• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMERINTAHAN HOSNI MUBARAK DAN GAMBARAN REVOLUSI MESIR 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II PEMERINTAHAN HOSNI MUBARAK DAN GAMBARAN REVOLUSI MESIR 2011"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

46 BAB II

PEMERINTAHAN HOSNI MUBARAK DAN GAMBARAN REVOLUSI MESIR 2011

Pada Bab II ini penulis akan mendeskripsikan bagaimana peristiwa Arab Spring bisa terjadi di Mesir. Selain itu juga membahas tentang bagaimana politik pemerintahan di Mesir era Hosni Mubarak, revolusi yang menyebabkan lengsernya Hosni Mubarak dari jabatannya, dan dinamika demokratisasi pemerintahan Hosni Mubarak.

2.1 Politik Pemerintahan Hosni Mubarak

Karir politik Hosni Mubarak dimulai ketika Mubarak diangkat menjadi Wakil Presiden oleh Anwar Sadat pada tahun 1975. Promosi ini tidak lain karena keberhasilan kinerjanya semasa masih beroperasi di Angkatan Udara Mesir. Ketika menjabat sebagai Wakil Presiden, Mubarak aktif dalam negosiasi dan permasalahan regional. Ia menjabat sebagai mediator utama dalam perselisihan antara Maroko, Aljazair, dan Mauritania mengenai masa depan Sahara Barat. Mubarak kemudian diangkat menjadi Presiden Mesir setelah terbunuhnya Anwar Sadat.68

2.1.1 Politik Pemerintahan Hosni Mubarak Tahun 80-an (Awal Kekuasaan)

Mubarak memberlakukan Undang-Undang Darurat Negara 1981 dimana pemerintah memiliki wewenang secara sepihak untuk menahan dan menangkap

68 Britannica. (2022). Hosni Mubarak: President of Egypt, dalam https://www.britannica.com/biography/Hosni-Mubarak (18/03/2022).

(2)

47

maysarakat atau kelompok yang dianggap mengancam. UU Darurat ini didasari atas peristiwa pembunuhan Anwar Sadat oleh kelompok teroris sehingga Mesir membatasi aktivitas kelompok yang dapat mengancam stabilitas nasional. Dengan adanya kebijakan ini, pemerintah mampu menangguhkan hak-hak dasar seperti melarang demonstrasi, membatasi peredaran surat kabar, memantau komunikasi pribadi, dan menahan orang tanpa batas waktu tanpa tuduhan.69 Terlepas dari UU Darurat Negara, faktanya pada pemilu 1984 terjadi aliansi antara kelompok oposisi yang berbeda yaitu antara Partai Wafd dengan Ikhwanul Muslimin, dimana mereka memenangkan 58 kursi di Majelis Rakyat. Selanjutnya pada pemilu 1987, Ikhwanul Muslimin beraliansi dengan Partai Buruh dan Liberal mendapatkan 60 kursi (30 untuk IM, 27 untuk Buruh, dan 3 untuk Liberal).70

Lebih lanjut, manuver politik luar negeri kawasan Mesir era awal Mubarak terletak pada hubungan dengan negara-negara Arab lainnya yang mulai terjalin, terlebih dinamika yang terjadi antara Mesir dan Israel, mengingat Presiden sebelumnya, Anwar Sadat menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979, disusul dengan invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982. Mubarak menegaskan bahwa Mesir masih menghormati perjanjian damai dengan Israel di bawah kesepakatan Camp David, terutama untuk membina hubungan baik dengan Amerika Serikat yang menjadi donatur utama Mesir. Pada tahun 1987, Mubarak terpilih kembali sebagai Presiden Mesir untuk periode kedua. Pada tahun ini juga

69 Human Right Watch. (2008). Egypt: Extending State of Emergency Violates Right, Repressive Law Renewed in Place of Promised Reforms, dalam https://www.hrw.org/news/2008/05/27/egypt- extending-state-emergency-violates-rights (22/03/2022).

70 Imad Harb. (2003). The Egyptian Military in Politics: Disengagement or Accommodation?.

Middle East Journal 57(2). Hal. 284

(3)

48

Mesir berusaha membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Arab melalui Liga Arab, disusul dengan kembalinya Mesir ke Liga Arab pada tahun 1989.71

Pada akhir 1980-an, ekonomi Mesir sangat menderita akibat jatuhnya harga minyak dan semakin menurunnya jumlah pengiriman uang dari tiga juta perkerja yang ada di luar negeri. Terlepas dari beban utang yang meningkat, pemerintah terus sangat bergantung pada bantuan eknomi asing, yang menyebabkan semakin meningkatnya campur tangan International Monetary Fund (IMF) dalam kebijakan ekonomi Mesir. Pada tahun 1991, pemerintah Mesir menandatangani Program Reformasi Ekonomi dan Penyesuaian Struktural dengan IMF dan World Bank.

Dengan program ini, mata uang negara Mesir, Pound Mesir, harus didevaluasi beberapa kali, suku bunga dinaikkan, dan subsidi untuk makanan dan bahan bakar diturunkan. Kebijakan-kebijakan ini sangat merugikan masyarakat kalangan menengah ke bawah.72

Pemberlakuan kebijakan ini direspon oleh masyarakat dengan penolakan disusul dengan berbagai kebijakan politik, ekonomi, dan sosial yang memberatkan masyarakat terutama dikalangan buruh dan kelompok agama. Pemerintah menahan masyarakat yang melakukan protes, kerusuhan pangan, dan insiden kerusuhan lainnya. Pembatasan kebebasan politik dan sipil bertujuan untuk mengekang masyarakat yang dimotori oleh ekstrimis Islam untuk menjatuhkan rezim.73

71 Arthur Eduard Goldschmidt dalam Britannica. The Mubarak Regime, dalam https://www.britannica.com/place/Egypt/The-Mubarak-regime (18/03/2022)

72Ibid.

73 Ibid.

(4)

49

2.1.2 Politik Pemerintahan Hosni Mubarak Tahun 90-an

Mubarak terpilih kembali menjadi Presiden pada tahun 1993 dan kini menghadapi demonstran yang berujung kekerasan antara pihak kemanan dan masyarakat, yang mendesak reformasi pemilihan demokratis. Mubarak juga mengampanyekan gerakan melawan kelompok fundamentalis Islam, yang bertanggung jawab atas serangan tahun 1997 di Luxor yang menewaskan 60 turis asing. Mubarak kembali melanjutkan masa jabatan keempat sebagai Presiden setelah terpilih pada tahun 1999 tanpa pesaing. Pada tahun 2005, Mubarak dengan mudah memenangkan pemilihan Presiden multi-kandidat pertama Mesir, yang dirusak oleh jumlah pemilih yang rendah dan tuduhan penyimpangan.74

Pola politik Mesir yang otoriter nampak jelas ketika Mubarak mampu mempertahankan kedudukan kepresidenan pada sejak 1981 hingga pemilihan tahun 2005. Dominasi Mubarak juga nampak jelas dengan kedudukan National Democratic Party (NDP) yang merupakan partainya sendiri mendominasi kursi parlemen pada pemilihan 2005. Pemilihan ini secara luas diyakini bahwa pemungutan suara dicurangi untuk memastikan bahwa pendukung Mubarak akan menang.75

Mubarak juga membatasi kebebasan pers dengan memberlakukan Undang- Undang pada tahun 1995 dimana poin utamanya adalah memenjarakan jurnalis atau pemimpin partai yang menerbitkan berita yang merugikan pejabat pemerintah.

