 Diagnosa Keperawatan ... 29 2.2.3 Intervensi ... 29 2.2.4 Implementasi ... 32 2.2.5 Evaluasi ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 35
3.2 Batasan Istilah ... 35
3.3 Partisipan ... 36
3.4 Lokasi dan Waktu ... 36
3.5 Pengumpulan Data ... 37
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ... 37
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 38
3.6 Uji Keabsahan Data ... 39
3.7 Analisa Data ... 39 3.7.1 Pengumpulan Data ... 39 3.7.2 Meredukasi Data ... 39 3.7.3 Penyajian Data ... 40 3.8 Kesimpulan ... 40 BAB IV HASIL 4.1 Hasil ...41 4.1.1 Gambaran Lokasi ...41 4.1.2 Pengkajian ...41 4.1.3 Analisa Data ...46 4.1.4 Diagnosa Keperawatan ...48
xi 4.1.5 Perencanaan Keperawatan ...49 4.1.6 Implementasi Keperawatan ...52 4.1.7 Evaluasi ...53 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengkajian ...55 5.2 Diagnosa Keperawatan ...64 5.3 Intervensi Keperawatan...65 5.4 Implementasi Keperawatan ...67 5.5 Evaluasi ...69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...72 6.1.1 Pengkajian Keperawatan ...72 6.1.2 Diagnosa Keperawatan ...72 6.1.3 Intervensi Keperawatan ...72 6.1.4 Implementasi Keperawatan ...73 6.1.5 Evaluasi ...73 6.2 Saran ...74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Derajat Asma... 10
Tabel 2.2 Standar Operasi Batuk efektif ... 18
Tabel 4.1 Identitas Pasien ... 41
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ... 42
Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan Keluarga ... 45
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 45
Tabel 4.5 Analisa Data ... 46
Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan ... 48
Tabel 4.7 Perencanaan Keperawatan ... 49
Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan ... 52
xiv
LAMPIRAN
Lampiran1 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran2: Lembar Konsultasi Lampiran3 : Lembar Audience Lampiran 4 : Asuhan Keperawatan Lampiran 5 : Jurnal Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit asma merupakan suatu penyakit pada jalan nafas yang di sebabkan oleh stimulus tertentu yang menyerang bagian trachea dan bronki. Asma terjadi karena faktor keturunan, perubahan cuaca, stress, dan kondisi lingkungan kerja. Penyakit asma ditandai dengan adanya batuk, suara nafas mengi, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas (Musliha, 2010).
Asma bronkial merupakan penyakit kronik penyebab lima besar kematian di dunia. Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau National Health Interview Survey dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children), mengemukakan bahwa, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4% (WHO 2011).
Menurut WHO terdapat 5% dari orang dewasa menderita asma bronkial (Edward, 2012). Di Indonesia, hasil riset dasar (Rikesdas) pada tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat 5,2% penderita asma bronkial di Jakarta dan 2,4% di Sumatra (Dinas Kesehatan, 2013). Sedangkan di Jawa Tengah data terakhir menunjukan bahwa terdapat 0,55% penderita asma bronkial, dimana wilayah Surakarta merupakan daerah dengan prevalensi tertinggi asma bronkial sebesar 2,46% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Karanganyar asma bronkial termasuk 10 kasus terbesar di RSUD Karanganyar. Penyakit asma dapat menimbulkan masalah pada jalan nafas dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Seseorang akan merasa terganggu apabila melakukan aktivitas yaitu cepat merasakan sesak nafas, frekuensi nafas cepat, mudah lelah dan sulit untuk bernafas. Pada kasus asma akan menimbulkan batuk disertai dahak yang berlebih. Apabila dahak tidak segera dikeluarkan maka akan menghambat masuknya oksigen ke saluran pernafasan sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu juga akan menimbulkan suara nafas tambahan mengi pada saat bernafas. Dahak yang timbul pada jalan nafas apabila tidak segera dikeluarkan juga akan menimbulkan komplikasi yang lebih serius (Mutaqqin, 2010).
Penderita asma bronchial akan mengalami batuk dan mengi, kesulitan menarik nafas dan mengeluarkan nafas sehingga dada seperti tertekan, serta nafas yang berbunyi (Resti, 2014). Penyebab sesak nafas di karenakan reaksi alergen pada saluran udara yang mengakibatkan otot-otot saluran udara membengkak dan terjadi peradangan, jika hal ini tidak ditangani maka akan menyebabkan henti nafas dan kematian (Timoty, 2008).
Penatalaksanan pada pasien asma dapat dilakukan secara farmakologik dan non farmakologik. Pengobaan farmakologik seperti pemberian bronkodilator dan obat-obatan untuk penyakit asma. Sedangkan pengobatan secara non farmakologik seperti penyuluhan mengenai penyakit asma,
menghindari faktor pencetus timbulnya asma, pemberian cairan, fisioterapi dan batuk efektif (Padila, 2013).
Menurut, Nugroho (2011) Batuk efektif merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru – paru agar tetap bersih. Disamping dengan menggunakan nebulizer dan prostural drainage. Batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat encer. Batuk efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan gangguan saluran pernafasan. Sedangkan menurut Yunus (2009) Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dimana pasien dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dengan teknik yang benar. Dengan melakukan batuk efektif maka sekret yang menghambat saluran pernafasan dapat dikeluarkan atau dihilangkan. Tindakan inilah yang digunakan perawat untuk mengeluarkan lendir pada penderita asma bronkhial.
Hasil penelitian Agung (2011) bahwa latihan batuk efektif dalam pengeluaran dahak untuk bersihan jalan nafas terdapat pengaruh yang signifikan / bermakna sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektif pada pasien. Dari latar belakang yang telah dituliskan di atas, penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan Keperawatan Pasien yang mengalami Asma Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pasien yang mengalami Asma Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasien yang mengalami Asma Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar ?
