• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 page 0

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

Laporan Keuangan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Ponorogo yang terdiri dari : (a) Laporan Realisasi Anggaran; (b) Neraca; (c) Laporan Operasional; (d) Laporan Perubahan Ekuitas dan (e) Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2020 sebagaimana terlampir adalah tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran, posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Ponorogo, Mei 2021 Pengguna Anggaran

Drs. H. NAJIB SUSILO, M.M.

Pembina Utama Muda

NIP. 19621017 198710 1 002

(2)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 1

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DECEMBER 2020 DAN 2019

Urusan Pemerintahan : 2 Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar

Bidang Pemerintahan : 2 . 10 Komunikasi dan Informatika

Unit Organisasi : 2 . 10 . 01 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik

Sub Unit Organisasi : 2 . 10 . 01 . 01 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik

NO. URUT URAIAN ANGGARAN

2020 REALISASI

2020 (%) REALISASI

2019

5 BELANJA 8.153.746.024,00 7.265.919.131,00 89,11 6.268.460.607,00

5 . 1 BELANJA OPERASI 7.580.954.141,00 6.695.622.631,00 88,32 5.480.849.607,00

5 . 1 . 1 Belanja Pegawai 2.387.529.000,00 2.383.316.844,00 99,82 2.601.833.781,00

5 . 1 . 2 Belanja Barang dan Jasa 5.193.425.141,00 4.312.305.787,00 83,03 2.879.015.826,00

5 . 2 BELANJA MODAL 572.791.883,00 570.296.500,00 99,56 787.611.000,00

5 . 2 . 2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 572.791.883,00 570.296.500,00 99,56 589.705.000,00

5 . 2 . 3 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 0,00 0,00 0,00 197.906.000,00

SURPLUS / (DEFISIT) (8.153.746.024,00) (7.265.919.131,00) 89,11 (6.268.460.607,00)

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) (8.153.746.024,00) (7.265.919.131,00) 89,11 (6.268.460.607,00)

Ponorogo, Mei 2021

PENGGUNA ANGGARAN

Drs. H. NAJIB SUSILO, M.M.

NIP. 19621017 198710 1 002

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

(3)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 2

NERACA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

Per 31 December 2020 dan 2019

(Dalam Rupiah) Urusan Pemerintahan : 2 . 10 Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar Komunikasi dan Informatika Unit Organisasi : 2 . 10 . 01 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik

Sub Unit Organisasi : 2 . 10 . 01 . 01 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik

URAIAN 2020 2019

ASET

ASET LANCAR

Kas di Bendahara Penerimaan 0,00 0,00

Kas di Bendahara Pengeluaran 0,00 0,00

Kas di BLUD 0,00 0,00

Kas di Bendahara FKTP 0,00 0,00

Kas di Bendahara BOS 0,00 0,00

Kas Lainnya 0,00 0,00

Setara Kas 0,00 0,00

Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00

Piutang Pendapatan 0,00 0,00

Piutang Lainnya 0,00 0,00

Penyisihan Piutang 0,00 0,00

Beban Dibayar Dimuka 0,00 0,00

Persediaan 5.425.900,00 12.870.100,00

JUMLAH ASET LANCAR 5.425.900,00 12.870.100,00

INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi Jangka Panjang Non Permanen

Investasi Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya 0,00 0,00

Investasi dalam Obligasi 0,00 0,00

Investasi dalam Proyek Pembangunan 0,00 0,00

Dana Bergulir 0,00 0,00

Deposito Jangka Panjang 0,00 0,00

Investasi Non Permanen Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH Investasi Jangka Panjang Non Permanen 0,00 0,00

Investasi Jangka Panjang Permanen

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 0,00

Investasi Permanen Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH Investasi Jangka Panjang Permanen 0,00 0,00

Investasi Non Permanen Diragukan Tertagih

Investasi Non Permanen Diragukan Tertagih 0,00 0,00

JUMLAH Investasi Non Permanen Diragukan Tertagih 0,00 0,00

JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 0,00 0,00

ASET TETAP

Tanah 0,00 0,00

Peralatan dan Mesin 3.295.307.058,00 2.683.295.758,00

Gedung dan Bangunan 403.997.000,00 604.416.818,00

Jalan, Irigasi, dan Jaringan 24.508.000,00 24.508.000,00

Aset Tetap Lainnya 0,00 0,00

Konstruksi Dalam Pengerjaan 0,00 0,00

Akumulasi Penyusutan (2.002.991.731,19) (1.541.793.715,19)

JUMLAH ASET TETAP 1.720.820.326,81 1.770.426.860,81

(4)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 3

DANA CADANGAN

Dana Cadangan 0,00 0,00

JUMLAH DANA CADANGAN 0,00 0,00

ASET LAINNYA

Tagihan Jangka Panjang 0,00 0,00

Kemitraan dengan Pihak Ketiga 0,00 0,00

Aset Tidak Berwujud 184.900.000,00 184.900.000,00

Aset Lain-lain 0,00 0,00

Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya (103.960.000,00) (33.663.333,33)

JUMLAH ASET LAINNYA 80.940.000,00 151.236.666,67

JUMLAH ASET 1.807.186.226,81 1.934.533.627,48

KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 0,00 0,00

Utang Bunga 0,00 0,00

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0,00 0,00

Pendapatan Diterima Dimuka 0,00 0,00

Utang Beban 95.898.632,00 4.061.547,00

Utang Jangka Pendek Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 95.898.632,00 4.061.547,00

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Utang Dalam Negeri 0,00 0,00

Utang Jangka Panjang Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN 95.898.632,00 4.061.547,00

