• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KOMANDO TERHADAP HASIL BELAJAR LARI GAWANG

DITINJAU DARI KELOMPOK KELAS

(Eksperimen pada Siswa Putra Kelas IV dan Kelas V SD Negeri Duyungan I Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Diajukan oleh : SUWARTI A. 121108036

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user MOTTO

Tingkat pendidikan bukanlah kesuksesan dalam belajar tetapi kedewasaan berfikir adalah tanda kesuksesan dalam belajar. (Penulis)

“Education Is the culture of character. Culture is the education of the mind.”

– M. Eminescu.

(6)

commit to user PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati karya ini kupersembahkankepada : 1. Bapak Ibu semuanya yang selalu memberikan doanya

2. Suami dan anak tercinta 3. Adik-adikku yang aku sayangi

(7)

commit to user KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat Nya, sehingga tesis saya yang berjudul ” PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KOMANDO TERHADAP HASIL BELAJAR LARI GAWANG DITINJAU DARI KELOMPOK KELAS”, dapat saya selesaikan dengan baik.

Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

a. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Prof. Dr Ir Ahmad Yunus, MS. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

c. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan, program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas dukungan dan arahan guna kelancaran studi.

d. Prof. Dr Sugiyanto dan Prof. Dr. H.M. Furqon H, M.Pd. sebagai pembimbing tesis yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai.

e. Kepala SD Negeri Duyungan I Sidoharjo Sragen serta guru dan karyawan yang telah membantu terlaksanaannya penelitian ini.

f. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2011 yang telah membantu dalam

(8)

commit to user

g. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2013 Penulis

(9)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BABII. KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... ... 13

A. Landasan Teoritis ... . 13

1. Lari Gawang ... 10

a.Konsep Lari Gawang ... 10

b.Teknik Dasar Lari Gawang ... 11

2. Lari Gawang Kids Atletik ... 14

(10)

commit to user

4. Pendekatan Pembelajaran ... 17

a. Pengertian Belajar ... 17

b. Pembelajaran ... 18

c. Komponen-komponen Pembelajaran ... 23

d. Prinsip-prinsip Pembelajaran... 26

e. Konsep Pendekatan Pembelajaran ... 29

5. Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Komando .. ... 39

a. Pendekatan pembelajaran Bermain ... 39

b. Pendekatan Pembelajaran Komando ... 50

6. Kelompok Usia ... 52

a. Pertumbuhan pada masa kanak-kanak awal ... 52

b. Pertumbuhan pada masa kanak-kanak akhir ... 58

B. Kerangka Berpikir ... 66

C. Perumusan Hipotesis... 70

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 71

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 71

B. Metode Penelitian ... 72

C. Rancangan Penelitian... 74

D. Variabel Penelitian... 75

E. Populasi dan Sampel ... 75

F. Teknik Pengumpulan data... 76

G. Teknik Analisis Data ... 77

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 83

A. Deskripsi Data ... 83

B. Pengujian Prasyarat Analisis... 87

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 90

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V. PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Implikasi ... 98

(11)

commit to user

C. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN ... 102

(12)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rancangan faktorial 2 x 2 ... ... 62

Tabel 2. Tabel Hasil Uji Reliabilitas ... 68

Tabel 3. Kriteria Nilai Reliabilitas ... ... 68

Tabel 4. Ringkasan Anava Dua Jalur ... 71

Tabel 5.Deskripsi Data HasilTesKemampuan gerak TiapKelompokBerdasarkan Jenis permainan dankelompokumur ... 75

Tabel 6.Range KategoriReliabilitas ... 78

Tabel 7. RingkasanHasilUjiReliabilitas Data ... 78

Tabel 8. RangkumanHasilUjiNormalitas Data ... 79

Tabel 9. RangkumanHasilUjiHomogenitas Data ... 80

Tabel10.Rangkuman Hasil Perhitungan Anava ... 81

(13)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Tingkatan Perkembangan Keterampilan gerak ... 17 Gambar 2. Komponen Kemampuan Gerak Dasar ... 65 Gambar 3. Kerangka Operasional Penelitian ... 67 Gambar 4. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan tes Akhir

Kemampuan Gerak dasar tiap Kelompok berdasarkan Jenis

Permainan dan Kelompok umur ... 76 Gambar 5. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Kemampuan gerak

Pada Tiap Kelompok Perlakuan ... 77

(14)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Motor Ability ... 92

Lampiran 2. Program Pembelajaran ... 95

Lampiran 3. Rekapitulasi Data Tes AwalMotor Ability ... 99

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Tes Akhir Motor Ability... 100

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Tes Awal Motor Ability Berdasar Umur ... 101

Lampiran 6. Rekapitulasi Data Tes Akhir Berdasarkan Umur ... 102

Lampiran 7. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes AkhirTiapKelompok ... 103

Lampiran 8. Uji Normalitas Data ... 105

Lampiran 9. UjiHomogenitasdenganUjiBartlet ... 109

Lampiran 10.DataJumlahNilai Gain Score tiapKelompokPerlakuan ... 110

Lampiran 11.PerhitunganLengkapHasilPenelitian ... 111

Lampiran 12.Dokumentasi Penelitian ... 115

(15)

commit to user ABSTRAK

Suwarti. PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KOMANDO TERHADAP PRESTASI LARI GAWANG DITINJAU DARI KELOMPOK KELAS (Eksperimen pada Siswa Putra Kelas IV dan Kelas V SD Negeri Duyungan I Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen) Komisi Pembimbing I: Prof Dr. Sugiyanto., Pembimbing II: Prof. Dr.

H. M. Furqon H, M.Pd. Tesis. Surakarta. Program Studi Ilmu Keolahragaan.

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) (a). Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan komando terhadap peningkatan kebenaran gerakan lari gawang. (b). Perbedaan pengaruh kebenaran gerakan lari gawang antara siswa kelas IV dan Siswa Kelas V. (c). Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kelas IV dan kelompok kelas V terhadap peningkatan kebenaran gerakan lari gawang. (2) (a). Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan komando terhadap peningkatan kecepatan lari gawang.

