• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN LEASING YANG DIAKIBATKAN WABAH COVID-19 (STUDI PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN LEASING YANG DIAKIBATKAN WABAH COVID-19 (STUDI PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

WABAH COVID-19

(STUDI PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

DWINA GITA NATALIA DAMANIK 170200212

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

berkat-Nya diperoleh kesempatan untuk menjalani proses perkuliahan hingga tahap penulisan skripsi ini. Judul yang dibahas dalam skripsi ini adalah

“PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP PEMBIAYAAN

BERMASALAH DALAM PERJANJIAN LEASING YANG DIAKIBATKAN WABAH COVID-19 (STUDI PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN) yang disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan doa,dukungan serta bimbingan. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih dan rasa hormat disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting., S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Saidin, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H.,M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Syamsul Rizal ,S.H.,M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

meluangkan waktu untuk membimbing dengan memberikan arahan, saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dengan memberikan arahan, saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak/Ibu Dosen serta Staff Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik juga membantu selama proses perkuliahan.

11. Bapak David, Bapak Irfan, Ibu Gerizcha Aprillia Pardede dan Bapak Martogi Parulian Sihombing yang telah memberikan kesempatan serta meluangkan waktu untuk melakukan wawancara di PT. Mandiri Tunas Finance Medan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

12. Keluarga tercinta, ayah dan mama yaitu Manahan Damanik dan Deliana Saragih yang tak henti-hentinya memberikan doa, kasih sayang serta dukungan . Abang dan kakak yaitu abang Bastian Rio Andreas Damanik serta kakak tercinta Grace Leliharni Damanik yang juga selalu memberikan doa serta dukungan.

13. Teman-teman selama menjalani proses perkuliahan, Bertha Milionita, Feny Yolanda, Larasati Angelica, dan Rivani br. Ginting yang menemani suka duka masa perkuliahan serta memberikan doa dan dukungan.

(5)

penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2020 Penulis,

Dwina Gita Natalia Damanik 170200212

(6)

HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN………...……1

A. Latar Belakang………...…..……1

B. Permasalahan………..……….8

C. Tujuan Penelitian………..……...…8

D. Manfaat Penelitian………..……….9

E. Metode Penelitian……….……….10

F. Keaslian Penulisan………..……...15

G. Sistematika Penulisan………...….17

BAB II PERJANJIAN LEASING PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA……….…………..…...20

A. Profil Mandiri Tunas Finance………..20

B. Perjanian Ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata……….34

C. Perjanjian Leasing Pada Mandiri Tunas Finance Ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata…………..…….45

(7)

LEASING……….………...…………..52

A. Tinjauan Hukum Mengenai Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Leasing……….………..…………52

B. Faktor-faktor Penyebab Perjanjian Leasing Bermasalah …..61

C. Tinjauan Hukum Mengenai Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Leasing…………...………….64

BAB IV PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN LEASING YANG DIAKIBATKAN WABAH COVID-19 PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN...………..…………..……68

A. Kasus Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19 Pada Mandiri Tunas Finance Medan……….……..……..68

B. Tinjauan Hukum Mengenai Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19…....78

C. Kebijakan yang Diambil Mandiri Tunas Finance Medan Sebagai Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19..….83

BAB V PENUTUP……….………97

A. Kesimpulan………..97

B. Saran……….……99

DAFTAR PUSTAKA……….……101

LAMPIRAN………..…..107

(8)

Tan Kamello **) Rosnidar Sembiring ***)

Leasing atau yang disebut juga sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Mandiri Tunas Finance Medan merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang menyediakan layanan kegiatan pembiayaan leasing bagi masyarakat. Kegiatan leasing tersebut dilakukan dengan adanya perjanjian leasing yang mengikat para pihak.

Permasalahan yang ditulis dalam skripsi ini adalah perjanjian leasing pada Mandiri Tunas Finance Medan ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tinjauan hukum mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing, penyelesaian hukum terhadap pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing yang diakibatkan wabah COVID-19 pada Mandiri Tunas Finance Medan

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang menggunakan fakta-fakta empiris. Penelitian skripsi ini dilakukan dengan studi kasus pada Mandiri Tunas Finance Medan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Mandiri Tunas Finance Medan , dapat disimpulkan bahwa ketentuan perjanjian leasing yang mengikat para pihak terdapat klausul pengesampingan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Penyelesaian hukum pembiayaan bermasalah yang dilakukan Mandiri Tunas Finance Medan adalah melalui pengadilan dan di luar pengadilan yaitu melalui internal collector (somasi), negosiasi dan external collector/ debt collector (eksekusi penarikan). COVID-19 merupakan bencana nasional non-alam yang sebelumnya tidak pernah diduga mengakibatkan terjadinya pembiayaan bermasalah oleh karena itu untuk mengatasinya, penyelesaian hukum yang dilakukan oleh Mandiri Tunas Finance Medan adalah dengan cara pemberian restrukturisasi dengan penundaan kewajiban pembayaran angsuran (grace period) yang diberikan secara selektif untuk tetap menjaga kesehatan sirkulasi keuangan Mandiri Tunas Finance Medan

Kata Kunci : COVID-19, Perjanjian Leasing, Pembiayaan Bermasalah, Penyelesaian Hukum Pembiayaan Bermasalah

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**) Dosen Pembimbing I, Dosen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

***) Dosen Pembimbing II, Dosen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagai salah satu kegiatan usaha pembiayaan, leasing juga menghadapi berbagai kendala dalam menjalankan kegiatan usahanya salah satunya yaitu pembiayaan bermasalah. Pada umumnya, setiap perusahaan memiliki penyelesaian hukum dalam menghadapi pembiayaan bermasalah. Mandiri Tunas Finance Medan (MTF) memiliki penyelesaian hukum dalam menghadapi pembiayaan bermasalah namun masa pandemi COVID-19 mengakibatkan berbagai sektor usaha yang merupakan nasabah MTF mengalami penurunan kemampuan membayar angsuran hingga mengalami pembiayaan bermasalah oleh karena itu diperlukan penyelesaian hukum yang berbeda khusus yang diakibatkan COVID-19, kebijakan keringanan pembiayaannya yaitu sebagaimana yang diamanatkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 14 /POJK.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-bank namun dalam penerapan keringanan berdasarkan POJK tersebut justru menimbulkan masalah bagi MTF karena di sisi yang lain berdampak pada pemasukan yang berkurang sehingga perusahaan harus memikirkan upaya agar tidak merugi.

Peraturan perundang-undangan di Indonesia saat ini yang menjadi dasar hukum pelaksanaan Sewa Guna Usaha (Leasing) terbilang masih sederhana yaitu Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991

(10)

tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.013/1990 tentang Pengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa Guna Usaha (Perusahaan Leasing).

Perjanjian leasing tidak dikenal dalam KUH Perdata sehingga kemudian dikategorikan sebagai perjanjian tak bernama atau perjanjian inominaat.

