• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI KABUPATEN LANGKAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI KABUPATEN LANGKAT."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA

TESIS

Oleh:

SISWANTO

NIM: 8096171018

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

SISWANTO. NIM. 8096171018. The influence of learning contextual approach and the Mathematical Logical Intelligence to Mathematically connection ability Langkat District State High School Students. Thesis. Mathematics education. Graduate School of the State University of Medan (UNIMED). 2013.

This study aimed to: (1) Determine whether the mathematical connection ability students who learned with contextual approach is higher than the students who learned with expository approach, (2) determine whether students who have a high mathematical logical intelligence has the ability to connect mathematical higher than the students who have lower mathematical logical intelligence after receiving Statistics learning, (3) Knowing the students' answers to the problem of mathematical connections through contextual learning, (4) Knowing the students' mastery of mathematical connection capabilities.

This study uses a quasi-experimental design model. The study population was 18 Senior High School in Langkat academic year 2012/2013. Samples were dispersed in 18 schools. The sample was SMAN 1 Binjai. Prior to this research, first test instrument , and after validation and reliability testing, the instrument of this study can be used as a research instrument .

(6)

ABSTRAK

SISWANTO. NIM. 8096171018. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran

Kontekstual Dan Kecerdasan Logis Mate matis Te rhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA Negeri Kabupaten Langkat.

Thesis. Pendidikan Matematika. Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan ekspositori; (2) Mengetahui apakah siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi memiliki kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis rendah setelah mendapat pembelajaran Statistika; (3) Mengetahui proses jawaban siswa terhadap masalah koneksi matematis melalui pembelajaran konstektual; (4) Mengetahui ketuntasan kemampuan koneksi matematis siswa.

Penelitian ini menggunakan model rancangan kuasi eksperimental. Populasi penelitian ini 18 SMA Negeri di Kabupaten Langkat tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang tersebar pada 18 sekolah. Sampel penelitian ini adalah SMAN 1 Binjai. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen, dan setelah dilakukan validasi dan uji reliabilitas, maka instrumen penelitian ini dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,

karena berkat izin-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Magister Pendidikan program studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana

Universitas Negeri Medan.

Adapun judul tesis ini adalah “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran

Kontekstual Dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Kemampuan Koneksi

Matematis Siswa SMA Negeri Kabupaten Langkat.” Dalam menyelesaikan tesis

ini banyak pihak yang membantu, disebabkan karena kurangnya ilmu,

pengetahuan, waktu, dan dana yang penulis miliki. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Izwita Dewi, M.Pd. dan Bapak Prof.

Dr. Syahyar, M.Si., M.M. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktunya kepada

penulis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan ini juga

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

Pertama: Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd, selaku Rektor UNIMED,

Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED, Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd. selaku Ketua Prodi

Pendidikan Matematika, dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd. selaku sekretaris

Program Studi beserta staf.

Kedua, Bapak Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Pembimbing I, Bapak Prof.

Dr. Syahyar, M.Si, M.M. selaku Pembimbing II, dan Bapak Prof. Dr.

Hasratuddin, M.Pd., Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd. dan Dr. Edi Syahputra, M.Pd.

selaku Nara Sumber, yang telah memberikan masukan pada tesis ini, serta seluruh

Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis

menempuh pendidikan di Program Pascasarjana UNIMED.

Ketiga : Kepala Bapeda Kabupaten Langkat, Kepala Dinas Pendidikan dan

Pengajaran Kabuapten Langkat, dan Bapak Irwan Bangun, M.Pd., Drs. Sudirman,

(8)

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian terhadap pra siswa

di sekolah tersebut yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Keempat, Alm. Faridah Hanum isteri tercinta dan anak-anakku tersayang

Praka Fitri Andinata, Windy Krisdayani, S.P., dan Muhammad Teguh Satria yang

memberikan dukungan moral kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Pendidikan Magister di Program Pascasarjana UNIMED.

Kelima: Ayahanda Alm. Usman dan Ibunda Masdari (Wartinah), orang tuaku yang selalu memberikan do’a, nasehat dan bimbingan serta motivator utama hingga dapat menyelesaikan kuliah di Program Pasca Sarjana UNIMED.

Demikian juga terima kasih penulis kepada seluruh keluarga yang telah

memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan studi ini.