(b).Perbedaan pengaruh peningkatan kecepatan lari gawang siswa kelas IV dan Siswa Kelas V. (c) Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kelas IV dan kelompok kelas V terhadap peningkatan kecepatan gerakan lari gawang

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen yang melibatkan tiga variabel, yaitu variabel independent (pendekatan pembelajaran), variable atributif (kelompok usia) dan variabel dependen (prestasi lari gawang). Rancangan penelitian dengan desain faktorial 2x2. Sampel penelitian adalah siswa kelas V dan kelas VI pada SD Negeri Duyungan I Sidoharjo Sragen. Besarnya sampel yang diambil untuk penelitian sebanyak 40 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan purposive random sampling dengan cara undian. Teknik analisis data yang digunakan adalah anava 2 x 2.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05.

Penelitian menyimpulkan : (1) a). Ada Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan komando terhadap peningkatan kebenaran gerakan lari gawang. Pengaruh pendekatan pembelajaran bermain lebih baik daripada pendekatan pembelajaran komando. b). Ada perbedaan kebenaran gerakan lari gawang antara siswa kelas IV dan Siswa Kelas V. Kelompok siswa kelas V lebih baik peningkatan kebenaran gerak lari gawangnya dibandingkan dengan kelompok siswa kelas IV. c).

Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kelas IV dan kelompok kelas V terhadap peningkatan kebenaran gerakan lari gawang. Siswa kelas IV dan kelas V lebih cocok diberikan pendekatan pembelajaran bermain untuk meningkatkan hasil pembelajaran lari gawang. (2). a). Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan komando terhadap peningkatan kecepatan lari gawang. Peningkatan hasil belajar lari gawang pada siswa yang yang diberikan pendekatan pembelajaran bermain lebih baik dibandingkan pendekatan pembelajaran

(16)

commit to user

Siswa Kelas V. Kelompok siswa kelas V lebih baik peningkatan kecepatan gerak lari gawangnya dibandingkan dengan kelompok siswa kelas IV. c). Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kelas IV dan kelompok kelas V terhadap peningkatan kecepatan gerakan lari gawang. Kelompok siswa kelas IV cocok diberikan pendekatan pembelajaran komando dalam meningkatkan kecepatan gerak lari gawang, sedangkan kelompok siswa kelas V lebih cocok diberikan pendekatan pembelajaran bermain dalam meningkatkan kecepatan gerak lari gawang.

Kata Kunci : Pendekatan pembelajaran bermain, pendekatan pembelajaran komando,Kelompok usia, prestasi lari gawang

(17)

commit to user ABSTRACT

Suwarti. NIM: A121108036. THE DIFFERENCES OF THE INFLUENCE OF PLAYING LEARNING APPROACH AND THE COMAND TO HARDLES ACHIEVEMENT VIEWED FROM GRUP CLASS. (An experimental study in the fourth and fifth grade students of SD N Duyungan 1 Sidoharjo, Sragen ) Commision of consultant I : Prof. Dr.Sugiyanto. Consultant II, Prof. Dr. H. M.

Furqon H, M. Pd. Thesis. Surakarta. Sport science program, Past Graduate Sebelas Maret University.

This study aimed to determine : (1) a) The differences of the influence of playing learning approach and the command to the turth of hurdles movement. b) The differences of the influence of the turth of hurdles movement between fourth and fifth grade students. c) The influence of the interaction between learning approach with the fourth and fifth grade groups to the improvement of the turth hurdles movement.

(2) a) The differences of the influence of playing learning approach and the command to hurdles speed improvement. b) The differences of the influence of hurdles speed improvement between fourth and fifth grade students. c) The influence of the interaction between learning approach with the fourth grade and fifth grade group students to the improvement of the hurdles speed.

The research method was experimental which involves three variable. Those are independent variable (learning approach), attribute variable (age groups) and dependent variable (hurdes achievement). The design of the research was factorial design 2 x 2. The subject of the research was the students of the fourth and fifth grade students in SD N Duyungan 1 Sidoharjo Sragen which the largest subject was 40 students. The research analyze the data using purposive random sampling by lottery.

The data were analyzed by using anava 2 x 2. The research hypothesis was used with significance level of 0,05.

The research concludes : (1) a) There is any differences of the influence of playing learning approach and the command to the turth hurdles achievement . The influence of playing learning approach was better than the command learning approach. b) There is any differences of the turth of the hurdles between fourth and fifth grade students. Fifth grade group students was better than the turth hurdles improvement than fourth grade group students. c) There is any influence of the interaction between learning approach with fourth and fifth grade group students to the turth hurdles improvement. The fourth and fifth grade students more appropriate given playing learning approach to improve the hurdles learning result. (2) a) There is any differences of the influence of playing learning method and the command to the improvement of hurdles speed. The improvement of the hurdles learning result to the students which given playing learning approach was better than command learning approach. b) There is any differences of the improvement hurdles speed between fourth and fifth grade students. The fifth grade group students was better of the improvement hurdles speed than fourth grade group students to the improvement hurdles speed. The fourth grade group students was appropriate given command learning approach in the improvement hurdles speed while, fifth grade group students more appropriate given playing learning method in the improvement of hurdles speed.

Keyword : Playing learning approach, command learning approach,

(18)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani dan kesehatan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat sehari-hari mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan pengembangan individu maupun kelompok dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, serta emosi yang selaras, serasi dan seimbang. Ateng (2003:52) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan jasmani antara lain : (a) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan organik, (b) Keterampilan neuromuskuler motorik, (c) Perkembangan intelektual, (d) Perkembangan emosional.

Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun. Perkembanganan fisik pada anak besar cenderung berbeda dengan masa sebelumnya dan sesudahnya. Pertumbuhan tangan dan kaki lebih cepat dibandingkan pertumbuhan togok. Pada tahun-tahun awal masa anak besar pertumbuhan jaringan tulang lebih cepat dibanding pertumbuhan jaringan otot dan lemah, dengan demikian pada umumnya anak menjadi tampak kurus. pada tahun-tahun terakhir masa anak perkembangan jaringan otot mulai lebih cepat hal ini berpengaruh pada peningkatan kekuatan yang menjadi lebih cepat juga.

Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor utama dalam penyusunan strategi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani harus diprogramkan dengan baik dan benar-benar tepat, baik yang berhubungan dengan bentuk, lama, tingkat kesukarannya. Dampak perubahan yang mungkin terjadi pada diri siswa, situasi maupun tujuan yang hendak dicapai. Hal ini dapat dimengerti,

(19)

commit to user

karena kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adalah gerakan-gerakan jasmani yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Dengan demikian bila salah pilih dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan mental siswa, bahkan kemungkinan dapat menimbulkan cacat badan maupun cacat rohani.

Dengan demikian jelaslah bahwa memilih kegiatan pembelajaran merupakan langkah penting di dalam penyusunan strategi pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam prakteknya, kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani sudah banyak yang disusun secara sistematik baik yang berkenaan dengan bentuk, urutan waktu, lama pelaksanaan, tingkat kesukaran bahkan sudah dikaitkan dengan tujuan dan penilaian proses pembelajaran.

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan ini akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar. Kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun di sini guru lebih berperan sebagai pengelola.

Kegiatan pembelajaran merupakan masalah yang amat kompleks, dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap awal pembelajaran, siswa baru mengenal substansi yang dipelajari baik yang menyangkut aspek pembelajaran kognitif, afektif maupun

(20)

commit to user

mulanya, namun setelah guru berusaha untuk memusatkan dan menarik perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur- angsur berkurang. Siswa sangat peduli dengan apa yang dilakukan oleh gurunya.

Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses pembelajaran yang menarik dan membangkitkan motivasi siswa di dalam mengikuti pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran yang dipilih dan diperkirakan harus cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori dan praktek keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Efisiensinya terletak pada kecepatan dikuasainya materi pelajaran yang disajikan, sekalipun dalam waktu yang relatif pendek. Dengan kata lain hendaknya guru dalam mengajar menggunakan pendekatan yang diharapkan mampu memberikan pengalaman yang berarti kepada siswa, baik secara fisik maupun psikis sehingga akan meningkatkan partisipasi minat gerak seluruh siswa sehingga tingkat kualitas gerak maksimal. Dengan demikian jika pendekatan pembelajaran yang dipilih itu tepat maka efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran itu akan produktif yaitu memberikan hasil yang banyak.

Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam praktik pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model Pembelajaran praktik dipusatkan pada guru (Teacher Centered) dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan

(21)

commit to user

oleh anak sesuai dengan inisiatif sendiri (Student Centered). Menurut Husdarta &

Yudha M. Saputra (2000 : 28) “metode komando bertujuan mengarahkan siswa dalam melakukan tugas gerak secara akurat dan di dalam waktu yang singkat”. Dalam proses pembelajaran olahraga di sekolah guru sangat terbatas dengan alokasi waktu pembelajaran yang ditetapkan sehingga sangat diperlukan inovasi dan kreatifitas guru untuk meningkatkan hasil belajar pembelajaran yang optimal sesuai alokasi waktu yang ada.

Pendekatan pembelajaran bermain adalah salah satu cara belajar yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui bentuk modifikasi permainan. Dalam pendekatan bermain siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan kemampuannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan cara bermain diharapkan siswa dapat memliki kreativitas dan inisiatif untuk memecahkan masalah yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui bermain dikembangkan juga unsur kompetitif, sehingga siswa saling berlomba menunjukkan kemampuannya. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah pendekatan pembelajaran bermain Seperti dijelaskan oleh Djumidar (2007:

11.31) “dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang serius, di dalam pembelajaran disajikan banyak variasi-variasi supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya”.

Pendekatan pembelajaran bermain dan komando merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk Sekolah Dasar, karena kedua pembelajaran tersebut yang lebih sering dipelajari dan dianggap lebih praktis dilaksanakan oleh

(22)

commit to user

pendekatan ini tidak menarik dan membosankan atau sering dikatakan guru tidak kreatif, perlu diingat bahwa tidak ada pendekatan pembelajaran yang paling baik untuk selamanya dan setiap pendekatan pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang terpenting adalah pendekatan pembelajaran itu akan baik jika pelakunya baik dan dilakukan dengan baik pula, tentunya dengan memperhatikan sarana dan prasarana, lingkungan dan karakteristik-karakteristik siswanya.

Berdasarkan uraian pendekatan pembelajaran bermain dan komando yang telah diungkapkan di atas menggambarkan bahwa, pendekatan bermain merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar lari gawang. Namun pencapaian hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran saja, masih ada faktor lain seperti umur siswa, motivasi belajar siswa, serta sarana dan prasarana yang dimiliki.

Selain pendekatan pembelajaran yang tepat, faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran umur siswa. Penampilan seorang anak dipengaruhi oleh faktor umur. Faktor umur memiliki tingkat perkembangan yang berbeda secara kapasitas. Setiap kelompok umur berbeda kapasitas fisik, mental dan sosial yang disebabkan faktor lingkungan. Perbedaan ini memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran. Anak yang memiliki tahapan umur lebih tinggi memiliki aspek kognisi yang lebih tinggi pula. Aspek kognisi mempengaruhi penerimaan informasi; makin tinggi tingkat kognisi makin mudah menerima informasi. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran khususnya olahraga kurang memperhatikan karakteristik siswa yang didasarkan pada perkembangan usia. Sebagai contoh pembelajaran olahraga di sekolah dasar anak-

(23)

commit to user

anak kelas II diberikan pembelajaran yang sama dengan anak kelas V. Karakteristik fisik, mental dan sosial dipastikan memiliki perbedaan, oleh karena itu semestinya diberikan model pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok umur di Sekolah Dasar diperkirakan antara 7 – 12 tahun, maka dalam penelitian ini nantinya akan mengambil sampel siswa kelompok umur 9 - 11 tahun yang diperkirakan duduk dikelas IV – V. Uraian diatas menimbulkan permasalahan apakah ada perbedaan hasil pembelajaran yang diberikan kepada anak yang memiliki perbedaan usia.