Tekanan rakyat menyebabkan Majelis menunda pemutusan Undang-Undang

74 Britannica. (2022)., Loc.Cit.

75 Britannica. The Mubarak Regime., Loc.Cit.

(5)

50

tersebut, yang akhirnya dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi Mesir. Namun, fakta dilapangan berkata lain karena kenyataannya kebebasan pers di Mesir benar-benar terbatas dan dikendalikan oleh rezim pemerintah.76

Pengambilan keputusan politik Mesir dan permasalahan yang terjadi tidak terlepas dari keterlibatannya dengan negara-negara Barat. Beberapa masalah sosial dan ekonomi lainnya diperburuk oleh keterlibatan Mesir dalam Perang Teluk I (1990-1991) di pihak koalisi pimpinan AS. Walaupun ada kebebasan tanggungan miliaran dolar untuk pembelian senjata dari Barat, banyak pekerja asing Mesir kehilangan pekerjaan mereka di Irak karena invasinya ke Kuwait. Demikian juga, pembatalan kontrak Mesir yang gagal memenangkan tawaran unutk membantu membangun kembali Kuwait setelah perang, dan penolakan penempatan tentara Mesir dan Suriah sebagai penjaga perdamaian di wilayah negara-negara Teluk Persia.77

Publik Mesir semakin skeptis terhadap pemerintahannya dan koalisi AS- Israel dalam mempromosikan perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab, terutama Palestina. Perekonomian juga nampaknya tidak menjadi fokus perhatian bagi pemerintahan Mesir karena diyakini adanya manipulasi industri Mesir oleh AS dan Israel, yaitu militer, teknologi informasi, dan perluasan konektivitas internet.

Meskipun Mesir menjadi canggih secara militer dan teknologi informasi, hal tersebut dibayar dengan harga yang sangat tinggi. Kemandirian ekonomi dibatasi oleh campur tangan dari pemberian pinjaman internasional seperti IMF, dan

76 Ibid.

77 Ibid.

(6)

51

kesenjangan yang semakin besar dalam pendapatan dan akses ke sumber daya meregangkan hubungan antara warganya yang miskin dan kaya serta berkontribusi pada erosi persatuan antara muslim dan koptik-sekuler.78

2.1.3 Politik Pemerintahan Hosni Mubarak Tahun 2000-an

Pemerintah juga harus menghadapi demonstrasi yang dinamai Gerakan Kefaya dimana mereka mengkritik pemerintah Mubarak karena tidak melakukan apa-apa atas penyerangan Israel kepada Palestina. Demonstrasi atas permasalahan Israel-Palestina telah dilakukan sejak Perjanjian Camp David 1979. Namun, pada awal 2000-an, sekitar 10.000 mahasiswa berdemonstrasi di Universitas Kairo untuk melanjutkan kekerasan pasukan Israel terhadap Palestina. Gerakan ini berlanjut selama 2003-2005, mengorganisir serangkaian demonstrasi menuntut pengentian rezim Mubarak dan Undang-Undang Darurat Negara.79

Menyikapi permasalahan internal yang terjadi, Pemerintah Mesir memprioritaskan reformasi untuk lebih mengembangkan dan memodernisasi semua sektor permasalahan. Uni Eropa berusaha menyuguhkan pendekatan kerja sama dengan Mesir melalui mekanisme program European Neighbourhood Policy (ENP). Dengan adanya program ini, Mesir diharapkan mampu meningkatkan unsur demokrasi & efektifitas hukum dan keadilan; hak asasi & toleransi kultur, budaya dan agama; integrasi &peningkatan ekonomi dan perdagangan meliputi liberalisasi ekonomi secara bertahap; kesejahteraan sosial; pendidikan; peningkatan

78 Ibid.

79 Shinta Puspitasari. (2017). Arab Spring: A Case Study of Egyptian Revolution 2011. Andalas Journal of International Studies 6(2). Hal. 167.

(7)

52

perkembangan sektor industri: ilmu pendidikan, teknologi, informasi dan komunikasi.80

Pemerintah Mesir juga menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk memajukan demokrasi dan mengambil langkah-langkah menuju kemajuan negara.

Namun pihak oposisi memandang langkah-langkah ini tidak cukup dan memfokuskan tuntutan mereka pada tiga masalah utama: amendemen konstitusi yang luas dan mengakhiri kontrol mutlak Presiden dan partai yang berkuasa di parlemen dan bidang politik; pembatalan Undang-Undang Darurat Negara; dan liberlaisasi media.81

Pada 25 Februari 2005, Pemerintah juga melanjutkan wacana publik Mesir dan membangkitkan minat besar masyarakat terutama oposisi dengan menyerukan amendemen Pasal 76 konstitusi yang disetujui oleh Parlemen Mesir dan kemudian di sahkan dalam referendum nasional pada 25 Mei 2005. Adapun isi dari amendemen sebagai berikut: proeses pemilihan akan memungkinkan lebih dari satu kandidat untuk bersaing memperebutkan kursi kepresidenan; pemilihan akan bersifat umum, bebas, dan rahasia; kandidat yang berpartisipasi memiliki catatan aktivitas publik dan politik dan dukungan dari salah satu partai politik; dan komite yudisial akan mengawasi standarisasi proses pemungutan suara.82

Berdasarkan Pasal 76 Konstitusi yang sudah diamendemen, nampaknya terjadi proses yang sangat sulit dan berbelit yang diberatkan kepada calon

80 European Union. Egypt Action Plan. Hal. 3-5, dalam

https://www.europarl.europa.eu/cmsdata/123584/egypt_enp_ap_final_en1_0.pdf (21/03/2022)

81 Yoram Meital. (2006). The Struggle over Political Order in Egypt: The 2005 Elections. Middle East Journal 60(2). Hal. 262-263.

82 Ibid. Hal. 264.

(8)

53

independen untuk mencalonkan diri sebagai Presiden. Menurut amendemen dan peraturan pemilu (peraturan No. 174) yang menetapkan kerangka hukum untuk pemilu baru, setiap kandidat independen yang ingin mencalonkan diri membutuhkan dukungan dari 250 politisi terpilih yang diambil dari Majelis Rakyat, Dewan Syura atau Majelis Tinggi, dan Dewan Provinsi. Kedudukan NDP menguasai sebagian besar kursi ketiga badan tersebut sehingga hampir mustahil bagi kandidat oposisi independen untuk mencalonkan diri dalam pemilihan Presiden. Banyak yang menganggap bahwa amandemen ini diberlakukan untuk mencegah anggota Ikhwanul Muslimin mencalonkan diri menjadi Presiden, mengingat kedudukan kelompok ini yang dianggap ilegal sehingga mereka harus mencalonkan diri melalui jalur independen. Adapun ketentuan lain dalam amendemen dan Undang-Undang yang baru adalah sebagai berikut:83

• Kandidat dari partai oposisi yang legal berasal dari pimpinan partainya untuk dapat mencalonkan diri pada pemilu 2005; namun, dalam pemilihan mendatang, sebuah partai harus memiliki lisensi setidaknya selama lima tahun dan memiliki setidaknya 5% kursi di parlemen (Majelis Rendah ataupun Tinggi) untuk mendapatkan suara. Persyaratan terakhir ini agaknya akan mempersulit banyak partai oposisi kecil untuk mencalonkan diri. Ini juga meningkatkan pentingnya pemilihan parlemen pada tahun 2010 karena Presiden Mubarak yang sudah menginjak usia 77 tahun dan dirasa tidak mungkin untuk mencalonkan lagi.