Perjanjian tidak bernama pengertiannya adalah perjanjian yang belum diatur di dalam KUH Perdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat.1 Sampai saat ini, peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum berlakunya leasing di Indonesia masih mengatur hal-hal yang sekurang-kurangnya harus terdapat dalam klausul perjanjian, akan tetapi belum mengatur secara rinci bagaimana para pihak pelaku leasing menentukan bentuk perjanjian, apa yang harus dilakukan serta klausul-klausul apa saja yang boleh dan tidak boleh dicantumkan.

Secara rinci ketentuan mengenai perjanjian leasing belum diatur dalam KUH Perdata meskipun demikian pembuatan perjanjian leasing di Indonesia kemudian dilaksanakan berdasarkan pada ketentuan Pasal 1338 Ayat 1 KUH Perdata. Artinya, hukum perjanjian memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi setiap orang mengadakan perjanjian apa saja asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Sendi ini terkenal sebagai Asas Kebebasan Berkontrak.2

Dunia bisnis yang saat ini semakin berkembang menunjukkan penerapan asas kebebasan berkontrak sangat longgar dan bervariasi yang selanjutnya

1 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), h. 67.

2 Amin Widjaja Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, (Jakarta: Rineka,1994), Cipta,h.3.

(11)

justru telah menimbulkan ketimpangan yaitu apabila para pihak yang membuat perjanjian tidak dalam posisi yang sama kuat kedudukannnya atau mempunyai bargaining position yang tidak sama. 3

Salah satu bentuk ketimpangan tersebut adalah penerapan perjanjian klausul baku. Kontrak baku yang dimaksud adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut. Bahkan sering kali kontrak tersebut sudah tercetak dalam bentuk formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya.4

Dalam praktik perjanjian baku, terdapat klausul yang berakibat ketimpangan antara lessor dan lessee, seperti klaulusa perjanjian pembiayaan yang menyampingkan Pasal 1266 KUH Perdata. Sebagai contoh yaitu perjanjian pembiayaan leasing PT Mandiri Tunas Finance. Pada Angka 9 huruf a Lampiran Ketentuan Perjanjian Pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Perjanjian Pembiayaan yang telah ditanda tangani oleh lessor dan lesse, ditentukan:

Menyimpang dari apa yang ditentukan dalam jangka waktu sebagaimana disebutkan dalam perjanjian pembiayaan. Kreditur berhak sewaktu-waktu menghentikan dan memutuskan perjanjian pembiayaan dengan mengenyampingkan Pasal 1266 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata terkait dengan kewajiban pembatalan melalui putusan pengadilan untuk pengakhiran suatu perjanjian, sehingga dalam hal menghentikan dan memutuskan perjanjian pembiayaan dan kreditur tidak diwajibkan untuk memberikan surat pemberitahuan (somasi) atau surat peringatan juru sita atau surat lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Dalam hal demikian, seluruh jumlah

3 Daeng Naja, Contract Drafting, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2008), h. 11.

4 Munir Fuandy, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Buku Kedua, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2003), h. 76.

(12)

terutang yang timbul kepada kreditur menjadi wajib untuk dibayar seketika dan sekaligus yaitu dalam hal debitur lalai dan/atau wanprestasi atau terjadi salah satu atau lebih dari kejadian di bawah ini:

1. Debitur tidak melakukan pembayaran Angsuran dan/atau apabila terdapat pembayaran Angsuran yang lebih kecil atau kurang dari jumlah Angsuran yang seharusnya dibayarkan kepada Kreditur berdasarkan Perjanjian Pembiayaan, hal mana cukup dibuktikan dengan lewat waktunya saja.

2. Debitur tidak memenuhi atau melaksanakan suatu ketentuan atau persyaratan lain yang dinyatakan secara tegas atau tersirat dalam Lampiran Perjanjian ini dan kelalaian tersebut tidak diperbaiki (jika kelalaian disyaratkan untuk diperbaiki oleh Kreditur) dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah pemberitahuan tertulis mengenai kelalaian tersebut disampaikan oleh Kreditur kepada Debitur.

3. Apabila menurut pertimbangan Kreditur, keadaan keuangan Debitur, bonafiditas dan solvabilitasnya mundur sedemikian rupa sehingga Debitur tidak dapat membayar Angsuran dan/atau Jumlah Terutang.

4. Apabila Debitur meninggal dunia atau perusahaannya dibubarkan atau dimohon bubar atau ditangguhkan sementara.

5. Apabila Debitur mengajukan permohonan pailit atau dinyatakan pailit atau mengajukan penundaan pembayaran atau karena sebab apapun tidak berhak mengurus dan menguasai kekayaannya atau dinyatakan berada di bawah pengampuan atau terhadap tuntutan kepailitan terhadap Debitur.

6. Apabila terhadap Debitur diajukan gugatan perdata dan/atau penetapan sebagai tersangka dalam kasus pidana dan/atau terdapat putusan atas perkara tersebut.

7. Apabila sebagian atau seluruh kekayaan Debitur disita.

8. Apabila Barang musnah baik seluruhnya atau sebagian, atau hak penguasaannya berakhir atau disita oleh pihak yang berwenang.

9. Apabila pernyataan-pernyataan, surat-surat, keterangan- keterangan yang diberikan Debitur kepada Kreditur ternyata palsu atau tidak benar.

Pengesampingan Pasal 1266 KUHPerdata memberikan posisi yang lebih menguntungkan bagi lessor selaku kreditur, di mana kreditur akan lebih efisien dan tidak perlu untuk menunggu adanya putusan pengadilan untuk melakukan tindakan-tindakan dalam memenuhi haknya dengan proses yang

(13)

berlarut-larut5 serta penilaian wanprestasi (yang selanjutnya akan disebut cidera janji karena ketentuan perjanjian menggunakan istilah cidera janji) yang cukup melalui ketentuan penilaian yang ditetapkan oleh kreditur saja.

Menyampingkan Pasal 1266 KUH Perdata berarti pemutusan perjanjian tanpa adanya permohonan melalui pengadilan yang mana penilaian cidera janji dilakukan sepihak oleh perusahaan pembiayaan padahal peranan lembaga peradilan atau dalam hal ini Hakim merupakan pedoman untuk menyelenggarakan keadilan di dalam kehidupan bermasyarakat. Proses penyelesaian suatu permasalahan melalui Pengadilan (Hakim) dapat memberikan jaminan perlindungan hukum bagi hak-hak debitur tanpa dipengaruhi oleh adanya kedudukan yang dominan atau lebih tinggi dari para pihak yang terikat dalam perjanjian. Menyampingkan Pasal 1266 KUH Perdata juga berpotensi memberikan implikasi-implikasi yuridis hilangnya hak-hak debitur dalam memilih pilihan-pilihan alternatif dalam penyesaian hukum cidera janji dalam hal ini yang pembahasannya dibatasi pada pembiayaan bermasalah.