Keenam: Rekan-rekan kuliah khususnya Prodi Pendidikan Matematika

Angkatan ke II Bapeda yang banyak membantu penulis dengan memberikan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ketujuh: Kepada berbagai pihak yang banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis

menjadi amal kebajikan. Akhirnya, penulis mengakui bahwa karya ini masih jauh

dari kesempurnaan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Medan, Agustus 2013

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Identifikasi Masalah ... 10

Pembatasan Masalah ... 11

1. Kemampuan Koneksi Matematis ... 14

2. Hakekat Pembelajaran Konstektual ... 21

3. Kecerdasan Logis Matematis ... 38

Penelitian Yang Relevan ... 45

Kerangka Berpikir ... 47

4. Kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional ... 47

5. Siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi memiliki kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis rendah. ... 48

Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

Populasi dan Sampel ... 50

Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 52

Desain Penelitian ... 53

Prosedur Penelitian ... 56

Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 58

1. Instrumen Penelitian... 58

2. Hasil Uji Coba Instrumen... 59

Bahan Ajar... 68

Kegiatan Pembelajaran ... 69

(10)

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 70

2. Analisis Statistik Inferensial ... 71

a. Uji Normalitas ... 71

1. Kemampuan Koneksi Matematis Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 75

2. Kemampuan Koneksi Matematis Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Konstektual ... 76

3. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Logis Matematis Tinggi ... 76

4. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Logis Matematis Rendah ... 77

5. Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Tinggi Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 78

6. Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Rendah Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 78

7. Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Tinggi Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 79

8. Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Rendah Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 80

Pengujian Persyaratan Analisis ... 81

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Siswa Kelas XI SMAN 1 Binjai ... 51

Tabel 3.2 Kriteria Kategori Kecerdasan Logis Matematis (KLM) ... 54

Tabel 3.3 Daftar Kelompok Siswa Berdasarkan KLM... 34

Tabel 3.4 Kerangka Eksperimen Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 55

Tabel 3.5 Indikator dan Skor Koneksi Matematis ... 59

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 60

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Validasi Butir Soal ... 63

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Reliabilitas ... 65

Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Validasi Tingkat Kesukaran ... 66

Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Validasi Daya Pembeda ... 68

Tabel 3.11 Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis, Data yang diguna- gunakan, dan Pengujian Hipotesis ... 74

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 75

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual... 76

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Untuk Siswa Dengan Kecerdasan Logis Matematis Tinggi ... 77

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kelompok Kemampuan Koneksi Matematis Untuk Kecerdasan Logis Matematis Rendah ... 77

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Tinggi Untuk Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 78

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Rendah Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 79

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Tinggi Untuk Perlakuan Pendekatan pembelajaran kontekstual ... 80

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematis Kelompok Kecerdasan Logis Matematis Rendah Untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual... 80

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Normalitas Data (UjiLiliefors) ... 81

Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians Antar Kelompok Sampel Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dan Konvensional dengan Uji F pada Taraf ... 82

Tabel 4.11. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians antar kelompok sampel KLM-T dan KLM-R dengan Uji F pada Taraf Signifikansi α = 0,05 ... 83

Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians sampel dengan Uji Bartlet pada Taraf Signifikansi α = 0,05 ... 83

Tabel 4.13. Tabel Statistik Anava 2 Jalur ... 84

(12)

Tabel 4.15. Hasil Jawaban masalah koneksi matematis nomor 2 ... 96 Tabel 4.16. Hasil Jawaban masalah koneksi matematis nomor 3 ... 96 Tabel 4.17. Nilai Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang

Dibelajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran Konstektual .. 103 Tabel 4.18. Nilai Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang

Dibelajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional 104 Tabel 4.19. Perbandingan Nilai Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bagan Prosedur Penelitian ... 57

4.1 Ragam Pola Jawaban Butir Nomor 1 ... 97

4.2 Ragam Pola Jawaban Butir Nomor 2 ... 99

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 01 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 118

02 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 119

03 Hasil validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS)... 120

04 Hasil Validasi Tes Koneksi Matematis... 121

05 Instrumen Tes Kecerdasan Matematematika ... 134

06 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan Pembelajaran Konstektual ... 136

07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan Pembelajaran Konvensional ... 149

08 Skor Kecerdasan Logis Matematis Siswa Kelas XI. IA1 (Kelas Kontrol) ... 158

09 Skor Kecerdasan Logis Matematis Siswa Kelas XI. IA2 (Kelas Eksprimen) ... 159

10 Skor Kemampuan Koneksi Matematis Bedasarkan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional ... 160

11 Skor Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan Kecerdasan Logis Matematis ... 161

12 Deskripsi Frekuensi Data Penelitian ... 162

13 Perhitungan Uji Normalitas Data Dengan Uji Lilieofors ... 177

14 Uji Homogenitas ... 183

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Siswa sedang dalam masa perkembangan menuju ke arah kedewasaan. Untuk

ini mereka sangat membutuhkan berbagai pengetahuan yang dapat menjadi

pedoman dalam kehidupan mereka, dan sekaligus dapat membantu memudahkan

mereka dalam memenuhi kebutuhan. Oleh sebab itu siswa perlu mempelajari

berbagai pengetahuan di lembaga pendidikan yang sesuai dengan minat dan

cita-cita mereka. Salah satu lembaga pendidikan yang membantu persiapan siswa

tersebut adalah SMA (Sekolah Menengah Atas).

Para siswa SMA menerima berbagai pengetahuan sesuai dengan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu dari berbagai pengetahuan tersebut adalah

Matematika yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,

menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang

dan statistika, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga mempunyai fungsi

mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model

Matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik

atau tabel (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:6).