83 Laporan Jeremy M. Sharp dalam Congressional Research Service. (update 15 Januari 2006).

Egypt: 2005 Presidential and Parliamentary Elections. Hal. 2, dalam

https://digital.library.unt.edu/ark:/67531/metacrs10216/m1/1/high_res_d/RS22274_2006Jan15.pdf (21/03/2022)

(9)

54

• Pengawasan proses pemilihan diberikan kepada Presidential Electoral Commission-Komisi Pemilihan Presiden (PEC) yang terdiri dari hakim saat ini dan mantan hakim dan tokoh masyarakat lainnya. Lima dari sepuluh anggota PEC akan dipilih oleh Parlemen. PEC memiliki otoritas tunggal untuk menyetujui nominasi kandidat, mengawasi prosedur pemilihan, dan menghitung hasil akhir. Dengan keanggotannya yang didominasi oleh hakim dengan kompetensi yudisial, keputusan PEC bersifat final dan tidak dapat diajukan banding dalam menentukan kontestasi atau tantangan yang diajukan sehubungan dengan pemilihan Presiden. Banyak yang beranggapan bahwa ketentuan ini menempatkan PEC di atas aturan pengadilan.84

Kandidat Presiden yang tadinya berjumlah sepuluh, akhirnya hanya menyisakan tiga kandidat karena rumitnya administrasi pendaftaran pencalonan Presiden, yaitu Hosni Mubarak, Ayman Nour, dan Nomaan Gomaa. Secara keseluruhan, kampanye ketiga kandidat terfokus hampir secara eksklusif pada isu- isu domestik seperti penciptaan lapangan kerja, program kesejahteraan sosial, dan pendidikan. Sedangkan isu kebijakan luar negeri kurang mendapat perhatian mereka. Selama kampanye pemilihannya, Mubarak berjanji untuk memperkenalkan sejumlah reformasi, termasuk penghapusan Undang-Undang Darurat 1981 yang telah digunakan untuk memadamkan perbedaan pendapat politik.85

84 Ibid.

85 Ibid. Hal. 3

(10)

55

Pada 9 September 2005, PEC mengumumkan bahwa Presiden Mubarak telah terpilih kembali dengan 88,6% suara, diikuti oleh Ayman Nour dengan 7%, dan Nomaan Gomaa dengan 3%. Jumlah pemilih sangat rendah dengan perkiraan mulai dari angka resmi 23% hingga perkiraan independen 15%. Dengan tingkat jumlah pemilih yang sangat rendah menunjukkan sikap apatis terhadap politik, dengan banyak pemilih enggan untuk berpartisipasi dalam proses yang mereka anggap korup. Baik dalam pemilihan Presiden ataupun Parlemen, masih banyak kekurangan yang terjadi diantaranya yaitu daftar pemilih Mesir belum diperbarui selama bertahun-tahun yang mengakibatkan kebingungan pemilih, penurunan partisipasi pemilih, dan prosedur pemungutan suara yang curang. Berbagai dugaan pelanggaran juga terjadi seperti manipulasi oleh otoritas pemerintahan, termasuk pengisian surat suara secara curang, penyuapan dan pembelian suara, intimidasi pemilih, kekuarangan hakim untuk mengawasi penghitungan kotak suara, penggunaan transportasi umum yang tidak tepat untuk mengangkut pemilih ke tempat pemungutan suara, kurangnya privasi secara umum, kurangnya pengawasan independen di bilik suara, daftar pemilih yang tidak akurat, materi kampanye di dalam TPS, dan bahkan pelecehan terhadap pemantau pemilu domestik di TPS.

Pejabat pemerintah membantah bahwa angka tersebut mewakili kepercayaan orang Mesir terhadap Presiden Mubarak dan ketidaktertarikan pada demokrasi.86

Pemilihan parlemen sering menjadi kontes mengadu elit bisnis satu sama lain karena mereka bersaing untuk mendapatkan akses pemerintah alih-alih pertempuran ideologis antara partai-partai dengan filosofi pemerintahan yang

86 Ibid. Hal. 4-5.

(11)

56

berbeda. Namun demikian, beberapa tokoh oposisi berharap bahwa mengingat suasana yang lebih liberal yang ditimbulkan oleh pemilihan Presiden pada September 2005, pemilihan parlemen akan menghasilkan keuntungan bagi kelompok oposisi. Pada kenyataannya, NDP mempertahankan dominasinya di parlemen meskipun ada keuntungan yang signifikan bagi oposisi Islam.87

Pemilihan parlemen berlangsung dalam tiga tahap selama November hingga Desember 2005. Secara keseluruhan, 5.414 kandidat memperebutkan 444 kursi;

sepuluh kursi yang tersisa ditunjuk oleh Presiden Mubarak. Jumlah pemilih rata- rata sekitar 20% untuk ketiga putaran. Kandidat yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, yang memenangkan total 88 kursi (naik dari 17 kursi dalam pemilu 2000). Hal tersebut tentu mengancam kedudukan Mubarak dengan NDP, terutama IM yang merupakan oposisi yang paling lantang menentang pemerintahan.88

Meskipun kinerja Ikhwanul Muslimin terbayarkan dengan kedudukan mereka yang meningkat di kursi parlemen dan memberikan gambaran positif terhadap proses reformasi di Mesir, hal yang terjadi selanjutnya adalah penindasan dan penipuan yang dilakukan oleh pemerintah secara besar-besaran guna membatasi oposisi dan menandakan kembalinya karakter politik lama Mesir:

demonstrasi dan kekerasan antara oposisi sekuler, oposisi Islam dan polisi memanas dimana 1.600 orang ditangkap, dan 13 orang tewas di berbagai wilayah;89 agar menghindari keberhasilan lainnya yang dicapai oleh Ikhwanul Muslimin, pada

87 Peter Slugett dan Marion Farouk-Slugett. (1993). The Times Guide to The Middle East: The Arab World and its Neighbours. Times Books, London. Hal. 39.

88 Jeremy M. Sharp. Op. Cit. Hal. 5

89 Ibid.

(12)

57

tahun 2006 pemerintah juga menunda pemilihan yang diselenggarakan dibergai kota dan provinsi; dan memperpanjang status darurat negara selama dua tahun lagi.

Pada tahun 2007, pembatasan kebebasan politik semakin parah dengan pemberlakukan amendemen oleh pemerintah seperti status pengawas pemilu yang sudah tidak dipegang lagi oleh badan peradilan, pembubaran parlemen tanpa referendum yang dapat dilakukan oleh Presiden, pelarangan partai-partai yang berideologi agama, dan memberi wewenang kepada Presiden untuk memberlakukan pengadilan militer bagi warga sipil yang terjerat tindakan terorisme.90

Pembatasan yang dilakukan sejak 2007 telah meningkatkan penangkapan yang dilakukan oleh polisi sehingga mengurangi partisipasi kekuatan oposisi dalam aktivitas politik. Ikhwanul Muslimin tidak memenangkan satupun kursi dalam pemilihan parlemen Majelis Tinggi tahun 2007. Pembatasan yang diterima oleh Ikhwanul Muslimin seperti kandidat yang sah dilarang mendaftar membuat mereka melakukan pemboikotan dengan Partai Wafd Baru terhadap pemilihan daerah pada April 2008 dan pemilihan putaran kedua. Menyusul itu, terjadi pelanggaran yang sangat besar dilakukan pemerintah yaitu penangkapan ratusan aktivis Ikhwanul Muslimin sebelum pemungutan suara, kekerasan dan tekanan kepada awak media, sehingga kemenangan NDP pada pemilihan legislatif 28 November 2010 tidak terelakanan.91

90 Laporan Maria Cristina Paciello dalam Mediteranian Prospects (MedPro) No. 4, Mei 2011.

Egypt: Changes and Challenges of Political Transition. Hal. 3,

https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2000660 (22/03/2022)

91 Ibid.

(13)

58

Mengingat usia senja yang sudah menghampiri Mubarak, lambat-laun dia harus turun dari kekuasaannya. Rezim pemerintahan yang sudah Mubarak genggam pastinya tidak akan dengan mudahnya dia lepaskan. Selain karakter pemerintahan yang otoriter, Mubarak berusaha untuk menerapkan sistem pemerintahan baru dengan membangun politik dinasti. Politik dinasti terjadi ketika kekuasaan yang telah dimiliki oleh aktor politik mampu diwariskan kepada calon penguasa baru, dimana lazimnya penguasa baru tersebut tidak lain adalah keluarga. Dalam kasus Mubarak, dia berusaha untuk mewarisi kekuasaan kepada anaknya, Gamal Mubarak ketika masa jabatan Presiden kelimanya berakhir pada 2011.92

2.1.4 Dominasi dan Pengaruh Militer dalam Pemerintahan Mubarak

Kedudukan pengaruh militer saat rezim Mubarak berkuasa tidak hanya sebatas di ranah politik pemerintahan saja. Berdasarkan Undang-Undang Mesir No.