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu persengketaan yang memungkinkan timbul di antara para pihak pada kemudian hari. Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikannya yaitu dengan cara damai, arbitrase dan melalui pengadilan negeri.6 Dalam kegiatan usahanya, Mandiri Tunas Finance Medan memiliki beberapa cara dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah, yaitu melalui somasi, negosiasi, penarikan objek

5 Rocky Marciano Ambar, “Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 dan pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat batal dalam Perjanjian Kredit Perbankan”, Journal Diversi, Vol.3 Nomor 1, (2017) h. 73

6 Amin Widjaja Tunggal,op.cit.,h.51

(14)

leasing, dan jalur litigasi (pengadilan) namun masa pandemi COVID-19 memengaruhi sebagian besar kemampuan nasabah leasing membayar angsuran oleh karena itu diperlukan upaya sebagai penyelesaian pembiayaan bermasalah yang diakibatkan COVID-19.

Pada masa pandemi COVID-19, kebijakan Pembatasan Sosial Skala besar (PSBB) diharapkan sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19. Di sisi lain, kebijakan ini juga memberi dampak negatif pada sebagian kalangan khususnya dunia usaha. Buntut panjangnya, terbatasnya kegiatan masyarakat ini berujung kepada market failure atau kegagalan pasar untuk mempertemukan supply dan demand (mekanisme pasar). Lebih lanjut, kebijakan PSBB berimbas lebih berat kepada sektor-sektor ekonomi yang mengandalkan mekanisme pasar untuk mendapatkan penghasilan.7

Aspek perbankan dan pembiayaan juga dikhawatirkan karena menurunnya kemampuan debitur membayar angsuran akibat terdampak COVID-19 termasuk pula perusahaan leasing yang turut menghadapi pembiayaan bermasalah. Banyak debitur yang sudah meminta kelonggaran batas dan besaran pembayaran angsuran karena keadaan ekonomi yang tidak stabil saat ini. Menanggapi hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan salah satu kebijakan yaitu, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 14 /POJK.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-bank untuk mendorong optimalisasi kinerja lembaga jasa keuangan non-bank yang di

7 M. Rifki Fadilah, “Tinjauan Bulanan Ekonomi, Hukum, Keamanan, Politik, dan Sosial,” Update Indonesia Volume XIV, No.6 (2020) h.15

(15)

dalamnya memuat ketentuan mengenai keringanan pembiayaan untuk debitur terdampak COVID-19.

Mandiri Tunas Finance merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang turut menghadapi tantangan pembiayaan bermasalah pada masa pandemi COVID-19 yang mana satu sisi perusahaan dihadapkan untuk menangani pembiayaan bermasalah bagi debitur yang terdampak COVID-19 sementara di sisi lain harus menjaga kesehatan perusahaan agar tidak merugi. Kebijakan physical distancing yang diharapkan menekan penyebaran COVID-19 juga berdampak pada penurunan kinerja sektor usaha sehingga sektor usaha yang merupakan nasabah pembiayaan mengalami masalah dalam pembayaran angsuran. Salah satunya adalah PT. XX yang merupakan badan usaha biro perjalanan. Pada awalnya pembayaran angsuran yang dilakukan atas pembiayaan tersebut berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Memasuki bulan April yaitu lebih tepatnya masa awal pandemi COVID-19, pendapatan PT.XX menurun drastis. Industri penerbangan Indonesia mengalami dampak negatif akibat COVID-19, arus penumpang dan kargo mengalami penurunan yang cukup drastis dari Maret 2020.8 Pada saat itu, pemerintah tengah gencar dalam menerapkan kebijakan physical distancing. Kebijakan physical distancing (jaga jarak antar orang minimal 1,8 meter) diberlakukan sejak awal Maret 2020. Mengatasi hal tersebut Mandiri Tunas Finance menerapkan kebijakan keringanan pembiayaan yang dimuat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 14 /POJK.05/2020 bagi debitur yang terdampak COVID-19 namun penerapan keringanan berdasarkan POJK tersebut justru

8Ricardi S. Adnan, Pandemik COVID-19, “Dampak Pada Sektor Penerbangan”

https://balitbanghub.dephub.go.id/file/355 diakses pada 3 Desember 2020

(16)

menimbulkan masalah bagi MTF yaitu berdampak pada penurunan pemasukan sehingga mengganggu sirkulasi keuangan MTF sendiri oleh karena itu diperlukan upaya sebagai bentuk penyelesaian hukum pembiayaan bermasalah yang diakibatkan COVID-19 namun tetap memerhatikan sirkulasi keuangan perusahaan agar tidak merugi.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian sebagai judul skripsi yaitu “Penyelesaian Hukum Terhadap Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19”

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah di dalam skripsi ini terdiri atas tiga, yaitu:

1. Bagaimana perjanjian leasing pada Mandiri Tunas Finance Medan ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?

2. Bagaimana tinjauan hukum mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing ?

3. Bagaimana penyelesaian hukum terhadap pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing yang diakibatkan wabah COVID-19 pada Mandiri Tunas Finance Medan?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perjanjian leasing pada Mandiri Tunas Finance Medan ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

(17)

2. Untuk mengetaui tinjauan hukum mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing.

3. Untuk mengetahui penyelesaian hukum terhadap pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing yang diakibatkan wabah COVID- 19 Mandiri Tunas Finance Medan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Secara Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk penelitian dan penulisan selanjutnya dengan bidang yang berkaitan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum perdata khususnya mengenai perjanjian leasing.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing yang diakibatkan wabah COVID-19.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap lembaga keuangan khususnya Mandiri Tunas Finance Medan untuk dijadikan suatu pandangan dalam mengatasi pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing khususnya yang diakibatkan wabah COVID- 19.

(18)

E. Metode Penelitian

Kata “metode” berasal dari Yunani, yaitu “methodos” yang berarti menuju, melalui,mengikuti, sudah; dan kata benda “hodos”, yang berarti jalan, perjalanan, cara, arah. Jadi metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.9 Suatu penelitian ilmiah tidak dapat terlepas dari metode agar dapat terlaksana dengan sistematis. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum empiris.

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji menjelaskan, bahwa penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti data primer.10 Dalam penelitian ilmu hukum empiris penetapan sampel merupakan salah satu langkah yang penting, karena kesimpulan penelitian pada hakekatnya adalah generalisasi dari sampel menuju populasi. Generalisasi adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.11 Populasi adalah keseluruhan satuan analisis dalam sasaran penelitian.12 Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah adalah nasabah produk pembiayaan leasing pada Mandiri Tunas Finance Medan yang mengalami pembiayaan bermasalah.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan non random sampling yakni purposive sampling. Menurut Sugiyono, purposive

9 Soerjono Soekanto, Tata Cara Penyusunan Karya Tulis Ilmu Bidang Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1983),h.49.

10 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.14.

11 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum (Bandung: CV Mandar Maju,2008),h.

145

12 W. Gulo, Metode Penelitian (Jakarta : PT. Grasindo, 2010), h.77

(19)

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.13 Alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan teknik Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Kriteria yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Nasabah produk pembiayaan leasing Mandiri Tunas Finance Medan;

b) Mengalami pembiayaan bermasalah yang diakibatkan wabah COVID-19;

Ada dua istilah penting yang diperlukan dalam hal memilih orang untuk diwawancarai yaitu informan dan responden. Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.14 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan pegawai Mandiri Tunas Finance Medan yaitu Ibu Gerizcha Aprillia Pardede selaku Corp.

