HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA
PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
MEGA CIPTA WAHYUNINGSIH F. 100 090 307
FAKULTAS PSIKOLOGI
ii
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA
PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
MEGA CIPTA WAHYUNINGSIH F. 100 090 307
FAKULTAS PSIKOLOGI
v
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA
PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA
Mega Cipta Wahyuningsih 1)
Wiwien Dinar Pratisti 2)
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi di SMA Negeri 1 Surakarta yang menempuh program akselerasi yang berasal dari kelas XI akselerasi 1 dan kelas XI akselerasi 2 dengan jumlah subjek 46 orang. studi
populasi, yaitu menggunakan semua anggota populasi yang ada sebagai subjek
penelitian.. Alat ukur yang digunakan adalah skala optimisme, skala dukungan sosial, skala kesejahteraan subjektif, dan wawancara.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 15.0 dengan teknik analisis regresi ganda, maka hasil perhitungan diperoleh yaitu nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,34; p = 0,071 (p > 0,05). Sumbangan efektif variabel optimisme dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan remaja SMA program akselerasi sebesar 11,5 %. Berdasarkan hasil analisis, diketahui variabel optimisme mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 83,11 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 67,5 yang berarti sikap optimisme pada subjek tergolong tinggi. Variabel dukungan sosial diketahui rerata empirik (RE) sebesar 99,72 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 82,5 yang berarti dukungan sosial pada subjek tergolong tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan positif antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta.
Kata kunci : Optimisme, Dukungan Sosial, Kesejahteraan Subjektif. 1)
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2)
1 PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum yang ditawarkan maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu program pendidikan yang saat ini sedang ramai diperbincangkan adalah tentang program akselerasi atau program percepatan belajar untuk pendidikan dasar dan menengah. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari waktu enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA (Nulhakim, 2008). Tujuan dari pengadaan program ini adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan
yang maksimal bagi siswa yang memiliki bakat serta potensi istimewa. Hal tersebut sesuai dengan Amanat UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bab IV bagian kesatu pasal 5 ayat 4 yang berbunyi: warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
2 program akselerasi menimbulkan
permasalahan psikologis bagi siswa. Evaluasi penyelenggaraan program akselerasi yang dilaksanakan oleh Zuhdi tahun 2006 juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa dampak psikologis siswa setelah beberapa waktu penyelenggaraan program akselerasi, diantaranya pada masa transisi tiga bulan pertama, siswa mengalami stress karena merasa kaget dengan pemberian materi yang begitu cepat. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti yang menyebutkan bahwa mereka mengalami stress pada saat awal masuk program akselerasi. Materi disampaikan secara cepat, tugas sekolah banyak, dan ulangan mendadak menyebabkan mereka merasa tertekan.
Masalah penyesuaian sosial biasanya siswa akselerasi lebih mengutamakan prestasi akademik sehingga mereka cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain sehingga kesempatan untuk melakukan hubungan sosial dengan teman sebaya menjadi berkurang. Siswa akselerasi cenderung kurang aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan alasan capek, malas, atau ingin tidur di rumah (Maimunah, 2009).
3 terhadap kepuasan serta afeksi
seperti perasaan kegembiraan atau tidak mengalami depresi. Hasil penelitian Jersild (Darmayanti, 2012) mengungkapkan bahwa terdapat keragaman hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang berbahagia berdasarkan pada tingkat perkembangan usianya. Bagi remaja usia 15-18 tahun, hal-hal yang dapat mendatangkan bahagia adalah: (1) pergi rekreasi beramai-ramai, melakukan kegiatan dengan keluarga; (2) mencapai peningkatan diri, berhasil di sekolah, dan merasa penting atau berarti di lingkungannya; (3) memperoleh hubungan baik dengan orang lain, bersahabat karib, dan mendapatkan teman yang pasti; (4) melakukan aktifitas pribadi yang menyenangkan, seperti bermain (games); dan (5) merasa bermanfaat
bagi orang lain atau bagi kemanusiaan secara umum .
4 menunjukkan bahwa dukungan sosial
berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif serta kesehatan yang positif pada individu. Selain itu, sikap optimistis juga memiliki peranan dalam kehidupan seorang remaja untuk mencapai apa yang diinginkan, semisal tujuan hidup, masa depan, atau hanya sebatas keberhasilan dalam bidang studi tertentu. Ketika sikap optimistis tersebut muncul meskipun hanya sedikit dan dalam kondisi mendesak saja tetapi hal tersebut memberikan sumbangan energi positif yang cukup besar menyangkut keberhasilan seorang remaja dalam mencapai tujuannya.
Berdasarkan fenomena dan uarian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah
ada hubungan antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA
program akselerasi di kota Surakarta?”
Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Hubungan antara optimisme dan
dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta
2. Hubungan antara optimisme dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi 3. Hubungan dukungan sosial
dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi 4. Tingkat optimisme pada remaja
SMA program akselerasi
5. Tingkat dukungan sosial pada remaja SMA program akselerasi 6. Tingkat kesejahteraan subjektif
pada remaja SMA program akselerasi
5 kesejahteraan subjektif remaja
SMA program akselerasi METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
(mixed methods) dengan variabel
bebas yaitu optimisme dan dukungan sosial, sedangkan variabel tergantungnya adalah kesejahteraan subjektif.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 siswa dari kelas XI Akselerasi 1 dan 22 siswa dari kelas XI Akselerasi 2.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data secara kualitatif melalui interview.
Analisis data dalam penelitian menggunakan dua metode, yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif menggunakan teknik analisis regresi
ganda pada program SPSS 15.0
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas dengan variabel tergantung. Sedangkan analisis data secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis isi
(content analysis). Analisis isi
(content analysis) adalah suatu
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis regresi
linier berganda diperoleh nilai
koefisien korelasi R sebesar 0,34; F regresi = 2,807 dan p = 0,071 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidak konsistenan hasil kategorisasi subjek. Dari 46 subjek hanya terdapat 13 subjek yang memiliki kategorisasi skor optimisme, dukungan sosial, dan kesejahteraan subjektif yang konsisten. Sisanya yaitu 33 subjek memiliki kategorisasi skor tidak konsisten, bahkan ada subjek yang sedikit unik, ketika optimisme dan dukungan sosialnya memiliki
kategorisasi skor tinggi tetapi kesejahteraannya rendah, sedangkan ketika optimisme dan dukungan sosialnya memiliki kategorisasi skor rendah kesejahteraannya justru memiliki kategorisasi skor tinggi.
7 dengan pendekatan secara individual
yaitu dengan wawancara. secara kualitatif (pendekatan individual) dengan metode wawancara. Hasil penggalian data secara kualitatif yaitu menggunakan metode wawancara terhadap 12 (dua belas) remaja SMA program akselerasi diperoleh hasil bahwa menurut pandangan mereka hal-hal yang menyebabkan siswa akselerasi merasa sejahtera itu diantaranya mendapatkan prestasi yang bagus, contohnya diajar oleh guru yang kompeten, bisa diterima di SMAN 1 sebagai siswa akselerasi, ketika bisa mengerjakan tugas dengan baik, pada saat mendapatkan nilai bagus. Sedangkan hal lain yang bisa membuat siswa akselerasi merasa sejahtera adalah ketika memiliki banyak teman, mendapat liburan, dan bisa membahagiakan orang tua.
8 lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk belajar tanpa memperhatikan hal-hal lain di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan siswa akselerasi lebih mengutamakan prestasi akademik. Mereka cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain sehingga kesempatan untuk melakukan hubungan sosial dengan teman sebaya menjadi berkurang, sedangkan hakikat seorang remaja itu dapat dikatakan sejahtera, puas, dan bahagia apabila ia mampu berhubungan baik dengan lingkungannya serta merasa berarti dan bermanfaat bagi sekitarnya (Jersild dalam Mappiare, 1982).
Sedangkan hasil perhitungan antar variabel diperoleh nilai koefisien korelasi (r) variabel optimisme terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 0,328 dan p = 0,013 dimana p<0,05 . Hasil tersebut
9 dalam hidup dan berorientasi pada
pusat kendali internal akan menjadi waspada dan responsif terhadap pengaruh-pengaruh yang bertentangan dengan harga diri dan norma lingkungan. Apabila mereka tidak bisa mengelola sikap optimisme dengan baik maka akan timbul masalah underachievement (Syarifa, A., Mustami’ah, D., &
Sulistiani, D., 2011).
Sedangkan teori bottom up menjelaskan bahwa kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, situasional atau lingkungan (misalnya; kepuasan terhadap standar hidup, pekerjaan, keluarga, waktu senggang, lingkungan, komunitas). Begitu pula dengan peran orang tua dan teman sebaya yang memberikan dukungan penuh kepada remaja SMA program akselerasi yang berupa motivasi
maupun dukungan positif bagi mereka untuk bangkit dan kembali bersemangat atas berbagai tuntutan dan kewajiban yang harus mereka jalani.
Variabel optimisme memiliki rerata empirik (RE) sebesar 83,11 dan rerata hipotetik (RH) 67,5 yang berarti sikap optimisme subjek tergolong tinggi. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa optimisme yang tergolong tinggi dikarenakan subjek memiliki sikap yang terbentuk dari aspek permanence,
pervasiveness, dan personalitazion.