1.4 Tujuan Studi Kasus 1.4.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan latihan batuk efektif dalam pengeluaran dahak untuk bersihan jalan nafas pada pasien dengan Asma Bronkial Di RSUD Karanganyar.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian pada pasien dengan Asma Bronkial Di RSUD Karanganyar.
2. Mahasiswa mampu menetapkan Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Asma Bronkial Di RSUD Karanganyar.
3. Mahasiswa mampu menyusun Rencana Tindakan pada pasien dengan Asma Bronkial Di RSUD Karanganyar..
pasien dengan Asma Bronkial Di RSUD Karanganyar.
5. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi pada pasien dengan Asma Bronkial Di RSUD Karanganyar.
6. Mahasiswa mampu Menganalisa hasil latihan batuk efektif dalam pengeluaran dahak untuk bersihan jalan nafas pada pasien dengan Asma Bronkial Di RSUD Karanganyar.
1.5 Manfaat Studi Kasus 1.5.1 Bagi Penulis
Penulis memperoleh wawasan dan dapat mengaplikasikan latihan batuk efektif dalam pengeluaran dahak untuk bersihan jalan nafas dengan Asma Bronkial Di RSUD Karanganyar.
1.5.2 Bagi pasien
Pasien dengan Asma Bronkial diharapkan dapat mencegah, mendeteksi dan mengatasi masalah yang terjadi pada pasien.
1.5.3 Perawat
Sebagai referensi untuk perawat tentang latihan batuk efektif dalam pengeluaran dahak sebagai salah satu bentuk terapi untuk membersihkan jalan nafas.
1.5.4 Klien
Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas hidup pada penderita asma bronkial dengan terapi non farmakologi yaitu latihan batuk efektif dalam pengeluaran dahak untuk
bersihan jalan nafas . 1.5.5 Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan profesi yang penulis tekuni sebagai perawat, sehingga nantinya dapat diterapkan dilapangan.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asma Bronkhial 2.1.1 Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah – ubah dengan spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2010).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri
bronkospasmeperiodic (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma
merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi (Somantri, 2007).
Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (Musliha, 2010).
2.1.2 Klasifikasi
Asma bronkhial di bagi menjadi 3 (Somantri, 2007), yaitu: 1. Asma bronkhial tipe atopik (Ekstrinsik)
Asma timbul karena seseorang yang mengalami atopik akibat pemaparan alergen. Alergen yang masuk ke tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan, dan lain-lain. Pemicu imunologi yang berhubungan dengan alergi merangsang munculnya respon imun humoral dengan mengaktifkan multiseluler secara komplek termasuk sel mast (berhubungan dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE) yang akan meningkat pada reaksi hipersensitivitas (Ed: Howard and Steinmann, 2010).
2. Asma bronkhial tipe non-atopik (intrinsik)
Asma intrinsik terjadi bukan karena pemaparan alergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran pernafasan bagian atas, olahraga atau kegiatan jasmani yang berat, dan tekanan jiwa atau stres psikologis. Pemicu non imunologi merangsang nervus sistem otonom yang
menyebabkan sel mast dan respon mediator inflamasi (Ed: Howard and Steinmann, 2010).
3. Asma Campuran
Terjadi akibat adanya alergen sebagai faktor pencetus dan ketidakstabilan kondisi fisik.
2.1.3 Etiologi
Penyebab asma menurut Muttaqin (2010), yaitu: 1. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan asma misalnya debu, spora jamur, bulu binatang, beberapa makanan laut, dan lain-lain.
2. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang sering menimbulkan asma bronchial.
3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menderita asma bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang sedikit labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-anak.
4. Olahraga/ kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan.
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkhial sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penisilin, salsilat, beta blocker, kodein, dan lain-lain. 6. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap kendaraan/pabrik, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran, dan bau yang tajam.
7. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
2.1.4 Manifestasi Klinik
2.1 Tabel derajat asma
Manifestasi klinis Skor 0 Skor 1
Penurunan toleransi aktivitas Ya Tidak
Penggunaan otot nafas tambahan, adanya
retraksi intercostals Tidak ada Ada
Wheezing Tidak ada Ada
Repiratory rate per menit <25 >25
Pulse rate per menit <120 >120
Teraba pulsus parodoksus Tidak ada Ada
Puncak expiratory flow rate (L/menit) >100 <100 Keterangan :
Jika terdapat skor 4 atau lebih, maka pasien diperkirakan mengalami asma berat. Selanjutnya pasien harus di observasi untuk mengetahui ada atau tidaknya respon dari terapi atau segera kirim ke rumah sakit.
Tanda dan gejala asma bronkhial menurut Kusuman (2008) yaitu: 1. Sesak nafas (dispnea)
Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran pernafasan karena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi karena saluran pernafasan menguncup, oedema atau timbulnya sekret yang menghalangi saluran pernafasan. Sesak nafas dapat ditentukan dengan menghitung pernafasan dalam satu menit.
2. Mengi (wheezing)
Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang
terdengar di akhir fase ekspirasi. Hal ini disebabkan adanya penyempitan pada saluran pernafasan.