Relationship Analyst serta Bapak Martogi Parulian Sihombing selaku Supervisor Collection. Responden merupakan orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti.15 Responden dalam penelitian ini merupakan 20 nasabah produk pembiyaan leasing yang memenuhi karakteristik sampel .

13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ( Bandung: PT Alfabet,2016) h.46

14 Ibid. h. 85.

15 Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: RinekaCipta) h.20

(20)

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan (menggambarkan) tentang kondisi atau gejala yang menjadi objek penelitian setelah itu diadakan suatu telaah secara kritis, dalam arti memberikan penjelasan-penjelasan atas fakta atau gejala tersebut, baik dalam kerangka sistematisasi, maupun sinkronisasi berdasarkan pada perspektif yuridis.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Mandiri Tunas Finance Medan.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara lisan dengan narasumber di Mandiri Tunas Finance Medan yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.

3. Jenis Data dan Sumber Data

Penulisan skripsi ini menggunakan penelitian hukum empiris sehingga pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan data primer sebagai data utama. Jenis penelitian ini digunakan untuk memperjelas kesesuaian antara teori dan praktik dengan menggunakan data primer mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing yang diakibatkan wabah COVID-19. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pengamatan. Pengamatan dilakukan di Mandiri Tunas Finance Medan dan studi pustaka serta dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Dengan mengadakan studi/penelitian kepustakaan akan diperoleh data awal untuk dipergunakan dalam penelitian lapangan, data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang terdiri dari :

(21)

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang mencakup peraturan perundang-undangan yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, peraturan terkait perjanjian leasing, dan peraturan pelaksanaan lainnya.

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan atas bahan hukum primer berupa semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen tidak resmi, hasil-hasil penelitian, termasuk skripsi, tesis, disertasi, buku teks, berbagai jurnal ilmiah para pakar di bidang hukum yang berkaitan dengan penyelesaian pembiayaan perjanjian leasing.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yang disebut juga bahan hukum penunjang misalnya kamus besar bahasa Indonesia dan kamus bahasa Inggris. Dalam penelitian hukum ini, bahan hukum tersier yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/. Kamus Bahasa Inggris yaitu Kamus Inggris Indonesia An English Indonesia Dictionary karangan John M. Echols dan Hassan Shadily. Bahan-bahan hukum ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan/atau memberikan arti dari suatu konsep yang belum jelas maknanya baik dalam bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder.

(22)

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a) Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder baik berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dokumen yang berkaitan dengan objek yang diteliti maupun teori-teori dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan materi penelitian. Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalah penelitian.16

b) Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung melalui wawancara dengan narasumber di Mandiri Tunas Finance Medan yang berkaitan dengan bidang yang diteliti serta kuesioner yang dibagikan kepada responden.

5. Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data primer dan data sekunder dengan menggunakan logika induktif berdasarkan peristiwa hukum yang terjadi yang dihubungkan ke peraturan perundang-undangan yang mengaturnya sehingga diharapkan akan memberikan solusi dan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.

16 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2001),h.115.

(23)

F. Keaslian Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap judul skripsi “Penyelesaian Hukum Terhadap Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19 (Studi Pada Mandiri Tunas Finance Medan)” di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara kemudian pihak pengurus perpustakaan mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama pada arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU/ Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU. Judul skripsi

“Penyelesaian Hukum Terhadap Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19” (Studi Pada Mandiri Tunas Finance Medan) ” adalah hasil dari pemikiran dan ide serta gagasan yang diangkat berdasarkan permasalahan yang akhir-akhir ini terjadi yang kemudian dikembangkan setelah mendapat arahan dari Dosen Pembimbing.

Penelusuran terhadap berbagai karya ilmiah melalui media internet juga telah dilakukan. Sepanjang penelusuran itu, tidak ditemukan kemiripan yang substansial dengan judul yang diangkat. Jika terdapat judul yang menyerupai dan terdaftar di Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU/

Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU seperti judul yang diangkat dalam skripsi ini, maka itu di luar sepengetahuan dan substansi di dalam skripsi tersebut tentu berbeda dengan substansi di dalam skripsi ini.

Namun ada beberapa judul penelitian yang berkaitan dengan judul ini, antara lain:

(24)

M. Taqwa (2020) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang dengan judul penelitian Bentuk Kebijakan yang Dilakukan Pihak Leasing Kepada Debitur yang Tidak Mampu Membayar Angsuran Mobil Dikarenakan Wabah Virus Corona. Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimanakah bentuk kebijakan yang dilakukan pihak leasing kepada debitur yang tidak mampu membayar angsuran mobil dikarenakan Wabah Virus Corona?

2) Bagaimanakah syarat agar Debitur bisa mendapatkan Relaksasi Kredit dari pihak leasing?

Novalia Ika Cahyani (2018) Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten dengan judul penelitian Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Kredit Macet di Leasing (Study Kasus CITIFIN Multi Finance Syariah Serang). Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana Mekanisme Penyelesaian Kredit Macet dan Faktor-faktor Terjadinya Kredit Macet di CITIFIN Multi Finance Syariah?

2) Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap Penyelesaian Kredit Macet di CITIFIN Multi Finance Syariah?

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Penulisan skripsi ini menggunakan penelitian hukum empiris dengan lokasi penelitian lapangan di Mandiri Tunas Finance berbeda dengan penelitian di atas yang menggunakan penelitian hukum normatif yang tidak melakukan penelitian lapangan

2) Penulisan skripsi ini mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah yang diakibatkan oleh wabah COVID-19 berbeda dengan penelitian di atas yang

(25)

dilakukan sebelum adanya wabah COVID-19 serta pembahasannya ditinjau dari Hukum Islam.

G. Sistematika Penulisan

Suatu karya ilmiah sangat memerlukan pembahasan secara teratur dan sistematis. Sistematika penulisan yang teratur diperlukan untuk memahami isi dari suatu karya ilmiah secara menyeluruh. Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain.

Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisi pengantar dari pembahasan selanjutnya yang terdiri dari 7 (tujuh) sub bab yaitu: Latar Belakang , Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II PERJANJIAN LEASING PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

Bab ini berisi 3 (tiga) uraian sub bab yaitu yang pertama menjelaskan tentang Profil Mandiri Tunas Finance, yang kedua menjelaskan tentang Perjanian Ditinjau dari Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, kemudian yang ketiga menjelaskan tentang Perjanjian Leasing Pada Mandiri Tunas Finance Ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

(26)

BAB III TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN LEASING

Bab ini berisi uraian 3 (tiga) sub bab yaitu yang pertama menjelaskan tentang Tinjauan Hukum Mengenai Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Leasing, yang kedua menjelaskan Faktor-faktor Penyebab Perjanjian Leasing Bermasalah, yang ketiga menjelaskan Tinjauan Hukum Mengenai Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Leasing.