(Seligman dalam Nurtjahjanti & Ratnaningsih, 2011)
10 kehidupan subjek. Dari hasil
interview terhadap subjek terlihat bahwa dukungan sosial akan menimbulkan rasa semangat dan kepercayaan diri. Selain itu mereka beranggapan bahwa dukungan sosial itu memiliki pengaruh terhdap kesejahteraan karena dengan adanya dukungan dari sekitar membuat mereka menjadi lebih bersemangat dan percaya diri sehingga memudahkan mereka untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan maksimal sehingga mereka merasa sejahtera.
Sumbangan efektif (SE) variabel optimisme dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi sebesar 11,5% ditunjukkan oleh koefisien korelasi (0,34)² dikali 100% . Berarti masih terdapat 88,5% yang mempengaruhi kesejahteraan
11 Hal-hal lain yang dianggap dapat
mempengaruhi kesejahteraan remaja SMA program akselerasi adalah mendapatkan liburan di tengah aktifitas siswa akselerasi yang cukup padat, kemudian mereka akan merasa sejahtera ketika memiliki banyak teman, serta bisa membahagiakan kedua orang tua itu menjadi tujuan penting dalam kehidupan mereka. Tujuh dari dua belas siswa akselerasi yang telah diwawancara mengatakan hal yang paling utama yang bisa membuat mereka merasa sejahtera adalah ketika mereka mendapatkan prestasi yang bagus. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan utama mereka adalah untuk mencapai hasil terbaik dalam hal prestasi. Ketika mereka berusaha dengan maksimal untuk mencapai prestasi terbaik dan hasilnya pun memuaskan maka mereka akan
merasa puas dan bahagia. Puas merupakan komponen kognitif dari kesejahteraan sedangkan bahagia merupakan komponen afek positif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Tidak ada hubungan positif antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta.
2. Ada hubungan positif antara optimisme dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. Artinya semakin tinggi optimisme maka semakin tinggi pula kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi
12 kesejahteraan subjektif remaja SMA
program akselerasi di kota Surakarta. Artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi.
4. Tingkat optimisme pada subjek tergolong tinggi. Hal inditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 83,11 sedangkan rerata hipotetik sebesar 67,5
5. Tingkat dukungan sosial subjek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 99,72 sedangkan rerata hipotetik sebesar 82,5.
6. Tingkat kesejahteraan subjektif subjek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik 82,7 sebesar sedangkan rerata hipotetik sebesar 67,5
7. Sumbangan efektif optimime dan dukungan sosial terhadap
kesejahteraan subjektif sebesar 11,5%. Hal ini berarti masih terdapat 88,5% variabel lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di luar variabel optimisme dan dukungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Perbedaan Tingkat Stres Akademik dan Strategi Pengelolaannya antara Siswa Program Akselerasi dengan
Kelas Reguler. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Ariati, J. 2010. Subjective Well Being (Kesejahteraan Subjektif) dan Kepuasaan Kerja pada Staf Pengajar (Dosen) dan Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip Vol 8 No 2 Hal 117-123 Oktober.
Compton, W.C. 2005 .Introduction
to Positive Psychology. New
York : Thomson Wodsworth. Coventry W.L., Gillespie, N.A.,
13 and Psychiatric Epidemiology,
vol 39 (8) 625-636.
Darmayanti, N. 2012. Model Kesejahteraan Subjektif Remaja Penyintas Bencana Tsunami Aceh 2004.
Ringkasan Disertasi.
Yogyakarta: Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Diener, E., Suh, E., Lucas, R.E. & Smith, H.L.1999. Subjective Well Being-Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, vol.125 (276-302.
Ghufron & Risnawita S. 2011.
Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Maimunah, S. 2009. Naskah
Publikasi: Gambaran
Penyesuaian Sosialdan Emosi
Siswa Program Akselerasi.
Malang: Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.
Mappiare, A. 1982.PsikologiRemaja. Surabaya: Usaha Nasional. Moleong, L. J. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif (Edisi
Revisi). Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Nulhakim, T. R. 2008. Program Akselerasi Bagi Siswa Berbakat Akademik. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No 073 tahun ke-14 Juli 2008.
Nurtjahjanti & Ratnaningsih. 2011. Hubungan Kepribadian
Hardiness dengan Optimisme
pada CTKI Wanita di BLKLN
Disnakertrans Jawa Tengah. Jurnal Psikologi UNDIP Vol
10 No 2 Oktober.
Syarifa, A., Mustamia’ah, D., Sulistiani, W. 2011. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Komitmen Terhadap Tugas (Task
Commitment) Pada Siswa
Akselerasi Tingkat SMA. Insan vol 13 no 1. Surabaya: Universitas Hang Tuah
Zuhdi, A. 2006. Program Akselerasi (Masih Mencari Bentuk yang Ideal Atau Evaluasi Terhadap Pelaksanannya).