Lari gawang adalah salah satu olahraga yang termasuk dalam cabang atletik yaitu nomor lari. Lari gawang adalah lari cepat dengan melewati gawang sebagai rintangan. Untuk mengajarkan lari cepat gawang seorang guru harus mulai mengajarkan dari teknik-teknik dasarnya dengan metode yang tepat. Pembelajaran olahraga lari gawang, maka guru harus dapat memilih metode yang tepat agar penyajianya materi lari gawang tersebut dapat menarik dan dapat disenangi oleh siswa dan dapat bermakna bagi siwa itu sendiri.

Upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pencapaian hasil belajar lari cepat gawang tersebut, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam baik secara teoritik maupun praktik. Sebagai sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas IV dan Siswa kelas V di SD Negeri Duyungan I Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Mengingat begitu besar pengaruh pendekatan pembelajaran tingkatan kelas dalam meningkatkan pembelajaran lari gawang, maka perlu adanya penelitian tentang “Perbedaan Pengaruh pendekatan pembelajaran Bermain dan Komando terhadap peningkatan pembelajaran lari gawang ditinjau dari

(24)

commit to user B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. a. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan komando terhadap peningkatan kebenaran gerakan lari gawang?

b. Adakah perbedaan kebenaran gerakan lari gawang antara siswa kelas IV dan Siswa Kelas V?

c. Adakah pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kelas terhadap peningkatan kebenaran gerakan lari gawang?

2. a. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan komando terhadap peningkatan kecepatan lari gawang?

b. Adakah perbedaan peningkatan kecepatan lari gawang antara siswa kelas IV dan Siswa Kelas V?

c. Adakah pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kelas terhadap peningkatan kecepatan gerakan lari gawang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah diungkapkan diatas maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. a. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan komando terhadap peningkatan kebenaran gerakan lari gawang.

(25)

commit to user

b. Perbedaan kebenaran gerakan lari gawang antara siswa kelas IV dan Siswa Kelas V.

c. Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kelas terhadap peningkatan kebenaran gerakan lari gawang

2. a. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan komando terhadap peningkatan kecepatan lari gawang

b. Perbedaan pengaruh peningkatan kecepatan lari gawang siswa kelas IV dan Siswa Kelas V

c. Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kelas terhadap peningkatan kecepatan gerakan lari gawang

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat bermanfaat :

1. Memberikan wawasan pengetahuan terhadap para guru tentang pentingnya memilih pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar lari gawang.

2. Bagi guru sebagai kajian dan referensi untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga Sekolah Dasar

3. Memberikan sumbangan tentang pentingnya memperhatikan faktor usia dalam upaya peningkatan hasil belajar lari gawang.

4. Secara praktik dapat digunakan sebagai pedoman diadakan pembelajaran maupun

(26)

commit to user

5. Secara teori untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai variabel-variabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa atau atlet dalam meningkatkan hasil belajar lari gawang.

(27)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Lari Gawang a. Konsep Lari gawang

Lari gawang merupakan olah raga atletik lari cepat dengan menempuh jarak tertentu namun diharuskan untuk melompati gawang-gawang yang tingginya diatur dalam peraturan perlombaan. Pada saat melompati gawang, atlet harus melakukannya secara beruntun, lancar, dan rileks. Pada saat berlari diusahakan tidak melayang terlalu lama, sehingga kecepatan lari tetap dipertahankan. Saat berada di atas gawang, atlet harus berusaha menjaga keseimbangannya dengan badan condong ke depan.

Pada saat berlari, sebisa mungkin seperti gerakan sprint sehingga kecepatan tetap terjaga. Faktor pertama yang harus diperhatikan oleh atlet lari gawang adalah gerakan yang dilakukan saat start ke gawang pertama. Hal ini dimaksudkan agar saat akan menolakkan kaki melewati gawang pertama dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan lancar. Kemudian pada saat melewati gawang, dan gerakan finish juga merupakan faktor suksesnya lari gawang.

Peraturan perlombaan lari gawang pada dasarnya sama dengan peraturan pada lari jarak pendek. Perbedaannya hanya terletak pada gawang yang harus dilewati. Pokok-pokok peraturan dalam perlombaan lari gawang yang perlu diketahui antara lain sebagai berikut:

(28)

commit to user

a. Semua perlombaan lari gawang harus dilakukan pada jalurnya masing-

masing; mulai dari start sampai melewati garis finish.

b. Seorang peserta lomba lari gawang yang menarik kakinya di luar bidang

horizontal atas gawang pada saat rnelampauinya, atau melompati gawang yang tidak berada di lintasan sendiri, atau menurut pendapat wasit dengan sengaja menjatuhkan gawang dengan tangan atau kaki dinyatakan diskualifikasi.

c. Dalam perlombaan lari gawang, jumlah gawang yang harus dilewati oleh

setiap pelari jumlahnya 10 buah, baik untuk jarak 100 m,110 m,maupun 400 m, dengan ketentuan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Jarak dan ukuran gawang untuk lomba Lari gawang Jenis

Kelamin

Nomor Lari Gawang

Tinggi Gawang

Jarak Garis Start ke Gawang Pertama

Jarak Antar Gawang

Putra 110 m 1,067 m 13,72 m 9,14 m

400 m 0,914 m 45,00 m 35,00 m

Putri 100 m 0,840 m 13,00 m 8,50 m

400 m 0,762 m 45,00 m 35,00 m

b. Teknik Dasar Lari Gawang

Teknik merupakan pondasi dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara yang paling efisien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga. Secara garis besar Teknik lari gawang dapat digolongkan menjadi 4 tahap, yaitu :

1). Gerak awalan (pada saat start).

2). Gerak saat melewati gawang.

3). Lari cepat (sprint) antar gawang.