BAB IV PENYELESAIAN HUKUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN LEASING YANG DIAKIBATKAN WABAH COVID-19 PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN

Bab ini membahas penyelesaian hukum terhadap pembiayaan bermasalah dalam perjanjian leasing yang diakibatkan wabah COVID-19 pada Mandiri Tunas Finance Medan yang di dalamnya berisi uraian 3 (tiga) sub bab yaitu yang pertama Kasus Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19 Pada Mandiri Tunas Finance Medan, yang kedua menjelaskan Tinjauan Hukum Mengenai Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19, yang ketiga menjelaskan Kebijakan yang Diambil Mandiri Tunas Finance Medan

(27)

Sebagai Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Leasing yang Diakibatkan Wabah COVID-19.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya dan saran terhadap permasalahan yang dibahas yang diharapkan berfungsi sebagai masukan terhadap masalah yang berkaitan dengan penelitian dalam skripsi ini.

(28)

BAB II

PERJANJIAN LEASING PADA MANDIRI TUNAS FINANCE MEDAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Profil Mandiri Tunas Finance

Mandiri Tunas Finance merupakan perusahaan dengan status Perseroan Terbatas (PT). Hingga akhir tahun 2019, Mandiri Tunas Finance memiliki 102 kantor cabang dan 20 kantor satelit yang beroperasi di 33 Provinsi di Indonesia, salah satunya yaitu di kota Medan provinsi Sumatera Utara.

1. Sejarah Mandiri Tunas Finance

Rekam jejak PT. Mandiri Tunas Finance dimulai pada tahun 1989 melalui pendirian PT. Tunas Financindo Corporation. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan portofolio bisnis, pada tanggal 18 Agustus 2000 PT. Tunas Financindo Corporation melakukan pergantian nama di tahun 2000 menjadi PT. Tunas Financindo Sarana. Pada tahun 2009 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan akuisisi sebesar 51,00%

saham perseroan serta mengubah nama Perseroan menjadi PT Mandiri Tunas Finance. Menurut KBBI, akuisisi adalah pemindahan kepemilikan perusahaan atau aset (dalam industri perbankan terjadi apabila pembelian saham di atas 50%).17

Pada awal mula didirikan, perseroan bergerak di bidang usaha pemberian fasilitas pembiayaan kendaraan bermotor yang awalnya dikhususkan bagi konsumen dari jaringan dealer yang dimiliki oleh

17 Tanpa Nama, Website Kamus Besar Bahasa Indonesa https://kbbi.kemdikbud.go.id/, diakses pada 24 Februari 2020

(29)

Grup Tunas Ridean. Dealer yang dimaksud adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.18

Pada tahun 2009, Perseroan mengambil langkah strategis dalam rangka pengembangan usaha memperluas jangkauan pasar serta memperkuat struktur permodalan agar mampu mengoptimalkan potensi untuk bersaing di industri pembiayaan otomotif Indonesia.

Langkah yang dilakukan adalah dengan diakuisisinya Perseroan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perbankan dengan jaringan usaha yang luas dan nasabah yang besar. Akuisisi adalah pengambilan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambil alih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. 19Dalam pengertian hukum dan bisnis, yang dimaksud akuisisi adalah setiap perbuatan hukum untuk mengambil alih seluruh atau sebagian besar dari saham dan/atau asset dari perusahaan lain.

Apabila yang diambil alih tersebut adalah saham, maka dengan akuisisi tersebut, beralih pula pengendalian terhadap perusahaan target tersebut.20

Pada masa pandemi wabah COVID-19, Indonesia diprediksi pada tahun 2020 ini akan didominasi oleh prospek ekonomi yang memudar,

18 Ahmad Anwari, ,Leasing di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1987).h. 45

19 Rezmia Febrina, “Proses Akuisisi Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas” , Jurnal Ilmu Hukum, Volume 4 No. 1 h. 165.

20 Munir Fuady, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), h. 4.

(30)

dimana pelambatan ini sudah diprediksi sebelum pecahnya COVID-19.

COVID-19 membuat perekonomian Indonesia lebih dalam terpuruk.

Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melemah secara signifikan pada 2,1% (paling optimis) hingga minus 3,5% pada tahun 2020.21 Industri pembiayaan akan terkena dampak terutama pada berbagai kebijakan fiskal dan moneter yang ditempuh Pemerintah Indonesia. Agar dapat terus tumbuh secara berkelanjutan bahkan di tengah kondisi yang kurang menguntungkan, perseroan melakukan sejumlah langkah inisiatif strategis melalui diversifikasi produk, perluasan pasar, serta efisiensi yang tepat sasaran

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 20 responden ditemukan bahwa responden memilih MTF sebagai perusahaan pembiayaan untuk melakukan perjanjian leasing tanpa didasari pengetahuan cukup akan latar belakang dari perusahaan tersebut yang ditunjukkan dengan 16 orang responden yang menjawab tidak mengetahui mengenai sejarah MTF sementara 2 orang responden yang menjawab bahwa MTF merupakan bank yang membantu pinjaman usaha dan hanya 2 orang responden menjawab bahwa MTF merupakan anak perusahaan atau bagian dari Bank Mandiri. Sebaiknya calon nasabah terlebih dahulu mencari tahu mengenai latar belakang perusahaan pembiayaan agar dapat melakukan pembiayaan leasing pada perusahaan yang terpercaya.

21 Muhyiddin, “Edisi Khusus tentang Covid-19, New Normal, dan Perencanaan Pembangunan”

The Indonesian Journal of Development Planning, Volume IV No. 2 – Juni (2020) h.245.

(31)

2. Visi dan Misi Mandiri Tunas Finance

Visi adalah impian atau keinginan yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu.22 Visi juga dapat dimaknai sebagai pernyataan yang mendefinsikan sesuatu yang ingin dicapai perusahaan/organisasi di waktu yang akan datang.23 Dalam menjalankan kegiatan usaha, Mandiri Tunas Finance memiliki visi sebagai tujuan yang hendak dicapai. Mandiri Tunas Finance mengusung visi “To Be The Most Progressive and Reliable Multifinance in Indonesia”, Perseroan berupaya untuk memahami kebutuhan masyarakat terkait aspek pembiayaan dengan tidak hanya menghadirkan ragam produk pembiayaan namum juga dapat memberikan nilai tambah agar proses- proses yang ada dapat berjalan efektif dan efisien, selain itu aspek keterjangkauan juga terus diperhatikan dengan melakukan perluasan area binis di seluruh Indonesia. 24

Misi merupakan pengarah apa yang harus dilakukan dalam kerangka visi (vision frame) yang telah dirumuskan.25 Untuk mewujudkan visi maka dirumuskan misi, tujuan dan target-target yang strategis. Penyusunan rencana strategis untuk mencapai visi dan terpenuhinya misi serta tercapainya tujuan serta program tahunan menjadikan visi terimplementasi.26. Dua puluh responden yang

22 Arman Hakim Nasution, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2008). h.40.

23 Sam’un Jaja Raharja, “ Formulation of Strategic Planning Base on Environment: Studies in Five Organizations” Jurnal AdBispreneur, Vol. 1, No. 3, Desember (2016), h. 208.