3. Batuk disertai dahak
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat dan rangsangan pada bagian-bagian peka dalam saluran pernafasan misalnya trakeobronkial, sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran pernafasan. Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernafasan terhadap iritasi pada mukosa saluran pernafasan dalam bentuk pengeluaran udara dan lendir secara mendadak disertai bunyi yang khas.
a. Pengertian
Dahak adalah lendir kental, membulur dan lengket yang disekresikan di saluran pernapasan, biasanya sebagai akibat dari peradangan, iritasi atau infeksi pada saluran pernafasan (Somantri, 2007).
b. Klasifikasi
Klasifikasi dahak menurut warnanya Alsagaf (2005) yaitu: 1) Dahak kekuning-kuningan, kemungkinan proses infeksi
2) Dahak hijau, kemungkinan proses penimbunan nanah. Warna hijau dikarenakan adanya verdoperoksidase, sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis
3) Dahak merah muda dan berbusa, kemungkinan tanda edema paru akut 4) Dahak berlendir/lekat/abu-abu/putih, kemungkinan tanda bronkhitis
kronik
5) Dahak berbau busuk, kemungkinan tanda abses paru (bronkhiektasis) 6) Dahak berdarah (hemoptisisi), sering ditemukan pada tuberculosis 7) Dahak berbusa putih, berasal dari obstruksi atan edema
8) Dahak kuning kehijauan (mukopurulen)
Klasifikasi dahak menurut jumlahnya (Nugroho, 2011) yaitu:
1) Dahak sedikit dipengaruhi karena pasien mengalami sesak nafas, lemas, dan sulit untuk batuk. Hal ini juga disebutkan bahwa dalam setiap harinya, seseorang dapat memproduksi dahak sebanyak 100 ml di saluran pernafasan sehingga menyebabkan dahak menumpuk pada saluran pernafasan.
2) Dahak sedang dapat dipengaruhi karena keadaan pasien yang kurang baik sehingga dahak sulit dikeluarkan.
c. Jenis pemeriksaan
Jenis pemeriksaan dahak menurut Alsagaf (2005) yaitu: 1) Pewarna gram
Dapat memberikan informasi tentang jenis mikro organisme untuk menegakkan diagnosis presumatif
2) Kultur sputum
Untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan diagnosis definitif
3) Sensitivitas
Sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam dahak 4) Basil tahan asam (BTA)
Untuk menentukan adanya Mycobacteriumtuberculosa 5) Sitologi
Untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru-paru 6) Tes kuantitatif
Pemeriksaan kualitatif harus sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi yang dihasilkan merupakan saliva, lendir, pus atau yang lainnya.
d. Mekanisme dahak
Pada orang dewasa normal, setiap harinya dapat memproduksi mukus sebanyak 100 ml dalam saluran nafas. Mukus ini kemudian
dibawa ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran nafas. Keadaan produksi mukus abnormal yang berlebihan menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mukus ini banyak tertimbun pada saluran pernafasan. Bila hal ini terjadi maka membran mukosa akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi, kemudian timbul reflek batuk. Mukus tersebut akan keluar sebagai dahak. Dahak yang dikeluarkan hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, konsistensinya, dan kondisi dahaknya (Darmanto, 2006). 4. Waktu ekspirasi yang memanjang
5. Penggunaan otot-otot bantu nafas 6. Takikardia
7. Adanya usaha yang kuat untuk bernafas 2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme perjalanan penyakit asma bronchial adalah individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi
otot polos dan kelenjar jalan napas, bronkospasme, pembengkakakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Pada asma idiopatik atau non alargi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon para simpatis.
Setelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk bernafas. Kesulitan utama terletak pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkhiolus yang sempit, mengalami edema dan terisi mukus yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti batuk produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan (Padilla, 2013).
2.1.6 Penatalaksanaan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi menjadi dua yaitu (Musliha, 2010): 1. Pengobatan non farmakologi
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar akan menghindari faktor-faktor pencetus asma, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu mengidentifikasi pencetus asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus asma termasuk intake cairan yang cukup.
c. Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Hal ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada. d. Batuk efektik
Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang menumpuk pada jalan nafas. Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dalam saluran pernafasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau iritan yang dibawa oleh udara seperti debu, asap, gas, dan kabut. Batuk adalah
proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekret dalam bronkhi dan bronkhiolus (Pranowo, 2012).
Batuk efektif merupakan salah satu tindakan non farmakologi untuk pasien dengan gangguan pernafasan akut dan kronik. Peran perawat dalam hal ini sangatlah penting yaitu melatih pasien untuk melakukan batuk efektif yang bertujuan untuk menambah pengetahuan pasien tentang pentingnya pengeluaran dahak. Batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan cara mengatur posisi yang benar agar dahak dapat keluar dengan lancar (Sudoyo, 2006).
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk efektif dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi sekret, dan mencegah efek samping dari penumpukan sekret. Batuk yang tidak efektif akan dapat menyebabkan efek yang merugikan pada klien dengan penyakit paru-paru kronis berat (Pranowo, 2012).
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan batuk efektif yaitu pasien diberikan posisi duduk tegak di tempat tidurnya, kemudian tarik nafas dalam secara maksimal dan perlahan dengan menggunakan pernafasan diafragma sambil meletakkan 2 jari tepat di bawah procesusxipoideus, pasien disuruh menahan nafas selama 3-5 detik lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Ambil nafas kedua dan
tahan, kemudian suruh pasien untuk membatukkan dengan kuat dari dada. Setelah itu istirahatkan pasien selama 2-3 menit, lalu lakukan batuk efektif secara berulang (Nugroho, 2011).
Tabel 2.2 Standar Operasi Batuk Efektif STANDAR OPERASI BATUK EFEKTIF Pengertian :
Teknik batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan skret pada jalan napas.
