• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKIBAT HUKUM PANDEMI COVID-19 TERHADAPPELAKSANAAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (STUDI RISET DI PT. SUMMIT OTO FINANCE MEDAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKIBAT HUKUM PANDEMI COVID-19 TERHADAPPELAKSANAAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (STUDI RISET DI PT. SUMMIT OTO FINANCE MEDAN)"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)AKIBAT HUKUM PANDEMI COVID-19 TERHADAPPELAKSANAAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (STUDI RISET DI PT. SUMMIT OTO FINANCE MEDAN) SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Oleh :. SILVIA MARDITA NIM: 170200369. DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021. Universitas Sumatera Utara.

(2) Universitas Sumatera Utara.

(3) SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT. Saya yang bertandatangan di bawah ini : NAMA. : SILVIA MARDITA. NIM. : 170200369. DEPARTEMEN. : HUKUM PERDATA BW. JUDUL SKRIPSI. : AKIBAT HUKUM PANDEMI COVID-19 TERHADAP PELAKSANAAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (STUDI RISET DI PT. SUMMIT OTO FINANCE MEDAN). Dengan ini menyatakan : 1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan jiplakan atau karya orang lain. 2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggungjawab saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.. Medan,. 2021. Silvia Mardita NIM 170200369. Universitas Sumatera Utara.

(4) ABSTRAK Silvia Mardita* Tan Kamello** Hasim Purba*** Perjanjian/kontrak merupakan hubungan hukum yang sering dilakukan masyarakat di Indonesia. Adanya pandemi COVID-19, pemerintah Indonesia melalui Keppres No.12 tahun 2020 menetapkan Virus Corona (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. Penyebaran COVID-19 yang terjadi saat ini menyebabkan pertumbuhan perekonomian nasional mengalami penurunan yang selanjutnya bisa berakibat masyarakat tidak dapat memenuhi prestasi dalam perjanjian atau tidak dapat melaksanakan perjanjian leasing. Oleh sebab itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang berwenang mengatur kegiatan jasa keuangan. Salah satunya leasing menetapkan Peraturan OJK Nomor 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank untuk mengoptimalisasikan kegiatan usaha leasing melalui restrukturisasi pembiayaan. Penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah deskriptif analisis yang mengarah penelitian hukum yuridis normatif. Dalam penulisan skripsi ini metode yang digunakan ialah dengan penelitian pustaka (library research) dan penelitian lapangan (field research) di PT. Summit Oto Finance Medan, yaitu pengambilan data, melakukan wawancara pada divisi Administration Head dan divisi Credit Marketing Officer. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis perjanjian pembiayaan konsumen di PT. Summit Oto Finance Medan dan apa pengaruh pandemi COVID-19 dalam pelaksanaan perjanjian leasing. Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwa perjanjian pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Summit Oto Finance Medan dengan konsumen merupakan perjanjian dimana dengan adanya penandatanganan perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor oleh konsumen, menunjukkan bahwa konsumen sepakat dengan segala ketentuan perjanjian yang diberikan oleh PT. Summit Oto Finance Medan. Implementasi restrukturisasi pembiayaan pada PT. Summit Oto Finance Medan telah terealisasi sebanyak 270 (dua ratus tujuh puluh) kontrak pembiayaan. Restrukturisasi pembiayaan dilakukan dengan cara perpanjangan jangka waktu perjanjian, penundaan sebagian pembayaran angsuran kendaraan bermotor, dan pengurangan tunggakan pokok pada jangka waktu restrukturisasi pembiayaan. Penyelesaian hukum terkait keterlambatan pelaksanaan pembayaran angsuran leasing pada PT. Summit Oto Finance Akibat Pandemi Covid-19 dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu negosiasi dan litigasi. Kata kunci : Pandemi Covid-19, Pelaksanaan Perjanjian, Leasing, PT. Summit Oto Finance Medan * Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II. i Universitas Sumatera Utara.

(5) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas petunjuk dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan karya ilmiah dengan judul “Akibat Hukum Pandemi Covid-19 Terhadap Pelaksanaan Leasing Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan (Studi Riset Di PT. Summit Oto Finance Medan)”. Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat arahan, bimbingan, dan petunjuk dari dosen pembimbing, maka penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dr. Agusmidah, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Puspa Melati, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Dr. Muhammad Eka Putra, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.. ii Universitas Sumatera Utara.

(6) 5. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak Syamsul Rizal, SH., M.Hum selaku Skekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 7. Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya untuk menasihati, mengajarkan, memberikan arahan, masukan serta bimbingan yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini selesai. 8. Prof. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk menasihati, mengajarkan, memberikan arahan, masukan serta bimbingan yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini selesai. 9. Bapak Dr. Edy Yunara, SH., M.Hum selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah memberikan arahan dan nasihat kepada penulis selama masa perkuliahan. 10. Untuk yang teristimewa kedua orangtua penulis Ayahanda Dedy Indriyatno Hamidi, ST., Ibunda Siti Chodijah, SP., M.I.Kom. dan Abangda Baeyhaki Ekaputra Hamidi, SH., yang paling saya sayangi yang selalu memberikan. dukungan. baik. do’a, material. maupun moral. dan. membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Kepada Bapak M. Irwan S, selaku Administration Head PT. Summit Oto Finance Medan, Bapak Syafriansyah Putra S, selaku Credit Marketing Officer PT. Summit Oto Finance Medan, dan Bapak Mhd. Syahrir H,. iii Universitas Sumatera Utara.

(7) selaku. Jurusita. Pengadilan. Negeri. Medan. yang. telah. bersedia. diwawancarai dan memberikan informasi mengenai skripsi penulis. 12. Ahmad Darmawan, yang selalu ada dalam suka maupun duka, memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan semangat kepada penulis. 13. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat penulis yaitu Haerul Fadly Mardzuki, Nazatul Shima, Ega Aurelia, Jihan Witania, , Harry Pratama, Radyah Amir, Rahmanda Gustiani, Yolanda Vitaloka, Silvia Nurfajri, Muhammad Syahran Fadlan, Miftah Aulia, Iqbal Demak Azizi, dan Ahmad Rizky yang telah menemani penulis dari awal perkuliahan yang selalu mendengar keluh kesah penulis dan selalu memberikan motivasi kepada penulis. 14. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua teman seperjuangan stambuk 2017 Grup F FH USU yaitu Hafifah Nur, Nazmi Afliza Harahap, Syarifah Hasna Ritonga, Shifa Qurrota Aini, Alya Naomi, Irfansyah Dhih, Abangda Firmansyah Putra dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang selalu memberikan semangat penulis, sedia membantu dan mendengar keluh kesah penulis. Terimakasih karena sudah menemani penulis sehari-hari selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum dan senantiasa memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan. iv Universitas Sumatera Utara.

(8) skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi yang telah disusun ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya bagi diri penulis. Medan, Penulis. 2021. Silvia Mardita NIM 170200369. v Universitas Sumatera Utara.

(9) DAFTAR ISI ABSTRAK i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A.. Latar Belakang ..........................................................................1. B.. Rumusan Masalah .....................................................................4. C.. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................5. D.. Keaslian Penulisan ....................................................................6. E.. Tinjauan Pustaka .......................................................................7. F.. Metode Penelitian ....................................................................20. G.. Sistematika Penulisan ..............................................................23. BAB II PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR ................................26 A.. Munculnya Wabah Pandemi COVID-19 ................................26. B.. Pelaksanaan Perjanjian Leasing ..............................................28. C.. Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Leasing Kendaraan Bermotor ................................41. D.. Kebijakan Stimulus Fiskal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Leasing Pada Masa Pandemi COVID-19 ...............................................................................45. BAB III IMPLEMENTASI RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT SUMMIT OTO FINANCE MEDAN DI MASA PANDEMI COVID-19 .......................................................................54 A.. Prosedur dalam Pemberian Pembiayaan Kendaraan Bermotor di PT. Summit Oto Finance Medan .........................................54. B.. Pembiayaan Kendaraan Bermotor PT. Summit Oto Finance Medan Sebelum Tejadi Masa Pandemi COVID-19 ................70. C.. Implementasi Restrukturisasi Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada PT. Summit Oto Finance Medan di Masa Pandemi COVID-19 ................................................................86. D.. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Restrukturisasi Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada PT. Summit Oto Finance Medan Di Masa Pandemi COVID-19. 105. vi Universitas Sumatera Utara.