32 tahun 1979, militer diberi kebebasan finansial dan institusional dari anggaran pemerintah dan mengizinkannya untuk membuka rekening khusus di bank-bank komersial. Militer sangat aktif menjadi institusi yang produktif di sektor ekonomi dengan terlibat dalam produksi alutsista, barang-barang rumah tangga, infrastruktur nasional, dan pertanian. Industri militer dan alutsista mampu mempekerjakan lebih dari 100.000 orang dan PDB Mesir dari sektor ini saja bisa mencapai $500 juta per tahun karena ekspornya ke negara-negara Arab dan negara berkembang lainnya.

Adapun produk sipil yang dapat diproduksi meliputi mesin cuci, pemanas, pakaian, pintu, alat tulis, obat-obatan, dan mikroskop. Perusahaan yang mampu berdiri

92 Jeffrey Azarva dalam American Enterprise Institute. (2007). A Mubarak Dynasty?, dalam https://www.aei.org/articles/a-mubarak-dynasty/ (22/03/2022)

(14)

59

sendiri di bidang pertanian dapat menghindari masalah produksi dan distribusi pangan. Perusahaan lainnya yang bersaing untuk proyek-proyek publik lainnya seperti pembangunan jembatan, sekolah, jalan, jalan layang, dan infrastruktur lainnya. Militer mampu mandiri secara ekonomi karena kenyatannya bahwa pendapatan dari aktivitas ekonomi yang mereka lakukan dikembalikan ke kasnya sendiri dan diluar dari anggaran pemerintah.93

Keterlibatan militer dalam sektor ekonomi tidak terbatas pada keuntungan perusahaan atau kelompok semata, tapi juga memiliki sudut pandang pribadi.

Dengan kata lain, selama militer menjalankan operasi di sektor ekonomi, keuntungan juga didapatkan oleh para perwira militer dimulai dari gaji yang lebih tinggi, perumahan dan transportasi mewah, hingga perawatan medis yang lebih baik dan akses ke barang-barang konsumsi yang langka. Perwira ini juga mendapat keuntungan dari hubungan langsung dengan sektor swasta, imbalan dan suap ketika mereka terlibat dalam perdagangan, terutama alutsista dengan negara-negara Barat.94

2.1.5 Perekonomian Mesir Era Mubarak

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Mubarak adalah krisis ekonomi yang dihadapi Mesir pada pertangahan tahun 1980-an. Krisis ini terjadi karena anjloknya harga minyak, lambatnya perputaran pengiriman uang dari ekspatriat Mesir, dan, utang luar negeri yang melilit. Salah satu upaya Mubarak untuk memperbaiki dan mengkonsolidasikan sistem kekuasaan dan menjaga stabilitasnya

93 Imad Harb. Op. Cit., Hal. 285-286

94 Ibid. Hal. 286

(15)

60

adalah dengan memberlakukan kebijakan reformasi ekonomi pada tahun 1991.

Mesir menandatangani perjanjian kerja sama dengan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank dengan harapan dapat berkomitmen untuk mengejar reformasi berorientasi pasar liberal.95

Pemberlakuan kebijakan liberalisasi ekonomi oleh rezim Mubarak berdampak pada kembalinya stabilitas sektor-sektor ekonomi stragis di genggaman pemerintah. Selain itu juga proses distribusi hak-hak istimewa kepada militer dan pendukungnya dan mengkooptasi aspek-aspek penting dari sektor swasta dapat berjalan lancar, sehingga memperluas jaringan. Stabilitas yang sudah dibangun sedemikian rupa oleh rezim akhirnya goyah ketika pertumbuhan ekonomi yang cepat diikuti dengan eskalasi kesenjangan, memburuknya tingkat kemiskinan dan meningkatnya pengangguran kaum muda di kalangan terpelajar, dan semakin represi politik yang diimbangi dengan mobilisasi kekuasaan militer.96

Reformasi ekonomi membuahkan hasil yang cukup baik dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Mesir yang mencapai 7,1% pada tahun 2006- 2007, serta peningkatan pesat dalam ekspor dan arus masuk Foreign Direct Investment (FDI). Walaupun reformasi ekonomi berorientasi pasar liberal mampu mempromosikan pertumbuhan perekonomian Mesir, kenyataannya berbanding terbalik dengan keadaan sosial-ekonomi utama Mesir. Terlepas dari kinerja pertumbuhan ekonomi makro yang memuaskan, sebagian masyarakat Mesir, terutama masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah, menghadapi kesulitan

95 Peter Slugett dan Marion Farouk-Slugett. Op. Cit. Hal. 41-45.

96Maria Cristina Paciello. Op. Cit. Hal. 6

(16)

61

yang sangat memprihatinkan. Ini berarti bahwa sebagian besar masyarakat Mesir tidak mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang cepat.97 United Nations Development Programme (UNDP) menjelaskan bahwa pada tahun 1990 tingkat kemiskinan di Mesir berada di angka 25% dan menurun pada tahun 1995 dan 2000 diangka 22,9% dan 16,7%. Namun terjadi peningkatan pada tahun 2005 dan 2009 menyentuh angka 19,6% dan 21,6%.98

Ketimpangan yang terjadi nampaknya menjadi permasalahan utama yang dihadapi Mesir. Kebijakan ekonomi dan sosial yang berlaku tidak bisa menyelesaikan permasalahan utama ini, dimana di sisi lain faktor politik pun nampaknya tidak dapat menyelesaikannya. Penerapan reformasi ekonomi secara implisit melayani kepentingan elit-elit politik untuk mempertahankan kekuasaan dan tidak mempedulikan masyarakat kecil. Selain itu, kekuatan oposisi, terutama yang duduk di Parlemen, tidak mampu mempengaruhi pengambilan keputusan. Hal tersebut dipengaruhi oleh represi dan dominasi dari NDP yang pro-pemerintah dan kedudukan oposisi yang tidak memiliki otoritas, terutama mengenai kebijakan ekonomi dan sosial. Efisiensi ekonomi dari kebijakn ini nampaknya dapat berkembang tapi membatasi munculnya sektor swasta yang otonom, kompetitif dan produktif, dan juga menyebabkan korupsi yang meluas.99

Kebijakan reformasi ekonomi juga berdampak pada menurunnya daya beli yang diakibatkan oleh kenaikan harga pangan dan meningkatnya kemiskinan

97 Ibid. Hal. 7

98 Laporan Hannah Bargawi dan Terry McKinley dalam UNDP Arab Development Challenges Background Paper 2011/210. The ADCR 2011: The Poverty Impact of Growth and Employment in Egypt (1990-2009), dalam https://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/egypt-inequality- book.pdf (22/03/2022)

99 Ibid.

(17)

62

pendapatan. Hal tersebut terbukti pada tahun 2000-an, indeks harga konsumen melonjak naik menyentuh angka 23,6%. Meskipun inflasi harga pangan menurun, tapi tetap cukup tinggi dan fluktuatif. Pendapatan masyarakat baik dari sektor publik ataupun swasta terus menurun selama dekade terakhir, yang menandakan bahwa bagi masyarakat Mesir, upah tidak cukup untuk menutupi kenaikan harga dan mempertahankan standar hidup yang layak. Inflasi yang tejadi memiliki efek yang tidak proporsional bagi masyarakat kelas menengah ke bawah Mesir dengan penghasilan yang rendah, dimana sebagian pendapatannya dihabiskan hanya untuk makanan. Melonjaknya harga pangan menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya kemiskinan di Mesir.100

Permasalahan yang dihadapi Mesir menuntut pemerintah memutar otak guna menyelesaikannya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan terus membiayai masyarakat melalui subsidi makanan yang mahal dan menaikkan gaji pegawai negeri. Sementara inflasi yang terjadi karena peningkatan belanja publik yang hanya dirasakan beberapa elit saja, langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat.