Tujuan :
1. Untuk meningkatkan ekspansi paru 2. Mobilisasi sekret
3. Mencegah efek samping dari retensi sekeresi (Pneumonia, atelektasis dan demam)
Persiapan :
1. Persiapan Alat a. Sputum Pot b. Kain Kassa
c. Air hangat dalam gelas 2. Persiapan Pasien
a. Jelaskan maksud dan tujuan tindakan b. Atur posisi pasien dengan posisi duduk 3. Persiapan Lingkungan
a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman b. Pasang schreen bila perlu
4. Pelaksanaan
a. Atur posisi pasien
b. Anjurkan pasien untuk minum air hangat dulu c. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam 4-5 kali d. Pada tarikan selanjutnya napas dalam ditahan selama
1-2 detik
e. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan keras, kuat dan cepat
f. Buang sekret ke tempat sputum pot g. Lakukan tindakan ini 2-3 kali
h. Anjurkan pasien untuk minum air hangat i. Perhatikan kondisi penderita
j. Rapikan pasien dan alat k. Perawat mencuci tangan 5. Evaluasi
a. Observasi keadaan pasien b. Observasi sputum/ secret
2. Pengobatan farmakologi
Menurut Musliha (2010) pengobatan farmakologi untuk asma bronchial adalah :
a. Obat pelega asma seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol, metaproterol, formoterol, dan lain-lain
b. Obat anti vagus seperti atrovent c. Kortikosteroid
Bila pemberian obat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan maka pengobatan dilanjutkan dengan 200mg hidrokortison secara oral.
d. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen dengan nasal kanul dengan hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit.
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien asma bronkhial (Hadibroto, 2006), yaitu : 1. Pemeriksaan darah
Terkadang pada pemeriksaan darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH, leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan adanya suatu infeksi.
2. Pemeriksaan sputum 3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada pasien asma
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
2.1.8 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul yaitu (Smeltzer & Bare, 2002) : 1. Status asmatikus
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat madik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali tidak terisi udara.
3. Hipoksemia
Hipoksemia, yaitu rendahnya pasokan oksigen pada pembuluh darah bersih (pembuluh arteri)
4. Pneumothoraks
Pneumothorax adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan udara pada rongga pleura, yaitu dinding tipis di antara paru-paru dan rongga dada. 5. Emfisema
Emfisem atau Emfisema adalah kondisi dimana kantung udara di paru-paru secara bertahap hancur, membuat nafas lebih pendek.
2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian
1. Proses pengkajian terbagi dua :
a. Pengkajian Primer (primary survey) A = Airway dengan kontrol servikal Kaji :
1) Bersihan jalan nafas
2) Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas 3) Distress pernafasan
4) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring. B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
1) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada 2) Ada tidaknya pembesaran paru
4) Suara pernafasan melalui hidung atau mulut C = Circulation
Kaji :
1) Denyut nadi karotis 2) Tekanan darah
3) Warna kulit, kelembaban kulit
4) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal D = Disability
Kaji :
1) Tingkat kesadaran 2) Gerakan ekstremitas
3) GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P = pain/respon nyeri, U = unresponsive.
4) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya. E = Eksposure
Kaji :
1) Tanda-tanda trauma yang ada.
2) Pengkajian Sekunder (secondary survey) F = Full set of vital sign
Tanda-tanda vital dengan mengukur : 1) Tekanan darah
3) Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan 4) Suhu tubuh
G = Give Comfort Meadline
Tanda dan gejala yang diobservasi dan dirasakan klien alergi yang dipunyai klien tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi nyeri riwayat penyakit yang diderita klien makan/minum terakhir; jenis makanan, ada penurunan atau peningkatan kualitas makan pencetus / kejadian penyebab keluhan.
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
1) P (Provoked) : Pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan dan mengurangi nyeri
2) Q (Quality) : Kualitas nyeri
3) R (Radian) : Arahkan penjalaran nyeri
4) S (Severity) : Skala nyeri 1-3 (nyeri ringan), 4-6 (nyeri sedang), 7-9 (nyeri berat), 10 (sangat nyeri)
5) T (Time) : Lamanya nyeri sudah dialami klien H = History and Head to toe
1) History
Metode pengkajian :
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien : a) S (Signs and syntomps)
b) A (Allergis)
Alergi yang dipunyai klien c) M (Medications)
Tanyakan obat yang telah di minum klien, untuk mengatasi nyeri. d) P (Pertinent past medical history)
Riwayat penyakit yang diderita klien e) L (Last oral intake solid or liquid)
Makan atau minum terakhir, jenis makanan, ada penurunan atau peningkatan kualitas makanan.
f) E (Event leading to injury or illness) Pencetus/ penyebab kejadian
2) Head to toe
Pengkajian Head to toe yang terfokus, meliputi : a) Pengkajian kepala, leher dan wajah
(1) Periksa rambut, kulit kepala dan wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing.
(2) Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau keluaran lain seperti cairan otak.
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau tidak, distensi vena leher, perdarahan, oedema dan kesulitan menelan.
b) Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
(1) Inspeksi :
Kesimetrisan, bentuk/ postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/ penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan. Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernafasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/ sianosis, tidak ada pembengkakan/ penonjolan/ edema.
(2) Palpasi:
Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien). Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/ massa/ tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil fremitus cenderung sebelah kanan lebih teraba jelas.
(3) Perkusi:
Paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi). Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih dari pada bagian udara = pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat = hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung = bunyi rensonan hilang redup.
(4) Auskultasi:
Suara nafas, trachea, bronchus, paru (dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kiri dan kanan, di ric 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea). Normal: bunyi nafas pada asma wheezing, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
c) Pengkajian Abdomen dan Pelvis Hal-hal yang perlu dikaji :
(1) Inspeksi :
Pada inspeksi perlu disimak apakah abdomen membusung/membuncit atau datar saja, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, amati apakah ada bayangan vena, amati juga apakah didaerah abdomen tampak benjolan-benjolan massa. Laporkan bentuk dan letaknya
(2) Auskultasi :
Mendengar suara peristaltik usus, normal berkisar 5-35 kali per menit : bunyi peristaltik yang keras dan panjang disebut
borborygmi, ditemui pada gastroenteritis atau obstruksi usus
pada tahap awal. Peristaltik yang berkurang ditemui pada ileus paralitik. Apabila setelah 5 menit tidak terdengar suara peristaltik sama sekali maka kita katakan peristaltik negative (pada pasien post operasi).
