• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi adalah pergantian kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan di sekolah/madrasah. Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai pendekatan pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang ini. Scientific approach (pendekatan ilmiah) adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.

Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam yang dituntut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan pengetahuan tentang sejarah kebudayaan sebelum dan sesudah Islam, dilanjutkan dengan keterampilan menyajikan suatu permasalahan sesuai kehidupan nyata dan menyelesaikannya, serta bermuara pada pembentukan sikap jujur, kritis, kreatif, teliti, dan taat aturan. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas lebih jelas mengenai penerapan pendekatan saintifik pada mata pelajaran sejarah kenudayaan Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1) Apa pengertian pendekatan saintifik.

(2)

3) Apa pengertian sejarah kebudayaan Islam.

4) Bagaimana penerapan pendekatan saintifik pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam.

C. Tujuan

1) Mengetahui pengertian pendekatan saintifik.

2) Bagaimana kriteria dan langkah-langkah pendekatan saintifik. 3) Apa pengertian sejarah kebudayaan Islam.

(3)

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan.

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecapakan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik.1

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh

(4)

para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.2 Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan, dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.

Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpirkir tingkat tinggi. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri.

Pendekatan saintifik atau ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran

(5)

harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.3

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

B. Kriteria dan Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan saintifik atau ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut :

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

(6)

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

Selanjutnya, pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah ini memerlukan langkah-langkah pokok sebagai berikut :

Observing (mengamati)

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mangamati sangat bermanfaat bagi pemenuh rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

(7)

observasi pembelajaran yaitu cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

 Menanya

Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotesis. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis (critical thinking skills).

Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mendiri. Dari kegitan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya, dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

 Mencoba atau Mengumpulkan Data

Aplikasi metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:

a. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum.

(8)

c. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya.

d. Melakukan dan mengamati percobaan.

e. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data. f. Menarik kesimpulan atas hasil percobaan.

g. Membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.

 Menalar atau Mengasosiasikan

Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam benyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

 Mengomunikasikan

(9)

peserta didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.4

C. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Pengertian “ sejarah” secara etimologi dapat ditelusuri dari asal kata sejarah yang seiring dikatakan berasal dari kata Arab “Syajarah” yang artinya pohon. Penegetian sejarah pada dasarnya memberikan arti objektif tentang masa lampau, dan hendaknya difahami sebagai suatu aktualitas atau sebagai peristiwa itu sendiri.

Secara umum kebudayaan adalah istilah untuk segala hasil karya manusia yang berkaitan dengan pengungkapan bentuk.Lalu kebudayaan atau peradaban yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam disebut kebudayaan atau peradaban Islam.5 Jadi Sejarah Kebudayaan Islam adalah peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lalu yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampauan mengambil ibrah/hikmah dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkanya dengan fenomena social, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan masa yang akan datang.

D. Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Disini pemakalah akan memberikan contoh penerapan pendekatan saintifik pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, dengan mengangkat materi Khulafaur Rasyidin dan kami menggunakan metode card sort dalam pembahasan ini, karena mempermudah dalam pembahasan materi yang banyak seperti Khulafaur Rasyidin. Card sort yaitu strategi pembelajaran berupa

4Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) 234.

(10)

potongan-potongan kertas yang dibentuk seperti kartu yang berisi informasi atau materi pembelajaran. Berikut langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik pada materi khulafaur rasyidin dengan metode card sort:

 Mengamati

(11)

 Menanya

Pada pengamatan siswa terhadap kartu yang telah dibagikan oleh guru, siswa akan timbul rasa ingin tahu maksud dari kartu yang telah dipegang tersebut. Beberapa siswa bertanya mengenai beberapa hal mulai dari maksud guru membagikan sebuah kartu, sampai hal-hal yang mungkin belum dipahami dari materi yang tertulis di kartu itu.

(12)

 Mengumpulkan Data

Setelah itu, guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai tema yang telah dituliskan di papan tulis berdasarkan materi dari kartu yang dipegang tadi. Kemudian siswa disuruh mencari informasi, data ataupun materi sesuai tema dari kelompoknya masing-masing. Pencarian informasi bisa dari buku paket, perpustakaan, ataupun internet.

 Mengasosiasikan

Langkah selanjutnya, siswa membahas urutan dari kartu yang telah ditempelkan tadi sesuai dengan data yang telah diperoleh. Kekompakan pada kelompok memang diperlukan pada langkah ini agar tidak ada kesalah pahaman pada teman sekelompoknya. Siswa dilatih untuk mengasosiasikan pemikiran dari teman sekelompoknya guna mencapai satu pemikiran yang disepakati bersama.

 Mengomunikasikan

(13)
(14)

III. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dipahami bahwa:

1. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. 2. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,

penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.

3. Langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.

4. Sejarah Kebudayaan Islam adalah peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lalu yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 5. Penggunaan metode card sort dalam pembahasan Khulafaur Rasyidin sangat

cocok karena mempermudah dalam pembahasan materi yang banyak.

B. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta: Gava Media, 2014.

http://umikhasanah49.blogspot.co.id/2014/05/bab-i-pendahuluan-1.html diakses

tanggal 06/12/2017

http://www.jejakpendidikan.com/2017/02/pengertian-sejarah-kebudayaan-islam-ski.html diakses tanggal 05/12/2017

Majid, Abdul, Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan perendaman biji dan penyiraman dengan berbagai dosis PGPR tanaman pioneer bekas tambang kapur (Tridax procumbens, Crotalaria mucronata, Mimosa pudica, Imperata

[r]

Maraknya pembicaraan tentang Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Anti Pornografi dan Pornoaksi menunjukan bahwa masalah tersebut adalah masalah yang

Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: (1) Mengetahui dan mendeskripsikan proses pembelajaran dengan

Maka dari itu landasan program perencanaan dan perancangan ini merupakan gagasan untuk memaksimalkan kapasitas terminal penumpang yang dirasa masih kurang

Puji Syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dengan judul “Kemampuan Berpikir Kritis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan metakaolin dan serat alumunium terhadap kapasitas kuat tarik belah dan

Kebiijakan Pemerintah mengeluarkan Perda No. 10 tahun 1956 tentang pemberantasan pelacuran di jalanan dalam Kota Besar Semarang dan penutupan rumah tempat pelacuran