Pembelajaran Matematika merupakan latihan cara berpikir rasional, karena

(16)

2

yang memungkinkan siswa terampil berpikir rasional. Pembelajaran Matematika

pada hakekatnya adalah untuk mencapai prestasi belajar sebaik mungkin.

Prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang

bersumber dari dalam diri siswa maupun di luar diri siswa. Beberapa faktor yang

bersumber dari dalam diri siswa, salah satunya adalah kemampuan koneksi

matematis. Syaban (2008) menyatakan bahwa: “Koneksi matematis merupakan

pengaitan matematika dengan pelajaran lain, atau dengan topik lain.” Dengan kata

lain, kemampuan matematis adalah kemampuan siswa mengaitkan konsep-konsep

Matematika baik secara internal (yang berhubungan dengan matematika itu sendiri)

maupun secarta eksternal (menghubungkan Matematika dengan bidang lain, baik

bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari). Tujuan utama dari

kemampuan koneksi matematis adalah: Membantu siswa memperluas cara pandang

mereka untuk melihat Matematika sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, bukan

hanya sebagai kumpulan topik-topik yang terpisah. Untuk memperkenalkan

hubungan dan kegunaan Matematika baik di dalam maupun di luar kelas.

Dengan demikian dipahami esensi utama tujuan pembelajaran Matematika

adalah memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik sebagai aplikasi dari teori

ilmu Matematika. Sekaligus hal ini diharapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP, 2006), yang mengamanatkan kepada setiap pelaku

pembelajaran matematika, dalam hal ini guru dan siswa, agar senantiasa

mengarahkan aktivitas belajar matematika di sekolah pada pencapaian

(17)

3

prosedur, prinsip, teorema, dan ide matematika, (2) menyelesaikan masalah

matematika, (3) melakukan penalaran matematika, (4) melakukan koneksi

matematika dan (5) melakukan komunikasi matematika.

Mengingat pentingnya kemampuan koneksi matematis tersebut, tentu koneksi

matematis perlu dipahami dan dikuasai oleh siswa. Tetapi dalam kenyataannya,

kebanyakan siswa di sekolah menengah kemampuan koneksi matematis belum

terwujud dengan baik. Keadaan ini dinyatakan dalam hasil penelitian Rusgianto

(Lestari, 2009: 4) bahwa kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan

matematika yang dimilikinya dalam kehidupan nyata masih tergolong rendah.

Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian Ruspiani (2000) ternyata rerata

kemampuan siswa dalam melakukan koneksi antar topik matematika hanya

mencapai 22.2, koneksi dengan disiplin ilmu yang lain mencapai 44,9 dan koneksi

dengan dunia nyata mencapai 67,3. Untuk koneksi dengan dunia nyata, ada 24

siswa termasuk kelompok tinggi, 12 siswa termasuk kelompok sedang, dan 33

siswa termasuk kelompok rendah. Untuk koneksi dengan disiplin ilmu yang lain,

hanya tiga siswa termasuk kelompok tinggi, tujuh siswa termasuk kelompok

sedang, dan 59 siswa termasuk kelompok rendah. Sedangkan untuk koneksi antar

topik matematika, hanya empat termasuk kelompok tinggi, tiga siswa termasuk

kelompok sedang, dan 62 siswa termasuk kelompok rendah.

Keadaan tersebut sesuai dengan hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh

peneliti tentang kemampuan koneksi matematis siswa kelas XI di SMAN 1 Binjai,

(18)

4

yaitu: Koneksi matematis dengan pokok bahasan lain, koneksi matematis dengan

bidang studi lain, dan koneksi matematis dengan kehidupan keseharian. Ketiga item

tes tersebut adalah: (1) Sebidang persawahan berbentuk persegi panjang

mempunyai luas 440 m2. Jika panjang sawah tersebut lebih 2 m dari lebarnya.

Tentukan panjang dan lebar persawahan tersebut! (2) Tentukan koefisien reaksi

berikut ini: HNO3 + H2S  NO + S + H2O, dan (3) Ali membeli 5 buah buku tulis

dan 2 buah pinsil dengan total harga Rp. 9.500,- Badu membeli 4 buah buku tulis

dan 3 buah pinsil dengan total harga Rp. 9.000,- Tentukan harga buku dan pinsil!

koneksi matematis dengan kehidupan keseharian.

Dari hasil jawaban siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan koneksi

matematis siswa kurang dari 60 pada skor 100, yaitu: sekitar 24% untuk koneksi

matematis dengan pokok bahasan lain, 45 % untuk koneksi matematis dengan

bidang studi lain, dan 55 % untuk koneksi matematis dengan kehidupan keseharian.

Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut diketahui bahwa kemampuan

koneksi matematis masih rendah. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi

matematis tentu banyak hal yang mempengaruhinya, baik yang bersumber dari

dalam diri siswa (internal) maupun yang bersumber dari luar diri siswa (eksternal).