Selain itu juga subsidi yang disediakan oleh pemerintah Mesir tidak merata dan hanya diterima oleh sebagian kecil masyarakat miskin. Kenaikan gaji yang dijanjikan pemerintah juga tidak mampu menutupi kebutuhan masyarakat untuk menghadapi inflasi.101

100 Maria Cristina Paciello. Op. Cit. Hal. 7.

101 Ibid. Hal. 8.

(18)

63

2.1.6 Permasalahan yang Dihadapi Pemerintahan Mubarak

2.1.6.1 Pengangguran dan Lapangan Pekerjaan

Buruh dan ketenagakerjaan menjadi masalah juga, terutama pemuda dengan latar belakang berpendidikan yang kondisinya semakin memburuk. Jumlah pengangguran secara keseluruhan meningkat, terutama pengangguran pemuda lulusan perguruan tinggi dari 9,7% meningkat menjadi 14,4% terhitung dari 1998 sampai 2006). Lapangan pekerjaan yang tersedia pada periode 1998-2006 masuk kedalam kelompok ekonomi informal, dimana pekerja dibayar rendah, tidak memiliki cakupan jaminan sosial dan kontrak kerja tetap, sehingga sangat rentan terhadap resiko kemiskinan. Kondisi ini diperburuk dengan krisis global yang mengakibatkan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang lambat, tingkat PHK yang tinggi, dan juga pengangguran yang semakin tinggi (dari 8,9% menjadi 9,4%

terhitung dari 2007-2009).102 Salah satu faktor tingginya angka pengangguran adalah rata-rata tingkat angka kelahiran yang tinggi. Mesir adalah negara dengan kepadatan tertinggi di kawasan Arab dengan sekitar 80 juta orang dimana “seorang anak lahir rata-rata setiap 23 detik”. Angka kelahiran yang tinggi menimbulkan banyak masalah di masyarakat mulai dari lingkungan hingga pengangguran.103

Pemberlakukan reformasi ekonomi oleh Mesir nampaknya tidak terlalu berpengaruh bagi terciptanya lapangan pekerjaan, dan dalam banyak kasus, malah memperburuk situasi ketenagakerjaan. Kinerja perekonomian Mesir sejak pemberlakuan reformasi ini ternyata sebagian besar bergantung pada faktor

102 Ibid.

103 Shinta Puspitasari. (2017). Op. Cit, Hal. 167.

(19)

64

eksternal. Hal tersebut dapat terlihat dari meningkatnya pasar minyak global selama 2003-2008 yang menguntungkan negara-negara pengekspor minyak Arab dan menghasilkan FDI yang lebih tinggi dan perputaran uang dari negara-negara kawasan Teluk. Konsekuensi dihadapi oleh Mesir ketika terjadi krisis keuangan global sehingga pertumbuhan ekonomi Mesir melambat dengan faktor pendorong utama yang sebelumnya menjadi penunjang perekonomian Mesir yaitu ekspor, FDI, remitansi, dan pendapatan pariwisata.104

Struktur ekspor yang menopang perekonomian Mesir sangat didominasi oleh sumber daya alam dan manufaktur berteknologi rendah sehingga menyediakan lapangan pekerjaan yang kurang berkualitas. Hal tersebut berdampak pada keterbatasan peluang yang dimiliki oleh pemuda dengan kualitas pendidikan yang tinggi. FDI yang seharusnya pintu lapangan pekerjaan yang baru dengan masuknya investasi swasta baru dari luar sangat terbatas dan tidak dapat terealisasikan karena adanya privatisasi yang dikendalikan oleh elit-elit poilitik Mesir.105

2.1.6.2 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial memprihatinkan seiring dengan aliran dana untuk layanan pendidikan dan kesehatan menurun, dan bahkan sudah tidak lagi gtatis dan kualitasnya yang buruk. Pada tahun 2002 presentase aliran dana layanan publik untuk pendidikan berada diangka 19,5% menurun menjadi 11,5% pada tahun 2006, dan presentase PDB menurun dari 5,2% menjadi 4%. Sedangkan pada tahun 2001- 2002 aliran dana layanan publik untuk kesehatan meningkat dari 1,2% menjadi

104 Maria Cristina Paciello. Op. Cit. Hal. 8-9.

105 Ibid. Hal. 9.

(20)

65

3,6% pada tahun 2008-2009. Walaupun demikian peningkatan di sektor kesehatan, angka tersebut termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sebanding.106

2.1.6.3 Kesehatan

Pengeluaran di sektor kesehatan diberatkan kepada pembayaran gaji, yang bagaimanapun tidak cukup untuk menjamin kehidupan yang bermartabat bagi tenaga kerja kesehatan. Dengan adanya pembatasan aliran dana layanan publik menuntut masyarakat Mesir untuk mengeluarkan biaya pribadi untuk bisa mengakses fasilitas layanan publik. Pada sektor kesehatan, terjadi peningkatan pengeluaran pribadi, dimana pada tahun 2002 total pengekuaran kesehatan berada diankta 63% menjadi 70% pada tahun 2008. Kemerosotan pendidikan publik berkontribusi pada penciptaan generasi muda Mesir yang tidak siap untuk dunia kerja.107

2.2 Revlolusi Mesir 2011 dan Lengsernya Pemerintahan Hosni Mubarak

2.2.1 Keberhasilan Tunisia Menumbangkan Rezim Ben Ali

Penderitaan yang dihadapi oleh Mesir ternyata tidak meluputi satu negara saja. Nampaknya permasalaahan yang sama terjadi di negara-negara kawasan Timur Tengah, terutama dengan sistem pemerintahan otoriter seperti Mesir.

Berangkat dari sini, masyarakat mulai melakukan protes dan demonstrasi menuntut rezim pemerintah yang berkuasa untuk turun dari jabatannya. Salah satu pemantik

106 Ibid.

107 Ibid.

(21)

66

gerakan perlawanan masyarakat yaitu terjadi di Tunisia ketika seorang pemuda bernama Mohammed Bouazizi melakukan aksi bakar diri hingga harus merenggut nyawanya. Aksi tersebut sebagai bentuk perlawanan dan kekecewaan terhadap pemerintahan karena ketidakadilan yang dia terima. Masyarakat mulai bereaksi dengan melakukan demonstrasi dan protes yang dikenal sebagai Jamine Revolution menghasilkan lengsernya rezim pemerintahan Ben Ali yang sudah menggenggam kekuasaan selama lebih dari 20 tahun.108 Berkat kemajuan teknologi dan laju pertukaran informasi, demonstrasi ini tidak hanya berhenti di Tunisia, melainkan mampu menyebar ke hampir seluruh negara yang berada di Jazirah Arab.109 Beberapa rezim pemerintahan yang menjadi korban demonstrasi ini adalah Ben Ali sebagai Presiden Tunisia yang sudah menjabat selama lebih dari 20 tahun, Hosni Mubarak sebagai Presiden Mesir yang sudah menduduki kekuasaan selama 30 tahun, dan Muammar Khaddafi yang sudah menjabat sebagai Presiden Libya selama 42 tahun.110

2.2.2 Revolusi Mesir 2011

Keberhasilan Tunisia dalam menumbangkan rezim pemerintahan menjadi pusat perhatian negara-negara Arab, terutama yang memiliki karakter, pola pemerintahan, dan permasalahan yang sama. Di Mesir, demonstrasi mulai bertumpah ruah di jalanan menuntut Hosni Mubarak untuk turun dari tampu kekuasaan kepresidenan karena dianggap tidak membawa perubahan menuju Mesir

108 Herdi Sahrasad. (2013). Loc. Cit.

109 Thesis dari Danielle Meltz. (Spring 2016). Civil Society in the Arab Spring: Tunisia, Egypt, and Libya. University of Colorado, Boulder. Undergraduate Honors Theses. Hal. 3.