(3) Palpasi :
Sebelum dilakukan palpasi tanyakan terlebih dahulu kepada pasien adakah daerah yang nyeri apabila ada maka harus dipalpasi terakhir, palpasi umum terhadap keseluruhan dinding abdomen untuk mengetahui apakah ada nyeri umum (peritonitis, pancreatitis). Kemudian mencari dengan perabaan ada atau tidaknya massa/benjolan (tumor). Periksa juga turgor kulit perut untuk menilai hidrasi pasien. Setelah itu periksalah dengan tekanan region suprapubika (cystitis), titik mc burney (appendicitis), region epigastrica (gastritis), dan region iliaca (adnexitis) barulah secara khusus kita melakukan palpasi hepar. Palpasi hepar dilakukan dengan telapak tangan dan jari kanan dimulai dari kuadran kanan bawah berangsur-angsur naik mengikuti irama nafas dan cembungan perut. Rasakan apakah
ada pembesaran hepar atau tidak. Hepar membesar pada keadaan :
1. Malnutrisi
2. Gangguan fungsi hati/radang hati (hepatitis, thyroid fever, malaria, dengue, tumor hepar)
3. Bendungan karena decomp cordis 4. Perkusi
a. Untuk memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau redup)
b. Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut. Bunyi perkusi pada perut yang normal adalah timpani, tetapi bunyi ini dapat berubah pada keadaan-keadaan tertentu misalnya apabila hepar dan limpa membesar, maka bunyi perkusi akan menjadi redup, khususnya perkusi di daerah bawah arkus kosta kanan dan kiri
(4) Pengkajian Ekstremitas Hal-hal yang perlu dikaji : 1. Tanda-tanda injuri eksternal 2. Nyeri
3. Pergerakan
5. Warna kulit
6. Denyut nadi perifer (5) Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji:
1. Deformitas
2. Tanda-tanda jejas perdarahan 3. Jejas
4. Laserasi 5. Luka
(6) Pengkajian Psikososial Meliputi :
1. Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
2. Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun anggota keluarga.
3. Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat dan hiperventilasi.
2.2.2 Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Herdman (2015).
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih ( 00031).
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi (00032). 3. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian (00146).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen (00093).
2.2.3 Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih ( 00031).
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam diharapkan jalan nafas pasien kembali efektif.
Kriteria Hasil :
a. tidak ada suara nafas tambahan
b. kecepatan dan kedalaman pernafasan normal c. tidak ada dispnea
d. tidak ada sekret yang tertahan e. tidak ada gangguan pada jalan nafas Intervensi :
Manajemen Asma (3210) a. Auskultasi suara nafas
b. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan usaha pernafasan c. Berikan fisioterapi dada
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nebulizer.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi (00032). Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam diharapkan pola nafas pasien dapat efektif
Kriteria hasil :
a. Sesak nafas berkurang atau hilang b. Tidak ada retraksi dinding dada c. Tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Respiratory rate dalam batas normal (16-24 x/menit) Intervensi:
Manajemen Jalan Nafas (3140) a. Ukur tanda-tanda vital
b. Observasi respirasi dan saturasi oksigen c. Monitor status pernafasan dan oksigenasi d. Posisikan semi fowler
e. Motivasi pasien untuk bernafas pelan dan dalam f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
3. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian (00146). Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam diharapkan klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil :
a. Klien terlihat mampu bernafas secara normal b. Mampu beradaptasi dengan keadaannya
c. Respon nobverbal klien tampak lebih rileks dan santai. Intervensi :
Penurunan kecemasan (5820) a. Kaji tingkat kecemasan b. Ukur tanda-tanda vital
c. Ajarkan tehnik relaksasi otot progresif d. Berikan motivasi dan dukungan
e. Dorong keluarga untuk menemani pasien
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (00092).
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x24 jam diharapkan terjadi peningkatan aktivitas.
Kriteria hasil:
b. Pasien tidak kesulitan melakukan aktivitas c. Pasien tidak lemas
Intervensi:
Terapi latihan: keseimbangan (0222) a. Monitor respon pasien
b. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
c. Anjurkan pasien membatasi aktivitas yang berlebih d. Motivasi pasien untuk melakukan ambulasi dini e. Kolaborasi dengan fisioterapi
2.2.4 Implementasi
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah . Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan serta melanjutkan pengumpulan data (Mitayani, 2009). 2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai sejauh mana masalah dapat diatasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi (Mityani, 2009).
2.2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor terjadinya asma bronkhial : 1. Factor intrinsic
a. Reaksi antigen / anti body
b. Reaksi alergi (debu, serbuk - serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Factor ekstrinsik a. Perubahan cuaca b. Emosional
c. Aktivitas yang berlebihan
Klasifikasi menurut warna: 1. Dahak kekuning-Kuningan 2. Dahak hijau 3. Dahak merah muda 4. Dahak berlendir 5. Dahak berbau busuk 6. Dahak berdarah 7. Dahak berbusa putih 8. Dahak kuning Kehijauan Klasifikasi menurutjumlah: 1. Dahaksedikit,dipen garuhipasien mengalamisesak nafas, lemas,dan sulit untukbatuk. 2. Dahak sedang,dipengaruhi karenakeadaan pasienyang kurang baik. Asma Bronkial Manifestasi Klinis : 1. Sesak Nafas 2. Mengi 3. Batuk disertai dahak 4. waktu ekspansi yang memanjang 5. penggunaan otot bantu nafas 6. takikardia
7. adanya usaha yang kuat untuk bernafas Dahak Penatalaksanaan farnmakologis Penatalaksanaan Non farmokologis Tindakan Nebulizer Batuk Efektif Dahak Keluar (Musliha, 2010)
36 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain
Menurut Kadji (2016), Studi kasus pada intinya adalah meneliti kehidupan satu atau beberapa komunitas, organisasi atau perorangan yang dijadikan unit analisis, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Studi kasus merupakan penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok, organisasi maupun individu), peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang diteliti pengumpulan datanya diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi (Sujarweni, 2014).