EKUITAS

EKUITAS 1.711.287.594,81 1.930.472.080,48

JUMLAH KEWAJIBAN DAN

EKUITAS DANA 1.807.186.226,81 1.934.533.627,48

Ponorogo, Mei 2021 PENGGUNA ANGGARAN

Drs. H. NAJIB SUSILO, M.M NIP. 19621017 198710 1 002

(5)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 4

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DECEMBER 2020 DAN 2019

Urusan Pemerintahan : 2 Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar

Bidang Pemerintahan : 2 . 10 Komunikasi dan Informatika

Unit Organisasi : 2 . 10 . 01 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik

Sub Unit Organisasi : 2 . 10 . 01 . 01 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik

NO. URUT URAIAN SALDO SALDO KENAIKAN/

2020 2019 PENURUNAN (%)

KEGIATAN OPERASIONAL

8 PENDAPATAN - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 1 . 1 Pendapatan Pajak Daerah - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 1 . 2 Pendapatan Retribusi Daerah - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 1 . 3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 1 . 4 Lain-lain PAD Yang Sah - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 2 PENDAPATAN TRANSFER - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 2 . 1 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 2 . 2 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 2 . 3 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 3 . 1 Pendapatan Hibah - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 3 . 2 Dana Darurat - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 3 . 3 Pendapatan Lainnya - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 3 . 4 Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

9 BEBAN 7.269.396.463,00 5.780.864.729,33 1.488.532.133,67 25,75

9 . 1 . 1 Beban Pegawai - LO 2.475.423.391,00 2.601.833.781,00 (126.410.390,00) (4,86)

9 . 1 . 2 Beban Persediaan 428.154.895,00 338.627.549,00 89.527.346,00 26,44

9 . 1 . 2 Beban Jasa 3.320.552.356,00 1.718.574.608,00 1.601.977.748,00 93,22

9 . 1 . 2 Beban Pemeliharaan 328.908.545,00 376.111.891,00 (47.203.346,00) (12,55)

(6)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 5

9 . 1 . 2 Beban Perjalanan Dinas 241.864.729,00 444.888.475,00 (203.023.746,00) (45,63)

9 . 1 . 3 Beban Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00

9 . 1 . 4 Beban Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00

9 . 1 . 5 Beban Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00

9 . 1 . 6 Beban Bantuan Sosial 0,00 0,00 0,00 0,00

9 . 1 . 7 Beban Penyusutan dan Amortisasi 474.492.947,00 300.828.425,33 173.664.521,67 57,73

9 . 1 . 8 Beban Penyisihan Piutang 0,00 0,00 0,00 0,00

SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (7.269.396.863,00) (5.780.864.729,33) (1.488.532.133,67) 25,75

KEGIATAN NON OPERASIONAL

8 . 4 . 1 Surplus Penjualan Aset Non Lancar - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 4 . 2 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

8 . 4 . 3 Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

9 . 3 . 1 Defisit Penjualan Aset Non Lancar - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

9 . 3 . 2 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

9 . 3 . 3 Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL 0,00 0,00 0,00 0,00

SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (7.269.396.863,00) (5.780.864.729,33) (1.488.532.133,67) 25,75

POS LUAR BIASA

8 . 5 . 1 Pendapatan Luar Biasa - LO 0,00 0,00 0,00 0,00

9 . 4 . 1 Beban Luar Biasa 0,00 0,00 0,00 0,00

SURPLUS/DEFISIT DARI POS LUAR BIASA 0,00 0,00 0,00 0,00

SURPLUS/DEFISIT-LO (7.269.396.863,00) (5.780.864.729,33) (1.488.532.133,67) 25,75

Ponorogo, Mei 2021

PENGGUNA ANGGARAN

Drs. H. NAJIB SUSILO, M.M.

NIP. 19621017 198710 1 002

(7)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 6

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2020 DAN 2019 (Dalam Rupiah) Urusan Pemerintahan : 2 . 10 Komunikasi dan Informatika

Unit Organisasi

Sub Unit Organisasi :

: 2 . 10 . 01

2. 10. 01. 01 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik

URAIAN 2020 2019

EKUITAS AWAL 1.930.472.080,48 1.384.142.023,00

SURPLUS/DEFISIT-LO (7.269.396.863,00) (5.780.864.729,33)

DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:

Koreksi Nilai Persediaan 0,00 0,00

Selisih Revaluasi Aset Tetap 0,00 0,00

Koreksi ekuitas lainnya (33.316.666,67) 0,00

Koreksi Ekuitas Aset Tetap SKPD (182.390.087,00) 58.734.179,81

Koreksi ekuitas Aset Ekstrakomtable 0,00 0,00

EKUITAS UNTUK DIKONSOLIDASIKAN

R/K PPKD 7.265.919.131,00 6.268.460.607,00

EKUITAS AKHIR 1.711.287.594,81 1.930.472.080,48

Ponorogo, Mei 2021

Pengguna anggaran

Drs. H. NAJIB SUSILO, M.M.

NIP. 19621017 198710 1 002

(8)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 7

E. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

1. PENDAHULUAN

Berkaitan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran, maka sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah di ubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, maka Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus menyampaikan Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).

a. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

1) Maksud disusunnya Laporan Keuangan adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban pengguna anggaran atas pengelolaan keuangan beserta kinerja atas penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi.

2) Tujuan disusunnya Laporan Keuangan adalah untuk memenuhi ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

3) Adapun Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) dimaksudkan untuk menginformasikan kebijakan, asumsi dan prinsip akuntansi yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah.

b. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

Landasan hukum dalam penyusunan Laporan Keuangan SKPD Tahun 2019 antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

4)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas

(9)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1425 );

8) Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok - Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

9) Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun Anggaran 2020 ( Lembaran Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2020 Nomor 10 ).