110 Ahmad Sahide. Et. al. Op. Cit. hal. 121-125.

(22)

67

yang lebih baik walapun sudah menjabat selama 30 tahun lebih. Sama halnya dengan Tunisia, masyarakat Mesir menilai masih banyak praktik korupsi yang dilakukan oleh elit politik yang ada disekitaran partai Hosni Mubarak.111

Selain itu permasalahan sosial yang terjadi di Mesir dengan isu sekularisme, diskriminasi dan kekerasan antar umat beragama, pengangguran yang terus meningkat, keterbatasan wanita dalam beraktivitas, ketidakstabilan ekonomi yang mengarah ke penurunan yang menyebabkan kesenjangan sosial, korupsi elit politik, kuatnya pengaruh militer disegala sektor kehidupan yang disusul dengan tindakan represif dan pembatasan dalam partisipasi politik yang harusnya didapatkan oleh masyarakat dan keberadaan gerakan islam fundamentalis yang tidak ada selesainya.112 Sama halnya dengan Tunisia, masyarakat Mesir menilai masih banyak praktik korupsi yang dilakukan oleh kelompok kecil yang ada disekitaran partai Hosni Mubarak, National Democratic Party (NDP).113

Solidaritas masyarakat Mesir mulai terbangun ketika diketahui bahwa adanya penyiksaan yang diterima oleh seorang pemuda bernama Khaled Said oleh oknum polisi hingga harus merengang nyanyawanya.114 Berita memprihatinkan ini tersebar dengan cepat di media sosial sehingga memicu protes pertama yang dikoordinasikan pada 25 Januari 2011. Puluhan ribu demonstran yang didominasi

111 Daron Acemoglu, Tarek A. Hassan, dan Ahmed Tahoun. (2014). The Power of the Street:

Evidence from Egypt’s Arab Spring. Oxford University Press on behalf of The Society for Financial Studies (The Review of Financial Studies) (31)1. Hal. 1.

112 Tara Povey. (2013). Book Review “The Arab Spring in Egypt: Revolution and Beyond oleh Bahgat Korany dan Rabab El-Mahdi. The American University of Cairo Press. Cairo. 2012. xi + 313”. Journal of African Cultural Studies (25)3. Hal. 365.

113 Daron Acemoglu Et. al. (2014). Loc. Cit.

114 Associated Press Cairo, dalam The Guardian. (2011). Anger in Egypt as police who killed Khaled Said get seven years, dalam https://www.theguardian.com/world/2011/oct/26/khaled-said- police-sentenced. (23/03/2022).

(23)

68

oleh kalangan pemuda Mesir melakukan protes dan menuntut Mubarak untuk lengser dari jabatannya. Demonstrasi semakin memanas ketika kekerasan sudah mulai terjadi antara pendemo dan petugas kepolisian, hingga pada akhirnya masyarakat mampu menduduki Tahrir Square dan petugas polisi ditarik mundur dan digantikan oleh militer karena kewalahan. Protes ini tersebar di Alexandria, Mansler, Suez, Aswan hingga kota-kota besar lainnya dan mengundang simpati banyak masyarakat dari berbagai kalangan menuntut keadilan.115

Setelah kematian Khaled, Gerakan Kefaya yang sebelumnya menuntut tentang penyerangan Israel terhadap Palestina dan lesengsernya rezim Mubarak, melanjutkan kembali manuver demonstrasinya dengan April 6th Youth Movement.

Gerakan ini diharapkan mampu membantu pekerja perusahaan tenun untuk memprotes pemerintah. Gerakan ini berhasil mengumpulkan sekitar 70.000 peserta di Facebook.116 Gerakah ini dinamakan We Are All Khaled Said (WAAKS) sebagai bentuk penghormatan kepada Khaled Said.117

Kerusuhan juga terjadi antar umat beragama dimana terjadi bom bunuh diri di Gereja Al-Qiddissin sehingga memperparah instabilitas Mesir. Pemboman ini setidaknya menewaskan 21 orang dan 70 orang lainnya luka-luka. Mubarak meyakinkan masyarakat umat Kristen Koptik bahwa pengeboman tersebut dilakukan oleh teroris yang berusaha untuk memecah belah bangsanya. Mubarak

115 Jack Shenker dalam The Guardian. (2010). Khaled Said Death Prostests Renewed as Trial of Egyptian Police Officers Begins, dalam https://www.theguardian.com/world/2010/sep/24/khaled- said-death-egypt-protests (24/03/2022)

116 Dina Shehata. (2011). The Fall of Pharaoh: How Husni Mubarak’s Reign Came to an End.

Foreign Affairs 90(3). Hal. 28.

117 Al-Jazeera. (2012). Egyptians remember “face of revolution, dalam

https://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/06/201266234623378772.html. (23/03/2022)

(24)

69

juga menambahkan bahwa penyerangan ini tidak hanya menargetkan salah satu kelompok saja, melainkan menargetkan seluruh masyarkat Mesir. Kendati demikian, umat Kristen merasa kesal dan menyalahkan umat Islam sehingga terjadi bentrokan antar umat Kristen, Islam dan polisi. Umat Kristen merasa mereka menerima tindak diskriminasi, sedangkan umat Islam menuduh gereja menahan mualaf di luar kehendak mereka.118

2.2.3 Respon Pemerintahan Mubarak terhadap Revolusi

Belajar dari tetangganya Tunisia, Hosni Mubarak dan pemerintahannya menyadari bahwa betapa vitalnya keberadaan media sosial yang ada di Mesir dalam menyampaikan informasi terkini secara cepat. Media sosial membuat Mubarak khawatir karena berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi masyarakat untuk memobilisasi segala aktivitas dan informasi untuk menumbangkan rezim yang semakin kuat karena kemudahan konektivitas. Pemerintah mengambil tindakan pemutusan di segala sarana dan fasilitas internet dan media sosial seperti Facebook, Yahoo, Twitter, YouTube, Google dan lainnya serta pemutusan telepon seluler.119

Mubarak memerintahkan pasukan dan tank ke kota-kota untuk meredam demonstrasi dan kemunculannya di televisi menjanjikan komitmennya terhadap demokrasi dan tidak akan mencalonkan Presiden pada periode berikutnya. Selain itu Mubarak juga membubarkan pemerintah dan menyatakan dengan tegas bersikeras bahwa dia akan tetap menjadi Presiden untuk melindungi negara.

118 BBC. (2011). Egypt bomb kills 21 at Alexandria Coptic church, dalam https://www.bbc.com/news/world-middle-east-12101748 (26/03/2022)

119 Ahmad Sahide. Et. al. Op. Cit. hal. 123

(25)

70

Mubarak kemudian menunjuk Kepala Intelejen Nasional, Omar Suleiman sebagai Wakil Presiden, menjadi yang pertama memegang jabatan tersebut di bawah kekuasaan Mubarak. Dia juga menunjuk Menteri Penerbangan Sipil, Ahmed Shafiq sebagai Perdana Menteri.120 Kedua pihak, baik masyarakat dan Mubarak kekeh atas keinginannya masing-masing. Masyarakat tetap menuntut Mubarak untuk turun dari jabatannya, sedangkan Mubarak menolak untuk turun dari jabatannya. Hal tersebut menyebabkan demonstrasi yang tidak kunjung surut dan bahkan semakin meningkat. Pada 31 Januari 2011, militer menyatakan bahwa mereka tidak akan menggunakan kekerasan terhadap demonstran, dan mungkin ini menjadi akhir dari rezim Mubarak, tapi dia masih menolak. Pernyataan juga disusul oleh Wakil Presiden bahwa Presiden Mubarak akan melaksanakan pemilihan parlemen dan perintah Mubarak terhadap Perdana Menteri untuk melanjutkan subsidi pemerintah dan penurunan harga.121 Mubarak juga menyampaikan bahwa dia akan mengamendemen konstitusi, terutama Pasal 76 dan 77 tentang kepresidenan.122

2.2.4 Kedudukan Militer saat Revolusi dan Pasca Lengsernya Hosni Mubarak

Demonstrasi terus berlanjut dan meningkat menuntut Mubarak lengser dari jabatannya dengan tingkat kekerasan yang sangat tinggi tiap hari. Penantian masyarakat Mesir akhirnya terbayar sudah. Demonstrasi dan kekerasan yang

120 Shinta Puspitasari. (2017). Op. Cit. Hal. 164-165.

121 Al-Jazeera. (2011). Timeline: Egypt’s revolution, dalam

https://www.aljazeera.com/news/2011/2/14/timeline-egypts-revolution (24/03/2022)

122 The Guardian. (2011). Hosni Mubarak’s speech: full text, dalam

https://www.theguardian.com/world/2011/feb/02/president-hosni-mubarak-egypt-speech (24/03/2022).