3.2 Batasan Istilah
Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (Musliha, 2010).
1. Sesak nafas (dispnea)
Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran pernafasan karena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi karena saluran pernafasan menguncup, oedema atau timbulnya sekret yang
menghalangi saluran pernafasan. Sesak nafas dapat ditentukan dengan menghitung pernafasan dalam satu menit.
2. Mengi (wheezing)
Wheezing adalah suara pernafasan frekuensi tinggi nyaring yang
terdengar di akhir fase ekspirasi. Hal ini disebabkan adanya penyempitan pada saluran pernafasan.
3. Batuk disertai dahak
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat dan rangsangan pada bagian-bagian peka dalam saluran pernafasan misalnya trakeobronkial, sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran pernafasan. Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernafasan terhadap iritasi pada mukosa saluran pernafasan dalam bentuk pengeluaran udara dan lendir secara mendadak disertai bunyi yang khas.
3.3 Partisipan
Subyek studi dalam kasus ini adalah 2 pasien yang mengalami Asma Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di IGD RSUD Karanganyar.
3.4 Lokasi dan waktu 3.4.1 Lokasi
Pada kasus ini tempat pengambilan kasus dilakukan di IGD RSUD Karanganyar. Alasan pemilihan tempat dikarenakan kasus kegawat daruratan terbanyak di IGD RSUD Karanganyar salah satunya adalah
Asma Bronkial. Disamping itu kasus ini diambil untuk eksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah Asma Bronkial serta pengaruh latihan batuk efektif dalam pengeluaran dahak untuk bersihan jalan nafas.
3.4.2 Waktu
Pelaksanaan studi kasus ini akan di lakukan pada tanggal 22 Mei – 03 Juni 2017 di IGD RSUD Karanganyar.
3.5 Pengumpulan Data
Menurut Kadji (2014), Sehubungan dengan pendekatan penelitian diatas, teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dilakukan dengan cara mengunjungi langsung ke objek penelitian yaitu IGD RSUD Karanganyar. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah:
3.5.1 Teknik pengumpulan data primer
Yakni pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian atau objek yang diteliti. Dalam hal ini data diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada
objek penelitian terhadap pasien yang mengalami masalah, dengan pendekatan IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi).
2. Head to toe, yaitu pengkajian kepala, leher dan wajah, pengkajian
dada, pengkajian abdomen dan pelvis, pengkajian ekstremitas, pengkajian tulang belakang sampai dengan kaki.
3. Wawancara, yaitu melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian wawancara dinyatakan sebagai suatu percakapan dengan bertujuan untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya (Hidayat, 2014). Peneliti melakukan pengkajian sekunder:
G : Give Comfort Meadline
Mengkaji nyeri dengan metode PQRST ( provoked, quality, radian,
severity, time ) pada sistem tubuh klien.
H : History
Metode pengkajian History menggunakan SAMPLE (Sign and
symptoms, Allergis, Medications, Pertinent past medical history, Last oral intake solid or liquid, Event leading to injury or illness).
3.5.2 Teknik pengumpulan data sekunder Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library research)
Yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Dokumentasi (Documentary)
Yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah diteliti dengan instansi yang terkait.
3.6 Uji keabsahan data
Uji keabsahan data dimaksud dengan mengambil data baru (here and
now) dengan menggunakan instrumen pengkajian yang sesuai sehingga
menghasilkan data dengan validitas tinggi. Pengkajian menggunakan klien, perawat, keluarga klien sebagai sumber informasi dan sumber dokumentasi. Menegakkan diagnosa keperawatan menggunakan NANDA, intervensi dengan NIC NOC, penatalaksanaan dengan menggunakan SOP tentang pelaksanaan secara verbal, evaluasi dengan menggunakan evaluasi formatif dan evaluasi surmatif (Kadji, 2014).
3.7 Analisa data
Setelah melakukan asuhan keperawatan akan dilakukan analisa data dengan metode membandingkan antara tindakan yang dilakukan dengan jurnal penelitian dan teori didalam buku (Kadji, 2014)
3.7.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentuk transkip (catatan terstruktur). 3.7.2 Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3.7.3 Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.
3.7.4 Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, evaluasi.