Dari berbagai faktor eksternal tersebut, salah satunya adalah pendekatan

pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Rohendi (2009: 3) berpendapat bahwa penyebab dari kurang disukainya

pelajaran matematika adalah faktor materi dan proses pembelajarannya. Hal ini

(19)

5

sulit dipelajari dan juga sulit untuk diajarkan. Dalam Nurlaelah (2009: 4)

menyatakan bahwa matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar dan ruwet,

sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika siswa pada umumnya masih

rendah.

Angie (Uno dan Kuadrat, 2009: 120) mengamati bahwa sebagian besar anak

menyukai matematika karena faktor pola pengajaran guru atau orang tua yang

menyenangkan dan kratif. Sejalan dengan hal tersebut, Ruseffendi (Nurlaelah,

2009: 5) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan

siswa dalam belajar adalah guru, karena dalam proses belajar mengajar guru

menjadi figur sentral yang mengelola pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, guru

matematika hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,

kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika pada siswa, serta

dapat mengelola kelas dengan baik.

Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru harus

menyenangkan. Merrill (1981) menganalogikan pembelajaran sebagai sebuah

bangunan yang terdiri dan komponen-komponen pengajaran. Komponen pengajaran

itu antara lain pengantar, tujuan yang diharapkan, generalisasi, penjelasan

generalisasi, contoh-contoh penjelasan, latihan, umpan balik, ikhtisar, dan tes.

Komponen-komponen ini dapat ditambah dengan komponen-komponen lainnya

yang dapat membantu belajar, seperti referensi, film, artikel, dan sebagainya.

Konsep strategi pembelajaran mengacu kepada keseluruhan pendekatan

(20)

6

mencakup bentuk kerja sama sistem, format, stimulus, respon, umpan balik,

generalitas, contoh-contoh, tingkat kesukaran, bentuk informasi, pendekatan,

organisasi penyampaian, urutan materi ruang lingkup, ukuran dan kecepatan yang

digunakan dalam pembelajaran.

Konsep strategi pembelajaran mencakup aspek yang cukup luas oleh sebab itu

batasan strategi pembelajaran yang dikemukakan para ahli bervariasi. Menurut Joni

(1980) strategi pembelajaran berarti pola umum perbuatan guru-murid dalam

mewujudkan kegiatan belajar, di samping itu juga menyangkut macam dan urutan

perbuatan belajar mengajar. Sementara Merrill (1981) berpandangan bahwa strategi

pembelajaran sebagai suatu susunan atau urutan komponen-komponen

pembelajaran untuk mencapai hasil belajar suatu materi tertentu. Tujuan strategi

pembelajaran ini untuk menciptakan suatu bentuk pembelajaran dengan kondisi

tertentu guna membantu proses belajar (Dick dan Carey, 1978), yaitu tercapainya

tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Kemp, 1977).

Dari berbagai macam strategi pembelajaran tersebut, salah satunya adalah

strategi pembelajaran konstekstual. Sudradjat (2008) menyatakan bahwa

kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan

agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual

dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Definisi

yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam

(21)

7

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara

siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas,

sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Dengan

konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk

memecahkan persoalan, berfikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik

kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks ini, siswa perlu

mengerti makna belajar, manfaatnya, dalam status mereka dan bagaimana

mencapainya.

Selanjutnya Sudradjat (2008) menyatakan bahwa dalam kelas kontekstual,

tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih

banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan

sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari

menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Demikianlah peran guru di kelas yang

dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu bentuk peningkatan

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajarannya dibandingkan dengan strategi

pembelajaran konvensional yang merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

yang berorientasi pada guru. Kedua pendekatan pembelajaran tersebut memiliki

keunggulan yang baik bila didukung oleh hal-hal yang dapat mewujudkan

(22)

8

belajar.

Untuk mewujudkan dan mendukung pendekatan konstektual, maka diperlukan

kecerdasan siswa. Kecerdasan menurut Garder dalam Cambell, dkk. (2006: 2)

adalah: “Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan

manusia. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk

diselesaikan. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang

akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.” Dengan demikian dapat

dipahami bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa akan memberikan

peran yang penting dalam kegiatan pembelajaran siswa. Siswa yang memiliki

kecerdasan yang baik berarti memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang

terjadi dengan baik, termasuk dalam masalah pembelajaran Matematika yang

dihadapinya. Oleh sebab itu diharapkan, semakin tinggi kecerdasan yang dimiliki

oleh siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama dengan kecerdasan

orang lain. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, khususnya ahli Psikologi bahwa

kecerdasan tersebut ada beberapa macam. Menurut Gardner (1993) yang dikutip

oleh Uno dan Kuadrat (2009: 7) bahwa “kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur

kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan

visual spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan interpersonal, kecerdasan

intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.” Masing-masing kecerdasan tersebut

mempunyai ciri yang tersendiri dan memiliki fungsi yang berbeda pula dengan

(23)

9

tersebut akan dibahas satu kecerdasan saja, yaitu: kecerdasan logis matematis.