4). Gerakan akhir (pada saat finish).

(29)

commit to user

1). Gerak awalan (Start)

Gerak awalan (start) dari garis start ke gawang pertama biasanya dilakukan dalam lari gawang adalah dengan start jongkok. Untuk dapat melakukan lari gawang dengan benar dan lancar, tidak hanya skill dan kecepatan saja seorang pelari juga harus memperhatikan awalan (start) karena gerakan ini dapat menjadi penentuan awal suksesnya lari gawang, pada waktu akan melewati gawang yang pertama yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :

a). Pada waktu hendak bertolak, pinggang harus diangkat tinggi dan cukup

jauh dari gawang yang akan dilewatinya.

b). Lutut kaki harus berada didepan diangkat tinggi, hingga membentuk

sudut kurang lebih 900 - 950, sedangkan lutut kaki belakang lurus dengan tumit diangkat tinggi.

2). Gerak saat melewati gawang

Setelah sukses dengan gerakan awalan (start), gerakan selanjutnya adalah melewati gawang dengan rentang waktu secepat-cepatnya demi menjaga keseimbangan kecepatan lari. Usahakan ketika berada diatas gawang keseimbangan tetap terjaga.

a) Lintasan gerak tubuh waktu berada diatas gawang harus diusahakan

serendah mungkin, dengan badan agak condong ke depan dan lutut agak dibengkokkan.

b) Kaki yang digunakan untuk menolak ditarik ke depan dengan jalan

memutar ke samping.

c) Setelah kaki depan melewati gawang, segera diturunkan ke tanah dengan

keadaan lurus.

(30)

commit to user

d) Lengan harus membantu keseimbangan di atas gawang, sehingga dapat

membantu cepat kembali ke posisi gerak ke depan.

e) Pada saat berada di atas gawang badan dicondongkan ke depan, hal ini

sangat berguna menjaga keseimbangan gerakan mendorong ke depan.

f) Pada saat mendarat di tanah, kaki dalam keadaan lurus.

g) Kaki belakang dengan lutut ditekuk, tetap terangkat tinggi supaya dapat

bergerak bebas menjangkau ke depan dalam usaha membantu langkah panjang.

h) Badan dicondongkan ke depan membantu membawa berat badan,

sehingga kaki yang berada di atas mudah bergerak melangkah ke depan.

3). Lari antar gawang

Jumlah langkah diantara gawang yang harus dilakukan oleh setiap pelari berbeda-beda. Para pelari umumnya berusaha untuk dapat :

a) Membuat langkah dari start ke gawang pertama antara 7-9 langkah.

b) Setelah langkah kaki depan mendarat ditanah mencapai 3 langkah

diantara gawang.

4). Gerakan akhir (pada saat finish)

Setelah kaki depan melewati gawang terakhir dan mendarat di tanah, yang harus dilakukan oleh seorang pelari gawang adalah sebagai berikut :

a) Badan condong ke depan.

b) Kaki belakang secepatnya langkahkan ke depan.

c) Lari secepat-cepatnya sampai melewati garis finish, dengan

membusungkan dada ke depan.

(31)

commit to user

Bersedia siap gerak dorong gerak percepatan Gambar 2.pelaksanaan start jongkok lari cepat gawang

(sumber IAAF Pedidikan Pelatihan, 1993)

Perlu diketahui dari posisi start siswa diharapkan selalu dapat menempatkan posisi start dengan baik pandangan kedepan kira-kira berjarak 1 meter dari garis start sehingga pada saat bersedia badan condong kedepan berat badan berada di kedua tangan sehingga dapat melaksanakan gerakan untuk berlari dan saat itu perlu adanya power yang sangat besar untuk daya ledak pertama kali untuk menghasilakan awalan saat lari.

c. Lari Gawang Kids Atletik

Kids Atletik telah dipergunakan didalam kejuaraan popda SD Kabupaten Sragen tahun 2009 sampai dengan sekarang. Dilihat dari jenisnya, kejuaraan untuk siswa sekolah dasar ini, memang lebih sederhana di bandingkan dengan cabang atletik untuk anak usia sekolah menengah. selain lebih simpel jenis kejuaraan ini memang lebih menyenangkan bagi siswa. Penggunaan alat yang relatif murah serta mudah dalam membuatnya.

(32)

commit to user

Kendala yang mungkin menghambat seorang guru untuk memberikan materi Kids atlhetik ini adalah belum adanya informasi atau penegasan kepada komunitas guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tentang perubahan kurikulum yang diajarkan. Karena didalam kurikulum materi kids atletik ini memang belum di masukan, sehingga guru masih memberikan materi sesuai dengan kurikulum, seperti, Lompat jauh, lari cepat, tolak peluru dan lain sebagainya. Sehingga pelatihan kids atletik atau atletik untuk anak ini tidak akan maksimal. Karena didalam pelatihannya hanya ada didalam materi tambahan bukan pada materi utama yang ada didalam kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Lari gawang khusus untuk kids atletik jumlah gawang yang dipakai sebanyak 4 buah, dengan tinggi gawang 50 cm dan lebar 90 cm, jarak antar gawang 11 meter. Dalam pelaksanaan tes lari gawang kids atletik jarak yang ditempuh sepanjang 80 meter dengan rincian 40 meter lari sprint dan 40 meter lari gawang.

d. Peningkatan Pembelajaran Lari Gawang

Nana Sudjana (2000 : 22) membagi kawasan belajar menjadi tiga, yakni kawasan koknitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar haruslah mencerminkan ketiga kawasan itu.Lebih lanjut secara inplisit menyebutkan bahwa ”hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”

belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar, perlu diperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, misalnya : kesehatan, ketrampilan,

(33)

commit to user

kemampuan, dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar siswa, misalnya: ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana yang memadahi.

Menurut Fremen, Williem H. 2001:49-50) mengatakan bahwa hasil belajar adalah gambaran kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: ketrampilan intelektual, strategi koknitif, informasi ferbal, ketrampilan, motorik dan sikap.

Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa pada pereode tertentu. Pengertian ini dapat dikaitkan dengan pendidikan, hasil belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan.

Hasil prestasi belajar larigawang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari proses belajar yang merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan larigawang yang dihasilkan.

Kemampuan gerakan lari gawang tersebut adalah sebagai berikut:

a). Kemampuan melakukan awalan/start meliputi (1) Posisi kaki dan tangan pada saat start

(2) Berat badan bertumpu pada kedua tangan saat aba-aba siaap (3) Pandangan kedepan kurang lebih satu meter dari garis start

(34)

commit to user (1) langkah kaki lebar dan secepat mungkin (2) ayunan tangan, kedepan atas sebatas hidung (3) sikut ditekuk kurang lebih membentuk sudut 900

c). Kemampuan lari melewati gawang

(1). Langkah pada waktu akan melompati gawang (2). Gerakan dan sikap kaki saat diatas gawang (3). Gerakan dan langkah setelah melewati gawang d). Kemampuan melakukan gerakan masuk finish

(1) tidak mengurangi langkah kaki

(2) memasukkan gerakan bagian tubuh pada garis finish

2. Pendekatan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Istilah belajar merupakan sesuatu yang telah biasa didengar di dalam pembicaraan sehari-hari. Di dalam pembicaraan sehari-hari istilah belajar selalu dikaitkan dengan sesuatu kegiatan membaca atau mengerjakan soal-soal misalnya berhitung atau matematika dan sebagainya kegiatan membaca yang dikatakan belajar itupun masih dibatasi hanya apa bila yang dibaca adalah buku pelajaran atau buku yang berisi pengetahuan yang ada hubungannya dengan pelajaran di sekolah.

Menurut pengertian di atas terlalu menyempitkan pengertian belajar, belajar merupakan suatu yang komplek, yang menyangkut bukan hanya kegiatan berfikir untuk mencari pengetahuan, melainkan juga menyangkut gerak tubuh dan emosi serta perasaan. Seperti halnya pendapat Robert N. Gagne dalam Syahara(2004: 20)

(35)

commit to user

mengatakan bahwa aspek-aspek kemampuan yang bisa ditingkatkan melalui belajar adalah meliputi (1) kemampuan intelektual (2) kemampuan mengungkapkan informasi dalam bentuk ferbal (3) strategi berfikir (4) ketrampilan gerak (5) emosi dan perasaan.

Membahas tentang belajar bisa dilakukan dari beberapa sudut pandang, belajar bisa dipandang sebagai fungsi, dan bisa dipandang sebagai suatu hasil, belajar dianggap sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah yang terjadi selama seseorang menjalani proses edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Belajar dianggap sebagai suatu fungsi apa bila yang dilihat adalah aspek-aspek yang menentukan atau memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku seseorang dalam proses edukatif.

Sedangkan belajar dianggap suatu hasil apabila yang dilihat bentuk akhir dari berbagai pengalaman dari berbagai interaksi edukatif. Bentuk akhir ini berupa menampaknya sifat-sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dipelajari.

b. Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang saling berkaitan erat,

’’pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ’’ ( Depdiknas, 2003:9 ). Pada dasarnya lingkungan bukan hanya tempat untuk suatu pengajaran, tetapi juga suatu tempat untuk menuangkan metode-metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan imformasi dan suatu pedoman siswa untuk kegiatan belajar.Pemilihan

(36)

commit to user

dan media, peralatan, fasilitas serta bagaimana imformasi-imformasi tersebut bisa terkumpul dan dapat digunakan. Peran pengajar atau guru sangat penting dalam proses perencanaan pembelajaran, dengan bekerja sama dengan sesama guru dan ahli media untuk memasukkan kedalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan.

Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Pembelajaran sekarang ini lebih berorientasi bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan lingkungan, menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa merasa senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Berkaitan dengan pembelajaran M. Sobry Sutikno (2009: 32) menyatakan, “Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa”.

Menurut Walter Dick dan Lou Caey (2005: 205) yang dikutip Benny A. Pribadi (2009: 11) bahwa, “Pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa media”. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 yang dikutip Syaiful Sagala (2005: 62) bahwa: Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan

(37)

commit to user

kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, di dalam kegiatan pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 33-34) menyatakan:

1) Peran guru telah berubah dari:

a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra belajar.

b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran,menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu:

(38)

commit to user

a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran.

b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagi pengetahuan.

c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam pengatahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006: 79) karakteristik penting dari istilah pembelajaran yaitu:

1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa.

Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa.

Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lahi berperan hanya sebagai sumber belajar, tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa (student oriented). Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh

(39)

commit to user

sebab itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan.

2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, tetapi hanya sebagai tujuan antara pembentukan

tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai dapat membentuk pola perilaku siswa sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik pembelajaran dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru

(40)

commit to user

evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidik sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar.

c. Komponen-Komponen Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks. Di dalam kegiatan pembelajaran terdapat berbagai macam komponen yang saling berkaitan antara komponen satu dengan komponen lainnya. Muhammad Ali (2004: 4) menyatakan, “Komponen-komponen dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu (1) guru, (2) isi atau materi pelajaran dan (3) siswa”. Nana Sudjana (2005: 30) menggambarkan skematis komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut: Berdasarkan skema tersebut menunjukkan bahwa, kompnen pembelajaran terdiri dari: tujuan pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, metode yang digunakan untuk menyampaiakan metri pelajaran dan penilaian untuk mengetahui sejauh mana materi dapat diserap oleh siswa. M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) bahwa, “Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5) media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”. H.J. Gino dkk., (1998: 30) berpendapat komponen-kompkonen dalam suatu kegiatan pembelajaran yaitu:

1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan menyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

(41)

commit to user

2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3) Tujuan yakni, pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan periklaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif.

4) Isi pelajaran yakni, segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode yakni, cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan.

6) Media yakni, bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar dapat mencapai tujuan.

7) Evaluasi yakni, cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan empat ahli dapat disimpulkan, komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran pada dasarnya mencakup tujuh komponen utama. Ketujuh komponen dalam kegiatan pembelajaran yaitu: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi.