(10) BAB IV PENYELESAIAN HUKUM TERKAIT KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEMBAYARAN ANGSURAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. SUMMIT OTO FINANCE AKIBAT PANDEMI COVID-19 ...................................................113 A.. Kendala-Kendala Terkait Keterlambatan Pelaksanaan Pembayaran Angsuran Leasing Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Pembiayaan PT. Summit Oto Finance Medan Akibat Pandemi COVID-19 ..................................................113. B.. Upaya Penyelesaian Terkait Keterlambatan Pelaksanaan Pembayaran Angsuran Leasing Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Summit Oto Finance Medan Akibat Pandemi COVID-19 ..................................................115. BAB V PENUTUP ..............................................................................................128 A.. Kesimpulan ............................................................................128. B.. Saran ......................................................................................130. DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................131 LAMPIRAN A. Surat Riset PT. Summit Oto Finance Medan B. Sertifikat Jaminan Fidusia C. Surat Kuasa Khusus PT. Summit Oto Finance Medan D. Surat Pernyataan Pelepasan Hak PT. Summit Oto Finance Medan E. Surat Penghapusan Pencatatan Jaminan Fidusia PT. Summit Oto Finance Medan. vii Universitas Sumatera Utara.

(11) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meluasnya penyebaran Coronavirus Disease 2019 di Indonesia memberikan dampak terhadap aspek ekonomi dapat dilihat pada pertumbuhan ekonomi. nasional. yang. menurun,. penerimaan. negara. yang. menurun,. meningkatnya pembelanjaan dan pembiayaan negara terutama untuk bidang kesehatan, serta menurunnya stabilitas keuangan negara.1 Fenomena ini membuat Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan, yaitu diantaranya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Selain itu, dikeluarkan pula Keputusan Presiden Republik Indoneisa Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. Namun disisi lain, pelaku usaha baik sebagai supplier, penyedia jasa, pemberi jasa, distributor dan konsumen yang terikat dalam perjanjian leasing, pada saat pandemi seperti ini merasa dirugikan karena lessee yang tidak bisa melunasi utangnya. Dalam hal ini, Otoritas Jasa 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang- Undang, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6485).. 1 Universitas Sumatera Utara.

(12) 2. Keuangan (selanjutnya disebut OJK) menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan NonBank dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 48/POJK.03/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020. Berdasarkan POJK tersebut sebagai upaya dalam peringanan pembayaran angsuran debitur dalam pemenuhan prestasi perjanjiannya dengan lembaga jasa keuangan. Lembaga jasa keuangan dapat memberikan restrukturisasi pembiayaan kepada debitur, yang mana debitur dimaksud adalah debitur yan terkena dampak penyebaran COVID-19. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir peningkatan kredit macet yang menjadi salah satu dampak yang terjadi pada kegiatan usaha leasing akibat dari penyebaran COVID-19. Kebijakan. restrukturisasi. pembiayaan. diserahkan. kepada. pihak. perusahaan pembiayaan yang bersangkutan. Pihak perusahaan pembiayaan akan melakukan penilian sendiri (self assessment) dengan pedoman yang memuat kriteria lessee dan sektor yang terkena dampak COVID-19. Resturkturisasi dengan kata lain merupakan keringanan pembayaran cicilan pinjaman di Perusahaan Pembiayaan yang didalamnya terdapat proses perubahan pada perjanjian pembiayaan atau perjanjian pinjaman. Perubahan tersebut bertujuan untuk memberikan keringanan kepada lessee, namun tidak merugikan lessor. Pada. Universitas Sumatera Utara.

(13) 3. dasarnya restrukturisasi pembiayaan sebenarnya merupakan hal yang umum dalam hubungan hukum pinjam-meminjam. Restrukturisasi pembiayaan ini melahirkan hubungan hukum yang timbul dari perjanjian saja.2 Maka dengan adanya restukturisasi pembiayaan, harus adanya kesepakatan antara lessor dalam hal ini adalah pihak leasing dan lessee atau debitur untuk melakukan perubahan atas perjanjian pembiayaan tersebut. Perubahan yang dilakukan umunya terkait perpanjangan jangka waktu, penurunan suku bunga, pengurangan tunggakan pokok dan bunga maupun penambahan fasilitas kredit atau pembiayaan. Salah satu leasing yang menerapkan kebijakan POJK tersebut ialah PT. Summit. Oto. Finance.. Pelaksanaan. kebijakan. Countercyclical. Dampak. Penyebaran COVID-19 ini diberlakukan disemua cabang perusahaan PT. Summit Oto Finance, salah satunya PT. Summit Oto Finance Cabang Medan. Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan yang berdasarkan prinsip kehati-hatian, manajemen resiko, dan tata kelola perusahaan yang baik disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas daripada kegiatan usahanya, sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang baru dalam kegiatan usahanya. Pada bulan Agustus 2020 PT. Summit Oto Finance Cabang Medan melakukan restrukturisasi pembiayaan pada sebanyak 20 (dua puluh) perjanjian pembiayaan. Pada bulan September 2020 sebanyak 15 (lima belas) perjanjian pembiayaan juga telah mengalami restrukturisasi pembiayaan, dan pertanggal 26 Oktober 2020 sebanyak 10 (sepuluh) perjanjian pembiayaan juga telah mengalami restrukturisasi pembiayaan. Oleh sebab itu dalam 3 (tiga) bulan terakhir PT. 2. Edi Putra Tje’Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, (Yogyakarta: Liberty 1986), h. 17.. Universitas Sumatera Utara.

(14) 4. Summit Oto Finance Medan telah merestrukturisasi perjanjian pembiayaan sebanyak 45 (empat puluh lima) perjanjian pembiayaan. 3 Tabel 1.2 Perkembangan Pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan Pada PT. Summit Oto Medan di Masa Pandemi Covid-19 Perkembangan Pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan Pada PT. Summit Oto Medan di Masa Pandemi Covid-19 Bulan 2020 Jumlah Restrukturisasi Pembiayaan Agustus 20 Kontrak Pembiayaan September 15 Kontrak Pembiayaan Oktober 10 Kontrak Pembiayaan Sumber : Administration Head PT. Summit Oto Finance Medan, Oktober 2020. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam dan menuangkannya ke dalam sebuah tulisan yang berbentuk skipsi dengan judul : “Akibat Hukum Pandemi COVID-19 Terhadap Pelaksanaan Leasing Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan (Studi Riset di PT. Summit Oto Finance Medan)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian dan latar belakang masalah seperti yang telah penulis uraikan di atas, maka perlu dirumuskan apa yang menjadi permasalahan. Di dalam skripsi ini ada 3 (tiga) hal yang menjadi permasalahan yaitu : 1. Bagaimana pengaruh pandemi COVID-19 terhadap pelaksanaan perjanjian leasing kendaraan bermotor? 2. Bagaimana implementasi restrukturisasi pembiayaan kendaraan bermotor pada PT. Summit Oto Finance Medan di masa pandemi COVID-19?. 3. Hasil Wawancara dengan Bapak M. Irwan S, Administration Head pada PT. Summit Oto Finance Medan.. Universitas Sumatera Utara.