10) Peraturan Bupati Ponorogo nomor 155 Tahun 2019 tentang Perubahan keenam Atas Peraturan Bupati Ponorogo Nomor 16 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

c. Sistematika Penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Tahun 2020 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Memuat informasi tentang: Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan, landasan hukum penyusunan laporan keuangan dan sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan

Bab II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD Memuat informasi tentang: Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan Pencapaian target kinerja APBD

Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan

Memuat informasi tentang: Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan serta hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

Bab IV Kebijakan akuntansi

Memuat informasi tentang: Entitas pelaporan keuangan daerah, basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan, penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan Bab V Penjelasan pos-pos laporan keuangan

Memuat informasi tentang: Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan keuangan, pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Kebijakan Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan.

Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan

(10)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 9 Memuat informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian manapun dari Laporan Keuangan

BabVII Penutup

Memuat uraian penutup Catatan Atas Laporan Keuangan.

2. EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

a. Ekonomi Makro

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan perubahan PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun yang bersangkutan terhadap tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua kategori kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu setahun.

Analisis stabilitas perekonomian daerah Kabupaten Ponorogo tidak lepas dari penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Pada dasarnya PDRB ADHB menggambarkan pergeseran struktur ekonomi suatu daerah dengan melibatkan variabel inflasi, sedangkan PDRB ADHK dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi daerah. PDRB ADHK digunakan dalam penentuan kebijakan ekonomi daerah di Kabupaten Ponorogo yang mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo dalam lima tahun terakhir menunjukkan adanya perubahan yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat dari tren kenaikan PDRB Kabupaten Ponorogo dari tahun-tahun sebelumnya. Angka PDRB Kabupaten Ponorogo Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menurut lapangan usaha selama kurun waktu tiga tahun terakhir adalah masing-masing 17.760.420 juta (Tahun 2017), 19.257.493 juta (Tahun 2018) dan 20.498.887 juta (Tahun 2019). Peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB menurut ADHB Tahun 2019 kontribusi terbesar adalah dari sektor Pertanian,Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar 26,82% sedangkan peranan terkecil dari sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang yaitu sebesar 0,09% (Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020).

Sementara angka Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo dengan menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2010)menurut lapangan usaha selama kurun waktu tiga tahun terakhir masing-masing 12.933.449 milyar (Tahun 2017),13.619.572 milyar (Tahun 2018) dan 14.301.785 milyar (Tahun 2019). Dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2010) diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo selama tiga tahun terakhir masing-masing sebesar 5,10% (Tahun 2017), 5,31% (Tahun 2018) dan 5,01% (Tahun 2019). Selama Tahun 2019 Kabupaten Ponorogo mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01% lebih lambat dibandingkan Tahun 2018 sebesar 5,31% . Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2019

(11)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 10 disebabkan oleh menurunnya kinerja lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Tahun 2019 yang mengalami kontraksi sebesar (0,17)%. Sebagai pemegang peranan tertinggi dalam perekonomian Kabupaten Ponorogo, fluktuasi kinerja lapangan usaha ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara total. Selain itu kinerja lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran serta lapangan usaha Konstruksi yang juga memegang peranan tinggi, pertumbuhannya juga tidak setinggi tahun sebelumnya. Hal ini memberikan pengaruh signifikan terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi Tahun 2019. Lapangan usaha yang tumbuh paling cepat adalah Transportasi dan Pergudangan yaitu sebesar 8,99%. Salah satu penyebabnya adalah semakin masifnya jenis moda transportasi berbasis online serta masih bergairahnya kinerja lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran yang berpengaruh terhadap peningkatan kegiatan transportasi. Dari 17 lapangan usaha yang ada, hanya Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang mengalami kontraksi, sedangkan sisanya mengalami pertumbuhan positif, 13 di antaranya mengalami pertumbuhan positif antara 5 hingga 9 persen sedangkan sisanya tercatat mengalami pertumbuhan yang lebih rendah. 13 lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 5 hingga 9% tersebut antara lain : Lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,99%, lapangan usaha Jasa Lainnya sebesar8,66%, lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,11%, lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 7,95%, lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 7,69%, lapangan Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 7,59%, lapangan usaha Jasa Pendidikan sebesar 7,49%, lapangan usaha Konstruksi sebesar 7,40%, lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 7,07%, lapangan usaha Jasa Perusahaan sebesar 6,98%, lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 6,87%, lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan sepeda Motor sebesar 6,79% dan lapangan usaha Real Estat sebesar 6,26%. Sedangkan 4 lapangan usaha lainnya adalah lapangan usaha Jasa Keuangan dan asuransi sebesar 4,12%, lapangan usaha administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial wajib sebesar 2,75%, lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 2,49% dan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar (0,17)%.