42 BAB IV
HASIL 4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data
Pengambilan data dilakukan di IGD RSUD Karanganyar pada tanggal 22 Mei 2017 – 3 Juni 2017. Data yang diambil yaitu dari data 2 pasien yang mempunyai diagnosa medis yang sama yaitu Asma Bronkial. 4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Pasien
IDENTITAS KLIEN Klien 1 Klien 2
Nama Ny. S Tn. H
Alamat Delingan, Karanganyar Jrakah, Karanganyar
Umur 70 tahun 63 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Petani Petani
Status Perkawinan Masuk Tanggal Masuk pukul Pengkajian pukul Kawin 23 Mei 2017 08.00 WIB 08.00 WIB Kawin 31 Mei 2017 16.00 WIB 16.00 WIB Identitas Penanggung
Jawab Klien 1 Klien 2
Nama Ny, S Ny. S
Alamat Delingan, Karanganyar Jrakah, Karanganyar
Umur 45 tahun 38 tahun
Agama iis Islam Islam
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Swasta Wiraswasta
2. Pengkajian Primer Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
Pengkajian Primer Klien 1 Klien 2
Airway
Breathing
Circulation
Disability
Exposure
Full set of Vital Sign
Jalan nafas terdapat sumbatan, terdapat sekret terdengar suara wheezing, tidak adanya lidah jatuh
Nafas tidak efektif, respiratory rate 30 x/menit, inspirasi memendek, ekspirasi memanjang, terdapat suara nafas tambahan (wheezing), adanya retraksi dinding dada, nafas cuping hidung, SPO2 96%
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit Suhu : 38 oC
Akral hangat, tidak terjadi sianosis
Glasgow Coma Scale : 15, E:4, V:5, M:6, kesadaran
composmentis, reaksi pupil kanan/kiri +/+ jika didekati cahaya
Kondisi lingkungan di sekitar pasien aman, terpasang infuse pada ekstremitas atas sebelah kanan, tidak mengalami cidera maupun kelainan lain. 1. Keadaan umum : lemah 2. Kesadaran : Composmentis 3. Tekanan darah : 130/80 mmHg 4. Nadi : 90 x/menit, tidak teratur, kuat
Jalan nafas terdapat sumbatan, terdapat sekret terdengar suara wheezing, tidak adanya lidah jatuh Nafas tidak efektif, respiratory rate 28 x/menit, inspirasi memendek, ekspirasi memanjang, terdapat suara nafas tambahan (wheezing), adanya retraksi dinding dada, nafas cuping hidung, SPO2 96%
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 110 x/menit Suhu : 37oC
Akral hangat, tidak terjadi sianosis
Glasgow Coma Scale : 15, E: 4, V:5, M:6, kesadaran composmentis, reaksi pupil kanan/kiri +/+ jika didekati cahaya
Kondisi lingkungan di sekitar pasien aman, pasien tidak mengalami cidera maupun kelainan lain.
1. Keadaan umum : lemah 2. Kesadaran : Composmentis 3. Tekanan darah : 120/90 mmHg 4. Nadi : 110 x/menit,
tidak teratur, kuat. 5. Saturasi Oksigen :
Give Comfort Meadline History (SAMPLE) a. Subjektif b. Alergi c. Medikasi d. Riwayat Penyakit Sebelumnya e. Last Meal f. Even Leading 5. Saturasi Oksigen : 96% 6. Frekuensi pernafasan :30 x/menit
Tidak ada keluhan nyeri
Pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak dan sulit di keluarkan Pasien mengatakan alergi terhadap cuaca dingin
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat apapun saat ini
Pasien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di puskesmas dengan keluhan ambein Pasien mengatakan makan terakhir mengonsumsi nasi, sayur, lauk dan teh hangat
pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak dan dahak susah keluar. Pada tanggal 23 Mei 2017 pukul 07.00 pasien diantar keluarga ke IGD RSUD Karanganyar, sesak nafas semakin memberat saat pasien banyak fikiran atau masalah, tanda-tanda vital: Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 90 kali/menit Respiratory Rate 30 kali/menit 96% 6. Frekuensi pernafasan :28 x/menit
Tidak ada keluhan nyeri
Pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak dan sulit di keluarkan
Pasien mengatakan alergi terhadap debu
pasien mengatakan pernah mengkonsumsi obat-obatan asma sebelumnnya seperti salbutamol tetapi belum pernah menggunakan obat semprot atau inhaler. Pasien mengatakan pernah di rawat di rumah sakit 1 tahun yang lalu dengan keluhan asma
Pasien mengatakan makan terakhir mengonsumsi nasi, sayur, lauk dan teh hangat
Pasien mengatakan sesak nafas karena kecapekan mengurus sawah, batuk berdahak dan dahak susah keluar.
Pada tanggal 31 Mei 2017 pukul 16.00 pasien diantar keluarga di IGD RSUD Karanganyar, tanda-tanda vital: Tekanan darah : 120/90 mmHg Nadi : 110 kali/menit Respiratory Rate 28 kali/menit Suhu : 37oC
Head to toe a. Kepala - Bentuk kepala - Kulit kepala - Rambut Mata Palpebra Konjungtiva Sclera Pupil Diameter ka/ki Reflek terhadap cahaya Penggunaan alat bantu penglihatan Hidung Mulut Gigi Telinga b. Leher c. Dada - Paru-paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi - Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Suhu : 38oC Terdenagar suara wheezing, mendapat terapi O2 4 liter/menit, Nebulizer ventolin 2,5 mg dan Flixotide 2 ml. Mesochepal Bersih Beruban
Tidak ada oedema Tidak anemis Tidak ikterik Isokor 2 mm/2 mm Positif Tidak menggunakan Terpasang O2 dengan
nasal kanul 4 liter/menit Tidak sumbing, mukosa bibir lembab
Warna gigi sedikit kuning
Tidak ada serumen Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Bentuk dada simetris, terdapat retraksi dinding dada
Fremitus kanan kiri sama Sonor pada seluruh lapang paru
Terdengar wheezing Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis teraba di intercosta ke 5
Batas atas : pada ICS III
Batas bawah : ICS V Batas kiri :