(15) 5. 3. Bagaimana penyelesaian hukum terkait keterlambatan pelaksanaan pembayaran angsuran leasing kendaraan bermotor pada perusahaan pembiayaan PT. Summit Oto Finance Medan akibat COVID-19? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pandemi COVID-19 terhadap pelaksanaan perjanjian leasing kendaraan bermotor. 2. Untuk. mengetahui. dan. menganalisis. implementasi. restrukturisasi. pembiayaan kendaraan bermotor pada PT. Summit Oto Finance Medan di Masa Pandemi COVID-19. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis penyelesaian hukum terkait keterlambatan pelaksanaan pembayaran angsuran leasing kendaraan bermotor pada perusahaan pembiayaan PT. Summit Oto Finance Medan akibat COVID-19. Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis yaitu : 1. Secara Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta menambah bahan kepustakaan dalam bidang hukum keperdataan, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan leasing pada PT. Summit Oto Finance.. Universitas Sumatera Utara.

(16) 6. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca/masyarakat serta dapat membantu memecahkan masalah yang mungkin sedang dihadapi oleh masyarakat terutama menyangkut masalah dalam perjanjian leasing dan mengenai akibat hukum pandemi COVID-19 terhadap pelaksanaan leasing kendaraan bermotor pada perusahaan pembiayaan di PT. Summit Oto Finance. Bagi pelaku usaha lembaga pembiayaan khususnya PT. Summit Oto Finance Medan diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka perbuatan klausula perjanjian pembiayaan leasing, sehingga menghindari timbulnya permasalahan atau konflik dalam pelaksanaan perjanjian tersebut, serta dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan dan peraturan-peraturan baru. D. Keaslian Penulisan Dalam pengerjaan penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu melakukan pencarian atau penelusuran terhadap judul skripsi yang terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan dinyatakan bahwa tidak ada judul yang sama pada arsip Perpustakaan Universitas Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi “Akibat Hukum Pandemi Covid-19 Terhadap Pelaksanaan Leasing Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan (Studi Riset di PT. Summit Oto Finance Medan)” adalah hasil dari pemikiran dan ide serta gagasan dari penulis sendiri dan dikembangkan pemaparan dengan arahan Dosen Pembimbing. Keaslian dari penulisan skripsi ini terjamin benar adanya. Jikalau ada terdapat judul yang. Universitas Sumatera Utara.

(17) 7. menyerupai dan terdaftar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seperti judul penulis di atas, tentunya di luar sepengetahuan penulis dan pasti substansi di dalam skripsi tersebut berbeda dengan substansi di dalam skripsi penulis ini. Namun demikian adanya, di dalam penulisan skripsi ini terdapat kutipan-kutipan atau pendapat orang lain yang dilakukan sebagai referensi untuk mendukung fakta-fakta dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga melihat beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan Leasing dalam hal ini berbeda substansi dan lokasi penelitiannya dengan penulis. E. Tinjauan Pustaka Untuk mengantarkan kepada pemahaman yang benar mengenai skripsi ini maka terlebih dahulu akan diuraikan dalam tinjauan kepustakaan yang akan mengantarkan kepada pengertian umum atau gambaran tentang isi skripsi ini. Pandemi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan wabah yang berjangkit serempak di mana-mana atau meliputi geografi yang luas. 4 UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa, bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Coronavirus adalah asam ribonukleat yang terbungkus dan beruntai tunggal yang dinamai karena penampakannya seperti korona matahari karena lonjakan permukaan sepanjang 9-12 nm (nanometer). Ada empat protein 4. Aprista Ristyawati, Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun 1945, Administrative Law and Governance Journal, Juni, 2020, Vol. 3, No. 2, h. 241.. Universitas Sumatera Utara.

(18) 8. struktural utama yang dikodekan oleh genom coronaviral pada amplop, salah satunya adalah protein lonjakan (S) yang mengikat reseptor enzim 2 pengubah angiotensin dan menengahi fusi berikutnya antara selaput dan membran sel inang untuk membantu virus. masuk ke sel inang. 5 Penyakit Coronavirus 2019 (Covid19) adalah salah satu jenis virus pneumonia yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARSCoV-2). Virus ini merupakan virus corona jenis ketiga yang sangat patogen setelah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). COVID-19 pertama kali dilaporkan dari Wuhan, provinsi Hubei, China, pada Desember 2019.6 Kebijakan countercyclical merupakan kebijakan yang melawan arus siklus bisnis tersebut. Hal ini berarti pada saat resesi, pemerintah menerapkan kebijakan ekspansif berupa pelonggaran fiskal dan moneter.7 Kebijakan fiskal dikatakan countercyclical karena cenderung menstabilisasi siklus bisnis (yaitu, kebijakan fiskal bersifat kontraktif pada waktu perekonomian mengalami ekspansi (good times) dan ekspansif pada waktu perekonomian mengalami kontraksi atau resesi (bad times). Kebijakan fiskal countercyclical ditandai dengan belanja pemerintah yang lebih rendah (lebih tinggi) dan tarif pajak lebih tinggi (lebih rendah) pada waktu ekonomi berekspansi (berkontraksi).8 5. Zi Yue Zu dkk, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A Perspective from China, Journal of Radiology, Agustus, 2020, Vol. 296, No. 2, h. 15. 6 Rara Julia Timbara Harahap, Karakteristik Klinis Penyakit Coronavirus 2019, Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Agustus, 2020 , Vol. 2, No. 3, h. 319. 7 Muhammad Sahirul Alim, Skripsi, Karakter Kebijakan (Procyclical vs Countercyclical) dan Stabilitas Makroekonomi, (Semarang, Universitas Diponegoro, 2014), h. 4. 8 Muhammad Afdi Nizar, Siklikalitas Kebijakan Fiskal di Indonesia, Jurnal Keuangan dan Moneter, 2011, Vol. 14, No. 1, h. 61.. Universitas Sumatera Utara.

(19) 9. Sewa guna usaha atau yang dikenal dengan leasing, merupakan salah satu kegiatan pembiayaan yang diberikan oleh sebuah perusahaan atau lembaga pembiayaan. Leasing dapat juga dikatakan sebagai kontrak baku atau kontrak standar. Kontrak baku adalah kontrak atau perjanjian yang berkembang dan banyak dipergunakan oleh pelaku usaha dalam hubungannya dengan konsumen. Bahkan dalam era globalisasi, pembakuan syarat-syarat perjanjian merupakan model yang tidak dapat dihindari, bagi para pelaku usaha penggunaan kontrak baku ini dapat menjadi cara untuk mencapai tujuan ekonomi yang efisien, praktis dan cepat.9 Perjanjian baku adalah perjanjian yang dibuat oleh seorang pelaku usaha atau pelaku bisnis dalam bentuk formulir tertentu yang telah disediakan terlebih dahulu dan akan diberlakukan kepada seluruh konsumen yang akan membeli suatu barang atau jasa tertentu. Dalam pembuatan isi perjanjian baku tidak mengikutkan pihak konsumen karena dari segi tujuannya adalah untuk menghemat waktu dan biaya sehingga lebih efisien. Dilihat dari segi hukum perdata, perjanjian baku tersebut masih menimbulkan persoalan karena dari awal pembuatan dan penentuan isi perjanjian tidak melibatkan kehendak dari konsumen.10 Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan bahwa leasing adalah: “Suatu perjanjian dimana si penyewa barang modal (lessee) menyewa barang modal untuk usaha tertentu, untuk jangka waktu tertentu dan jumlah. 9. Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992), h. 2. 10 Ibid, h. 5.. Universitas Sumatera Utara.