24 Laporan Tahunan 2019 PT. Mandiri Tunas Finance, h.68.

25 R. Jati Nurcahyo , “ Keterkaitan Visi, Misi Dan Values Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Kulit “Dwi Jaya”“ Jurnal Khasanah Ilmu , Volume 6 No. 2, (2015) h. 89.

26 Moh.Muslim, “Membangun Visi Perusahaan”, ESENSI VoL.20 No.3 (2017) h. 149.

(32)

merupakan nasabah leasing MTF menyatakan dalam kuesioner keseluruhannya tidak mengetahu visi dan misi Mandiri Tunas Finance Medan. Persero memiliki misi yang bersinergi untuk mencapai visi yang telah dijelaskan di atas yaitu sebagai berikut:27

a. Berorientasi kepada Pemenuhan Kebutuhan pembiayaan masyarakat untuk mensejahterakan bangsa dan peduli terhadap lingkungan.

b. Memberi keuntungan dan manfaat optimal bagi pemangku kepentingan.

c. Membangun sumber daya manusia yang professional dan pantang menyerah melalui budaya kerja PERWIRA.

PERWIRA yang merupakan singkatan dari Kepercayaan, Kewirausahaan, Inovatif dan Kegembiraan

3. Produk Pembiayaan Pada Mandiri Tunas Finance

Perseroan menjalankan usahanya di bidang jasa pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan multiguna. Jika diklasifikasikan berdasarkan jenis kendaraan, perseroan mengklasifikasikan fasilitas pembiayaan ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu mobil baru, mobil bekas dan sepeda motor. Pembiayaan kendaraan baru merupakan produk pembiayaan yang paling diminati nasabah dan memberikan pendapatan lebih banyak ke perseroan.28 Berdasarkan kuesioner yang dibagikan, disimpulkan bahwa responden masih memiliki pengetahuan yang kurang dalam hal membedakan istilah

27 Laporan Tahunan 2019 PT. Mandiri Tunas Finance, h.76.

28 Wawancara dengan Ibu Gerizcha pada tanggal 26 November 2020

(33)

kredit dan pembiayaan yaitu berdasarkan tanggapan responden mengenai produk pembiayaan pada MTF ditemukan 9 responden menyebutkan produk MTF dengan istilah kredit, kredit mobil, kredit motor dan kredit usaha sementara dalam hal ini MTF sebagai perusahaan pembiayaan tidak menyediakan produk kredit yang mana kredit sendiri merupakan produk yang disediakan oleh bank bukan lembaga pembiayaan.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 5 (Revisi 2009) tentang “Segmen Operasi”, segmen usaha Perseroan dikelompokkan berdasarkan kelompok nasabah utama dan produk, yaitu Fleet dan Retail, serta segmen lainnya sebagai perhitungan yang tidak dapat dialokasikan ke dalam kedua segmen tersebut.

a. Pembiayaan Retail

Pembiayaan retail ini diberikan kepada Target Market untuk membiayai pembelian kendaraan bermotor dalam kondisi baru atau bekas. Mandiri Tunas Finance juga memiliki produk kkb (pembiayaan kendaraan bermotor) khusus bagi nasabah bank mandiri.yang diluncurkan pada tahun 2014.29

b. Pembiayaan Fleet

Pembiayaan Fleet terbagi menjadi 2 (dua) buku yaitu Pembiayaan Investasi dan Pembiayaan Modal Kerja.

a) Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran yang habis dalam satu

29 Tanpa Nama, https://www.mtf.co.id/korporat/id/produk-pembiayaan diakses pada tanggal 1 Desember 2020

(34)

siklus aktivitas usaha Customer, dengan cara menyediakan batas pembiayaan kepada Customer.

b) Pembiayaan investasi adalah pembiayaan barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk aktivitas usaha/investasi, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi tempat usaha/investasi yang diberikan kepada Debitur.

Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan/badan hukum dalam membantu kegiatan usahanya dan mendukung perkembangan sektor industri dan infrastruktur, Mandiri Tunas Finance Divisi Corporate Fleet menyediakan berbagai macam fasilitas pembiayaan seperti:

a) Pembiayaan Cars Ownership Program (COP) perusahaan

Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memberikan fasilitas kendaraan bermotor berupa mobil bagi karyawannya, Mandiri Tunas Finance melayani pembiayaan Cars Ownership Program (COP) bagi konsumen perusahaan/badan usaha.

b) Pembiayaan Motorcycles Ownership Program (MOP) perusahaan Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memberikan fasilitas kendaraan bermotor berupa sepeda motor bagi karyawannya, Motorcycles Ownership Program (MOP) bagi konsumen perusahaan/badan usaha.

c) Pembiayaan alat-alat berat (heavy equipments)

Untuk mendukung perkembangan sektor industri dan infrastruktur, Mandiri Tunas Finance juga memberikan fasilitas pembiayaan alat-

(35)

alat berat (heavy equipments) bagi konsumen perusahaan/badan hukum dengan fasilitas pembiayaan sewa guna usaha.30

c. Pembiayaan Multiguna

Dalam Pasal 1 huruf (d) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Pembiayaan Multiguna adalah pembiayaan barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh debitur untuk pemakaian/konsumsi dan bukan untuk keperluan usaha atau aktivitas produktif dalam jangka waktu yang diperjanjikan Pemberian pembiayaan/ pembiayaan kepada nasabah untuk kebutuhan konsumtif, dengan jaminan dokumen kepemilikan kendaraan yang dimiliki customer. Jenis kebutuhan konsumtif adalah untuk :

a) Pendidikan b) Pernikahan c) Renovasi rumah d) Travel

e) Kesehatan f) Lainnya

4. Mekanisme Transaksi Perjanjian Leasing Pada Mandiri Tunas Finance Dalam mencari calon pelanggan Perseroan mengandalkan petugas Sales Officer (SO). SO bertugas untuk memperoleh aplikasi pembiayaan dari Dealer dan Showroom rekanan Perseroan.Pelayanan prima diberikan tidak terbatas hanya oleh setiap SO yang akan memproses aplikasi pembiayaan di awal transaksi, tetapi juga oleh

30 https://www.mtf.co.id/korporat/id/produk-pembiayaan diakses pada tanggal 2 Desember 2020

(36)

seluruh bagian selama masa pembiayaan dan hingga selesainya pembiayaan di akhir periode pembayaran. 31 Disimpulkan PT Mandiri Tunas Finance Medan telah memberikan pelayanan yang baik dalam kegiatan usahanya, hal ini diketahui melalui hasil kuesioner yaitu ditemukan 9 responden memberikan penilaian sangat baik dan 11 responden memberikan penilaian baik pada pelayanan mekanisme pengajuan leasing dengan kategori penilaian dari tertinggi hingga terendah yaitu sangat baik-baik-cukup baik-kurang.