Selanjutnya peningkatan PDRB ADHB maupun PDRB ADHK disebabkan oleh aktivitas perekonomian daerah yang meningkat seiring dengan pengembangan pengelolaan sumber daya daerah yang semakin meningkat pula. Pada Tahun 2019 PDRB ADHK (Tahun Dasar 2010) mengalami peningkatan menjadi 14.301.785juta. Peningkatan tersebut diharapkan dapat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan ekonomi daerah dan strategi pengelolaan sumber daya baik Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya manusia (SDM) dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Adapun Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2010) dan Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2010) menurut

(12)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 11 Lapangan Usaha Kabupaten Ponorogo Tahun 2017-2019 dapat dilihat sebagaimana pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Kabupaten Ponorogo

Tahun 2017–2019

No. SEKTOR 2017 2018*) 2019**)

1. Pertanian,Kehutanan, dan Perikanan 5.156.097 5.398.995 5.497.120 2. Pertambangan dan Penggalian 397.229 435.546 457.579

3. Industri Pengolahan 1.242.805 1.376.313 1.502.802

4. Pengadaan Listrik dan Gas 14.725 15.950 17.452

5. Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah,Limbah

dan Daur Ulang 15.944 17.138 18.340

6. Konstruksi 1.740.234 1.895.537 2.036.225

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 3.072.138 3.436.243 3.683.186 8. Transportasi dan Pergudangan 307.726 343.075 383.903 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 560.507 619.893 673.677 10. Informasi dan Komunikasi 1.233.535 1.322.199 1.445.538 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 579.764 627.109 659.633

12. Real Estate 433.787 487.652 532.399

13. Jasa Perusahaan 78.823 88.493 97.064

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 932.620 1.032.585 1.134.317

15. Jasa Pendidikan 1.513.718 1.633.859 1.778.396

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 136.795 149.800 165.077

17. Jasa Lainnya 343.972 377.105 416.179

PDRB ADHB 17.760.420 19.257.493 20.498.887

Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam AngkaTahun 2020)

Tabel 2.2

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (JutaRupiah) Kabupaten Ponorogo

Tahun 2017–2019

No. SEKTOR 2017 2018*) 2019**)

1. Pertanian,Kehutanan, dan Perikanan 3.381.490 3.416.534 3.410.714 2. Pertambangan dan Penggalian 302.043 309.947 317.655

3. Industri Pengolahan 923.502 993.511 1.063.788

4. Pengadaan Listrik,dan Gas 11.724 12.189 13.114

5. Pengadaan Air dan Pengelolaan

Sampah,Limbah dan Daur Ulang 12.650 13.461 14.385

6. Konstruksi 1.211.743 1.306.119 1.402.806

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 2.340.398 2.515.057 2.685.829 8. Transportasi dan Pergudangan 229.515 248.675 271.037

(13)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 12

No. SEKTOR 2017 2018*) 2019**)

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 396.208 428.449 463.200 10. Informasi dan Komunikasi 1.149.401 1.230.838 1.328.660 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 410.130 430.799 448.553

12. Real Estate 342.396 367.902 390.947

13. Jasa Perusahaan 58.193 62.575 66.944

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 685.529 715.061 734.746

15. Jasa Pendidikan 1.107.340 1.173.006 1.260.807

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 103.132 111.255 119.808

17. Jasa Lainnya 268.057 284.193 308.793

PDRB ADHK 2010 12.933.449 13.619.572 14.301.785 Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020)

Tabel 2.3

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Ponorogo Tahun 2017–2019

(dalam persen)

No. SEKTOR 2017

(%)

2018*) (%)

2019**) (%) 1. Pertanian,Kehutanan, dan Perikanan 29,15 28,15 26,82

2. Pertambangan dan Penggalian 2,25 2,27 2,23

3. Industri Pengolahan 7,03 7,18 7,33

4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,08 0,09

5. Pengadaan Air dan Pengelolaan

Sampah,Limbah dan Daur Ulang 0,09 0,09 0,09

6. Konstruksi 9,84 9,88 9,93

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 17,03 17,60 17,97

8. Transportasi dan Pergudangan 1,74 1,79 1,87

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,11 3,18 3,29

10. Informasi dan Komunikasi 6,97 6,89 7,05

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,28 3,27 3,22

12. Real Estate 2,45 2,54 2,60

13. Jasa Perusahaan 0,45 0,46 0,47

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 5,27 5,38 5,53

15. Jasa Pendidikan 8,56 8,49 8,68

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,77 0,78 0,81

17. Jasa Lainnya 1,94 1,97 2,03

% PDRB ADHB 100,00 100,00 100,00

Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020)

(14)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 13 Tabel 2.4

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen) Kabupaten Ponorogo Tahun 2017 –

2019

(dalam persen)

No. SEKTOR 2017

(%)

2018*) (%)

2019**) (%) 1. Pertanian,Kehutanan, dan Perikanan (0,52) 1,04 (0,17)

2. Pertambangan dan Penggalian 6,58 2,62 2,49

3. Industri Pengolahan 8,39 7,58 7,07

4. Pengadaan Listrik,dan Gas 5,59 3,97 7,59

5. Pengadaan Air dan Pengelolaan

Sampah,Limbah dan Daur Ulang 7,72 6,41 6,87

6. Konstruksi 8,72 7,79 7,40

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 7,89 7,46 6,79

8. Transportasi dan Pergudangan 9,42 8,35 8,99

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,52 8,14 8,11

10. Informasi dan Komunikasi 7,99 7,09 7,95

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,76 5,04 4,12

12. Real Estate 4,81 7,45 6,26

13. Jasa Perusahaan 6,57 7,53 6,98

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 2,82 4,31 2,75

15. Jasa Pendidikan 6,98 5,93 7,49

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,04 7,88 7,69

17. Jasa Lainnya 5,74 6,02 8,66

% PDRB ADHK 2010 5,10 5,31 5,01

Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020)

Sedangkan Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2010)dan Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Tahun Dasar 2010) menurut Jenis Pengeluaran Kabupaten Ponorogo Tahun 2017-2019 sebagaimana pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.5

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Jenis Pengeluaran(Juta Rupiah) Kabupaten Ponorogo

Tahun 2017–2019

No. JENIS PENGELUARAN 2017 2018*) 2019**)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 12.569.837,22 13.624.051,78 14.612.755,85 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 406.478,94 446.125,47 485.283,09 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.992.984,96 2.169.277,20 2.348.222,44 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) 4.972.329,27 5.422.881,45 5.843.061,60