(20) 10. angsuran tertentu.”11 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memandang bahwa institusi leasing merupakan suatu kontrak atau perjanjian antara pihak lessee dan pihak lessor, oleh karena itu antara pihak lessor dan lessee terdapat hubungan hukum sewa menyewa. Objek yang disewa adalah barang modal. Jangka waktu dan jumlah angsuran ditentukan oleh para pihak.12 Subekti mengartikan leasing adalah perjanjian sewa-menyewa yang telah berkembang dikalangan pengusaha, dimana lessor (pihak yang menyewakan, yang sering merupakan perusahaan leasing) menyewakan suatu perangkat alatalat perusahaan (mesin-mesin) termasuk servis, pemeliharaan, dan lain-lain pada lessee (penyewa) untuk suatu jangka waktu tertentu.13 Dalam rumusan tersebut, Subekti mengkonstruksikan leasing sebagai berikut:14 1. Leasing sama dengan sewa-menyewa, 2. Subjek hukum yang terkait dalam perjanjian tersebut adalah pihak lessor dan lessee, 3. Objeknya. perangkat. alat. perusahaan. (mesin-mesin). termasuk. pemeliharaan dan lain-lain, dan 4. Adanya jangka waktu sewa. Menurut Salim H. Sidik mengatakan bahwa leasing merupakan kontrak sewa menyewa yang dibuat antara pihak lessor dengan lessee, dimana pihak lessor menyewakan kepada lessee barang-barang produksi yang harganya mahal, untuk digunakan oleh lessee, dan pihak lessee berkewajiban untuk membayar 11. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Gajah Mada, 1988),. h. 28. 12. Ibid. R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Alumni, Bandung, 1983), h. 55. 14 Ibid. 13. Universitas Sumatera Utara.

(21) 11. harga sewa sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara keduanya dengan disertai hak opsi, yaitu untuk membeli atau memperpanjang sewa.15 Pengembangan kegiatan lembaga pembiayaan dahulu sudah diatur pertama kali berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan selanjutnya disebut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan kemudian selanjutnya ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 468/KMK.1017/1995 dan terakhir diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indoneisa Nomor 84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Selain dari peraturan-peraturan tersebut, ada beberapa peraturan yang masih berlaku dalam rangka meningkatkan pengembangan lembaga pembiayaan antara lain: a. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 tanggal 27 Oktober tentang Perusahaan Pembiayaan. Peraturan ini merupakan dasar bagi pengembangan Perusahaan Pembiayaan. b. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan No.607/KMK.017/1995 dan Gubernur Bank Indonesia No. 28/9/KEP/GBI tanggal 19 Desember 1995 tentang Pelaksanaan Pengawasan Perusahaan Pembiayaan.. 15. Salim H. Sidik, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 141.. Universitas Sumatera Utara.

(22) 12. c. Surat. Edaran. Direktorat. Jenderal. Lembaga. Keuangan. Nomor. SE.1087/LK/1996 tanggal 27 Februari 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Sanksi Bagi Perusahaan Pembiayaan. d. Selanjutnya OJK mengeluarkan POJK Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan dirilis dalam rangka mendukung perkembangan perusahaan pembiayaan yang dinamis dan mewujudkan industri perusahaan pembiayaan yang tangguh, kontributif, inklusif, serta berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan. Pengertian leasing menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah: ”Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama”.16 Pengertian. leasing. menurut. Keputusan. Menteri. Keuangan. No.. 1169/KMK.01/1991 adalah “Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh 16. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 258.. Universitas Sumatera Utara.

(23) 13. lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”. Selanjutya yang dimaksud dengan Finance Lease adalah “kegiatan sewa guna usaha di mana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha”.17 Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan pada Pasal 1 huruf c menyebutkan bahwa, sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.18 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 1 angka 5 menyebutkan, sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. 19 Peraturan. Menteri. Keuangan. Nomor. 84/PMK.012/2006. tentang. Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 huruf c menyebutkan, sewa guna usaha (Leasing) 17. Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991. Pasal 1 huruf c Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan. 19 Pasal 1 angka 5 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. 18. Universitas Sumatera Utara.

(24) 14. adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Perjanjian leasing pada dasarnya ada tiga pihak yaitu Lessor (perusahaan leasing), Lessee (perusahaan/nasabah) dan pemasok (penjual barang). Selanjutnya didefinisikan oleh Frank Tiara Supit sebagai: “Company financing in the form of providing Capital Goods wish the user making periodical payments. User would have options to buy the Capital Goods or to prolog the leasing period of the remainding value”. Dapat diartikan bahwa leasing adalah: “Pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh perusahaan yang menggunakan barang-barang modal tersebut dan dapat dinilai atau memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa”. 20 Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang berkepentingan, antara lain:21 1. Lessor Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Pihak penyewa ini disebut juga sebagai investor, equito-holders, owner-participants atau trusters owners. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan. 20. Amin Widjaja Tunggal & Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis dalam Leasing, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 7-8. 21 Sigit Triandaru & Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta, Salemba Empat, 2006), h. 190.. Universitas Sumatera Utara.

(25) 15. mendapatkan keuntungan, sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut. 2. Lessee Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa resiko bagi lessee terhadap kerusakan. 3. Pemasok Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financial lease, pemasok langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease, pemasok menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.. Universitas Sumatera Utara.

(26) 16. 4. Bank atau Kreditur Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditur tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut tetapi bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor. Ciri-ciri perjanjian leasing adalah sebagai berikut:22 1. Adanya hubungan tertentu antara jangka waktu perjanjian dengan unsur ekonomis barang yang menjadi objek perjanjian. 2. Adanya pemisahan kepentingan atas benda yang menjadi objek perjanjian. Hak milik secara yuridis tetap berada pada pihak lessor (pihak yang menyewakan) dan hak menikmati benda diserahkan kepada lessee (penyewa). 3. Adanya kewajiban untuk memberikan penggantian atas kenikmatan yang diperoleh. Jenis-jenis leasing ada dua (2) kegiatan, yaitu:23 a. Financial Lease, merupakan perjanjian antara lessor dan lessee dimana: (1) Lessor atas permintaan lessee akan membiayai pengadaan barang untuk digunakan lessee. (2) Lessor akan menerima pembayaran berkala dari lessee. (3) Lessee akan menanggung risiko ekonomi atas barang disamping biaya pemeliharaan dan lain-lain.. 22. Salim H. Sidik, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2003), h. 141. 23 Komar Andasasmita, Serba-Serbi tentang (Teori dan Praktek), Cetakan Ketiga, (Bandung: Ikatan Notaris Indonesia, 1989), h. 43.. Universitas Sumatera Utara.

(27) 17. (4) Lessee pada akhir periode punya hak opsi untuk membeli barang tersebut dengan nilai sisa yang telah diperjanjikan atau memperpanjang masa lease dengan kewajiban pembayaran berkala yang jauh lebih rendah. Financial Lease ada lima (5) bentuk:24 (1) Direct Financial Lease: lessee meminta lessor untuk membeli barang dari supplier yang telah ditunjuk oleh lessee disertai penentuan jenis, harga, dan jaminan. (2) Sale and Lease Back: lessor atas permintaan lessee membeli barang yang telah dimiliki lessee, kemudian barang itu oleh lessor dileasingkan kembali pada lessee sehingga lessee memperoleh dana dari lessor atas penjualan barang-barang untuk menutupi kebutuhan tambahan modal kerja. (3) Leverage Lease: merupakan tekhnik pembiayaan bagi lessor. Lessor tidak menggunakan dananya sendiri untuk membiayai lessee, tetapi meminjam sebagian dana dari kreditur pihak ketiga dimana kreditur meminta jaminan yang berupa objek yang dileasingkan. (4) Syndication Lease: beberapa perusahaan leasing bersama-sama membiayai penyediaan suatu objek leasing dan meleasingkan kepada lessee. (5) Cross Border Lease: merupakan transaksi leasing antara lessor dan lessee yang berbeda negara.. 24. Komar Andasasmita, Suplemen Leasing (Teori dan Praktek), (Bandung: Ikatan Notaris Indonesia, 1983), h. 26.. Universitas Sumatera Utara.