Jika dikaji dari komponen-komponen pembelajaran tersebut, tujuan merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dan berfungsi sebagai indicator

(42)

commit to user

tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah siswa menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran. Isi tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Tujuan yang jelas dan operasional dapat ditetapkan bahan pelajaran yang harus menjadi isi kegiatan belajar mengajar. Bahan pelajaran inilah yang diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapainya tujuan atau tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki siswa. Metode dan alat yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media trasformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat pengajaran yang digunakan harus betul-betul efektif dan efisien.

Untuk menetapkan apakah tujuan telah dicapai atau tidak, maka penilaian yang harus memainkan fungsi dan peranannya. Dengan kata lain, penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Dari sinilah diketahui bahwa, komponen-komponen pembelajaran saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dapat dikatakan bahwa, proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses mengkoordinasikan sejumlah komponen-komponen pembelajaran agar satu dengan lainnya saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin menuju tercapainya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

(43)

commit to user

Dalam mempelajari suatu keterampilan olahraga dibutuhkan cara belajar yang spesifik berbeda dengan belajar pada umumnya. Hal terpenting dalam belajar keterampilan hendanya dilakukan secara teratur dan berulang-ulang. Suatu keterampilan yang dipelajari secara terutur dan dilakukan secara berulang-ulang, maka akan terjadi perubahan pada diri siswa yaitu, keterampilan akan dikuasai dengan baik. Nasution yang dikutip H.J. Gino dkk (1998: 51) menyatakan,

“Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”. Sedangkan Sugiyanto (1998: 328-329) menyatakan, “Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam mengatur kondisi praktik belajar gerak atau keterampilan yaitu:

1) Prinsip pengaturan giliran praktik

Mempraktikkan gerakan keterampilan bisa dilakukan secara terus menerus tanpa istirahat. Cara ini disebut massed conditions. Dengan cara ini siswa melakukan gerakan berulang-ulang, terus menerus selama waktu latihan, tanpa ada pengaturan

(44)

commit to user

mempraktikkan gerakan dengan diselang-selingi antara melakukan gerakan dan waktu istirahat. Cara ini disebut distributed conditions. Dengan cara ini ada pengaturan giliran melakukan gerakan berapa kali, kemudian diselingi istirahat dan setelah itu melakukan gerakan lagi. Waktu istirahat yang diberikan tidak perlu menunggu sampai siswa mencapai kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering. Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap system-sistem yang menghasilkan gerakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak kurang dan tidak berlebihan.

2) Prinsip beban belajar meningkat

Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan sekumpulan dari gerakan- gerakan yang menjadi unsurnya. Selain itu bahwa, penguasaan gerakan keterampilan akan terjadi secara bertahap dalam

peningkatannya. Mulai dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil melakukan sesuatu gerakan. Dengan kenyataan-kenyataan seperti itu, hendaknya pengaturan materi belajar yang dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang lebih sukar, atau dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.

3) Prinsip kondisi belajar bervariasi

Mempraktikkan gerakan merupakan kondisi belajar yang paling berat dalam belajar gerak. Siswa harus mengerahkan tenaganya untuk melakukan gerakan berulang kali. Siswa harus memerangi rasa lelah, dan kadang-kadang harus memerangi rasa bosan. Agar kelelahan tidak cepat terjadi atau kalau terjadi tidak begitu dirasakan, serta tidak cepat terjadi kebosanan pada diri siswa, menciptakan kondisi praktik yang bervariasi sangat diperlukan. Disini diperlukan kreativitas guru

(45)

commit to user

untuk menciptakan variasi pembelajaran. Variasi bisa diciptakan dalam berbagai hal, misalnya pengaturan tempat praktik, pengaturan formasi dan kelompok, pengaturan giliran, penggunaan alat-alat, cara memberikan instruksi, cara pemberian umpan balik dan cara-cara pendekatan dengan siswa.

4) Prinsip pemberian motivasi dan dorongan semangat

Siswa melakukan suatu tugas dari guru tentu dipengaruhi oleh keadaan psikologisnya. Di dalam mempraktikkan gerakan agar melakukannya dengan sungguh-sungguh, siswa perlu mempunyai motivasi yang kuat untuk menguasai gerakan dan mempunyai semangat untuk berusaha. Motivasi untuk menguasai gerakan bisa timbul anatar lain: apabila siswa berminat terhadap gerakan. Sedangkan minat dapat timbul apabila siswa merasa bahwa gerakan yang dipelajari tersebut memberikan manfaat bagi dirinya atau paling tidak bisa memberikan kegembiraan atau kesenangan. Semangat berusaha bisa ditimbulkan atau ditingkatkan antar alain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara para siswa. Dengan adanya suasana kompetitif, siswa akan berusaha berbuat sebaik- baiknya untuk bisa lebih baik dari teman-teman yang lain. Cara lain untuk memberikan dorongan semangat adalah memberikan instruksi atau arahan menggunakan kalimat-kalimat atau isyarat yang membangkitkan keoptimisan pada diri siswa, bahwa ia akan mampu mencapai keberhasilan melakukan gerakan melalui mempraktikkan berulang-ulang. Pujian perlu diberikan apabila siswa berhasil dengan baik mempraktikkan gerakan, dan dorongan untuk berusaha lagi diberikan kepada siswa yang belum berhasil dengan baik.

(46)

commit to user e. Konsep Pendekatan Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.

Pendekatan merupakan cara untuk mendekati agar hasil pembelajaran menjadi baik. Tujuan pembelajaran adalah anak mampu secara tepat menguasai dasar-dasar keterampilan yang diajarkan.Pembelajaran merupakan usaha untuk merubah perilaku anak, proses perubahan perilaku sebagai akibat anak mampu menerima informasi, meniru dan menguasai keterampilan yang diajarkan.Anak yang semula belum mampu melakukan gerak keterampilan dapat melukukan secara baik.