5. Perubahan Inventori 10.793,77 11.759,68 12.043,29

6. Net Ekspor Barang dan Jasa 2.262.003,99 2.492.602,58 2.802.479,31 PDRB 17.690.420,18 19.181.493,00 20.498.886,96

(15)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 14 Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020) Tabel 2.6

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Jenis Pengeluaran(Juta Rupiah) Kabupaten Ponorogo

Tahun 2017–2019

No. JENIS PENGELUARAN 2017 2018*) 2019**)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga 9.419.670,46 9.851.685,09 10.304.907,00

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 285.384,01 303.623,91 322.620,30 3. Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah 1.288.891,28 1.333.403,02 1.391.306,63

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) 3.544.736,07 3.761.095,23 3.943.499,78

5. Perubahan Inventori 7.267,62 7.308,70 7.349,63

6. Net Ekspor Barang dan Jasa 1.612.500,13 1.637.544,06 1.667.898,02 PDRB 12.933.449,31 13.619.571,90 14.301.785,31 Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020) Tabel 2.7

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Jenis Pengeluaran (persen) Kabupaten Ponorogo

Tahun 2017–2019

(dalam persen)

No. JENIS PENGELUARAN 2017 2018*) 2019**)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 71,05 71,03 71,29

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,30 2,33 2,37

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11,27 11,31 11,46 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 28,11 28,27 28,50

5. Perubahan Inventori 0,06 0,06 0,06

6. Net Ekspor Barang dan Jasa 12,79 12,99 13,67

PDRB 100,00 100,00 100,00

Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020) Tabel 2.8

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Jenis Pengeluaran(persen) Kabupaten Ponorogo

Tahun 2017–2019

(dalam persen)

No. JENIS PENGELUARAN 2017 2018*) 2019**)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4,40 4,59 4,60

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3,02 6,39 6,26

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,11 3,45 4,34

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 6,89 6,10 4,85

5. Perubahan Inventori - - -

6. Net Ekspor Barang dan Jasa - - -

PDRB 5,10 5,31 5,01

(16)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 15 Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020)

Dari Tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa sektor Pertanian,Kehutanan dan Perikanan pada Tahun 2019 masih memberikan kontribusi paling besar, yaitu 26,82% terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB, disusul sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 17,97%, dan urutan ketiga sektor Konstruksi 9,93%. Sedangkan pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas mengalami perkembangan produksi sejalan dengan pemenuhan kebutuhan listrik rumah tangga, perkantoran, usaha pabrik dan lainnya. Sektor ini pada Tahun 2019 memberikan kontribusi pada pembentukan PDRB Kabupaten Ponorogo hanya sebesar 0,09%. Menyadari keadaan diatas, berbagai kebijakan dan program telah dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam merevitalisasi sektor tersebut utamanya di sektor Pertanian,Kehutanan dan Perikanan dengan tidak mengesampingkan sektor lainnya. Contoh pada sektor Pertanian,Kehutanan dan Perikanan Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo menaruh perhatian khusus dengan memberikan bantuan sarana maupun prasarana produksi pertanian dengan memberikan bantuan pupuk organik guna mengurangi beban produksi usaha tani petani padi dan palawija maupun hortikultura, sehingga biaya yang ditanggung petani menjadi berkurang dan akhirnya akan berdampak pada kenaikan pendapatan bagi petani dan keluarganya.

Sedangkan dari Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2019 tumbuh 5,01 persen, melambat dibanding capaian Tahun 2018 yang mampu tumbuh 5,31 persen. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa melambatnya pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2019 disebabkan oleh menurunnya kinerja lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Tahun 2019 yang mengalami kontraksi sebesar (0,17)% akibat dampak dari musim kemarau yang lebih panjang dibanding tahun 2018.

Sebagai pemegang peranan tertinggi dalam perekonomian Kabupaten Ponorogo, fluktuasi kinerja lapangan usaha ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara total. Selain itu kinerja lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran serta lapangan usaha Konstruksi yang juga memegang peranan tinggi, pertumbuhannya juga tidak setinggi tahun sebelumnya. Hal ini memberikan pengaruh signifikan terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi Tahun 2019. Dari sisi produksi5 (lima) besar lapangan usaha tumbuh paling pesat di Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2019 adalah dari sektor Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,99%, disusul sektor Jasa Lainnya sebesar 8,66%, urutan ke-tiga Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,11%, urutan ke-empat sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 7,95%, dan terakhir urutan ke-lima sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 7,69%.

PDRB Per Kapita

Pada dasarnya PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tidak dapat menggambarkan keseluruhan mengenai kesejahteraan ekonomi, karena walaupun

(17)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 16 menghasilkan lebih banyak barang dan jasa secara umum menguntungkan, kita tidak dapat melihat apakah dalam kondisi ini rata-rata orang menjadi lebih baik atau tidak. Untuk itu kita harus melihat perkembangan suatu indikator yang disebut PDRB per kapita.

Salah satu indikator tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah/wilayah dapat dilihat dari nilai PDRB per kapita yang merupakan hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya penduduk akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita, sedangkan besar kecilnya PDRB sangat tergantung pada potensi daya alam dan faktor-faktor produksi yang terdapat di daerah tersebut. PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.