(28) 18. b. Operational Lease adalah perjanjian antara lessor dengan lessee dimana: (1) Lessee setuju menggunakan jasa lessor untuk menyediakan barang dalam jangka waktu yang relatif pendek. (2) Lessor. akan. menerima. pembayaran. dari. lessee. yang. jumlah. keseluruhannya tidak meliputi biaya barang dan lessee dapat membatalkan perjanjian sewaktu-waktu. (3) Lessor menanggung risiko ekonomi dan pemeliharaan atas barang tersebut. Ciri-ciri khusus yang terdapat pada Financial Lease maupun Operational Lease:25 a. Pada Financial Lease, lessor diminta membiayai pengadaan barang untuk lessee. Sedangkan pada Operational Lease lebih menitikberatkan pada pemberian jasa. b. Pada Financial Lease, risiko atas objek berada pada lessee karena lessee wajib membayar kembali modal yang disediakan lessor untuk mengadakan barang, bunga dan ongkos lain selama kontrak berjalan. Sedangkan pada Operational Lease, risiko atas barang yang dileasingkan ada pada lessor. c. Pada Financial Lease, jangka waktu kontrak sama dengan masa kegunaan barang. Sedangkan pada Operational Lease, jangka waktu kontrak tidak sama dengan masa kegunaan barang. d. Pada Financial Lease, lessee pada akhir masa leasing punya hak opsi untuk membeh barang dari lessor tetapi harga barang hampir tidak berarti.. 25. Komar Andasasmita, Op. Cit.,h. 58.. Universitas Sumatera Utara.

(29) 19. Sedangkan pada Operational Lease, jumlah harga relatif tinggi sesuai dengan nilai riil barang tersebut. e. Pada Operational Lease, lessor memberikan jasa untuk penggunaan pengoperasian dan pemeliharaan barang yang dileasingkan. Sedangkan pada Financial Lease tidak ada pemberian jasa dari lessor kepada lessee. Timbulnya kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan suatu perjanjian dapat disebabkan oleh salah satu pihak ataupun kedua belah pihak atau bahkan dapat disebabkan oleh suatu keadaan di luar kuasa para pihak. Apabila para pihak tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian, maka disebut sebagai wanprestasi.26 Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur dapat disebabkan karena dua alasan, yaitu: 1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian; 2. Karena keadaan memaksa (force majeure), di luar kemampuan debitur. Dalam sebuah perjanjian sering terjadi cidera janji atau dapat disebut juga sebagai wanprestasi. Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “wanprestatie”, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undang-undang.27 Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda. 26. Mutia Kartika Putri, Skripsi, Pembuktian Keadaan Memaksa (Force Majeure) Oleh Debitur Dalam Sengketa Wanprestasi, Universitas Bandar Lampung, Lampung, 2020, h. 2. 27 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan Cetakan Ke Dua, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, h. 20.. Universitas Sumatera Utara.

(30) 20. artinya prestasi buruk. Wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahan.28 F. Metode Penelitian Penulisan skripsi ini membutuhkan adanya data dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis untuk dapat membahas masalah. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Tipe/Jenis Penelitian Tipe/Jenis penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini ialah bersifat Deskriptif Analisis, yaitu penelitian yang sifat dan tujuannya memberikan deskripsi atau mengambarkan pengaturan tentang pelaksanaan perjanjian dan pengaruh pandemic COVID-19 dalam pelaksanaan perjanjian. Penelitian hukum ini menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif, yaitu suatu pendekatan masalah dengan jalan menelaah dan mengkaji suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkompeten untuk digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pemecahan masalah. Dengan di dukung bahan hukum primer dan sekunder, yaitu KUHPerdata, inventarisasi peraturan-peraturan yang. berkaitan. dengan. penanggulangan. bencana,. kebijakan. countercyclical dampak penyebaran Coronavirus Disease 2019 bagi lembaga jasa keuangan nonbank, lembaga pembiayaan, penetapan bencana non-alam penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) sebagai bencana 28. Wira Muhammad Arif, Skripsi, Bank Garansi Sebagai Pengalihan Kewajiban Jika Terjadi Wanprestasi Oleh Nasabah (Studi Di Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau), Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011, h. 21.. Universitas Sumatera Utara.

(31) 21. nasional, dan pembatasan sosial berskala besar dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Dan selain itu dipergunakan juga bahan hukum sekunder berupa tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku-buku maupun jurnal atau artikel ilmiah. 2. Sumber Data Sumber data penelitian ini diambil berdasarkan data sekunder. Data sekunder didapatkan melalui : a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini di antaranya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Sebagai Bencana Nasional, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical. Universitas Sumatera Utara.

(32) 22. Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019, Peraturan Otoritas Jasa. Keuangan. Nomor. 14/POJK.05/2020. tentang. Kebijakan. Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 48/POJK.03/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. b. Bahan hukum sekunder, berupa bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti studi dokumen dengan cara mengumpulkan bahan hukum dan mempelajari berkas-berkas seperti buku, yurisprudensi, buku-buku ilmiah, bahan seminar, undangundang, majalah, ataupun jurnal-jurnal hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan. leasing,. Coronavirus. Disease. (COVID-19),. hasil. penelitian, dan internet berkaitan dengan penelitian ini. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini : a. Kepustakaan Penelitian kepustakaan adalah cara memperoleh data dengan mendapatkan konsepsi teori, pendapat ata pemikiran dari penelitian. Universitas Sumatera Utara.

(33) 23. terdahulu yang berhubungan dengan objek penelitian dalam penulisan ini, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, dokumen, literatur, maupun karya ilmiah lainnya. b. Wawancara Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sistematis dan ilmiah untuk memperoleh suatu keterangan di lapangan. Penulis melakukan wawancara secara bebas namun berpedoman terhadap daftar pertanyaan yang telah disiapkan penulis sebelumnya. 4. Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses tindak lanjut dari teknik pengumpulan data, yaitu proses penyusunan data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data seperti pedoman wawancara, observasi, dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu mengelompokkan data menurut aspekaspek yang diteliti, kemudian dibandingkan dengan teori-teori kepustakaan yang nantinya akan menghasilkan data deskriptif analisis, sehingga diperoleh kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. G. Sistematika Penulisan Pembahasan secara sistematis sangat diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang dibagi dalam beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain. Skripsi ini diuraikan dalam 5 (lima) bab, dan tiap tiap bab terbagi. Universitas Sumatera Utara.

(34) 24. atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I:. Isinya merupakan Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistemtika Penulisan.. BAB II:. Isinya merupakan Pembahasan Mengenai Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Leasing Kendaraan Bermotor yang terdiri dari: Munculnya Wabah Penyakit COVID19, Pengertian dan Para Pihak dalam Perjanjian Leasing, Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Leasing Kendaraan Bermotor, dan Kebijakan Stimulus Fiskal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Leasing Pada Masa Pandemi COVID-19.. BAB III:. Isinya. merupakan. Pembahasan. Mengenai. Implementasi. Restrukturisasi Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada PT. Summit Oto Finance Medan di Masa Pandemi COVID-19 yang terdiri dari: Prosedur dalam Pemberian Pembiayaan Kendaraan Bermotor di PT. Summit Oto Finance Medan, Perjanjian Pembiayaan Kendaraan Bermotor PT. Summit Oto Finance Medan Sebelum Masa Pandemi COVID-19, Implementasi Restrukturisasi Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada PT. Summit Oto Finance Medan di Masa Pandemi COVID-19, Faktor. Universitas Sumatera Utara.

(35) 25. Pendukung. dan. Penghambat. Implementasi. Restrukturisasi. Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada PT. Summit Oto Finance Medan di Masa Pandemi COVID-19. BAB IV:. Isinya Merupakan Pembahasan Mengenai Penyelesaian Hukum Terkait. Keterlambatan. Pelaksanaan Pembayaran. Angsuran. Leasing Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Summit Oto Finance Medan Akibat Pandemi Covid-19 yang terdiri dari: Kendala-Kendala Terkait Keterlambatan Pelaksanaan Pembayaran Angsuran Leasing Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Pembiayaan PT. Summit Oto Finance Medan Akibat Pandemi COVID-19 dan Bentuk Kebijakan yang dilakukan Pihak Leasing Kepada Lessee Sebagai Upaya Penyelesaian Terkait Keterlambatan Pelaksanaan Pembayaran Angsuran Leasing Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Summit Oto Finance Medan Akibat Pandemi COVID-19. BAB V:. Merupakan Kesimpulan dan Saran berdasarkan apa yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya sebaga hasil dari penulisan skripsi.. Universitas Sumatera Utara.