Dealer/ Permohonan Pengecekan Survey supplier

Pemesanan Penandatanganan Keputusan Analisis barang Kontrak

Pembayaran kepada dealer Penagihan Pengambilan

jaminan

Gambar 2.1 Mekanisme transaksi perjanian leasing pada Mandiri Tunas Finance

Keterangan gambar:32 1. Dealer/supplier

Nasabah melakukan negosiasi dengan dealer mengenai barang yang dibutuhkan. Negosiasi ini meliputi tentang harga, jenis barang beserta seri atau tipe lainnya, masalah perawatan, penyediaan suku cadang dan lainnya. Dalam melakukan kegiatannya, Perseroan tidak dibatasi hanya pada penjualan yang berasal dari ataupun merek-merek kendaraan yang diageni oleh TURI. Namun Perseroan juga menjalin hubungan

31 Laporan Tahunan 2019 Mandiri Tunas Finance h. 152

32 Wawancara dengan Ibu Gerizcha pada tanggal 26 November 2020

(37)

dengan para Dealer yang beroperasi di wilayah kerja Perseroan dan untuk para Dealer yang menjual berbagai merek kendaraan33

2. Tahap Permohonan

Setiap permohonan yang diajukan oleh pihak lessee haruslah langsung ke pihak lessor, baik secara lisan maupun tertulis, kemudian oleh pihak lessor akan dipelajari secara seksama sehingga pada akhirnya nanti tidak akan merugikan pihak lessor akibat terjadi kesalahan analisis.34 Proses permohonan di perseroan berlangsung dengan cara setiap nasabah yang akan mengajukan permohonan leasing harus mendatangi dealer atau showroom rekanan Perseroan kemudian nasabah mengisi formulir aplikasi permohonan pembiayaan dari Mandiri Tunas Finance. Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi untuk mengajukan permohonan leasing:

a. Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan

b. Fotocopy KTP Direktur / Komisaris / yang tercantum di akta c. Fotocopy Akta Perubahan

d. Fotocopy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) e. Fotocopy tanda daftar perusahaan (TDP)

f. Fotocopy Surat Keterangan Domisili Perusahaan

g. Fotocopy Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Assasi Manusia Tentang Pendirian Perusahaan

33 Op.Cit., h. 150

34 Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) h.

264-267.

(38)

h. Fotocopy Laporan Keuangan beserta Neraca Laba Rugi Perusahaan 2 tahun terakhir

i. Fotocopy Rekening koran perusahaan 3 bulan terakhir j. Fotocopy Kontrak kerja perusahaan

k. Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 3. Tahap Pengecekan/ desk research

Pada tahap ini dilakukan pengecekan atas kebenaran dari formulir aplikasi yang telah diisi oleh nasabah. Proses pengecekan dilakukan dengan analisis yang cermat terhadap setiap aplikasi pembiayaan.

4. Survey

Survey yang dimaksud adalah pemeriksaan terhadap nasabah untuk mengetahui karakter , kapasitas nasabah dalam melakukan pembayaran serta validasi butuhnya nasabah akan barang yang dimohonkan pembiayaannya tersebut. Survey dilakukan dengan cara wawancara, kunjungan terhadap calon pelanggan serta verifikasi setiap data pendukungnya. Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan survey:

a. Terhadap nasabah perorangan dilakukan pemeriksaan pada tempat tinggal nasabah untuk memastikan keberadaaan nasabah.

b. Terhadap nasabah perusahaan dilakukan pemeriksaan pada tempat usaha dan stok ketersediaan barang sebagai validasi atas keberadaan serta proses usaha yang dijalankannya.

(39)

5. Tahap verifikasi

Data mengenai nasabah yang diperoleh dari tahap survey kemudian diverifikasi oleh bagian marketing yang selanjutnya diproses oleh credit analyst.

6. Tahap Analisis oleh credit analyst

Data yang telah diperoleh bagian marketing selanjutnya diproses ke dalam bentuk customer profile oleh credit analyst. Customer profile berisi data data berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan yang memuat tentang nama perusahaan nasabah, nama pemilik, kapasitas nasabah dalam pembiayaan yang diajukan, kesesuaian nasabah dengan barang yang diajukan pembiayaan, serta perputaran keuangan nasabah.

7. Tahap Keputusan

Usulan pembiayaan yang diajukan selanjutnya akan diseleksi kembali oleh bagian credit sebelum diteruskan kepada pejabat cabang atau Kantor Pusat Perseroan sesuai dengan Wewenang Memutuskan Kredit (WMK) yang dimiliki masing-masing pejabat. Proses pengambilan keputusan pada segmen corporate atau fleet dilakukan melalui Rapat Komite Kredit (RKK)35 Data yang telah diperoleh dianalisis secara cermat dengan memperhatikan karakter nasabah, kapasitas dalam melakukan pembayaran, serta relevansi nasabah dengan barang yang diajukan pembiayaan. Kemudian dilakukan pengambilan keputusan atas permohonan pembiayaan, apabila data mengenai nasabah telah sesuai, perputaran keuangan yang bagus serta kapasitas nasabah

35 Laporan Tahunan 2019 Mandiri Tunas Finance h. 385.

(40)

memadai dalam melakukan pembayaran maka permohonan pembiayaan dinyatakan approved. Pemberitahuan keputusan ini dilakukan dengan mengimkan pesan singkat (SMS) kepada nasabah.

8. Tahap Penandatanganan Kontrak

Setelah pemberitahuan kepada nasabah mengenai permohonan pembiayaan yang sudah approved kemudian nasabah membayarkan uang muka. Dengan pembayaran uang muka tersebut, selanjutnya dilakukan penandatanganan perjanjian leasing antara pihak perseroan dan nasabah. Di dalam perjanjian tersebut juga berisi pengikatan terhadap nasabah dalam kontrak leasing yang dilakukan melalui adanya jaminan. Jaminan pada produk pembiayaan untuk kendaraan adalah BPKP sementara untuk alat-alat berat adalah invoice atau faktur. Faktur atau yang disebut invoice merupakan suatu dokumen penting dalam perdagangan sebab dengan data di dalam dokumen ini dapat diketahui beberapa jumlah wesel yang akan ditarik, jumlah penutupan asuransi dan penyelesaian segala macam bea masuk.36 Salinan perjanjian tersebut diberikan kepada nasabah dua minggu setelah perjanjian ditandatangani yang mana hal ini mengingat sebagaimana tertulis dalam Pasal 35 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 35 /POJK.05/2018 bahwasannya Perusahaan Pembiayaan wajib menyerahkan salinan perjanjian pembiayaan kepada Debitur paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal perjanjian pembiayaan.

36 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan berbagai Permasalahannya. Edisi Kedua,(Jakarta: Sinar Grafika, 2014). h.30.