(26)

71

dilakukan selama 18 hari berakhir ketika Wakil Presiden Mesir, Omar Sulaeman mengumumkan bahwa akhirnya Hosni Mubarak turun dari jabatannya yang sudah diemban selama 30 tahun pada 11 Februari 2011, dan menyerahkan pemerintahan sementara ke SCAF (Supreme Council of the Armed Forces) atau Dewan Agung Militer dengan Jenderal Hussein Tantawi sebagai pimpinannya, yang juga merupakan Menteri Pertahanan pada zaman Mubarak. Dalam 18 hari revolusi, diperkirakan 846 masyarakat Mesir terbunuh dan sekitar 6467 demonstran luka- luka.123

Menjadi menarik ketika kedudukan militer yang berubah arah dari yang tadinya membela rezim Mubarak, akhirnya berbalik arah mendukung demonstran dan mendukung turunnya rezim Mubarak. Alasan mereka untuk berbalik arah dan mendukung demonstran yaitu: pertama, militer membenci Gamal Mubarak, putra dari Presiden Mubarak sekaligus suksesornya. Gamal memiliki latar belakang pengusaha sehingga dia memimpin sebuah faksi dengan dasar berdedikasi unutk mengeksploitasi status keluarganya dan jabatan partai yang berkuasa untuk mendapatkan keuntungan dari program reformasi ekonomi liberal; kedua, militer semakin cemas tentang menurunnya kualitas pemuda dan penyebaran radikalisme Islam, serta stagnansi dan memburuknya ekonomi; ketiga, militer tidak senang melihat rezim semakin menutupi hak istimewa yang dimiliki militer selama ini.124

123 Shinta Puspitasari. (2017). Op. Cit, Hal. 166.

124 Zoltan Barany. (2011). Comparing the Arab Revolts: The Role of the Military. Journal of Democracy 22(4). Hal. 32-33.

(27)

72

Setelah lengsernya Mubarak dari tampuk kekuasaan, intensitas demonstrasi di Mesir tidak seketika mereda begitu saja. Masyarakat Mesir masih khawatir dengan keputusan-keputusan yang diberlakukan pemerintah militer sementara.

Walaupun pemerintah sementara menjanjikan pemilu parlemen dan pemilu Presiden, masyarakat masih tidak tenang atas manuver politik pemerintah sementara kedepannya. Hal ini juga menandakan bahwa secara tidak langsung Mesir masih berada di bawah pengaruh Militer. Salah satu keputusan yang menyulut kemarahan masyarakat adalah dengan sisa-sisa elit politik rezim Mubarak yang masih bertahan setelah lengsernya dia. Pemerintahan yang ditunjuk Mubarak pada 31 Januari 2011, yang merupakan loyalis Mubarak masih bertahan hingga 22 Februari, termasuk Perdana Menteri Ahmed Shafiq yang sebelumnya ditunjuk sebelum Mubarak lengser masih bertahan hingga 3 Maret. Demonstrasi akhirnya mereda ketika masyarakat sudah menerima kabinet baru yang disusun pada 7 Maret yang dipimpin oleh Essam Sharaf.125 Di luar dari itu, pemerintah sementara masih tetap terus memasukkan orang-orang yang masih memiliki garis kepentingan dengan militer dan hubungan yang kuat dengan Mubarak pada periode kekuasaan sebelumnya. Demikian pula, pada 14 April 2011, sebagian besar gubernur baru yang diangkat oleh pemerintah sementara dipilih dari pihak militer dan kepolisian.126

Pemerintah sementara juga merencanakan akan melaksanakan pemilu pada 28 November 2011. Kendati demikian, kelompok-kelompok politik Mesir,

125 Maria Cristina Paciello. Op. Cit. Hal. 12.

126 Egypt Independent. (2011). New governors appointed by the old Mubarak method, dalam https://www.egyptindependent.com/new-governors-appointed-old-mubarak-method/ (25/03/2022)

(28)

73

terutama Ikhwanul Muslimin mengancam akan memboikot pemilihan kecuali Undang-Undang Pemilu yang disengketakan diubah. Mereka keberatan dengan UU pemilu yang mengizinkan sepertiga kursi diisi oleh calon independen daripada partai politik. Partai-partai politik Mesir mengharapkan semua kursi parlemen dapat diperebutkan oleh partai politik. Banyak kelompok politik Mesir berpendapat bahwa memilih satu partai daripada satu calon akan meminimalisir mantan anggota NDP yang merupakan bekas pimpinan Mubarak yang sekarang dilarang mencalonkan diri. Mereka juga menginginkan pencabutan Undang-Undang Darurat yang sebelumnya telah diberlakukan. Koalisi partai politik juga menuntut agar pemerintah sementara melarang pejabat yang terlibat dalam penyalahgunaan kekuasaan rezim Mubarak untuk mencalonkan diri dalam pemilu untuk 10 tahun ke depan.127

2.2.5 Kedudukan Amerika Serikat terhadap Revolusi

Selama menjalin hubungan dengan Mesir, Amerika Serikat berusaha mempertahankan kepentingannya sehingga memiliki hubungan yang begitu erat antar kedua negara selama rezim Mubarak berlangsung. Dengan adanya revolusi yang terjadi di Mesir sudah pasti mempengaruhi kebijakan luar negeri AS terhadap Mesir. Dilema AS terjadi ketika bagaimana negara ini memposisikan diri selama revolusi berlangsung, diantara berusaha mendukung rezim Mubarak yang sudah dibina hubungan antar kedua negara dan mempertahankan kepentingannya, atau

127 BBC. (2011). Egypt parties threaten boycott over election law, dalam https://www.bbc.com/news/world-africa-15101798 (26/03/2022)

(29)

74

mendukung penerapan nilai demokrasi dengan mendukung pengunjuk rasa untuk menjatuhkan rezim Mubarak.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton berpendapat bahwa revolusi ini menjadi kesempatan bagi Pemerintah Mesir untuk memberlakukan reformasi politik, ekonomi dan sosial bagi masyarakat Mesir guna memakmurkan Mesir dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Pernyataan lainnya juga disusul oleh Duta Besar AS, Margaret Scobey yang menekankan bahwa Pemerintah Mesir agar mengizinkan demonstrasi dapat dilakukan oleh pengunjuk rasa yang berjalan damai.128

Kendati demikian, kekerasan yang dilakukan oleh rezim selama demonstrasi terus berlangsung dan tidak ada teguran keras dari AS terhadap Mubarak, termasuk Pemilihan Parlemen pada bulan November 2010 yang penuh dengan kecurangan. AS juga tidak menyetujui tuntutan pengunjuk rasa diantaranya yaitu penurunan Mubarak, pemberlakukan demokrasi, dan pencabutan segera Undang-Undang Darurat yang digunakan selama bertahun-tahun untuk membatasi aktivtas dan tindak kekerasan terhadap masyarakat, terutama pihak oposisi.129

Alasan AS tidak menekan Mesir soal demokrasi adalah karena rezim militer yang dipegang oleh Mubarak sudah menjalin hubungan dan menjaga kepentingan AS di kawasan. Sejak perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979, AS telah memberikan sekitar $28 miliar bantuan pembangunan dan bantuan militer sebesar

128 Dan Murphy dalam The Christian Science Monitor. (2011). The US response to Egypt’s protests, dalam https://www.csmonitor.com/World/Backchannels/2011/0126/The-US-response-to- Egypt-s-protests (04/07/2022)

129 Ibid.

(30)

75

$1.3 miliar per tahun. Dalam skenario buruknya, demokrasi dapat memutarbalikan tatanan yang sudah mapan sehingga membawa kelompok kepentingan lain ke kekuasaan Mesir yang tidak bersahabat dan mengganggu kepentingan AS.130

Anggota Kongres AS memantau dengan cermat situasi di Mesir dan menyerukan agar bantuan AS ke Mesir segera dibekukan atau dikondisikan sambil menunggu penyelesaian krisis. Adapun anggota lain berpendapat bahwa keputusan tentang masa depan bantuan AS harus diambil hanya setelah krisis diselesaikan.