(36) BAB II PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR A. Munculnya Wabah Pandemi COVID-19 Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan desember, dunia dihebohkan dengan sebuah kejadian yang membuat banyak masyarakat resah yaitu dikenal dengan Corona Virus Disease (COVID-19). Kejadian tersebut bermula di Tiongkok, Wuhan. Pada awalnya virus ini diduga akibat paparan pasar grosir makanan laut huanan yang banyak menjual banyak spesies hewan hidup. Penyakit ini dengan cepat menyebar di dalam negeri ke bagian lain China. Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus.29 Munculnya 2019-nCoV telah menarik perhatian global, dan Pada 30 Januari WHO telah menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi (Kemenkes RI, 2020). 30. 29. Ririn Noviyanti, “Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19” , Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi , 2020 , h. 1. 30 Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, h. 1-136.. 26 Universitas Sumatera Utara.

(37) 27. Indonesia adalah negara berkembang dan terpadat keempat di dunia, dengan demikian diperkirakan akan sangat menderita dan dalam periode waktu yang lebih lama. Ketika coronavirus novel SARS-CoV2 melanda Cina paling parah selama bulan-bulan Desember 2019 – Februari 2020. Pada 27 Januari 2020, Indonesia mengeluarkan pembatasan perjalanan dari provinsi Hubei, yang pada saat itu merupakan pusat dari COVID-19 global, sementara pada saat yang sama mengevakuasi 238 orang Indonesia dari Wuhan. Presiden Joko Widodo melaporkan pertama kali menemukan dua kasus infeksi COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020. Pasien yang terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan seseorang warga Negara asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluh demam, batuk dan sesak nafas.31 WHO mengumumkan COVID-19 pada 12 Maret 2020 sebagai pandemi. Jumlah kasus di Indonesia terus meningkat dengan pesat, hingga Juni 2020 sebanyak 31.186 kasus terkonfirmasi dan 1851 kasus meninggal (PHEOC Kemenkes RI, 2020). Kasus tertinggi terjadi di Provinsi DKI Jakarta yakni sebanyak 7.623 kasus terkonfirmasi dan 523 (6,9%) kasus kematian (PHEOC Kemenkes RI, 2020). WHO mengeluarkan enam strategi prioritas yang harus dilakukan pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 pada tangal 26 Maret, yang terdiri dari Perluas, latih, dan letakkan pekerja layanan kesehatan; Menerapkan sistem untuk dugaan kasus; Tingkatkan produksi tes dan tingkatkan layanan kesehatan; Identifikasi fasilitas yang dapat diubah menjadi pusat. 31. Ririn Noviyanti , Op.Cit., h. 2.. Universitas Sumatera Utara.

(38) 28. kesehatan; Mengembangkan rencana untuk mengkarantina kasus COVID-19; dan Refokus langkah pemerintah untuk menekan virus.32 Wabah ini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Virus ini sempat membuat semua kegiatan sehari-hari manusia terhambat. Karantina saja mungkin tidak cukup untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 ini, dan dampak global dari infeksi virus ini adalah salah satu yang semakin memprihatinkan. Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak langkah-langkah dan kebijakan untuk mengatasi permasalahan pandemic COVID-19 ini. Salah satu langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah yaitu mensosialisasikan gerakan Social Distancing untuk masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan pandemi COVID-19 ini karena langkah tersebut mengharuskan masyarakat menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain serta menghindari pertemuan massal. Namun, pada kenyataannya langkah-langkah tersebut tidak disikapi dengan baik oleh masyarakat, sehingga jumlah kasus terus meningkat. Di samping itu, pelayanan kesehatan di Indonesia dan SDM kesehatan yang ada dalam menangani kasus pandemi COVID-19 ini juga belum memadai sedangkan kasus terus melonjak naik. B. Pelaksanaan Perjanjian Leasing Perjanjian diatur dalam Buku III KUHPerdata dalam Pasal 1313 KUHPerdata disebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) yang dimaksud dalam Pasal 32. Ibid.. Universitas Sumatera Utara.

(39) 29. 1313 KUHPerdata hanya terjadi atas izin atau kehendak (toestemming) dari semua mereka yang terkait dengan persetujuan itu, yaitu mereka yang mengadakan persetujuan atau perjanjian yang bersangkutan. 33 Pengertian tentang perjanjian atau kontrak beraneka ragam, antara lain: Subekti mengatakan, Perjanjian adalah “Suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”. Sedangkan perikatan adalah: “Perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut”.34 Dengan demikian suatu kesepakatan berupa perjanjian atau kontrak pada hakikatnya adalah mengikat, bahkan sesuai dengan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, kesepakatan ini memiliki kekuatan mengikat sebagai undangundang bagi para pihak yang membuatnya.35 Berdasarkan rumusan pengertian perjanjian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa perjanjian itu terdiri dari:36 1. Ada pihak-pihak; 2. Ada persetujuan antara pihak-pihak; 3. Ada prestasi yang akan di laksanakan; 4. Ada bentuk tertentu lisan atau tulisan; 33. Komar Andasasmita, Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya, Cetakan 2, (Bandung: Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, 1990), h. 430. 34 R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Bandung: PT. Intermasa, 2008), h.1. 35 Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 15. 36 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 1999), h. 82. Universitas Sumatera Utara.

(40) 30. 5. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian; 6. Ada tujuan yang hendak di capai. Perjanjian atau kontrak yang sah adalah persetujuan yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Cakap untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), Leasing yaitu “Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modl baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance leasing) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operation lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, Leasing adalah “Kegiatan Pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal. Baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa Hak Opsi untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lesse) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”. Lebih lanjut peraturan terbaru yang mengatur mengenai leasing adalah Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa Leasing adalah “Kegiatan pembiayaan dalam bentuk. Universitas Sumatera Utara.

(41) 31. penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha lease selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berangsuran”. Sumber hukum perdata yang mendasari kegiatan sewa guna usaha (leasing) yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang hukum perdata, yaitu:37 1. Asas Kebebasan Berkontrak Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan sewa guna usaha (leasing) selalu dibuat secara tertulis (perjanjian) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal centainty). Perjanjian sewa guna usaha (leasing) ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari pihak lessor dan pihak lessee. Perjanjian sewa guna usaha (leasing) merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUHPerdata. Konsekuensi yuridis selanjutnya, kontrak tersebut harus dilaksanakan dengan iktikad baik (in good faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoidable). Perjanjian sewa guna usaha berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi lessor dan lessee. 2. Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata Lainnya Sumber hukum sewa guna usaha yang berasal dari undang-undang di bidang perdata, yaitu ketentuan sewa-menyewa dalam Buku III KUHPerdata 37. Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Cetakan Pertama, (Sinar Grafika, Februari 2008), h. 49.. Universitas Sumatera Utara.

(42) 32. dan ketentuan dari berbagai undang-undang di luar KUHPerdata yang mengatur aspek perdata dari sewa guna usaha. 1) Perjanjian sewa-menyewa Perjanjian sewa guna usaha termasuk bentuk khusus dari perjanjian sewamenyewa yang diatur dalam Pasal 1548-1580 KUHPerdata. Kekhususan dari perjanjian sewa-menyewa pada umumnya adalah spesifikasi tertentu terhadap subjek/pihak dan objek pada perjanjian sewa guna usaha. Kekhususan dari objek perjanjian sewa guna usaha berupa barang yang khusus yaitu barang modal yang akan digunakan oleh lessee untuk menjalankan usahanya. Dengan demikian ketentuan dalam Pasal 15481580 KUHPerdata dapat berlaku terhadap dan sejauh relevan dengan sewa guna usaha kecuali jika dalam perjanjian ditentukan secara khusus menyimpang. 2) Segi perdata di luar KUHPerdata Sumber hukum sewa guna usaha berupa undang-undang di bidang hukum perdata di luar KUHPerdata adalah: a. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. b. UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. c. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Agraria. d. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.. Universitas Sumatera Utara.