Pendekatan pembelajaran merupakan aset yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ditinjau dari sisi interaksi guru dan siswa terdiri dari beberapa gaya mengajar. Dapat didefinisikan bahwa gaya mengajar

(47)

commit to user

adalah cara yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan untuk membantu siswa dalam mencapai penguasaan keterampilan. Jadi dapat dikatakan, berhasil tidaknya seorang siswa untuk dapat menguasai suatu keterampilan gerak yang diajarkan oleh guru sebagian besar akan tergantung dari ketepatan guru tersebut dalam memilih gaya mengajar.

Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian selama siswa menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang menentukan terjadinya perubahan tingkah laku siswa.

Belajar perlu dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan seperti berpikir, berperilaku, perkembangan atau perubahan. Demikian pula Gagne dalam Brophy (1990 : 129), mengemukakan bahwa “Hirarki belajar adalah dimana belajar disusun berurutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Sebagai contoh hirarki mengandung tiga kategori yaitu : (1) Belajar signal adalah belajar suatu respon umum ke dalam bentuk isyarat, misalnya menyiapkan kelas dengan bunyi bel. (2) Belajar respon stimulus yaitu belajar suatu respon stimulus yang tepat ke suatu rangsangan yang dibedakan, misalnya memanggil orang dengan nama-nama yang dibedakan (3) Belajar diskriminasi yaitu belajar membedakan antara anggota dalam kumpulan stimulus yang sama supaya mempunyai respon pada perbedaan ciri individu, misalnya mengindentifikasi perbedaan jenis-jenis anjing yang berbeda,

(48)

commit to user

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasannya metode mengajar adalah merupakan salah satu cara untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan guna membantu tercapainya tujuan proses belajar mengajar secara efektif.

Piaget dan Brophy (1990:134) menyatakan dalam pembelajaran gerak disebut “Skema Sensor Motorik” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang korektif. Latihan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta siswa sebagai umpan balik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Adams (1991:134) bahwa “Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external melalui kejadian di lingkungannya.

Pada pembelajaran keterampilan gerak penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu tetapi tidak efisien dan secara potensial tidak produktif.

Menurut Winarno Surakhmad (1992:24) bahwa “Metode mengajar adalah cara yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam yang didasari oleh pengertian yang mendalam dari guru akan memperbesar minat belajar murid- murid, sehingga mempertinggi hasil belajar”.Program yang diberikan kepada siswa harus disusun secara sistematis, berurutan, berulang-ulang dan kian hari bertambah bebannya dan yang mudah sampai dengan yang sulit sehingga dalam menyampaikan pesan dapat ditangkap oleh siswa dan memperoleh hasil belajar secara optimal yang berupa

(49)

commit to user

perubahan-perubahan kemampuan permainan ke arah peningkatan kualitas gerak, karena setiap individu memiliki kemampuan gerak dasar yang berbeda.Nana Sudjana (2000:25) bahwa Hakikat belajar-mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

Asumsi yang melandasi hakikat belajar-mengajar tersebut adalah : (a) proses belajar- mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang tepat. (b) program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. (c) Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan-belajar, (d) pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktek serta materi penyampaiannya. (e) pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, (f) kriteria keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.

Menurut Gagne dan Sugiyanto (1994:233), bahwa “belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Toeti Soekamto (1992:71), bahwa “Tujuan belajar merupakan komponen sistem pengajaran yang sangat penting di dalamnya meliputi pemilihan metode pendekatan yang dipakai, sumber belajar yang dipakai, harus bertolak dari tujuan belajar yang akan dicapai”. Oleh karena kompleksitas pengembangan teori

(50)

commit to user

akan semakin berkembang apabila insan akademiknya mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu penyangganya.

Belajar mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar gerak menurut Magill (1980:8) adalah “Perubahan dari individu yang didasarkan dari perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil praktek. Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya, kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali. Dalam menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai di dalam kondisi tertentu yang dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas gerak tertentu.

Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif, afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif Guiford dalam Magill (l980:2), menamakan “intelectual activities)” yaitu

(51)

commit to user

"kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir”. Kemudian domain afektif adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.

Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:201), bahwa “Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia dewasa. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”. Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami apabila menggunakau model

“tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit.

Pada tahap pra-keterampilan tingkah laku gerak awal dimulai kira-kira pada

Gambar

Tabel 1. Jarak dan ukuran gawang untuk lomba Lari gawang  Jenis  Kelamin  Nomor Lari Gawang  Tinggi  Gawang
Gambar  3. Berbagai permainan gerak lari  Mochamad Djumidar A. Widya. (2004:  21)
Gambar 4. Gerak lari mengikuti garis  Mochamad Djumidar A. Widya. (2004:  28)
Gambar 5. Berbagai pembelajaran gerak lari   Mochamad Djumidar A. Widya. (2004:  24)
+7

Referensi

Dokumen terkait

• The semantics account for the structure and patterning of the different components of linguistic meaning of a text and, reflecting the different functions which language

Berdasarkan hasil analisis, adanya kebutuhan dan ketersediaan laporan atau informasi yang didalamnya juga termasuk esensi dari karateristik sistem informasi akuntansi,

[r]

Apabila perlu tuliskan pada lembar tambahan *) KOMPETENSI: Isi dengan nomor Uraian Kegiatan Kompetensi (lihat Buku Bakuan Kompetensi) yang Anda anggap.. persyaratannya

Berdasarkan biokinetika yang diperoleh dari percobaan pengambilan dan pelepasan maka terbukti Perna viridis dapat digunakan sebagai bioindikator

Fidel Castro melakukan perubahan secara menyeluruh terhadap politik domestik dan politik luar negeri Kuba, tujuan utama Fidel Castro untuk

dana setoran pajak dari masyarakat yang diterima oleh bank, akan tetapi karena. KPKN (Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara) menetapkan

Materi yang digunakan dalam pengembangan modul adalah materi listrik dinamis pada mata kuliah fisika dasar II (listrik dan magnet). Subyek penelitian adalah mahasiswa dan