midclavikularis atau 4 jari dari midsternum Batas kanan : sejajar
mendapat terapi O2 4 liter/menit, Nebulizer ventolin 2,5 mg dan Flixotide 2 ml. Mesochepal Bersih Beruban
Tidak ada oedema Tidak anemis Tidak ikterik Isokor 2 mm/2 mm Positif Tidak menggunakan
Terpasang O2 dengan nasal
kanul 4 liter/menit
Tidak sumbing, mukosa bibir lembab
Warna gigi sedikit kuning Tidak ada serumen
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Bentuk dada simetris, terdapat retraksi dinding dada
Fremitus kanan kiri sama Sonor pada seluruh lapang paru
Terdengar wheezing Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis teraba di intercosta ke 5
Batas atas : pada ICS III Batas bawah : ICS V Batas kiri :
midclavikularis atau 4 jari dari midsternum
Batas kanan : sejajar sisi sternum kanan atau 11/2
Auskultasi d. Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi e. Genetalia f. Rektum g. Ekstremitas - Atas Kekuatan otot ka/ki ROM ka/ki CRT Perubahan bentuk tulang - Bawah Kekuatan otot ka/ki ROM ka/ki CRT Perubahan bentuk tulang
sisi sternum kanan atau 11/2 jari dari sternum Bunyi jantung I dan II lup dup
Tidak ada jejas
Bising usus terdengar 15 x/mnt
Kuadran I pekak, kuadran II III IV tympani Tidak ada nyeri tekan Tidak terpasang selang kateter
Tidak terkaji
4/5 Pasif/Aktif < 2 detik
Tidak ada perubahan
5/5 Aktif < 2 detik
Tidak ada perubahan
jari dari sternum kanan atau 11/2 jari dari sternum Bunyi jantung I dan II lup dup
Tidak ada jejas
Bising usus terdengar 15 x/mnt
Kuadran I pekak, kuadran II III IV tympani
Tidak ada nyeri tekan Tidak terpasang selang kateter
Tidak terkaji
55
Aktif/Aktif < 2 detik
Tidak ada perubahan
5/5 Aktif < 2 detik
Tidak ada perubahan
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Klien 1 Klien 2
Keluarga klien mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, diabetes militus, serta tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti tuberkolosis.
Keluarga klien mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti diabetes militus, hipertensi, jantung, serta tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti tuberkolosis
4. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Klien 1 (tanggal 23 Mei 2017)
HEMATOLOGI RUTIN Darah Rutin
Hematokrit 36,8 % 37,0-47,0 Leukosit 14,72 Ribu/ul 5-10 Trombosit 260 Ribu/ul 150-300 Eritrosit 3,78 Juta/ul 4,00-5,00 MPV 8,1 fL 6,5-12,0 PDW 15,9 9,0-17,0 INDEX MCH 97,4 fL 82,0-92,0 MCHC 32,1 fL 32,0-37,0 HITUNG JENIS Gran % 71,1 % 50-70 Limfosit % 19,7 % 25-40 Monosit % 6,6 % 3,0-9,0 Eosinofil % 2,4 % 0,5-5,0 Basofil % 0,2 % 0,0-1,0 KIMIA GULA DARAH
Gula darah sewaktu 135 Mg/dl 70-150
GINJAL
Creatinin 1,26 Mg/dl 0,5-0,9
Ureum 35 Mg/dl 10-50
4.1.3 Analisa Data
Tabel 4.5 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Klien 1
Ds :
Pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit dikeluarkan Do :
Pasien terlihat batuk terus menerus dan dahak susah untuk keluar
terdengar suara wheezing
pasien terlihat sulit mengeluarkan suara
Mukus berlebih dan spasme bronkus Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) Ds : Pasien mengatakan sesak nafas Do :
Pasien terlihat susah bernafas
terdapat suara tambahan wheezing
Hiperventilasi Ketidakefektifan pola nafas (00032)
terlihat adanya retraksi dinding dada terlihat pernafasan cuping hidung Terpasang oksigen 4 liter Tanda-tanda Vital Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 90 kali/menit Respirasi : 30 kali/menit Suhu : 38o C Ds : Pasien mengatakan badannya panas Proses penyakit Hipertermia (00007) Do :
Badan pasien teraba panas Tanda-tanda vital: Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 90 kali/menit Respirasi : 30 kali/menit Suhu : 38o C Klien 2 Ds : Pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit dikeluarkan Do :
Pasien terlihat batuk terus menerus dan dahak susah untuk keluar
terdengar suara wheezing
pasien tampak sulit mengeluarkan suara
Mukus berlebih dan spasme bronkus Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) Ds : Pasien mengatakan sesak nafas Do :
Pasien terlihat susah bernafas
terdapat suara tambahan wheezing terlihat adanya retraksi dinding dada
terlihat pernafasan
Hiperventilasi Ketidakefektifan pola nafas (00032)
cuping hidung
Terpasang oksigen 4 liter Tanda-tanda Vital Tekanan darah : 120/90 mmHg Nadi : 110 x/menit Respirasi : 28 kali/menit Suhu : 37o C Ds : Pasien mengatakan penyakit asmanya kambuh saat terlalu banyak aktivitas dan kecapekan
Do :
Pasien terlihat lemas Pasien terlihat sesak nafas
Nadi 110x/menit respirasi 28x/menit
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigenasi
Intoleransi aktifitas (00092)
4.1.4 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan
Data Etiologi Masalah
Klien 1
Ds :
Pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit dikeluarkan
Do :
Pasien terlihat batuk terus menerus dan dahak susah untuk keluar Terdengar suara wheezing pasien terlihat sulit mengeluarkan suara
Mukus berlebih dan spasme bronkus
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
Ds :
Pasien mengatakan sesak nafas Do :
Pasien terlihat susah bernafas terdapat suara tambahan wheezing terlihat adanya retraksi dinding dada terlihat pernafasan cuping hidung Terpasang oksigen 4 liter Tanda-tanda vital Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 90 kali/menit Respirasi : 30 kali/menit Suhu : 38o C Hiperventilasi Ketidakefektifan polas nafas (00032)