Resolusi yang dekluarkan Senat AS menyerukan bahwa Presiden AS pada saat itu, Barack Obama kemudian menyerukan agar Presiden Mubarak untuk segera melakukan transisi yang tertib dan damai ke sistem politik yang demokratis, termasuk pemindahan kekuasaan kepada pemerintah sementara yang inklusif, berkoordinasi dengan para pemimpin dari oposisi Mesir, masyarakat sipil, dan militer, untuk memberlakukan reformasi yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas, adil, dan kredibel secara internasional.131

Adapun Gedung Putih memiliki serangkaian kekhawatiran sehubungan dengan gejolak konflik di Mesir diantaranya:132

• Potensi implikasi dari pengunduran diri Presiden Mubarak secara langsung terhadap kepentingan AS

• Keselamatan dan keamanan warga AS di Mesir dan upaya AS untuk mengevakuasi warga negara yang ingin meninggalkan Mesir

130 Ibid.

131 Jeremy M. Sharp dalam Congressional Research Service. (2011). Egypt: The January 25 Revolution and Implications for U.S. Foreign Policy. Hal. 1.

132 Ibid. Hal. 1-2

(31)

76

• Permintaan penghormatan Pemerintah Mesir terhadap hak asasi manusia dan perlakuan pasukan keamanan terhadap demonstran

• Kemungkinan penyalahgunaan peralatan militer AS yang dipasok ke tentara Mesir jika tentara harus menembaki demonstran

• Reformasi sistem politik Mesir menjadi ruang yang lebih demokratis dengan pemilihan Presiden yang bebas dan adil pada musim gugur 2011

• Peran Ikhwanul Muslimin dalam politik Mesir

• Setiap penghormatan pemerintah baru Mesir terhadap perjanjian damai 1979 Mesir dengan Israel, komitmennya untuk mengamankan Terusan Suez sebagai jalur air internasional, dan rencana kerja sama militer dan anti-teroris dengan AS.

• Investasi dan bantuan keuangan baik dari sektor militer dan pembangunan yang akan ditindaklanjuti seiring dengan perkembangan kondisi Mesir.

2.3 Fluktuasi Demokratisasi Pemerintahan Hosni Mubarak

Penerapan demokratisasi melalui mekanisme proses Transition, Installation, dan Consolidation milik Huntington sebagai alat analisa dirasa cocok dengan fenomena revolusi di Mesir. Proses transisi dan promosi demokrasi sebenarnya sudah digaungkan oleh pemerintah Mesir pada tahun 2005 dengan referendum nasional mengenai pemilihan Presiden. Namun kenyataannya proses transisi tersebut gagal karena kerumitan yang diberatkan kepada calon Presiden, sehingga Hosni Mubarak yang terpilih kembali menjadi Presiden. Revolusi Mesir

(32)

77

2011 dapat dikategorikan sebagai fase transisi Mesir menuju demokratisasi yang diawali dari kekecewaan masyarakat terhadap rezim permerintahan Hosni Mubarak. Rasa kecewa masyarakat terus meningkat seiring dengan cengkeraman rezim Mubarak semakin kuat. Sudah terlihat dengan jelas bahwa rezim yang dibangun oleh Hosni Mubarak sejak pertama kalinya dia memegang kekuasaan mengindikasikan pemerintahan diktator. Kebijakan pertama yang dikeluarkan Mubarak adalah pemberlakukan Undang-Undang Darurat Negara 1981 yang didasari atas pembunuhan pendahulunya, Anwar Sadat yang dilakukan kelompok teroris. Dengan kebijakan ini, segala aktivitas kelompok dan kebebasan hak masyarakat dibatasi dengan alasan kemanan negara dari terorisme. Permasalahan yang dihadapi Mubarak terus berlanjut meliputi diskriminasi dan kekerasan antar umat beragama, sekularisme, meningkatnya angka pengangguran terutama di kalangan pemuda, keterbatasan hak wanita dalam beraktivitas, instabilitas ekonomi yang mengarah pada penurunan yang menyebabkan kesenjangan sosial, pembatasan dan kontrol terhadap pers, korupsi yang merajalela di kalangan elit politik Mubarak, kuatnya pengaruh dan dominasi militer disegala sektor kehidupan yang disusul dengan tindakan represif dan pembatasan dalam partisipasi politik, gerakan islam fundamentalis, dan terorisme.

Lebih lanjut, nampaknya AS mengalami dilema ketika revolusi 2011 berlangsung. AS sudah menjalin hubungan kerja sama dengan rezim Mubarak sejak diberlakukannya Perjanjian Damai Mesir-Israel 1979 dan menjadi donatur utama Mesir. AS juga menyadari revolusi yang terjadi di Mesir menjadi kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai demokrasi di kawasan Timur Tengah. Namun, penerapan

(33)

78

nilai-nilai demokrasi ini harus dibayar dengan lengsernya rezim Mubarak sehingga akan berdampak langsung terhadap politik luar negeri dan kepentingan AS di Timur Tengah.

Selain itu juga dapat dilihat dengan jelas bahwa pretorianisme sangat besar pengaruhnya terhadap proses transisi demokrasi dimana militer sangat berpengaruh terhadap segala sektor kehidupan sejak Presiden pertama Mesir, Muhamed Naguib (fokus tulisan ini dimulai sejak Hosni Mubarak). Militer juga sangat berpengaruh pada saat peristiwa Arab Spring terjadi, dimana awalnya mereka membela rezim Mubarak dan melawan demonstran, akhirnya berbalik arah serta berjanji mendukung dan tidak akan menghalangi proses demonstrasi masyarakat, hingga akhirnya menyatakan bahwa Mubarak akhirnya lengser dari jabatannya dan mengakhiri periode kekuasaannya yang sudah berjalan selama 30 tahun. Pengaruh militer tidak berhenti sampai disitu saja. Pasca Mubarak lengser, militer melalui Supreme Council of the Armed Forces (SCAF) mengambil alih kekuasaan dengan membentuk pemerintahan sementara guna membenahi kerusakan dan permasalahan yang diakibatkan selama demonstrasi berlangsung, terutama menyelenggarakan pemilu Parlemen dan Presiden.

(34)

79

Bagan 2.1 Fluktuasi Demokratisasi Pemerintahan Hosni Mubarak

Demonstrasi yang dilakukan masyarakat

Keterlibatan militer dalam transisi demokrasi

Dominasi militer selama permerintahan Mubarak berlangsung hingga lengser

Permasalahan Pemerintahan Mubarak dan masyarakatnya

Revolusi Mesir 2011

Hosni Mubarak lengser dari

jabatannya

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan untuk MXGXO µ3HQJDUXK Social Media Marketing Melalui Blackberry Messenger Terhadap Minat Beli Konsumen di PT Agung Automal (Agung Toyota)

Peranan biaya standar dalam efektivitas pengendalian biaya bahan baku bukan melalui pengurangan biaya yang besar dengan mengabaikan kualitas produk yang

-Manajemen rantai pasok atau supply Chain Management (SCM) adalah serangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan,

Prinsip Restorasi Hidrologi di lahan gambut adalah menaikkan muka air tanah gambut setinggi mungkin, yang pada akhirnya diharapkan dapat: menurunkan laju oksidasi dan

Gambar ilustrasi dapat dibuat dalam bentuk cerita bergambar, karikatur, kartun, komik, dan Ilustrasi karya sastra berupa puisi atau sajak.. Gambar ilustrasi dapat

Selain tani dan buruh, bekerja sebagai nelayan juga banyak dilakukan terutama oleh penduduk yang tinggal dekat dengan laut.. Penduduk bekerja dengan memanfaatkan keadaan

Oleh karena itu, pada penelitian kali ini digunakan asetamida, 2-naftol, dan turunan benzaldehida yaitu 4- metoksibenzaldehida serta asam borat sebagai katalisator

Penelitian ini mengkaji: pertama, bagaimana perbedaan rentang nilai transaksi dengan (NJOP PBB) dalam SPPT PBB? Kedua, nilai apakah yang dapat dipilih untuk ditetapkan sebagai