(43) 33. 3) Segi hukum publik Sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pembiayaan, sewa guna usaha banyak menyangkut kepentingan publik terutama bersifat administratif yaitu meliputi undangundang sebagai berikut: a. UU No. 3 Tahun 1983 tentang Wajib Daftar Perusahaan. b. UU No. 7 Tahun 1992 Sebagaimana Telah Diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. c. UU tentang Perpajakan. d. UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan. e. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pengaturan khusus dalam KUHPerdata tentang sewa-menyewa tercantum beberapa pasal antara lain Pasal 1548 yang disebutkan bahwa sewa-menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu. Orang dapat menyewakan berbagai jenis barang, baik yang tetap maupun yang bergerak. Kewajiban penyewa terhadap sewa-menyewa diatur dalam Pasal 1550 KUHPerdata yang disebutkan pihak yang menyewakan karena sifat persetujuan dan tanpa perlu adanya suatu janji, wajib untuk menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa, memelihara barang itu sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksud dan memberikan hak kepada penyewa untuk menikmati barang yang disewakan itu dengan tentram selama berlangsungnya sewa. Sebaliknya penyewa juga memiliki kewajiban yang. Universitas Sumatera Utara.

(44) 34. diatur dalam KUHPerdata Pasal 1560 yaitu penyewa harus menepati dua kewajiban utama pertama memakai barang sewa sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik, sesuai dengan tujuan barang itu menurut persetujuan sewa atau jika tidak ada persetujuan mengenai hal itu, sesuai dengan tujuan barang itu menurut persangkaan menyangkut keadaan dan membayar harga sewa pada waktu yang telah ditentukan. Perjanjian leasing dibuat antara lessor dan lessee disebut dengan lease agreement dan dalam perjanjian tersebut memuat beberapa hal antara lain:38 a. Nama dan alamat lessee; b. Jenis barang modal yang diinginkan; c. Jumlah atau nilai barang yang di-leasing-kan; d. Syarat-syarat pembayaran; e. Syarat-syarat kepemilikan atau syarat lainnya; f. Biaya-biaya yang dikenakan; g. Sanksi-sanksi apabila lessee ingkar janji. Bentuk dan perjanjian sewa guna usaha (leasing):39 1. Subjek perjanjian sewa guna usaha, dalam konteks ini yang terlibat subjek lessor dan lessee. Yang dapat menjadi lessor adalah pihak yang dengan tegas diizinkan untuk berusaha dalam bidang sewa guna usaha. Lessee adalah badan usaha atau perseorangan yang mempunyai izin usaha. 2. Objek perjanjian sewa guna usaha adalah barang dan modal yang dibeli oleh lessor atas permintaan lessee. Barang modal tersebut dapat berupa 38. Arus Akbar Silondae, Andi Fariana, Aspek Hukum dalam Ekonomi &Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), h. 25. 39 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Op. Cit., h. 60.. Universitas Sumatera Utara.

(45) 35. barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Demi kepastian hukum bagi semua pihak maka penjelasan mengenai objek barang modal ini harus diperinci secara jelas mengenai jumlah, jenis, lokasi, dll. 3. Jangka waktu perjanjian sewa guna usaha. Jangka waktu perjanjian usaha dimulai sejak lessee menerima barang modal sampai dengan perjanjian sewa guna usaha berakhir sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Jika terjadi kelalaian lessor berhak untuk mengakhiri perjanjian sewa guna usaha tersebut sebaliknya lessee tidak dapat mengakhiri perjanjian selama perjanjian masih berjalan. Ketentuan ini dapat disimpangi asalkan lessee dapat memenuhi syarat-syarat tertentu misalnya bila lessee bisa membayar tunai kepada lessor semua jumlah yang akan terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha. 4. Imbalan jasa sewa guna usaha dan cara pembayaran sewa guna usaha yang diperhitungkan sebagai pendapatan sewa guna usaha lessor. Imbalan jasa ini meliputi antara lain biaya untuk mendapatkan barang modal (termasuk di dalamnya biaya pengangkutan, pemasangan asuransi, biaya bunga atas dana untuk membeli barang modal, spread atau margin yang merupakan keuntungan bagi lessor serta biaya pajak. 5. Hak opsi dalam finance lease, lessee mempunyai hak opsi untuk membeli barang modal pada akhir masa perjanjian sewa guna usaha. Besarnya harga barang tersebut sesuai dengan nilai sisa pada akhir perjanjian. Apabila lessee tidak menggunakan hak opsi ini lessee dapat memperpanjang perjanjian sewa guna usaha atau mengembalikan barang modal tersebut pada lessor.. Universitas Sumatera Utara.

(46) 36. 6. Kewajiban perpajakan. Atas adanya barang modal serta perjanjian sewa guna usaha antara lessee dan lessor jika ada beban pajak yang harus dibayar maka lessee yang bertanggung jawab atas biaya tersebut. 7. Penutupan asuransi. Semua kerugian akibat kerusakan atau kehilangan barang modal menjadi tanggung jawab lessee. Untuk menghindari risiko ini lessee harus mengasuransikan barang tersebut atas biaya dari lessee. Jika terjadi musibah atas barang tersebut lessor yang berhak untuk menerima penggantian dari perusahaan asuransi. Seandainya lessee lalai untuk mengasuransikan barang tersebut lessor berhak untuk mengasuransikan barang tersebut atas biaya asuransi tersebut lessor berhak untuk menagih pada lessee. 8. Tanggung jawab atas objek perjanjian sewa guna usaha yang mana lessee wajib untuk menjaga serta melihat barang modal tersebut secara baik dan layak. 9. Akibat kejadian lalai, apabila lessee lalai untuk melakukan kewajibannya membayar sewa lessor berhak untuk menagih semua pembayaran yang masih terutang dan menerima kembali barang modalnya. 10. Akibat rusak atau hilangnya objek perjanjian sewa guna usaha. Jika terjadi barang modal rusak atau hilang lessee berkewajiban untuk membayar seluruh imbalan jasa sewa, namun untuk hal ini hendaknya perlu diperhatikan atas bunga yang terkandung dalam sewa. Jika lessee dapat mengembalikan lebih awal tentunya bunga dapat tersebut dipotong dalam jangka waktu yang belum dijalaninya.. Universitas Sumatera Utara.

(47) 37. Pada kenyataan tidak semua perjanjian leasing yang dibuat secara sah dapat dilaksanakan, terkadang salah satu pihak tidak dapat melakukan pelaksaan perjanjian leasing dikarenakan karena adanya wanprestasi atau overmacht/ force mejeur/ keadaan memaksa. Wanprestasi atau disebut cidera janji yaitu suatu situasi yang terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya atau membiarkan suatu keadaan berlangsung sedemikian (non performance) rupa sehingga pihak lainnya dirugikan secara tidak adil karena tidak dapat menikmati haknya berdarkan kontrak yang telah disepakati bersama.40 Pada wanprestasi seseorang tidak memenuhi prestasinya karena adanya kesalahan yang disebabkan adanya kelalaian atau kesengajaan, jenis wanprestasi antara lain tidak dapat melaksanakan prestasinya sama sekali, terlambat memenuhi prestasi atau tidak berprestasi sebagaimana mestinya dari bentuk prestasi antara lain memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Akibat hukum dari wanprestasi adalah pihak yang tidak dapat melaksanakan perjanjian leasing karena wanprestasi dapat dituntut untuk memenuhi perjanjian, harus bertanggung jawab mengganti kerugian, benda yang menjadi objek perjanjian leasing sejak tidak dipenuhi perjanjian menjadi tanggung jawabnya serta dapat juga dituntut pembatalan perjanjian. Overmacht/ force mejeur/ keadaan memaksa/ keadaan kahar adalah suatu keadaan dimana lessee tidak dapat melakukan prestasinya kepada lessor setelah di 40. Budiono Kusumohamidjoyo, Panduan Untuk Merancang Kontrak, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), h. 70.. Universitas Sumatera Utara.