(41)

9. Tahap Pemesanan Barang

Setelah penandatanganan kontrak, perseroan menerbitkan Purchase Order (PO) ke dealer. Purchase Order yang dimaksud merupakan bukti tertulis yang menyatakan bahwa pembeli benar-benar berminat melakukan jual-beli. Dalam PO tertulis secara lengkap informasi yang diinginkan pembeli tentang barang yang dipesan, jumlahnya, harganya baik harga satuan maupun harga total, kapan barang dikirim, tujuan barang, cara pembayaran, syarat penyerahan barang, volume dan catatan lain jika ada.37 Kemudian pihak perseroan membayar sesuai dengan perjanjian kepada pihak dealer.

10. Tahap Penagihan / monitoring pembayaran

Penagihan dilakukan pada setiap tanggal diterimanya kendaraan oleh nasabah. Apabila terjadi keterlambatan, perseroan memberi peringatan dalam bentuk surat kepada nasabah yang disebut juga internal collector namun pada masa pandemi COVID-19, pemberitahuan tersebut dilakukan melalui telepon. Peringatan pertama diberikan apabila pembayaran lewat 8 hari dari tanggal pembayaran kemudian peringatan kedua diberikan apabila pembayaran lewat 15 hari dari tanggal pembayaran. Setiap penunggakan kewajiban tersebut dikenai denda 0,25% dari angsuran. Selama COVID-19 mewabah khususnya bulan April hingga Mei, perseroan tidak ada melakukan penarikan

37 Aan Ansen Andryadi,“Perancangan Sistem Informasi Purchase Order Internal Non Related Product Berbasis Web (Studi Kasus : PT. Shafco Multi Trading)” Media Informatika Vol.16 No.1 (2017), h.60

(42)

kendaraan. Hal tersebut sebagaimana yang telah dihimbau oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam menanggapi masa pandemi Covid-19.38 11. Tahap Pengambilan Jaminan

Pada praktiknya, setelah nasabah melunasi seluruh kewajibannya kemudian nasabah melakukan follow up ke kantor cabang untuk selanjutnya melakukan booking jaminan yang diikat kepada perseroan ataupun dokumen lainnya untuk kemudian dikembalikan oleh perseroan kepada nasabah.

B. Perjanjian Ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 1. Pengertian Perjaniian

Perjanjian diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) , Pasal 1313 KUH Perdata menentukan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Unsur-unsur yang ada dalam Pasal 1313 KUH Perdata adalah:39

a. Adanya suatu perbuatan.

b. Perbuatan tersebut dilakukan oleh dua orang/pihak atau lebih.

c. Adanya perikatan diantara dua orang/pihak atau lebih.

Beberapa ahli menjelaskan bahwa defenisi perjanjian sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1313 KUH Perdata masih terlalu luas namun juga kurang lengkap. Kurang lengkap karena hanya mengenai perjanjian sepihak saja dan dikatakan terlalu luas karena dapat

38 Wawanacara dengan Ibu Gerizcha pada tanggal 3 Desember 2020

39 Irawan Soerodjo, Hukum Perjanjian Dan Pertanahan Perjanjian Build, Oprerate And Transfer (BOT) Atas Tanah Pengaturan, Karakteristik, Dan Praktik.,(Yogyakarta: LaksBang Pressindo,2016)h. 14

(43)

mencakup hal-hal yang mengenai janji kawin, yaitu perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga yang menimbulkan perjanjian juga, tetapi, bersifat istimewa karena diatur dalam ketentuan-ketentuan tersendiri sehingga Buku III KUH Perdata secara langsung tidak berlaku terhadapnya. Juga mencakup perbuatan melawan hukum, sedangkan di dalam perbuatan melawan hukum ini tidak ada unsur persetujuan.40

Menanggapi kekurangan definisi perjanjian sebagaimana termuat dalam KUH Perdata, para ahli hukum kemudian memberikan pendapat yang beragam terkait definisi perjanjian Menurut M. Yahya Harahap, suatu perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk melaksanakan prestasi.41 Menurut Salim HS, perjanjian adalah hubungan hukum antara subjek yang satu dengan subjek yang lain dalam bidang harta kekayaan, dimana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.42

Berdasarkan pendapat para sarjana dan ketentuan perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian adalah hubungan hukum berupa persetujuan mengenai harta benda antara dua

40Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, (Bandung: Ikatan Alumni Bandung,2005), h. 89.

41Syahmin, Hukum Perjanjian Internasional, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006 ), h.2.

42Salim MS, Hukum Kontrak, Teori & Tekriik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 27.

(44)

orang/pihak atau lebih. Pihak yang satu berhak menerima prestasi (kreditur), pihak lainnya adalah pihak yang wajib melaksanakan prestasi.

2. Syarat Sah Perjanjian

Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian tersebut diatur dalam Pasal 1320 KUH-Perdata mengatur bahwa untuk sahnya perjanjian, diperlukan empat syarat :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya ; 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan ; 3) Suatu hal tertentu ;

4) Suatu sebab yang halal.

Dua syarat yang pertama mewakili syarat subyektif, yang berhubungan dengan subyek dalam perjanjian, dan dua syarat yang terakhir berhubungan dengan syarat obyektif yang berkaitan dengan obyek perjanjian yang disepakati oleh para pihak dan akan dilaksanakan sebagai prestasi atau utang dari para pihak.43

Syarat pertama dan syarat kedua merupakan syarat yang mengatur para pihak dalam perjanjian. Syarat yang ketiga dan keempat dalam Pasal 1320 jika tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan perjanjian itu tidak pernah ada atau batal demi hukum. Suatu perjanjian yang mengandung cacat dalam syarat subyeknya tidak selalu menjadikan perjanjian tersebut menjadi batal dengan sendirinya (Nietig) namun hanya memberikan kemungkinan bagi para pihak yang berkepentingan

43 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari Undang-Undang (Jakarta : RajaGrafindo Perkasa, 2005), h.53.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

mengukur penyisihan kerugian penurunan nilai instrumen keuangan sejumlah kredit ekspektasian sepanjang umurnya, jika risiko kredit atas instrumen keuangan tersebut

Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana hubungan hukum para pihak dalam perjanjian leasing terkait dengan penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor, hal – hal apa

Di Indonesia roda perekonomian pun ikut mengalami penurunan yang signifikan, Lembaga keuangan salah satu sector yang terkena imbasnya dan yang paling merasakan

Artinya peristiwa-peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan tanda langit 2015 yang tadinya kami tafsirkan akan terjadi di tahun 2015 ada kemungkinan terjadi di

“Pemanfaatan Dana Desa Untuk Pengembangan Wisata Lokal Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Pada Desa Bleberan)” untuk kepentingan penyelesaian studi dalam rangka

UPAYA BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM PENYELESAIAN WANPRESTASI PERJANJIAN KREDIT YANG DIAKIBATKAN OLEH PANDEMI COVID 19 (STUDI PADA PT BPR ADITAMA ARTA BEKASI) SKRIPSI Diajukan

262 tanggal 17 Mei 1989 yang dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta dan telah memperoleh pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

AKIBAT HUKUM PANDEMI COVID 19 TERHADAPPELAKSANAAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (STUDI RISET DI PT SUMMIT OTO FINANCE MEDAN) SKRIPSI Disusun dan Diajukan