Nilai PDRB per kapita Kabupaten Ponorogo Atas Dasar Harga Berlaku dari tahun ke tahun senantiasa mengalami kenaikan. Pada Tahun 2017 PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku tercatat sebesar 20,34 juta rupiah, tahun 2018 sebesar 22,03 juta rupiah, secara nominal terus mengalami kenaikan hingga Tahun 2019 mencapai 23,53 juta rupiah (lihat Tabel 2.9). Gambaran tersebut belum bisa dijadikan sebagai ukuran peningkatan kemakmuran masyarakat Ponorogo maupun penyebaran pendapatan di setiap strata ekonomi karena inflasi sangat dominan dalam pembentukan PDRB. Namun bisa digunakan sebagai indikasi awal bahwa terjadi peningkatan pendapatan di masyarakat.

Perkembangan PDRB dan PDRB per kapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2017-2019 dapat ditunjukkan dalam tabel sebagai mana berikut :

Tabel 2.9

Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Per kapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2017–2019

Nilai PDRB ( Miliar Rupiah)

2017 2018*) 2019**)

- ADHB 17.690 19.181 20.499

- ADHK (2010) 12.933 13.620 14.302

PDRB per Kapita ( Ribu Rupiah)

- ADHB 20.336 22.030 23.525

- ADHK (2010) 14.868 15.642 16.413

- Pertumbuhan PDRB per Kapita ADHK

2010 4,97 5,21 4,93

Jumlah Penduduk (Ribu orang) 869,89 870,71 871,37

Pertumbuhan Jumlah Penduduk (%) 0,12 0,09 0,08

Ket. = *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

(Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka Tahun 2020)

Tingkat Kemiskinan ( Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan)

Salah satu indikator strategis yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan adalah tingkat kemiskinan di suatu daerah. Penghitungan tingkat kemiskinan di Indonesia dilakukan oleh BPS menggunakan pendekatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Konsep kemiskinan yang digunakan BPS adalah ketidakmampuan dari

(18)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 17 sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makananyang diukur dari sisi pengeluaran (basic needs approach). Sumber data yang digunakan untuk menghitung kemiskinan adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Konsumsi dan Pengeluaran (KP).

Garis kemiskinan merupakan suatu batas minimal untuk kebutuhan hidup (makanan dan bukan makanan) yang digunakan untuk mengelompokkan penduduk dalam 2 kriteria yaitu miskin dan tidak miskin. Penduduk dikatakan miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditentukan dari pengeluaran kebutuhan minimum makanan dan non makanan (perumahan,sandang, pendidikan,dan kesehatan). Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir pada periode Tahun 2018 s/d Tahun 2020, garis kemiskinandi Kabupaten Ponorogo mengalami peningkatan,

Tahun 2018 sebesar Rp. 297.467,00 per kapita per bulan, Tahun 2019 sebesar Rp. 313.175,00 per kapita per bulan dan pada Tahun 2020 terus mengalami peningkatan

menjadi sebesar Rp. 326.205,00 per kapita per bulan, sehingga pada Tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar Rp13.030,00 per kapita per bulan atau meningkat sebesar 4,16% dibandingkan pada Tahun 2019. Sebagai gambaran jika di suatu rumah tangga terdiri dari 4 orang anggota rumah tangga dan jumlah pengeluaran mencapai Rp1.000.000,00 per bulan, maka pengeluaran perkapita/bulan di rumah tangga ini Rp. 250.000,00. Angka ini berada di bawah garis kemiskinan, sehingga anggota rumah tangga ini tergolong sebagai penduduk miskin.

Dari tahun ke tahun terjadi fluktuasi jumlah maupun persentase penduduk miskin di Kabupaten Ponorogo. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir, yakni Tahun 2018 s/d Tahun 2020, persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2018 sebesar 10,36%, Tahun 2019 turun menjadi 9,64% dan Tahun 2020 naik lagi menjadi 9,95% atau mengalami kenaikan sebesar 0,31poin dibanding Tahun 2019. Peningkatan angka kemiskinan pada Tahun 2020 antara lain dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kondisi pandemi COVID-19. Namun demikian persentase penduduk miskin di Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2020 yang sebesar 9,95% lebih rendah dibandingkan persentase penduduk miskin di Propinsi Jawa Timur yang sebesar 11,09%. Meskipun sama-sama naik, kenaikan persentase kemiskinan Kabupaten Ponorogo lebih baik karena lebih rendah daripada Jawa Timur yang naik 0,72 poin dibanding Tahun 2019.Sementara itu secara absolut jumlah penduduk miskin Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2018 berjumlah 90,22 ribu jiwa, Tahun 2019 turun berjumlah 83,97 ribu jiwa dan Tahun 2020 naik menjadi 86,74 ribu jiwa, bertambah sebanyak 2,77 ribu jiwa dibanding Tahun 2019.

Persoalan kemiskinan tidak semata melihat jumlah dan persentase penduduk miskin.

Namun ukuran lain yakni tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan juga perlu mendapat perhatian agar kesenjangan antar penduduk miskin tidak semakin melebar.

Upaya kebijakan pembangunan terutama yang bertujuan memperkecil jumlah penduduk miskin, diharapkan juga bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Tingkat kedalaman kemiskinan merupakan seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran

(19)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 18 penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, biasa disebut sebagai P1. Sedangkan tingkat keparahan kemiskinan merupakan keragaman pengeluaran di antara penduduk miskin, biasa disebut sebagai P2.

Secara umum dari tahun ke tahun Indeks Kedalamam Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Ponorogo mengalami perubahan yang berfluktuasi. Pada Tahun 2018-2019, Indeks Kedalamam Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Ponorogo keduanya mengalami peningkatan.

Namun pada Tahun 2020 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami perubahan yakni menurun 0,26 poin dari semula 1,70 pada Tahun 2019, menjadi 1,44 pada Tahun 2020.

Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan sebesar 0,09 poin dari semula 0,40 pada Tahun 2019 turun menjadi 0,31 pada Tahun 2020.

Penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada Tahun 2020 ini menunjukkan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin dekat.

Dengan kata lain kesenjangan pengeluaran penduduk miskin Kabupaten Ponorogo tehadap garis kemiskinan semakin rendah atau tingkat kedalamannya berkurang dibanding Tahun 2019. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang cenderung meningkat menandakan ketimpangan pendapatan di antara penduduk miskin semakin lebar. Begitu juga sebaliknya jika nilai P2 yang cenderung menurun menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin menyempit. PadaTahun 2020 Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Ponorogo cenderung mengalami penurunan dibanding Tahun 2019, hal inimemberikan indikasi bahwaketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin menyempit.

Dari informasi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Ponorogo Tahun 2020mengalami peningkatan, namun dilihat dari Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ada hal yang mengalami perubahan secara positif. Berdasarkan indikator Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) penduduk miskin pada Tahun 2020 di Kabupaten Ponorogo memiliki rata-rata jarak tingkat pengeluaran per kapita per bulan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, semakin mendekati garis kemiskinan. Demikian juga dengan indikator Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), mengalami penurunan yang menunjukkan bahwa perbedaan tingkat pengeluaran per kapita per bulan di antara penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan di Kabupaten Ponorogo tidak terlalu bervariasi, sehingga memudahkan dalam membuat formulasi program pengentasan kemiskinan.

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin,Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Ponorogodalam waktu 3 (tiga) tahun terakhir selamaTahun 2018-2020 dapat ditunjukkan sebagaimana dalam tabel sebagai berikut :

(20)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 19 Tabel 2.10

Jumlah Penduduk Miskin,Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Ponorogo

Tahun 2018–2020

Indikator 2018 2019 2020

- Jumlah Penduduk Miskin (Dalam ribuan) 90,22 83,97 86,74

- Persentase Penduduk Miskin (%) 10,36 9,64 9,95

- Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) 297.467 313.175 326.205

- Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 1,30 1,70 1,44

- Indeks Keparahan Kemiskinan ( P2) 0,26 0,40 0,31 (Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo - Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ponorogo 2020)

Tingkat Ketenagakerjaan

Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat menjadi sasaran pembangunan ideal suatu daerah.

Disinilah letak isu pentingnya faktor ketenagakerjaan itu berperan dalam sebuah aktifitas bisnis dan perekonomian unggulan Kabupaten Ponorogo. Ketenagakerjaan masih menjadi permasalahan yang harus dihadapi oleh Pemerintah untuk menerapkan strategi dan langkah tepat dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan daerah.

Adanya pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia termasuk Kabupaten Ponorogo berdampak bukan hanya pada masalah kesehatan, melainkan banyak aspek kehidupan lainnya. Salah satunya dalam hal ini berdampak pada aktivitas perekonomian penduduk yang didalamnya meliputi aktivitas dan dinamika ketenagakerjaan.

Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada penambahan pengangguran penduduk melainkan juga pada dinamika aktivitas ketenagakerjaan penduduk usia kerja secara umum di Kabupaten Ponorogo.

Dampak dari pandemi COVID-19 pada penduduk usia kerja dapat dikelompokkan menjadi 4 komponen, yaitu Pengangguran dan Bukan Angkatan Kerja (BAK) yang pernah berhenti bekerja,Penduduk yang berstatussementara tidak bekerja dan Penduduk yang mengalami pengurangan jam kerja selama periode bulan Pebruari - Agustus 2020.

Pengangguran karena COVID-19 adalah pengangguran yang pernah berhenti bekerja karena COVID-19 selama bulan Pebruari-Agustus 2020, Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19 adalah penduduk usia kerja yang termasuk dalam kategori bukan angkatan kerja dan pernah berhenti bekerja karena COVID-19 selama bulan Pebruari- Agustus 2020, sementara tidak bekerja karena COVID-19 adalah penduduk yang bekerja namun karena COVID-19 menjadi sementara tidak bekerja selama bulan Pebruari-Agustus 2020,sedangkan pengurangan jam kerja karena COVID-19 adalah penduduk yang bekerja mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 selama bulan Pebruari-Agustus 2020.

(21)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 20 Berdasarkan Survei BPS Kabupaten Ponorogo pada periode bulan Pebruari-Agustus 2020 terdapat 77,0 ribu orang atau 10,72% penduduk usia kerja yang berdampak COVID- 19 terdiri dari pengangguran karena COVID-19 (3,7 ribu orang), bukan angkatan kerja karena COVID-19 (1,3 ribu orang), sementara tidak bekerja karena COVID-19 (4,0 ribu orang) dan pengurangan jam kerja karena COVID-19 (68 ribu orang).

Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Kondisi jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Karena itu pentingnya data mengenai perkembangan ketenagakerjaan sangatlah penting bagi pemerintah terkait dalam pengambil kebijakan yang tepat sasaran.

Ketenagakerjaan Kabupaten Ponorogo Tahun 2020 tejadi perubahan Estimasi Data.