(48) 38. buatnya persetujuan, yang menghalangi lessee untuk memenuhi prestasinya, dimana lessee tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung resiko serta tidak dapat menduga pada waktu persetujuan dibuat yang disebabkan adanya kejadiaan yang berbeda di luar kuasanya. Seperti : gempa bumi, banjir, kecelakaan. Adapun akibat hukum keadaan memaksa menurut Sarjana dan Putusan Mahkamah. Agung. Republik. Indonesia.. Mariam. Darus. Badrulzaman,. mengemukakan beberapa akibat keadaan memaksa terhadap perikatan. Keadaan memaksa mengakibatkan perikatan tersebut tidak lagi bekerja (werking) walaupun perikatannya sendiri tetap ada, dalam hal ini maka:41 1. Lessee tidak lagi dapat meminta pemenuhan prestasi; 2. Lessee tidak lagi dapat dinyatakan lalai, dan karenanya tidak wajib membayar ganti rugi; 3. Resiko tidak beralih kepada lessee; 4. Pada persetujuan timbal balik, kreditur tidak dapat menuntut pembatalan. M. Yahya Harahap memberikan pendapatnya mengenai akibat dari keadaan memaksa. Ada dua hal yang menjadi akibat overmacht, yaitu sebagai berikut:42 1. Membebaskan lessee dari membayar ganti rugi (schadevergoeding). Dalam hal ini, hak lessor untuk menuntut gugur untuk selama-lamanya. Jadi, pembebasan ganti rugi sebagai akibat keadaan memaksa adalah pembebasan mutlak; 41. Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h. 26-29. 42 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Alumni, Bandung, 1986), h. 82-98.. Universitas Sumatera Utara.

(49) 39. 2. Membebaskan lessee dari kewajiban melakukan pemenuhan prestasi (nakoming). Pembebasan pemenuhan (nakoming) bersifat relatif. Pembebasan itu pada umumnya hanya bersifat menunda, selama keadaan overmacht masih menghalangi/merintangi lessee melakukan pemenuhan prestasi. Bila keadaan memaksa hilang, lessor kembali dapat menuntut pemenuhan prestasi. Pemenuhan prestasi tidak gugur selama-lamanya, hanya tertunda, sementara keadaan memaksa masih ada. Akibat hukum dari adanya force majeure menurut pemaparan Tan Kamello:43 1. Lessor tidak dapat menuntut agar perikatan dipenuhi; 2. Lessor tidak dapat meminta pemutusan kontrak; 3. Lessor tidak dapat mengatakan bahwa lessee dalam keadaan lalai; 4. Gugur kewajiban hukum lessee untuk melakukan kontra prestasi. Selain berdasarkan pendapat Sarjana, akibat hukum keadaan memaksa juga terdapat dalam beberapa Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, antara lain Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 15 K/Sip/1957 tertanggal 16 Desember 1957, Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 409 K/Sip/1983 tertanggal 25 Oktober 1984, Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3389 K/PDT/1984. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 15 K/Sip/1957 tertanggal. 16. Desember. 1957. menyatakan. bahwa,. “Kondisi. perang. mengakibatkan pelaksanaan prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan. 43. Tan Kamello, Pandemi COVID-19: Implikasi Keppres No. 12 Tahun 2020 Bagi Perikatan, Mempersoalkan Force Majeure, Seminar Nasional/Webinar, Medan, 29 April 2020, Slide 10.. Universitas Sumatera Utara.

(50) 40. Lessee tidak dapat dihukum membayar cicilan apabila dapat membuktikan bahwa terhalangnya pelaksanaan prestasi timbul dari keadaan yang selayaknya ia tidak bertanggung gugat. Hanya saja, dalam putusan tersebut disebutkan bahwa resiko yang termasuk dalam force majeure harus dimasukkan dalam klausul perjanjian”.44 Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 409 K/Sip/1983 tertanggal 25 Oktober 1984 menyatakan bahwa, “Jika dapat dibuktikan bahwa terjadi force majeure maka perjanjian dapat dibatalkan dan lessee tidak dapat dibebankan penggantian kerugian”. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3389 K/PDT/1984 menyatakan bahwa, Mahkamah Agung mengakui bahwa munculnya tindakan administratif penguasa yang menentukan atau mengikat adalah suatu kejadian yang tidak dapat diatasi oleh para pihak dalam perjanjian dan dianggap sebagai force majeure sehingga membebaskan pihak yang terkena dampak dari mengganti kerugian. Force majeure tersebut bersifat relatif yang mengakibatkan pelaksanaan prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan atau untuk sementara waktu ditangguhkan sampai ada perubahan kebijakan atau tindakan penguasa yang berpengaruh pada pelaksanaan prestasi.45. 44. Rahmat S.S. Soemadipradja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa (Syaratsyarat pembatalan perjanjian yang disebabkan keadaan memaksa/force majeure), https://putusan3.mahkamahagung.go.id/restatement/detail/11e9b3876b28a09683cd3138333632 31.html, diakses pada 21 November 2020, pukul 13:55, h. 104. 45 Ibid.. Universitas Sumatera Utara.

(51) 41. C. Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Leasing Kendaraan Bermotor Antara perjanjian leasing dengan masa pandemi COVID-19 di Indonesia memiliki hubungan yang berkaitan. Dalam hal ini tidak dapat tercapainya suatu prestasi yang diakibatkan oleh karena masa pandemi COVID-19. Hal ini dikarenakan penyebaran COVID-19 telah berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia, dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian telah meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Semakin luasnya penyebaran wabah COVID-19 di Indonesia menjadi alasan bagi pemerintah Indonesia untuk menanggulangi COVID-19 dengan mengeluarkan. beberapa. peraturan. guna. menyelamatkan. kesehatan. dan. perekonomian nasional. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing, physical distancing, work from home, serta beribadah dan kegiatan belajar mengajar dari rumah (Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020).. Universitas Sumatera Utara.

(52) 42. Dampak penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah mengakibatkan terjadi keadaan tertentu sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan, salah satunya dengan tindakan pembatasan sosial berskala besar. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). dalam Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Dengan ditetapkan Peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar berdampak pada perekonomian negara antara lain terhambatnya proses produksi, karena makin langkanya bahan baku terutama yang berasal dari import yang sempat dihentikan, berhentinya industri pariwisata, hiburan, perhotelan, penerbangan, rumah makan menjadi sepi pengunjung, sehingga pengusaha rumah makan juga kesulitan untuk mendapatkan penghasilan. Akibat adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan penutupan wilayah, tidak sedikit industri yang mengurangi karyawannya yang berujung pada pemberhentian sementara karyawan, bahkan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga dapat berakibat menurunnya pendapatan dan bertambah banyaknya pengangguran serta meningkatnya kriminalitas. Hal serupa juga dialami oleh pengusaha atau pemilik tempat hiburan maupun pariwisata, yang menjadi sepi pengunjung sehingga berdampak pada pendapatan pengusaha. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaku usaha yang tidak peduli dan tidak mentaati ketentuan hukum yang berlaku terutama terkait dengan perlindungan konsumen hal ini tentu menjadi penghambat Badan pengawas

jumlah kolomnya lebih dari satu, sedangkan majalah sering- kali kita temukan. terbit dengan dua, tiga atau bahkan em pat kolom. lni menuntut perhatian yang lebih

menggunakan perangkat pembelajaran pada konsep daur ulang sampah terhadap hasil belajar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi biologi di SMA. 2) Bagi siswa,

Beban linear ialah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linear, artinya beban itu tidak menarik gelombang arus yang non sinusoidal pada saat beban

menghadapi manuver yang dilancarkan oleh Singapura tersebut dengan menggunakan strategi “ Side Paymen Back ” atau asas niat baik di mana negosiator Indonesia akan. berusaha

Mohon menjawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pilihan

Penelitian kasus “pengaruh operasi good corporate governance dengan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penyajian laporan buku keuangan tahunan dan konsekuensinya

Prasyarat : Telah menempuh mata kuliah praktikum teknik elektronika I dan praktikum