Berpikir matematis adalah cara berpikir terhadap sesuatu pertanyaan dengan

menggunakan proses matematis. Bagi siswa, kecerdasan logis-matematis adalah hal

yang sangat penting, khususnya bagi siswa yang mempelajari Matematika. Dalam

pembelajaran Matematika diperlukan kemampuan menghitung sesuatu dengan

cermat dan tepat, mengukur secara akurat, dan menjelaskan suatu operasi secara

tepat pula. Dengan adanya kecerdasan logis-matematis, siswa akan dapat

melaksanakan operasi Matematika secara baik dan tepat sesuai dengan konsep ilmu

Matematika.

Kecerdasan logis-matematis akan memberikan kemampuan kepada para siswa

untuk dapat memperhitungkan suatu penghitungan atau pengukuran secara tepat.

Hal ini terutama yang menyangkut dengan masalah pembelajaran Matematika yang

diterima oleh para siswa di tingkat SMA. Pada tingkat pendidikan ini, siswa telah

mampu berpikir secara logis dan matematis. Dengan demikian jelaslah bahwa

kecerdasan logis-matematis merupakan suatu hal yang sangat penting dimiliki dan

dikuasai oleh siswa, khususnya bagi para siswa di SMA, sebagai salah satu

kecerdasan yang sangat membantu dalam mewujudkan kemampuan koneksi

matematis siswa, khususnya dalam menyelesaikan operasional matematika.

Pendekatan pembelajaran kontekstual menghadirkan dunia nyata ke dalam

kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Koneksi

(24)

10

Matematika sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, bukan hanya sebagai

kumpulan topik-topik yang terpisah, dan memperkenalkan hubungan dan kegunaan

Matematika baik di dalam maupun di luar kelas. Pendekatan pembelajaran

kontekstual mempunyai hubungan yang erat dengan koneksi matematik siswa,

karena dalam pendekatan pembelajaran kontekstual yang menjadi fokus utama

adalah keberadaan kontekstual, dan hal ini juga menjadi hal yang pokok dalam

koneksi matematis. Jadi, bila pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

kontekstual dapat terwujud dengan baik, maka kemampuan koneksi matematis juga

diharapkan dapat terwujud dengan baik.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka untuk mewujudkan kemampuan koneksi

matematis siswa diperlukan pendekatan kontekstual dan kemampuan berpikir logis

matematis siswa. Untuk mengetahui sejauhmana kebenaran tentang hal ini, maka

perlu dilakukan penelitian dalam ruang lingkup pembelajaran matematika.

Mengingat luas dan banyaknya pokok bahasan dalam matematika bagi siswa SMA,

maka penulis memilih pokok bahasan Statistika.

Sehubungan dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka

dipilihlah judul penelitian ini: “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

SMA Negeri Kabupaten Langkat.”

B. Identifikasi Masalah

(25)

11

dipecahkan di sekolah, terutama menyangkut kemampuan koneksi matematis.

Untuk itu perlu dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa.

2. Pendekatan belajar yang digunakan guru belum optimal.

3. Kecerdasan logis matematis siswa masih rendah

4. Hasil belajar matematika siswa rendah

5. Proses jawaban siswa terhadap masalah koneksi matematis dalam pembelajaran

belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

6. Ketuntasan kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan koneksi

matematis siswa pada pokok bahasan Statistika, pendekatan pembelajaran

kontekstual dan konvensional, dan kecerdasan logis matematis.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan

pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan

pendekatan konvensional?

2. Apakah siswa yang memiliki skor kecerdasan logis matematis tinggi memiliki

(26)

12

memiliki kecerdasan logis matematis rendah setelah mendapat pembelajaran

Statistika?

3. Bagaimana proses jawaban siswa terhadap masalah koneksi matematis

melalui pembelajaran konstektual?

4. Bagaimana ketuntasan kemampuan koneksi matematis siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk:

1. Mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan

dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan

dengan pendekatan ekspositori.

2. Mengetahui apakah siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi

memiliki kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dari pada siswa yang

memiliki kecerdasan logis matematis rendah setelah mendapat pembelajaran

Statistika.

3. Mengetahui proses jawaban siswa terhadap masalah koneksi matematis melalui

pembelajaran konstektual.

4. Mengetahui ketuntasan kemampuan koneksi matematis siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan

(27)

13

pengetahuan tentang teori-teori yang berkaitan dengan strategi pembelajaran

kontekstual dan konvensional, dan teori tentang kecerdasan logis matematis siswa,

sebagai usaha peningkatan kemampuan koneksi matematis. Oleh karena itu secara

teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan oleh

peneliti-peneliti lanjutan terhadap variabel-variabel yang relevan.