Pada rilis Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2020, penghitungan indikator ketenagakerjaan dilakukan dengan menggunakan penimbang Proyeksi Penduduk hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015. Penimbang adalah faktor penggali sampel suatu survei untuk menghasilkan estimasi populasi penduduk. Proyeksi penduduk hasil SUPAS2015 dalam hal ini digunakan untuk mengoreksi proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 sekaligus untuk menghitung proyeksi penduduk hingga Tahun 2045. Sementara itu, rilis keadaan Ketenagakerjaan beberpa tahun terakhir menggunakan penimbang proyeksi penduduk hasil SP2010. Oleh karena itu untuk menjaga keterbandingan series data dilakukan penghitungan ke belakang (backcasting) dimulai Tahun 2018 menggunakan penimbang proyeksi penduduk hasil SUPAS2015.Indikator tingkat Ketenagakerjaan yang akan dianalisis antara lain Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, Pengangguran, Bukan Angkatan Kerja, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

- Penduduk Usia Kerja

Penduduk Usia Kerja adalah semua orang berumur 15 tahun ke atas. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir yakni Tahun 2018-2020, Penduduk Usia Kerja Tahun 2018 sebanyak 711,9 ribu orang, Tahun 2019 sebanyak 715,3 ribu orang, sedangkan Tahun 2020 sebanyak 718,4 ribu orang mengalami kenaikan sebanyak 3,1 ribu orang atau naik sebesar 0,44% dibanding Tahun 2019. Penduduk Usia Kerja cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya seiring dengan kenaikan jumlah penduduk.

- Angkatan Kerja

Penduduk yang termasuk Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir jumlah Angkatan Kerja pada Tahun 2018 sebanyak 514,0 ribu orang, Tahun 2019 sebanyak 509,0 ribu orang dan Tahun 2020 sebanyak 513,8 ribu orang mengalami kenaikan sebanyak 4,8 ribu orang atau sebesar 0,95% dibanding Tahun 2019.Komponen pembentuk angkatan kerja adalah jumlah

(22)

Laporan Keuangan SKPD Tahun Anggaran 2020 Page 21 penduduk yang bekerja dan pengangguran. Pada Tahun 2020 sebanyak 490,9 ribu orang yang bekerja dan 22,9 ribu orang pengangguran.

- Penduduk yang Bekerja

Penduduk yang bekerja merupakan cerminan angkatan kerja yang terserap di pasar kerja. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir periode Tahun 2018-2020, penduduk yang bekerja pada tahun 2018 sebanyak 494,7 ribu orang, Tahun 2019 sebanyak 491,1 ribu orang, dan Tahun 2020 sebanyak 490,9 ribu orang. Pada Tahun 2020 penduduk yang bekerjasedikit berkurang sebanyak 0,2 ribu orang atau mengalami penurunan sebesar 0,05% dibandingkanTahun 2019.Komposisi penduduk yang bekerja pada setiap sektor lapangan pekerjaan menunjukkan kemampuan masing-masing sektor dalam penyerapan tenaga kerja. Lapangan pekerjaan pertanian yang meliputi peternakan, perikanan dan kehutanan mengalami peningkatan persentase orang yang bekerja di sektor tersebut sebesar 1,89% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk lapangan pekerjaan jasa yang terdiri dari sektor perdagangan, rumah makan dan akomodasi, transportasi dan komunikasi, keuangan serta jasa kemasyarakatan, sosial dan perseorangan juga mengalami kenaikan sebesar 1,53% jika dibandingkan Tahun 2019. Sedangkan lapangan pekerjaan sektor industri yang terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum dan sektor konstruksi pada Tahun 2020 mengalami penurunan persentase orang yang bekerja sebesar 2,45% dibandingkan Tahun 2019.

- Pengangguran

Pengangguran adalah penduduk yang tidak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan, tidak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha, tidak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir periode Tahun 2018- 2020 jumlah penduduk yang mengalami pengangguran, pada Tahun 2018 sebanyak 19,4 ribu orang, Tahun 2019 turun menjadi sebanyak 17,8 ribu orang, dan Tahun 2020 naik lagi sebanyak 22,9 ribu orang. Sehingga pada Tahun 2020 jumlah penduduk yang mengalami pengangguran naik sebanyak 5,1 ribu orang atau sebesar 28,38% dibandingkan Tahun 2019.

- Bukan Angkatan Kerja (BAK)

Penduduk yang termasuk Bukan Angkatan Kerja (BAK) adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir periode Tahun 2018-2020 jumlah pendudukyang termasuk Bukan Angkatan Kerja (BAK), pada Tahun 2018 sebanyak 197,8 ribu orang, Tahun 2019 naik menjadi sebanyak 206,3 ribu orang, dan Tahun 2020 turun lagi sebanyak 204,7 ribu orang. Sehingga pada Tahun 2020 jumlah penduduk yang termasuk Bukan Angkatan Kerja mengalami penurunan sebanyak 1,6 ribu orang atau sebesar 0,82%

dibandingkan Tahun 2019.

Gambar

Tabel 9.1.1.e  Realisasi Beban Lain-lain

Referensi

Dokumen terkait

nya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja seorang aparatur (Notoatmodjo, 2003:38). Tuntutan yang terasa kuat untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia

Maka terjawab sudah pertanyaan penelitian dalam tulisan ini bahwa faktor yang mempengaruhi keluarnya Kebijakan Konservasi Hutan oleh APP di pengaruhi oleh Pertama,

Tentu akibat dari tidak terpenuhinya prestasi yang telah diperjanjikan antara developer residence dan pembeli perumahan tersebut mengakibatkan kerugian materiil

Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa

Salah satu tujuan dilakukannya manajemen laba adalah untuk menghasilkan tingkat laba yang diinginkan oleh manajer perusahaan sehingga laba yang dimiliki perusahaan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyuntikan ovaprim dengan dosis yang berbeda terhadap ovulasi (waktu laten dan jumlah telur striping) serta mutu telur

Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai total populasi bakteri penambat N pada tanah gambut dengan melihat perbedaan umur vegetasi pada lokasi

Dibandingkan dengan Model Bentler dan Speckart (1979) yang digunakan untuk memprediksi perilaku tertentu bagi orang yang pernah melakukan perilaku tertentu tersebut maka