Sedangkan manfaat praktis penelitian ini: (1) diharapkan dapat dipakai

sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan memperbaiki proses belajar

dalam bidang studi Matematika di SMA, (2) memperkenalkan penerapan

pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan konvensional

sebagai alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan koneksi

matematis, (3) sebagai bahan informasi tentang pengaruh strategi pembelajaran dan

kecerdasan logis matematis terhadap kemampuan koneksi matematis, dan (4) hasil

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan sebagai kerangka acuan untuk

(28)

108 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

1. Rata rata kemampuan koneksi matematis siswa yang dibelajarkan dengan

pendekatan pembelajaran konstektual (7,38) lebih tinggi dari pada siswa yang

diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional (6,13).

2. Rata rata kemampuankoneksi matematis siswa yang memiliki kecerdasan logis

matematis tinggi (7,94) lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kecerdasan

logis matematis rendah (5,89).

3. Dari hasil beberapa jawaban siswa pada pendekatan pembelajaran konstektual

terdapat proses penyelesaian jawaban tes tentang materi Statistika yang

beragam.

4. Tingkat keberhasilan ketuntasan belajar dengan pendekatan pembelajaran

konstektual (24 orang atau 61,54%) adalah lebih tinggi dari pendekatan

pembelajaran konvensional (13 orang atau 34,21%).

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan

bahwa siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konstektual

memiliki kemampuan koneksi matematis yang lebih tinggi dibandingkan dengan

jika diajar dengan pendekatan pembelajaran kovensional. Dengan demikian,

diharapkan agar para guru di SMA mempunyai pengetahuan, pemahaman dan

wawasan yang luas dalam memilih dan menyusun pendekatan pembelajaran

(29)

109

pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tersebut, seorang guru diharapkan

mampu merancang suatu desain pembelajaran Matematika dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran yang efektif.

Jika melihat luasnya cakupan dan objek mata pelajaran Matematika, maka

dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran konstektual, sehingga siswa mampu

membangkitkan keterlibatan mental siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat

menemukan secara langsung ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkannya.

Perolehan ilmu dan pengetahuan secara langsung oleh siswa, dan bukan transfer

ilmu pengetahuan dari guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

meningkatkan retensinya, mampu mengingat ilmu dan pengetahuan tersebut

dalam ingatan jangka panjang, dan sewaktu-waktu dapat dibangkitkan kembali

dengan cara menemukan materi-materi penting, pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkannya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Implikasinya dalam memilih pendekatan pembelajaran bahwa salah satu

faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang pelajaran Matematika

adalah kecerdasan logis matematis siswa. Dengan adanya kecerdasan logis

matematis dalam diri siswa, maka siswa akan mampu memberikan pemahaman

yang benar terhadap orang atau siswa lain sesuai dengan makna yang akan

disampaikan. Dengan kecerdasan logis matematis yang dimiliki, siswa mampu

untuk bernalar secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.

Kecerdasan logis matematis sangat berperan dalam bernalar yang fektif,

sebab kecerdasan logis matematis yang dimiliki siswa akan meningkatkan

(30)

110

memberikan dan mempersiapkan siswa untuk berkomunikasi secara terampil,

artinya memiliki kemampuan dalam menyampaikan maksud, makna, atau pesan

yang terkandung dalam suatu proses pembelajaran dengan menggunakan konsep

matematis. Siswa yang terampil untuk berkomunikasi akan mampu untuk

memberikan pemahaman yang benar terhadap siswa lain sesuai dengan makna

yang akan disampaikan. Selanjutnya, dengan memiliki kemampuan koneksi

matematis, siswa diharapkan mampu berpikir secara dinamis, terstruktur, atau

melalui tahapan-tahapan yang sistematis, dilaksanakan dengan ketelitian dan

ketepatan terukur memperoleh maksud, makna, atau pesan yang terkandung dalam

suatu proses pembelajaran.

Siswa yang memiliki kemampuan logis matematis tinggi akan lebih mudah

mengolah informasi dan mengemukakan ide dan pemikiran, mencari dan

menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah-maslah belajarnya. Siswa

dengan kecerdasan logis matematis tinggi memiliki penguasaan tentang kata-kata

dan kalimat yang baik, sehingga jika diberi kondisi dan fasilitas belajar, misalnya

memberikan keleluasaan untuk belajar, menerapkan pengajaran yang sifatnya

manusiawi, memberikan dorongan, memecahkan masalah yang dihadapinya,

maka potensi yang dimilikinya akan dapat terwujud. Kondisi yang menyenangkan

ini akan dimanfaatkan oleh siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi untuk

mengembangkan dan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulisan melalui

kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas, sehingga buah

pikiran yang akan dituangkan dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan

(31)

111

diperkirakan akan mempengaruhi hasil belajarnya.

Bagi siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis rendah jika diajarkan

dengan pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa, akan mengalami

kesulitan untuk membangun atau mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan

Matematika yang dibutuhkannya, sebab siswa dengan kecerdasan logis matematis

rendah memiliki tingkat kecepatan yang rendah dalam memahami dan memaknai

materi-materi esensial pelajaran Matematika.Struktur kognitif siswa dengan

kecerdasan logis matematis rendah membutuhkan waktu dan proses pembelajaran

yang lebih lama untuk mencema suatu materi pelajaran Matematika yang

disajikan. Siswa dengan kecerdasan logis matematis rendah akan mengalami

kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Matematika yang dihadapinya,

karena pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya berdasarkan informasi

yang diberitahukan oleh gurunya bukan karena ditemukan sendiri olehnya, dengan

kata lain proses pembelajaran adalah transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Pendekatan pembelajaran seperti ini adalah bentuk pembelajaran di mana kelas

masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah

menjadi altematif utama strategi pembelajaran. Di samping itu, pengetahuan

hanya dianggap sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal.

Bagi siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi, jika diajar dengan

pendekatan pembelajaran kovensional akan memperoleh kemampuan moneksi

matematis yang kurang maksimal, sebab pembelajaran berbasis berorientasi pada

guru (teacher centered), di mana guru berfungsi sebagai sumber utama

(32)

112

pembelajaran untuk seluruh anggota kelas. Guru mengajar kepada seluruh siswa

tanpa memandang aspek individual, bahasa Indonesia, intelektual, dan psikologis

siswa. Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus sebagai

penyaji isi pelajaran. Kerjasama siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak

dibutuhkan. Siswa belajar menurut kapasitasnya masing-masing. Pembelajaran

seperti ini kurang memberdayakan siswa dalam menemukan alternative-alternatif

pemecahan masalah dalam pembelajarannya, serta kurang mampu untuk

mengarahkan siswa untuk berinteraksi secara efektif, sehingga siswa tidak

merasakan dan tidak menghasilkan bayangan-bayangan mental dan visualisasi

detail dalam benaknya. Dengan demikian, tujuan pembelajaran Matematika yang

sudah ditetapkan oleh guru tidak dapat berjalan dengan efektif, dan tidak sesuai

dengan tujuan intruksional yang telah ditetapkan.

Sebaliknya, untuk siswa yang memiliki kecerdasan logis matematis rendah,

jika diajar dengan pendekatan pembelajaran kovensional akan memperoleh hasil

belajar yang lebih baik, sebab pendekatan pembelajaran kovensional adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred). Artinya,

proses pembelajaran didominasi oleh guru, di mana guru berperan sebagai nara

sumber dan merangsang siswa untuk mengeluarkan ide-ide atau konsep dengan

pesrtanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami dalam memecahkan masalah. Di

akhir pembelajaran, dilakukan kegiatan tanya jawab, memberikan tugas kepada

siswa untuk membuat rangkuman pelajaran yang baru diikuti dibuku catatan

masing-masing dengan memberitahukan terlebih dahulu materi-materi penting

(33)

113

memiliki kecerdasan logis matematis rendah, siswa tersebut cenderung dapat

menerima dan memahami makna dan esensi materi-materi penting pelajaran

tersebut, sebab guru senantiasa mengarahkan dan membimbing siswa untuk

memperoleh hasil belajar sesuai dengan tujuan instruksional yang telah

ditetapkan. Siswa diarahkan untuk membuat rangkuman secara individual

didampingi oleh guru untuk mengetahui secara langsung apa yang dikerjakan

siswa dalam membuat rangkuman, dan apabila siswa kurang mampu untuk

mengidentifikasi materi yang hams dirangkum, maka guru mengarahkannya, Oleh

karena itu perolehan pengetahuan dan keterampilan secara sistematis yang

bersumber dari guru sebagai sumber utama pengetahuan dan sekaligus penyaji isi

materi pelajaran masih harus tetap dipertahankan.

Penerapan pendekatan pembelajaran konstektual dengan kecerdasan logis

matematis tinggi akan lebih efektif dan efisien sebab partisipasi siswa dalam

bekerjasama akan memperoleh hasil belajar yang baik. Guru harus berperan aktif

dalam setiap kegiatan pembelajaran, terutama dalam memberdayakan dan

melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri ilmu, keterampilan, dan

informasi yang dibutuhkan siswa, serta alat-alat atau media pembelajaran yang

sangat mendukung penerapan pendekatan pembelajaran konstektual ini.

C. Saran

1. Mengupayakan mutu pendidikan di SMA dapat dikembangkan melalui proses

pembelajaran yang bervariasi. Salah satu altematif pengembangannya adalah

melalui pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dengan tujuan

(34)

114

siswa. Strategi yang dapat dipilih antara lain adalah pendekatan pembelajaran

konstektual dan kovensional.

2. Diharapkan kepada para guru Matematika atau tenaga pengajar umumnya

agar senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan faktor kecerdasan

logis matematis siswa sebagai pijakan dalam merancang pembelajaran. Selain

itu, guru perlu melakukan pengkajian yang mendalam tentang karakteristik

siswa untuk dijadikan sebagai pijakan atau acuan untuk mengoptimalkan

penerapan pendekatan pembelajaran konstektual dalam pelajaran Matematika

secara efektif dan efisien.

3. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan dan pada

sampel yang lebih luas serta variabel penelitian berbeda lainnya, dengan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. (2000). Media Pengajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Ary, Donald; Lucy Cheser Jacobs; dan Asghar Razavieh, (1990). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Penterjemah Arief Furchan, Surabaya: Usaha Nasional.

Bahri, Syaiful. (2000). Berpikir dan Berfilsafat, Jakarta: Gramedia

Bakhtiar, Amsal. (2004). Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajagrafindo Persada

Cambell, dkk. (2006). Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences, (Depok: Intuisi Press)

Departemen Pendidikan Nasional, (2011) Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMA & MA, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). “Pembelajaran Berbasis Konstektual 1”.

http://www.slideshare.net/smpbudiagung/pembelajaran-berbasis-kontekstu-al-1 /download

Dick and Carey (1996).The Sistematic Design of Instruction. Illion: Scott Foresman & Co.

Dimyati dan Mudjjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Joni, T. Raka. (1985). Wawasan Kependidikan Guru. Jakarta: Ditjen Dikti, P3G.

Kemp, Jerrold. E. (1994) Proses Perancangan Pengajaran, (Penterjemah Asril Marjohan), Bandung: ITB Bandung.

Kurniawan, Rudy. (2007). Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMK. http://rudyks3-majalengka.blogspot.com/2009_01_01_archive.html

Lestari, P. (2009). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa SMK Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis Pascasarjana UPI Bandung. http://dinidinidini. wordpress. com/2011/01/04/140/

(36)

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. (2004). Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Sekolah. Makalah. Semarang: Depdiknas.

NCTM (1989). Assesment Standards for School Mathematic. American: The National Council of Teachers of Mathematic, Inc.

Nurhadyani, Dini. (2010). Penerapan Brain Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa (Studi Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas IX Suatu SMP Negeri di Kabupaten Bandung), http://dinidinidini. wordpress. com/2011/01/04/140/

Nurlaelah, E. (2009). Pencapaian Daya dan Kreativitas Matematik Mahasiswa Calon Guru Mellaui Pembelajaran Berdasarkan Teori APOS. Disertasi Doktor Pendidikan dalam Pendidikan Matematika UPI Bandung. http://222.124.158.88/operator/upload/s_tb_0606639_bibliography.pdf

Rahardjo, S. (2002) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Ratnaningsih. (2003). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik SMU melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada PPS UPI: Tidak Diterbitkan.

Rohendi, D. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan Pemecahan Masalah Matematik: Eksperimen terhadap Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan. http://dinidinidini. wordpress. com/2011/01.

Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

---. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa Dalam Melakukan Koneksi Matematika Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMU Negeri Kota Samarinda Tahun

Ajaran 1999/2000, Thesis UPI Jakarta,

http://shimadai.multiply.com/journal/item/9

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertaa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

(37)

Sarwono, Sarlito W., (2009). Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajawali Press

Sobur, Alex, (2003). Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia.

Suchaini (2008) http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/teori-berfikir-kreatif-pendidikan/

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Edisi ke-5, Bandung: Tarsito.

Sudradjat. (2008).Sudrajat. 2008. Tentang Pendidikan: Media Pembelajaran. http:// akhmad sudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Sujono. (1988). Matematika. Dirjen Dikti-BP3GD

Sumarjono, Sujono. (2010). Buku Lengkap Psikotes. Yogyakarta: Buku Biru.

Suparman, Atwi. (2001). Desain Instruksional. Jakarta: PAU- PPAI – UT.

Suparno. Paul. (2002). Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Suprawoto, N. A., “Pembelajaran Berbasis Kontekstual”, http://www.slideshare. net/smpbudiagung/pembelajaran-berbasis-kontekstual-1/download

Sutikno, M. Sobry. (2009). Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Prospect.

Syaban, Mumun. (2008). Menumbuhkembangkan Daya Matematis, Jurnal Pendidikan dan Budaya Educare: http://educare.e-fkipunla.net/index.php? option=com_content&task= view&id=62

Syah, Muhibbin (2003), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed., (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Uno, Hamzah dan Masri Kuadrat. (2009). Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, Jakarta: Bumi Aksara.

Yahya, A Halim Fathani. (2009). http://masthoni.wordpress.com/2009/07/12/ melihat- kembali- definisi- dan-deskripsi-matematika/

Gambar

Tabel  4.15. Hasil Jawaban  masalah koneksi matematis nomor 2 ..............  Tabel  4.16
Gambar 1 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan mempelajari

Terdapat tiga soalan yang dijawab oleh kajian ini iaitu; (1) adakah terdapat perbezaan dari segi min pencapaian dalam ujian pra dan ujian pasca; (2) bagaimanakah tahap

Pelajaran sejarah melalui pembelajaran berbasis nilai sejarah lokal pada hakikatnya merupakan mata pelajaran yang sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu untuk

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

[r]

enam bagian yang terdapat dalam Kitab San Zi Jing , data yang diambil untuk dijadikan. data primer adalah bagian VI pada kitab San Zi Jing , yaitu bagian tentang cara

[r]

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika sekolah seperti yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait